Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PRAKTIKUM KESELAMATAN KERJA

EVALUASI KINERJA K3 DI PT. ASIA CAKRA CERIA PLASTIK

KELOMPOK II
( KELAS D )
1. Virda Ayu Maulidina Putri (V8122097)
2. Safira Isnaini (V8122087)
3. Shinta Nur Fitri (V8122090)
4. Aisyah Fajar Imani (V8122102)
5. Ghiezka Dhafa Alifian (V8122110)
6. Iqbal Alfarizi Natadipura (V8122113)
7. Maheswara Dewa L. A. (V8122118)
8. Wahyu Tri Suseno (V8122121)

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022

i
PENGESAHAN

Laporan Praktikum Keselamatan Kerja dengan Judul :


“Evaluasi Kinerja K3 di PT. ASIA CAKRA CERIA PLASTIK”

Kelompok II

Telah disahkan pada :

Hari………………..Tanggal……………….2022

Dosen Pengampu Pembimbing Praktikum

Tyas Lilia Wardani, S.ST., M.KKK Tyas Lilia Wardani, S.ST.,


NIP. M.KKK NIP.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Tujuan ............................................................................................................3
C. Manfaat ..........................................................................................................3
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................................5
A. Tinjauan Pustaka ...........................................................................................5
B. Perundang-undangan ...................................................................................33
BAB III. HASIL ....................................................................................................34
A. Pelaksanaan .................................................................................................34
B. Deskripsi Perusahaan ...................................................................................34
C. Observasi .....................................................................................................36
BAB IV. PEMBAHASAN .....................................................................................37
BAB V. PENUTUP................................................................................................56
A. Simpulan .......................................................................................................56
B. Saran .............................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................57

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era saat ini, perkembangan dari teknologi maupun ilmu


pengetahuan sangatlah pesat. Hal itu mendorong kemajuan dalam
pembangunan di Indonesia. Dalam perkembangan dan pembangunan
saat ini tentu sangat diperlukan SDM yang mampu menjalankan dan
mengendalikannya agar dapat berhasil dan bermanfaat. Jika teknologi
yang digunakan semakin tinggi dan juga canggih, maka pengetahuan
serta kemampuan yang harus dimiliki seorang tenaga kerja dalam
pengoperasiannya dan juga perawatannya juga semakin tinggi. Selain
dari semakin tingginya teknologi yang digunakan memengaruhi tenaga
kerja, hal itu juga berdampak pada bahaya yang dapat ditimbulkan dari
teknologi tersebut. Sehingga diperlukan pengendalian dan juga standar
yang tepat agar tidak menimbulkan dampak negatif baik bagi para
pekerja maupun masyarakat di sekitar industri.

Apalagi dalam industri padat karya, dimana banyak sekali


tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi kebutuhan yang
diperlukan masyarakat. Salah satunya adalah plastik, dimana saat kita
membawa barang, berbelanja, kemasan dari suatu produk atau hanya
sekedar untuk menaruh barang merupakan kegiatan dimana kita
memerlukan sebuah plastik. Walaupun sudah banyak sekali himbauan
mengenai larangan penggunaan plastik sebagai tas belanja, namun
masyarakat masih sulit untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.
Apalagi kita mengetahui bahwa sampah plastik merupakan sampah
yang membutuhkan waktu sangat lama untuk terurai, sehingga sampah
plastik dapat menjadi pencemaran bagi lingkungan sekitar.

Sebagai negara berkembang, Indonesia telah memiliki


perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja. Hal
ini dapat dilihat, dengan disahkannya Undang-undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dan UU No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Namun dalam pelaksanaannya masih didapati pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan dengan mengabaikan
Keselamatan dan Kesehatan kerja tenaga kerjanya, sehingga terjadi
kecelakaan kerja. Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan sesuai
Undang-Undang Keselamatan Kerja tersebut antara lain untuk

1
mencegah dan mengurangi kecelakaan, mencegah dan mengendalikan
timbulnya penyakit akibat kerja, mencegah dan mengendalikan
pencemaran udara serta menyediakan penerangan dan mikroklimat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi biaya perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan dan
sakit, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan moral dan
hubungan atau relasi perusahaan yang lebih baik.

Untuk menurunkan angka kecelakaan kerja perlu diadakan


program pencegahan kecelakaan kerja yaitu dengan melaksanakan
penilaian risiko untuk mengetahui bahaya serta potensi risiko yang
terdapat di tempat kerja sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
dan pengendalian terhadap bahaya tersebut.

PT. Asia Cakra Ceria Plastik merupakan sebuah perusahaan


yang bergerak dibidang industri padat karya khususnya dalam
memproduksi barang yaitu plastik. PT. Asia Cakra Ceria Plastik
memiliki suatu rangkaian proses untuk membuat plastik, dari proses
mixing lalu produksi hingga terakhir yaitu finishing. Tentunya di setiap
proses memiliki peralatan serta tenaga kerjanya sendiri untuk
beroperasi. Dimana saat terdapat alat serta manusia yang
menjalakannya maka disitu memiliki suatu potensi bahaya. Potensi
bahaya tersebut tentunya harus dapat dikendalikan agar tidak
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu,
perlu dilaksanakan observasi kunjungan mengenai penilaian risiko
keselamatan dan Kesehatan kerja di PT. Asia Cakra Ceria Plastik agar
dapat diketahui seberapa besar tingkat risiko dan rekomendasi
pengendaliannya bagi PT. Asia Cakra Ceria Plastik itu sendiri.

2
B. Tujuan

Berkaitan dengan pemaparan di atas, maka tujuan dari penelitian ini


antara lain :

1. Untuk mengetahui Potensi bahaya dan risiko yang terdapat di


PT. Asia Cakra Ceria Plastik dari proses produksi hingga
pengemasan.
2. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi bahaya dan penilaian
risiko di PT. Asia Cakra Ceria Plastik
3. Untuk mengetahui bagaimana dalam menentukan upaya
pengendalian bahaya dan risiko di area kerja PT. Asia Cakra
Ceria Plastik

C. Manfaat

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberi


manfaat bersama, antara lain :

1. Bagi Praktikan
a. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam identifikasi
bahaya dan penilaian risiko di tempat kerja yang
diobservasi langsung sehingga dapat merencanakan
tindakan pengendalian secara praktis untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
b. Dapat menerapkan ilmu keselamatan kerja yang diperoleh
selama pelajaran kuliah dalam praktik pada kondisi
sebenarnya.

2. Bagi Program Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


a. Mampu memperkenalkan kepada mahasiswa bagaimana
cara mengidentifikasi suatu bahaya serta upaya
pengendalian risikonya, sehingga mahasiswa dapat
memahami serta mengerti tujuan dari diadakannya
praktikum.

3
b. Menambah wacana dan referensi bagi program studi D4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sekolah Vokasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam meningkatkan
kualitas mahasiswanya sehingga dapat menjadi mahasiswa
yang bermutu dan mampu bersaing di dunia kerja.

3. Bagi Industri PT. Asia Cakra Ceria Plastik


a. Dapat mengantisipasi dan mengendalikan kemungkinan
bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


a. Pengertian Umum

Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut filosofi adalah


suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya
dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur.

Menurut keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.

