Anda di halaman 1dari 46

MODUL PRAKTIKUM 7

PENGKAJIAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

NAMA :
NIM :
ANGKATAN :
PROGRAM/KELAS :
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

MODUL PRAKTIKUM 7
PENGKAJIAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

ISI MODUL:
1. Deskripsi modul
2. Tujuan Pembelajaran
3. Langkah Kegiatan Pembelajaran
4. Materi Pokok
5. Evaluasi
6. Penugasan
7. Referensi

DESKRIPSI MODUL
Modul praktikum berisi materi dan prosedur tindakan yang terkait dengan
enam Sasaran Keselamatan Pasien, Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien
adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran
menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk mempelajari, menggali,
dan memahami tentang penerapan sasaran keselamatan pasien. Kegiatan belajar
mahasiswa berorientasi pada pencapaian keterampilan menerapkan sasaran
keselamatan pasien melalui kegiatan mandiri dan kelompok.

TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan
sasaran keselamatan pasien.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Kompetensi Kognitif
Mahasiswa mampu:
1. Menyebutkan dan menjelaskan enam sasaran keselamatan pasien.

1
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

2. Menjelaskan tujuan dan tahapan penerapan sasaran keselamatan pasien.


Kompetensi Psikomotor
Mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian penerapkan ketepatan identifikasi pasien
2. Melakukan pengkajian penerapkan peningkatan komunikasi yang efektif
3. Melakukan pengkajian penerapkan peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert medications)
4. Melakukan pengkajian penerapkan kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi
5. Melakukan pengkajian penerapkan pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
6. Melakukan pengkajian penerapkan pengurangan risiko pasien jatuh
Kompetensi Afektif
Mahasiswa menunjukkan sikap:
1. Disiplin
2. Percaya diri
3. Partisipasi aktif

LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Beban SKS yang ditetapkan dalam modul ini adalah 1 SKS praktikum yaitu selama
170 menit. Adapun langkah-langkah pembelajaran praktikum yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut:
A. Langkah 1 (15 menit)
1. Fasilitator membuka kegiatan pembelajaran praktikum dan
memperkenalkan diri
2. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus
3. Fasilitator memastikan kesiapan mahasiswa untuk mengikuti praktikum
dan memberikan pretest kepada mahasiswa
B. Langkah 2 (30 menit)
1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:

2
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

a. Review singkat materi tentang konsep sasaran keselamatan pasien


b. Komponen prosedur sasaran keselamatan pasien
c. Demonstrasi praktik sasaran keselamatan pasien.
2. Fasilitator memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas dan fasilitator menjawab pertanyaan peserta tersebut.
C. Langkah 3 (90 menit)
1. Fasilitator menginstruksikan mahasiswa untuk mempraktikkan prosedur
pengkajian sasaran keselamatan pasien.
D. Langkah 4 (15 menit)
1. Fasilitator memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan hal
yang kurang jelas dan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut
2. Fasilitator menutup sesi pembelajaran praktikum

MATERI POKOK

A. KONSEP SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
(JCI). Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain
sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan
pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien adalah
tercapainya hal-hal sebagai berikut:

3
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien


Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert
medications)
Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh

1. SKP I: Ketepatan identifikasi pasien


Standar SKP I
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menjamin ketepatan (akurasi) identifikasi
pasien.
Maksud dan Tujuan SKP I
1. Kesalahan karena keliru pasien dapat terjadi di semua aspek diagnosis dan
tindakan.
2. Keadaan yang dapat membuat identifikasi tidak benar adalah jika pasien dalam
keadaan:
a. terbius,
b. mengalami disorientasi,
c. tidak sepenuhnya sadar,
d. koma,
e. saat pasien berpindah tempat tidur, kamar, atau lokasi di dalam RS.
f. terjadi disfungsi sensori
g. lupa identitas diri.
3. Tujuan sasaran ini adalah:
a. pertama, memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau
tindakan,
b. kedua, untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh
pasien.
4. Proses identifikasi yang digunakan di RS mengharuskan terdapat paling sedikit
2 (dua) dari 3 (tiga) bentuk identifikasi, yaitu:

4
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

a. nama pasien,
b. nomor rekam medis,
c. tanggal lahir,
atau bentuk lain misalnya: nomor induk kependudukan atau bar-code.
Catatan:
1) Nomor kamar pasien atau lokasi pasien dirawat tidak bisa digunakan untuk
identifikasi pasien.
2) Dua bentuk identifikasi ini digunakan di semua area layanan RS
5. Identifikasi pasien dilakukan pada saat:
a. Sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik, dan terapeutik
b. Sebelum pemberian obat,
c. Sebelum pemberian darah dan produk darah,
d. Sebelum pengambilan spesimen
e. Sebelum pemberian diet
6. Prosedur yang perlu dipelajari pada SKP 1 adalah pemasangan gelang
identifikasi dan prosedur identifikasi pasien

2. SKP II: Peningkatan komunikasi yang efektif


Standar SKP II
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan
efektivitas komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telepon antar PPA.
a. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk proses pelaporan hasil pemeriksaan
diagnostik kritis
b. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses komunikasi “Serah
Terima” (hand over)
Maksud dan Tujuan SKP II
1. Komunikasi dianggap efektif bila: tepat waktu, akurat, lengkap, tidak
bermakna ganda (ambiguous) dan diterima oleh penerima informasi yang
bertujuan mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
2. Komunikasi dapat berbentuk verbal, elektronik, atau tertulis.
3. Komunikasi yang jelek dapat membahayakan pasien.

5
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

4. Komunikasi yang rentan terjadi kesalahan adalah saat perintah lisan atau
perintah mealui telepon, komunkasi verbal, saat menyampaikan hasil
pemeriksaan kritis yang harus disampaikan lewat telepon.
5. Pengucapan dapat menyulitkan penerima perintah untuk memahami perintah
yang diberikan, misalnya: nama obat yang rupa dan ucapan mirip (look alike,
sound alike) seperti phenobarbital dan phentobarbital, dll.
6. Pemeriksaan diagnostik kritis merupakan hasil yang diperoleh berada di luar
rentang angka normal secara mencolok yang menunjukan keadaan yang
berisiko tinggi atau mengancam jiwa termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan radiologi
c. Pemeriksaan kedokteran nuklir
d. Prosedur USG
e. Magnetic resonance imaging (MRI)
f. Diagnostik jantung
g. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di tempat tidur pasien, seperti:
pemeriksaan tanda tanda vital, portable radiographs, bedside ultrasound,
atau transesophageal echocardiograms.
Catatan: tiap-tiap unit menetapkan nilai kritis hasil pemeriksaan
diagnostiknya.
7. Komunikasi verbal melalui telepon dengan aman dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pemesanan obat atau permintaan obat secara verbal sebaiknya dihindari
b. Dalam keadaan darurat karena komunikasi secara tertulis atau komunikasi
elektronik tidak mungkin dilakkan maka harus ditetapkan panduannya
meliputi:
• Permintaan pemeriksaan
• Penerimaan hasil pemeriksaan dalam keadaan darurat
• Identifikasi dan penetapan nilai kritis
• Hasil pemeriksaan diagnostik
• Kepada siapa dan oleh siapa hasil pemeriksaan kritis dilaporkan

6
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

c. Prosedur menerima perintah lisan atau lewat telepon meliputi penulisan


secara lengkap permintaan atau hasil pemeriksaan oleh penerima
informasi, penerima membaca kembali permintaan atau hasil pemeriksaan
dan pengirim meberi konfirmasi atas apa yang telah ditulis secara akurat
8. Rumah sakit memiliki daftar singkatan yang diperkenankan dan dilarang
9. Serah terima asuhan pasien (handover) di dalam rumah sakit terjadi pada saat:
a. Antar-PPA seperti staf medis dan staf medis, staf medis dan staf
keperawatan atau dengan staf klinis lainnya, atau antara PPA dan PPA
lainnya pada saat pertukaran shift;
b. Antar berbagai tingkat layanan did alam rumah sakit yang sama seperti jia
pasien dipindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari unit darurat
ke kamar operasi; dan
c. Dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan seperti
radiologi atau unit terapi fisik.
10. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau
memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan
oleh penerima informasi; penerima membacakan kembali (read back) perintah
atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan
dan dibacakan ulang dengan akurat.untuk obat-obat yang termasuk obat
NORUM/LASA dilakukan eja ulang.
11. Kebijakan dan/atau prosedur mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan
bila proses pembacaan kembali (read back) tidak memungkinkan seperti di
kamar operasi dan dalam situasi gawat darurat/emergensi di IGD atau ICU.
12. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap dan dibacakan kembali oleh penerima perintah dan
dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah.

