Anda di halaman 1dari 100

EVALUASI PROGRAM

UPAYA PEMBERIAN SUPLEMENTASI VITAMIN A PADA IBU


NIFAS DI WILAYAH KELURAHAN CILANDAK BARAT

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat


dalam menempuh Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

Pembimbing:
dr. Gita Tarigan, MPH
dr. Amora Fadila

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 28 AGUSTUS 8 NOVEMBER 2017
JAKARTA 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan
dan/atau masyarakat, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. jenis
fasilitas kesehatan yang dimaksud pada pasal peraturan pemerintah republic
Indonesia nomor 47 tahun 2016 tentang fasilitas pelayanna kesehatan adalah
tempat praktek mandisi tenaga kesehatan, pusat kesehatan masyarakat, klinik,
rumah sakit, apotek, unit transfuse darah, laboratorium kesehatan, optikal, fasilitas
pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum, dan fasilitas pelayanan
kesehatan tradisional. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 71 tahun
2013, syarat mendirikan fasilitas kesehatan seperti prakter dokter umum harus
memenuhi Surat Ijin Praktik; 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 3. perjanjian
kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring lainnya; dan 4. surat
pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.1
Pembangunan kesehatan merupakan upaya pemenuhan salah satu hak dasar
rakyat terakses fasilitas pelayanan kesehatan karena kesehatan merupakan hak
asasi manusia. Visi dan misi Indonesia Sehat 2010 merupakan bagian dari
langkah menuju pencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional agar bangsa
Indonesia mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh hidup dalam
lingkungan yang sehat, mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta
mampu menyediakan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat, serta pembangunan kesehatan merupakan upaya
pemenuhan salah satu hak dasar rakyat terakses fasilitas pelayanan kesehatan
karena kesehatan merupakan hak asasi manusia.1,3 Pembangunan kesehatan,
merupakan salah satu upaya nasional pada semua bidang kehidupan yang
hakekatnya diupayakan oleh semua komponen bangsa untuk mewujudkan

1
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.1 Pembangunan dalam bidang
kesehatan diharapkan dapat mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang
tinggi, maju, dan sejahtera, serta bangsa yang memiliki daya saing sebagaimana.
Keberhasilan pembangunan kesehatan kelak akan mencakup factor kemudahan
akses kesehatan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang terus menerus.2
Berdasarkan observasi dan wawancara, maka penulis merasa perlu untuk
meningkatkan mutu program pengawasan terhadap pengelolaan fasilitas
kesehatan oleh Puskesmas Cilandak Barat, sehingga mewujudkan fasilitas
kesehatan menjadi suatu tempat yang ramah lingkungan dan mencegah
masyarakatnya agar tidak terkena penyakit yang diakibatkan kotornya lingkungan
umum yang penulis maksud disini adalah dalam ruang lingkup kecil yaitu pada
kelurahan Cilandak Barat.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target pengelolaan
fasilitas kesehatan di Wilayah Kelurahan Cilandak Barat periode Juni 2017 hingga
Agustus 2017?

2. Apa saja solusi untuk masalah yang sesuai dengan penyebab masalah tersebut?

1.3 TUJUAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS


1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan pengelolaan fasilitas
kesehatan di tempat umum di Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat
periode Juni 2017 sampai dengan Agustus 2017.

1.3.2 Tujuan khusus


Mendapatkan solusi untuk memecahkan masalah yang ditemukan
Meningkat mutu dalam pelaksanaan pengelolaan fasilitas kesehatan
di TTU di lingkungan Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat

2
1.4 MANFAAT EVALUASI PROGRAM
1.4.1 Bagi penulis
Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan di dalam program puskesmas
Melatih kemampuan dalam memahami program yang ada di
puskesmas sesuai peran sebagai dokter komunitas.

Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.

Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan


masyarakat.

Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi program yang


ada di puskesmas sesuai peran sebagai dokter komunitas.

Meningkatkan pemahaman pentingnnya data untuk meningkatkan


pelayanan kesehatan bagi masyarakat

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi


Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran
sertanya di bidang kesehatan.
Memperkenalkan Fakultas Kedokteran Trisakti kepada masyarakat.

1.4.3 Bagi Puskesmas


Membantu Puskesmas untuk mencapaian hasil maksimal pada
programnya
Memberi masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina
peran serta masyarakat dalam meningkatkan pengelolaan fasilitas
kesehatan di TTU secara optimal
Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah tersebut.

3
1.4.4 Bagi masyarakat
Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di wilayah kelurahan Cilandak barat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Lingkungan


Pengertian sehat menurut WHO adalah Keadaan yg meliputi kesehatan
fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari
penyakit dan kecacatan.. Sedangkan menurut UU No 23 / 1992 Tentang
kesehatan Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.3,4

Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan


masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-tingginya
dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor sosial dan lingkungan fisik
sematamata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan kelakkan-kelakuan
lingkungan yang dapat membawa pengarh terhadap ketenangan, kesehatan dan
keselamatan organisme umat manusia

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)


Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.4

2.2 Ruang lingkup kesehatan


Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yang
termasuk dalam ruang lingkup kesehatan menurut WHO yaitu :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor

5
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam


Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada
8, yaitu:5
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

2.3 Sasaran kesehatan lingkungan


Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan
kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:5

6
1) Tempat umum : Hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha
yang sejenis
2) Lingkungan pemukiman : Rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3) Lingkungan kerja : Perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4) Angkutan umum : Kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan
untuk umum
5) Lingkungan lainnya : Misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan
yang berada dlm keadaan darurat, bencana
perpindahan penduduk secara besar-besaran,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.

Salah satu masalah dari kesehatan lingkungan yaitu tentang pencemaran


lingkungan. Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran
tanah, pencemaran udara

2.4 Tujuan kesehatan Lingkungan


Tujuan dari kesehatan lingkungan terbagi dua, yaitu secara umum dan
khusus. Tujuan kesehaan lingkungan secara umum adalah sebagai berikut.6
1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman
pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber
lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia.
3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara
masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam
menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.

Adapun tujuan dari kesehatan lingkungan Meliputi usaha-usaha perbaikan


atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:

1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan

7
kesehatan.

2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan


dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.

3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran


hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk
hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.

4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian,
peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain

5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit


dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.

6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat


kesehatan.

7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program


kesehatan lingkungan

2.5 Masalah kesehatan lingkungan di Indonesia


-Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia
permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain.6
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

8
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut : 6,7
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut. 6,8
Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis

9
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
- Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan
faktor-faktor /unsur, berikut:6,8
Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita
dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang
kemudian disebut sebagai vektor misalnya : kutu tikus untuk penyakit pes/sampar,
Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam
Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis. Pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),
Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang
angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan
usaha-usaha sanitasi.
- Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing
dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi
perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare.

10
Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang
telah terinfeksi bakteri penyebab Leptospirosis.
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higitne sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah
makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum
selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).-
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan
makanan meliputi:7
Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pengolahan makanan
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan peralatan yang digunakan
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air
pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih
berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat
pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu
faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai
masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis
data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa
kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif
tersebut adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang
akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk

11
dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak
serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya
jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan.

2.6 Kegiatan program kesehatan lingkungan


2.6.1 Penyehatan Air 6

Program Penyehatan Air bertujuan untuk meningkatkan kualitas air


untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia untuk seluruh penduduk
baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan dan meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memakai air.
Secara khusus program penyehatan air bertujuan meningkatkan cakupan
air bersih pada masyarakat dan meningkatkan kualitas air yang aman
untuk dikonsumsi.

Kegiatan upaya penyehatan air adalah: Surveilans kualitas air;


Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih; Pemeriksaan kualitas air; Pembinaan
kelompok pemakai air. Kegiatan dilaksanakan dengan strategi terpadu
pengawasan, perbaikan dan pembinaan pemakai air.

Target Program Penyehatan Air yang ingin dicapai yaitu : Cakupan


air bersih perkotaan 100% dan pedesaan 85% dan Memenuhi syarat kimia
dan bakteriologis 70%.

Kegiatan pemantau kualitas air terdiri dari observasi sarana air


bersih dan observasi penduduk yang menggunakan sarana air bersih dan
bukan sarana air bersih. Kegiatan pemantan kualitas air secara umum
untuk mengetahui gambaran keadaan sanitasi sarana dan kualitas air
sebagai data dasar dan penyediaan informasi pengamanan kualitas air
sehingga tersedia rekomendasi tindak lanjut dalam upaya perlindungan
pencemaran dan perbaikan kualitas air. Pengawasan kualitas air dilakukan
dengan upaya inspeksi sanitasi sarana air bersih.

12
2.6.2 Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan permukiman,
dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup
serasi dengan lingkungan dan dapat mewujudkan kualitas lingkungan
permukiman yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan pada
berbagai substansi dan komponen lingkungan, yaitu meliputi jamban
keluarga, saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan pengelolaan
sampah.

2.6.3 Penyehatan Tempat -Tempat Umum (TTU)


Program Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU) bertujuan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan tempat-tempat umum dan sarana
kemasyarakatan lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga
dapat melindungi masyarakat dari penularan penyakit, keracunan,
kecelakaan, pencemaran lingkungan serta gangguan kesehatan lainnya.

2.6.4 Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)

Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan


pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan
& minuman, kesiapsiagaan dan penanggulangan KLB keracunan,
kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.

Target program TPM memenuhi syarat sehat sebesar 75 % dengan


upaya kegiatan antara lain melaksanakan pengawasan higiene dan sanitasi
TPM pada restoran, rumah makan, jasa boga, industri rumah tangga, dan
depot air minum isi ulang.7

Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat


penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana
ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan
lainnya. Selain itu juga dilakukan upaya pembinanan institusi yang
meliputi : Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan
perkantoran. Target program penyehatan tempat-tempat umum yaitu:

13
memenuhi syarat kesehatan 75%.

2.7 Upaya kesehatan lingkungan


Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimal pula.

Adapun tujuan dilakukannya upaya kesehatan lingkungan adalah untuk


menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga
faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya
penyakit menular dimasyarakat.

Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk


menciptakan lingkungan sehat telah dipilih beberapa indikator, yaitu persentase
rumah sehat, persentase keluarga yang memiliki akses air bersih dan air minum,
jamban sehat, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah serta
Tempat-Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TTUPM). Beberapa upaya
untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh
berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan
dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan.

2.8 Kriteria keberhasilan program kesehatan lingkungan

Lingkungan mempunyai dua unsur pokok yang sangat erat kaitannya satu
sama lain yaitu unsure fisik dan sosial, lingkungan fisik dapat mempunyai
hubungan langsung dengan kesehatan dan perilaku sehubungan dengan kesehatan
seperti akibat pengelolaan limbah yang tidak memenuhi syarat dapat
menimbulkan penyakit antara lain ISPA, DBD, Diare, Malaria, Penyakit Kulit.
Lingkungan sosial seperti ketidakadilan social yang menyebabkan kemiskinan
yang berdampak terhadap status kesehatan masyarakat yang mengakibatkan
timbulnya penyakit berbasis lingkungan.9

Keberhasilan program kesehatan lingkungan ini dapat ditunjukan dengan:

1. Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi

14
syarat kesehatan 75%, persentase keluarga menggunakan air bersih
menjadi 62%, persentasi keluarga menggunakan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan menjadi 64% dan persentase tempat-
tempat umum dan tempat pengolahan makanan minuman yang sehat
menjadi 76 dan 55%.

2. Penurunan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA,


DBD, diare, penyakit kulit, malaria.

3. Terciptanya hubungan kerjasama yang baik antara lintas program dan


lintas sektor di wilayah kerja Puskesmas.

2.9. Fasilitas kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang


digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan
dan/atau masyarakat, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. jenis
fasilitas kesehatan yang dimaksud pada pasal peraturan pemerintah republic
Indonesia nomor 47 tahun 2016 tentang fasilitas pelayanna kesehatan adalah
tempat praktek mandisi tenaga kesehatan, pusat kesehatan masyarakat, klinik,
rumah sakit, apotek, unit transfuse darah, laboratorium kesehatan, optikal, fasilitas
pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum, dan fasilitas pelayanan
kesehatan tradisional. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 71 tahun
2013, syarat mendirikan fasilitas kesehatan seperti prakter dokter umum harus
memenuhi Surat Ijin Praktik; 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 3. perjanjian
kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring lainnya; dan 4. surat
pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.1
Menurut PPRI no 47 tahun 2016 tentang fasilitas kesehatan, Jenis Fasilitas
Pelayanan Kesehatan adalah

a. tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan

15
b. pusat kesehatan masyarakat

c. klinik

d. rumah sakit

e. apotek

f. unit transfusi darah

g. Iaboratorium kesehatan

h. optikal

i. fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hokum

j. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.

Penentuan jumlah dan jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana


dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan mempertimbangkan unsur-unsur
sebagai berikut:

a. luas wilayah

b. kebutuhan kesehatan

c. jumlah dan persebaran penduduk

d. pola penyakit

e. pemanfaatannya

f. fungsi social

g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

Persyaratan yang harus dipenuhi bagi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama terdiri
atas:

1. untuk praktik dokter atau dokter gigi harus memiliki:

16
a. Surat Ijin Praktik;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring
lainnya; dan
d. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

2. untuk Klinik Pratama atau yang setara harus memiliki:

a. Surat Ijin Operasional;


b. Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin
Praktik
c. atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;
d. Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik
e. menyelenggarakan pelayanan kefarmasian;
f. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
g. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
h. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
i. dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

Pelayanan kesehatan seperti klinik praktek mandiri atau masyarakat, bidan


dan apotek, harus memiliki izin dan syarat lokasi, bangunan, ruangan, prasarana,
peralatan, dan ketenagaan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 028/Menkes/PER/I/2011 tentang Klinik, yang disebutkan pada
Bab III tentang persyaratan.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan yaitu :


lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari keempat faktor
tersebut, di negara yang sedang berkembang, faktor lingkungan dan faktor
perilaku yang mempunyai peranan besar terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan

17
lingkungan yang baik. Untuk itu sarana pelayanan kesehatan memiliki peranan
penting terhadap hal tersebut. Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat
bertemunya kelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok masyarakat
pemberi pelayanan, kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan sekitar.
Adanya interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya penyakit bila tidak
didukung dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter. Dalam pelayanan
kesehatan perlu diperhatikan pengelolaan limbah medis yang dapat
memperngaruhi lingkungan jika tidak ditanggulangi atau dikelola dengan benar.

Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan


semakin lama semakin meningkat. Penyebabnya adalah jumlah rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, maupun laboratorium medis yang terus bertambah.
Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa jumlah rumah
sakit di Indonesia mencapai 2.228 unit yang terdiri dari 1725 unit rumah sakit
umum dan 503 unit rumah sakit khusus. Fasilitas kesehatan yang lain
diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat (Kemenkes RI, 2014).

Dalam pengelolaan limbah padat, pemisahan antara limbah medis dan


limbah non medis belum dilaksanakan dengan baik. Dalam pengelolaan limbah
medis cair memang sudah menggunakan metode yang baik, tetapi di rumah sakit
Umum ini tidak melakukan pemeriksaan terhadap air limbah yang diolah sebelum
dibuang ke sungai. Dalam pengelolaan limbah medis, perlu disertakan izin
terhadap pelayanan kesehatan yang sudah mendapat izin.

18
BAB III
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS

3.1 DATA UMUM PUSKESMAS


3.1.1 Data Wilayah
A. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat :
- Sebelah Utara : Jl. Gaharu, Kel. Cipete selatan
- Sebelah Selatan : Jl. Taman Wijaya Kusuma Kel. Pondok Labu
- Sebelah Timur : Kali Krukut
- Sebelah Barat : Jl. Raya Fatmawati
Wilayah Kelurahan Cilandak Barat terletak di sebelah Barat Daya Kota
Jakarta di ketinggian 50 m di atas permukaan laut dengan sudut kemiringan 0.25
serta curah hujan rata-rata 2.036 mm/tahun.

Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Cilandak Barat

B. Luas Wilayah Kerja


Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat terletak di Jl. Sakura no. 127
Komplek MPR RW/RT 04/07 Kelurahan Cilandak Barat. Jumlah karyawan

19
Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat adalah 11 orang yang terdiri dari 7 Pegawai
Negri Sipil & 4 Pegawai BLUD. Luas wilayah Kelurahan Cilandak Barat 6,04
km yang terdiri atas 12 RW dan 148 RT.

1. Keadaan Penduduk
- Jumlah penduduk : 59.144 jiwa
- Jumlah pednduduk laki laki : 29.721 jiwa
- Jumlah penduduk perempuan : 29.423 jiwa

Tabel 1. Komposisi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cilandak


Barat
Umur Jumlah Persentase
0-4 5.089 8,60 %
5-9 4.722 7,98 %
10-14 4.575 7,73 %
15-19 4.708 7,96 %
20-24 4.453 7,52 %
25-29 5.021 8,48 %
30-34 5.966 10,08 %
35-39 5.299 895 %
40-44 4.934 8,34 %
45-49 4.264 7,20 %
50-54 3.372 5,70 %
55-59 2.397 4,05 %
60-64 1.670 2,82 %
65-69 1.146 1,93 %
70-74 859 1,45 %
>75 709 1,19 %
Total 59.144 100
(Sumber : data Puskesmas)

Pada Tabel 1 dapat dilihat jumlah penduduk dengan umur 30-34 tahun
merupakan yang terbanyak sedangkan penduduk usia >75 tahun merupakan
jumlah yang paling sedikit.

20
>70
60-69
50-59
40-49
30-39
20-29
10-19
0-9

Gambar 2. Piramida Penduduk (Sumber: data Puskesmas)

>70

60-69

50-59

40-49

30-39

20-29

10-19

0-9

Gambar 3. Grafik Penduduk (Sumber : data Puskesmas)

Pada Gambar 2 dan Gambar 3 dapat dilihat dari data diatas jumlah
penduduk dengan umur 30-39 tahun merupakan yang terbanyak sedangkan
penduduk berumur >70 tahun merupakan jumlah yang paling sedikit. Kelurahan
Cilandak Barat memiliki penduduk sebesar 59.144 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 10.038 jiwa/km2. Ini berarti kepadatan penduduk di Kelurahan
Cilandak Barat cukup tinggi.

21
2. Sosial Budaya
a. Pemeluk Agama
Tabel 2. Data Pemeluk Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cilandak
Barat
Agama Presentase
Islam 58%
Kristen Protestan 21%
Katolik 12%
Budha 7%
Hindu 2%

(Sumber : data Puskesmas)


Pada Tabel 2 dapat dilihat penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Cilandak Barat mayoritas beragama islam.
b. Sarana Pendidikan
- PT / Akademi :1
- SMTA / MA :1
- SMTP / MTs :2
- SD / MI : 22
- SLB :0
- Pondok Pesantren :0
- TK / RA :8
- PAUD :4
Fasilitas pendidikan yang ada di wilayah Puskesmas berjumlah 36 &
sarana yang paling banyak adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidyah yaitu 20.
c. Sarana kesehatan
- Rumah Sakit :1
- Puskesmas :2
- Rumah Bersalin :2
- Klinik pratama :3
- Praktek mandiri :2
- Apotik :5

22
- Optik :2
- Posyandu : 19

d. Ekonomi
Tabel 3. Data Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja Kelurahan Cilandak
Barat
No Mata Pencaharian Persentase
1 Buruh 46
2 Perdagangan 24
3 Swasta 13
4 Pegawai Negeri 8
5 ABRI 6
6 Lain-lain 3
(Sumber : data Puskesmas)
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Kelurahan Cilandak Barat
sebagian besar adalah buruh dan berdagang.

3.1.2 Gambaran Umum Puskesmas


Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat mempunyai wewenang dan
tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya
sehingga Puskesmas harus dapat menjalankan fungsi dan program pokok
kesehatan dan untuk memperoleh gambaran hasil pelaksanaan 18 program pokok
tersebut.
Data yang akan diberikan adalah mengenai gambaran umum Puskesmas,
sumber daya dan kondisi lingkungan yang meliputi ketenagaan, sarana, geografi,
demografi dan keadaan sosial, ekonomi dan budaya. Data dan hasil kegiatan 18
program pokok diperoleh dari data lintas sektoral dan dari hasil kegiatan
pelayanan kesehatan individu maupun masyarakat di dalam dan di luar gedung.
Urusan tata usaha Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat terdiri dari
kepegawaian, perlengkapan, dan umum. Untuk memudahkan dalam menguraikan

23
dan memberikan pengertian serta pemahaman, maka hasil kegiatan akan diuraikan
secara berurutan sebagai berikut :
1. Kepegawaian
Kegiatan yang dilaksanakan oleh kepegawaian lebih banyak disampaikan
dalam bentuk tabel, selengkapnya adalah :
a. Rekapitulasi data pegawai menurut agama
b. Rekapitulasi data pegawai menurut jenis kelamin
c. Rekapitulasi data pegawai menurut status perkawinan
d. Rekapitulasi data pegawai menurut golongan
e. Rekapitulasi data pegawai menurut jenjang pendidikan
f. Rekapitulasi data pegawai pensiun
g. Rekapitulasi data tenaga kontrak
h. Rekapitulasi data kebutuhan tenaga

Tabel 4. Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Menurut Agama


Unit Kerja Agama
No Jumlah
( Puskesmas ) Islam Kristen Budha Hindu
1. Kel. Cilandak Barat 11 0 - 0 11
Jumlah 11 0 - 0 11

Tabel 5. Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Menurut Jenis Kelamin


Unit Kerja Jenis Kelamin Jumlah
No
( Puskesmas ) Pria Wanita
1. Kel. Cilandak Barat 4 7 11
Jumlah 4 7 11

Tabel 6. Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Menurut Status Perkawinan


Unit Kerja Belum Janda/
No Kawin Jumlah
( Puskesmas ) Kawin Duda
1. Kel. Cilandak Barat 9 2 - 11
Jumlah 9 2 - 11

24
Tabel 7. Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Menurut Golongan
Unit Kerja
No Kelurahan Cilandak Barat
( Puskesmas )
1. Golongan I -
2. Golongan II 2
3. Golongan III 3
4. Golongan IV 1
5. TKK 5
Jumlah 11

Tabel 8. Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Menurut Jenjang Pendidikan


Unit Kerja
No Kelurahan Cilandak Barat
( Puskesmas )
1. Golongan S2 -
2. Golongan S1 3
3. Golongan D3 4
4. Golongan D1 -
5. Golongan SLTA 4
6. Golongan SMP -
7. Golongan SD -
Jumlah 11

Tabel 9. Rekapitulasi Data Tenaga Kontrak dan BLUD Puskesmas


Mulai Jenis Tempat
Nama Pendidikan
Kerja Kelamin Tugas
Drg. Hj. Endang Ariastiwi S1 Kedokteran 5-03-2012 Wanita Kel. Cilbar

Dr. Amora Fadila S1 Kedokteran 1-03-2017 Wanita Kel. Cilbar


Komala Saimah SPR 17-02-2014 Wanita Kel. Cilbar
Suwala. R SMA 1-09-2016 Pria Kel. Cilbar
Yunny Amalia D3 Bidan 1-01-2017 Wanita Kel. Cilbar
Rusmala Dewi SMA 6-03-2017 Wanita Kel. Cilbar
Ngatno SMA 1-01-2005 Pria Kel. Cilbar
Marini Dwijayanti D3 Farmasi 1-08-2008 Wanita Kel. Cilbar
Ratna Mulyani D3 14-02-2013 Wanita Kel. Cilbar
Wahyudi SMA 21-05-2015 Wanita Kel. Cilbar
Achmad Firmansyah S1 Kesehatan 1-09-2016 Pria Kel. Cilbar
Masyarakat

25
Dari hasil rekapitulasi dapat dilihat mayoritas pegawai negeri di
Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat beragama islam dan sebagian besar pegawai
adalah wanita. Pegawai negeri di Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat terdiri dari
golongan II, III, IV dan TKK. Jenjang pendidikan pegawai negeri di Puskesmas
Kelurahan Cilandak Barat terdiri dari S1, D3, dan SLTA.

2. Penanggung Jawab Pemegang Barang


Kegiatan penanggung jawabbarang dapat disampaikan dalam bentuk
laporan penerimaan barang dan pemeliharaan adalah :
a. Kendaraan bermotor dinas
b. Alat kesehatan
c. Obat-obatan dan barang non-medis
3. Penanggung Jawab Umum
Kegiatan penanggung jawab umum yang dapat disampaikan adalah
pengelolaan surat masuk dan surat keluar. Surat yang masuk ke Puskesmas
Kelurahan Cilandak Barat Kotamadya Jakarta Selatan sejumlah 54 surat dan yang
keluar sejumlah 143 surat.
Peningkatan Wawasan ANC : 2 orang
Pertemuan Koordinasi & Monev Pelaksanaan Case Based Measles : 2
orang.
4. Laporan SP2TP (Sistem Pencatatan & Pelaporan Terpadu Puskesmas)
Puskesmas kelurahan masih menggunakan sistem manual.
5. SIK (Sistem Informasi Kesehatan)
Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat memakai software ASIMPUS 2003.
6. Sarana Fisik
Ruangan pelayanan yang tersedia:
a. Unit Pelayanan Loket
b. Unit Pelayanan Umum &RTD
c. Unit Pelayanan Gigi
d. Unit Pelayanan KB/KI

26
e. Unit Pelayanan Imunisasi
f. Unit Pelayanan Obat
g. Laboratorium Sederhana
7. Sarana Penunjang Puskesmas
a. Mobil ambulans : 1 buah
b. Sepeda motor : 3 buah
c. Alat komunikasi telepon dan alat-alat penyuluhan
8. Sumber Dana
Sumber pendanaan Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat berasal dari
pendapatan Puskesmas (Retribusi dan Biaya Pelayanan/Tindakan Medis) dan
APBD.

3.1.3 Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas


Tabel 10. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Cilandak
Barat
Kode Nama Jumlah
Presentase
Penyakit Penyakit Kasus
J00-J01 Infeksi Akut Saluran Pernapasan Bagian Atas 819 22,24
Penyakit lainnya 741 20,12
I10 Penyakit tekanan darah tinggi 522 14,18
M13 Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat 271 7,36
J10-J11 Penyakit lain pada saluran pernafasan atas 267 7,25
E11 DM tidak bergantung insulin 196 5,32
L20, L30 Penyakit kulit alergi 141 3,83
K29 Gastritis dan Duodenitis 98 2,66
L00, L08 Penyakit kulit infeksi 67 1,82
I24 Penyakit jantung iskemik lainnya 56 1,52
(Sumber : data Puskesmas)
Pada Tabel 10 dapat dilihat penyakit terbanyak di Puskesmas Kelurahan
Cilandak Barat adalah Infeksi Akut Saluran Pernapasan Bagian Atas, yaitu
sebesar 22,24%.

3.1.4 Daerah Rawan Banjir

27
Terjadinya genangan air di wilayah kelurahan cilandak barat, selain
diakibatkan oleh hujan yang terus menerus juga akibat banjir kiriman (luapan air)
dari kali/sungai yang melalui wilayah Kelurahan Cilandak Barat. Adapun
daerah/lokasi rawan banjir yang ada di wilayah Kecamatan Cilandak sebagai
berikut :
Tabel 11. Daerah Rawan Banjir di Wilayah Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat
No. RW Lokasi Keterangan
1 01 RT 10, 11, 12, 13 Luapan Kali Krukut
2 02 RT 08, 13 Luapan Kali Krukut
3 11 RT 6, 9 Luapan Kali Krukut
4 12 RT 5, 6, 8, 9 Luapan Kali Krukut
(Sumber : data Puskesmas)

3.2 DATA KHUSUS PUSKESMAS


3.2.1 Visi Misi
Visi Puskesmas
Menjadi Puskesmas terdepan menuju Jakarta sehat
Misi Puskesmas
1. Memberikan pelayanan prima dengan sepenuh hati.
2. Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
3. Meningkatkan kualitas SDM yang kompeten dan mampu bersaing.
4. Menyediakan sarana dan prasarana yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan.
5. Menjalin dan meningkatkan kerja sama lintas sektoral.
3.2.2 Program Pokok Puskesmas
1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya
tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

28
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
e. Promosi Kesehatan
f. Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Jiwa/ Napza
c. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
d. Upaya Pembinaan Pengobatan tradisional
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulu
3. Upaya Kesehatan Inovasi
a. Laboratorium
b. Apotek

3.2.3 Struktur Organisasi Dan Deskripsi Kerja Puskesmas

29
Gambar 4. Struktur Organisasi Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat tahun 2016
Deskripsi Kerja
1. Dokter/Kepala Puskesmas
Tugas pokok : Mengusahakan agar fungsi Puskesmas terselenggara dengan
baik.
Fungsi :
a. Sebagai seorang manager :
Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.
Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
secara vertikal dan horizontal.
Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.
b. Sebagai seorang dokter :
Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita
Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi
Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan
masyarakat.
2. Dokter Umum

30
Tugas pokok : Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja
Puskesmas dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
a. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.
b. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik
di Puskesmas, Pustu atau Pusling.
c. Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita dan
masyarakat.
d. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan
peran masyarakat.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
3. Dokter Gigi
Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
a. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.
b. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah
kerja Puskesmas secara teratur.
c. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas.
d. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
e. Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam
pengembangan peran serta masyarakat.
f. Memberikan penyuluhan kesehatan.
g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4. Perawat Gigi
Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas.
Fungsi :
a. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas.
b. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi
yang sakit.

