Anda di halaman 1dari 154

i

LAPORAN PRAKTEK HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

PRAKTEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


DI BALAI HIPERKES SURABAYA
DAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN DI PT. MOLINDO RAYA INDUSTRIAL

Oleh :

Kelompok I

PROGRAM STUDI D3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2018

i
ii

PENGESAHAN

Laporan Praktek Hiperkes dan Keselamatan Kerja dengan judul :


Praktek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Balai Hiperkes Surabaya atau
Kunungan Perusahaan di PT. Molilndo Raya Industrial

dengan praktikan :
Kelompok I

Telah disahkan pada tanggal :


…..

Mengetahui,
Kepala Program Studi DIII Hiperkes dan KK Pembimbing Lapangan,
Fakultas Kedokteran UNS

Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes Seviana Rinawati, SKM., M.Si


NIP. 19790115 201012 2 002 NIK. 19840922 201409 01

ii
iii

DAFTAR NAMA KELOMPOK

1. Aisyah Kurnaini R0016002


2. Alrefia Prita Nadya R0016004
3. Andita Muliawati R0016006
4. Annisa Firdaus R0016008
5. Aprilia Kusuma Dewi R0016010
6. Arina Rizka Fadhilah R0016012
7. Aziz Isjati R0016014
8. Destyana Rika Ayuk A R0016016
9. Dian Ramadhani E R0016020
10. Dyah Ajeng Putri A R0016026
11. Eri Januari Kusdani R0016028
12. Fadila Khasanah R0016030
13. Fakhrur Rizky S R0016032
14. Farah Murwitasari R0016034
15. Febby Dwiani Putri R0016036
16. Febri Lutfiana K R0016038
17. Felik Susanto R0016040
18. Fitrina Ayu Permata R0016042
19. Galuh Larasati R0016044
20. Ghea Ardiana S R0016046
21. Imas Nafian R R0016050
22. Karina Rahmawati R0016052
23. Khiki Anggita Dian P R0016054
24. Liska Ardiyanti R0016056
25. M. Najib Anwar R0016058
26. Maya Astri Nur Aini R0016060
27. Mediana Haliza S R0016062

iii
iv

28. Miftaqul Aktsari F R0016064


29. Moh. Angrian S R0016066
30. Nilasari Heryanawati R0016068
31. Nita Ambarsari R0016070
32. Noorrita Rizki R0016072
33. Novita Wahyu K R0016074
34. Nur Azizah Al Husna R0016076
35. Nurhayati R0016078
36. Putri Enggal M R0016080
37. Ratih Kartika Sari R0016082
38. Reggian Galuh Mayvera R0016084
39. Riyadhini Asri P R0016088
40. Rizka Fitri Ardiani R0016090
41. Sita Rahmawati R0016094
42. Ullyn Helvy Pravika R0016096
43. Yeni Wulandari R0016098
44. Zahro Khoirun Nisa’ R0016102
45. Putri Lestari R0015076

iv
v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ...................................................................................... i

DAFTAR ISI……………… ............................................................................ ii

DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK………………......................... iii

DAFTAR TABEL……………… .................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR……………… ............................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN……………… ............................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................