7
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

3. SKP III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert


medications)
Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki/
meningkatkan keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
Maksud dan Tujuan SKP III
1. Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka
penerapan manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan
keselamatan pasien.
2. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah:
a. obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi
kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event),
b. obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome)
c. obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/LASA).
Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO.
3. Hal yang sering disebut-sebut dalam isu keamanan obat adalah pemberian
elektrolit konsentrat secara tidak sengaja, misalnya:
a. kalium/potasium klorida (sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat),
b. kalium/potasium fosfat (sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml),
c. natrium/sodium klorida (lebih pekat dari 0.9%),
d. magnesium sulfat (sama dengan 50% atau lebih pekat).
4. Kesalahan ini bisa terjadi bila:
a. staf tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan pasien,
b. perawat kontrak tidak diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap unit
asuhan pasien, atau
c. pada keadaan gawat darurat/emergensi.
5. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tsb
adalah dengan mengembangkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan

8
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

pasien ke farmasi, kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil
untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila
diperkenankan kebijakan. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit
pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang
dibatasi ketat (restricted).
6. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk:
a. menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan datanya
sendiri.
b. mengidentifikasi area mana yang membutuhkan elektrolit konsentrat
secara klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk dan praktek
profesional, seperti di IGD atau kamar operasi,
c. menetapkan cara pemberian label yang jelas serta bagaimana
penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga membatasi
akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati.

4. SKP IV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi


Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien operasi.
Maksud dan Tujuan SKP IV
1. Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang
mengkhawatirkan dan biasa terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat
dari:
a. komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah,
b. kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking),
dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi.
c. asesmen pasien yang tidak adekuat,
d. penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat,
e. budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim
bedah,

9
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

f. permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca


(illegible handwriting) dan
g. pemakaian singkatan
2. Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini. Kebijakan tersebut meliputi definisi dari operasi yang
memasukkan sekurang-kurangnya prosedur yang menginvestigasi dan/atau
mengobati penyakit dan kelainan/disorder pada tubuh manusia dengan cara
menyayat, membuang, mengubah, atau menyisipkan kesempatan
diagnostik/terapeutik. Kebijakan berlaku atas setiap lokasi di rumah sakit
dimana prosedur ini dijalankan.
3. Praktek berbasis bukti, seperti yang diuraikan dalam Surgical Safety Checklist
dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal
Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person
Surgery.
4. Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang
segera dapat dikenali. Ketentuan penandaan adalah:
a. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di seluruh rumah sakit;
b. harus dibuat oleh orang yang akan melakukan tindakan;
c. harus dibuat saat pasien terjaga dan sadar; jika memungkinkan,
d. harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimuti.
5. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur
multipel (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang belakang).
6. Maksud dari proses verifikasi praoperatif adalah untuk:
a. memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
b. memastikan bahwa semua dokumen, foto (images), dan hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang;
c. memverifikasi keberadaan peralatan khusus dan/atau implant-implant
yang dibutuhkan.
7. Tahap “Sebelum insisi”/Time out memungkinkan setiap pertanyaan yang
belum terjawab atau kesimpang-siuran dibereskan. Time out dilakukan di

10
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

tempat tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan


melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan (secara ringkas, misalnya menggunakan checklist)

5. SKP V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Standar SKP V
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan SKP V
1. Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam
kebanyakan tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk
mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan
keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.
2. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasuk:
a. infeksi saluran kemih-terkait kateter,
b. infeksi aliran darah (blood stream infections) dan
c. pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
3. Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku secara internasional
bisa diperoleh dari WHO
4. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand
hygiene yang diterima secara umum untuk implementasi pedoman itu di rumah
sakit.

11
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

6. SKP VI: Pengurangan risiko pasien jatuh


Standar SKP VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien
dari cedera karena jatuh.
Maksud dan Tujuan SKP II
1. Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
diberikan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
2. Evaluasi bisa meliputi:
a. riwayat jatuh,
b. obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol,
c. penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan,
d. alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
3. Program ini memonitor baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak
sengaja terhadap langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi jatuh.

12
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

B. PENGKAJIAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

1. Sasaran Keselamatan Pasien 1: Mengidentifikasi Pasien dengan Benar


Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error/kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi,
mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya; mungkin bertukar tempat
tidur, kamar, lokasi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan; mungkin mengalami
disabilitas sensori; atau akibat situasi lain. Tujuan ganda dari sasaran ini adalah:
pertama, untuk dengan cara yang dapat dipercaya/reliable mengidentifikasi
pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau
pengobatan; dan kedua, untuk mencocokkan pelayanan atau pengobatan
terhadap individu tersebut.

Langkah Pengkajian:
1) Apakah Rumah Sakit membuat kebijakan tentang Identifikasi Pasien? Jika
Ya, jelaskan
2) Apakah Rumah Sakit membuat Pedoman/Panduan Identifikasi Pasien yang
dijadikan acuan seluruh unit? Jika Ya, jelaskan
3) Bagaimana isi SPO Identifikasi pasien (min. 2 identitas)
• Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
• Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
• Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan
dan tindakan / prosedur
4) Bagaimana pelaksanaan SPO ketepatan identifikasi pasien di ruangan?
(lakukan observasi kepatuhan SPO terhadap perawat di ruangan dengan
menggunakan SPO di ruangan/yang berlaku di Rumah Sakit)
5) Apakah Rumah sakit merancang SPO tentang Pemasangan dan pelepasan
gelang identitas? Jika Ya, jelaskan (kapan dipasang? dimana dipasang?)

13
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

2. Sasaran Keselamatan Pasien 2: Meningkatkan Komunikasi yang Efektif


Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau
tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis,
seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan
hasil pemeriksaan segera/cito. Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan
melalui telepon termasuk: menuliskan (atau memasukkan ke komputer) perintah
secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi; penerima
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibacakan ulang dengan
akurat.

Langkah Pengkajian:
1) Apakah terdapat kebijakan tentang Keakuratan dan penerapan Komunikasi
(lisan, telepon) di rumah sakit? Jika ada, jelaskan
2) Apakah terdapat Pedoman/Panduan Komunikasi Efektif yang akan dijadikan
acuan bagi seluruh unit di rumah sakit? Jika ada, jelaskan
3) Apakah ada SPO tentang Komunikasi Efektif (lisan, telepon)?
4) Bagaimana kepatuhan perawat di ruangan melakukan SPO tentang
Komunikasi Efektif? (lakukan observasi kepatuhan SPO terhadap perawat di
ruangan dengan menggunakan SPO di ruangan/yang berlaku di Rumah Sakit)
5) Apakah terdapat daftar singkatan resmi dari RS yang digunakan oleh seluruh
unit?
6) Bagaimana pelaksanaan SPO terkait dengan Serah Terima pasien?