Selain itu menurut OHSAS 18001:2007 Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga
kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan
tamu) di tempat kerja.

Yang dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan


Kerja merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja
serta orang yang berada di Kawasan tempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat serta kegiatan pekerjaan pun dapat
dijalankan secara kondusif dan tetap produktif.

5
b. Tempat Kerja

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja dalam pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dari
tempat kerja itu sendiri adalah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dimana terdapat sumber atau sumbersumber bahaya,
termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman
dan 6 sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Oleh karena itu pada tiap tempat kerja yang terdapat sumber
bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di
darat, di tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara
yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Tempat kerja sangat mendukung adanya suatu pekerjaan, tempat
kerja yang buruk dapat menurunkan derajat kesehatan dan juga
daya kerja para pekerja. Menurut Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pengurus perusahaan
mempunyai kewajiban untuk menyediakan tempat kerja yang
memenuhi syarat keselamatan dan Kesehatan

6
c. Bahaya (Hazard)

Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan yang memiliki


potensi untuk membahayakan dalam hal kecelekaan atau penyakit
pada dan atau keduannya (OHSAS 18001, 2007).

DIS/ISO 45001 mendefinisikan bahaya sebagai suatu sumber


atau situasi yang berpotensi untuk menyebabkan cedera dan sakit
(klausul 3.19). Dengan kata lain, sifat/ciri /karakteristik dari
proses produksi yang memiliki kemampuan untuk
membahayakan individu? misalnya penggunaan bahan kimia
berbahaya dalam proses produksi, atau mesin yang memiliki titik
pinch yang perlu dijaga untuk melindungi orang-orang yang
menggunakannya. Bisa juga berupa posisi bekerja dalam kantor
yang membutuhkan tindakan tertentu yang dari waktu ke waktu
dapat menyebabkan cedera regangan berulang. Definisi bahaya
pada DIS/ISO 45001 tidak berubah secara signifikan
dibandingkan dengan standar OHSAS 18001: 2007, sehingga
bagi perusahaan yang sudah menerapkan sistem manajemen K3
OHSAS 18001 tidak perlu ada perubahan definisi bahaya
(hazard).

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan


yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada
manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Karena hadirnya
bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya
tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan (Soehatman
Ramli, 2010 ).

7
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan
pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut
disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan
kecelakaan (Suma’mur, 1996)

Bahaya merupakan kondisi yang memiliki potensi terjadinya


kecelakaan dan kerusakan, bahaya melibatkan risiko atau
kesempatan yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak
diekatahui. (Ashfal 1999, dalam Alfatiyah, 2017).

Dari beberapa penjelasan terkait pengertian bahaya dari


beberapa ahli maupun dari standar yang ada di atas, secara garis
besar bahaya merupakan suatu kegiatan, kondisi, proses,
material, alat, ataupun segala sesuatu yang berada di tempat kerja
ataupun yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan ataupun berpotensi menjadi sumber suatu
kecelakaan/cidera/penyakit/ bahkan kematian sekalipun.

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan


kerugian, baik kerugian langsung maupun kerugian tidak
langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dicegah dengan cara dideteksi
sumbersumber bahaya yang mengakibatkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja tersebut (Syukri Sahab, 1997).

Sumber-sumber yang dapat menjadi bahaya, di antaranya :


1. Manusia
Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan
utama sebagian besar kecelakaan, kerugian, dan
kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah,
kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang

8
pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian
(Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995).

2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam suatu proses
dapat menimbulkan bahaya jika tidak digunakan sesuai
dengan fungsi, tidak ada pelatihan penggunaan alat
tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan
pengaman serta tidak ada parawatan dan pemeriksaan.
Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian dari
mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini
mungkin (Syukri Sahab, 1997).

Bahaya yang mungkin dapat timbul antara lain :


a) Kebakaran
b) Ledakan
c) Sengatan listrik (kesetrum)
d) Luka atau cidera

3. Bahan
Menurut Syukri Sahab (1997), bahaya dari bahan
meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat bahan, antara
lain :
a) Mudah terbakar
b) Mudah meledak
c) Menimbulkan elergi
d) Menyebabkan kanker
e) Bersifat racun
f) Radioaktif
g) Mengakibatkan kelainan pada janin

9
h) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan
tubuh

4. Proses
Dalam proses kadang menimbulkan asap, debu,
panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit,
terpotong, atau tertimpa bahan. Hal ini dapat
mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Tingkat bahaya dari proses ini tergantung pada teknologi
yang digunakanm(Syukri Sahab, 1997).

5. Cara atau Sikap Kerja


Cara kerja berpotensi terhadap terjadinya bahaya
atau kecelakaan berupa tindakan tidak aman, misalnya :
a) Posisi tidak sesuai
b) Cara mengangkat yang salah
c) Lingkungan Kerja

Selain itu menurut Permenaker Nomor 5 Tahun


2018 menyebutkan bahwa faktor-faktor bahaya dibagi
menjadi 5 bagian

a) Faktor fisika : Penerangan, suhu, udara,


kelembapan, cepat rambat udara, kebisingan, radiasi,
vibrasi mekanis,
b) Faktor kimia : Gas, uap, debu, kabur, asap,
cairan, partikulat
c) Faktor biologi : Hewan, tumbuhan, virus,
bakteri, jamur
d) Faktor Ergonomi : Sikap, posisi, dan cara bekerja

10
e) Faktor psikologi : Hubungan antar pekerja
atauapun pekerja dengan atasan, pemeliharaan kerja,
susunan kerja.

d. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya adalah proses untuk mengetahui adanya


bahaya dan menentukan karakteristiknya (Operasional Procedure
No.31519).

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat


dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang
berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka,
2008).

Berdasarkan Ahmad, Asmalia Che, et al. (2016) bahaya dapat


didefinisikan sebagai segala hal (kondisi, situasim pelaksanaan
dan tingkah laku) yang berpotensi mengakibatkan bahaya yang
didalamnya meliputi kecelakaan, penyakit, kematian,
mencemaran lingkungan dan kerusakan fasilitas dari perusahaan.

Dari beberapa referensi baik dari standar yang ada maupun


pendapat dari para ahli mengenai identifikasi bahaya. Saya dapat
menarik suatu kesimpulan bahwa, Identifikasi Bahaya adalah
usaha-usaha mengenal dan mengetahui adanya bahaya pada suatu
sistem (peralatan, unit kerja, prosedur) serta menganalisa
bagaimana terjadinya.

11
Menurut Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Malaysia (2008) pada tahap pertama ini dilakukan dengan tujuan
mengetahui segala potensi bahaya baik bahaya yang berasal dari
bahan, peralatan maupun dari sistem kerja. Adapun 5 (lima)
faktor sumber bahaya yang termasuk didalamnya yakni man,
methode, material, machine dan enviroment.

e. Penilaian Risiko

Risiko (Risk) adalah menyatakan kemungkinan terjadinya


kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus
operasi tertentu (Tarwaka, 2008).

ISO/DIS 45001 mendefinisikan Risiko sebagai suatu


kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang
berhubungan dengan cidera parah atau sakit akibat kerja atau
terpaparnya seseorang/alat pada suatu bahaya (klausul 3.21).

