Oleh:
dr. R.M. Ridho Hidayatulloh
Pendamping:
dr. Budi Suarman
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dokter Internsip Indonesia 2019
Penyusun :
dr. R.M.Ridho Hidayatulloh
Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan tepat waktu Laporan Mini Project Internsip
yang berjudul “Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas
Ciampea Tahun 2019“.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu Penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Budi Suarman selaku pendamping Dokter Internsips sekaligus Kepala Puskesmas
Ciampea yang telah menyediakan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing Penulis
dalam menyelesaikan laporan ini.
2. Pihak Puskesmas Ciampea yang telah bersedia bekerjasama dan memberikan izin kepada
Penulis untuk melaksanakan penelitian singkat di Kecamatan Ciampea.
3. Pihak-pihak terlibat yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan
laporan ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan dan rahmat-
Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga laporan ini bermanfaat
dalam pengembangan kesehatan masyarakat di masa depan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Manfaat
1.5.1 Untuk Puskesmas :
1.5.1.1 Mengetahui kepuasan pasien ditinjau dari mutu pelayanan yang disediakan
oleh tenaga medis dan paramedis dibagian rawat inap puskesmas Ciampea.
1.5.1.2 Meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat dibagian rawat inap
Puskesmas Ciampea
1.5.2 Untuk Masyarakat :
Masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai harapan,
sehingga masyarakat puas saat mendapatkan pelayanan kesehatan dibagian rawat
inap
Bukti fisik atau tampilan menjelaskan berupa pelayanan dapat dilihat secara
fisik, fasilitas fisik, penampilan perawat seperti perawat berpakaian rapi,
memiliki sikap yang sopan dan santun, meminta izin sebelum pemeriksaan,
memperhatikan kebersihan ruangan.
Faktor bukti nyata ini merupakan faktor yang selalu dijadikan sebagai penilaian
kepuasan yang pertama dilakukan karena cakupan penilaiannya yang sangat
luas dengan berbagai macam aspek, meliputi fasilitas fisik yang menunjukan
karakteristik tempat pelayanan meliputi penampilan bangunan pelayanan
kesehatan dan kebersihan ruangan perlengkapan, peralatan, karyawan, sarana
komunikasi, sarana kelengkapan misalnya : kelengkapan interior dan eksterior
seperti televisi, AC, tempat parkir yang luas dan aman, kerapian penampilan
karyawan, dan kelengkapan peralatan. Keseluruhan dari penilaian bukti nyata
tersebut akan memberikan dampak terhadap citra (image) akan tempat
pelayanan kesehatan tersebut, yang akan dinilai secara positif maupun negatif
oleh pasien (Yanti & Warsito, 2013).
b) Kehandalan (Reliability)
c) Ketanggapan (Responsiveness)
d) Jaminan (Assurance)
Jaminan menjelaskan bentuk jaminan atau kepastian rasa aman dan nyaman
pada saat pemeriksaan, bebas dari resiko atau kehilangan, keamanan fisik,
bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukan, mampu
meminimalkan terjadinya resiko/ efek samping, menghargai hak pribadi pasien,
meminta izin terlebih dahulu sebelum memeriksa, dan teliti dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Jaminan merupakan elemen yang berhubungan dengan kemampuan untuk
merebut kepercayaan dan keyakinan klien yang didasarkan oleh pengetahuan,
kesopanan petugas seta sifat yang dapat dipercaya sehingga terbatas dari
resiko.Dasar dari pembentukan jaminan adalah dengan menunjukkan bahwa
karakteristik pelayanan yang dilakukan berdasarkan SOP yang telah ditetapkan
sebelumnya misalnya standar keamanan, standar pelayanan, dan emisi
terpenuhi seperti peralatan pengobatan (Marbun, 2013).
e) Empati (Empathy)
1) Plan: perbaikan proses dapat dicapai pada tiap tingkat organisasi. Perbaikan berfokus
pada persyaratan yang diajukan oleh pelanggan maupun input dari rekanan, pelanggan
internal. Seluruh jajaran karyawan dalam organisasi harus mampu mengatasi masalah
yang ada dalam sistem, oleh karena itu perlu bersama-sama menyusun rencana
perbaikan.
2) Do: Ketika inisiatif untuk melakukan perbaikan telah direncanakan, maka inilah
saatnya untuk melakukan uji coba dalam skala kecil, segala perubahan yang terjadi
diamati, dicatat, dan dianalisis dengan alat-alat perbaikan mutu seperti flow chart,
fishbone, pareto, analisis trend, histogram, diagram pencar, diagram kendali, dan
sebagainya.
3) Chek/Study: Hasil uji coba dianalisis dan didiskusikan bersama, sehingga dapat
dipahami keterkaitan antara masalah yang satu dengan yang lain dan dapat
memberikan rekomendasi yang perlu dilakukan untuk perbaikan.