3. Sasaran Keselamatan Pasien 3: meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus


diwaspadai;

14
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat


yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau
kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) demikian pula obat-obat yang
tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau
Look-Alike Sound-Alike/ LASA). Cara yang paling efektif untuk mengurangi
atau mengeliminasi kesalahan adalah dengan mengembangkan proses
pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit
konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Upaya lain yang dapat
dilakukan dengan penerapan langkah tujuh benar saat pengadministrasian obat
oleh perawat.

Langkah Pengkajian:
1) Apakah terdapat kebijakan rumah sakit mengembangkan kebijakan tentang
pengelolaan obat high alert? Jika ada, Jelaskan
2) Bagaimana pelaksanaan 6B (6 Benar) atau menyesuaikan kebijakan RS (ada
yang menggunakan 5B maupun 7B? (lakukan observasi pelaksanaan
5B/6B/7B terhadap perawat di ruangan dengan menggunakan SPO di
ruangan/yang berlaku di Rumah Sakit)

4. Sasaran Keselamatan Pasien 4: memastikan lokasi pembedahan yang benar,


prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar;
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang
mengkhawatirkan dan biasa terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan. Kesalahan
ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara
anggota tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi
(site marking), dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di
samping itu juga asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan
medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar
anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak
terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah merupakan

15
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Lakukan pengkajian sasaran ini


untuk ruang rawat inap yang merawat pasien bedah pre maupun post op.

Langkah Pengkajian:
1) Apakah terdapat kebijakan atau panduan dari Rumah sakit tentang Prosedur
Operasi (tepat lokasi-tepat prosedur, tepat pasien)? Jika ada, Jelaskan
2) Bagaimana pelaksanaan SPO tersebut di ruangan? (lakukan observasi
pelaksanaan SPO terhadap perawat di ruangan)

5. Sasaran Keselamatan Pasien 5: mengurangi risiko infeksi akibat perawatan


kesehatan;
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam
tatanan pelayanan kesehatan dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan masalah yang
penting bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi yang
umum dijumpai yaitu infeksi saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran darah
(blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan
ventilasi mekanis). Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah
cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

Langkah Pengkajian:
1) Apakah ada kebijakan atau panduan yang digunakan untuk pelaksanaan
hand hygiene?
2) Lakukan audit cuci tangan dengn format yang tersedia. (Lihat di lampiran)

6. Sasaran Keselamatan Pasien 6: Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.


Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
diberikan, dan fasilitasnya, fasilitas pelayanan kesehatan perlu mengevaluasi
risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila
sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat

16
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan,


serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

Langkah Pengkajian:
1) Apakah Kebijakan yang digunakan RS maupun ruangan terkait dengan
Pencegahan Pasien Jatuh?
2) Bagaimana SPO terkait dengan Penilaian Awal Risiko Jatuh,
reassessment terhadap pasien yang berisiko?
3) Apakah RS menggunakan Form Penilaian: Morse Fall, Humpty
Dumpty?
4) Apakah ruangan menggunakan Form Monitoring Risiko Jatuh?
5) Bagaimana penandaan pasien jatuh?

17
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

C. PROSEDUR PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)

PROSEDUR PEMASANGAN GELANG IDENTIFIKASI (SKP I)


Definisi:
Proses kegiatan identifikasi dengan memasangkan gelang identifikasi yang berisi
nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medis pada pasien.
Tujuan:
1. Memastikan identifikasi pasien dengan benar selama pasien dirawat di
rumah sakit.
2. Informed consent dan pemberian penjelasan pada pasien terkait sasaran
keselamatan pasien ketepatan identifikasi.
Tabel Prosedur Tindakan
Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
Persiapan
1. Penampilan perawat:
a. Periksa kerapian seragam
b. Periksa kelengkapan atribut
2. Alat-alat:
a. Gelang identitas pasien
b. Alat tulis
c. Berkas rekam medis
Pelaksanaan
1. Mempersiapkan gelang pasien dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. warna biru untuk pasien laki-laki,
b. warna pink untuk pasien perempuan,
c. warna merah sebagai penanda alergi
(alergen ditulis pada gelang tersebut),
d. warna kuning sebagai penanda resiko jatuh.
e. warna ungu sebagai penanda do not
resuscitate

18
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan

2. Isi/periksa label gelang dengan identitas pasien


a. nama pasien (e KTP)
b. tanggal lahir
c. nomor rekam medis
3. Mengucapkan salam
“Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu.”
4. Memperkenalkan diri
“Saya……(nama), saya adalah perawat dari
unit kerja…….(sebutkan).”
5. Menjelaskan maksud dan tujuan
“Bapak/Ibu, sesuai prosedur keselamatan
pasien, saya akan memasangkan gelang
identifikasi ini pada pergelangan tangan
Bapak/Ibu. Tujuannya adalah untuk
memastikan identitas Bapak/Ibu dalam
mendapatkan pelayanan perawatan atau
pengobatan selama di rumah sakit ini. Kami
sebagai petugas kesehatan akan selalu
melakukan konfirmasi identitas dengan
meminta Bapak/Ibu menyebutkan nama dan
tanggal lahir untuk dicocokkan dengan data
pada gelang identifikasi. Prosedur konfirmasi
tersebut akan selalu dilaksanakan pada saat
pemberian obat, transfusi darah, pengambilan
sampel darah, urin dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, dan sebelum pengobatan
atau tindakan”
6. Melakukan verifikasi untuk mengetahui bahwa
pasien dan atau keluarga paham atas informasi
tersebut
7. Menginformasikan kepada pasien dan/keluarga
untuk tidak melepas atau menutupi gelang
selama dirawat di rumah sakit

19
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
“Bapak/Ibu, mohon agar gelang identifiasi ini
tidak dilepas atau ditutupi selama menjalani
perawatan di rumah sakit ini.”
8. Menjelaskan bahaya untuk pasien yang
menolak, melepas, atau menutupi gelang
9. Memasang gelang identetias pada pergelangan
tangan pasien yang tidak terpasang infus.
Pemasangan gelang tidak boleh terlalu kencang.
10. Meminta pasien untuk mengingatkan petugas
bila akan melakukan tindakan atau memberi
obat tidak mengkonfitmasi nama atau
mengecek gelang
11. Memberi kesempatan pasien untuk
menyampaikan apabila ada yang ingin
ditanyakan dan menjawab pertanyaan tersebut.
12. Melakukan terminasi dan mengucapkan
terimakasih
13. Dokumentasi pemasangan gelang identifikasi

20
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

PROSEDUR IDENTIFIKASI PASIEN (SKP I)


Definisi:
Proses melakukan identifikasi minimal dua dari tiga identitas pasien dengan cara
verbal (menanyakan/mengkonfirmasi nama pasien) dan visual (melihat gelang
pasien).
Tujuan:
1. Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk
mendapatkan pelayanan atau pengobatan
2. Mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Tabel Prosedur Tindakan
Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
1. Mengucapkan salam
“Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu.”
2. Memperkenalkan diri
“Saya……(nama), saya adalah perawat yang
bertanggung jawab untuk perawatan Bapak/Ibu
saat ini.”
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
“Bapak/Ibu, saya akan…… (memberikan
obat/memberikan transfusi darah/mengambil
sampel darah/urin/spesimen lain/ melakukan
pengobatan/tindakan).”
4. Melakukan identifikasi minimal dua dari tiga
identitas pasien dengan cara verbal
(menanyakan/mengkonfirmasi nama pasien)
“Sesuai prosedur keselamatan pasien untuk
ketepatan identifikasi, Bapak/Ibu bisa
menyebutkan nama dan tanggal lahir?”
5. Melakukan identifikasi dengan cara visual
(melihat gelang pasien)
“Permisi Bapak/Ibu saya akan memeriksa
gelang identitas untuk mencocokkan nama,
tanggal lahir, dan nomor register Bapak/Ibu
dengan…… (obat/darah/tindakan yang akan
saya berikan atau permintaan pengambilan
sampel darah/urin/spesimen)”
6. Mencocokkan nama, tanggal lahir, dan nomor
register pasien dengan obat/darah/program
tindakan yang akan diberikan atau permintaan
pengambilan sampel darah/urin/spesimen lain

21
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
dan indentitas label pada wadah penampung
spesimen.
(Untuk produk darah periksa juga kecocokan
golongan darah dan jenis darah.)
7. Mengucapkan terimakasih atas kerjasama
pasien.