31
c. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi.
d. Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS (Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah).
e. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi
5. Tata Usaha
Tugas pokok :
a. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas.
b. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.
Fungsi :
a. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi.
b. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.
c. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.
d. Melakukan laporan berkala ketatausahaan.

6. Petugas Perkesmas
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.
Fungsi :
a. Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar
gedung.
b. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas.
c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
d. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.
e. Melakukan pendataan sasaran secara periodik.
7. Petugas Pengobatan
Tugas pokok :
a. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.
b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi
dari dokter.

32
c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
d. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
f. Melakukan kegiatan Puskesmas.
g. Ikut dalam kegiatan Puskesling.
8. Petugas P2M
Tugas pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
a. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
b. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular.
c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular.
d. Melakukanpenyuluhan, pencatatan dan pelaporan.
e. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas
delegasi dari dokter.
f. Melakukan kunjungan rumah.
g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait
P2P.
h. Memberikan penyuluhan kesehatan.
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
9. Petugas KIA
Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja
Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
a. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui,
bayi, dan anak.
b. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.
c. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.
d. Melakukan pembinaan dukun bayi.
e. Melakukan pembinaan kepada bidan desa.

33
f. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang
terkait dengan KIA.
g. Melakukan penyuluhan kesehatan.
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
i. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
10. Petugas Gizi
Tugas pokok : Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di
wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
a. Melaksanakan pemberian makanan tambahan.
b. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang
gizi.
c. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan
gizi.
d. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
f. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.
g. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.
h. Melakukan pembinaan Posyandu.
i. Melakukan rujukan kasus gizi.
11. Petugas Sanitarian
Tugas pokok : Merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua unsur
fisik dan lingkungan yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan
masyarakat.
Fungsi :
a. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih,
jamban keluarga, rumah sehat, kebersihan lingkungan dan
pekarangan.
b. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata
air, penampungan air hujan dan sarana air bersih lainnya. Pengawasan
higiene, perusahaan dan tempat tempat umum. Melakukan

34
pencatatan dan pelaporan. Aktif memperkuat kerjasama lintas
sektoral.
c. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang terkait dengan
H.S.
d. Memberikan penyuluhan kesehatan.
e. Pengawasan, penyehatan perumahan.
f. Pengawasan pembuangan sampah.
g. Pengawasan makanan dan minuman.
h. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah)
12. Pelayanan Imunisasi
Tugas pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah kerja
Puskesmas.
Fungsi :
a. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas.
b. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
d. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi.
e. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.
f. Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya kurang.
g. Memberikan penyuluhan kesehatan.
13. Petugas Apotek
Tugas pokok : Menerima resep, memeriksa, meracik dan membungkus dan
memberikan obat.
Fungsi :
a. Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat yang meliputi
peresepan, pembungkusan dan pemberian obat pada pasien.
b. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.
c. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di
apotek.
d. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan PKD.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.

35
f. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.
14. Petugas Laboratorium
Tugas Pokok : Melakukan pelayanan pemeriksaan laboratorium.
Fungsi :
a. Membantu menegakkan diagnosa penyakit.
b. Melaksanakan pemeriksaan spesimen.
c. Membantu rujukan spesimen.
d. Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan
laboratorium.
e. Memberikan penyuluhan kesehatan.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
15. Petugas Pendaftaran
Tugas Pokok : Melakukan proses pelayanan di loket pendaftaran pada semua
pengunjung Puskesmas.
Fungsi :
a. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.
b. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran.
c. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien.
d. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.
e. Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari
tersebut.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
16. Petugas Gudang Obat
Tugas Pokok : Mengelola obat-obat yang ada di Puskesmas.
Fungsi :
a. Membantu dokter atau kepala Puskesmas dalam pengelolaan obat di
Puskesmas.
b. Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas.
c. Mengatur penyimpanan obat.
d. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.

36
e. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan
Desa (PKD).
f. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam
obat.

3.3 PROGRAM POKOK PUSKESMAS


3.3.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
1. Kesehatan Ibu dan Anak
a. KIA
Pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari program
kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu menuju NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta meningkatkan derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Kegiatan yang dilakukan dalam KIA dan KB di Puskesmas kecamatan Cilandak,


yaitu:
Kelas ibu hamil yang dilakukan 3-4 kali setiap bulan.
Sosialisasi deteksi dini tanda bahaya kehamilan dan PMTCT ke ibu
hamil.
Penyuluhan KB ke kelompok wanita usia subur atau masyarakat.
Tabel 12. Hasil Kegiatan Pelayanan KIA Periode April Juni Tahun 2017
Indikator Target Sasaran 1 Sasaran Cakupan Pencapaian
(%) tahun bulan Kegiatan Persen (%)
berjalan (%)
Kunjungan K1 100 83 254 307 120,8 120,8
Kunjungan K4 96 981 245 246 100,4 104,7
Penanganan komplikasi 88 863 143 45 31,46 35,75
ibu hamil

37
Persalinan oleh tenaga 98 938 234 215 91,88 93,75
kesehatan
Kunjungan nifas 98 938 234 215 91,88 93,75
Kunjungan neonatus 1 100 893 223 215 96,41 96,41
Kunjungan neonatus 97 893 223 215 96,41 99,39
PKN 100 134 33 15 45,45 45,45
Kunjungan bayi 97 893 223 191 85,65 88,29
Kunjungan balita 92 4085 1021 915 89,61 97,41
Managemen terpadu 92 2085 1021 810 79,33 86,21
balita sakit
Kelompok pendukung 100 96 45 10 23 23
(Sumber : data Puskesmas)
Hasil kegiatan pelayanan KIA sebagian besar sudah mencapai target yang
diharapkan. Beberapa kegiatan dengan cakupan yang masih rendah, diantaranya
penanganan komplikasi ibu hamil, PKN, dan kelompok pendukung.

b. Keluarga Berencana (KB)


Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu perencanaan untuk mengatur
kehamilan bagi pasangan usia subur dengan memperpanjang jarak antara
kehamilan dan mencegah kelahiran selanjutnya apabila jumlah anak telah
mencapai yang dikehendaki berguna untuk membentuk generasi penerus yang
sehat dan cerdas.

Tujuan KB dapat dibagi 2, yaitu:


Tujuan umum
Untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera (NKKBS).
Tujuan khusus
a) Agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak.
b) Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu akan pentingnya
memelihara kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan.
Tabel 13. Pencapaian Peserta KB Periode April Juli Tahun 2017
Indikator Target Sasaran 1 Sasaran Cakupan Pencapaian

38
(%) tahun bulan (%)
Kegiatan Persen (%)
berjalan
KB Aktif 75 9309 2327 450 19,3 25,7
(Sumber : data Puskesmas)

c. Imunisasi
Imunisasi adalah pembentukan imunitas dengan pemberian antigen untuk
menimbulkan system kekebalan tubuh.Pemberian imunisasi merupakan salah satu
kegiatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). PD3I merupakan
penyakit-penyakit menular yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah dan
kematian terutama pada bayi seperti, penyakit polio, campak, pertusis, dan difteri
yang dapat berakibat kecacatan dan kematian.
Tabel 14. Pencapaian Peserta Imunisasi Periode April - Juni 2017
Sasaran Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Indikator bulan Persentase
(%) 1 tahun Kegiatan (%)
berjalan (%)
BCG 95 1000 250 95 38 40
Polio 1 95 1000 250 89 35,6 37,47
Polio 2 95 1000 250 103 41,2 43,37
Polio 3 95 1000 250 104 43,6 45,9
Polio 4 95 1000 250 109 43,6 45,9
DPT/HB-Hib 1 95 1000 250 86 34,4 36,2
DPT/HB-Hib 2 95 1000 250 108 43,2 45,47
DPT/HB-Hib 3 95 1000 250 113 45,2 47,5
Campak 95 1000 250 75 30 31,58
Campak booster 95 1000 250 58 23,18 24,4
batita
(Sumber : data Puskesmas)

Cakupan peserta imunisasi di Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat masih


sangat rendah, dimana semua imunisasi belum mencapai target yang diharapkan.

2. Gizi
Tujuan dari program perbaikan gizi adalah untuk menurunkan angka
penyakit akibat kurang gizi yang umumnya diderita oleh masyarakat
berpenghasilan rendah, terutama balita dan wanita.Kegiatan gizi terdiri dari;

39
konseling gizi, pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita dan ibu hamil,
pemberian tablet Fe pada ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan dalam program gizi
masyarakat meliputi :
Pelacakan Kasus (BGM dan Gizi Buruk ) di Masyarakat
Pemberian Vitamin A di TK dan Posyandu
Sweeping Vitamin A
Peningkatan cakupan ASI ekslusif
Pemeriksaan garam beryodium
Distribusi tablet tambah darah ( anemia gizi ) pada bumil
Pemberian PMT pemulihan balita gizi buruk
Pemberian MP ASI Baduta gakin
Pemberian PMT pemulihan bumil KEK
Pos gizi
Tabel 15. Indikator Gizi Periode April Juni Tahun 2017
Sasaran Cakupan
Target Pencapaian
Indikator bulan Persen
(%) Kegiatan (%)
berjalan (%)
Penimbangan balita 85 3005 3764 125 147
Bayi 0-6 bulan yang 80 577 180 31,2 39
mendapatkan ASI
esklusif
Ibu hamil yang 90 245 171 69,8 77,5
mendapatkan 90 tablet Fe
(Sumber : data Puskesmas)

Kegiatan penimbangan balita sudah mencapai target sesuai yang


diharapkan. Namun, cakupan kegiatan bayi dengan ASI eksklusif masih sangat
rendah, yaitu hanya 31,2%. Mengingat pentingnya ASI ekslusif bagi bayi 0-6
bulan, kegiatan ini masih perlu untuk ditingkatkan.

Tabel 16. Balita Dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) Periode
April Juni 2017
Bulan Jumlah Balita BGM

40
Januari 8
Februari 6
Maret 9
Jumlah 23
(Sumber : data Puskesmas)
Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) masih cukup
banyak. Pada balita yang berada di garis merah akan diadakan tindakan lanjutan
yaitu berupa pemberian makanan tambahan dan dilakukan pemulihan yang
dilaksanakan untuk balita gizi buruk selama 90 hari.

3. Kesehatan Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan dalam program kesehatan lingkungan dalam
Tahun 2015 yaitu, kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pembinaan
tempat-tempat Umum (TTU), pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM),
sosialisasi sanitasi Total Berbasis masyarakat, pengambilan sampel makanan,
pengambilan sampel air bersih, pengambilan sampel air limbah, pemeriksaan uji
petik jajanan makanan, pemeriksaan cholinesterase, sweeping flu burung,
sweeping filariasis, sekolah sehat, pemeriksaaan uji petik jajanan kantin sekolah,
pembentukan jumantik sekolah, jumantik mandiri, dan pengukuran suhu,
kelembaban, cahaya, kebisingan.

Tabel 17. Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan Periode April Juni Tahun
2017

Indikator Target Tempat Tempat Cakupan Pencapaian


yang di yang
(%) periksa memenuhi (%) (%)
syarat
TPM yang memenuhi syarat 75 58 28 45,4 60,5
TTU yang memenuhi syarat 75 30 15 50 66.7
Fasilitas kesehatan 75 10 4 40 53,3
Rumah bebas jentik 95 5504 4000 72,6 76,4
Penangan Sampah Infeksius 100 2 2 100 100
Sanitasi Total Berbasis 100 1 1 100 100
Masyarakat

41
Cakupan rumah bebas jentik belum mencapai target yang diharapkan. Ini
dikarenakan kurangnya kepedulian pemilik rumah akan bahaya jentik nyamuk.
Penanganan sampah infeksius dan sanitasi total berbasih lingkungan juga sudah
mencapai target yang diharapkan. Namun, beberapa kegiatan program kesehatan
lingkungan masih perlu untuk ditingkatkan, yaitu TTU dan TPM yang memenuhi
syarat serta fasilitas kesehatan, program rumah bebas jentik, penanganan sampah
infeksius dan sanitasi lingkungan di masyarakat. Program rumah bebas jentik di
wilayah Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat sendiri masih memiliki cakupan
yang rendah dibandingkan dengan kelurahan lain di wilayah Kecamatan Cilandak.