Tahap berikutnya setelah mengetahui adanya sumber-sumber


bahaya pada lingkungan pekerjaan, dilakukanlah penilaian risiko.
Penilaian risiko merupakan metode sistematis dalam melihat
aktivitas kerja, memikirkan apa yang dapat menjadi buruk, dan
memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah terjadinya
kerugian, kerusakan, atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini
harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk
menghilangkan, mengurangi, atau meminimalkan risiko.

Untuk mengetahui tingkat besaran atau keparahan, kejadian


terjadinya risiko dan deteksi terhadap kelangsungan proyek yang
terjadi. Data yang didapat dari survey kuisioner dan survey
wawancara dianalisis untuk mendapatkan hasil yang mewakili

12
dari beberapa responden. Langkah yang dilakukan adalah
melakukan analisa dari hasil kuisioner berdasarkan ukuran
kualitatif dari likelihood dan ukuran kualitatif dari
consequences/impact.

Tabel Ukuran Kualitatif dari Likelihood

Level Deskripsi Uraian


1 Rare Hampir tidak pernah
atau sangat jarang terjadi
2 Unlikely Jarang
3 Possible Dapat terjadi sekali-kali
4 Likely Sering
5 Almost certain Dapat terjadi setiap saat

Sumber : Risk Management Standard AS/NZ 4360:1999

Tabel Ukuran Kualitatif dari Consequence/Impact

Level Deskripsi Uraian


1 Insignificant Tidak terjadi cidera,
kerugian finansial
sedikit
2 Minor Cidera ringan,
kerugian finansial
sedang
3 Moderate Cidera sedang, perlu
penanganan medis,

13
kerugian finansial
besar

4 Major Cidera berat >1 orang,


kerugian besar,
gangguan produksi
5 Catastrophic Fatal >1 orang,
kerugian sangat besar
dan dampak sangat
luas,terhentinya
seluruh kegiatan

Sumber : Risk Management Standard AS/NZ 4360:1999

Tabel Matriks Analisa Risiko Secara Kualitatif

Consequence

Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic


Likelihood
1 2 3 4 5

Almost H H E E E
Certain (5)
Likely (4) M H H E E

Possible L M H E E
(3)
Unlikely L L M H E
(2)
Rare (1) L L M H H

Sumber : Risk Management Standard AZ/NZ 4360:1999

14
Keterangan :

E = Extreme Risk meliputi peluang kejadian yang terjadi dan


mengalami kerugian materi cukup besar, besar, serta sangat besar
dan berakibat korban mengalami cacat ataupun kematian.

H = High Risk meliputi peluang kejadian yang terjadi dan


mengalami kerugian materi besar dan berakibat korban
mengalami cidera ringan hingga cacat.

M = Moderate Risk meliputi peluang kejadian cenderung untuk


terjadi, mungkin terjadi, kecil kemungkinan hingga jarang terjadi
dan berakibat tidak ada cidera, cidera ringan dan kehilangan hari
kerja serta kerugian materi kecil.

L = Low Risk meliputi peluang kejadian mungkin dapat terjadi,


kecil kemungkinan hingga jarang terjadi dan berakibat tidak ada
cidera dan cidera ringan serta kerugian materi kecil.

f. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak


dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti
maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja
industri atau yang berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2008).
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan
tidak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa
itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan tidak
disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang paling
ringan sampai yang paling berat (Suma’mur, 1996).

15
Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai
“kejadian yang tidak dapat diduga”. Sebenarnya setiap
kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga dari semula
jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh
karena itu, kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur
peralatan serta perlengkapan produksi sesuai dengan standar
kewajiban oleh UU ini (Bennet, Silalahi N.B 1984).

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu


tindakan manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan
lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Dari data
kecelakaan didapatkan bahwa 85% sabab kecelakaan adalah
faktor manusia. Oleh karena itu sumber daya manusia dalam hal
ini memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan
dan kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan
dirinya dalam keadaan yang aman akan sangat membantu dalam
memperkecil angka kecelakaan kerja (Suma’mur,1996).

1) Teori Domino

Teori Heinrich atau teori domino pertama ditemukan


oleh H.W Heinrich tahun 1929 ditulis bahwa metode yang
paling bernilai dalam pencegahan kecelakaan adalah analog
dengan metode yang dibutuhkan untuk pengendalian mutu,
biaya, dan kualitas produksi. (Santoso, 2004).

Dalam Teori Domino menurut Heinrich pada tahun 1929


terdapat lima faktor kecelakaan, yaitu :
a) Hereditas / ancestry and social environment Hereditas
mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan

16
yang kurang atau mencakup sifat seseorang, seperti
keras kepala.
b) Kesalahan manusia / fault of person Kelalaian manusia
meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah yang
berkaitan dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak
sesuai, dan lain-lain.
c) Sikap dan kondisi tidak aman / unsafe act or condition
Sikap/ tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak
mematuhi prosedur kerja, tidak menggunakan alat
pelindung diri (APD), tidak mematuhi rambu-rambu di
tempat kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya
sebelum memulai 15 pekerjaan dengan risiko tinggi, dan
sebagainya. Sedangkan, kondisi tidak aman, meliputi
pencahayaan yang kurang, alat kerja kurang layak pakai,
tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau tidak
tersedianya APD yang lengkap.
d) Kecelakaan / accident Kecelakaan kerja, seperti
terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat kerja
terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya.
e) Dampak kerugian / injury

Kelima faktor kecelakaan ini tersusun layaknya kartu


domino yang diberdirikan. Hal ini berarti, jika satu kartu
jatuh, maka akan menimpa kartu lainnya. Setiap kejadian
kecelakaan ada hubungan mata rantai sebab – akibat

17
Kemudian dikembangkan oleh Bird pada tahun 1974
terdapat lima faktor kecelakaan, berikut urutannya :

a) Lack of control (management)


b) Basic cause (origins)
1. Faktor Pribadi
2. Faktor pekerjaan
c) Immediate cause (symptoms)
1. Unsafe act
2. Unsafe condition
d) Incident
e) Loss

18
g. Pengendalian

Pengendalian risiko adalah suatu upaya kontrol terhadap


potensi risiko bahaya yang ada sehingga bahaya itu dapat
ditiadakan atau dikurangi sampai batas yang dapat diterima.

Dalam Permenaker RI. No.05/MEN/1996, diterangkan bahwa


perusahaan harus merencanakan manejemen dan pengendalian
kegiatan-kegiatan produk barang dan jasa yang dapat
mrnimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat
dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan
kebijaksanaan standar bagi tempat kerja, perencanaan pabrik dan
bahan, prosedur dan intruksi kerja untuk mengatur dan
mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa.

Pengendalian resiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki


Pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengendalian resiko
adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian
resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan
secara berurutan (Tarwaka, 2008).

19
1. Eliminasi (Elimination)

Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya


menghilangkan bahaya. Eliminasi merupakan langkah ideal
yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan utama
dalam melakukan pengendalian risiko bahaya. Hal ini
berarti eliminasi dilakukan dengan upaya mengentikan
peralatan atau sumber yang dapat menimblkan bahaya

2. Substitusi (Substitution)

Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang


berbahaya dengan bahan yang lebih aman. Prinsip
pengendalian ini adalah menggantikan sumber risiko
dengan sarana atau peralatan lain yang lebih aman atau
lebih rendah tingkat resikonya.

