PENYUSUN
Menyetujui Penyusun
Ka. Program Studi D III Keperawatan
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Fachryano, ST., MT
NIDN 0919127802
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Kata Pengantar iv
Visi dan misi program studi D-III keperawatan v
Tinjauan Mata Kuliah vii
TOPIK I: Keselamatan Kerja 1
a. Definisi 1
b. Tujuan Keselamatan Kerja 2
c. Fungsi Keselamatan Kerja 2
d. Syarat Keselamatan Kerja 2
e. Objek Keselamatan Kerja 3
f. Manajemen Keselamatan Kerja 3
g. Keselamatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan 4
h. Alat pelindung diri 5
TOPIK II: Kondisi Kerja 8
a. Definisi 8
b. Indikator Kondisi Kerja 8
c. Jenis-jenis Kondisi Kerja 9
TOPIK III: Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Ditempat Kerja 14
a. Definisi 14
b. Tujuan 14
c. Prinsip dasar P3K ditempat kerja 14
d. Pelaksanaan P3K di Tempat Kerja 15
e. Petugas dan Fasilitas 15
TOPIK IV: Jenis-jenis kecelakaan yang terjadi dilaboratorium 20
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
terselesaikannya modul pembelajaran Kesehatan dan keselamatan kerja ini.
Modul ini diperuntukkan bagi mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka dan
merupakan panduan belajar bagi mahasiswa selama mengikuti mata kuliah ini.
Modul ini berisi tentang topik-topik pembahasan K3 Rumah Sakit yang
dibebankan kepada saya sebagai salah satu dosen pengampu mata kuliah ini
berdasarkan kurikulum KKNI update tahun 2018 dan diambil dari berbagai
sumber literature baik dari buku maupun dari hasil-hasil penelitian yang
bertujuan untuk membantu dan mempermudah mahasiswa dalam menjalani
proses pembelajaran. Namun saya menyadari bahwa modul ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saran dan kritikan yang membangun demi
kesempurnaan buku ini sangat kami harapkan dari pembaca.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya modul
pembelajaran ini, kami menyampaikan banyak terimakasih. Semoga modul ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang
keperawatan.
Penulis
B. MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan dengan berpedoman pada kurikulum
berbasis KKNI untuk menghasilkan sumber daya keperawatan yang terampil dan
beretika
2. Mengembangkan riset guna meningkatkan mutu pengetahuan terkait keperawatan
luka
3. Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat sebagai aplikasi pengetahuan terkait
keperawatan luka
4. Menciptakan suasana akademik yang kondusif untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang kreatif, inovatif dan produktif dalam proses pelaksanaan Tri Dharma
perguruan tinggi di Bidang Keperawatan
5. Menjalin kerjasama dengan berbagai sektor baik lokal, nasional maupun
internasional
C. TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan yang berahlak, memiliki kompetensi vokasi bidang
keperawatan dengan keunggulan dibidang perawatan luka berpedoman pada
kurikulum berbasis KKNI yang berlandaskan nilai moralitas, intelektual, berjiwa
entrepreneur
2. Menghasilkan produk penelitian dan publikasi yang berkontribusi pada IPTEK dan
inovasi bidang vokasi Keperawatan khususnya keperawatan Luka
3. Menghasilkan produk pengabdian kepada mayarakat yang berbasis riset dan inovasi
bidang vokasi keperawatan Khususnya Keperawatan Luka.
4. Menciptakansuasana akademik yang kondusif untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang kreatif, inovatif, dan produktif dalam proses pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi di bidang keperawatan.
5. Mewujudkan kerja sama dan pengelolaan program studi vokasi keperawatan yang
terencana, terorganisasi, produktif dan berkelanjutan
D. SASARAN
1. Tercapainya mutu pembelajaran, dan lulusan vokasi keperawatan yang memiliki
kompetensi tinggi dalam Keperawatan luka, beriman, berahlak, inovatif dan berjiwa
entrepreneur.
2. Tercapainya mutu penelitian, dan publikasi ilmiah yang berkontribusi pada IPTEK
dan inovasi bidang vokasi Keperawatan khususnya keperawatan luka
3. Tercapainya mutu pengabdian kepada masyarakat yang berbasis riset dan inovasi
bidang vokasi keperawatan khususnya Keperawatan luka
4. Tercapainya mutu sarana prasarana Peningkatan kualitas manajemen dan organisasi
Program Studi serta sistem keuangan yang akuntabel dalam pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi di bidang keperawatan luka.
