Anda di halaman 1dari 45

MODUL PRAKTIKUM

PASIEN SAFETY

Di Susun Oleh:

Sandi Ari Susiatmi, SST., M.Keb


Leila Nisya Ayuanda, SST, M.Keb
Ratna Arifiana, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UMPP
2022

i
Modul Pasien Safety

PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga dapat tersusun modul Praktikum Pasien Safety. Modul ini ini merupakan panduan
bagi mahasiswa dalam pembelajaran mata kuliah Pasien Safety. Penyusun mengharapkan
dengan adanya modul ini mahasiswa dapat belajar dengan baik mengenai keamanan dan
pelaksanaan pasien safety
Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan modul ini. Masukan dan saran dari
teman sejawat sangat kami harapkan demi kesempurnaan buku ini. Perbaikan dalam modul ini
dapat meningkatkan pemahaman yang lebih baik tentang pelaksanaan pasient safety khususnya
untuk kebidanan yang terangkum dalam mata kuliah Pasien safety bagi mahasiswa kebidanan.

Terima Kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pekalongan, Maret 2022

Tim Penyusun

ii
Modul Pasien Safety

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa harus hadir 10 menit sebelum perkuliahan dimulai


2. Mahasiswa harus menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam
pembelajaran
3. Mahasiswa harus mengisi daftar hadir pembelajaran
4. Mahasiswa harus menggunakan seragam lengkap dengan name tag, dan ber
kaos kaki.
5. Selama praktikum mahasiswa tidak diperkenankan untuk :
a. Makan dan minum
b. Bersenda gurau
c. Mendiskusikan masalah yang tidak berkaitan dengan materi praktikum
d. Mengerjakan hal lain yang tidak berkaitan dengan praktikum
6. Seluruh mahasiswa harus ikut serta secara aktif dalam praktikum.
7. Kehadiran mahasiswa dalam praktikum harus 100%. Apabila mahasiswa tidak
dapat mengikuti praktikum karena sakit, atau alasan lain, diwajibkan untuk
mengirimkan surat keterangan yang syah dan harus diserahkan dalam 1 minggu

iii
Modul Pasien Safety

IDENTITAS MAHASISWA

NAMA : .……………………………...........

NIM : .……………………………………

SEMESTER : .……………………………………

KELAS : ..……………………………............

PROGRAM STUDI :…………………………………........

Pas Foto
3x4

v
Modul Pasien Safety

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Ajar


Mata Kuliah ini akan menjelaskan dan memberikan pemahaman yang mendalam
kepada mahasiswa serta melakukan Patient Safety (Keselamatan pasien)pada
pelayanan kebidanan yang meliputi konsep dan prinsip pasien safety, standar
keselamatan pasien, kriteria monitoring dan evaluasi pasien safety, manajemen
pasien safety, kebijakan yang mendukung pasien safety, pencegahan resiko jatuh,
peran bidan dalam pasien safety.

B. Tujuan Mata Ajar


Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan analisis kasus insiden
2. Melakukan informed consent pasien pra SC
3. Melakukan perawatan di ruang isolasi
4. Melakukan pencegahan pasien resiko jatuh
5. Melakukan pemberian obat dan cairan

D. Capaian Pembelajaran/ Learning Outcame


1. Analsisis kasus insiden
2. Informed consent pasien pra SC
3. Perawatan di ruang Isolasi
4. Pencegahan pasien resiko jatuh
5. Pemberian obat dan cairan

E. Strategi Pembelajaran
Pendekatan perkuliahan ini adalah pendekatan Student Center Learning. Dimana
Mahasiswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran meliputi;
brainstorming, small group discuss, demonstrasi.

vi
Modul Pasien Safety

E. Referensi

1. Clancy, C. (2011). New research highlights the role of patient safety culture & safer
care. Journal of nursing care quality/ Juli- September.
2. WHO. (2007). WHO collaborating center for patient safety. Joint commission &
Joint commission international solution. http://www.who.int.com.
3. Unit pelayanan jaminan mutu. (2011). Buku saku quality & safety. Jakarta: RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo
4. Depkes RI. 2008. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. Jakarta: Depkes RI
5. Siagian, S.P. (2009). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
6. Wardhani,V. 2017. Manajemen Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Malang:
Universitas Brawijaya Press
7. Hadi, Irwan. 2015 Buku Ajar Manajemen Keselamatan Pasien. Yogyakarta:
Deepublish

vii
Modul Pasien Safety

DAFTAR ISI
VISI DAN MISI ii
KATA PENGANTAR iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM iv
IDENTITAS MAHASISWA v
PENDAHULUAN vi
DAFTAR ISI viii
Praktikum 1 Analsisis kasus insiden
Praktikum 2 Informed consent pasien pra SC
Praktikum 3 Perawatan di ruang Isolasi
Praktikum 4 Pencegahan pasien resiko jatuh
Praktikum 5 Pemberian obat dan cairan

viii
Modul Pasien Safety

PRAKTIKUM I
ANALSISIS KASUS INSIDEN

A. Tujuan Pembelajaran Praktikum


Mahasiswa mampu memahami dan melakukan analisis kasus insiden pada pasien
saat berada di Rumah Sakit.

B. Dasar Teori
Insiden Keselamatan pasien masih menjadi masalah utama dirumah sakit dimana
berbagai macam pelayanan memiliki resiko yang mengancam keselamatan pasien di
rumah sakit.Keselamatan Pasien (Patient Safety) Rumah Sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan kepada pasien lebih aman, yaitu meliputi :
Assessment / Pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan untuk hal ini Pemerintah sudah berupaya mengutamakan Keselamatan pasien di
pelayanan rumah sakit.

Insiden keselamatan pasien adalah kejadian atau situasi yang dapat menyebabkan atau
berpotensi mengakibatkan cidera yang seharusnya tidak terjadi. Insiden Keselamatan
Pasien di rumah sakit memiliki jenis-jenis yang berbeda terdiri dari: Kejadian
Potensial Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian Tidak Cedera
(KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau adverse event dan Kejadian Sentinel
atau sentinel event (Kementerian Kesehatan, 2017). Rumah sakit memiliki Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang tergabung di Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien ya itu organisasi non=Struktural dan bertanggung
jawab melaksanakan tugas salah satunya adalah melapor kepada Direktur Rumah
Sakit secara langsung. TKP-RS melaksanakan tugas salah satunya adalah
melakukan pencatatan, pelaporan Insiden, analisis insiden termasuk melakukan Root

9
Modul Pasien Safety

Cause Analysis (RCA) / Analisis Akar Masalah dan mengembangkan solusi untuk
meningkatkan keselamatan pasien.