4) Act: Berdasarkan hasil uji coba dapat diambil keputusan untuk melakukan adopsi
perubahan, melakukan penyesuaian, atau mengembangkan alternatif lain untuk diuji
coba lagi jika ternyata hasil uji coba tidak menunjukkan adanya perbaikan.
Juran mengemukan tiga hal yang harus dilakukan dalam menerapkan manajemen
mutu, yaitu:
1) “Commitment and actions” dari manajemen puncak
2) Pelatihan manajemen mutu
3) Perbaikan mutu yang berkesinambungan.
Selanjutnya Juran menyampaikan trilogi dalam perbaikan mutu, yaitu perencanaan
mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan mutu.
1) Perencanaan mutu: fokus dari perencanaan mutu adalah menjamin bahwa tujuan mutu
dapat dicapai melalui kegiatan operasional. Perencanaan mutu meliputi :
a. identifikasi pelanggan eksternal dan internal
b. pengembangan gambaran/ciri/spesifikasi produk yang merupakan respon keinginan
dan kebutuhan pelanggan
c. merumuskan tujuan mutu yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan
dengan pembiaya yang efisiesn dan rekanan sebagai mitra kerja
d. merancang bangun proses untuk memproduksi produk/jasa/pelayanan sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan
e. Menunjukkan bahwa proses tersebut secara operasional mampu untuk mencapai
tujuan mutu yang telah ditetapkan
2) Perbaikan/peningkatan mutu: Untuk mencapai kinerja yang optimal, proses
operasional juga harus optimal. Kegiatan peningkatan mutu meliputi:
a. identifikasi proses spesifik untuk ditingkatkan
b. bentuk tim untuk melakukan perbaikan proses tersebut
c. lakukan diagnosis dan analisis untuk mencari penyebab dan mengidentifikasi
penyebab masalah yang utama
d. kembangkan kegiatan-kegiatan korektif dan preventif
e. lakukan uji coba dan berikan rekomendasi untuk perbaikan yang efektif
3) Pengendalian mutu: tujuan dari pengendalian mutu adalah dokumentasi dan sertifikasi
bahwa tujuan mutu tercapai dalam kegiatan operasional. Pengendalian mutu meliputi:
a. menentukan apa yang akan dikendalikan
b. menetapkan apa yang akan diukur
c. memilih metode dan menyusun instumen pengukuran
d. melakukan pengukuran secara nyata
e. memahami dan menganalisis varians, melakukan interpertasi kenyataan
dibandingkan standar
f. melakukan tindakan koreksi terhadap adanya kesenjangan antara kenyataan dan
standar.
Kelima dimensi tersebut diatas dikenal sebagai service quality (ServQual).
Dimensi-dimensi ini diperoleh melalui wawancara terhadap para pelanggan untuk
mengetahui atribut apa saja yang diharapkan para pelanggan dari perusahaan atau instansi
tertentu. Inti dari ServQual adalah melakukan pengukuran antara harapan (ekspektasi) dan
persepsi (realitas) pelayanan yang diterima. Dengan cara memberikan pilihan dari skala 1
sampai 5 atau 7, kemudian dibandingkan nilai antara harapan dan persepsi. Jika harapan
sama dengan persepsi layanan kesehatan yang diterima berarti mereka puas (Mukti, 2007:
77).
Model ServQual merupakan salah satu model yang banyak dipakai untuk mengukur
kepuasan pelanggan dengan cara membuat penilaian kepuasan pelanggan secara
komprehensif bagi pelayanan di bidang barang dan jasa yang mengutamakan aspek
pelayanan (Mas’ud, 2009 : 58). Model ini menganalisis gap (kesenjangan) antara persepsi
dan ekspektasi (harapan) pelanggan terhadap kualitas layanan melalui beberapa dimensi
yaitu emphaty, tangible, assurance, responsiveness dan reliability.
Secara lengkap, ServQual mengukur lima gap (kesenjangan), yaitu (Antony et al,
2004) :
1. Gap 1, antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen tentang harapan
tersebut.
2. Gap 2, antara persepsi manajemen tentang harapan pelanggan dan spesifikasi dari
kualitas pelayanan.
3. Gap 3, antara spesifikasi kualitas pelayanan dan pemberian pelayanan.
4. Gap 4, antara pemberian pelayanan dan komunikasi eksternal.
5. Gap 5, antara persepsi dan harapan pelanggan.
Terkait dengan titik tekan dan perhatian pelanggan, seringkali Gap yang diperlukan
adalah Gap kelima, yaitu Gap antara persepsi dan harapan pelanggan (Antony et al, 2004).
.
Menurut (Alwi, 2011) ada tiga pendekatan penilaian mutu yaitu :
1) Input
Aspek struktur meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan
kegiatan berupa sumber daya manusia, dana dan sarana. Input fokus pada sistem yang
dipersiapkan dalam organisasi, termasuk komitmen, prosedur serta kebijakan sarana dan
prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan.