4. Promosi Kesehatan
Promkes mempunyai Sasaran Mutu, yaitu :
Penyuluhan Dalam Gedung 12 kali/bulan
Penyuluhan Luar gedung 6 kali/bulan
Promosi kesehatan melalui Media Sosial

Kegiatan yang dilakukan :


1. Sosialisasi Program Prioritas (DBD, TBC, KIA, KB, gizi, imunisasi, diare,
AIDS, Air dan kesehatan lingkungan)
2. Pendataan PHBS Di seluruh RW yang ada di wilayah Kecamatan Cilandak
3. Pembinaan RW / Kelurahan Siaga
4. Pembinaan SMD/MMD
5. Sosialisasi Program Non Proiritas (jiwa, gigi dan mulut, penyakit
degenerative, keganasan, lain lain)

Tabel 18. Pencapaian Hasil Kegiatan di Dalam dan Luar Gedung Periode April Juni
2017
Indikator Target Sasaran Sasaran Cakupan Pencapaian

42
(%) 1 tahun bulan Kegiatan Persentase (%)
berjalan (%)
Kegiatan di 100 144 36 63 175 175
dalam gedung
Kegiatan di 100 72 18 17 94,4 94,4
luar gedung
(Sumber : data Puskesmas)

Tabel 19. Frekuensi Penyuluhan di Dalam dan Luar Gedung Periode April - Juni 2017
Dalam Luar
Materi Jumlah
Gedung Gedung
KIA 3 0 3
KB 3 0 3
Gizi 3 1 4
Imunisasi 3 2 5
Diare 3 0 3
Demam Berdarah 3 12 15
AIDS 3 0 3
Hepatitis 3 0 3
ISPA 3 0 3
Rokok & Narkoba / Obat Berbahaya 3 0 3
Keganasan Kanker 3 0 3
Penyakit Degeneratif 3 0 3
Air & Kesehatan Lingkungan 3 0 3
TBC 3 0 3
Kusta / Frambosia 3 0 3
Kes. Gigi & Mulut 3 1 4
Kesehatan Mata 3 0 3
Kesehatan Jiwa 3 0 3
PTM 3 0 3
PHBS 3 0 3
Lain-lain / Cikungunya / IVA Test 3 0 3
Kantin Sehat 0 1 1
Jumlah 63 17 80
(Sumber : data Puskesmas)

Program promosi kesehatan lebih sering dilakukan di dalam gedung


(Puskesmas), dimana cakupan kegiatan di dalam gedung mencapai 175%. Hal ini
dikarenakan penyuluhan di dalam gedung sudah rutin dilakukan setiap hari di
Puskemas dengan materi yang berbeda-beda setiap harinya. Cakupan kegiatan di

43
luar gedung sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan. Beberapa contoh
penyuluhan di luar gedung biasanya dilakukan di Posyandu, Posbindu, PSN,
sekolah, PKK, dan IKK. Namun penyuluhan di sekolah dengan sasaran peserta
didik maupun warga sekolah masih sangat kurang. Materi penyuluhan di sekolah
yang sudah dilakukan yaitu penyuluhan kantin sehat di sekolah dengan sasaran
warga sekolah dan pengurus kantin.
5, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
a. PTM (Penyakit Tidak Menular)
1. Senam DM Dan Hipertensi
2. Sosialisasi PTM dalam dan luargedung
3. Sosialisasi dan Pembinaan Posbindu di wilayah Kecamatan Cilandak
b. Penyakit Menular
1. DBD
a. Penyelidikan Epidemiologi
b. Fogging Fokus pada wilayah tempat tingga lpenderita DBD
dengan hasil PE +
c. PSN Dilakukan setiap hari Jumat bersama lintas sektoral,
masyarakat dan kader terkait
d. GJS Dilakukan Padahari Jumat setiap mingguKe 2-4 tiap bulan
e. Pembentukan Jumantik Sekolah dan Jumantik Mandiri
2. Malaria
Sosialisasi Malaria kemasyarakat
3. Pengendalian HIV/AIDS dan IMS
a. Sosialisasi HIV/IMS Kemasyarakat
b. Sosialisasi HIV/IMS ke Populasi Kunci dan orang yang beresiko
(panti pijat, anak jalanan)
c. Sosialisasi Program Aku Bangga Aku Tahu terkait HIV Ke
Sekolah
d. Dokling / Mobile VCT ke Populasi Kunci Bekerjasama dengan
LSM
e. Pertemuan ODHA

44
f. Layanan CST / ARV / IMS yang ada di Puskesmas Kecamatan
Cilandak
4. Sosialisasi penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi ke kader,
posyandu atau masyarakat.

Tabel 20. Data Penemuan Kasus Suspek TB dan TB Baru BTA (+) Periode April
Juni 2017
Sasaran Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Indikator Bulan Persen
(%) 1 Tahun Kegiatan (%)
Berjalan (%)
Penemuan kasus TB 90 152 38 12 31,58 35,09
BTA (+) (Case
Detection Rate)
Pasien baru (belum 90 1520 380 14 3,68 4,09
pernah diobati / sudah
pernah mendapat OAT
< 1 bulan)
Pasien TB diobati 90 152 38 6 15,7 17,4
selama 6 bulan
(Sumber : data Puskesmas)
Tabel 21. Data penemuan kasus DBD pada periode April Juni 2017

Target penemuan Kasus yang


Sasaran Sasaran
Indikator kasus DBD untuk 1 didapat dalam 3
pemerintah Cilandak barat
tahun bulan
Penemuan
100 100.000 51.756 49
kasus DBD
(Sumber : data Puskesmas)

6. Upaya Pengobatan
Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan
gejalanya, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan yang khusus
untuk keperluan tersebut.
A. Layanan Unit Pelayanan Umum
Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan
menilai jumlah kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria
yang merupakan indikator kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu:

45
1. Kasus baru: pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis
bahwa seseorang menderita penyakit tertentu.
2. Kasus lama: kunjungan kedua suatu kasus baru penyakit yang sama dalam
satu periode penyakit yang bersangkutan.
3. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus
(lama) penyakit yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan.
Untuk penyakit menahun adalah kunjungan kedua dan seterusnya pada
tahun berikutnya. Frekuensi kunjungan adalah rata-rata jumlah kunjungan
setiap kasus ke Puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.

B. Layanan Unit Pelayanan Gigi


Layanan kesehatan mulut dan gigi ini meliputi :
Unit Pelayanan Gigi (UPG)
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
Kegiatan Rujukan
Pencatatan dan pelaporan

C. Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi berupa pemberian obat sesuai resep serta edukasi cara
pemakaian obat. Pendataan obat masuk dan keluar menggunakan sistem FIFO
(First In First Out).

D. Pelayanan Laboratorium
Kegiatan upaya kesehatan laboratorium ini merupakan kegiatan yang
sangat penting untuk menunjang kegiatan diagnosa penyakit. Kegiatan
Pemeriksaan laboratorium yang ada adalah pemeriksaan gula darah, kolesterol,
dan asam urat.

3.3.2 Upaya Kesehatan Pengembangan


1. UKGS Dan UKGMD
Pelayanan Kesehatan Gigi di Sekolah

46
Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat di Posyandu

2. UKS / PKPR
Skreening Anak Sekolah (TK- SMA) rutin dilakukan di tahun ajaran baru
Pertemuan dengan guru UKS dan PKPR di wilayah kecamatan Cilandak
Pelaksanaan BIAS
Sosialisasi Dokter kecil, UKS, kader kesehatan remaja, lingkungan
sekolahsehat
Pembentukan Peer Konselor ( usia 10-19 tahun ) terkait penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja, kesehatan jiwa remaja, NAPZA, HIV/AIDS
Poli PKPR di Puskesmas Kecamatan Cilandak

Tabel 22. Pencapaian Penjaringan/Skrining Anak Sekolah Kelas 1 (SD SMA)


Tahun Ajaran 2016
Jumlah peserta didik
Target Jumlah yang Cakupan Pencapaian
Indikator
(%) Sasaran mengikuti (%) (%)
kegiatan
Penjaringan murid kelas 1 SD 95 538 541 100 105,06
Penjaringan murid kelas 1 95 349 349 100 105,2
SMP
Penjaringan murid kelas 1 95 60 60 100 105,2
SMA
(Sumber: data Puskesmas)

3. LANSIA
Tabel 24. Hasil Kegiatan Program Kesehatan Lansia April Juni 2017 (Sumber: data
puskesmas)

Sasaran Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Indikator bulan Persentase
(%) 1 tahun Kegiatan (%)
berjalan (%)
Senam Hipertensi dan 100 24 6 6 100 100
Diabetes

47
Penyuluhan 100 24 6 6 100 100
Pelayanan kesehatan 100 36 9 9 100 100

Tabel 25. Frekuensi Penyakit Terbanyak di Pelayanan Kesehatan Panti Sosial


Tresna Werda April Juni 2017 (Sumber: data puskesmas)
Bulan
No. Nama Penyakit Total
April Mei Juni
1. Dermatitis Alergi 18 19 19 58
2. Hipertensi 18 16 14 48
3. Arthalgia 5 6 7 18
4. Dermatitis Jamur 18 0 0 18
5. Tonsilitis 6 6 5 17
6. Dyspepsia 4 6 7 17
7. ISPA 4 5 8 17
8. Myalgia 6 6 4 16
9. Asthma 6 4 3 13
10 Diare 3 3 2 8

48
BAB IV
PERENCANAAN

4.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian mixed-method dimana penelitian dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif dengan mendeskripsikan serta menganalisis data dengan
tujuan utama untuk memberikan gambaran mengenai suatu keadaan secara objektif.

4.2 Metodologi Penelitian


Metode penelitian yang akan digunakan berupa metode survei dengan tujuan
membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaran suatu program dan
hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut sehingga
diharapkan tujuan dari program tersebut tercapai kepada masyarakat. Metode ini akan
dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2017 di Puskesmas Kelurahan Cilandak
Barat.
4.2.1 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif dan kuantitatif dengan
mendeskripsikan serta menganalisis data dengan tujuan utama untuk memberikan
gambaran mengenai suatu keadaan secara objektif.
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari dokumen Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat
2. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan Koordinator kesehatan
lingkungan di Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat.

4.3 Lokasi Dan Waktu


4.3.1 Waktu Penelitian
Evaluasi program akan dilaksanakan dari bulan Agustus 2017.

4.3.2 Lokasi Penelitian


Evaluasi program akan dilaksanakan di Kelurahan Cilandak Barat.

49
4.4 Sampel Diagnostik Komunitas
4.4.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam evaluasi program ini adalah seluruh klinik kesehatan di
wilayah Kelurahan Cilandak Barat.
4.4.2 Kriteria Inklusi
1. Kriteria inklusi :

Tempat-tempat umum yang dijangkau oleh puskesmas yaitu fasilitas pelayanan


kesehatan seperti praktek klinik pratama atau praktek mandiri di wilayah
Cilandak Barat
Sudah mendapat persetujuan dari pemilik fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.

2.Kriteria eksklusi :

Rumah Sakit (fasilitas pelayanan kesehatan) yang tidak dalam naungan


puskesmas dan sudah memenuhi standard.
4.4.3 Besar Sampel
Besar jumlah sampel yang akan di ambil dari perwakilan. Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang memiliki populasi 20 diambil sebanyak 8 fasilitas pelayanan kesehatan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu


pengambilan sampel berdasarkan suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, sesuai ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui setempat.
Selanjutnya dilakukan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap sampel yang
memenuhi kriteria inklusi diatas sampai data yang didapatkan bersifat jenuh.

4.5 Analisis Komunitas


Data hasil kegiatan yang telah diperoleh dari pelaporan data Puskesmas
Kelurahan Cilandak Barat selama tahun 2017, kemudian akan dianalisis berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM). Masalah yang akan dievaluasi pada program ini
merupakan hasil kegiatan dengan pencapaian yang kurang dari 100% berdasarkan SPM.
Dari beberapa masalah tersebut akan dilakukan upaya pemecahan dengan menerapkan

50
metode algoritma problem solving cycle, yaitu setelah dilakukan identifikasi masalah
maka selanjutnya akan ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode
Hanlon kuantitatif. Dari beberapa masalah tersebut, kemudian diambil salah satu
program yang bermasalah dengan prioritas utama yang akan dipecahkan.
Langkah selanjutnya dilakukan survey secara kualitatif dengan pendekatan
sistem yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method, material,
machine, kemudian dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1, P2,
P3) dan manajemen mutu yang semua terangkum dalam Fish Bone Analysis, sehingga
didapatkan output. Input dan proses dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Data kemudian
diolah untuk mengidentifikasi dan mencari penyebab yang paling mungkin, kemudian
ditentukan alternatif pemecahan masalah dan selanjutnya menetapkan prioritas
pemecahan masalah terpilih dengan metode kriteria matriks (MIV/C). Setelah
pemecahan masalah terpilih, dibuat rencana kegiatan dalam bentuk POA (Plan Of
Action) dan diaplikasikan pada subjek.

4.6 Alur Pemecahan Masalah


Siklus pemecahan masalah diawali dengan identifikasi atau inventarisasi
masalah yang ada, setelah itu ditentukan masalah apa saja yang ada juga berbagai
penyebabnya, setelah ditemukan penyebab yang paling mungkin baru ditentukan dan
ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya, selanjutnya ditetapkan rencana penerapan,
dan yang terakhir baru dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.

51
1. Identifikasi
Masalah

8.Monitoring dan 2. Penentuan


evaluasi proritas masalah

7. Penentuan 3. Penentuan
rencana penerapan penyebab masalah

6. Penetapan 4. Memilih
pemecahan penyebab yang
masalah terpilih paling mungkin

5. Menentukan
alternatif pemecahan
masalah

Gambar 5. Alur Pemecahan Masalah

Siklus pemecahan masalah adalah seperti berikut :


1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai,
kemudian menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja.
Untuk hal ini digunakan format atau blanko SPM. Setelah itu adalah
membandingkan antara hasil kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan
sasaran dan target yang sudah ditentukan.
2. Penentuan prioritas masalah

52
Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara. Diantaranya
melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan para ahli.
Namun dalam penentuan masalah ini, metode yang kami gunakan adalah metode
Hanlon.
3. Penentuan penyebab masalah
Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan masalah
dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk menganalisis
penyebab masalah antara lain fish bone analysis system (diagram tulang ikan),
analisis sistem, pendekatan H.L.Bloem, analisis epidemiologi, dan pohon
masalah. Dalam hal ini, kami menggunakan metode fish bone analysis untuk
menentukan penyebab masalahnya.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain
dengan cara:
a. menetapkan tujuan dan sasaran
b. mencari alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab
yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada
alternatif pemecahan.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan
Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan).
8. Monitoring dan evaluasi

53
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang
sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri,
apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
Kerangka Pikir Masalah
Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada program-
program Puskesmas Kelurahan Kelurahan Cilandak Barat. Dasar untuk memutuskan
adanya masalah, yaitu:
1. Adanya kesenjangan antara target dan pencapaian dari program
2. Adanya rasa tidak puas terhadap pencapaian.
3. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut.