B. Tujuan…………………………………………………………. ...
C. Manfaat…………. .........................................................................
BAB II. HASIL…….. ......................................................................................
A. Kegiatan I ………………………………………………………..
1. Materi I…………………………………………………………
2. Materi II………………………………………………………..
3. Materi III……………………………………………………….
4. Materi V………………………………………………………..
5. Materi VI……………………………………………………….
6. Materi IV…. ...............................................................................
B. Kegiatan II (Praktek/Praktikum) ....................................................
BAB III. PEMBAHASAN……. ......................................................................
BAB IV. PENUTUP……………. ...................................................................
A. Simpulan. …. .................................................................................
B. Saran ....... ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri akan banyak diharapkan
dapat menunjang pengetahuan secara teoritis yang di dapat dari materi
perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber daya
manusia yang siap menghadapi tantangan era globalisasi. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin menuntut
lembaga perguruan tinggi untuk meningkatkan metode pengajaran dan
pendidikanya. Untuk itu, prodi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Universitas Sebelas Maret, sebagai salah satu lembaga akademis yang
berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri agar mampu mengakomodasi
perkembangan yang ada. Salah satunya adalah dengan memasukkan kegiatan
kunjungan ke perusahaan yang wajib diikuti oleh mahasiswa.
Dengan kunjungan ke perusahaan ini, mahasiswa dituntut untuk belajar
dengan melihat secara langsung pekerjaan yang ada di lapangan untuk
memperluas wawasan dan cara berpikirnya. Para mahasiswa tidak hanya
dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas namun juga harus
memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menerapkan ilmu yang dimiliki
tersebut.
PT. Industri Kereta Api (Persero) sebagai industri yang bergerak dibidang
perhubungan darat khususnya perkeretaapian, mempunyai potensi dan faktor
bahaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu PT. Industri Kereta Api (Persero)
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja yang berwawasan lingkungan
kerja yang aman, sehat, efisien dan produktif. Dalam pelaksanaannya sudah
cukup baik, terbukti dengan adanya komitmen pengelolaan keselamatan dan
kesehatan kerja serta lingkungan hidup dan adanya unit pelaksanaannya yaitu
K3LH, tetapi masih perlu peningkatan dalam pelaksanaannya semua program
K3.

1
2

Pada kunjungan ini, mahasiswa diharapkan mengetahui sejauh mana


penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Industri Kereta Api
(Persero), organisasi, kesejahteraan tenaga kerja, proses produksi, sarana
penunjang produksi dan upaya perusahaan dalam menjaga kualitas produksi
dan upaya perusahaan dalam menjaga kualitas produk yang telah dihasilkan.

B. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Aspek Higiene Perusahaan di PT. Industri Kereta Api
(Persero) Madiun.
2. Untuk Mengetahui Aspek Kesehatan Kerja di PT. Industri Kereta Api
(Persero) Madiun.
3. Untuk Mengetahui Aspek Keselamatan Kerja di PT. Industri Kereta Api
(Persero) Madiun.
4. Untuk Mengetahui Aspek Sistem Keselamtan Kerja ( SMK3 ) di PT.
Industri Kereta Api (Persero) Madiun.
5. Untuk Mengetahui Aspek Ergonomi di PT. Industri Kereta Api (Persero)
Madiun.
6. Untuk Mengetahui Aspek Lingkungan ( Penanganan atau Pengelolaan
Limbah ) di PT. Industri Kereta Api (Persero) Madiun.

C. MANFAAT
1. Mengetahui Aspek Higiene Perusahaan di PT. Industri Kereta Api
(Persero) Madiun.
2. Mengetahui Aspek Kesehatan Kerja di PT. Industri Kereta Api (Persero)
Madiun.
3. Mengetahui Aspek Keselamatan Kerja di PT. Industri Kereta Api
(Persero) Madiun.
4. Mengetahui Aspek Sistem Keselamtan Kerja ( SMK3 ) di PT. Industri
Kereta Api (Persero) Madiun.
5. Mengetahui Aspek Ergonomi di PT. Industri Kereta Api (Persero)
Madiun.
3

6. Mengetahui Aspek Lingkungan ( Penanganan atau Pengelolaan Limbah )


di PT. Industri Kereta Api (Persero) Madiun.
BAB II

HASIL

A. Gambaran Umum

1. Sejarah Perusahaan

PT. Industri Kereta Api (INKA) Madiun merupakan Badan Usaha


Milik Negara Industri Strategis (BUMN-IS) yang bergerak dalam bidang
manufaktur dan jasa perkeretaapian. PT. INKA (Persero) didirikan
dengan Akta Notaris Imas Fatimah, SH Nomor : 51 tanggal 18 Mei 1981

oleh Menristek dan Menhub dengan luas area 225.000 m2 dan luas

bangunan 93.634 m2. PT. INKA (Persero) berkedudukan di desa Madiun

Lor Kecamatan Mangunharjo Kotamadya Madiun dengan lokasi di Jalan


Yos Sudarso 71 Madiun. Pemilihan letak lokasi tersebut berdasarkan hasil
studi tahun 1977 yang dilakukan oleh Nippon Sharyo Seizo Kaisha Ltd.
Jepang.

