NPM : 1906289104
Fakultas : Fakultas Kesehatan Masyarakat
IPE-6
Farmasi
berasal dari kata pharmacy atau pharmacon yang memiliki arti obat. Farmasis
atau apoteker merupakan seseorang tenaga kesehatan yang melakukan formulasi obat,
dispensing obat, dan memberikan informasi obat kepada pasien maupun tenaga kesehatan
lainnya serta berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan dan pelayanan
kefarmasian yang berkualitas bagi masyarakat. Filosofi dan konsep pelayanan kefarmasian
tertuang dalam rumusan The Seven-Star Pharmacist oleh WHO pada tahun 1997. Saat ini The
Seven-Star Pharmacist telah berkembang menjadi The Eight-Star Pharmacist. Kedelapan
filosofi ini antara lain leader, decision maker, communicator, lifelong learner, teacher, care
giver, manager, dan researcher. Saat ini peran apoteker lebih menekankan orientasi terhadap
pelayanan pasien (patient oriented) setelah sebelumnya mengutamakan orientasi terhadap
produk (product oriented). Melalui pendekatan ini, apoteker difokuskan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan konsep Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian. Menurut,
PP RI No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, ruang lingkup pelaksanaan
pekerjaan kerfarmasian meliputi pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan sediaan farmasi,
produksi sediaan farmasi, distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, dan pelayanan sediaan
farmasi.
Proses produksi sediaan farmasi dilakukan oleh seorang apoteker di setiap fasilitas
produksi sediaan farmasi seperti industri farmasi obat industri bahan baku obat, industri obat
tradisional, dan pabrik kosmetika. Dalam bidang distribusi obat, pekerjaan kefarmasian
dilakukan oleh para pedagang besar farmasi, penyalur alat kesehatan, dan instalasi sediaan
farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah. Di bidang pelayanan, pekerjaan kefaramasian
dilakukan di fasilitas pelayanan kefarmasian seperti apotek dan instalasi farmasi rumah sakit
sesuai standar pelayanan kesehatan. Seorang apoteker harus mampu memberikan informasi
obat secara tepat, benar, dan lengkap serta berorientasi pada pasien bukan produk. Di Apotek,
apoteker melakukan 2 kegiatan, yaitu kegiatan manajerial dan pelayanan farmasi klinis.
Kegiatan manajerial ini meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sedangkan,
pelayanan farmasi klinis meliputi pelayanan resep, dispensing, pelayanan informasi obat, dan
lain-lain. Di rumah sakit, apoteker berperan dan memiliki fungsi penting dalam mengatasi
masalah terkait obat, mulai dari memberikan konseling, mencegah dan mengendalikan efek
samping obat, dan masih banyak lainnya.
Ilmu kesehatan masyarakat di Indonesia berawal dari para dokter dan pemerhati
kesehatan. Hal tersebut diawali dengan program “Bandung Plan” pada tahun 1951 yang
berasumsi bahwa dalam pelayanan kesehatan perorangan/individu harus digabungkan dengan
aspek promotif prefentif yang mengandalkan pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga pada
tahun 1965 berdirilah Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia.
Menurut Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Asosiasi Institut
Perguruan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI), kesehatan masyarakat
adalah kombinasi dari ilmu pengetahuan, keterampilan, moral, dan etika yang ciarahkan pada
upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan semua orang, memperpanjang hidup melalui
tindakan kolektif atau tindakan sosial untuk mencegah penyakit, dan memenuhi kebutuhan
menyeluruh dalam kesehatan dengan menggunakan strategi pemberdayaan masyarakat untuk
hidup sehat secara mandiri [CITATION Ika \l 1033 ].
Dua unsur inti kesehatan masyarakat yaitu: (1) memusatkan perhatian pada kesehatan
atas masyarakat sebagai sasaran tindakan, dan (2) melakukan berbagai bentuk intervensi yang
memerlukan tindakan dan pasrtisipasi banyak orang [CITATION Daw09 \l 1033 ]. Tidak hanya
itu, kesehatan masyarakat juga memiliki tiga fungsi kesehatan berdasarkan Institute of
Medicine pada 1988 [ CITATION Cha10 \l 1033 ] yaitu pengkajian masalah, pengembangan
kebijakan masyarakat, dan penjaminan berlangsungnya kegiatan/program.
Kesehatan masyarakat juga berperan dalam mengidentifikasi faktor risiko lalu
berupaya menghilangkan atau meminimalisir faktor resiko tersebut, sehingga populasi
tercegah dari penyakit. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa sistem pelayanan kesehatan
tidak hanya membutuhkan upaya pelayanan kesehatan perorangan, tetapi membutuhkan
upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih bersifat promotif dan preventif. Sistem
pelayanan kesehatan dalam tatanan di masyarakat juga membutuhkan pengembangan metode
pemberdayaan masyarakat untuk ikut mengatasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
masalah kesehatan. Dengan demikian peran professional ahli kesehatan masyarakat dalam
berbagai bidang, merupakan suatu kebutuhan yang tidak terelakkan.
Peran Kesehatan Masyarakat Dalam menjalankan ketiga fungsinya, peran yang harus
dapat dilakukan oleh ahli kesehatan masyarakat menurut Center for Disease Control and
Prevention adalah:
dan keselamatan.
tepat.
Melakukan penelitian dan menambah wawasan baru, serta mencari solusi kreatif
Chacko, L. R. & S, A. C., 2010. Modern Public Health Systems. In: E. D. B. E. Andresen, ed.
Public Health Foundations: Concepts and Theories. San Fransisco: Jossey-Bass.
Dawson, A., 2009. Introduction: The Philosophy of Public Health. In: A. Dawson, ed. The
Philosophy of Public Health. Surrey, England: Asghate Publishing Limited.
Lubis, F. Dokter keluarga sebagai tulang punggung dalam system pelayanan kesehatan.
Majalah Kedokteran Indonesia 2008;58(2):27-34
Soemantri D, Sari SP, Ayubi D. Kolaborasi dan kerja sama tim kesehatan. Edisi pertama.
Jakarta: Sagung Seto; 2019.