Pada pelaksanaannya bila terjadi insiden keselamatan pasien TKP-RS mengikuti alur
penanganan insiden keselamatan pasien sebagai berikut : (1) setiap insiden harus
dilaporkan secara internal kepada Tim Keselamatan Pasien (TKP) dalam waktu paling
lambat 2×24 (dua kali dua puluh empat) jam dengan menggunakan format laporan,
(2) Laporan diverifikasi oleh TKP-RS untuk memastikan kebenaran adanya insiden,
(3) setelah melakukan verifikasi laporan TKP – RS melakukan investigasi dalam
bentuk wawancara dan pemeriksaan dokumen, (4) berdasarkan hasil investigasi tim
keselamatan pasien menentukan derajat insiden (grading) dan melakukan Root Cause
Analysis (RCA) dengan metode baku untuk menentukan akar masalah, (5) Tim
keselamatan pasien harus memberikan rekomendasi keselamatan pasien kepada
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan hasil Root Cause Analysis
(RCA).

C. Alat dan Bahan


1. LCD
2. Laptop
3. Kertas
4. Bulpoint
5. Soal kasus
D. Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul
4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang
dimengerti
E. Keselamatan Kerja
1. Pusatkan perhatian pada kasus yang diberikan
2. Pastikan kerjasama dalam kelompok

10
Modul Pasien Safety

3. Siapkan bahan atau buku referensi sesuai yang diperlukan


F. Langkah Kerja
1. Dosen memberikan pendahuluan mengenai materi insiden keselamatan pasien
2. Membagi kelas menjadi 4 kelompok.
3. Dosen membagikan kasus untuk didiskusikan
4. Memberikan waktu berdiskusi kira-kira 30 menit
5. Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi untuk
masing-masing pokok bahasan.
6. Memberikan sesi untuk tanya jawab mengenai hal yang mungkin perlu
pembahasan lebih lanjut.
7. Melakukan evaluasi dengan mahasiswa atau merangkum pokok bahasan dari
semua kelompok dan menyimpulkan.

G. Latihan
1. Apakah yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien?
2. Isilah form laporan insiden keselamatan pasien !

11
Modul Pasien Safety

Form Data RS

SILAHKAN ISI KODE RUMAH SAKIT


UNTUK MELAPORKAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN KE KKPS PERSI

Kode Rumah Sakit : ___________________

Bagi Rumah Sakit yang belum mengetahui Kode rumah sakit, silahkan isi
Formulir Data RS dibawah ini, yang dapat diakses lewat :
http://www.inapatsafety-persi.or.id

E-Mail Rumah Sakit : _______________________________________________________


Nama Rumah Sakit : _______________________________________________________
Alamat : _______________________________________________________
Kabupaten/Kota : _______________________________________________________
Propinsi : _______________________________________________________
Contact Person : _______________________________________________________
Telepon : _______________________________________________________
HP : _______________________________________________________
Kode dikirim lewat : � SMS � E-Mail

12
Modul Pasien Safety

Formulir Laporan insiden keselamatan pasien ke KKP-RS

RAHASIA

KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
KKP-RS
(Patient Safety Incident Report)

 Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan bersifat anonim, tidak
mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian, analisa penyebab dan rekomendasi.
 Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) , bila
ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan pemahaman yang ada.
 Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap. Jangan dikosongkan agar
data dapat dianalisa.
 Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS).

KODE RS : ................................. (lewat : http://www.inapat-safety.or.id / pos / kurir)


I. DATA RUMAH SAKIT:
Kepemilikan Rumah Sakit :
� Pemerintah Pusat
� Pemerintah Daerah (Provinsi / Kab / Kota)
� TNI /POLRI
� Swasta
� BUMN / BUMD
Jenis RS :
� RS Umum
� RS Khusus
� RSIA
� RS Paru
� RS Mata
� RS Orthopedi
� RSJantung
� RS Jiwa
� RS Kusta
� RS Khusus lainnya .......................................................................................................
Kelas RS
�A
�B
�C
�D
Untuk RS Swasta menyesuaikan mis RS Pratama setara dengan RS kelas D, RS
Madya setara dengan RS Kelas C dst.
Kapasitas tempat tidur : .................................................................................. tempat tidur
Propinsi (lokasi RS) : ..................................................................................................................
13
Modul Pasien Safety

Tanggal Laporan Insiden di kirim ke KKP-RS : ................................................................

II. DATA PASIEN


Umur * : � 0-1 bulan � > 1 bulan – 1 tahun
� > 1 tahun – 5 tahun � > 5 tahun – 15 tahun
� > 15 tahun – 30 tahun � > 30 tahun – 65 tahun
� > 65 tahun
Jenis kelamin : � Laki-laki � Perempuan
Penanggung biaya pasien :
� Pribadi � Asuransi Swasta
� ASKES Pemerintah � Perusahaan*
� JAMKESMAS � JAMKESDA
Tanggal Masuk RS : ........................................................ Jam ......................................

III.RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ................................................................................ Jam .........................................
2. Insiden : ....................................................................................................................................
3. Kronologis Insiden
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
� Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
� Kejadian Tidak cedera / KTC (No Harm)
� Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
� Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
� Pasien
� Keluarga / Pendamping pasien
� Pengunjung
� Lain-lain .................................................................................................... (sebutkan)

6. Insiden terjadi pada* :


� Pasien
� Lain-lain .................................................................................................... (sebutkan)
Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3
RS.
7. Insiden menyangkut pasien :
� Pasien rawat inap
� Pasien rawat jalan
� Pasien UGD
� Lain-lain .................................................................................................... (sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian .............................................................................................. (sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
� Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya

14
Modul Pasien Safety

� Anak dan Subspesialisasinya


� Bedah dan Subspesialisasinya
� Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya
� THT dan Subspesialisasinya
� Mata dan Subspesialisasinya
� Saraf dan Subspesialisasinya
� Anastesi dan Subspesialisasinya
� Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya
� Jantung dan Subspesialisasinya
� Paru dan Subspesialisasinya
� Jiwa dan Subspesialisasinya
� Lain-lain ..................................................................................................... (sebutkan)
10.Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab ..................................................................................... (sebutkan)
11. Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
� Kematian
� Cedera Irreversibel / Cedera Berat
� Cedera Reversibel / Cedera Sedang
� Cedera Ringan
� Tidak ada cedera
12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
13. Tindakan dilakukan oleh* :
� Tim : terdiri dari : ..........................................................................................................
� Dokter
� Perawat
� Petugas lainnya ..............................................................................................................