3. Rekayasa Teknik (Engineering Control) Rekayasa /


Engineering

Merupakan upaya menurunkan tingkat risiko dengan


mengubah desain tempat kerja, mesin, peralatan atau proses
kerja menjadi lebih aman. Ciri khas dalam tahap ini adalah
melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana
membuat lokasi kerja yang memodifikasi peralatan,
melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan
mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan
berbahaya.

20
4. Administrative Control

Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada


interaksi pekerja, seperti rotasi kerja, pelatihan,
pengembangan standar kerja (SOP), shift kerja, dan
housekeeping.

5. Alat Pelindung Diri

Pengendalian bahaya yang dilakukan untuk melindungi


diri dari bahaya di lingkungankerja serta zat pencemar, agar
tetap selalu aman dan sehat. Berdasarkan Permenakertrans
No. PER 08 MEN VII 2010 pasal 1 bahwa Alat Pelindung
Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari
potensi bahaya di tempat kerja.

2. Industri
a. Pengertian
Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang mana
hal ini mengolah bahan mentah, bahan baku, serta barang yang
masih setengah jadi, maupun barang jadi menjadi barang yang
mempunyai nilai tinggi bagi penggunaannya, dan termasuk
dalam kegiatan rancang bangun serta perekayasaan industri (UU
No. 5 Tahun 1984).

Sekelompok perusahaan yang menghasilkan suatu produk


yang dapat menggantikan satu sama lain (Teguh S. Pamudi)

21
Industri yaitu termasuk dalam suatu bentuk usaha guna
memproduksi suatu barang jadi yang melalui proses produksi
penggarapan dalam jumlah yang besar sampai barang produksi
itu bisa didapatkan dengan harga yang rendah tetpi dengan mutu
yang setinggi-tingginya (I Made Sandi).

Badan Pusat Statistika menjelaskan bahwa Industri yaitu


sebuah kesatuan unit usaha yang mana hal ini menjalankan
sebuah aktivitas ekonomi yang tujuannya agar dapat
menghasilkan barang atau jasa yang berdomisili untuk suatu
tempat maupun lokasi tertentu serta mempumyai catatan
administrasi masing-masing.

Industri yaitu segala kegiatan manusia pada bidang


ekonomi produktif atau memproduksi barang dan uang
(George T. Renner)

b. Perkembangan

Untuk pertama kalinya pada tahun 1876 kawasan


industri dikembangkan di Inggris yaitu Trafford Park Estates,
dengan luas sekitar 500 Ha yang merupakan kawasan industri
terluas sampai pada tahun 1950-an. Pada awal abad 20, kawasan
industri di Amerika Serikat dikembangkan di kota Chicago.
Selanjutnya pada tahun 1960-an di Amerika Serikat telah
berkembang kawasan industri yang dikenal dengan Science
Park atau Technology Park yaitu kawasan industri untuk tujuan
penelitian dan pengembangan. Pada tahun 1970- an, konsep
Business Park dikembangkan dimana dalam suatu kawasan
tertampung berbagai kegiatan seperti perkantoran dan industri
yang ditunjang oleh kegiatan perdagangan dan rekreasi.

22
Kemudian baru pada tahun 1980-an kawasan perumahan juga
dimasukan dalam kawasan Business Park.

Sedangkan di Indonesia, kawasan industri baru


dikembangkan pada awal tahun 1970-an sebagai suatu usaha
untuk memenuhi kegiatan penanaman modal baik dari dalam
maupun dari luar negeri. Pada awalnya Pemerintah
mengembangkan kawasan industri melalui Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).1 Pada tahun 1973 pemerintah memulai
pembangunan kawasan industri yang pertama yaitu Jakarta
Industrial Estate Pulo Gadung (JIEP) dan kemudian disusul oleh
Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) pada tahun 1974.

c. Standar Teknis Kawasan Industri

Dalam merencanakan suatu kawasan industri, pemerintah


melalui Menteri Perindustrian telah menentukan Standar Teknis
Kawasan Industri yaitu melalui Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor: 291/M/SK/10/1989 tanggal 28 Oktober
1989. Secara garis besar standar teknis mencakup beberapa hal
yaitu:

1. Komposisi penggunaan lahan


a. Kapling industri : Maximum 70%
b. Ruang terbuka hijau termasuk daerah penyangga:
Minimum 10%
c. Prasarana dan sarana: Luas tanah sisa (20%)

2. Prasarana
a. Jaringan jalan lingkungan: satu jalur dengan dua arah,
lebar perkerasan minimum 8 meter atau dua jalur

23
dengan dua arah, lebar perkerasan minimal 2 x 7
meter.
b. Saluran pembuangan air hujan (drainase)
c. Instalasi penyediaan air bersih bersumber dari PAM
dan/atau diusahakan sendiri.
d. Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga
listrik dengan sumber PLN dan/atau diusahakan
sendiri
e. Jaringan telekomunikasi
f. Instalasi pengelolaan air limbah industri
g. Penerangan jalan
h. Unit perkantoran perusahaan kawasan industri
i. Unit pemadam kebakaran Diluar prasarana yang
diwajibkan, dapat pula menyediakan prasarana
seperti TPS limbah padat dan pagar kawasan industri.

3. Sarana
Sarana yang dapat disediakan yaitu: kantin, poliklinik,
tempat ibadah, rumah penginapan sementara, fitness
center, halte, pos keamanan, perkantoran untuk bank,
pos dan wartel.

d. Jenis-Jenis Industri

1. Industri secara umum terbagi menjadi tiga bagian, sebagai


berikut.

a) Industri ekstraktif, yaitu perusahaan-perusahaan yang


memanfaatkan bahan baku dari alam sekitar secara
lngsung. Seperti perkebunan, perikanan, peternakan,
pertambangan dll.

24
b) Industri nonekstraktif, yaitu perusahaan atau industri yang
memanfaatkan bahan bakunya selain dari alam.
c) Industri fasilitatif, yaitu produk berupa jasa yang dijual
kepada konsumen. Sebagai contoh seperti eskpedisi,
perbankan, asuransi dan tranportasi.

2. Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

a) Industri besar, yaitu industri yang memiliki tenaga kerja


atau mempekerjakan lebih dari 100 orang.
b) Industri sedang, yaitu industri yang memiliki tenaga kerja
atau meperkerjakan antara 20 sampai 99 orang.
c) Industri kecil, yaitu industri yang mempekerjakan antara 5
sampai dengan 19 orang.
d) Industri rumah tangga, yaitu industri yang mempekerjakan
ekerja antara 1 sampai 4 orang.

3. Berdasarkan Daya Tampung Tenaga Kerja

a) Industri padat karya, yaitu suatu industri dalam suatu


kegiatannya membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah
yang banyak.
b) Industri padat modal, yaitu industri yang dalam kinerjanya
lebih banyak menggunakan modal-modal, baik itu berupa
mesin-mesin atau pun uang.

4. Berdasarkan Departemen Perindustrian

a) Kelompok industri logam dan mesin.


b) Kelompok industri kimia dasar.
c) Kelompok aneka industri.