5. Peningkatan kualitas dan kuantitas kerjasama dengan berbagai pihak untuk
kemajuan akademik.
TOPIK I:
KESELAMATAN KERJA
A. Definisi
Keselamatan kerja secara umum memiliki arti selamat dalam melakukan pekerjaan apa
saja dan selamat dari bahaya kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera dan
kecacatan permanen pada pekerja yang menyebabkan kerugian bagi pekerja dan
perusahaan, sedangkan menurut Mangkunegara Keselamatan kerja menunjukan pada
kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat
kerja.
“Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat
bekerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Arti dan tujuan
keselamatan kerja untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah dan rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khusunya”.
“Keselamatan kerja adalah suatu keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan
pekerjaan. Keselamatan kerja adalah salah satu faktor yang harus dilakukan selama
bekerja. Tidak ada seorang pun di dunia yang menginginkan terjadinya kecelakaan.
Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk dan lingkungan di mana
pekerjaan itu dilaksanakan” (Buntarto, 2015: 1).
“Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat alat
kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja,
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, maupun di udara” (Suwardi dan
Daryanto, 2018: 1).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja merupakan
keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat bekerja dan lingkungan serta
terhindar dari bahaya yang menyebabkan penderitaan, kerusakaan atau kerugian selama
berada di dalam lingkungan kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat
kerja, lingkungan kerja serta tata cara dalam melakukan pekerjaan yang bertujuan untuk
menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah
manusia tertuju pada pekerjanya.
A. Definisi
Menurut Newstrom (1996:469) dalam bukunya menyatakan bahwa “work condition
relates to the scheduling of work-the length of work days and the time of day (or night)
during which people work”, yang kurang lebih berarti bahwa kondisi kerja
berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan
dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja. Sedangkan menurut
Nitisemito (1992:183) kondisi kerja adalah keadaan lingkungan atau tempat seseorang
karyawan dalam bekerja yang dapat mempengaruhi dalam semangat kerja. Kondisi
kerja sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan
yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan
tersebut. Yang dimaksud disini adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan
mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala
sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja, serta
keselamatan dan keamanan kerja, temperatur, kelembaban, ventilasi, penerangan,
kebersihan (Stewart and Stewart, 1983: 53 dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com).
A. Definisi
Pertolongan pertama pada kecelakaan merupakan pertolongan pertama yang harus segera
diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan
cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke fasilitas kesehatan (Amarudin et al., 2016).
Pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja adalah upaya memberikan
pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada pekerja atau orang lain yang berada
di tempat kerja, yang mengalami sakit atau cedera di tempat kerja (Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2008).
B. Tujuan
Tujuan pertolongan pertama (Amarudin et al., 2016) adalah:
1. Menyelamatkan jiwa penderita;
2. Mencegah cacat, atau menjadi parah;
3. Memberi rasa nyaman;
4. Menunjang proses penyembuhan;
5. Mencarikan pertolongan lebih lanjut.
C. Prinsip dasar P3K ditempat kerja
Ada tiga prinsip dasar yang harus dilakukan oleh petugas P3K. Pertama pedoman
tindakan yang berhubungan dengan situasi lingkungan dan kondisi penderita. Kedua
gangguan umum pada penderita yang harus ditolong. Ketiga kesiapan penolongan berupa
penolong, sarana, dan peralatan yang diperlukan (Amarudin et al., 2016). Pedoman
tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (Amarudin et al., 2016).
1. Menjaga keselamatan diri sendiri, anggota, tim, korban, dan orang sekitar;
2. Dapat menjangkau penderita;
3. Dapat mengenali masalah yang dapat mengancam nyawa;
4. Meminta bantuan atau rujukan;
5. Memberikan pertolongan dengan cepat, tepat berdasarkan keadaan penderita;
6. Membantu petugas pertolongan pertama yang lain;
7. Mempersiapkan penderita untuk dipindahkan (transportasi).
Untuk memberikan pertolongan pertama yang tepat, petugas harus mengenali ciri
gangguan pada penderita. Gangguan dibagi menjadi dua yaitu umum dan lokal.
Gangguan umum merupakan kondisi yang dapat menyebabkan keadaan darurat.
Gangguan lokal merupakan kondisi yang mempengaruhi cedara lebih lanjut (Amarudin
et al., 2016).