14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
� Ya � Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja
tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................

IV.TIPE INSIDEN
Insiden : ........................................................................................................................
Tipe Insiden : ........................................................................................................................
Subtipe Insiden : ........................................................................................................................

V. ANALISA PENYEBAB INSIDEN


Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat
menggunakan Faktor kontributor (bisa pilih lebih dari 1)
a. Faktor Eksternal / di luar RS f. Faktor Tugas
b. Faktor Organisasi dan Manajemen g. Faktor Pasien
c. Faktor Lingkungan kerja h. Faktor Komunikasi
d. Faktor Tim
e. Faktor Petugas / Staf

15
Modul Pasien Safety

1. Penyebab langsung (Direct / Proximate/ Immediate Cause)


......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
2. Akar penyebab masalah (underlying � root cause)
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
3. Rekomendasi / Solusi

No. Akar Masalah Rekomendasi/Solusi

NB. * : pilih satu jawaban, kecuali bila berpendapat lain.


Saran : baca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)

1
Modul Pasien Safety

REFLEKTIF LEARNING

MATA KULIAH :
NAMA PRAKTIKUM :
HARI/TANGGAL, JAM :
LEARNING CYCLE

“REAL EXPERIENCE”

“REFLECTIVE
OBSERVATION”

“ABSTRACT
CONCEPTUALIZATION”

“ACTIVE
EXPERIMENTATION”

TANDA TANGAN

DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA

(………………..……..) (……………………….)

2
Modul Pasien Safety

PRAKTIKUM 2
INFORMED CONCEN PASIEN PRA OP SC

A. Tujuan Pembelajaran Praktikum


1. Mahasiswa mampu melakukan prosedur keselamatan pasien sebelum, selama
dan paska operasi
2. Mahasiswa mampu melakukan verifikasi sebelum operasi
3. Mahasiswa mampu memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur
yang benar, pembedahan pada pasien yang benar

B. Dasar Teori
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan
cara infasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de jong, 2005). Proses operasi merupakan
pembukaan bagian tubuh untuk dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka. Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis
yang ikut berperan terhadap kesembuhandari luka atau penyakit melalui prosedur
manual atau melalui operasi dengan tangan. Bedah atau operasi merupakan
tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak
mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter, 2006)
Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan
prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut
pembedahan tanpa rawat inap ( outpatient surgery ) atau pembedahan sehari (one-
day surgery).

Sebelum tindakan dilakukan, petugas melakukan penandaan area yang akan


dilakukan operasi. Petugas juga melakukan pengecekan ulang seluruh
identifikasi pasien dan kelengkapan berkas penunjang sebelum dilakukan
tindakan operasi. Dalam pelaksanaan tindakan operasi, petugas melakukan
tindakan berdasarkan atas SPO yang berlaku.

3
Modul Pasien Safety

C. Alat dan Bahan


1. Kertas
NO TINDAKAN NILAI
0 1 2
A. SIKAP DAN PERILAKU
1 Mengucapkan Assalamu’alaikum & Memverifikasi identitas klien
2 Memperkenalkan diri
3 Melakukan verifikasi data : nama, umur, diagnosa
4 Memberitahu tindakan dan menjelaskan tujuan dan prosedur
5 Memberi kesempatan bertanya
6 Meminta ijin pasien tindakan yang akan dilakukan
7 Menanyakan kesiapan pasien untuk dilakukan informed consent
B. KETERAMPILAN
8 Menutup tirai
9 Mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim
10 Mempersiapkan pasien
11 Menjelaskan hasil pemeriksaan
12 Menjelaskan kesimpulan hasil pemeriksaan
13 Menjelaskan penanganan yang akan dilakukan : salah satunya SC
14 Menjelaskan tujuan tindakan dilakukan tindakan SC
15 Menjelaskan dampak apabila tindakan operasi tidak dilakukan
16 Menjelaskan prosedur operasi
(Menjelaskan tahap pra operasi, peri operasi dan pasca operasi)
17 Menjelaskan tindakan yang dilakukan sebelum operasi
(pasang infus, injeksi antibiotik, skeren, pasang DC, ganti baju OK dll)
18 Menjelaskan bagian tubuh yang dilakukan operasi
(Pada perut bagian bawah pusat)
19 Menjelaskan tenaga kesehatan yang terlihat dalam operasi
(Dokter SPOG, Bidan, perawat, dokter anastesi, dokter anak)
20 Menjelaskan jenis dan kerja anastesi yang akan diberikan
(Anastesi spinal, diberikan pada lumbal ke 5, ibu akan disuntik pada
tulang belakang dan kerja dari obat bius hanya pada bawah payudara
sampai ke ujung kaki)
21 Menjelaskan nyeri luka operasi setelah efek anastesi berkurang
(Jika obat bius sudah habis ibu akan merasakan nyeri pada luka
jahitan)