25
d) Kelompok industri kecil.

5. Berdasarkan Produktivitas Perorangan

a) Industri premier, artinya industri yang menghasilkan


barang tanpa pengolahan lebih lanjut. Sebagai contohnya
adalah anyaman atau kerajinan dan pengilingan ikan.
b) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan
barang, dan barang tersebut diperlukan pengolahan lebih
lanjut. sebagai contoh industri elektonika dan pemintalan
benang.
c) Industri tersier, industri dikatakan tersier jika bergerak
dalam bidang jasa, seperti jasa perjalanan travel atau
pariwisata, hotel dan lain sebaganya.

6. Berdasarkan Tahapan Produksi

a) Industri hulu, jenis industri dalam tahap produksinya


mengolah bahan mentah menjadi bahan yang setengah
jadi.
b) Industri hilir, yaitu industri yang melanjutkan pengolahan
dari ndustri hulu. Jika industri hulu mengolah barang
mentah menjadi barang setengah jadi, maka industri hili
mengolah barang setengah jadi mmenjadi barang yang
sudah jadi atau siap digunakan.

7. Berdasarkan Hasil Produksi

a) Industri berat, yaitu perusahaan atau industri yang


menghasilkan barang atau produk-produk berat,
semisal mesin.

26
b) Industri ringan, artinya menghasilkan barang atau produk
yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat.

8. Berdasarkan Asal Modal

a) Industri nasional, industri yang penanaman modalnya


bersumber dari dalam negeri, tidak ada sedikitpun ivestor
asing.
b) Industri swasta nasional, dmana modal semuanya dari
pengusaha dalam negeri.
c) Industri asing, dimana semua modal berasal dari
pengusaha asing, akan tetapi tetap berdasarkan aturan
pemerintahan yang berlaku.
d) Industri bersama, dimana modal yang dialirkan beral dari
pengusaha dalam negeri atau pemerintah dengan modal
dari pengusaha asing atau pemerintah asing.

3. Plastik
a. Pengertian

Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat


unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri dari
unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis
disebut homopolimer, dan jika monomernya berbeda akan
menghasilkan kopolimer. Polimer alam yang telah kita kenal
antara lain : selulosa, protein, karet alam dan sejenisnya.
Pada mulanya manusia menggunakan polimer alam hanya
untuk membuat perkakas dan senjata, tetapi keadaan ini hanya
bertahan hingga akhir abad 19 dan selanjutnya manusia mulai
memodifikasi polimer menjadi plastik. Plastik yang pertama kali
dibuat secara komersial adalah nitroselulosa.

27
Material plastik telah berkembang pesat dan sekarang
mempunyai peranan yang sangat penting dibidang elektronika,
pertanian, tekstil, transportasi, furniture, konstruksi, kemasan
kosmetik, mainan anak – anak dan produk – produk industri
lainnya. Secara garis besar, plastik dapat dikelompokkan menjadi
dua golongan, yaitu, plastik thermoplast dan plastik thermoset.
Plastik thermoplast adalah plastik yang dapat dicetak berulang-
ulang dengan adanya panas. Sedangkan palstik thermoset adalah
plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak dapat
dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan
tiga dimensi

b. Jenis-jenis
1. PET — Polyethylene Terephthalate
a) Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis
(sekitar 60 %), dalam pertekstilan PET biasa disebut
dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 %).
Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA
SEKALI PAKAI.
b) Titik lelehnya 85ºC
c) Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang
disebut dengan antimoni trioksida, yang berbahaya bagi
para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan
ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk
ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat
menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut.
d) Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama
akan mengalami: iritasi kulit dan saluran pernafasan.
e) Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah
menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak

28
mereka kemungkinan besar akan mengalami
pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.

2. HDPE — High Density Polyethylene


a) HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman
untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah
reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE
dengan makanan/minuman yang dikemasnya.
b) HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram
dan lebih tahan terhadap suhu tinggi jika dibandingkan
dengan plastik dengan kode PET.

c) Ada baiknya tidak menggunakan wadah plastik dengan


bahan HDPE terus menerus karena walaupun cukup aman
tetapi wadah plastik berbahan HDPE akan melepaskan
senyawa antimoni trioksida secara terus menerus.

3. V — Polyvinyl Chloride
a) Bahan ini lebih tahan terhadap bahan senyawa kimia,
minyak, dll.
b) PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan
makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini
saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut, tititk
lelehnya 70 – 140ºC
c) Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada
plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan
berminyak bila dipanaskan.
d) Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang
dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk
ginjal, hati dan penurunan berat badan.

29
e) Jika jenis plastik PVC ini dibakar dapat mengeluarkan
racun.
f) Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan
atau kemasan minuman, seperti bahan alami (daun pisang
misalnya).

4. LDPE — Low Density Polyethylene


a) Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak
tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak.
Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap
senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong
baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain
seperti oksigen.
b) Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang
yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki
resistensi yang baik terhadap reaksi kimia.
c) Biasanya plastik jenis ini digunakan untuk tempat
makanan, plastik kemasan, botol yang lunak.
d) Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap
baik untuk tempat makanan atau minuman karena sulit
bereaksi secara kimiawi dengan makanan atau minuman
yang dikemas dengan bahan ini.

5. PP — Polypropylene
a) Karakteristik PP adalah botol transparan yang tidak jernih
atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan
daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik
terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup
mengkilap

30
b) Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang
berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai
makanan dan minuman.
c) Titik lelehnya 165ºC

6. PS — Polystyrene
a) Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat
mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika
makanan tersebut bersentuhan.
b) Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk
kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada
wanita yang berakibat pada masalah reproduksi,
pertumbuhan dan sistem syaraf, juga bahan ini sulit didaur
ulang. Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses
yang sangat panjang dan lama.
c) Jika tidak tertera kode angka dibawah kemasan plastik,
maka bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara
terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan
ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan
meninggalkan jelaga.
d) Titik leleh pada 95ºC

7. OTHER
a) Bahan dengan tulisan Other berarti dapat berbahan SAN -
styrene acrylonitrile, ABS – acrylonitrile butadiene
styrene, PC – polycarbonate, Nylon.
b) PC – polycarbonate, dapat mengeluarkan bahan utamanya
yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang
berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada
ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah
fungsi imunitas.

31
c) Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat
makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat
berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya
dinaikkan karena pemanasan. Padahal biasanya botol susu
dipanaskan dengan cara direbus atau dengan microwave
untuk tujuan sterilisasi atau dituangi air mendidih atau air
panas.
d) SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap
reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat
kekerasan yang telah ditingkatkan.
e) SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang
sangat baik untuk digunakan.

32
B. Perundang-undangan

Dasar hukum atau regulasi yang berkaitan dengan Keselamatan dan


Kesehatan kerja diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970


b. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 86
c. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 87 ayat 1
d. Permenaker No. 5 Tahun 1996
e. Permenaker No.4 Tahun 1987

33
BAB III

HASIL

A. Pelaksanaan

Kunjungan ini dilaksanakan pada PT. Asia Cakra Ceria Plastik


yang beralamat di Jalan Letjen Sutoyo No. 60, Ngadisono, RT. 01, RW.
06, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah 57136. Pelaksanaan
kunjungan dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2022.

