Menurut Depkes RI (2009), pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersamasama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Upaya Kesehatan
Pelayanan kesehatan sbg satu sistem
Upaya Kesehatan
Prinsip - Berkesinambungan & Paripurna, meliputi upaya
peningkatan,
pencegahan,
pengobatan
hingga
pemulihan, serta rujukan antar tingkatan upaya. - Bermutu, Aman, dan Sesuai Kebutuhan bagi penerima, pemberi upaya, dan masyarakat, serta mampu menghadapi tantangan global dan regional. - Adil & Merata, utk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan di seluruh wilayah Republik Indonesia & di luar negeri dalam kondisi tertentu.
Upaya Kesehatan
Prinsip - Non diskriminatif, sesuai kebutuhan medis, bukan status sosial ekonomi & tdk membeda-bedakan suku/ ras, budaya & agama, dengan tetap memperhatikan pengarus-utamaan gender. - Terjangkau, harus terjangkau oleh seluruh masyarakat. - Teknologi Tepat Guna, berasas pada kesesuaian kebutuhan & tdk bertentangan dengan etika, moral, dan nilai agama. - Bekerja dlm Tim scr Cepat & Tepat, melibatkan semua pihak yg kompeten, dilakukan secara cepat dengan ketepatan/presisi yang tinggi.
Upaya Kesehatan
Tujuan penyelenggaraan upaya kesehatan adalah terselenggaranya upaya kesehatan yg adil, merata, terjangkau, & bermutu utk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yg setinggitingginya. Upaya kesehatan diutamakan pd berbagai upaya dgn daya ungkit tinggi dlm pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk rentan, antara lain : ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, & masyarakat miskin.
Upaya Kesehatan
Bentuk Pokok
1.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat a. Primer, pelayanan peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan keluarga, kelompok, dan masyarakat. Merupakan tanggung-jawab Dinkes Kabupaten/ Kota yg pelaksanaan operasionalnya dpt didele-gasikan kpd
Puskesmas.
Upaya Kesehatan
Masyarakat termasuk swasta dpt menyeleng-garakan pelayanan kesehatan sesuai peraturan yg berlaku dan berkerjasama dgn pemerintah. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat primer ditanggung oleh pemerintah bersama masyarakat, termasuk swasta.
b. Sekunder, menerima rujukan kesehatan dari pe-layanan kesehatan masyarakat primer & mem-berikan fasilitasi dlm bentuk sarana, teknologi, & sumber daya manusia kesehatan serta didukung oleh pelayanan kesehatan masyarakat tersier.
Upaya Kesehatan
Merupakan tanggung-jawab Dinkes Kabupaten/ Kota dan atau Provinsi sbg fungsi teknisnya, yakni melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat yg tidak sanggup/tidak memadai dilakukan pada pelayanan kesehatan masyarakat primer. Fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta hrs mempunyai izin sesuai peraturan yang berlaku serta bekerjasama dgn unit kerja Pemda, seperti laboratorium kesehatan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, dll.
Upaya Kesehatan
c. Tersier, menerima rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat sekunder dan memberikan fasilitasi dalam bentuk
Upaya Kesehatan
2.
Upaya Kesehatan
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai/lembaga pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama, termasuk Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan pengobatan tradisional serta pengobatan
Upaya Kesehatan
b. Sekunder, pelayanan kesehatan spesialistik yg menerima rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan primer, dapat juga dijadikan sebagai
kerja maupun fasilitas kesehatan baik Rumah Sakit setara kelas C serta
fasilitas kesehatan lainnya milik pemerintah, masyarakat, maupun swasta oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang
Upaya Kesehatan
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder yang bersifat tradisional dan komplementer dilaksanakan dengan berafiliasi dengan atau di rumah sakit pendidikan. 3. Tersier, menerima rujukan sub-spesialistik dari pelayanan kesehatan di bawahnya Pelaksana pelayanan kesehatan perorangan tersier adalah dokter sub-spesialis atau dokter spesialis yang telah mendapatkan pendidikan khusus atau pelatihan dan mempunyai izin praktik
Upaya Kesehatan
Pelaksananya adalah dokter sub-spesialis atau dokter spesialis yg telah mendapatkan pendidikan khusus/ pelatihan & mempunyai izin praktik dan didukung oleh tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan. Pelayanan kesehatan perorangan tersier dilak-sanakan di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus setara kelas A dan B, baik milik pemerintah maupun swasta yg mampu memberikan pelayanan kesehatan sub-spesialistik dan juga termasuk klinik khusus.