8
Modul Pasien Safety

22 Menjelaskan management nyeri : relaksasi, distraksi,imaginasi,


hipnotis, akupresur
23 Menjelaskan cara batuk efektif
24 Menjelaskan mobilisasi: waktu, pentingnya dampak, tidak mobilisasi
(waktu mobilisasi 6-8 jam ibu harus sudah bisa miring kanan kiri.
Mobilisasi dimulai dari menggerakkan telapak kaki. Hal ini penting
dilakukan karena merangsang peristaltik usus bekerja kembali. Bila
tidak mobilisasi kerja dari organ yang terkena efek obat bius akan
lama untuk bisa bekerja)
25 Menjelaskan pemenuhan kebutuhan cairan sebelum operasi sampai
setelah operasi
(sebelum dan setelah operasi pemenuhan kebutuhan cairan melalui
infus)
26 Menjelaskan pemenuhan kebutuhan nutrisi : puasa, makan bertahap
(dianjurkan untuk berpuasa 6-8 jam agar mengosongkan usus
sehingga tidak terjadi refluk saat dilakukan pembiusan, selain itu agar
saat operasi tidak kontaminasi dengan kotoran yang ada di usus.
Setelah operasi makan bertahap mulai dari minum, makanan lunak,
makanan biasa)
27 Menjelaskan larangan berpantang makanan bergizi
(tidak perlu berpantang makanan karena akan memperlambat
penyembuhan luka)
28 Menjelaskan dampak berpantang makanan bergizi : infeksi,
penyembuhan yg lama
29 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi post operasi
(Rubor, dolor, color, tumor, fungsiolaesa)
30 Menjelaskan perawatan luka operasi
(3 hari setelah operasi, 1 minggu, 11 hari dan 21 hari)
31 Menjelaskan pemeriksaan laboratorium sebelum operasi
32 Menjelaskan pemeriksaan laboratorium setelah operasi
33 Menjelaskan kebutuhan transfusi darah
34 Menjelaskan efek samping pemberian transfusi darah
35 Menjelaskan penanganan efek samping pemberian transfusi darah
36 Menjelaskan kegiatan keluarga selama operasi berlangsung
37 Memberi kesempatan bertanya
38 Memberi jawaban pertanyaan dengan benar
40 Menanyakan kembali materi yang telah disampaikan
41 Menanykan kesediaan klien untuk dilakukan operasi

8
Modul Pasien Safety

42 Membacakan surat persetujuan operasi


43 Menjelaskan pengertian dari surat persetujuan
44 Meminta klien menandatangani persetujuan operasi
45 Mengucapkan Alhamdulillaah
C TEHNIK
46 Melakukan komunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami
47 Melakukan secara Sistematis
48 Melakukan dokumentasi hasil tindakan
Nilai
Total Skor/ 96 x100=
Keterangan:
0 : Perlu perbaikan; langkah kerja tidak dilakukan atau tidak sesuai dengan prosedur
1 : Mampu ; langkah kerja dilakukan secara benar dan berurutan sesuai pedoman,
tetapi kurang tepat dan atau pembimbing klinik perlu membantu atau
mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti
2 : Mahir ; langkah dilakukan dengan benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu
bantuan dan sesuai dengan urutan prosedur

D. Latihan Mandiri
Seorang pasien akan menjalani proses operasi sectio sesaria, karena ini adalah
persalinan anak yang pertama sehingga ibu belum mengetahui hal apa yang
harus dipersiapkan sebelum, selama dan setelah proses operasi SC. Lakukan
pemberian inform concent pada pasien tersebut sesuai prosedur yang telah
ditetapkan!

9
Modul Pasien Safety

REFLEKTIF LEARNING

MATA KULIAH :
NAMA PRAKTIKUM :
HARI/TANGGAL, JAM :
LEARNING CYCLE

“REAL EXPERIENCE”

“REFLECTIVE
OBSERVATION”

“ABSTRACT
CONCEPTUALIZATION”

“ACTIVE
EXPERIMENTATION”

TANDA TANGAN

DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA

(………………..……..) (……………………….)

10
Modul Pasien Safety

PRAKTIKUM 3
PERAWATAN DI RUANG ISOLASI

A. Tujuan Pembelajaran Praktikum


Mampu melakukan perawatan pasien pada ruang isolasi
B. Dasar Teori
1. Pengertian :
Memisahkan pasien dan peralatan yang diperlukan pada suatu tempat
tersendiri atau khusus.
Ruang isolasi adalah ruang yang digunakan untuk meminimalkan kontak antara pasien
dengan dunia luar disekitar kamar pasien dan sebaliknya dimana ruang isolasi
mempunyai ruang antara yang mempunyai tekanan positif sedangkan ruang
perawatan mempunyai tekanan negatif dengan tujuan agar udara dalam ruang
perawatan tidak mengalir ke luar ruangan atau sebaliknya yang dapat diatur sesuai
kebutuhan.
2. Tujuan :
a. Menghindari penyebaran dan penularan penyakit
b. Memudahkan perawatan
c. Memberikan ketenangan dan rasa aman bagi pasien bersangkutan maupun
pasien lain
3. Dilakukan pada :
 Pasien berpenyakit menular
 Pasien yang disangka berpenyakit menular
 Pasien yang gelisah atau mengganggu pasien lain
 Pasien yang memerlukan perawatan khusus
 Pasien yang sedang berada pada sekaratul maut

C. Alat dan Bahan


1. APD terdiri dari: sepatu boot, handscoon,
celemek,handuk cuci baju khusus
tangan, masker, topi,
D. Petunjuk Umum
1. Pendalaman materi pada modul ini
2. Mempelajari, mencatat, dan bertanya mengenai materi
11
Modul Pasien Safety

3. Melakukan tindakan sesuai dengan cheklist


E. Keselamatan Kerja
1. Pastikan konsentrasi saat pembelajaran
2. Melakuan tindakan sesuai dengan prinsip pencegahan infeksi

1. Kewaspadaan standar

Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelumdan sesudah


kontak dengan pasien maupun alat-alat yangterkontaminasi sekret pernapasan

2. Kewaspadaan kontak

 Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontakdengan pasien


 Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, sepertistetoskop, termometer,
tensimeter, dan lain-lain

3. Perlindungan mata

Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabilaberada pada jarak 1


(satu) meter dari pasien.

4. Kewaspadaan airborne

Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne,Gunakan masker N95 bila


memasuki ruang isolasi.

Ruang lingkup

1. Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang
mengidap penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan
berbahaya;
2. Pelaksana Panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan
keluarga.

Prinsip

1. Setiap pasien dengan penyakit Infeksi menular dan dianggap berbahaya dirawat
di ruang terpisah dari pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi.
2. Penggunaan Alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan
petugas kesehatan terhadap pasien yang dirawat di kamar isolasi.
3. Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan
sistem imun dikarenakan pengobatan atau penyakitnya, dirawat di ruang
(terpisah) isolasi rumah sakit.
4. Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas dirawat diruang rawat inap biasa.
5. Pasien yang dirawat dirung isolasi, dapat di dipindahkaa keruang rawat inap
biasa apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit atau menurut petunjuk dokter
penanggung jawap pasien.

16
Modul Pasien Safety

Kewajiban dan Tanggung Jawab

Seluruh Staf Rumah Sakit

1. Mematuhi peraturan yang ditetapkan di kamar isolasi

Perawat Instalasi Rawat Inap

1. Melakukan pelayanan kesehatan terhadappasien di kamar isolas;i


2. Menjaga terlaksananya peraturan ruang isolasi yang ditetapkan;
3. Mencegah terjadinya infeksi terhadap pengunjung kamar isolasi atau pasien
yang dirawat di kamar isolasi.