B. Deskripsi Perusahaan

Pada era saat ini, perkembangan dari teknologi maupun ilmu


pengetahuan sangatlah pesat. Hal itu mendorong kemajuan dalam
pembangunan di Indonesia. Dalam perkembangan dan pembangunan
saat ini tentu sangat diperlukan SDM yang mampu menjalankan dan
mengendalikannya agar dapat berhasil dan bermanfaat. Jika teknologi
yang digunakan semakin tinggi dan juga canggih, maka pengetahuan
serta kemampuan yang harus dimiliki seorang tenaga kerja dalam
pengoperasiannya dan juga perawatannya juga semakin tinggi. Selain
dari semakin tingginya teknologi yang digunakan memengaruhi tenaga
kerja, hal itu juga berdampak pada bahaya yang dapat ditimbulkan dari
teknologi tersebut. Sehingga diperlukan pengendalian dan juga standar
yang tepat agar tidak menimbulkan dampak negatif baik bagi para
pekerja maupun masyarakat di sekitar industri.

Apalagi dalam industri padat karya, dimana banyak sekali


tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi kebutuhan yang
diperlukan masyarakat. Salah satunya adalah plastik, dimana saat kita
membawa barang, berbelanja, kemasan dari suatu produk atau hanya
sekedar untuk menaruh barang merupakan kegiatan dimana kita

34
memerlukan sebuah plastik. Walaupun sudah banyak sekali himbauan
mengenai larangan penggunaan plastik sebagai tas belanja, namun
masyarakat masih sulit untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.
Apalagi kita mengetahui bahwa sampah plastik merupakan sampah
yang membutuhkan waktu sangat lama untuk terurai, sehingga sampah
plastik dapat menjadi pencemaran bagi lingkungan sekitar.

PT. Asia Cakra Ceria Plastik adalah sebuah perusahaan yang


bergerak di bidang industri barang dari plastik untuk pengemasan dan
perdagnagan eceran pembungkus dari plastik yang didirikan pada
tanggal 9 Februari 1989. Staff yang bekerja pada perusahaan ini
berjumlah lebih dari 50 personil, sebagian mengisi jabatan struktural
dan Sebagian lagi merupakan tenaga professional di bagian produksi
dan telah diseleksi kompetensinya sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Data terakhir yang tercatat, pada bulan September 2022,
jumlah karyawan terdiri dari 1.115 karyawan dengan rincian karyawan
laki-laki berjumlah 506 dan karyawan perempuan berjumlah 609.
Proses produksi dalam PT. Asia Cakra Ceria Plastik terdiri dari
bagian pencampuran antara bahan baku dengan komponen lain disebut
dengan proses mixing, dari proses tersebut dilanjutkan ke bagian HD.
Untuk pembuatan plastik sesuai ukuran akan dikerjakan pada bagian
HD. Pada bagian Hd juga akan dihasilkan gulungan-gulungan rol
plastik. Gulungan rol plastik tadi akan dibawa ke bagian cutting and
finishing, dimana pada bagian ini rol plastik akan dipotong dan juga
diberi press. Dari bagian cutting and finishing plastik yang sudah jadi
selanjutnya akan dibawa ke bagian plong. Disini plastik akan diberi
pegangan, setelah diberikan pegangan akan dibawa langsung menuju
bagian pengemasan dan terakhir disimpan di gudang barang jadi namun
dipisah menjadi 2 bagian yaitu untuk barang jadi ekspor dan barang jadi
lokal.

35
C. Observasi
Observasi yang kami lakukan bertujuan untuk mengamati kinerja k3
serta potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di PT. ACC Plastik. Selain itu untuk melengkapi terkait
penelitian yang kami lakukan. Adapun yang kami observasi yaitu :
- Potensi bahaya baik itu dari proses produksi, peralatan yang
digunakan, ataupun lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja.
- Proses produksi untuk mengetahui peralatan serta bahan yang
digunakan.
- Proses kerja yang dilakukan pekerja untuk mengetahui
bagaimana peralatan yang digunakan bekerja dan berfungsi
untuk apa.
- Standar ataupun peraturan yang berlaku di tempat kerja

36
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Standar atau regulasi yang berlaku


a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970
• Keselamatan kerja
• Syarat-syarat keselamatan kerja
b. Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1980
• Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR
c. Permen Tenaga Kerja RI No. 4 Tahun 1987
• Panitia pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
• Tata cara penunjukkan ahli keselamatan kerja
d. Permen Tenaga Kerja No. 2 Tahun 1992
• Tata cara penunjukkan, kewajiban, dan wewenang ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
e. Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003
• Ketenagakerjaan
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 15 Tahun
2008
• Pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja
g. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
• Kesehatan
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 Tahun 2010
• Alat pelindung diri (APD)
i. Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012
• Penerapan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
j. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 8 Tahun 2020
• Keselamatan dan Kesehatan Kerja pesawat angkat dan
angkut
k. SNI-0225 : 2020 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (Puil 2020)

37
• Persyaratan umun instalasi listrik

B. Identifikasi Syarat Keselamatan Kerja

Identifikasi syarat keselamatan kerja yang mengacu pada peraturan


perundang-undangan Nomor 1 tahun 1970 yang harus dilakukan
terhadap proses kerja pencucian motor adalah sebagai berikut :

1. PASAL 3 AYAT 1
a) Poin a : mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b) Poin b : mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c) Poin e : memberi pertolongan pada kecelakaan;
d) Poin f : memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
e) Poin g : mencegah dan mengendalikan timbul atau
menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran;
f) Poin h : mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi
dan penularan;
g) Poin j : menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
h) Poin k : menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
i) Poin l : memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
j) Poin m : memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
k) Poin r : menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.

38
2. PASAL 9
a) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang :
1. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat
timbul dalam tempat kerjanya;
2. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerjanya;
3. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan;
4. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
b) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang
bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut
telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
c) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi
semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam
pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
d) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan
tempat kerja yang dijalankannya.

3. PASAL 13
Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan
mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan.

39
4. PASAL 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan, sehelai Undangundang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang 29
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempattempat yang mudah dilihat
dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Keselamatan Kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri
yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.

40
C. Proses Produksi

Bahan Baku Gudang


Import Barang Jadi
Gudang Cut & Seal
Mixing Produksi Gudang Roll
Bahan Baku (Finishing)
Bahan Baku Gudang Sub
Lokal Order (SO)
Roll Plastik

AFAL

Ballingpress

Biji Peled Recycle

1. Dari gudang, bahan baku lokal dan bahan baku impor dibawa
menuju bagian produksi
2. Di bagian produksi akan langsung masuk ke mesin mixing
atau pencampuran antara bahan baku dengan komponen
pelengkap lain.
3. Bahan baku dan komponen akan tercampur dalam bentuk
lelehan.
4. Lelehan tadi akan menuju mesin cetak dan mesin akan
mencetak plastik sesuai ukuran pesanan yang telah diinput.
5. Setelah dicetak, plastik masih berupa gulungan rol plastik.
6. Gulungan rol plastik akan dibawa menuju gudang rol, dan
akan diproses menurut urutan pemesanan.
7. Dari gudang rol akan diproses menuju bagian finishing untuk
di cut and seal.
8. Setelah di cut and seal, plastik akan masih menuju bagian
plong untuk diberikan pegangan.
9. Jika sudah diberi pegangan, plastik siap untuk dibawa menuju
bagian pengemasan.