Gangguan umum berupa: 1. Gangguan pernapasan. 2. Gangguan kesadaran 3. Gangguan
peredaran darah yang disebabkan oleh perdarahan hebat, kekurangan cairan, rasa nyeri
yang habat, alergi.
Ganguan lokal berupa: 1. Perdarahan atau luka ringan akibat jaringan terputus atau
robek. 2. Patah tulang. 3. Luka bakar.
Kesiapan pertolongan yang pertlu dipertimbangkan adalah petugas P3K di tempat kerja
dan fasilitas P3K di tempat kerja.
D. Pelaksanaan P3K di Tempat Kerja
P3K di tempat kerja yang paling tepat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Orang terdekat
dengan penderita terpanggil untuk memberikan pertolongan, maka dia harus dibekali
dengan pengetahuan dan keterampilan P3K. IFRC (2016) menjelaskan dalam melakukan
pertolongan pertama, yang harus dilakukan adalah:
1. Menilai situasi atau assessment.
Penilaian ini harus dilakukan dengan singkat untuk menilai lokasi (keamanan, alat
pelindung diri, mekanisme kejadian), dan menilai penderita (jalan napas, pernapasan,
peredaran darah atau sirkulasi, status mental, paparkan penderita untuk penilaian
lebih lanjut dan perawatan).
2. Memposisikan Penderita.
3. Menghubungi bantuan berupa layanan kegawatdaruratan.
4. Melakukan penilaian lanjutan: menilai kembali jalan napas, pernapasan, perdarahan,
status mental, perawatan luka. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan tanda vital,
menanyakan keluhan umum, obat, makanan terakhir, riwayat penyakit, alergi, dan
kejadian.
5. Pertolongan pertama tambahan dari keadaan yang diperlukan.
E. Petugas dan Fasilitas P3K ditempat Kerja
Pertimbangan penyedian petugas dan fasilitas P3K di tempat kerja sangat penting karena
berkaitan dangan kesiapan dan kelancaran palaksanaan P3K. 2.8.5.1 Petugas P3K di
Tempat Kerja Berikut ketentuan petugas P3K di tempat kerja yang diatur
Permanakertrans (2008) : 1. Tempat kerja dengan potensi bahaya rendah dengan jumlah
pekerja 25-150, jumlah petugas P3K 1 orang. Jumlah pekerja >150, jumlah petugas P3K
1 orang untuk setiap 150 orang atau kurang. 2. Tempat kerja dengan potensi bahaya
tinggi dengan jumlah pekerja ≤100, jumlah petugas P3K 1 orang. Jumlah pekerja >100,
jumlah petugas P3K 1 orang untuk setiap 100 orang atau lebih.
Pengurus memiliki kewajiban untuk menyediakan petugas P3K pada tempat kerja
dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih sesuai dengan jumlah pekerja dan potensi
bahaya di tempat kerja. Tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat
harus menyediakan petugas P3K sesuai dengan jumlah pekerja, dan potensi bahaya di
tempat kerja tersebut. Tempat kerja dengan jadwal shift harus menyediakan petugas P3K
sesuai jumlah pekerja dan potensi bahaya di tempat kerja.
Seleksi atau pemilihan petugas P3K di tempat kerja dengan kriteria:
1. Dewasa, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
2. Tetap tenang dalam keadaan darurat.
3. Dapat meninggalkan pekerjaan bila ada panggilan darurat.
4. Menyukai tugas P3K.
5. Sehat jasmani dan rohani.
6. Mampu mengatasi banyak orang.
Tanggung jawab yang dilakukan oleh petugas P3K di tempat kerja adalah:
1. Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja.
2. Merawat fasilitas P3K di tempat kerja.
3. Mencatat setiap kegiatan P3K dalam bentuk buku kegiatan.
4. Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.
Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama, tanda khusus dan lokasi
petugas P3K di tempat kerja pada tempat yang mudah dilihat (Amarudin et al., 2016).
Fasilitas P3K di tempat kerja meliputi ruang P3K, kotak P3K dan isi, alat evakuasi, dan
alat transportasi. Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus
di tempat kerja yang disesuaikan dengan potensi bahaya yang bersifat khusus
(Pemanakertrans, 2008).