2) Proses
Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh
tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan pasien,
meliputi metode atau tata cara pelayanan kesehatan dan pelaksanaan fungsi manajemen.
3) Output
Aspek keluaran adalah mutu pelayanan yang diberikan melalui tindakan dokter,
perawat yang dapat dirasakan oleh pasien dan memberikan perubahan ke arah tingkat
kesehatan dan kepuasan yang diharapkan pasien.
Standar Nasional
ΣBOR 65-80%
ΣALOS 1-10 hari
ΣTOI (Turn Over Interval) 1-3 hari
ΣBTO (Bed Turn Over) 5-45 hari
ΣNDR (Net Death Rate) <2,5%
ΣGDR (Gross Death Rate) <3%
ΣADR (Anesthesia Death Rate) 1,15000
ΣPODR (Post-Operative Death Rate) <1%
ΣPOIR (Post-Operative Infection Rate) <1%
ΣNTRR (Normal Tissue Removal Rate) <10%
ΣMDR (Maternal Death Rate) <0,25%
ΣIDR (Infant Death Rate) <2%
Sumber : Depkes RI dalam Nursalam, 2014: 312
2.3 Puskesmas
a. Geografis;
b. Aksesibilitas untuk jalur transportasi;
c. Kontur tanah;
d. Fasilitas parkir;
e. Fasilitas keamanan;
f. Ketersediaan utilitas publik;
g. Pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h. Kondisi lainnya.
1) Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas.
2) Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan
individu dan keluarga melalui upaya perawatan yang tujuannya untuk menyembuhkan
penyakit untuk kondisi tertentu
Fungsi Puskesmas
Menurut Arsita Eka Prasetyawati (2011: 121-122), Puskesmas memiliki tiga
fungsi pokok, yaitu :
1. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat.
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (continue), mencakup
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
menyebutkan dalam menyelenggarakan fungsi Puskesmas, Puskesmas berwenang
untuk:
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat;
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi;
f. Melaksanakan rekam medis;
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan;
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program Puskesmas merupakan
program kesehatan dasar, meliputi :
1) Promosi kesehatan
2) Kesehatan Lingkungan
3) KIA & KB
4) Perbaikan gizi
5) Pemberantasan penyakit menular
6) Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik (laboratorium
dan farmasi)
2.3.1 Akreditasi Puskesmas
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan
fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas
maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur.
Rawat inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan antara yang melayani pasien sebelum
dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu, atau dipulangkan kembali ke rumah.
Kemudian mendapat asuhan perawatan tindak lanjut oleh petugas perawat kesehatan
masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 029 tahun 2012 tentang tarif pelayanan
kesehatan bagi peserta PT Askes (Persero) mendefinisikan pelayanan kesehatan
tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang bersifat umum yang meliputi
pelayanan rawat jalan tingkat pertama dan rawat inap tingkat pertama. Rawat inap
tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat umum dan
dilaksanakan pada puskesmas perawatan, untuk keperluan observasi, perawatan,
diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya dimana peserta dan/atau
anggota keluarganya di rawat inap paling singkat 1 (satu) hari.
3. Penelitian Sebelumnya
a. Cho, Kim, Choi, and Lee (2006) The Impact of Visit Frequency on the
Relationship between Service Quality and Outpatient Satisfaction; A South
Korean Study. Journal Health Care Services Research 39, adapun hasil dari
penelitiannya menyatakan bahwa Pengaruh frekuensi kunjungan ke fasilitas
kesehatan menunjukkan bahwa harapan pasien lama terhadap mutu pelayanan
fokus pada dimensi realibility, responsiveness, assurance dan empathy
daripada dimensi tangibles. Sedangkan pasien baru lebih fokus pada dimensi
tangibles (penampilan fisik) dari penyedia layanan.
b. Hanson, Winnie, and Hsiao (2005). The Impact of quality on the demand for
outpatient services in Cyprus. Journal Health Economic.13: 1167-1180.
London. Hasil penelitian menyatakan bahwa masyarakat yang berpenghasilan
menengah kebawah lebih banyak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
disediakan pemerintah secara gratis daripada pelayanan swasta yang
mempunyai tarif lebih tinggi; Kualitas/ mutu pelayanan di fasilitas pemerintah
yang gratis lebih rendah dan Pasien yang menggunakan fasilitas kesehatan
pemerintah (gratis) tingkat kepuasannya rendah apabila dibandingkan dengan
pasien yang menggunakan fasilitas swasta, daripada pelayanan swasta yang
mempunyai tarif lebih tinggi.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012) dengan judul survey kepuasan
pasien rawat jalan rumah sakit islam ibnu sina bukittinggi. Hasil dari penelitian
ini responden menilai sangat puas terhadap atribut kelengkapan fasilitas
modern yang tersedia (80,3%), tetapi merasa tidak puas dengan atribut
ketersediaan pusat pengaduan pasien dan kelengkapan obat-obatan di apotik
(7,9%). analisis tingkat kinerja kualitas jasa RSI Ibnu Sina Bukittinggi
memiliki nilai rata-rata tingkat kepuasan tertinggi (4,15) pada dimensi
assurance (jaminan) dan terendah (3,95) pada dimensi reliability (keandalan).