Upaya Kesehatan
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan
Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan alat dan atau tempat utk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik peningkatan, pencegahan, pengobatan, maupun pemulihan oleh pemerintah dan atau masyarakat, termasuk swasta. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai
Sistem
Rujukan
pelayanan
kesehatan
merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yg mengatur pelimpahan tugas/wewenang & tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal; maupun struktural & fungsional thd kasus/masalah penyakit atau permasalahan
kesehatan.
Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan yg lebih tinggi dilakukan apabila:
pasien
perujuk
membutuhkan
tidak dapat fasilitas,
pelayanan
memberikan peralatan
kesehatan
pelayanan dan/atau
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan yg lebih rendah dilakukan apabila: permasalahan pasien dpt ditangani oleh tingkatan pelayanan yg lebih rendah sesuai dgn kompetensi dan kewenangannya; kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut; pasien memerlukan pelayanan lanjutan yg dpt ditangani oleh tingkatan pelayanan yg lebih rendah & untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau perujuk tdk dpt memberikan pelayanan kesehatan sesuai dgn kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
memerlukannya, kecuali dgn alasan yang sah dan mendapat persetujuan pasien/keluarganya (pasien tdk dapat
Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya yg diberikan setelah dijelaskan oleh tenaga kesehatan yg berwenang, sekurangkurangnya mengenai : diagnosis & terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan; alasan dan tujuan dilakukan rujukan; risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan; transportasi rujukan; dan risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.
Perujuk sebelum melakukan rujukan harus : - melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta
- membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan. Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat: i. identitas pasien; ii. hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan; iii. diagnosis kerja; iv. terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan
Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima rujukan. Penerima rujukan berkewajiban: menginformasikan mengenai ketersediaan sarana & prasarana serta kompetensi & ketersediaan tenaga kesehatan memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien; dan memberikan informasi kepada perujuk mengenai perkembangan keadaan pasien setelah selesai memberikan pelayanan. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan.
RS Khusus
Tersier
Tersier
Dinkes Kab/Kota, BP4, BKMM, BKOM
dr. Sp swasta, RSUD, BP4, Klinik Spesialis dr. swasta, Puskesmas BKIA, Bidan, BP Posyandu Polindes Upaya Kesehatan Keluarga Mandiri
Sekunder
Sekunder
Primer
Primer
Puskesmas
Masyarakat
Perorangan/ Keluarga
KEFARMASIAN
Akreditasi standar pengelolaan dan pelayanan sarana kefarmasian (instalasi farmasi) Pemenuhan jumlah SDM farmasi di fasyankes yang dilakukan secara bertahap Peningkatan kompetensi SDM farmasi Penyempurnaan Manajemen Pengelolaan Obat (dari perencanaan, pengadaan, pendistribusian, dan pelayanan)
PELAYANAN FARMASI DAN ALKES 2. Penyusunan dan review regulasi yang dibutuhkan terkait dengan pelayanan kefarmasian dan alkes:
Penyediaan, pengelolaan dan pelayanan obat dan BMHP Standarisasi alkes Penggunaan Alkes yang tepat guna Pengendalian dan pemantauan penggunaan obat secara rasional
Pasal 26 1. Pengembangan penggunaan teknologi dalam Manfaat Jaminan Kesehatan harus disesuaikan dengan kebutuhan medis sesuai hasil penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment). 2. Penggunaan hasil penilaian teknologi dalam Manfaat Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. 3. Ketentuan mengenai tata cara penggunaan hasil penilaian teknologi (health technology assessment) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan.
4/29/2014
39
DASAR HUKUM PEKERJAAN KEFARMASIAN (UU 36/2009 dan PP 51/2009) Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yg mempunyai keahlian dan kewenanganuntuk itu : Pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
STRATEGI: Peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan obat, terutama esensial generik Peningkatakan promosi penggunaan obat dan teknologi rasional oleh provider dan konsumen Penguatan kapasitas institusi dalam manajemen suplai chain obat dan teknologi Peningkatan kualitas sarana produksi, distribusi dan sarana sediaan farmasi dan alkes Peningkatan pelayanan kefarmasian Peningkatan kemandirian/produksi lokal BBO, OT, alkes Peningkatan monitoring dan evaluasi harga obat Penguatan pengawasan premarket dan post market alkes dan PKRT
Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (PP 51/2009)