Dokter Penanggung Jawab Pasien

1. Menetapkan diagnosa pasien dan menentukan apakah pasien memerlukan


perawatan di ruang Isolasi;
2. Memastikan pasien yang membutuhkan perawatan di ruang isolasi mendapat
perawatan secara benar

Kepala Instalasi/ Kepala Ruangan

1. Memastikan peraturan di Ruang Isolasi terlaksana dengan baik


2. Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam Ruang Isolasi dan
memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali
insiden tersebut.

Direktur

1. Memantau dan memastikan peraturan di Ruang Isolasi terlaksana dengan baik.


2. Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau mengatasi setiap masalah
yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan perawatanpasien di ruang Isolasi

Tujuan Panduan Ruang Isolasi

Tujuan Umum

Sebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto untuk
dapat melaksanakan Isolasi pada pasien dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.

Tujuan Khusus

1. Sebagai pedoman pelaksanaan Isolasipada pasien yang merupakan salah satu


upaya rumah sakit dalam menegah infeksi nasokomial.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan.
3. Mencegah terjadinya Infeksi pada pasien rawat inap atau pasien dengan
penurunan daya tahan tubuh.

TATA LAKSANA

17
Modul Pasien Safety

Syarat Kamar lsolasi

1. Lingkungan harus tenang


2. Sirkulasi udara harus baik
3. Penerangan harus cukup baik
4. Bentuk ruangan sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk observasi pasien
dan pembersihannya
5. Tersedianya WC dan kamar mandi
6. Kebersihan lingkungan harus dijaga
7. Tempat sampah harus tertutup
8. Bebas dari serangga
9. Tempat alat tenun kotor harus ditutup
10. Urinal dan pispot untuk pasien harus dicuci dengan memakai disinfektan.

Ruang Perawatan isolasi ideal terdiri dari :

1. Ruang ganti umum


2. Ruang bersih dalam
3. Stasi perawat
4. Ruang rawat pasien
5. Ruang dekontaminasi
6. Kamar mandi petugas

Kriteria Ruang Perawatan Isolasi ketat yang ideal

 Perawatan Isolasi (Isolation Room)

1. Zona Pajanan Primer / Pajanan Tinggi


2. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air SuctionSystem
4. Air Sterilizer System dengan Burning & Filter
5. Modular minimal = 3 x 3 m2

 Ruang Kamar Mandi / WC Perawatan Isolasi (Isolation Rest Room)

1. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang


2. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air SuctionSystem
4. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2

 Ruang Bersih Dalam (Ante Room / Foyer Air Lock)

1. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang


2. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruangrawat isolasi
4. Modular minimal = 3 x 2,50 m2

 Area Sirkulasi (Circulation Corridor)

1. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan

18
Modul Pasien Safety

2. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System


3. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
4. Modular minimal lebar = 2,40 m

 Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)

1. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan


2. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
4. Modular minimal = 2 x 1,5 m2 / petugas (termasuk alat)

 Syarat Petugas Yang Bekeja Di Kamar Isolasi

1. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi


2. Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi
3. Berbicara seperlunya
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
5. Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker, sarung tangan,
dan sandal khusus
6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
7. Kuku harus pendek
8. Tidak memakai perhiasan
9. Pakaian rapi dan bersih
10. Mengetahui prinsip aseptic/ antiseptic
11. Harus sehat

Alat-alat

1. Alat-alat yang dibutuhkan cukup tersedia


2. Selalu dalam keadaan steril
3. Dari bahan yang mudah dibersihkan
4. Alat suntik bekas dibuang pada tempat tertutup dan dimusnahkan
5. Alat yang tidak habis pakai dicuci dan disterilkan kembali
6. Alat tenun bekas dimasukkan dalam tempat tertutup

Kategori Isolasi

Kategori isolasi yang dilakukan sesuai dengan patogenesis dancara penularan /


penyebaran kuman terdiri dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi saluran
pernafasan, tindakan pencegahan enterik dan tindakan pencegahan
sekresi.Secara umum, kategori isolasi membutuhkan kamar terpisah, sedangkan
kategori tindakan pencegahan tidak memerlukan kamar terpisah.

1. Isolasi Ketat

Tujuan isolasi ketat adalah mencegah penyebaran semua penyakit yang sangat
menular, balk melalui kontak langsung maupun peredaran udara.Tehnik ini
kontak langsung maupun peredaran udara.Tehnik ini mengharuskan pasien
berada di kamar tersendiri dan petugas yang berhubungan dengan pasien harus
memakai pakaian khusus, masker, dan sarung tangan Berta mematuhi aturan

19
Modul Pasien Safety

pencegahan yang ketat. Alatalat yang terkontaminasi bahan infektsius dibuang


atau dibungkus dan diberi label sebelum dikirim untuk proses selanjutnya.
Isolasi ketat diperlukan pada pasien dengan penyakit antraks, cacar, difteri, pes,
varicella dam herpes Zoster diseminata atau pada pasien imunokompromis.

Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruangperawatan isolasi


ketat yaitu:

1. Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negative dibanding
tekanan di koridor.
2. Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam
3. Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi denganmenggunakan filter
HEPA (High-Efficiency Particulate Air)

Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri.Pasien tidak boleh


membuang ludah atau dahak di lantai -gunakan penampung dahak/ludah
tertutup sekali pakai (disposable).

2. Isolasi Kontak

Bertujuan untuk mencegah penularan penyakit infeksi yang mudah ditularkan


melalui kontak langsung.Pasien perlu kamar tersendiri, masker perlu dipakai
bila mendekati pasien, jubah dipakai bila ada kemungkinan kotor, sarung tangan
dipakai setiap menyentuh badan infeksius. Cuci tangan sesudah melepas sarung
tangan dan sebelum merawat pasien lain. Alat-alat yang terkontaminasi bahan
infeksius diperlakukan seperti pada isolasi ketat. Isolasi kontak diperlukan pada
pasien bayi baru lahir dengan konjungtivitis gonorhoea, pasien dengan
endometritis, pneumonia atau infeksi kulit oleh streptococcus grup A, herpes
simpleks diseminata, infeksi oleh bakteri yang resisters terhadap antibiotika,
rabies, rubella.