d. Penelitian yang dilakukan oleh Azis (2012) dengan judul Analisis tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan Prima di RSUP Dr. Ismail
Padang tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden (76,52%) beranggapan bahwa pelayanan keperawatan belum prima.
e. Penelitian yang dilakukan oleh Kariman (2012) dengan judul analisis kualitas
layanan terhadap kepuasan pelanggan rawat inap RSU Tangerang. hasil dari
penelitian ini Variabel Reliable secara keseluruhan didapatkan rata-rata sebesar
87,5% maka reliable rawat inap RSU Tangerang masuk kategori sangat
memuaskan. Variabel Responsive didapatkan rata-rata sebesar 83,1% maka
responsive RSU Tangerang masuk kategori sangat memuaskan. Variabel
assurance mendapatkan rata-rata sebesar 89,9% maka assurance RSU Tangerang
masuk kategori sangat memuaskan. Variabel Empathy mendapatkan rata-rata
sebesar 89% maka empathy RSU Tangerang masuk kategori sangat memuaskan.
Secara keseluruhan rata-rata tingkat kepuasan RSU Tangeran sebesar 88,1% maka
masuk dalam kategori sangat memuaskan.
f. Penelitian yang dilakukan oleh Asmanningtyas (2013) dengan judul metode
importance performance analysis (IPA) kepuasan pasien poliklinik semarang
tahun 2013. Hasil penenlitian menunjukkan pada aspek kehandalan memiliki
tingkat kesesuaian 90,64%, aspek cepat tanggap 89,00%, aspek jaminan
89,17%, aspek empati 88,98% dan aspek tampilan fisik 90,89% dengan tolak
ukur tingkat kesesuaia 89,74%. Poliklinik Universitas Dian Nuswantoro perlu
meningkatkan pelayanan.
g. Penelitian yang dilakukan oleh Ujianti (2016) dengan judul analisis kepuasan
pasien pada layanan rawat jalan metode importance performance analisys (ipa)
di puskesmas benu – benua kota Kendari. Penelitian ini menunjukkan bahwa
hasil analisis pada atribut dimensi tangibles, hanya satu atribut yang dianggap
sudah memuaskan pasien. Sisanya empat atribut dianggap belum memuaskan
pasiendan pada atribut dimensi assurance, terdapat satu atribut yang dikatakan
memuaskan pasien. Sedangkan tiga atribut lainnya dikatakan belum
memuaskan pasien. Secara umum, dimensi assurance dikatakan belum dapat
memuaskan pasien dan dimensi lainnya sudah memuaskan pasien.
1. Kerangka Teori
Kepuasan Pasien
BAB III
Sebelum dianalisis, skor setiap atribut perlu dihitung dengan cara setiap
atribut diskorkan (Jumlah responden dalam setiap atribut dikalikan dengan
skor jawaban dalam skala likert) lalu ditotalkan secara keseluruhan
kemudian dirata-ratakan. Pada rataan tingkat kenyataan dan tingkat harapan
tersebut akan dibandingkan dengan rataan skor atribut untuk menunjukkan
atribut-atribut yang dianggap sangat penting dan kualitas pelayanan yang
dianggap sudah berjalan secara optimal sesuai dengan apa yang diinginkan.
Jika penilaian rataan skor atribut berada diatas rataan skor secara
keseluruhan maka dikatakan atribut tersebut dianggap penting / kualitas
pelayanan sudah baik. Sebaliknya, rataan skor atribut berada dibawah skor
rataan keseluruhan maka dikatakan atribut tersebut dianggap tidak penting/
kualitas pelayanan masih kurang baik.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan melalui tahap editing, coding, entry data dan
cleaning.
a. Tahap editing
I. Analisis Data
Setelah tidak ada kesalahan dalam pemasukan data, maka data akan
dianalisis guna mendapatkan informasi. Analisis pada penelitian ini adalah
analisis univariat dengan metode Importance Performance Analysis (IPA).
Metode IPA dilakukan dengan menghitung tingkat kesesuaian antara tingkat
kenyataan dan tingkat harapan.