41
10. Untuk bagian pengemasan dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu
pengemasan untuk barang ekspor dan barang lokal.
11. Setelah dikemas, plastik akan disimpan di gudang
penyimpanan barang jadi untuk menunggu pengiriman.

Sisa-sisa plastik dari bagian HD dan juga bagian finishing akan diolah
Kembali atau didaur ulang Kembali menjadi bahan baku berupa biji
plastik. Melalui proses yang hampir sama dengan proses produksi
yaitu :

1. Pemotongan bongkahan lelehan plastik menjadi bagian yang


lebih kecil menggunakan mesin gergaji
2. Setelah dipotong menjadi bagian yang lebih kecil, akan
diproses di mesin pemanas untuk dilelehkan Kembali.
3. Setelah menjadi lelehan akan didinginkan dan dipotong-
potong menjadi biji plastik.
4. Setelah menjadi biji plastik akan disimpan ke dalam gudang
bahan baku Kembali.

D. Identifikasi Pengendalian Bahaya dan Risiko

Metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and


Risk Control) adalah serangkaian proses identifikasi bahaya yang
terjadi dalam aktivitas rutin maupun non rutin di perusahaan yang
diharapkan dapat dilakukan usaha untuk pencegahan dan pengurangan
terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan, dan
menghindari serta minimalisir risiko dengan cara yang tepat dengan
menghindari dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja serta
pengendaliannya dalam melakukan proses kegiatan perbaikan dan
perawatan sehingga prosesnya menjadi aman. Identifikasi bahaya serta
penilaian risiko dan pengendaliannya merupakan bagian dari sistem
manajemen risiko yang merupakan dasar dari SMK3 sistem manajemen

42
keselamatan dan kesehatan kerja yang terdiri dari identifikasi bahaya
(hazard identification), penilaian risiko (risk assessment) dan
pengendalian risiko (risk control)

HIRARC menurut OHSAS 18001 adalah merupakan elemen


pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya
di samping itu HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and
Risk Control) juga merupakan bagian dari “Risk Management” yang
harus dilakukan di seluruh aktivitas organisasi untuk menetukan
kegiatan organisasi yang mengandung potensi bahaya dan
menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
(Ramli, 2010). Identifikasi bahaya adalah landasan dari program
pencegahan kecelelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal
bahaya maka tidak dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan
pengendalian risiko tidak dapat dijalankan

Berikut ini merupakan langkah-langka manajemen resiko


dengan menggunakan HIRARC (Suma’mur, 1986):
1. Hazard Identification Proses pemeriksaan tiap – tiap area
kerja dengan tujuan untuk mengidentifikasi semua bahaya
yang melekat pada suatu pekerjaan.
2. Risk Assesment Suatu proses penilaian risiko terhadap
adanya bahaya di tempat kerja.
3. Risk Control Suatu proses yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan semua kemungkinan
bahaya ditempat kerja serta melakukan peninjauan ulang
secara terus menerus untuk memastikan bahwa pekerjaan
mereka telah aman

43
Penilaian potensi bahaya yang diidentifikasi bahaya risiko
melalui analisa dan evaluasi bahaya risiko yang dimaksudkan untuk
menentukan besarnya risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadi dan besar akibat yang ditimbulkan. Dari hasil analisa dapat
diditentukan peringkat nilai risiko sehingga dapat di lakukan penilaian
risiko yang memiliki dampak penting terhadap perusahaan dan risiko
tidak penting.

Hasil analisa risiko dievaluasi dan dibandingkaan dengan


kriteria yang telah ditetapkan atau baku dan norma yang berlaku untuk
menetukan apakah risiko tersebut penting atau tidak penting, jika
penting harus dikelola atau ditangani dengan baik. Kendali (kontrol)
terhadap bahaya di lingkungan kerja adalah tindakan-tindakan yang
diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan
kerja melalui eliminasi, subtitusi engineering control warning system
administrative control dan alat pelindung diri

44
Tanggal : 4 November 2022

Formulir Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko


Departemen : Produksi, Lokasi Pekerjaan : PT. Disiapkan oleh : Diperiksa oleh : Tyas Disetujui oleh :
Finishing, Peled, Gudang, ASIA CAKRA CERIA 9. Virda Ayu Maulidina Putri Lilia Wardani, S.ST.,
dan Ballingpress PLASTIK (V8122097) M.KKK
10. Safira Isnaini (V8122087)
11. Shinta Nur Fitri (V8122090)
12. Aisyah Fajar Imani (V8122102)
13. Ghiezka Dhafa Alifian (V8122110)
14. Iqbal Alfarizi Natadipura
(V8122113)
15. Maheswara Dewa L. A.
(V8122118)
16. Wahyu Tri Suseno (V8122121)

45
No Aktivitas Pekerjaan Bahaya Dampak Penilaian Risiko Skala Pengendalian Risiko K3
Kemungki Keparahan Skor Prioritas
nan
1. Menyambung plastik di Tangan terjepit rol - Luka robek 2 3 6 sedang Administrasi control :
mesin finishing mesin HD dan goresan Pemasangan safety sign bahaya yang
pada kulit dapat ditimbulkan dari mesin
- Tulang bagian
tangan retak Pembuatan Standard Operational
atau patah. Prosedur (SOP) yang aman untuk
- Memar setiap tahapan proses kerja

APD :
Pengadaan metal gloves bagi tenaga
kerja bagian finishing

2. Mengangkut dan Tertimpa tumpukan - Memar 4 3 12 sedang Engineering control :


penyimpanan rol bahan baku, rol - Kuku terlepas Pengadaan rak penyimpanan untuk
rol plastik dan bahan baku agar dapat

46
plastik, bahan baku, plastik ataupun - Tulang bagian tersusun dengan rapi dan tidak
dan plastik jadi. bahan jadi. tangan, kaki, mudah jatuh
atau bahkan
badan dapat
retak atau Administrasi control :
patah Pembuatan safety poster tentang cara
penataan barang yang baik dan benar

Bahaya ergonomi - Low back 3 3 9 sedang Engineering control :


pain Pengadaan lift barang
- Syaraf terjepit
pada bagian Administrasi control :
tubuh tulang Memberikan pelatihan tentang tata
belakang, cara mengangkat barang yang baik
kaki, bahu, dan benar agar tidak menimbulkan
ataupun potensi bahaya
tangan.

47
3. Pemindahan bahan Kaki karyawan - Memar pada 2 3 6 sedang Engineering control :
baku dari gudang terlindas roda bagian yang Pemberian rem pada trolley.
menuju ruang produksi trolley saat terbentur
pemindahan trolley Membuat jalur khusus trolley antara
- Tulang bagian gudang bahan baku dengan bagian
kaki retak produksi.
atau patah
- Keseleo Pemberian alat peringatan untuk
- Cidera ringan memperingatkan trolley akan lewat
kepada orang-orang yang berada di
sekitar .

Administrasi control :
Pemasangan safety sign bahaya pada
jalur yang dilewati trolley.