Identifikasi pasien pada kondisi tertentu:


1. Pasien yang tidak dapat berkomunikasi: Terpasang ventilator/Usia
(Bayi)/Pasien tidak sadar/gangguan mental: Identifikasi dilakukan dengan
mencocokan identitas gelang pasien dengan identitas pada berkas rekam medis.
2. Kesadaran menurun & tidak ada keluarga: gelang identitas mencantumkan: Tn.
X/Nn. X, tanggal, jam masuk RS dan nomor rekam medis.
3. Tidak punya ekstremitas atas/luka bakar: Pasang di kaki atau identitas
dilakukan dengan menempelkan stiker identitas di baju pasien dan
menempelkan foto pada berkas rekam medis

22
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

PROSEDUR KOMUNIKASI SECARA LISAN ATAU


MELALUI TELEPON (SKP II)
Definisi:
Komunikasi efektif yang dilakukan secara lisan dan/atau melalui telepon, tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami, sehingga akan mengurangi kesalahan,
dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien
Tujuan:
1. Mengurangi kesalahan akibat komunikasi secara lisan dan/atau melalui
telepon,
2. Menghasilkan peningkatan keselamatan pasien
Tabel Prosedur Tindakan
Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
Komunikasi secara lisan
1. Mengidentifikasi pasien secara langsung dengan
menanyakan langsung nama pasien (pada
keluarga bila pasien tidak sadar) dan melihat ke
gelang identitas pasien.
2. Siapkan status/rekam medis pasien. Verifikasi
identitas pasien sesuai antara gelang pasien,
status pasien dan nama pasien, siapkan form
konsul.
3. Ucapkan salam dan laporkan identitas pasien
meliputi nama, jenis kelamin, umur, keluhan,
hasil pemeriksaan dan pengamatan serta obat-
obatan bila ada.
4. Tanyakan tindak lanjut kepada pemberi
perintah/dokter.
5. Tulis secara lengkap jam/tanggal, isi perintah,
nama penerima perintah dan tanda tangan, nama
pemberi perintah dan tanda tangan (pada
kesempatan berikutnya) pada form yang telah
disediakan.
6. Konfirmasi ulang isi perintah yang sudah
dituliskan dengan membacakan ulang kepada
pemberi perintah/dokter. Eja ulang satu persatu
hurufnya bila perintah mengandung nama obat
gologan LASA (look alike sound alike)/
NORUM (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip)

23
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
dan obat High Alert, Daftar obat LASA
/NORUM dan High Alert terlampir.
7. Cantumkan tanda cawang pada kolom membaca
ulang isi laporan bila sudah dibacakan ulang.
8. Pemberi perintah/dokter harus mengkonfirmasi
lisan sesaat setelah pemberi perintah/dokter
mendengar pembacaan dan memberikan
pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan
misal “ya sudah benar”.
9. Lakukan konfirmasi tertulis dengan tanda
tangan pemberi perintah/dokter.
10. Ucapkan terima kasih dan salam.
Komunikasi melalui telepon
1. Mengidentifikasi pasien secara langsung dengan
menanyakan langsung nama pasien (pada
keluarga bila pasien tidak sadar) dan melihat ke
gelang identitas pasien. Siapkan status/rekam
medis pasien.
2. Verifikasi identitas pasien sesuai antara gelang
pasien, status pasien dan nama pasien. Siapkan
form konsul melalui telepon
3. Tekan nomor ekstensi pemberi perintah/dokter
4. Setelah terdengar nada terhubung ucapkan
salam.
5. Sebutkan identitas diri dan ruang perawatan
6. Laporkan identitas pasien meliputi nama, jenis
kelamin, umur, keluhan, hasil pemeriksaan dan
pengamatan serta obat-obatan bila ada.
7. Tanyakan tindak lanjut kepada pemberi
perintah/dokter.
8. Tulis secara lengkap jam/tanggal, isi perintah,
nama penerima perintah dan tanda tangan, nama
pemberi perintah dan tanda tangan (pada
kesempatan berikutnya) pada form yang telah
disediakan.
9. Baca kembali isi perintah dan/atau laporan
pemerinksaan kritis/cito, yang sudah dituliskan.
Eja ulang satu persatu hurufnya bila perintah
mengandung nama obat gologan LASA (look
alike sound alike)/ NORUM (Nama Obat Rupa
dan Ucapan Mirip) dan obat High Alert, Daftar
obat LASA /NORUM dan High Alert terlampir.

24
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
10. Pemberi perintah/dokter harus mengkonfirmasi
lisan sesaat setelah pemberi perintah/dokter
mendengar pembacaan dan memberikan
pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan
misal “ya sudah benar”.
11. Cantumkan tanda cawang pada kolom membaca
ulang isi laporan bila sudah dibacakan ulang.
12. Telpon ulang pemberi perintah/dokter bila
laporan belum dibacakan ulang, dan belum
konfirmasikan ulang isi perintah.
13. Ucapkan terima kasih dan salam.
14. Lakukan konfirmasi tertulis dengan tanda
tangan pemberi perintah/dokter yang harus
diminta pada kesempatan kunjungan/visite
berikutnya

Ketentuan menerima perintah secara lisan dan lisan lewat telepon di Rumah Sakit:
1. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi.
2. Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama
penerima perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda tangan
(pada kesempatan berikutnya)
3. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat look alike sound alike
4. Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu dicatat,
misal pemberi perintah tak mau tanda tangan
5. Bila kondisi tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat
darurat di IGD atau ICU diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali
(read back).
6. Permintaan obat narkotika atau kemoterapi tidak boleh verbal tetapi harus
tertulis.
7. Hasil pemeriksaan kritis harus dilaporkan segera kurang dari 1 (satu) jam

25
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Lampiran Contoh Form Komunikasi Lisan atau Melalui Telepon


RUMAH SAKIT FORMULIR KOMUNIKASI LISAN/
………………… MELALUI TELEPON/PELAPORAN HASIL
PEMERIKSAAN KRITIS
Tanggal: Jam:  Tandai bila sudah dibaca ulang
Isi Komunikasi:

NAMA TANDA TANGAN


1. Penerima Pesan 1.

2. Pemberi Pesan 2.

3. Pelaksana 3.

Keterangan:

26
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Lampiran Contoh Melaporkan Kondisi Pasien dengan Metode SBAR