J. Penyajian Data
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau hubungan yang
diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris, biasanya hipotesis
terdiri dari pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas (independent variables) dan variabel terikat (dependent variables) (Soekidjo
Notoatmojo, 2010 : 107). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap mutu layanan drawat inap di
Puskesmas Ciampea tahun 2019
3.4.2 Hipotesis Minor
4.3.2 Sampel
Sampel Penelitian adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi
(Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni, 2013 : 167). Dengan demikian sampel
merupakan bagian dari populasi yang dijadikan subyek penelitian. Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di Puskesmas Ciampea. Cara
pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling, yaitu pasien yang dirawat
saat ditemui oleh peneliti. Setiap orang yang pernah dirawat inap di Puskesmas
Ciampea pada bulan Maret 2019. Penentuan besar sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan rumus Slovin, yaitu sebagai berikut :
N
n=
1+ N . e 2
Keterangan :
n : Besar sampel yang digunakan
N: Jumlah populasi
e : Batas toleransi kesalahan (0,05)
Sumber : (Rusmiati, 2015)
87
n=
1+87 ( 0.1 )2
87
n=
1+ 87 ( 0.01 )
87
n=
1,87
n = 46,5 = 46
Untuk menghindari drop out ditambahkan 10% maka : 0,1 x 46,5 = 4,65 = 5.
Maka sampel dalam penelitian ini sebesar : 46 + 5 = 51 orang.
Data sekunder adalah data yang sudah dalam bentuk dokumen diperoleh dari
Puskesmas Ciampea. Metode pengambilan data sekunder dengan wawancara. Data
sekunder dalam penelitian ini meliputi :
4.5.2.1 Editing
Tahap editing yaitu mengecek tiap keusioner yang sudah terisi.
Jawaban kuesioner dicek kembali untuk melihat kelengkapan jawaban.
4.5.2.2Tahap coding
Tahap coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Untuk jawaban sangat tidak puas diberi
skor 1, jawaban kurang puas diberi skor 2, jawaban puas diberi skor 3,
jawaban cukup puas diberi skor 4, dan jawaban sangat puas diber skor 5.
Desa Ciampea merupakan salah satu desa dari 4 desa yang termasuk cakupan
wilayah Kecamatan Ciampea. Desa Ciampea secara geografi memiliki ketinggian
±1500 mdpl dan memiliki suhu rata-rata 34 oC. Desa Ciampea memiliki luas sebesar
246 Ha dengan perbatasan wilayah :
1. Sebelah Utara : Kali Sadane / Desa RancaBungur
2. Sebelah Selatan : Desa Bojong Rangkas
3. Sebelah Timur : Kali Cikarang / Desa Ciaruteun Ilir
4. Sebelah Barat : Desa Benteng
4.1.2 Kependudukan
Penduduk Desa Ciampea berjumlah 12.080 jiwa. Laki-laki 6.437 jiwa,
perempuan 5.643 jiwa dengan jumlah KK 3.327. Distribusi jumlah penduduk
menurut kepala keluarga dan jenis kelamin sebagai berikut:
1. Jumlah Penduduk Menurut
a. Jenis Kelamin
1) Laki-laki : 6.437 Orang
2) Perempuan : 5.643 Orang
74
Tabel 1. Distribusi Jawaban Tingkat Kenyataan Responden Pada Mutu Layanan
Rawat Inap Di Puskesmas Ciampea Terhadap Tangibles
Jawaban
Sangat
Kurang Cukup Sangat Total
No. Atribut Tidak Puas
Puas Puas Puas
Puas
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 TA1 0 0% 0 0% 2 4% 7 13,7 42 82,3 51 100%
2 TA2 9 17,7% 26 50,9% 8 15,7% 5 9,8% 3 5,9% 51 100%
3 TA3 6 11,7% 9 17,7% 21 41,2% 10 19,6% 5 9,8% 51 100%
4 TA4 0 0% 7 13,7% 21 41,2% 12 23,6% 11 21,6% 51 100%
5 TA5 0 0% 0 0% 11 21,6% 26 50,9% 14 27,5% 51 100%
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
75
No. Atribut Tidak Puas
Puas Puas Puas
Puas
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 RE1 1 2% 11 21,6% 29 56,8% 7 13,7% 3 5,9% 51 100%
2 RE2 0 0% 6 11,7% 30 58,8% 14 27,5% 1 2% 51 100%