Dari hasil cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM) kegiatan Puskesmas


Kelurahan Cilandak Barat bulan April - Juni 2017, yang masih menjadi masalah dan
perlu diupayakan pemecahannya dengan menggunakan kerangka pemikiran
pendekatan sistem adalah sebagai berikut :

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME

Man P1

Money

LINGKUNGAN

Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial


Ekonomi, Kebijakan Gamb
ar 6. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem

4.7 Identitas Cakupan Program


Data pencapaian upaya kegiatan pokok upaya Puskesmas, berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal di Puskesmas Cilandak Barat, ditemukan masalah masalah
sebagai berikut :

54
Tabel 26. Pencapaian Peserta Imunisasi April Juni

Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Sasaran
Indikator bulan
1 tahun Persentase
(%) berjalan Kegiatan (%)
(%)

BCG 95 1000 250 95 38 40

Polio 1 95 1000 250 89 35,6 37,47

Polio 2 95 1000 250 103 41,2 43,37

Polio 3 95 1000 250 104 43,6 45,9

Polio 4 95 1000 250 109 43,6 45,9

DPT/HB-Hib 1 95 1000 250 86 34,4 36,2

DPT/HB-Hib 2 95 1000 250 108 43,2 45,47

DPT/HB-Hib 3 95 1000 250 113 45,2 47,5

Campak 95 1000 250 75 30 31,58

Campakbooster 95 1000 250 58 23,18 24,4

Batita

Tabel 27. Daftar Pencapaian Program Pelayanan Puskesmas Cilandak Barat Juni-
Agustus 2016

Indikator Target Sasaran Sasaran Cakupan Pencapaian


(%) 1 tahun bulan kegiatan Persen (%)
berjalan (%)
Kunjungan K1 100 83 254 307 120,8 120,8
Kunjungan K4 96 981 245 246 100,4 104,7

55
Penanganan komplikasi ibu hamil 88 863 143 45 31,46 35,75
Persalinan oleh tenaga kesehatan 98 938 234 215 91,88 93,75
Kunjungan nifas 98 938 234 215 91,88 93,75
Kunjungan neonatus 1 100 893 223 215 96,41 96,41
Kunjungan neonates 97 893 223 215 96,41 99,39
PKN 100 134 33 15 45,45 45,45
Kunjungan bayi 97 893 223 191 85,65 88,29
Kunjungan balita 92 4085 1021 915 89,61 97,41
Managemen Terpadu Balita Sakit 92 2085 1021 810 79,33 86,21
Kelompok pendukung 100 96 45 10 23 23

Sasaran Cakupan
Target Pencapaian
Indikator bulan
(%) Kegiatan Persen (%) (%)
berjalan
Penimbangan Balita 85 3005 3764 125 147
Bayi 0-6 bulan yang
80 577 180 31,2 39
mendapatkan ASI esklusif
Ibu hamil yang
90 245 171 69,8 77,5
mendapatkan 90 tablet FE

Indikator Target Tempat Tempat yang Cakupan Pencapaian


yang di memenuhi
(%) periksa syarat (%) (%)
TPM yang memenuhi syarat 75 58 10 45,4 60,5
TTU yang memenuhi syarat 75 30 15 50 66.7
Fasilitas kesehatan 75 10 4 40 53,3
Rumah bebas jentik 95 5504 4000 72,6 76,4
Penangan Sampah Infeksius 100 2 2 100 100
Sanitasi Total Berbasis 100 1 1 100 100
Masyarakat

Cakupan
Target Sasaran Sasaran bulan Pencapaian
Indikator Kegiatan Persentase
(%) 1 tahun berjalan (%)
(%)
Kegiatan di dalam gedung 100 144 36 63 175 175
Kegiatan di luar gedung 100 72 18 17 94,4 94,4

56
Sasaran Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Indikator Bulan Persen
(%) 1 Tahun Kegiatan (%)
Berjalan (%)
Penemuan kasus TB 90 152 38 12 31,58 35,09
BTA (+) (Case
Detection Rate)
Pasien baru (belum 90 1520 380 14 3,68 4,09
pernah diobati / sudah
pernah mendapat OAT
< 1 bulan)
Pasien TB diobati 90 152 38 6 15,7 17,4
selama 6 bulan

Sasaran Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Indikator bulan Persentase
(%) 1 tahun Kegiatan (%)
berjalan (%)
Senam Hipertensi dan 100 24 6 6 100 100
Diabetes
Penyuluhan 100 24 6 6 100 100
Pelayanan kesehatan 100 36 9 9 100 100

4.8 Penentuan Prioritas Masalah (berdasarkan Hanlon Kuantitatif)


Setelah masalah ditemukan, kemudian ditentukan prioritas dan diurutkan sesuai
presentasi tinggi rendahnya masalah. Penentuan prioritas masalah menggunakan metode
Hanlon Kuantitatif, dengan menggunakan kriteria :

Kriteria A: Besarnya masalah

Kriteria B: Kegawatan masalah

Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan

Kriteria D: Faktor PEARL

KRITERIA A : BESARNYA MASALAH

57
Langkah 1: Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi
pencapaian dengan target 100%.

Tabel 28. Tabel Penghitungan Besar Masalah Berdasarkan Pencapaian

Indikator Target Pencapaia Besar


(%) n masalah
(<100%) (%)
Pencapaian Peserta Imunisasi Campak booster batita 95 24,4 70,6
Penanganan komplikasi ibu hamil 88 35,75 52,25
Persalinan oleh tenaga kesehatan 98 93,75 4,25
Kunjungan nifas 98 93,75 4,25
Kunjungan neonatus 1 100 96,41 3,59
PKN 100 45,45 54,55
Kunjungan bayi 97 88,29 8,71
Managemen Terpadu Balita Sakit 92 86,21 5,79
KB Aktif 76,9 6,28 70,62

Bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI esklusif 80 39 41

Ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet FE 90 77,5 12,5

Penemuan kasus TB BTA (+) (Case Detection Rate) 90 35,09 54,91


TPM yang memenuhi syarat 75 60,5 39,5
Angka bebas jentik 95 76,4 23,6
TTU yang memenuhi syarat 75 66,7 33,3
Fasilitas kesehatan 75 53,3 21,7
Pasien baru (belum pernah diobati/sudah pernah mendapat OAT<1
90 4.09 85,91
bln)
Pasien diobati selama 6 bulan 90 17,4 72,6

Langkah 2: Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :

k = 1 + 3,3 Log n

Keterangan:

k = jumlah kolom/kelas

58
n = jumlah masalah

masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n

= 1 + 3,3 log 17

= 1 + 4,21

= 5,21 dibulatkan 5

Langkah 3 : Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah


terbesar dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.

Nilai besar masalah : terbesar 85,91

terkecil 3,59

Interval : nilai terbesar nilai terkecil

: 85,91 3,59 16,464

Langkah 4 :

Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas:

Tabel 29. Tabel Interval Kelas

Kolom/Kelas Skala Interval Nilai

Skala 1 3,59 20,05 1

Skala 2 20,05 36,51 2

Skala 3 36,51 52,98 3

Skala 4 52,98 69,44 4

Skala 5 69,44 85,91 5

59
30. Tabel Penentuan Besar Masalah Berdasarkan Kelas

Besarnya masalah terhadap presentasi pencapaian


Masalah
3,59 20,05 20,05 36,51 52,98 69,44
Nilai
(1) 36,51(2) 52,98 (3) 69,44(4) 85,91(5)
Pencapaian Peserta
Imunisasi Campak X 3
booster batita X 3
Penanganan komplikasi X 3
ibu hamil

Persalinan oleh tenaga


X 5
kesehatan
Kunjungan nifas X 5
Kunjungan neonatus 1 X 5
PKN X 3
Kunjungan bayi X 5
Managemen Terpadu
X 5
Balita Sakit
KB Aktif X 2
Bayi 0-6 bulan yang
mendapatkan ASI X 5
esklusif
Ibu hamil yang
mendapatkan 90 tablet X 5
FE
TPM yang memenuhi
X 4
syarat
Angka bebas jentik X 4
TTU yang memenuhi
X 4
syarat
Fasilitas kesehatan X
Penemuan kasus TB
BTA (+) (Case X 2
Detection Rate)
Pasien baru (belum
pernah diobati / sudah
X 2
pernah mendapat OAT
< 1 bulan)
Pasien diobati selama 6 X 1

60
bulan

KRITERIA B: KEGAWATAN MASALAH

Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi, dan
tingkat penyebaran/meluasnya tiap masalah dengan sistem skoring dengan skor 15

1. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut:


Sangat mendesak :5

Mendesak :4

Cukup mendesak :3

Kurang mendesak :2

Tidak mendesak :1

2. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :


Sangat gawat :5
Gawat :4
Cukup gawat :3
Kurang gawat :2
Tidak gawat :1
3. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai berikut:
Sangat mudah menyebar/meluas :5

Mudah menyebar/meluas :4

Cukup menyebar/meluas :3

Sulit menyebar/meluas :2

Tidak menyebar/meluas :1

61
4. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency) dinilai sebagai
berikut :
Sangat banyak :5

Banyak :4

Cukup banyak :3

Kurang banyak :2

Tidak banyak :1

Tabel 31. Penilaian Masalah Berdasarkan Kegawatan

MASALAH U S G P JUMLA
H

Pencapaian Peserta Imunisasi Campak booster batita 2 2 2 2 8


Penanganan komplikasi ibu hamil
2 2 3 3 10

Persalinan oleh tenaga kesehatan 4 2 1 2 9

Kunjungan nifas 2 3 2 2 9

Kunjungan neonatus 1 2 2 3 3 10

PKN (Penanganan komplikasi neonatal) 3 1 2 2 8

Kunjungan bayi 2 3 3 3 11

Managemen Terpadu Balita Sakit 4 3 3 3 13

KB Aktif 3 3 3 3 12

Bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI esklusif 5 4 4 3 16

Ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet FE 3 3 3 3 12

TPM yang memenuhi syarat 3 3 3 3 12

TTU yang memenuhi syarat 4 4 4 4 16

Fasilitas kesehatan 4 4 4 4 16

62
Angka bebas jentik 5 4 5 4 18

Penemuan kasus TB BTA (+) (Case Detection Rate) 2 2 2 2 8

Pasien baru (belum pernah diobati/sudah pernah mendapat 3 3 3 3 12


OAT<1bln)
Pasien diobati selama 6 bulan 3 3 3 3 12

KRITERIA C: KEMUDAHAN DALAM PENANGGULANGAN

Kemudahan dalam penganggulangan masalah diukur dengan sistem skoring dengan


nilai 1 5 dimana:

Sangat mudah : 5

Mudah :4

Cukup mudah : 3

Sulit :2

Sangat sulit :1

Tabel 32. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam Penanggulangan

MASALAH NILAI

Pencapaian Peserta Imunisasi Campak booster batita 4


Penanganan komplikasi ibu hamil
3
Persalinan oleh tenaga kesehatan 3
Kunjungan nifas 3
Kunjungan neonatus 1 3
PKN (Penanganan komplikasi neonatal) 4
Kunjungan bayi 3
Managemen Terpadu Balita Sakit 3
KB Aktif 4

63
Bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI esklusif 5

Ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet FE 3

TPM yang memenuhi syarat 3

Angka bebas jentik 4

TTU yang memenuhi syarat 4

Fasilitas kesehatan 4

Penemuan kasus TB BTA (+) (Case Detection Rate) 3


Pasien baru (belum pernah diobati / sudah pernah mendapat OAT < 1 2
bulan)
Pasien diobati selama 6 bulan 3

KRITERIA D. PEARL FAKTOR


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat
atau tidaknya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
Kesesuaian (Propriety)
Secara Ekonomis murah (Economic)
Dapat diterima (Acceptability)
Tersedianya sumber (Resources availability)
Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 33. Kriteria D (PEARL FAKTOR)

Masalah Hasil
P E A R L
Kali
Pencapaian Peserta Imunisasi
Campak booster batita
1 1 1 1 1 1
Penanganan komplikasi ibu
1 1 1 1 1 1
hamil
Persalinan oleh tenaga kesehatan 1 1 1 1 1 1
Kunjungan nifas 1 1 1 1 1 1
Kunjungan neonatus 1 1 1 1 1 1 1

64
PKN 1 1 1 1 1 1
Kunjungan bayi 1 1 1 1 1 1
Managemen Terpadu Balita
1 1 1 1 1 1
Sakit
KB Aktif 1 1 1 1 1 1
Bayi 0-6 bulan yang
1 1 1 1 1 1
mendapatkan ASI esklusif
Ibu hamil yang mendapatkan 90
1 1 1 1 1 1
tablet FE
TPM yang memenuhi syarat 1 1 1 1 1 1
TTU yang memenuhi syarat 1 1 1 1 1 1
Fasilitas kesehatan 1 1 1 1 1 1
Angka bebas jentik 1 1 1 1 1 1
Penemuan kasus TB BTA (+)
1 1 1 1 1 1
(Case Detection Rate)
Pasien baru (belum pernah
diobati / sudah pernah mendapat 1 1 1 1 1 1
OAT < 1 bulan)
Pasien diobati selama 6 bulan 1 1 1 1 1 1

4.9 Penilaian Prioritas Masalah


Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam
formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan
prioritas masalah yang dihadapi:

NPD = (A+B) x C

NPT = (A+B) x C x D

Tabel 34. Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif

Masalah A B C D NPD NPT Urutan

Prioritas

Pencapaian Peserta Imunisasi Campak booster batita 5 8 4 1 52 52 V


Penanganan komplikasi ibu hamil 3 10 3 1 33 33 XII
Persalinan oleh tenaga kesehatan 1 9 3 1 30 30 XIII
Kunjungan nifas 1 9 3 1 30 30 XIII

65
Kunjungan neonatus 1 1 10 3 1 33 33 XII
PKN (Penanganan komplikasi neonatal) 4 9 4 1 44 44 VII
Kunjungan bayi 1 11 3 1 36 36 X
Managemen Terpadu Balita Sakit 1 13 3 1 42 42 VIII
KB Aktif 5 12 4 1 68 68 IV

Bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI esklusif 3 16 5 1 95 95 I


Ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet FE 2 12 3 1 39 39 IX
TPM yang memenuhi syarat 3 12 3 1 45 45 VI
TTU yang memenuhi syarat 3 16 4 1 72 72 III
Fasilitas kesehatan 2 16 4 1 72 72 III
Angka bebas jentik 2 18 4 1 80 80 II
Penemuan kasus TB BTA (+) (Case Detection Rate) 2 8 3 1 36 36 XI
Pasien baru (belum pernah diobati/sudah mendapat 5 12 2 1 34 34 XI
OAT <1bln)
Pasien diobati selama 6 bulan 5 12 2 1 34 34 XI

4.10 Urutan Prioritas Masalah

Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan teknik Hanlon


Kuantitatif, didapatkan urutan prioritas masalah yang ada di Puskesmas Kelurahan
Cilandak Barat adalah :

1. Bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI esklusif


2. Angka Bebas Jentik
3. TTU yang memenuhi syarat, fasilitas kesehatan
4. KB Aktif
5. Pencapaian Peserta Imunisasi Campak booster batita, PKN (Penanganan
Komplikasi Neonatal)
6. TPM yang memenuhi syarat
7. PKN
8. Managemen Terpadu Balita Sakit,
9. Ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet FE
10. Kunjungan bayi

66
11. Pasien baru (belum pernah diobati/sudah mendapat OAT < 1 bulan), pasien
diobati selama 6 bulan,
12. Kunjungan neonatus 1, Penanganan komplikasi ibu hamil,
13. Persalinan oleh tenaga kesehatan, Kunjungan nifas, Penemuan kasus TB BTA
(+) (Case Detection Rate)

4.11 Analisis Penyebab Masalah

Hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan
hasil yang dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk membantu menentukan
kemungkinan penyebab masalah dapat digunakan diagram tulang ikan (fish bone).
Untuk menganalisa penyebab masalah manajemen Puskesmas, digunakan pola
pendekatan sistem dan pendekatan mutu. Pendekatan sistem meliputi input (Man,
Method, Money, Material, Market ), proses ( P1 : Perencanaan, P2 : Penggerakkan dan
Pelaksanaan, P3 : Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian ) dan lingkungan.