4. Memotong afal / peled Tangan terkena - Luka robek 3 4 12 sedang Administrasi control :
perongkol mesin gergaji circle pada tangan

48
- Jari tangan Penambahan bantuan tenaga kerja
terpotong untuk mengawasi berjalannya proses
pemotongan

Pembuatan Standard Operational


Prosedur (SOP) yang aman untuk
setiap tahapan proses kerja

APD :
Mewajibkan untuk setiap pekerja
bagian pemotongan afal untuk
menggunakan metal gloves dan face
shield

Kebisingan yang - Gangguan 4 3 12 sedang Engineering control :


ditimbulkan dari pada Memberikan alat peredam bunyi
mesin saat proses pendengaran ataupun penutup pada mesin gergaji
pemotongan

49
untuk mengurangi kebisingan yang
ditimbulkan.

APD :
Mewajibkan pekerja yang berada di
sekitar mesin gergaji menggunakan
earplug untuk mengurangi
kebisingan yang terdengar

Debu yang - Gangguan 4 3 12 sedang Engineering control :


dihasilkan saat pernapasan Pemberian penutup diatas mesin
memotong pemotong agar debu tidak terbang
bongkahan afal kemana-mana.

APD :
Mewajibkan pekerja untuk selalu
menggunakan masker untuk

50
menghindari terhirupnya debu ke
dalam tubuh.

5. Pemotongan pada Tangan terjepit - Luka gores 2 3 6 sedang Engineering control :


proses finishing mesin pemotong - Patah tulang Pengadaan alat bantu untuk
dan mesin plong atau tulang mendorong plastik ke dalam mesin
retak
Administrasi control :
Pemasangan safety poster cara
penggunaan mesin pemotong

Pembuatan Standard Operational


Prosedur (SOP) yang aman untuk
setiap tahapan proses kerja

Tangan terkena - Luka gores 4 2 8 sedang APD :


cutter pada tangan Mewajibkan pekerja untuk
atau jari menggunakan sarung tangan 3M

51
6. Maintenance mesin Tangan terjepit - Patah tulang 2 4 8 sedang Administrasi control :
finishing bagian mesin atau retak Mengadakan pelatihan tentang cara
pada bagian pengecekan mesin sesuai dengan
tangan standar yang berlaku

Pembuatan Standard Operational


Prosedur (SOP) yang aman untuk
pengecekan mesin secara berkala

7. Penarikan atau Terjatuh dari atas - Patah tulang 2 4 8 sedang Adminitrasi control :
penyambungan plastik saat menyambung atau retak Pemberian arahan kepada pekerja
pada mesin plastik di mesin HD pada bagian tiap sebelum memulai shift
tubuh, tangan,
kaki, atau Pembuatan Standard Operational
bahkan Prosedur (SOP) yang aman untuk
kepala. setiap tahapan proses kerja
- Cidera berat
dapat berupa

52
pendarahan
dalam tubuh.
Terkena lelehan - Luka bakar 3 2 6 sedang Administrasi control :
plastik ringan Pemasangan safety sign untuk
ataupun bahaya cipratan
sedang
APD :
Mewajibkan penggunaan sarung
tangan tahan panas bagi pekerja yang
bertugas menyambungkan plastik
pada mesin

Baju atau rambut - Memar saat 2 2 4 rendah APD :


tergulung mesin terbentur Mewajibkan penggunaan penutup
mesin kepala bagi para pekerja yang
mempunyai rambut Panjang
khususnya Wanita

53
Mewajibkan untuk para pekerja
untuk menggunakan pakaian yang
tidak terlalu besar.
8. Maintenance mesin HD Jari atau tangan - Patah tulang 2 3 6 sedang Administrasi control :
terjepit bagian atau retak Mengadakan pelatihan tentang cara
mesin pada bagian pengecekan mesin sesuai dengan
tanganatau standar yang berlaku
jari
- Memar Pembuatan Standard Operational
Prosedur (SOP) yang aman untuk
pengecekan mesin secara berkala

9. Memasang bobbin pada Tertimpa as ujung - Patah tulang 3 3 9 sedang Administrasi control :
mesin besi saat memasang atau retak Penambahan tenaga kerja untuk
tidak diturunkan pada bagian mengawasi proses pemasangan
terlebih dahulu kaki. bobbin
- Memar

54
- Kuku pada APD :
jari kaki Mewajibkan untuk para pekerja
terlepas menggunakan sepatu yang sekiranya
dapat melindungi kaki dari benda
berat.

55
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Dari kunjungan yang telah kami lakukan, dapat kami
simpulkan bahwa kinerja K3 di PT. ACC Plastik masih belum
maksimal. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya banyak potensi
bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Dan hal tersebut, masih kurang dalam penanganannya,
dikarenakan penerapan K3 pada PT. ACC Plastik masih tergolong
baru. Adapun potensi bahaya yang kami temukan rata-rata berasal dari
bagian produksi PT. ACC Plastik.

B. Saran
Saran kami terhadap PT. ACC Plastik agar lebih menjalankan
penerapan K3 yang seharusnya memang diterapkan di perusahaan
tersebut. Contohnya seperti hal yang paling umum yaitu APD. Dan
juga mengadakan training atau seminar kepada para tenaga kerja
terkait K3.

56
DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, S. (2016). Dengan Menggunakan Metode Domino Pada


Pembangunan Proyek Apartemen Grand Taman Melati
Margonda-Depok Using Domino Method of Development
Apartment Project of Grand Taman Melati Margonda-Depok.
Jurusan Teknik Sipil, TUGAS AKHI, 1–7.

Puspitasari, N. (2010). Hazard Identifikasi dan Risk Assesment dalam


Upaya Mengurangi Tingkat Risiko di Bagian Produksi PT. Bina
Guna Kimia Ungaran Semarang. Laporan Khusus. FK, DIII
Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Putri, R. N., & Trifiananto, M. (2019). Analisa Hazard Identification


Risk Assessment and Risk Control (Hirarc) Pada Perguruan
Tinggi Yang Berlokasi Di Pabrik. Seminar Dan Konferensi
Nasional IDEC, 2–3.

Saputra, F., & Djunaidi, Z. (2014). Tempat Pencucian Mobil Indo


Steam Hydraulic Bekasi Tahun 2014.
http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-05/S55594-Feri Saputra

Annisa Nindryawati. 2010. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Resiko


Dalam Proses Penggantian Catalys Di Butane Treater Dalam
Upaya Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Petrochina
International Jabung Ltd. Jambi
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/16007/MzExMDE
=/Identifikasi-bahaya-dan penilaian-resiko-dalam-proses-
penggantian-catalys-di-butane-treater-dalam-
upaya mencegah-terjadinya-kecelakaan-kerja-di-Petrochina-

57
International-Jabung-ltd-Jambi abstrak.pdf, diakses pada 4
November 2022

Pengertian Hazard & Risk dalam DIS/ISO 45001


soindonesiacenter.com/pengertian-hazard-risk-dalam-disiso-
45001/, diakses pada 4 November 2022

Pengertian Industri Menurut Para ahli


https://www.seputarpengetahuan.co.id/2021/09/pengertian-
industri-menurut-para-ahli.html, diakses pada 4 November
2022

58

Anda mungkin juga menyukai