3 RE3 1 2% 4 7,8% 32 62,8% 10 19,6% 4 7,8% 51 100%
4 RE4 0 0% 3 5,9% 30 58,8% 14 27,5% 4 7,8% 51 100%
5 RE5 0 0% 19 37,2% 22 43,1% 8 15,7% 2 4% 51 100%
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
76
Tabel 3. Distribusi Jawaban Tingkat Kenyataan Responden Pada Mutu Layanan
Rawat Inap Di Puskesmas Ciampea terhadap dimensi Responsiveness
Jawaban
Sangat
Kurang Cukup Sangat Total
No. Atribut Tidak Puas
Puas Puas Puas
Puas
77
Tabel 4. Distribusi Jawaban Tingkat Kenyataan Responden Pada Mutu Layanan
Rawat Inap Di Puskesmas Ciampea terhadap dimensi Assurance
Jawaban
Sangat
Kurang Cukup Sangat Total
No. Atribut Tidak Puas
Puas Puas Puas
Puas
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
39,2
1 AS1 20 % 3 5,9% 21 41,2% 0 0% 7 13,7% 51 100%
45,1
2 AS2 23 % 1 2% 18 35,2% 0 0% 9 17,7% 51 100%
35,2
3 AS3 18 % 2 4% 13 25,5% 1 2% 17 33,3% 51 100%
4 AS4 25 49% 4 7,8% 14 27,5% 0 0% 8 15,7% 51 100%
27,5
5 AS5 14 % 4 7,8% 24 47% 0 0% 9 17,7% 51 100%
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
78
Tabel 5. Distribusi Jawaban Tingkat Kenyataan Responden Pada Mutu Layanan
Rawat Inap Di Puskesmas Ciampea terhadap dimensi Emphati
Jawaban
Sangat
Kurang Cukup Sangat Total
No. Atribut Tidak Puas
Puas Puas Puas
Puas
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 EM1 0 0% 13 25,5% 14 27,5% 10 19,5 14 27,5% 51 100%
2 EM2 1 2% 13 25,5% 14 27,5% 22 43% 1 2% 51 100%
3 EM3 0 0% 4 7,8% 32 62,7% 12 23,6% 3 5,9% 51 100%
4 EM4 0 0% 2 4% 11 21,6% 30 58,7% 8 15,7% 51 100%
5 EM5 1 0% 7 13,7 29 56,7% 12 23,6% 2 4% 51 100%
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
b. Distribusi Jawaban Tingkat Harapan Responden Pada Mutu Layanan Rawat Inap
Di Puskesmas Ciampea
3) Dimensi Tangibles
Dimensi tangibles (bukti fisik) menjelaskan berupa pelayanan dapat dilihat
secara fisik, fasilitas fisik (kelengkapan fasilitas), penampilan petugas
kesehatan dan berpakaian rapi, serta memperhatikan kebersihan ruangan.
79
Jawaban
Sangat
Kurang Cukup Sangat Total
No. Atribut Tidak Puas
Puas Puas Puas
Puas
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 TA1 0 0% 2 4% 8 15,7% 20 39,2% 21 41,1% 51 100%
2 TA2 0 0% 1 2% 24 47% 12 23,5% 14 27,5% 51 100%
3 TA3 0 0% 0 0% 28 54,9% 7 13,7% 16 31,4% 51 100%
4 TA4 0 0% 0 0% 16 31,4% 16 31,4% 19 37,2% 51 100%
5 TA5 0 0% 1 2% 25 49% 9 17,6% 16 31,4% 51 100%
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
80
Tabel 7. Distribusi Jawaban Tingkat Harapan Responden Pada Mutu Layanan
Rawat Inap Di Puskesmas Ciampea terhadap dimensi Reability
Jawaban
Sangat
Kurang Cukup Sangat Total
No. Atribut Tidak Puas
Puas Puas Puas
Puas
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 RE1 0 0% 0 0% 19 37,2% 14 27,5% 18 35,3% 51 100%
2 RE2 0 0% 0 0% 14 27,5% 15 29,4% 22 43,1% 51 100%
3 RE3 0 0% 1 2% 18 35,3% 15 29,4% 17 33,3% 51 100%
4 RE4 0 0% 0 0% 12 23,6% 17 33,3% 22 43,1% 51 100%
5 RE5 0 0% 0 0% 10 19,6% 16 31,4% 25 49% 51 100%
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
81
Tabel 8. Distribusi Jawaban Tingkat Harapan Responden Pada Mutu Layanan
Rawat Inap Di Puskesmas Ciampea terhadap dimensi Responsiveness
Jawaban
Sangat
Kurang Cukup Sangat Total
No. Atribut Tidak Puas
Puas Puas Puas
Puas
5) Dimensi Assurance
Dimensi assurance (jaminan) menjelaskan bentuk jaminan atau
kepastian rasa aman dan nyaman pada saat pemeriksaan, bebas dari resiko atau
kehilangan, keamanan fisik, bertanggung jawab atas semua tindakan yang
dilakukan, mampu meminimalkan terjadinya resiko/ efek samping,
menghargai hak pribadi pasien, meminta izin terlebih dahulu sebelum
memeriksa, dan teliti dalam memberikan pelayanan kesehatan.