Ruang P3K wajib disediakan oleh pengusaha jika mempekerjakan pekerja/buruh 100
orang atau lebih. Pengusaha juga wajib menyediakan jika mempekerjakan pekerja/buruh
kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya tinggi. Ruang P3K juga memiliki syarat
seperti dijelaskan pada pasal 9 ayat 2, meliputi:
1. Lokasi ruang P3K dengan kriteria dekat dengan toilet/kamar mandi, dekat jalan keluar,
mudah dijangkau dari area kerja, dan dekat dengan tempat parkir kendaraan;
2. Mempunyai luas minimal cukup untuk menampung satu tempat tidur pasien dan masih
terdapat ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta penempatan fasilitas P3K lainnya;
3. Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang cukup lebar untuk
memindahkan korban;
4. Diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat;
5. Ruang P3K sekurang-kurangnya dilengkapi dengan wastafel dengan air mengalir,
kertas tisu, tandu, bidai/spalk, kotak P3K dan isi, tempat tidur dengan bantal dan selimut,
tempat untuk menyimpan alat (tandu, kursi roda), sabun dan sikat, pakaian bersih untuk
penolong, tempat sampah, dan kursi tunggu jika diperlukan.
TOPIK IV
Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis
terjadinya kecelakan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya
kecelakan kerja di laboratorium :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-
proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan
kegiatan laboratorium.
2. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya
pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan laboratorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan
kegitan laboratorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
perlindungan kegiatan laboratorium.
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus
ditaati.
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.
Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapanpun, di manapun,
dan dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di
laboratorium dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cedera atau bahkan cacat,
serta bahaya kesehatan mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya
meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran (pingsan) bahkan kematian.
Pencegahannya :
Pakai sepatu anti slip.
Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar.
Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau
tidak rata konstruksinya.
Pemeliharaan lantai dan tangga.
B. Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang
mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3
unsur bersama sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibatnya :
a. Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan kematian.
b. Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahannya :
a. Konstruksi bangunan yang tahan api.
b. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar.
c. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
• Sistem tanda kebakaran :
Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya
dengan segera
Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara
otomatis
Terjadinya kecelakan dilaboratorium dapat dikurangi sampai tingkat paling minimal jika
setiap orang yang menggunakan laboratorium mengetahui tanggung jawabnya. Berikut
adalah orang yang seharusnya bertanggug jawab terhadap keamanan laboratorium :
1. Lembaga atau staf laboratorium bertanggung jawab atas fasilitas laboratorium
yaitu kelengkapannya, pemeliharaan, dan keamanan laboratorium.
2. Dosen atau guru bertanggung jawab didalam memberikan semua petunjuk yang
diperlukan kepada mahasiswa atau siswa termasuk didalamnya aspek keamanan.
Mahasiswa atau siswa yang bertanggung jawab untuk mempelajari aspek kesehatan dan
keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik yang digunakan maupun yang
dihasilakan dari suatu reaksi, dan keselamatan dari teknik dan prosedur yang akan
dilakukannya. Dengan demikian mahasiswa atau siswa dapat menyusun peralatan dan
mengikuti prosedur yang seharusnya, sehingga bahaya kecelakaan dapat dihindari atau
dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Benjamin O. Alli. Fundamental Principles of Occupational Health And Safety. 2 nd Edition. 2008.
International Labour Office – Geneva: ILO. ISBN 978-92-2-120454-1
Reese, C. D. (2018). Occupational health and safety management: a practical approach. CRC press.
LESO, Veruscka; FONTANA, Luca; IAVICOLI, Ivo. The occupational health and safety dimension
of Industry 4.0. La Medicina del lavoro, 2018, 109.5: 327.
Burke, R. J., Clarke, S., & Cooper, C. L. (Eds.). (2011). Occupational health and safety. Gower
Publishing, Ltd..
Saputra, F., & M. Rizky Mahaputra. (2022). Building Occupational Safety and Health (K3): Analysis
of the Work Environment and Work Discipline. Journal of Law, Politic and
Humanities, 2(3), 105-114. https://doi.org/10.38035/jlph.v2i3.91
Widodo, I. D. S. (2021). Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan Implementasi K3 di
Tempat Kerja. Sibuku.
Suhardi, I. B., Agustina Citrawati, S. T., & Astuti, I. R. D. (2021). Ergonomi Partisipatori
Implementasi Bidang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Deepublish.
Simarmata, J., Makbul, R., Mansida, A., Rachim, F., Dharmawan, V., Bachtiar, E., ... & Della, R. H.
(2022). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yayasan Kita Menulis.
Vail, D. D. (2019). A History of Occupational Health and Safety: From 1905 to the Present. The
Wilbur S. Shepperson Series in Nevada History. By Michelle Follette Turk.