Tabel 35. Kemungkinan Penyebab Masalah Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan


Sistem

Input Kelebihan Kekurangan


1. Petugas sudah mengikuti pelatihan 1. Pengurus atau petugas kesehatan
MAN mengenai pelaksanaan program dan merangkap kerjanya dengan
(Tenaga Kerja) cara pengolahan data. bagian administrasi.
2. Belum ada tenaga ahli K3 limbah
biomedis.
3. Kurangnya pelatihan terhadap
penanggung jawab fasilitas
kesehatan.
4. Kurangnya tenaga kesehatan
yang dapat melakukan
monitoring pelayanan fasilitas
kesehatan.
MONEY 1. 1. Alokasi dana yang tidak berfokus
(Pembiayaan) terhadap pengelolaan kesehatan
lingkungan.

67
MATERIAL 1. Tersediannya perlengkapan 1. Media promosi dan edukasi
(Perlengkapan) safetybox atau plastik sampah mengenai cara pengelolaan
infeksius. fasilitas kesehatan masih kurang.
2. Terdapatnya beberapa Pihak ketiga 2. Beberapa fasilitas kesehatan tidak
atau pengumpul sementara limbah memiliki perlengkapan
medis yang sudah berizin dan sudah pengelolaan limbah biomedis.
dapat sertifikat.
METHOD 1. Terdapat jadwal rutin untuk 1. Tidak tersedianya form penilaian
(Metode) pelaporan setiap 1 tahun terhadap secara umum yang sudah
tempat tempat umum pihak mencakup semua aspek dalam
puskesmas di wilayah Cilandak pelayanan fasilitas kesehatan.
Barat 2. Kurangnya cara pelaksanaan yang
efektif dan efisien dengan tenaga
kesehatan dan waktu yang
terbatas.
Tabel 36. Kemungkinan Penyebab Masalah Manajemen Puskesmas Dengan Pendekatan
POAC

Proses Kelebihan Kekurangan


PLANNING 1. Penilaian dan pembinaan berkala 1. Alokasi dana tidak difokuskan pada
(Perencanaan) dari Puskesmas setiap 1 tahun ke program fasilitas kesehatan
tempat tempat umum. 2. Kurangnya tenaga medis yang dapat
melakukan pembinaan dan
monitoring berkala setiap bulan
terhadap pelayanan fasilitas
kesehatan
3. Tidak tersedianya buku saku
persyaratan fasilitas kesehatan yang
dapat digunakan sebagai standar.
ORGANIZING 1. Setiap tempat umum yang 1. Kurangnya koordinasi lintas
(Pengorganisasian) memiliki fasilitas kesehatan program (kesehatan lingkungan,
sudah mempunyai penanggung UKS, dan promosi kesehatan).
jawab

ACTUATING 1. Pelatihan kepada pihak 1. Keterbatasan penyuluhan terhadap


(Pelaksanaan) penanggung jawab fasilitas penggelolaan fasilitas kesehatan
kesehatan. 2. Pelatihan yang diberikan belum
mencangkup semua komponen
3. Sulitnya pelaksanaan dan
pembinaan penyuluhan di beberapa
fasilitas kesehatan

CONTROLLING 1. Evaluasi berkala pencapaian 1. Sulitnya pelaksanaan evaluasi


(Pengawasan) program fasilitas kesehatan berkala terhadap semua aspek
berbasis sekolah setiap 6 bulan fasilitas kesehatan
2. Kurangnya database fasilitas

68
kesehatan di wilayah puskesmas.

69
Cakupan fasiilitas kesehatan yang
memenuhi syarat yaitu 40% dimana
targetnya adalah 75% pada periode
April Juni 2017

Terbatasnya kegiatan Kurangnya koordinasi lintas Kurangnya fasilias


pembinaan program penunjang

Kegiatan belum bersifat


berkesinambungan
Belum semua fasilitas Penanggung jawab fasilitas Belum adanya Kurangnya alokasi Keterbatasan
kesehatan memiliki kesehatan belum bisa pelatihan dan pendanaan penyuluhan
safetybox dan plastis melakukan pelaporan pembinaan terhadap terhadap
limbah medis mandiri fasilitas kesehatan penggelolaan
fasilitas kesehatan

Belum ada kegiatan dan


Belum tersedianya waktu khusus untuk pelatihan
sistem pelaporan yang dan pembinaa
efisien

Gambar 6. Pohon Masalah Rendahnya Angka Pencapaian cakupan fasilitas kesehatan

70
1. Media promosi dan edukasi mengenai
cara pengelolaan fasilitas kesehatan INPUT 5. Pengurus atau petugas kesehatan merangkap kerjanya
1.
dengan bagian administrasi.
masih kurang.
6. Belum ada tenaga ahli K3 limbah biomedis.
2.
2. Beberapa fasilitas kesehatan tidak
7. Kurangnya pelatihan terhadap penanggung jawab fasilitas
3.
memiliki perlengkapan pengelolaan Man
limbah biomedis. Material kesehatan.
8. Kurangnya tenaga kesehatan yang dapat melakukan
4.
monitoring pelayanan fasilitas kesehatan

3. Tidak tersedianya form penilaian secara umum yang


1.
sudah mencakup semua aspek dalam pelayanan 2. Alokasi
1. dana yang terfokus terhadap
fasilitas kesehatan. Money pengelolaan kesehatan lingkungan
4. Kurangnya cara pelaksanaan yang efektif dan efisien
2.
dengan tenaga kesehatan dan waktu yang terbatas. Method
Cakupan fasilitas
kesehatan yang
memenuhi syarat yaitu
40% dimana targetnya
adalah 75%
4. Alokasi dana tidak difokuskan pada program
1.
fasilitas kesehatan
LINGKUNGAN
5. Kurangnya tenaga medis yang dapat melakukan
2. 2. Kurangnya kepedulian pemilik fasilitas kesehatan terhadap
1.
pembinaan dan monitoring berkala setiap bulan pentingnya pemahaman sistem pembuangan limbah
terhadap pelayanan fasilitas kesehatan P biomedis dan sumber air bersih
6. Tidak tersedianya buku saku persyaratan
3.
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan 2. Kurangnya koordinasi lintas program (kesehatan lingkungan,
1.
sebagai standar. O UKS, dan promosi kesehatan).

1.1. Sulitnya
Sulitnyapelaksanaan
pelaksanaanevaluasi
evaluasiberkala
berkala
terhadapsemua
terhadap semuaaspek
aspekfasilitas
fasilitas 1. Keterbatasan penyuluhan terhadap penggelolaan fasilitas kesehatan
4.
kesehatan.
kesehatan. C A
5. Pelatihan yang diberikan belum mencangkup semua komponen
2.
2.3. Kurangnya
Kurangnyadatabase
databasefasilitas
fasilitaskesehatan 6. Sulitnya pelaksanaan dan pembinaan penyuluhan di beberapa fasilitas
3.
dikesehatan tempat
di wilayah. puskesmas.
wilayah. puskesmas.tempat kesehatan.
umum. PROSES
Gambar
Gambar7. 7.
Fish
Fish
Bone
Bone
Analysis
Analysis
Rendahnya
Rendahnya
Program
Program
fasilitas
Sekolah Kesehatan
Sehat

71
4.12 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, maka langkah selanjutnya ialah menyusun
alternatif pemecahan penyebab masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 37. Alternatif Pemecahan Masalah


No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Belum adanya sistem Pembuatan form pelaporan secara online
pelaporan yang terintergrasi yang bisa disampaikan pemilik fasilitas
kesehatan
Membagikan Buku saku persyaratan fasilitas
kesehatan yang dapat digunakan sebagai
standard
Monitoring berkala minimal setiap 3 bulan
sekali untuk menilai keberhasilan
penyampian informasi melalui penyuluhan.
2. Keterbatasan program Penyuluhan tentang pengelolaan,
pengelolaan, pemeliharaan pemeliharaan dan system pembuangan
dan system pembuangan limbah medis.
limbah biomedis. Penambahan jumlah pegawai dibagian
kesehatan lingkungan sehingga pegawai
dapat focus terhadap desk job kesehatan
lingkungan
3. Kurangnya alokasi pendanaan Penyuluhan kepada dinas kesehatan terhadap
mandiri perizinan dan pentingnya program
4. Belum ada kegiatan dan Pembuatan jadwal kegiatan pelatihan oleh
waktu khusus untuk pelatihan puskesmas secara rutin mengenai komponen
fasilitas kesehatan dalam waktu tertentu dan
pelaporan setiap kegiatan.

4.13 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks


Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan
masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks dengan rumus M x I x V/ C.
Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan

72
Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka
nilainya mendekati angka 5.
Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka
nilainya mendekati angka 5.
Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah maka
nilainya mendekati angka 5.
Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati
angka 1.

Daftar Alternatif Pemecahan Masalah


Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut:

A. Pembuatan form pelaporan secara online dan buku saku persyaratan fasilitas
kesehatan.
B. Monitoring berkala minimal setiap 3 bulan sekali untuk menilai keberhasilan
penyampian informasi melalui penyuluhan.
C. Penyuluhan tentang pengelolaan, pemeliharaan dan system pembuangan limbah
medis kepada fasilitas kesehatan dan dinas kesehatan.
D. Penambahan jumlah tenaga kesehatan.
E. Pembuatan jadwal kegiatan pelatihan oleh puskesmas secara rutin dan pelaporan
kegiatan.

73
Tabel 37. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Penyelesaian Nilai Kriteria Hasil akhir


Urutan
Masalah M I V C (M x I x V) / C
A 5 4 4 1 80 I
B 5 4 4 2 40 III
C 3 5 5 3 25 IV
D 3 5 3 4 11,25 V
E 4 5 5 2 50 II

4.14 Rencana Kegiatan (Plan of Action)


Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah menggunakan metode
matriks didapatkan hasil prioritas pemecahan masalah berupa pembuatan form pelaporan
secara online dan buku saku persyaratan fasilitas kesehatan, pembuatan jadwal kegiatan
pelatihan oleh puskesmas secara rutin dan pelaporan, monitoring berkala minimal setiap 3
bulan sekali untuk menilai keberhasilan penyampian informasi melalui penyuluhan,
penyuluhan tentang pengelolaan, pemeliharaan dan system pembuangan limbah medis
kepada fasilitas kesehatan dan dinas kesehatan. Dan penambahan jumlah tenaga kesehatan.
Tujuan dari rencana kegiatan ini adalah meningkatkan cakupan fasilitas kesehatan
dalam penanganan dan pemahaman tentang system pembuangan limbah biomedis, sumber
air bersih dan angka bebas jentik pada fasilitas kesehatan, seperti praktek klinik, bidan
praktek, dan apotek di wilayah Cilandah Barat.
Kriteria keberhasilan dari rencana kegiatan ini berupa terbentuknya formulir
pelaporan secara online dan pembagian buku saku, terlaksananya kegiatan jadwal kegiatan
pelatihan oleh puskesmas secara rutin dan pelaporannya, telah dilakukan monitoring
berkala minimal setiap 3 bulan sekali untuk menilai keberhasilan penyampian informasi
melalui penyuluhan, terlaksananya penyuluhan tentang pengelolaan, pemeliharaan dan

74
system pembuangan limbah medis kepada fasilitas kesehatan dan dinas kesehatan. Dan
penambahan jumlah tenaga kesehatan.