82
Jawaban
Sangat
Kurang Cukup Sangat Total
No. Atribut Tidak Puas
Puas Puas Puas
Puas
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 AS1 0 0% 0 0% 10 19,6% 23 45,1% 18 35,3% 51 100%
2 AS2 0 0% 0 0% 11 21,7% 21 41,1% 19 37,2% 51 100%
3 AS3 0 0% 0 0% 10 19,6% 23 45,1% 18 35,3% 51 100%
4 AS4 0 0% 0 0% 9 17,6% 20 39,2% 22 43,2% 51 100%
5 AS5 0 0% 0 0% 6 11,8% 25 49 20 39,2% 51 100%
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
5) Dimensi Empathy
Tabel 10. Distribusi Jawaban Tingkat Harapan Responden Pada Mutu Layanan
Rawat Inap Di Puskesmas Ciampea terhadap dimensi Emphati
Jawaban
Sangat
Kurang Cukup Sangat Total
No. Atribut Tidak Puas
Puas Puas Puas
Puas
83
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 EM1 0 0% 0 0% 15 29,4% 23 45,1% 13 25,5% 51 100%
2 EM2 0 0% 1 2% 18 35,4% 15 29,4% 17 29,4% 51 100%
3 EM3 0 0% 3 5,8% 24 47% 12 23,6% 12 23,6% 51 100%
4 EM4 0 0% 1 2% 27 52,9% 9 17,6% 14 27,5% 51 100%
5 EM5 1 0% 9 17,6% 24 47% 7 13,7% 11 21,7% 51 100%
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
Responden
84
Perhitungan skor tingkat kenyataan dimensi ditunjukkan pada tabel
11 berikut ini :
85
Tabel 11. Distribusi Perhitungan Skor Tingkat Kenyataan Responden
Jawaban
Jawaban
Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor
86
1 T1 0 0 2 4 8 24 20 80 21 105 244 4.78
2 T2 0 0 1 2 24 72 12 48 14 70 192 3.76
3 T3 0 0 0 0 28 84 7 28 16 80 192 3.76
4 T4 0 0 0 0 16 48 16 64 19 95 207 4.05
5 T5 0 0 1 2 25 75 9 36 16 80 193 3.8
6 RL1 0 0 0 0 19 57 14 56 18 90 203 3.98
7 RL2 0 0 0 0 14 42 15 60 22 110 212 4.15
8 RL3 0 0 1 2 18 54 15 60 17 85 201 3.94
9 RL4 0 0 0 0 12 36 17 68 22 110 214 4.19
10 RL5 0 0 0 0 10 30 16 64 25 125 205 4.01
11 RS1 0 0 0 0 21 63 14 56 16 80 199 3.90
12 RS2 0 0 0 0 24 2 10 40 17 85 172 3.37
13 RS3 0 0 0 0 8 24 16 64 27 135 196 3.84
14 RS4 0 0 0 0 17 51 15 60 19 95 206 4.03
15 RS5 0 0 0 0 17 51 15 60 19 95 206 4.03
16 A1 0 0 0 0 10 30 23 92 18 90 212 4.15
17 A2 0 0 0 0 11 33 21 84 19 95 212 4.15
18 A3 0 0 0 0 10 30 23 92 18 90 244 4.78
19 A4 0 0 0 0 9 27 20 80 22 110 217 4.25
20 A5 0 0 0 0 6 18 25 100 20 100 203 3.98
21 E1 0 0 0 0 15 45 23 92 13 65 202 3.96
22 E2 0 0 1 2 18 54 15 60 17 85 202 3.96
23 E3 0 0 3 6 24 72 12 48 12 60 176 3.45
24 E4 0 0 1 2 27 81 9 36 14 70 184 3.60
25 E5 0 0 9 18 24 2 7 28 11 55 182 3.56
Total Keseluruhan 5076 99.43
Rataan Skor Tingkat Harapan 3.97
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
87
Tabel 13. Distribusi Perhitungan Tingkat Kesesuaian
88
tingkat kesesuaian < tingkat kesesuaian keseluruhan sehingga dapat
dikatakan atribut tersebut belum memuaskan pasien yang
menggunakan jasa layanan rawat inap di Puskesmas Ciampea.
Penilaian kepuasan setiap atribut berdasarkan tingkat kesesuaian
ditunjukkan pada tabel 14 berikut ini:
89
Tabel 14. Distribusi Penilaian Kepuasan Setiap Atribut Berdasarkan
Tingkat Kesesuaian
Tingkat
Tingkat
Kesesuaian
No. Atribut Kesesuaian Kesimpulan
Keseluruhan
Atribut (%)
(%)
90
Tabel 15. Distribusi Penilaian Kepuasan Setiap Dimensi Berdasarkan
Tingkat Kesesuaian
Tingkat
Tingkat
Kesesuaian
No. Dimensi Kesesuaian Kesimpulan
Keseluruhan
Dimensi (%)
(%)
91
C. Pembahasan
92
dan keluarga pasien. Atribut yang belum memuaskan yaitu ruang
rawat inap yang nyaman karena tidak adanya AC atau Kipas Angin di
dalam ruangan, hal ini mengakibatkan pasien yang di rawat ruang inap
di Puskesmas Ciampea merasa kepanasan dan kurang nyaman selama
menjalani perawatan.