3. Isolasi Saluran Pernafasan

Tujuannya untuk mencegah penyebaran pathogen dari saluran pernafasan


dengan cara kontak langsung dan peredaran udara. Cara ini mengharuskan
pasien dalam kamar terpisah, memakai masker dan dilakukan tindakan
pencegahan khusus terhadap buangan nafas / sputum, misalnya pada pasien
pertusis, campak, tuberkulosa paru, infeksi H. influenza.

1. Tindakan Pencegahan Enterik

Tujuannya untuk mencegah infeksi oleh pathogen yang berjangkit karena


kontak langsung atau tidak langsung dengan tinja yang mengandung kuman
penyakit menular. Pasien ini dapat bersama dengan pasien lain dalam satu
kamar, tetapi dicegah kontaminasi silang melalui mulut dan dubur. Tindakan
pencegahan enteric dilakukan pada pasien dengan diare infeksius atau
gastroenteritis yang disebabkan oleh kolera, salmonella, shigella, amuba,
campy/obacter, Crytosporidium, Ecoli pathogen.

2. Tindakan Pencegahan Sekresi

20
Modul Pasien Safety

Tujuannya untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung atau tidak
langsung dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari bagian badan yang
terinfeksi.Pasien tidak perlu ditempakan di kamar tersendiri.Petugas yang
berhubuangan langsung harus memakai jubah, masker, dan sarung tangan.
Tangan harus segera dicuci setelah melepas sarung tangan atau sebelum
merawat pasien lain. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan pada waktu
penggantian balutan.Tindakan pencegahan sekresi ini perlu untuk penyakit
infeksi yang mengeluarkan bahan purulen, drainasea atau sekresi yang
infeksius.

4. Isolasi Protektif (tidak ada di RS Mutiara Hati Mojokerto)

Tujuannya untuk mencegah kontak antara pathogen yang berbahaya dengan


orang yang daya rentannya semakin besar, atau melindungi seseorang tertentu
terhadap semua jenis pathogen, yang biasanya dapat dilawannya.Pasien harus
ditempatkan dalam lingkungan yang mempermudah terlaksananya tindakan
pencegahan yang perlu.Misalnya pada pasien yang sedang menjalani
pengobatan sitoststika atau imunosupresi.

Lama Isolasi

Lama isolasi tergantung pada jenis penyakit, kuman penyebab dan fasilitas
laboratorium, yaitu :

1. sampai biakan kuman negative (misalnya pada difteri, antraks)


2. sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum, khusus
untuk luka atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan menular)
3. selama pasien dirawat di ruang rawat (misalnya hepatitis virusAdan B,
leptospirosis)
4. sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotika yang efektif (misalnya
pada sifilis, konjungtivitis gonore pada neonatus).

 Prosedur keluar Ruang Perawatan isolasi

1. Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat Perlindungan Diri
(APD).
2. Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.
3. Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaianumum, masukkan
dalam kantung binatu berlabel infeksius.
4. Mandi dan cuci rambut (keramas)
5. Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.
6. Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah daripintu masuk.

 Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang perawatanbiasa :

1. Terbukti bukan kasus yang mengharuskan untuk dirawat di ruang isolasi.


2. Pasien telah dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan untuk dirawat
di ruang rawat inap biasa oleh dokter.

21
Modul Pasien Safety

3. Pertimbangan lain dari dokter.

F. Latihan Mandiri

22
Modul Pasien Safety

1. Seorang pasien dirawat di Ruang Isolasi karena terindikasi terinfeksi


HIV.
2. Lakukan pengukuran nadi pasien sesuai prosedur perawatan pasien di
ruang Isolasi!
3. Apasajakah yang harus dipersiapkan oleh tenaga kesehatan saat akan
memberikan pelayanan pada pasien di ruang isolasi ?

23
Modul Pasien Safety

REFLEKTIF LEARNING

MATA KULIAH :
NAMA PRAKTIKUM :
HARI/TANGGAL, JAM :
LEARNING CYCLE

“REAL EXPERIENCE”

“REFLECTIVE
OBSERVATION”

“ABSTRACT
CONCEPTUALIZATION”

“ACTIVE
EXPERIMENTATION”

TANDA TANGAN

DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA

(………………..……..) (……………………….)

24
Modul Pasien Safety

PRAKTIKUM 4
PENCEGAHAN PASIEN RESIKO JATUH

A. Tujuan Pembelajaran Praktikum


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian resiko jatuh pada dewasa dan
lansia
2. Mahasiswa mampu mengkatagorikan resiko jatuh rendah, tinggi ataupun
tidak beresiko
3. Mahasiswa dapat melakukan tindakan untuk pencegahan jatuh pada dewasa
dan lansia dengan katagori rsiko rendah dan tinggi
B. Dasar Teori
Pasien yang datang ke rumah sakit mempunyai resiko jatuh. Pencegahan jatuh
merupakan katagori program keselamatan pasien.
Penyebab pasien jatuh di rumah sakit antara lain karena :
1. Salah memperkirakan jarak dari tempat tidur ke lantai
2. Merasa lemah atau pusing pada saat mencoba untuk bangun.
3. Merubah posisi terlalu cepat dan kehilangan keseimbangan ketika mencoba
untuk bangun dari kursi.
4. Tidak mengenal lingkungan sekelilingnya.
5. Meminum obat yang membuat kesadaran terhadap lingkungan berkurang.
6. Berada di tempat gelap.
7. Gangguan status mental (misalnya : Bingung atau disorientasi)
8. Gangguan mobilitas ( misalnya : gangguan berjalan, kelemahan fisik,
menurunnya mobilitas tungkai bawah, gangguan keseimbangan).
9. Riwayat jatuh sebelumnya.
10. Obat-obatan ( sedative dan penenang, Obat-obatan yang berlebihan)
11. Berkebutuhan khusus dalam hal toileting ( memerlukan bantuan untuk buang
air,
12. mengalami inkontinensia, diare dan tidak dapat menahan keinginan buang
air).
13. Usia lanjut