75
Tabel 38. Plan of Action

Kebutuhan Sasaran Penanggung


Rincian Waktu
Indikator Anggaran & & Jawab & Mitra Lokasi
No Upaya Cara Perhitungan Hasil Kegiatan Tujuan Kegiata Pelaksan
Kerja Sumber Target Kebutuhan Kerja Pelaksanaan
n aan
Pembiayaan Sasaran Sumber Daya
1. Peningkatan Terbentukny Jumlah fasiltas Formulir Pembuata Memper Pembuat - Pengunj Kepala program, Pemilik atau Agustus Fasilitas
pencapai a formulir kesehatan yang pelaporan n formulir mudah an ung kepala Puskesmas, pengelola 2017 kesehatan
fasilitas pelaporan memenuhi kriteria online pelaporan pelapora formulir fasilitas doker muda fasilitas Kelurahan
kesehatan masalah fasilitas kesehatan surat n pelapora kesehata kesehatan di Cilandak
yang terjadi dibagi keseluruhan elektronik masalah n surat n di KelurahanC Barat &
di fasilitas jumlah fasilitas dan elektron keluraha ilandak Puskesmas
kesehatan keseahatan di pemanta ik n Barat Kelurahan
Kelurahan Cilandak uan cilandak Cilandak
Barat dalam 1 tahun fasilitas barat Barat
dikalikan dengan kesehata
100% n
2. Peningkatan Terbentukny Jumlah fasiltas - Monitorin Mening Pembuat - Pengunj Kepala program, Pemilik atau - Fasilitas
pencapain a formulir kesehatan yang g atas katkan an buku ung kepala Puskesmas, pengelola kesehatan
fasilitas pelaporan memenuhi kriteria pelaporan pengeta rapor fasilitas doker muda fasilitas Kelurahan
kesehatan masalah fasilitas kesehatan yang huan penilaia kesehata kesehatan di Cilandak
yang terjadi dibagi keseluruhan dilakukan dan n n di KelurahanC Barat &
di fasilitas jumlah fasilitas pihak pemerih keluraha ilandak Puskesmas
kesehatan keseahatan di fasilitas aran n Barat Kelurahan
Kelurahan Cilandak kesehatan fasilitas cilandak Cilandak
Barat dalam 1 tahun setiap 3 kesehata barat Barat
dikalikan dengan bulan n serta
100% limbah
Buku saku medis
berisikan
rekapan
pemeriksa
an dan
informasi
terkait

76
3 Promosi Meningkatn Angka hasil penilaian Pihak Penyuluha Mening Penyulu Biaya Pengunj Kepala program, Pemilik atau Agustus Fasilitas
fasilitas ya pada lembar penilaian pengelola n tentang katkan han fotokopi ung kepala Puskesmas, pengelola 2017 kesehatan
Kesehatan pengetahuan fasilitas kesehatan, atau fasilitas pengeta tentang materi fasilitas doker muda fasilitas Kelurahan
dan limbah tentang dan limbah pemilik kesehatan huan syarat penyuluhan, kesehata kesehatan di Cilandak
medis fasilitas medis,lebih atau sama dapat dan pemilik fasilitas konsumsi n di KelurahanC Barat &
kesehatan dengan 75% melakuka limbah atau kesehata petugas dan keluraha ilandak Puskesmas
sesuai n medis pengelol n yang peerta didik n Barat Kelurahan
strandar dan identifikas a harus cilandak Cilandak
pengelolaan i masalah fasilitas dipenuhi barat Barat
limbah dari kesehata dan
medis penilaian n pengelol
aan
limbah
medis.
4 Promosi Meningkatn Angka hasil penilaian Pihak Pelatihan Mening Melaku Alat-alat Pengunj Kepala program, Pemilik atau Agustus Fasilitas
fasilitas ya pada lembar penilaian pengelola komponen katkan kan pelatihan, ung kepala Puskesmas, pengelola 2017 kesehatan
Kesehatan pengetahuan fasilitas kesehatan, atau fasilitas pengeta pelatiha seperti alat uji fasilitas doker muda fasilitas Kelurahan
dan limbah tentang dan limbah pemilik kesehatan huan n rutin bahan kimia kesehata kesehatan di Cilandak
medis fasilitas medis,lebih atau sama dapat dan pemilik tentang dan biaya n di KelurahanC Barat &
kesehatan dengan 75% melakuka limbah atau pemisah konsumsi keluraha ilandak Puskesmas
sesuai n medis pengelol an n Barat Kelurahan
strandar dan identifikas a limbah cilandak Cilandak
pengelolaan i masalah fasilitas medis barat Barat
limbah dari kesehata padat
medis penilaian n dan cair.

5 Promosi Meningkatn Angka hasil penilaian Poster Pembuata Mening Pembuat Biaya Pengunj Kepala program, Pemilik atau Agustus Fasilitas
fasilitas ya pada lembar penilaian mengenai n poster katkan an pembuatan ung kepala Puskesmas, pengelola 2017 kesehatan
Kesehatan pengetahuan fasilitas kesehatan, komponen kepeduli poster dan fasilitas doker muda fasilitas Kelurahan
dan limbah tentang dan limbah fasilitas an sebagai pencetakan kesehata kesehatan di Cilandak
medis fasilitas medis,lebih atau sama kesehatan pengelol media poster n di KelurahanC Barat &
kesehatan dengan 75% dan a dan promosi keluraha ilandak Puskesmas
sesuai limbah pemilik mengen n Barat Kelurahan
strandar dan medis fasilitas ai cilandak Cilandak
pengelolaan kesehata kompon barat Barat
limbah n en
medis fasilitas
kesehata

77
n & di
bagikan
ke
fasilitas
kesehata
n
6 Peningkatan Kegiatan - Terjalin Rapat Mening Rapat - Pemega Kepala Puskesmas, - Agustus Fasilitas
koordinasi pembinaan kerjasama koordinasi katkan koordin ng kepala program 2017 kesehatan
lintas fasilitas lintas kerjasa asi rutin pogram kesehatan Kelurahan
program kesehatan program ma antar kesehata lingkungan, Cilandak
yang lintas pemega n promosi kesehatan Barat &
berkesinamb Contoh program ng lungkun dan fasilitas Puskesmas
ungan dan rencana program gan, kesehatan Kelurahan
berkelanjuta strategi (kesehat promosi Cilandak
n program an kesehtan Barat
fasilitas lingkun dan
kesehatan gan, fasilitas
promosi kesehata
kesehata n
n dan
UKS)

Pembuat
an
contoh
rencana
strategi

78
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENGORGANISASIAN

5.1 Evaluasi Data Kualitatif


5.1.1 Hasil Wawancara dengan Pemegang Program Kesehatan Lingkungan dan
Promosi Kesehatan Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat
Dari hasil wawancara, didapatkan beberapa kesulitan dalam menjalankan
program ini, seperti berikut: Beberapa fasilitas kesehatan belum mengetahui atau
memahami persyaratan pengelolaan fasilitas kesehatan yang memenuhi standar serta
ketidak patuhan dan kesadaran yang kurang terhadap peraturan yang sudah
ditetapkan, pengelolaan limbah medis cair dan padat, serta standar sanitasi yang
memenuhi syarat. Selain itu tenaga kesehatan yang kurang menjadi kendala dalam
memonitoring pelayanan fasilitas kesehatan dan tidak tersedianya tenaga ahli K3
untuk memberikan pelatihan dan pemantauan limbah medis. Untuk tahun 2017
beberapa bulan sebelumnya pihak puskesmas sudah melakukan pendataan dan inspeksi
di beberapa fasilitas kesehatan dimana kegiatan inspeksi ini bertujuan untuk evaluasi
sekaligus memberi informasi kepada pemilik ataupun pengelola fasyankes mengenai
fasyankes yang memenuhi syarat. Sejak kesehatan lingkungan memiliki
penanggungjawab sendiri, baru beberapa tempat-tempat umum yang dilakukan inspeksi
dan masih difokuskan pada sekolah. Dari beberapa fasyankes yang dilakukan inspeksi
didapatkan kesimpulan yang didapat ialah kurangnya sosialisasi kepada fasilitas
kesehetan mengenai apa yang menjadi indikator yang memenuhi syarat.

Untuk media komunikasi sendiri seperti brosur atau leaflet belum ada, selama ini
yang digunakan jika melakukan penyuluhan ialah hanya memberikan informasi saat
sedang melakukan inspeksi. Sambil melakukan inspeksi, pengelola diberikan masukan
bagaimana sebaiknya fasilitas kesehatan dikelola. Hal ini terkutip dalam ungkapan
berikut :Ya selama ini kami selalu beri informasi kok mengenai fasilitas pelayanan
kesehatan yang memenuhi syarat itu seperti apa sambil melakukan pendataan atau
mengevaluasi fasilitas kesehatan. Tetapi memang tidak ada media informasi seperti

79
brosur atau leaflet. Beberapa fasyankes ketika didatangi meminta untuk diberikan
masukan sehingga mereka dapat memperbaiki kualitas tempat mereka.

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa selama ini masalah
yang menyebabkan tidak tercapainya target dalam hal pelayanan fasilitas kesehatan
salah satunya adalah kurangnya sosialisasi kepada pihak pihak pengelola tempat
mengenai indikator fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat, peraturan apa saja untuk
pelayanan fasilitas kesehatan, kurangnya media yang dapat menyampaikan komunikasi
yang efektif dan menarik serta kurangnya pembinaan dan pelatihan terhadap pengelola
fasilitas kesehatan. Sehingga masalah masalah tersebut jika dikelompokkan
berdasarkan penyebab masalahnya adalah faktor man (tenaga kerja) yaitu pemegang
program kesehatan lingkungan yang memegang banyak program kesling dan baru saja
menjadi pemegang program beberapa tahun terakhir dan pengelola fasilitas kesehatan
yang tidak mengetahui informasi bagaimana mengelola fasilitas kesehatan agar
memenuhi syarat, method (metode) seperti cara pemberian penyuluhannya tidak
maksimal bahkan belum pernah sama sekali pada beberapa tempat umum, material
(peralatan) tidak adanya brosur atau leaflet sebagai media pendukung pemberi informasi
yang informative, efektif dan menarik. Sedangkan dilihat dari segi P1 (perencanaan)
tidak adanya jadwal pembinaan fasilitas kesehatan secara berkala.

5.1.2 Hasil Wawancara dengan Pengelola fasilitas kesehatan

Dari hasil wawancara yang dilakukan di beberapa fasilitas kesehatan di wilayah


Kelurahan Cilandak Barat didapatkan bahwa selama ini alasan mereka tidak
menerapkan peraturan fasilitas yang memenuhi syarat ialah sebagai berikut :

(Fasyankes KRM) Kami mendirikan ini sudah cukup lama dan belum pernah ada
pemeriksaan mendetail tentang kelengkapan data dokumen dan perizinan. Kami tidak
tahu kalau sampah-sampah harus dipisah-pisah ataupun tidak boleh dicampur dengan
sampah rumah tangga. Kami juga tidak tahu kalau harus bekerja sama dengan
pembuangan limbah medis baik cair dan padat.

Pernyataan-pernyataan tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar pihak fasilitas


kesehatan mendapat sosialisasi mengenai fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat dan

80
belum terdapat keselarasan antara petugas Puskesmas serta pihak fasilitas keseahatan
maupun pihak lain yang bertanggungjawab terhadap fasilitas kesehatan.

Dari jawaban-jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang ditemukan


termasuk dalam kriteria man dimana pengelola Fasilitas pelayanan keseahatan tidak
mengetahui peraturan mengenai fasilitas pelayanan keseahatan. Selain itu dari segi P2
(Penggerakkan dan Pelaksanaan) tidak adanya dukungan berupa media yang menarik
terkait dengan penyuluhan pengelolaan fasilitas kesehatan, pembuangan limbah medis
dan sanitasi serta higienitas fasilitas pelayanan kesehatan.

5.2 Analisis Univariat


5.2.1 Inspeksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Indikator Pemeriksaan Jumlah (N) Prosentase (%)

SDM Kesehatan 5 (62 %)

Dokumen Lingkungan 0 (0%)

Pengelolaan Limbah Padat Medis 7 (78 %)

Pengelolaan Limbah Cair 5 (62%)

Area Bebas Rokok 7 (87%)

Area Bebas Jentik 8 (100%)

Berdasarkan data evaluasi indikator fasilitas pelayanan kesehatan , diperoleh fasyankes


yang memenuhi syarat sebanyak 5 dan yang tidak memenuhi syarat 3 tempat.

Perhitungan Fasilitas kesehatan : Jumlah fasyankes yang memenuhi syarat x 100%

Jumlah fasyankes yang diperiksa

= 5/8 x 100%

81
= 62 %

Berdasarkan hasil evaluasi kelengkapan persyaratan izin, dokumen lingkungan,


pengelolaan limbah medis padat dan cair, area bebas jentik dan rokok di fasilitas
Pelayanan Kesehatan didapatkan hanya 62% fasilitas pelayanan kesehatan yang
memenuhi syarat, sehingga jumlah yang didapatkan memenuhi syarat belum mencapai
target fasilitas kesehatan yang 75 %.

5.3 Intervensi
5.3.1 Penilaian Komponen fasilitas pelayanan kesehatan

Intervensi kegiatan masing-masing komponen dilakukan dengan form penilaian


yang diadaptasi dari penilaian yang dimiliki oleh puskesmas sesuai dengan
PERMENKES. Dari penilaian tersebut didapatkan data-data mengenai komponen data
identitas fasilitas pelayanan kesehata, sumber daya manusia kesehatan, informasi
mengenai dokumen lingkungan dan bagaimana pengelolaan limbah medis dari fasilitas
kesehatan selama ini, dan area bebas rokok. Penilaian komponen tersebut dilakukan
sebaiknya setiap 3 bulan sekali.
Penilaian mengenai fasiitas kesehatan di wilayah Kelurahan Cilandak Barat
masih belum dapat terlaksana secara menyeluruh pada semua komponennya dan masih
belum terlaksana secara berkesinambungan.
Penilaian yang dilakukan oleh pihak Puskesmas dilakukan setiap 1 tahun sekali
dan tidak terfokus pada fasilitas kesehatan sendiri. Setelah intervensi dilakukan fasilitas
pelayanan kesehatan terkait, diharapkan fasilitas fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
dapat melakukan penilaian mandiri terhadap keadaan fasilitas pelayanan kesehatannya
yang nantinya didokumentasikan dalam formulir penilaian mandiri yang diisi dan
dikirimkan melalui surat elektronik (e-mail) setiap 3 bulan sekali. Dalam formulir
dijelaskan masalah yang mungkin terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan sehubungan
dengan pemenuhan kriteria fasiitas kesehatan yang memenuhi standard, pengelolaan
dan pemeliharan limbah medis dan area bebas rokok, sehingga dapat mendapatkan
tindak lanjut dari Puskesmas.

82
5.3.3 Pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
Pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan ini ditujukan kepada pemilik atau
pengelola atau penanggungjawab berupa penyuluhan yang berisi materi dan simulasi
mengenai komponen fasilitas pelayanan kesehatan, pengelolaan dan pemeliharaan
limbah medis, dan area bebas rokok atau area bebas jentik. Pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya.
Pembinaan yang pernah dilakukan adalah pembinaan untuk pengelolaan dan
pemeliharaan limbah medis yang benar dilaksanakan selama 6 bulan sekali. Pembinaan
menyeluruh mengenai seluruh komponen fasilitas kesehatan belum dilaksanakan secara
rutin ke setiap fasilitas pelayanan kesehatan. Diharapkan pembinaan dilakukan secara
berkala, berkelanjutan pada fasilitas fasilitas kesehatan dan berkesinambungan dari
setiap program pendukung.