Hal ini juga berdampak pada ketidaknyamanan pasien Selain
itu, berdasarkan importance performance analisys melalui penilaian
kepuasan pasien berdasarkan tingkat kesesuaian dimensi pada tabel 16
diperoleh bahwa dimensi tangibles belum memuaskan pasien.
Menurut Soraya (2011) menyatakan dimensi tangibles adalah penting
untuk diperhatikan dalam meningkatkan mutu pelayanan terhadap
kepuasan pasien karena suatu bentuk jasa tidak dapat dilihat, tidak
bisa dicium dan tidak bisa diraba, maka bukti fisik (tangibles) menjadi
penting sebagai ukuran dari pelayanan. Menurut Lupiyoadi (2001)
bahwa penampilan fisik, peralatan serta personil yang mencakup
kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruangan, kelengkapan,
kesiapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai, dan kerapian serta
kebersihan penampilan petugas terhadap pelayanan kesehatan pada
pasien akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien.
93
handal jika proses penerimaan pasien dilalukan dengan cepat,
prosedur administrasian serta pembayaran yang praktis, tindakan yang
cepat dan tepat terhadap pemeriksaan dan pengobatan, pemeriksaan
laboratorium, perawatan dijalankan dengan tepat serta penerimaan
hasil pemeriksaan secaraa tepat dan cepat (Achmad, 2013).
94
pemeriksaan diagnosis dan perawatan terhadap pasien yang cepat dan
tepat karena pengalaman pasien kadang terjadi kesalahan terhadap
diagnosis penyakit.
95
handal, mandiri dan profesional atas uraian kerja yang ditekuninya
(Parasuraman, 2013).
96
dimensi pada tabel 16 diperoleh bahwa dimensi responsiveness belum
dapat memuaskan pasien. Artinya, dimensi ini dinilai belum sigap,
tanggap dan cepat dalam memberikan pelayanan.
97
Dimensi assurance pada layanan rawat rawat ina di Puskesmas
Ciampea dalam penelitian ini ditunjukkan oleh lima atribut yaitu
kemampuan petugas menjaga kerahasiaan diagnosa penyakit pasien,
petugas kesehatan memberikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya masalah penyakit yang dialaminya,
terciptanya suasana aman dan tenteram di lingkungan Puskesmas,
petugas kesehatan bagian farmasi memberika informasi tentang aturan
konsumsi obat, dan petugas kesehatan memiliki kemampuan dalam
menetapkan diagnosis penyakit. Berdasarkan importance performance
analisys melalui kesesuaian atribut pada tabel 15 diperoleh bahwa dari
lima atribut yang mewakili dimensi assurance, tiga atribut dikatakan
memuaskan pasien dan dua atribut dikatakan belum memuaskan
pasien.
Atribut pertama yaitu petugas mempu menjaga kehasiaan
diagnosa penyakit pasien hal ini dianggap penting dan dinilai sudah
memuaskan pasien dengan menerapkan kode etik yang telah
ditetapkan sehingga membuat pasien puas terhadap atribut tersebut.
98
dilakukannya tindakan selama berada di ruang rawat inap Puskesmas
Ciampea.
99
pelayanan kepada semua pasien dam kesimpatikan petugas kesehatan
terhadap pasien (Achmad, 2013).
100
ketika masih berada diruang tunggu, ini juga menunjukkan keramahan
petugas kesehatan terhadap pasien menjadikan suasana kekeluargaan
dalam Puskesmas tetap terjalin. Atribut kelima dari dimensi empathy
adalah petugas kesehatan mengucapkan terimakasih pada akhir
pelayanan. Hal ini menunjukkan antar petugas kesehatan dengan
pasien saling menghargai satu sama lain dan berjabat tangan diakhir
pemeriksaan.
101
BAB 6
Pada atribut dimensi tangibles, dari lima atribut terdapat tiga atribut yang
dianggap sudah memuaskan pasien dan dua atribut dianggap belum
memuaskan pasien. Secara garis besar, dimensi tangibles dikatakan
belum memuaskan pasien.
Pada atribut dimensi reability, dari lima atribut terdapat satu atribut yang
dianggap sudah memuaskan pasien dan empat atribut dianggap belum
memuaskan pasien. Secara umum, dimensi reliability belum memuaskan
pasien.
102
5. Dimensi Emphaty (Empati)
Pada atribut dimensi empathy, dari lima atribut dua atribut diantaranya
dinilai belum memuaskan pasien dan tiga atribut dikatakan telah
memuaskan pasien. Dan secara umum, dimensi empathy dinyatakan
sudah memuaskan pasien.
B. Saran
103
cepat pada saat pasien membutuhkan pelayanan serta meningkatkan
lagi strategi peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh pasien guna meningkatkan kualitas pelayanan.
104
DAFTAR PUSTAKA
105