Situation:
Tn. Ari, tanggal lahir 22 April 1967, rawat inap lantai 3, kamar 321, mengalami
ketidakefektifan pola napas
Background:
Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan riwayat, pneumothorax, O2
saturasi turun dari 95% dalam 2 lpm menjadi 85% dengan non rebreathing mask,
pada auskultasi: suara pernapasan menurun disebelah kanan. Terjadi tracheal shift,
peningkatan distress, pasien saat ini diposisikan tidur semi fowler.
Assessment:
a. Kesadaran composmentis, TD: 130/90 mmHg, N: 80x/menit, S: 37oC, RR:
25x/menit, braden score= 23, (status restrain), (resiko jatuh), (pivas score),
(status nutrisi), (kemampuan eliminasi) dll
b. Hasil lab terbaru: Hb: 8,1 mg/dL, albumin: 3,0, urea: 237 mg/dL, CK: 3,5
c. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung
Recommendation:
Mohon segera datang, apakah diperlukan tindakan intubasi atau transfer segera ke
HCU

27
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT DENGAN KEWASPADAAN


TINGGI (HIGH ALERT MEDICATIONS) (SKP III)
Definisi:
Obat dengan kewaspadaan tinggi “high alert” adalah obat yang secara signifikan
berisiko membahayakan pasien bila digunakan secara salah atau pengelolaan yang
kurang tepat.
Tujuan:
1. Mencegah kesalahan pemberian obat akibat nama obat yang membingungkan
(look alike and sound alike/LASA).
2. Mengurangi/menghilangkan kejadian kesalahan pemberian elektrolit
konsentrat.
3. Mengurang resiko medication error akibat obat-obat atau cairan lain dalam
kontainer yang tidak berlabel.
4. Melakukan pemantauan, pengumpulan data medication error akibat
penggunaan dan pengelolaan high alert medication analisa data dan rencana
tindak lanjut dari kecendrungan kejadian.
Tabel Prosedur Tindakan
Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
Penempatan dan penanganan obat LASA
1. Semua obat yang masuk dalam daftar LASA
tidak ditempatkan di area yang berdekatan.
Tempat obat diberi label khusus dengan huruf
cetak, warna jelas, dan label cetakan.
2. Berikan pencahayaan yang terang pada tempat
obat.
3. Melakukan double cek oleh dua orang petugas
yang berbeda pada setiap melakukan dispensing
obat.
4. Melakukan pengecekan ulang pada kemasan
dan label obat dengan membandingkan label
pada resep/catatan obat pasien.
5. Bubuhkan tanda tangan petugas yang
menyiapkan dan saksi
6. Memastikan benar pasien dengan dua cara
identifikasi: benar pasien, benar obat, benar

28
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
dosis, benar waktu, dan benar rute setiap kali
akan memberikan obat kepada pasien.
7. Khusus obat injeksi dan narkotik lakukan
double cek bersama satu orang perawat lainnya
mulai sejak menyiapkan obat sampai pemberian
kepada pasien.
8. Tanda tangan perawat yang memberikan dan
saksi pada catatan pengobatan pasien
Penyimpanan dan pengelolaan elektrolit konsentrat
1. Resep elektrolit konsentrat (potassium
chloride/KCL) dikirimkan ke farmasi untuk
disiapkan.
2. Petugas farmasi menyiapkan KCL, yang sudah
dilarutkan dalam cairan infus dengan volume
sesuai resep dokter untuk sekali pakai.
3. Menerapkan teknik aseptik pada setiap
menyiapkan cairan
4. Beri label nama obat, jumlah, dan waktu
kadaluarsa.
5. KCL dikirimkan segera ke ruangan untuk
diberikan kepada pasien yang membutuhkan.
6. Tidak direkomendasikan menyimpan KCL yang
sudah dilarutkan.
7. KCL disiapkan hanya untuk sekali pakai
Pelabelan Obat dan Kontainer
1. Segera beri label pada setiap obat atau cairan
yang sudah disiapkan dalam syringe atau
kontainer termasuk kontainer steril.
2. Label dituliskan nama obat, indikasi obat,
jumlah, tanggal kadaluarsa, dan waktu
kadaluarsa bila kadaluarsa terjadi dalam waktu
< 24 jam.
3. Gunakan label cetakan dengan huruf dan warna
yang jelas.
4. Label pada kontainer steril segera lepaskan/
buang pada setiap selesai suatu
prosedur/tindakan
Pemantauan dan pengumpulan data insiden medication error
1. Menentukan definisi kejadian medication error
yang harus dilaporkan dan menetapkan alat
pemantauan harian.
2. Melakukan pengumpulan data insiden
medication error harian.

29
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
3. Menghitung data insiden setiap akhir bulan
dengan parameter penghitungan:
𝑁𝑢𝑚𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑥100%
𝐷𝑒𝑛𝑢𝑚𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
Numerator : total insiden dalam periode
waktu tertentu
Denumerator : total hari rawat pada periode
waktu tertentu

PEMBERIAN OBAT HIGH ALERT (SKP III)


Definisi:
Pemberian obat High Alert adalah proses memastikan bahwa obat high alert
diberikan secara tepat, akurat untuk mengurangi kesalahan pemberian sehingga
meningkatkan keselamatan pasien.
Tujuan:
1. Untuk mengurangi kesalahan akibat pemberian obat high alert
2. Menghasilkan peningkatan keselamatan pasien
Tabel Prosedur Tindakan
Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
Persiapan
1. Memeriksa instruksi penggunaan obat high
alert pada pengobatan pasien (di rekam medis).
2. Melakukan pemeriksaan stok obat high alert
pada lemari penyimpan pasien, atau pada lemari
penyimpanan obat khusus high alert yaitu
lemari obat atau lemari pendingin sesuai dengan
jenis obat yang dibutuhkan. Pastikan label obat
masih utuh dan periksa tanggal kadaluarsa obat.
3. Memeriksa ketepatan obat high alert yang akan
digunakan dan alat kesehatan pendukung (jika
diperlukan) dengan prinsip 7 (tujuh) benar yaitu:
a. Benar obat
b. Benar pasien
c. Benar dosis
d. Benar cara/rute pemberian

30
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
e. Benar waktu
f. Benar informasi
g. Benar dokumentasi
4. Ambil obat high alert dari tempatnya. Apabila
obat high alert hanya tersedia dalam lemari
penyimpan bertanda khusus sebagai persediaan
stok baku (dalam jumlah terbatas), maka
dilakukan pencatatan pada stok obat secara
benar dan lengkap pada kolom isian kartu stok
obat:
a. Tanggal pengambilan
b. Jumlah yang diambil
c. Nama pasien yang menggunakan
d. Nama dan paraf petugas yang mengambil
e. Jumlah sisa stok akhir obat
Pengecekan Obat
5. Pengecekan oleh petugas yang berbeda dengan
mmemastikan hal-hal berikut:
a. Memverifikasi bahwa obat yang hendak
diberikan telah sesuai dengan identitas
pasien dan instruksi dokter
b. Obat telah disiapkan sesuai dengan
instruksi
c. Obat memenuhi 7 (enam) persyaratan:
1) Benar obat
2) Benar pasien
3) Benar dosis
4) Benar cara/rute pemberian
5) Benar waktu
6) Benar informasi
7) Benar dokumentasi
6. Pada beberapa kasus, harus tersedua juga
kemasan obat untuk memastikan bahwa obat
yang disiapkan adalah obat yang benar,
misalnya: dosis insulin
7. Ketika petugas kedua telah selesai melakukan
pengecekan ganda dan kedua petugas yakin
bahwa obat telah sesuai, lakukan pencatatan
pada rekam medis/catatan pemberian medikasi
pasien
8. Petugas kedua harus menulis “dicek oleh” dan
diisi dengan nama pengecek
9. Pengecekan kedua akan dilakukan sebelum obat
diberikan kepada pasien