25
Modul Pasien Safety

Pengkajian resiko jatuh pada pasien dewasa dapat menggunakan skala Morse.
No Resiko skala skor
1 Riwayat jatuh yang baru atau dalam 3 bulan Tidak= 0
terakhir Ya = 25
2 Diagnosis medis sekunder > 1 Tidak =0
Ya = 15
3 Menggunakan alat bantu jalan:
 Bed rest/perlu bantuan keluarga 0
/perawat
 Penopang/tongkat/walker 15
 Furniture 30
4 Menggunakan infus Tidak = 0
Ya = 25
5 Cara berjalan/ berpindah
 Normal/bedrest/imobilisasi 0
 Lemah 15
 Terganggu 30
6 Status mental:
 orientasi sesuai kemampuan diri 0
 lupa keterbatasan diri
15
Jumlah skor
Tingkat resiko :
 tidak beresiko bila skor 0-24: lakukan perawatan yang baik
 resiko rendah bila skor 25-50: lakukan perawatan yang baik
 resiko tinggi bila skor ≥ 50 : lakukan perawatan yang baik

26
Modul Pasien Safety

Pengkajian skala jatuh pada pasien lansia dapat dilakukan dengan format penilaian sebagai
berikut;
No Resiko skala skor
1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, 4
berayun)
2 Pusing/pingsan pada posisi tegak 3
3 Kebingungan setiap saat 3
4 Nokturia/ inkontinen 3
5 Kebingungan intermitten 2
6 Kelemahan umum 2
7 Obat-obatan beresiko tinggi (diuretic, narkotik, 2
sedative, anti psikotik, laksatif, vasodilator,
antiaritmia, anti hipertensi, obat hipoglikemik,
antidepresan, neuroleptic, NSAID)
8 Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan sebelumnya 2
9 Osteoporosis 1
10 Gangguan pendengaran dan/ penglihatan 1
11 Usia 70 tahun keatas 1
Jumlah skor
Tingkat resiko:
Resiko rendah : skor 1-3
Resiko tinggi : skor ≥ 4

C. Alat dan Bahan


1. Formulir penilaian resiko jatuh 4. segitiga jatuh
2. Alat tulis 5. brosur pencegahan resiko jatuh
3. Gelang atau klip resiko jatuh
D. Petunjuk Umum
1. Pendalaman materi pada modul ini
2. Mempelajari, mencatat, dan bertanya mengenai materi
3. Mempraktikan prasat sesuai dengan cheklist
4. Melakukan tindakan dengan hati-hati dan anggap tindakan seperti
sungguhan

27
Modul Pasien Safety

E. Keselamatan Kerja
1. Pastikan konsentrasi saat pembelajaran
2. Melakukan tindakan memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan
pasien
F. Langkah Kerja
No Aspek yang dinilai Skor
0 1 2
A. SIKAP
1 Mengucapkan Assalamu’alaikum & Memverifikasi identitas
klien
2 Memperkenalkan diri
3 Memberitahu tindakan dan menjelaskan tujuan dan prosedur
4 Memberikan kesempatan bertanya
5 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien untuk dilakukan
tindakan
B KETRAMPILAN
6 Menutup tirai/sampiran
7 Mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim
8 Mencuci tangan dan mengeringkan menggunakan
handuk/tissue
9 Melakukan penilaian resiko jatuh menggunakan instrument yang
sesuai (berdasarkan tempat pengkajian dan kondisi pasien)
10 Melakukan penilaian secara sistematis
11 Melakukan intervensi untuk mencegah pasien cidera akibat jatuh
jika hasil penilaian menunjukan pasien memiliki resiko jatuh
ringan atau sedang:
a. edukasi resiko jatuh
b. pemasangan gelang/klip resiko jatuh pada pasien
c. pemasangan segitiga resiko jatuh di tempat tidur pasien
12 Melakukan evaluasi respon subjektif dan objektif klien
Menanyakan respon setelah diberikan edukasi dan tindakan

28
Modul Pasien Safety

13 Menyampaikan rencana tindak lanjut.


Pengawasan, menyampaikan pada keluarga terhadap kondisi
pasien
14 Mengucapkan Alhamdulillah
15 Berpamitan dan mengucapkan salam pada pasien
C TEKNIK
16 Melakukan tindakan dengan Sistematis
17 Melakukan tindakan dengan hati-hati dan memperhatikan
kenyamanan pasien
18 Melakukan Dokumentasi hasil tindakan
Hasil edukasi, pemasangan gelang, segitiga jatuh
Jumlah nilai:
Jumlah skor/36 x 100 =
Keterangan:
0 : Perlu perbaikan; langkah kerja tidak dilakukan atau tidak sesuai dengan prosedur
1 : Mampu ; langkah kerja dilakukan secara benar dan berurutan sesuai pedoman,
tetapi kurang tepat dan atau pembimbing klinik perlu membantu atau
mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti
2 : Mahir ; langkah dilakukan dengan benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu
bantuan dan sesuai dengan urutan prosedur

DOKUMENTASI

Hari/ Tanggal / Jam :


Nama Tindakan :
Nama Pasien :
Hasil Tindakan :

Tanda Tangan & Nama Terang

.......................................................
29
Modul Pasien Safety

G. Latihan Mandiri
Seorang wanita Usia 80 tahun di rawat di suatu Rumah Sakit. Saat ini pasien
mengalami resiko jatuh dari tempat tidur. Lakukan penanganan pasien
resiko jatuh pada pasien tersebut!

30
Modul Pasien Safety

REFLEKTIF LEARNING

MATA KULIAH :
NAMA PRAKTIKUM :
HARI/TANGGAL, JAM :
LEARNING CYCLE

“REAL EXPERIENCE”

“REFLECTIVE
OBSERVATION”

“ABSTRACT
CONCEPTUALIZATION”

“ACTIVE
EXPERIMENTATION”

TANDA TANGAN

DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA

(………………..……..) (……………………….)

31
Modul Pasien Safety

PRAKTIKUM 5
PEMBERIAN OBAT DAN CAIRAN (DOUBLE CHEK)

A. Tujuan Pembelajaran Praktikum


1. Mahasiswa mampu melakukan manajemen keselamatan pasien dalam
pemberian obat
2. Mahasiswa mampu mengkatagorikan obat yang perlu diwaspadai
3. Mahasiswa dapat melakukan prosedur pengecekan ganda (double check)
sebelum pemberian dobat yang perlu diwaspadai.