Kondisi awal pada pendirian PT. INKA (Persero) adalah penggunaan


atau pengalihan segala fasilitas dan aset yang ada di Balai Yasa
Perusahaan Jasa Kereta Api (PJKA) Madiun yang didirikan tahun 1884
(bertugas dalam pemeliharaan lokomotif uap) dan gudang PJKA Madiun
sebagai fasilitas dasar untuk kegiatannya.

Kegiatan utama PT. INKA (Persero) adalah :

a. Pembuatan kereta api (gerbong barang, gerbong ballast, gerbong


batubara, gerbong tangki, kereta penumpang, kereta rel diesel, kereta
rel listrik).

b. Jasa perawatan besar (overhaul) perkeretaapian.

c. Perdagangan lokal, impor dan ekspor barang dan jasa yang


berhubungan dengan perkeretaapian.

4
5

d. Jasa konsultasi dan rekayasa bidang perkeretaapian.

e. Pembuatan barang-barang dalam rangka program diversifikasi produk


antara lain : Aerobridge/ Boarding car, Grandby car, Container
office, Track motor car, Airport trolley, Automotive product dan
Toilet module.

f. Pelayanan purna jual perkeretaapian.

2. Struktur Organisasi

Pada struktur organisasi PT. INKA (Persero) yang ditetapkan dengan


SK Direksi Nomor 03/ SK/ INKA/ 2008 pada tanggal 6 Februari 2008
PT. INKA (Persero) dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang secara
garis besar membawahi Satuan Pengawasan Intern, Sekretaris
Perusahaan, Sistem Manajemen Kualitas dan Produktivitas, Direktorat
Administrasi dan Keuangan, Direktorat Produksi dan Teknologi,
Direktorat Komersial dan beberapa divisi yaitu: Divisi Keuangan, Divisi
Sumber Daya Manusia, Divisi Pemasaran Produk dan Jasa KA, Divisi
Pengembangan Bisnis, Divisi Logistik dan Rendal Produksi, Divisi
Teknologi dan Divisi Produksi. Adapun bagan struktur organisasi PT.
INKA (Persero) dapat dilihat pada lampiran 1.

3. Visi, Misi, Sasaran dan Strategi

a. Visi

Visi dari PT. INKA (Persero) adalah menjadi perusahaan


manufaktur sarana kereta api kelas dunia di Indonesia. Berlandaskan
visi tersebut PT. INKA (Persero) dalam pengoperasiannya
berpandangan untuk selalu menampilkan citra sebuah perusahaan
semaksimal mungkin untuk hasil yang terbaik.
6

b. Misi

Misi yang diemban oleh PT. INKA (Persero) adalah menciptakan


daya saing bisnis dan teknologi perkeretaapian untuk mendominasi
pasar domestik dan memenangkan persaingan di pasar regional
ASEAN dan Negara-negara yang sedang berkembang.

c. Sasaran/ Obyektif

Adapun sasaran yang ingin dicapai PT. INKA (Persero) adalah :

1) Menguasai sepenuhnya pasar domestik yaitu PT. Kereta Api


Indonesia (KAI) dalam hal kereta baru dan kereta retrofit,
gerbong baru serta angkutan darat.

2) Menembus pasar regional dan pasar negara sedang berkembang


(kalau perlu bersama mitra luar negeri) dalam hal kereta, gerbong,
Kereta Rel Listrik (KRL), Kereta Rel Diesel (KRD), untuk
manufakturing dan rancang bangun.

3) Menjadi badan terdepan terhadap calon pesaing di dalam negeri


dan regional.

4) Menjadi perusahaan yang tumbuh dan berkembang (Viable


Company).

d. Strategi Perusahaan

Strategi Perusahaan yang digunakan PT. INKA (Persero) adalah :

1) Menutup semua ketertinggalan yang selama ini belum tertangani


dalam pengelolaan perusahaan.

2) Mengusahakan peningkatan pelayanan terhadap pelanggan (PT.


KAI) terutama dalam hal waktu penyerahan.