5.3.3 Rapat Koordinasi Pemegang Program Kesehatan Lingkungan


Rapat koordinasi pemeganga program kesling dilakukan setiap 3 bulan. Rapat
dilakukan untuk menentukan fasilitas pelayanan kesehatan yang akan dilakukan
pembinaan, materi pembinaan yang akan diberikan serta materi pembinaan berdasarkan
laporan yang diberikan setiap bulannya oleh pihak fasilitas pelayanan kesehatan. Selain
itu, rapat juga ditujukan untuk memberikan tindak lanjut dari pihak Puskesmas
sehubungan dengan masalah yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan. Sebagai
contoh dilakukan PSN ulang dan pembagian bubuk abate apabila ditemukan jentik di
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan atau dilakukan pembinaan ulang tentang
pemisahan jenis limbah medis dan memberikan plastic infectious atau safety box, jika
ditemukan limbah medis yang tercampur dengan limbah non medis.

5.3.4 Pembuatan Media Promosi


Pembuatan media promosi, berupa pembuatan dan pembagian poster sebanyak 5
buah mengenai komponen fasilitas kesehatan yang ditujukan untuk pihak fasilitas
pelayanan kesehatan. Poster yang digunakan berisi komponen-komponen limbah medis.
Poster lebih banyak berisi gambar-gambar sehingga lebih mudah dipahami dan menarik
perhatian siswa-siswi. Poster ini memberikan perbedaan limbah medis padat dan cair

83
serta pengelolaan yang benar terhadap limbah medis yang agar terwujud lingkungan
yang sehat. Komponen atau gambar tersebut adalah definisi limbah medis, perbedaan
dan jenis limbah medis, dan penanganan limbah medis. Pembagian poster ini bertujuan
untuk memberikan informasi agar fasilitas medis tidak sembarangan dalam pengelolaan
limbah medis.

84
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi sampel masih belum mencapai
nilai standar fasilitas pelayanan kesehatan ( 75%). Dimana didapatkan hanya
62 % atau 5 fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat dari 8 fasilitas
pelayanan kesehatan yang diperiksa. Belum terpenuhinya fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut, disebabkan kurangnya atau tidak adanya kelengkapan data
dokumentasi lingkungan, masih mencantumkan nama dokter sebagai
penanggung jawab klinika atau dokter praktek, namun ketika dilapangan dokter
tersebut tidak praktek ataupun tidak ada ditempat, pengelolaan dan pengolahan
limbah medis padat dan cair yang tidak tepat dan tidak beizin serta belum
teruji, dan masih ditemukannya area merokok disekitar pelayanan kesehatan.
2. Kepatuhan dan kesadaran fasilitas pelayanan kesehatan terhadap peraturan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah untuk fasilitas pelayanan kesehatan
kurang dilaksanakan, bahkan ada yang tidak melaksananya. Hal tersebut
menjadi faktor yang menentukan terpenuhi komponen fasilitas pelayanan
kesehatan.
3. Rapat koordinasi pemegang program Kesehatan lingkungan belum berjalan
dengan optimal dikarenakan kurangnya waktu dan tenaga kesehatan yang
mampu mengelola program
6.2 Saran
6.2.1 Puskesmas
1. Puskesmas dapat melakukan pembinaan dan pelatihan mengenai komponen
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh, berkesinambungan
dan berkelanjutan pada beberapa fasilitas pelayan kesehatan agar
pengetahuan dan kesadaran pihak fasilitas kesehatan terhadap komponen
fasilitas kesehatan meningkat.
2. Rapat koordinasi pemegang program kesehatan lingkungan dapat dilakukan
secara berkala untuk menentukan fasilitas kesehatan yang akan dilatih dan

85
dibina, materi pembinaan dan tindak lanjut dari masalah dan laporan
fasilitas pelayanan kesehatan
3. Puskesmas dapat memodifikasi instrumen penilaian fasilitas pelayanan
kesehatan dengan mengacu kepada form penilaian yang tersedia.
4. Sebaiknya dipertimbangkan untuk diberikan sanksi berupa pelaporan ke
pihak dinas kesehatan dan pencabutan izin operasional.

6.2.2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan


1. Pihak fasilitas pelayanan kesehatan dapat menggunakan form penilaian
mandiri untuk melaporkan keadaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
melaporkan pembinaan yang dibutuhkan.

6.3 Keterbatasan penelitian


1. Keterbatasan penelitian ada pada waktu yang relatif singkat sehingga tidak
punya banyak waktu untuk memantau sendiri hasil dari intervensi.

86
DAFTAR PUSTAKA

1. Ridwan, I. Saftarina, F. Pelayanan fasilitas kesehatan: Faktor kepuasa dan loyalitas


pasien, Jurnal majority 4(9) 2015, p20-4

2. Yandrizal, Suryani, D. Analisis peran pemerintah daerah terhadap fasilitas kesehatan


pada palaksanaan jaminan kesehatan nasional di provinsi Bengkulu. Jurnal kesehatan
Andalas 4(1) 2015, p107-13

3.Sulistyorini, A, Purwanta. Pemamfaatan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah


dan swasta di kabupaten Sleman. Jurnal kesehatan masyarakat nasional 5(4). 2011,
p179-83

4.Indonesia public health [Internet] 2017 avaiable at http://www.indonesian-


publichealth.com/pengertian-kesehatan-lingkungan/. Accesed on 17 July 2017

5.BALITBANG [Internet] 1992, available at http://www.balitbangham.go.id/po-


content/peraturan/uu.%20no%2023%20tahun%201992%20tentang%20kesehatan.pdf.
Accesed on 17 july 2017

6.Chandra, B.Pengantar kesehatan lingkungan Penerbit Buku Kedokteran. EGC.


Jakarta: 2006 p2-14

7. Malango, LM, ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH


MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO Fakultas Ilmu Ilmu
Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, 2012. P 65-74

8. Soeparman dan Suparmin.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu


Pengantar. Penerbit EGC, 2001. P-3-9

9. Departemen kesehatan RI [Internet], Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas,


available at http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/829. Accesed on
18 July 2017.

87
Lampiran 1.
Form Pendataan
Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
Alamat :
No. Telp. :
No. Surat Izin Operasional :
Nama Penanggung Jawab :
No. STR Penanggung Jawab :
No. SIP Penanggung Jawab :
Form Penilaian
No. Objek Pengawasan YA TIDAK Keterangan
A. KETENAGAAN
1 Memiliki tenaga kesehatan terdiri :
1) Dokter
2) Perawat
3) Bidan
4) Apoteker
5) Asisten Apoteker
6) Analisis lab
7) NAKES Lain, sebutkan
2 Memiliki dokumen kerjasama dengan
puskesmas ?
B. DOKUMEN LINGKUNGAN
(AMDAL/UKL &
UPL/DPHL/DELH/SPPL)
1. Memiliki dokumen lingkungan yang sudah
disetujui oleh BPLHD/PTSP
2. Surat pernyataan akan melaksanakan semua
isi dokumen lingkungan serta bersedia
menerima sanksi bila melanggarnya sudah
ditandatangani oleh penanggung jawab.
3. Memiliki penanggung jawab serta kontal
personal
4. Setiap 6 bulan melakukan penyampaian
laporan implementasi dokumen lingkungan.
C. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
PADAT
1. Memiliki saranan pemusnahan limbah medis
padat (insenerator)

88
2. Bila memiliki, telah memiliki izin dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan ?
3. Bila tidak, apakah memiliki Surat Perjanjian
Kerjasama Tripartit dengan pihak ke 3 ?
4. Apakah pihak ke 3 memiliki Rekomendasi
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan serta izin Pengangkutan dari
Kementerian Perhubungan RI dalam proses
mengangkut limbah medis dan proses
pemusnahan ?
5. Limbah medis padat yang ditampung dengan
menggunakan wadah berwarna sesuai jenis
dan karakteristik limbahnya ?
6. Memiliki Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Medis sesuai Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.58
Tahun 2015
D. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
CAIR
1. Memiliki Instalansi Pengolahan Air Limbah
Medis (IPAL)
2. Bila memiliki, apakah memiliki izin
Pembuangan Air Limbah dan BPLHD/PTSP
?
3. Bila tidak, apakah memiliki surat Perjanjian
Kerjasama Tripartit dengan pihak ke 3 ?
4. Apakah pihak ke 3 memiliki Rekomendasi
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan serta izin Pengangkutan dari
Kementerian Perhubungan RI dalam proses
mengangkut limbah medis dan proses
pengolahan ?
5 Memiliki Jadwal pengiriman dan
pemeriksaan sampel limbah B3 medis cair
setiap bulan ke Laboratorium terakreditasi
dan ke Laboratorium BPLHD setiap 3 bulan
?
E. AREA BEBAS ROKOK
1. Apakah anda tahu DKI Jakarta memiliki
Peraturan Peraturan yang melarang
merokok didalam gedung atau kawasan atau
angkutan umum ?
2. memiliki tempat khusus merokok didalam
atau diluar gedung ?

89
3. Apakah anda memberikan tanda dilarang
merokok di setiap tempat atau pintu masuk ?
4. Apakah anda menyediakan asbak didalam
tempat/gedung ?

Pengawas Pengelola/Pimpinan?Penanggung jawab

(.................................) (.....................................)
NIP NIP

90
Lampiran 2.
Ceklist Persyaratan Izin Operasi Klinik Pratama/Utama
Nama Klinik :
Alamat :
Persyaratan Teknis Kesesuaian Keterangan
Sesuai Tidak
sesuai
LOKASI
1. Memenuhi ketentuan pesebaran klinik dengan
memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan
rasio jumlah penduduk
2. Memenuhi ketentuan persyaratan kesehatan
lingkungan
BANGUNGAN
1. Bersifat permanen dan tidak bergabung fisik
dengan tempat tinggal perorangan
2. memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan
dan kemudahan dalam memberikan pelayanan,
keselamatan dan kesehatan bagi semua orang
3. Paling sedikit :
Ruang pendaftaran
Ruang konsultasi
Ruang administrasi
Ruang obat dan bahan habis pakai untuk
pelayanan farmasi
Ruang atau pojok ASI
Kamar mandi/WC
Ruang lain sesuai kebutuhan
4. Klinik rawat inap :
Ruang rawat inap yang memenhi

91
persyaratan
Ruang farmasi
Ruang laboratorium
Ruang dapur
5. Jumlah tempat tidur klinik rawat inap 5 10
PRASARANA
1. Prasarana klinik
Instalasi sanitas
Instalasi listrik
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Ambulance (khusus rawat inap)
Sistim gas medis
Sistim tata udara
Sistim pencahayaan
Prasarana lain sesuai kebutuhan
2. Sarana dan prasarana klinik dalam keadaan
terpelihara dan berfungsi baik.
KETENAGAAN
1. Penanggung jawab klinik seorang tenaga medis,
memiliki SIP dan hanya bertanggungjawab pada 1
(satu) klinik.
2. Klinik rawat jalan terdiri dari tenaga medis,
perawat, tenaga kesehatan lain dan tenaga non
kesehatan sesuai kebutuhan (terlampir)
3. Klinik rawat inap terdiri dari tenaga medis,
kefarmasian, perawat, gizi, analis kesehatan, tenaga
kesehatan lain dan tenaga non kesehatan sesuai
kebutuhan (terlampir)
4. klinik pratama yang memberikan pelayanan
kedokteran tenaga medis minimal 2 (dua) dokter

92
atau dokter gigi
5. Klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran tenaga medis minimal 1 (satu) dokter
spesialis dan 1 (satu) dokter.
6. klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran gigi tenaga medis minimal 1 (satu)
dokter spesialis gigi dan 1 (satu) dokter gigi
7. setiap tenaga medis yang berpraktek harus punya
SIP
8. Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja harus
punya SIK
9.Setiap tenaga kesehatan harus bekerja sesuai
stanndar profesi, SOP, standar pelayanan, etika
profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan
pasien.
PERALATAN
1. Mempunyai peralatan medis dan non medis yang
memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang
diberika (terlampir)
2. peralatan medis dan non medis memenuhi
standar mutu, keamanan dan keselamatan
3. peralatan medis dan non medis memiliki izin
edar
4. peralatan medis telah teruji dan dikalibrasi secara
berkala oleh institusi yang berwenang
5. peralatan medis yang menggunakan sinar
pengion telah mendapatkan izin
6. penggunaan peralatan medis berdasarkan indikasi
medis

93
KEFARMASIAN
1. Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian wajib memiliki apoteker
yang memiliki SIPA penanggung jawab atau
pendamping
2. klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi
yang diselenggarakan apoteker
3. klinik yang menyelenggarakan pelayanan
rehabilitasi medik pecandu narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya wajib memiliki instalasi
farmasi yang diselenggarakan apoteker.
LABORATORIUM
1.Klinik rawat inap wajib memiliki
menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan
laboratorium klinik
2. klinik utama dapat menyelenggarakan pelayanan
laboratorium klinik utama pratama atau
laboratorium klinik umum madya
PERSYARATAN ADMINISTRASI
1. Izin mendirikan
2. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Pengawas Pengelola/Pimpinan?Penanggung jawab

(.................................) (.....................................)
NIP NIP

94
Lampiran 3.
Hasil Analisis Data Sampel
Dokumen Lingkungan

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

Memenuhi Syarat 0 00,0 00,0 00,0

Valid Tidak Memenuhi Syarat 8 100,0 100,0 100,0

Total 8 100,0 100,0

Pengelolaan Limbah Padat Medis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Memenuhi Syarat 7 87,0 87,0 87,0

Tidak Memenuhi 1 12,0 12,0 100,0


Valid
Syarat

Total 8 100,0 100,0

Pengelolaan Limbah Cair

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Memenuhi Syarat 5 62,0 62,0 62,0

Tidak Memenuhi 3 37,0 37,0 100,0


Valid
Syarat

Total 8 100,0 100,0

95
Area bebas rokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Memenuhi Syarat 7 87,0 87,0 87,0

Tidak Memenuhi 1 12,,0 12,0 100,0


Valid
Syarat

Total 8 10,0 100,0

SDMK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Memenuhi Syarat 5 62,0 62,0 62,0

Tidak Memenuhi 3 37,0 37,0 100,0


Valid
Syarat

Total 8 100,0 100,0

Area bebas jentik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Memenuhi Syarat 8 100,0 100,0 100,0

Tidak Memenuhi 0 00,0 00,0 100,0


Valid
Syarat

Total 8 100,0 100,0

96
Lampiran 4.
Dokumentasi

97
98
tempat pengolahan limbah medis

99

Anda mungkin juga menyukai