B. Dasar Teori
High-Alert Medication atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-
obat yang secara signifikan berisiko membahayakan pasien bila digunakan
dengan salah atau pengelolaan yang kurang tepat. Obat ini sering menyebabkan
kesalahan serius (sentinel event) dan dapat menyababkan Reaksi Obat yang
Tidak Diinginkan (ROTD). Berdasarkan study yang dilakukan oleh Institute for
Safe Medication Practices (ISMP) di US, obat yang paling sering menyebabkan
ROTD dan sentinel event adalah insulin, opium dan narkotik, injeksi potassium
chloride (phospate) concentrate, intravenous anticoagulants (hepari) dan sodium
chloride solutionlebih besar dari 0,9%. Pengobatan yang aman perlu dijamin
dalam setiap langkah pemberian obat, yaitu pada saat: a) Peresepan obat, b)
Pemberian obat, dan c) Pemantauan efek obat.
a. Sebelum bidan memberikan obat high alert kepada pasien maka bidan lain
harus melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara independen: 7
benar 1) Benar obat (esesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi
dokter) 2) Benar waktu dan frekuensi pemberian 3) Benar dosis (ketepatan
perhitungan dosis obat) 4) Benar rute pemberian 5) Benar identitas pasien
(Kebenaran nama pasien, Kebenaran nomor rekam medis pasien, Kebenaran
umur/ tanggal lahir pasien, Kebenaran alamat rumah pasien, Nama DPJP) 6)
Benar informasi 7) Benar dokumentasi
b. Obat high alert infus harus dipastikan: - Ketepatan kecepatan pompa infus
(infuse pump). - Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada
syringe pump dan disetiap ujung jalur selang.

32
Modul Pasien Safety

c. Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan sesuai


perhitungan standar yang telah baku, yang berlaku di semua ruang
perawatan.
d. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, bidan pengantar menjelaskan kepada
perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert, dan
menyerahkan formulir pencatatan obat.
e. Dalam keadaan emergency yang dapat menyebabkan pelabelan dan tindakan
pencegahan terjadinya kesalahan obat high alert dapat mengakibatkan
tertundanya pemberian terapi dan memberikan dampak yang buruk pada
pasien, maka dokter dan bidan harus memastikan terlebih dahulu keadaan
klinis pasien yang membutuhkan terapi segera (cito) sehingga double check
dapat tidak dilakukan, namun sesaat sebelum memberikan obat, perawat
harus menyebutkan secara lantang semua jenis obat yang diberikan kepada
pasien sehingga diketahui dan didokumentasikan dengan baik oleh perawat
yang lainnya.

C. Alat dan Bahan


1. Obat Oral kondisi baru dan utuh
2. Kertas
3. Bulpoint
D. Petunjuk Umum
1. Pendalaman materi pada modul ini
2. Mempelajari, mencatat, dan bertanya mengenai materi
3. Melakukan tindakan sesuai dengan Cheklist di modul ini
E. Keselamatan Kerja
1. Pastikan konsentrasi saat pembelajaran
2. Lakukan tindakan seperti sungguhan anda menjadi bidan
F. Langkah Kerja
NO Aspek yang di nilai Skor
0 1 2
A. SIKAP
1 Mengucapkan Assalamu’alaikum &
Memverifikasi identitas klien, cocokan
menggunakan rekamedik

33
Modul Pasien Safety

Tanyakan nama, tanggal lahir pasien


2 Memperkenalkan diri
3 Memberitahu tindakan dan menjelaskan tujuan
dan prosedur
4 Memberikan kesempatan bertanya
5 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
untuk dilakukan tindakan
B KETRAMPILAN
6 Melakukan Doubel chek bersama bidan yang lain
mengenai obat yang akan diberikan ke klien.
7 Aspek pertama yang diperiksa Benar obat
(kesesuaian antara obat dengan rekam
medik/instruksi dokter)
8 Aspek kedua yang dinilai Benar waktu dan
frekuensi pemberian
9 Aspek ketiga yang dinilai Benar dosis
(ketepatan perhitungan dosis obat)
10 Aspek yang keempat yang dinilai Benar rute
pemberian
Cocokan antara kemasan/sediaan obat dengan
advise dokter apakah oral, sublingual,intrabukal,
parenteral,IM,IC,SC,supositoria
11 Aspek yang ke lima yang dinilai Benar identitas
pasien
Cocokan antara nama di rekam medis, gelang
identitas, serta menanyakan langsung ke pasien
dengan nama yang tertera pada obat pasien.
12 Aspek yang ke enam yang dinilai Benar informasi
Berikan informasi yang sesuai dan tepat
mengenaiobat yang akan diberikan kepada pasien.
13 Aspek yang ke tujuh yang dinilai Benar
dokumentasi
Melakukan pendokumentasian pada rekammedik
pasien setelah obat diberikan
14 Setelah semua sesuai dan tepat, bidan memberikan
obat kepada pasien dengaan hati-hati
15 Memastikan Obat diberikan dengan tepat jika:
- Jika obat oral pastikan pasien menelan dengan
baik
- Jika obat diberikan secara parenteral maka
pastikan kecepatan infus diatur kembali setelah
obat masuk
16 Melakukan Evaluasi setelah selesai tindakan

34
Modul Pasien Safety

C TEKNIK
17 Melakukan tindakan dengan sitematis
18 Melakukan tindakan dengan percaya diri
19 Memperhatikan kenyamanan dan privasi pasien
20 Melakukan tindakan dengan hati-hati
21 Mendokumentasikan hasil tindakan
Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan
sempurna
Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Kurang dibawah 80
Nilai= total nilai/42x100=………………..

DOKUMENTASI

Hari/ Tanggal / Jam :


Nama Tindakan :
Nama Pasien :
Hasil Tindakan :

Tanda Tangan & Nama Terang

.......................................................

35
Modul Pasien Safety

G. Latihan Mandiri
Seorang wanita di rawat di suatu rumah sakit. Ia mendapatkan terapi
pengobatan secara per oral yaitu obat Paracetamol 500mg. Lakukan prosedur
pemberian obat dengan mempehatikan prinsip Doble Chek!

36
Modul Pasien Safety

REFLEKTIF LEARNING

MATA KULIAH :
NAMA PRAKTIKUM :
HARI/TANGGAL, JAM :
LEARNING CYCLE

“REAL EXPERIENCE”

“REFLECTIVE
OBSERVATION”

“ABSTRACT
CONCEPTUALIZATION”

“ACTIVE
EXPERIMENTATION”

TANDA TANGAN

DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA

(………………..……..) (……………………….)

37
Modul Pasien Safety

38

Anda mungkin juga menyukai