3) Menyiapkan diri untuk mempunyai daya saing yang tinggi.


7

4) Mengusahakan selalu berada di depan dalam hal bidang usaha


transportasi darat terhadap pesaing dalam negeri dan regional.

B. Proses Produksi

1. Bahan Baku Produksi

PT. INKA (Persero) dalam menjalankan proses produksinya


menggunakan bahan baku antara lain :

a. Bahan Baku Utama

Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi


terdiri dari berbagai macam plate antara lain : Plate SS 400, Plate
Corten A, Plate SSHC, Channal Steel SS41 A, Wire Rope SWRM,
Round bar S 45 C, Plate S45 304 Ornamen, Plate keystone, Plate
SGP, GALV dan Medium.

b. Bahan Baku Pembantu

Bahan baku pembantu yang digunakan dalam proses produksi


terdiri dari : Alkohol, Bensin, Gas CO2 cair, Isolasi Kertas, Steel
GMT, Gas Argon, Gas Zvertop dan Kertas Gosok Besi.

c. Bahan Baku Tambahan

Bahan baku pembantu yang digunakan dalam proses produksi


terdiri dari :

Cat Coppon Mastic Primer and Hard, Cobalt Free Kote, Chopped
Strand Mat-450, Pigmen Light Green, Belt Coat 2141-T (Ex), Oil
Putty, Katalis Mekpor, Resin-157 BQ TN Ex Yukalac dan Thinner
Cat Nax Indus PU Nex.

2. Sarana Pendukung

Selain penggunaan bahan baku guna memperlancar jalannya


proses produksi maka dibutuhkan pula sarana-sarana pendukung
8

untuk menunjang kelancaran proses produksi. Sarana pendukung


tersebut antara lain berupa :

a. Penyediaan Air

Kebutuhan air bersih PT. INKA (Persero) dipenuhi dari sumur


artesis atau air bawah tanah dan PDAM. Selain digunakan pada proses
produksi, air bersih tersebut juga dimanfaatkan untuk keperluan dapur,
mandi dan lain sebagainya.

b. Penyediaan Udara

PT. INKA (Persero) menggunakan tenaga disel guna


memenuhi kebutuhan udara untuk kompresor, berbagai mesin dan
peralatan produksi.

c. Listrik dari PLN

Kebutuhan listrik PT. INKA (Persero) dipenuhi oleh PLN dengan


daya 20.000 KVA yang terbagi menjadi 5 sentral. Tenaga listrik
dimanfaatkan untuk proses produksi, penerangan, pemompaan air dan
lain sebagainya.

d. Bahan Bakar

Untuk mendukung proses produksi, terutama dalam hal


kelancaran kegiatan angkat-angkut dan transportasi, PT. INKA
(Persero) memanfaatkan alat-alat antara lain : forklift, crane, pick-up,
trailler, truk dan berbagai mobil dinas yang menggunakan bahan
bakar jenis cair berupa bensin atau solar.

3. Tahapan Produksi

Proses produksi di PT. INKA (Persero) dilakukan secara bertahap


oleh bagian pengerjaan plat, bagian perakitan, bagian pengecatan, bagian
pemasangan komponen, bagian permesinan, bagian interior dan
9

didukung oleh bagian quality control, bagian perencanaan dan


pengendalian produksi serta bagian quality assurance.

a. Bagian Pengerjaan Plat (PPL)

Bagian ini merupakan awal pengadaan dari seluruh proses


yang akan dikerjakan. Pada bagian ini dikerjakan proses-proses
sebagai berikut :

1) Pemotongan Plat

2) Pengelasan

3) Minor Assembling I yang merupakan bagian dari kebutuhan car


body.

4) Minor Assembling II yang merupakan bagian dari kebutuhan


interior. Pekerjaan di bagian pengerjaan plat ini dilakukan melalui
proses-proses welding, grinding, reforming, drilling, laser
cutting, sawing, punching dan bending.

b. Bagian Perakitan (PRK)

Bagian ini dibagi menjadi 6 unit kerja dengan pembagian kerja


sebagai berikut :

1) Perakitan 1, melaksanakan perakitan Under Frame dan Side Wall.