31
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
10. Pastikan infus obat berada pada jalur yang benar
dan lakukan pengecekan selang infus mulai dari
larutan/cairan infus, selang, hingga tempat
insersi selang.
11. Jika menggunakan syring pump pastikan pompa
infus terprogram dengan kecepatan pemberian
yang tepat, termasuk ketepatan pada berat badan
pasien
Pengecekan saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
10. Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut:
a. Obat yang diberikan harus memenuhi
keenam persyaratan
b. Perawat berikutnya akan membaca label
dengan lantang kepada perawat
sebelumnya untuk memverifikasi keenam
persyaratan (seperti yang telah disebutkan
di atas)
11. Saat pengecekan telah selesai dan kedua
perawat yakin bahwa obat telah sesuai,
lakukanlah pencatatan pada bagian pengecekan
ileh perawat di rekam medis pasien
12. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat
mengecek nama pasien, memberitahukan
kepada pasien mengenai nama obat yang
diberikan, dosis, dan tujuannya (pasien dapat
juga berperan sebagai pengecek, jika
memungkinkan)
13. Semua pemberian high alert medications
intravena dan bersifat kontinu harus diberikan
melalui pompa infus IV. Pengecualian dapat
diberikan pada pasien di ruang kepada pasien di
ruang rawat intensif neonates (NICU), atau pada
pasien risiko tinggi mengalami kelebihan cairan.
Setiap selang infus harus diberi label dengan
nama obat yang diberikan di ujung distal selang
dan pada pintu masuk pompa (untuk
mempermudah verifikasi dan meminimalkan
kesalahan)
14. Pada situasi emergensi, dimana pelabelan dan
prosedur pengecekan ganda dapat
menghambat/menunda penatalaksanaan dan
berdampak negative terhadap pasien, perawat
atau dokter pertama-tama harus menentukan
dan memastikan bahwa kondisi klinis pasien

32
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
benar-benar bersifat emergensi dan perlu
ditatalaksana segera sedemikian rupa sehingga
pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas yang
memberikan obat harus menyebutkan dengan
lantang semua terapi obat yang diberikan
sebelum memberikannya ke pasien.
15 Obat yang tidak digunakan dikembalikan
kepada farmasi/apotek, dan dilakukan
peninjauan ulang oleh Ahli Farmasi atau
Apoteker apakah terjadi kesalahan obat yang
belum diberikan.
16 Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh
Apoteker untuk mengetahui indikasi
penggunaan dosis ekstra.

PROSEDUR IDENTIFIKASI KESELAMATAN PASIEN SEBELUM


MENGIRIM PASIEN KE KAMAR OPERASI (SKP IV)
Definisi:
Merupakan proses verifikasi identitas pasien sebelum melakukan tindakan
pembedakan dari ruang rawat inap, rawat jalan, atau IGD ke kamar operasi.
Tujuan:
1. Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
2. Sebagai proses verifikasi sebelum pindah ke ruang operasi
3. Mutu pelayanan terpelihara
4. Menghasilkan peningkatan keselamatan pasien
5. Menghindari salah pasien saat operasi
Tabel Prosedur Tindakan
Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
1. Siapkan status/rekam medis pasien
2. Tanyakan identitas pasien (langsung kepada
pasien atau keluarga).
3. Cocokan antara identitas yang disebut dengan
gelang identifikasi dan status pasien.
4. Siapkan penunjang medis pasin yang diperlukan
di kamar operasi.

33
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
5. Cocokkan penunjang medis pasien dengan
identifikasi pasien.
6. Laporkan dokter yang akan melakukan tindakan
dan minta untuk diberi tanda daerah area operasi
(marking).
7. Identifikasi ulang dan libatkan pasien dalam
pencocokan daerah mana yang akan dioperasi
sebelum diantar ke ruang operasi.
8. Laporkan pada dokter anesthesi
9. Bila ada darah yang harus dibawa ke ruang
operasi, identifikasi jumlah darah, jenis darah
dan golongan darah
10. Siapkan form timbang terima keselamatan
pembedahan dan isi sesuai kriteria yang ada di
form pada kolom pertama
11. Bila sudah sesuai antara identifikasi pasien,
penunjang medis, dan marking area, antar
pasien ke ruang operasi.
12. Lakukan timbang terima antara perawat rawat
inap/ruang asal pasien dengan perawat ruang
operasi untuk melakukan verifikasi ulang pada
pasien dan penandatanganan form timbang
terima keselamatan pembedahan.

PROSEDUR PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT


PELAYANAN KESEHATAN (SKP V)

a. Prosedur Cuci Tangan 6 Langkah


Definisi:
Merupakan proses Cuci Tangan 6 Langkah dengan Menggunakan Sabun (Hand
Wash) atau Menggunakan Antiseptik berbasis Alkohol (Hand Rub).
Tujuan:
1. Membersihkan mikroorganisme pada tangan menggunakan handwash/sabun
atau handrub
2. Mencegah penyebaran mikroorganisme penyebab infeksi

34
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Tabel Prosedur Tindakan


Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
1. Mendekat ke wastafel/tempat cuci tangan
2. Melepas perhiasan (cincin, arloji, gelang) dan
lipat lengan baju
3. Membasahi tangan dengan kran air
mengalir/gayung (jika menggunakan
handwash)
4. Mengambil hand wash/sabun atau handrub
5. Melakukan 6 langkah cuci tangan 4-7 kali
gerakan/hitungan pada masing-masing gerakan
(waktu 40-60 detik jika menggunakan
handwash, apabila menggunakan handrub
waktu yang dibutuhkan sekitar 20-30 detik)
a. Ratakan sabun/handrub dengan telapak
tangan
b. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan
kiri dan kanan dua arah bergantian
c. Gosok kedua sela-sela jari satu arah
kearah luar
d. Genggam jari-jari sisi dalam dari kedua
tangan saling mengunci (dua arah dengan
gerakan lengan mengepak)
e. Gosok ibu jari berputar (ibu jari di luar)
dalam genggaman, dilakukan bergantian
tangan kedua tangan
f. Gosokkan dengan memutar ujung jari
tangan kanan ditelapak tangan kiri dan
sebaliknya ke satu arah ke arah dalam
dengan jari-jari tangan menguncup
Bila menggunakan handwash,
g. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
h. Keringkan tangan dengan menggunakan
tissue/handuk pengering untuk satu kali
pakai (bisa dicuci dan dipakai lagi)
i. Tutup kran dengan tissue

35
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

b. 5 Momen Cuci Tangan

c. Audit Cuci Tangan (terlampir)

36
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH (SKP VI)


Definisi:
Merupakan proses pengkajian risiko jatuh pada pasien menggunakan instrument
yang tepat (Dewasa: Morse Falls Scale dan Anak: Humpty Dumpty Scale)
Tujuan:
1. Mengetahui tingkat risiko jatuh pada pasien
2. Menentukan tatalaksana yang tepat
3. Mencegah kejadian jatuh pada pasien

Tabel Prosedur Tindakan


Tidak
No Kegiatan Dilakukan
dilakukan
1. Memperkenalkan diri kepada pasien dan
keluarga
2. Menjelaskan tujuan pengkajian resiko jatuh
3. Melakukan pengkajian resiko jatuh
menggunakan instrument yang sesuai
4. Melakukan interpretasi hasil pengkajian risiko
jatuh
5. Melakukan tatalaksana risiko jatuh sesuai hasil
interpretasi
6. Melakukan pengkajian ulang secara teratur

EVALUASI
A. KOGNITIF
Evaluasi dari pencapaian kompetensi ini akan dilakukan oleh fasilitator
sebelum praktikum dimulai dengan menilai kemampuan mahasiswa dalam:
1. Menyebutkan standar, maksud, dan tujuan sasaran keselamatan pasien
ketepatan identifikasi.
2. Menjelaskan definisi dan tujuan tindakan pemasangan gelang identifikasi.
3. Menjelaskan definisi dan tujuan tindakan identifikasi pasien