2) Perakitan 2, melaksanakan perakitan end wall dan root.

3) Perakitan 3, melaksanakan perakitan car body.

4) Perakitan 4, melakukan reforming minor assembling yang telah


jadi.

5) Perakitan 5, melakukan partisi dan sealing.

6) Perakitan 6, melakukan perakitan bogie.


10

c. Bagian Pengecatan

Pada tahapan pengecatan ini terdapat beberapa proses pekerjaan


yaitu :

1) Grid Blasting

Grid blasting berfungsi untuk membersihkan gerbong dari


karat dengan menyemprotkan pasir besi menggunakan kompresor
dengan tekanan 5-6 Kg/ Cm² pada permukaan benda yang
dilakukan di ruang tertutup dengan lokal exhaustion.

2) Pengecatan Awal

Pengecatan dilakukan dengan penyemprotan meni dengan


sprayer bertekanan udara dari kompresor. Fungsinya untuk
mencegah tejadinya karat dan untuk melindungi atau menahan
beban dari cat-cat berikutnya.

3) Bitominous

Pemberian Bituminouos Under Seal Nipsea yang


berfungsi sebagai peredam getaran, peredam kebisingan dan
mencegah timbulnya karat. Bentuknya seperti aspal dengan tebal
rata-rata 3 mm dan dilindungi dengan cat warna hitam. Jenis cat
yang digunakan adalah epoksi dan polyceton.

4) Pendempulan

Merupakan proses penghalusan permukaan bagian dari


gerbong yang akan dicat dasar II.

5) Cat Dasar II

Pengecatan dasar II dilakukan untuk mendapat hasil


pengecatan yang sempurna yaitu dilakukan dengan menutup
dempul atau pori-pori dempul.
11

6) Top Coat I dan Top Coat II

Merupakan akhir dari proses pengecatan yang dilakukan


dengan lebih cermat dan teliti.

d. Bagian Pemasangan Komponen (PMK)

Bagian ini melaksanakan proses pekerjaan pemasangan


komponen-komponen kereta dan juga produk diversifikasi antara lain
:

1) Memasang komponen listrik pada gerbong terutama pada gerbong


penumpang.

2) Melakukan pemasangan antara underframe dengan bogie (bogie


mounting).

3) Melakukan pemasangan sistem pengereman.

4) Melakukan pengerjaan perpipaan aliran udara dan kompresor


serta sistem aliran air.

5) Melakukan pemasangan sarana pendukung lain. \

e. Bagian Permesinan (PMS)

Bagian ini mengerjakan proses-proses machining seperti bubut


(milling), scraping, drilling dan sebagainya untuk menyiapkan single
part dan pemilihan yang sesuai dengan benda kerja yang diinginkan
seperti melakukan pembuatan barang berbentuk center sill, pen dan
silindris.Bagian Interior

Bagian ini mengerjakan proses akhir dari produksi. Dalam unit ini
dilakukan pemasangan dinding, instalasi listrik, lampu, kursi, tempat
barang, pintu, jendela dan lavatory.

g. Quality Control

Bagian Quality Control melakukan tugas-tugas sebagai berikut :


12

1) Menerima daftar spesifikasi rancang produk dan


mengevaluasinya.

2) Melakukan pemeriksaan kualitas barang masuk, produk jadi dan


produk akhir.

3) Memberikan jaminan mula dari produsen kepada konsumen.

4) Memberikan feed back secepatnya mengenai penyimpangan-


penyimpangan produk dan kelainan mutu produk.

5) Menyiapkan bahan laporan mutu produk.

6) Menjaga hubungan baik dengan konsumen.

h. Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi (PPC)

Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi (PPC) ini


melakukan tugas-tugas sebagai berikut :

1) Merencanakan jumlah dan jenis produk dan mengevaluasinya.

2) Mempersiapkan jadwal produksi, penggunaan mesin, tenaga


kerja, perakitan dan bahan.

3) Selalu ikut memonitor pelaksanaan produksi serta mempelajari


kemungkinan-kemungkinan terjadinya perbedaan rencana dengan
pelaksanaan produksi.

4) Mempelajari kemungkinan metode kerja yang lebih baik untuk


mempertinggi produktivitas.

5) Melakukan pengendalian biaya untuk mengamati biaya dalam


proses dan membandingkan dengan kalkulasi awal.

6) Melakukan pencatatan dan pengumpulan data jam orang, jam


mesin, bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan untuk
pengawasan, penyusunan statistik, penetapan standar dan
pembuatan laporan.
13

7) Ikut serta merumuskan dalam menentukan anggaran belanja


proses produksi.

i. Quality Assurance

Untuk mendapatkan suatu produk yang bermutu dan


berkualitas, maka setelah proses produksi berakhir pihak Quality
Assurance (QA) melakukan uji kualitas terhadap hasil produksi.
Adapun uji yang dilakukan PT. INKA (persero) untuk menjaga
kualitas produknya :

1) Tes Statis

a) Uji Beban

b) Uji beban dilakukan untuk menguji kekuatan produk kereta


api terhadap besarnya beban maksimal yang diberikan,
misalnya uji beban bogie (bogie load test) untuk menguji
beban maksimal yang dapat diterima bogie.Uji Kelayakan Las
Uji ini untuk mengetahui kekuatan pengelasan, apakah telah
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

c) Uji Kualitas Desain Interior

Desain interior yang telah dipasang harus diuji untuk


mengetahui apakah telah layak pakai dan sesuai dengan yang
direncanakan.

d) Water Test

Merupakan tes uji yang digunakan untuk mengetahui


kelayakan gerbong api mengenai daya tahannya terhadap air
hujan dengan menganalisa efek timbul setelah diberi hujan
buatan. Apakah terjadi kebocoran, cat mengelupas dan lain
sebagainya.
14

e) Tes Kelistrikan

Tes kelistrikan ini dimaksudkan guna memeriksa dan


memastikan pemasangan komponen kelistrikan pada kereta
api tersebut dalam kondisi dapat berfungsi dengan baik.

f) Tes Pengereman

Tujuan dari tes ini adalah untuk memastikan sistem


pengereman telah terpasang sesuai dengan standar yang
digunakan. Tes ini meliputi : pemeriksaan kebocoran brake
pipe, pemeriksaan langkah brake cylinder dan fungsi
pengereman, serta pemeriksaan langkah piston pada brake
cylinder.

g) Tes Dinamik

Tes ini terdiri dari rangkaian tes sebagai berikut :

a) Tes Kelengkungan (Curve Test)

Tes ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan gerbong


kereta api saat lintasan rel yang melengkung.
Dilakukan dengan cara menempatkan separuh bagian
gerbong kereta api pada tambangan dan separuhnya
lagi pada lintasan di atas rel kemudian tambangan
digeser ke depan dan ke belakang dengan jarak sesuai
standar yang ditetapkan. Gerbong kereta api
dinyatakan lulus uji jika komponen bagian bawah
gerbong tidak ada yang menyentuh roda kereta.

b) Tes Jalan (Run Test)

Tes ini adalah tahap akhir dari uji kualitas produksi yang
dilakukan dengan menjalankan rangkaian gerbong dan
15

lokomotif kereta api di lintasan kereta api untuk


mengetahui kelayakan jalan dari kereta api.
16

C. Penerapan Higiene Perusahaan

HASIL

Faktor
lingkungan Sumber Pemantauan Penilaian Tindakan pengendalian
kerja
1. Faktor Fisika
Kebisingan Mesin produksi dan Dilakukan pengukuran dan Jika melebihi NAB, maka penyediaan alat pelindung diri oleh
kegiatan proses pemantauan 1 tahun sekali dilakukan pengendalian pihak perusahaan seperti ear muff dan
produksi kebisingan ear plug
Pencahayaan Pencahayaan alami Dilakukan pengukuran dan Jika hasil pengukuran tidak Pihak perusahaan menambah jumlah
dan pencahayaan pemantauan 1 tahun sekali sesuai dengan standar, maka intensitas pencahayaan buatan untuk
buatan dilakukan pengendalian tempat kerja yang masih dibawah
17