37
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

B. PSIKOMOTOR
No Kegiatan Pencapaian Indikator Skor
Mahasiswa 1 2 3 4
1. Praktikum Mahasiswa Kemampuan Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
di Labskill mampu komunikasi tidak mampu kurang mampu mampu
melakukan melakukan mampu melakukan melakukan
prosedur komunikasi melakukan komunikasi komunikasi
sasaran secara komunikasi secara secara
keselamatan profesional secara profesional profesional
pasien profesional tetapi kurang dan
sistematis sistematis
Ketaatan <50% 50-69% 70-85% >85%
pada prosedur prosedur prosedur prosedur
prosedur dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Kemahiran Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
dalam tidak mampu mampu mampu mampu
melakukan melakukan melakukan melakukan melakukan
prosedur prosedur prosedur prosedur prosedur
secara dengan secara
dengan arahan mandiri
banyak minmal dengan
arahan lancar

C. AFEKTIF
No Atribut Definisi Indikator Skor
Softskill 1 2 3 4
1. Disiplin Ketepatan Kehadiran di Tidak hadir Datang Datang Datang tepat
waktu kelas di kelas terlambat terlambat waktu
dalam lebih dari 15 1-15 menit
mengikuti menit
kegiatan
praktikum
Ketaatan dan Penyerahan Terlambat > Terlambat 2 Terlambat 1 Tepat waktu
kepatuhan tugas dan 2hari & hari & sering hari & jarng & tidak
dalam Kepatuhan selalu melanggar melanggar pernah
melaksanakan pada tata melanggar melanggar
tugas dan tata tertib
tertib
2. Percaya Keberanian Berani tampil Tidak berani Berani Berani Berani
Diri dan mencoba tampil tampil tampil tampil
kepercayaan melakukan mencoba mencoba mencoba mencoba
peserta didik kegiatan melakukan melakukan melakukan melakukan
dalam praktikum kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
melakukan praktikum praktikum praktikum praktikum
keterampilan dengan dengan dengan tidak
canggung/ sedikit canggung/
grogi canggung/ grogi
grogi

38
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

3. Partisipasi Keikutsertaan Penyampaian Tidak Jarang Sering Selalu


Aktif secara aktif pendapat baik pernah
dalam lisan maupun
setiap tulisan melalui
kegiatan bertanya,mem
praktikum berikan
jawaban
penyampaian
ide

PENUGASAN
1. Mahasiswa diwajibkan untuk melakukan pembelajaran mandiri (Self Directed
Learning) untuk mencapai kompetensi kognitif yang diharapkan.
2. Mahasiswa melakukan praktik secara berkelompok dan dapat menghubungi
fasilitator jika diperlukan dalam penguatan pelaksanaan prosedur yang
dilakukan.
3. Mahasiswa menyusun laporan hasil praktik pengkajian keselamatan pasien.

REFERENSI
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2012). Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.
Standar Akreditasi Versi 2012. Edisi 1. Jakarta: Dokumen tidak
Dipublikasikan.

Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Website:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%201691%
20ttg%20Keselamatan%20Pasien%20Rumah%20Sakit.pdf. Diakses tanggal
5-3-2017

Rumah Sakit Universitas Airlangga. (2015). Buku Saku Akreditasi Rumah Sakit.
Surabaya: Dokumen tidak Dipublikasikan

The Institute for Safe Medication Practices. (2015). ISMP’s List of Confused Drug
Names. Website: http://www.ismp.org/Tools/confuseddrugnames.pdf
diakses tanggal 5-3-2017

39
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

Lampiran
Contoh Rekapitulasi Hasil Observasi
Sasaran 1:
Identifikasi Pasien Sebelum Tindakan
Inisial perawat Persen
No. Aspek yang dinilai … … … … … Keterangan
(%)
1.
2.
dst.
Total

40
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Manajemen Keperawatan Universitas Brawijaya 2020

FORM AUDIT CUCI TANGAN 5 MOMEN

41
Modul 7 – Sasaran Keselamatan Pasien
Observation Form
Session
Facility: Period Number*:
Number*:

Service: Date: / / Observer:


(dd/mm/yy) (initials)

Ward: Start/End time: : / : Page N°:


(hh:mm)

Department: Session duration: City**:


(mm)

Country**:

Prof.cat Prof.cat Prof.cat Prof.cat


Code Code Code Code
N° N° N° N°
Opp. Indication HH Action Opp. Indication HH Action Opp. Indication HH Action Opp. Indication HH Action
bef-pat. bef-pat. bef-pat. bef-pat.
1 HR 1 HR 1 HR 1 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW HW HW HW
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
 gloves  gloves  gloves  gloves
aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr.
bef-pat. bef-pat. bef-pat. bef-pat.
2 HR 2 HR 2 HR 2 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW HW HW HW
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
 missed aft-pat.
 missed aft-pat.
 missed aft-pat.
 missed
 gloves  gloves  gloves  gloves
aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr.
bef-pat. bef-pat. bef-pat. bef-pat.
3 HR 3 HR 3 HR 3 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW HW HW HW
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
 gloves  gloves  gloves  gloves
aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr.
bef-pat. bef-pat. bef-pat. bef-pat.
4 HR 4 HR 4 HR 4 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW HW HW HW
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
 missed aft-pat.
 missed aft-pat.
 missed aft-pat.
 missed
 gloves  gloves  gloves  gloves
aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr.
bef-pat. bef-pat. bef-pat. bef-pat.
5 HR 5 HR 5 HR 5 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW HW HW HW
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
 gloves  gloves  gloves  gloves
aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr.
bef-pat. bef-pat. bef-pat. bef-pat.
6 HR 6 HR 6 HR 6 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW HW HW HW
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
 gloves  gloves  gloves  gloves
aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr.
bef-pat. bef-pat. bef-pat. bef-pat.
7 HR 7 HR 7 HR 7 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW HW HW HW
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
 gloves  gloves  gloves  gloves
aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr.
bef-pat. bef-pat. bef-pat. bef-pat.
8 HR 8 HR 8 HR 8 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW HW HW HW
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
aft-pat.
 missed
 gloves  gloves  gloves  gloves
aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr. aft.p.surr.
* To be completed by the data manager.
** Optional, to be used if appropriate, according to the local needs and regulations.
All reasonable precautions have been taken by the World Health Organization to verify the information contained in this document. However, the published material is being distributed without warranty
of any kind, either expressed or implied. The responsibility for the interpretation and use of the material lies with the reader. In no event shall the World Health Organization be liable for damages arising
from its use.
WHO acknowledges the Hôpitaux Universitaires de Genève (HUG), in particular the members of the Infection Control Programme, for their active participation in developing this material.
Revised August 2009
General Recommendations
(refer to the Hand Hygiene Technical Reference Manual)
1. In the context of open and direct observations, the observer introduces him/herself to the health-care worker and to the patient
when appropriate, explains his/her task and proposes immediate informal feed back.
2. The health-care worker, belonging to one of the main four following professional categories (see below), is observed during the
delivery of health-care activities to patients.
3. Detected and observed data should be recorded with a pencil in order to be immediately corrected if needed.
4. The top of the form (header) is completed before starting data collection (excepted end time and session duration).
5. The session should last no more than 20 minutes (± 10 minutes according to the observed activity); the end time and the session
duration are to be completed at the end of the observation session.
6. The observer may observe up to three health-care workers simultaneously, if the density of hand hygiene opportunities permits.
7. Each column of the grid to record hand hygiene practices is intended to be dedicated to a specific professional category. Therefore
numerous health-care workers may be sequentially included during one session in the column dedicated to their category. Alternatively
each column may be dedicated to a single health-care worker only of whom the professional category should be indicated.
8. As soon as you detect an indication for hand hygiene, count an opportunity in the appropriate column and cross the square corresponding
to the indication(s) you detected. Then complete all the indications that apply and the related hand hygiene actions observed or missed.
9. Each opportunity refers to one line in each column; each line is independent from one column to another.
10. Cross items in squares (several may apply for one opportunity) or circles (only a single item may apply at one moment).
11. When several indications fall in one opportunity, each one must be recorded by crossing the squares.
12. Performed or missed actions must always be registered within the context of an opportunity.
13. Glove use may be recorded only when the hand hygiene action is missed while the health-care worker is wearing gloves.
Short description of items
Facility: to complete according to the local nomenclature
Service: to complete according to the local nomenclature
Ward: to complete according to the local nomenclature
Department: to complete according to the following standardized nomenclature:
medical, including dermatology, neurology, surgery, including neurosurgery, urology, EENT,
haematology, oncology, etc. ophthalmology, etc.
mixed (medical & surgical), including gynaecology obstetrics, including related surgery
paediatrics, including related surgery intensive care & resuscitation
emergency unit long term care & rehabilitation
ambulatory care, including related surgery other (to specify)
Period N°: 1) pre- / 2) post-intervention; and then according to the institutional counter.
Date: day (dd) / month (mm) / year (yy)
Start/end time: hour (hh) / minute (mm).
Session duration: difference between start and end time, resulting in minutes of observation.
Session N°: attributed at the moment of data entry for analysis.
Observer: observer’s initials (the observer is responsible for the data collection and for checking their accuracy
before submitting the form for analysis.
Page N°: to write only when more than one form is used for one session.
Prof.cat: according to the following classification:
1. nurse / midwife 1.1 nurse, 1.2 midwife, 1.3 student.
2. auxiliary
3. medical doctor 3.1 in internal medicine, 3.2 surgeon, 3.3 anaesthetist / resuscitator / emergency
physician, 3.4 paediatrician, 3.5 gynaecologist, 3.6 consultant, 3.7 medical student.
4. other health- 4.1 therapist (physiotherapist, occupational therapist, audiologist, speech
care worker therapist), 4.2 technician (radiologist, cardiology technician, operating room
technician, laboratory technician, etc), 4.3 other (dietician, dentist, social worker
and any other health-related professional involved in patient care), 4.4 student.
Number: number of observed health-care workers belonging to the same professional category (same code) as
they enter the field of observation and you detect opportunities.
Opp(ortunity): defined by one indication at least
Indication: reason(s) that motivate(s) hand hygiene action; all indications that apply at one moment must be recorded
bef.pat: before touching a patient aft.b.f: after body fluid exposure risk
bef.asept: before clean/aseptic procedure aft.pat: after touching a patient
aft.p.surr: after touching patient surroundings
HH action: response to the hand hygiene indication(s); it can be either a positive action by performing handrub or
handwash, or a negative action by missing handrub or handwash
HR: hand hygiene action by handrubbing with an Missed: no hand hygiene action performed
alcohol-based formula
HW: hand hygiene action by handwashing with soap and
water

All reasonable precautions have been taken by the World Health Organization to verify the information contained in this document. However, the published material is being distributed without warranty
of any kind, either expressed or implied. The responsibility for the interpretation and use of the material lies with the reader. In no event shall the World Health Organization be liable for damages arising
from its use.
WHO acknowledges the Hôpitaux Universitaires de Genève (HUG), in particular the members of the Infection Control Programme, for their active participation in developing this material.
Observation Form – Basic Compliance Calculation
Facility: Period: Setting:
Prof.cat. Prof.cat. Prof.cat. Prof.cat.
Total per session
Session N° Opp HW HR Opp HW HR Opp HW HR Opp HW HR Opp HW HR
(n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total
Calculation Act (n) = Act (n) = Act (n) = Act (n) = Act (n) =

Opp (n) = Opp (n) = Opp (n) = Opp (n) = Opp (n) =
Compliance

Compliance (%) = Actions x 100


Opportunities
Instructions for use

1. Define the setting outlining the scope for analysis and report related data according to the chosen setting.
2. Check data in the observation form. Hand hygiene actions not related to an indication should not be taken into
account and vice versa.
3. Report the session number and the related observation data in the same line. This attribution of session number
validates the fact that data has been taken into count for compliance calculation.
4. Results per professional category and per session (vertical):
4.1 Sum up recorded opportunities (opp) in the case report form per professional category: report the sum in the corresponding
cell in the calculation form.
4.2 Sum up the positive hand hygiene actions related to the total of opportunities above, making difference between handwash
(HW) and handrub (HR): report the sum in the corresponding cell in the calculation form.
4.3 Proceed in the same way for each session (data record form).
4.4 Add up all sums per each professional category and put the calculation to calculate the compliance rate (given in percent)
5. The addition of results of each line permits to get the global compliance at the end of the last right column.

All reasonable precautions have been taken by the World Health Organization to verify the information contained in this document. However, the published material is being distributed without warranty
of any kind, either expressed or implied. The responsibility for the interpretation and use of the material lies with the reader. In no event shall the World Health Organization be liable for damages arising
from its use.
WHO acknowledges the Hôpitaux Universitaires de Genève (HUG), in particular the members of the Infection Control Programme, for their active participation in developing this material.
Observation Form – Optional Calculation Form
(Indication-related compliance with hand hygiene)

Facility: Period: Setting:


Before touching a Before clean/ aseptic After body fluid After touching a After touching
patient procedure exposure risk patient patient surroundings
Indic HW HR Indic HW HR Indic HW HR Indic HW HR Indic HW HR
Session N°
(n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n) (n)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total
Calculation Act (n) = Act (n) = Act (n) = Act (n) = Act (n) =

Indic1 (n) = Indic2 (n) = Indic3 (n) = Indic4 (n) = Indic5 (n) =
Ratio
act / indic

Instructions for use

1. Define the setting outlining the scope for analysis and report related data according to the chosen setting.
2. Check data in the observation form. Hand hygiene actions not related to an indication should not be taken into
account and vice versa.
3. If several indications occur within the same opportunity, each one should be considered separately as well as the
related action.
4. Report the session number and the related observation data in the same line. This attribution of session number
validates the fact that data has been taken into count for compliance calculation.
5. Results per indication (indic) and per session (vertical):
4.1 Sum up indications per indication in the observation form: report the sum in the corresponding cell in the calculation form.
4.2 Sum up positive hand hygiene actions related to the total of indications above, making the difference between handwash
(HW) and handrub (HR): report the sum in the corresponding cell in the calculation form.
4.3 Proceed in the same way for each session (observation form).
4.4 Add up all sums per each indication and put the calculation to calculate the ratio (given in percent)

Note: This calculation is not exactly a compliance result, as the denominator of the calculation is an indication instead of an opportunity. Action is
artificially overestimated according to each indication. However, the result gives an overall idea of health-care worker’s behaviour towards each type
of indication.

All reasonable precautions have been taken by the World Health Organization to verify the information contained in this document. However, the published material is being distributed without warranty
of any kind, either expressed or implied. The responsibility for the interpretation and use of the material lies with the reader. In no event shall the World Health Organization be liable for damages arising
from its use.
WHO acknowledges the Hôpitaux Universitaires de Genève (HUG), in particular the members of the Infection Control Programme, for their active participation in developing this material.

Anda mungkin juga menyukai