intensitas pencahayaan sesuai standar


dengan jenis pekerjaannya
Getaran Peralatan kerja dan - - -
mesin produksi
Radiasi Pihak perusahaan - - -
Gelombang belum
Radio dan mengidentifikasi
Gelombang sumber radiasi
Mikro
Radiasi ultra Pihak perusahaan - - -
Ungu (Ultra belum melakukan
Violet) identifikasi sumber
radiasi
Iklim kerja Sinar matahari untuk Dilakukan pengukuran dan Jika melebihi NAB, maka Hirarki kontrol, dan teknis (gedung
pekerja yang berada pemantauan iklim kerja 1 dilakukan pengendalian bangunan)
di luar ruangan dan tahun sekali
panas dari kegiatan
pengelasan
2. Faktor Kimia
18

Debu Proses gerinda body Dilakukan monitoring 2 Jika debu melebihi NAB, Pihak perusahaan telah mendisain
kereta, blasting, dan kali dalam setahun maka dilakukan pengendalian tempat kerja di lengkapi dengan
pengecatan cyclone di ujung cerobong, dan
menyediakan alat pelindung diri
seperti masker.
Gas - - - -
Uap - - - -
3. Faktor Biologi
Mikrobiologi - - - Pemeriksaan kesehatan secara berkala
bagi tenaga kerja
Hewan Tikus, nyamuk dan Dilakukan pemantauan Tidak dilakukan penilaian Dilakukan penyemprotan nyamuk,
tomcat saat mendapat laporan dan atau inspeksi terhadap pembasmian tikus dan tomcat
keluhan dari tenaga kerja keberadaan hewan.
Tumbuhan Peruasahaan belum Perusahaan belum Perusahaan belum melakukan melestarikan tumbuhan langka
melakukan melakukan pemantauan suatu penilaian terhadap
identifikasi sumber terhadap sumber bahaya sumber bahaya
bahaya
4. Faktor Ergonomi
19

Beban kerja Pihak perusahaan Perusahaan belum Pihak perusahaan belum Belum dilakukan pengendalian
belum melakukan melakukan pemantauan melakukan penilaian terhadap terhadap beban kerja
identifikasi terhadap beban kerja beban kerja
mengenai beban
kerja
5. Faktor Mental Psikologi
Stres kerja Ketidakcocokan Dilakukan pemantauan 1 Menggunakan penilaian Belum dilakukan pengendalian
antara atasan dengan tahun sekali berupa kuisioner terhadap stres kerja karena program ini
bawahan, baru diadakan pada tahun 2018
ketidakcocokan antar
karyawan

Keterangan:

(-) = belum dilakukan identifikasi ataupun tindakan


20

D. Penerapan Keselamatan Kerja

1) Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran


PT. INKA (Persero) memiliki potensi bahaya yang dapat
menimbulkan terjadinya kebakaran dan peledakan yang berasal dari
penggunaan listrik, bahan bakar dan gas LPG. Pada proses
produksi, banyak ditemukan kegiatan yang menggunakan listrik sebagi
sumber energinya, seperti pada kegiatan pemotongan plate menggunakan
mesin gerinda, pengelasan material, pemasangan dan perakitan
komponen, dan sebagainya. Selain itu, potensi bahaya kebakaran juga
dapat timbul dari adanya bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan
seperti forklift, crane, pick-up, trailler, truk dan berbagai mobil dinas
yang menggunakan bahan bakar jenis cair berupa bensin atau solar.
Untuk gas LPG sendiri juga dapat menimbulkan kebakaran dikarenakan
kebocoran gas LPG.
Tindakan keselamatan kerja di bidang kebakaran yang dilakukan
oleh PT. INKA (Persero) antara lain:
1. Menyediakan sarana dan fasilitas pemadam kebakaran
PT. INKA (Persero) telah menyediakan fasilitas pemadam kebakaran
seperti penjelasan berikut ini:
a. APAR
Perusahaan ini telah menyediakan APAR dengan beberapa
jenis dan ukuran yang berbeda seperti APAR troly, dry chemicals,
powder, halogen dengan berat rata-rata 6 kg -30 kg. APAR
terpasang ±1 m dari permukaan lantai, jarak antar apar satu dengan
yang lainnya 10-15 meter. APAR jenis dry chemicals dan powder
berwarna merah sedangkan APAR CO2 berwarna hitam. APAR
telah dilengkapi dengan kartu pemeriksaan APAR, serta tanda
tulisan Alat Pemadam Api dalam segitiga merah terbalik.
b. Hydrant and fire alarm system
21

Beberapa ruangan sperti ruang aula, ruang kantor, dan ruang


produksi telah dilengkapi oleh fire alarm system yang terpasang di
langit-langit atap ruangan terebut. Hydrant juga terletak di
beberapa titik sekitar area produksi.
2. Membentuk Tim Tanggap Darurat
Perusahaan ini telah membentuk tim tanggap darurat yang terdiri
dari beberapa pekerja yang telah terlatih dalam hal pengangulangan
bahaya kebakaran.. Diadakan pula latihan tanggap darurat kebakaran
yang dibimbing oleh petugas pemadam kebakaran terlatih.

2) Keselamatan Kerja Bidang B3


Dalam proses produksinya, perusahaan ini menghasilkan limbah B3
baik cari, padat, maupun gas. Limbah tersebut berasal dari minyak
pelumas, thinner, cat, kaleng bekas, sisa potongan plate, emisi gas buang
mesin ataupun kendaraan, GFRP (Glass Fiber Rinford Product) dan
sebagainya. Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan ini antara lain:
1. Menyediakan tempat sampah khusus,yaitu tempat sampah merah untuk
limbah B3 dan tempat sampah hijau untuk sampah organik.
2. Menyediakan Tempat Penampungan Sementara (TPS) khusus untuk
limbah B3.
3. Menjual limbah B3 padat seperti GFRP (Glass Fiber Rinford
Product) kepada pihak ketiga atau memberikannya pada pemerintah
daerah untuk kegunaan lainnya.
4. Menampung limbah B3 cair seperti oli bekas dan thinner yang
kemudian akan dijual ke pihak ketiga sesuai kesepakatan.
5. Mengadakan Air Poluttion Control dan Waste Water Control.

3) Keselamatan Kerja Bidang Listrik


PT. INKA (Persero) menggunakan sumber listrik sebagai fasilitas
utama dalam proses produksi pembuatan atau perakitan kereta api. Suplai
listrik di PT. INKA (Persero) berasal dari gardu Perusahaan Listrik
22

Negara (PLN) dan Generator Set (genset). Genset yang digunakan oleh
PT. INKA (Persero) adalah genset berbahan bakar solar dengan kapasitas
250 KVA. Potensi bahaya listrik terjadi pada semua area di perusahaan
ini terutama yang berasal dari genset, gardu, mesin-mesin produksi,
kegiatan pengelasan, kegiatan perakitan, penerangan, pemompaan listrik,
dan alat-alat perkantoran lainnya. Perusahaan telah melakukan tindakan
pencegahan yang dilakukan antara lain:
1. Adanya alat pengaman listrik seperti sekring
2. Penempatan genset atau gardu pada area khusus dimana tidak
sembarangan orang boleh masuk.
3. Adanya system pertanahan atau grounding
4. Pemasangan pagar pembatas pada area genset atau gardu.
5. Terdapat poster tentang peringatan keselamatan bekerja dengan listrik
yang dipasang di beberapa titik pada area produksi.

4) Keselamatan Kerja Bidang Mekanik


PT. INKA (persero) memiliki mesin-mesin produksi yang sudah
memiliki system pengaman yang berasal dari pabrik pembuatan mesin
tersebut. Akan tetapi, pada beberapa mesin tidak ditemukan pengaman
seperti pada mesin grinding, drilling, lathe, dan scrapping di Unit
Welding I. Walaupun demikian, perusahaan ini melakukan upaya
pengendalian lain seperti pada penggunaan APD yaitu safety shoes,
safety helmet, safety glasses, sarung tangan dan masker. Selain itu,
perusahaan juga membuat SOP pada penggunaan mesin-mesin produksi,
mengadakan Safety briefing, dan melakukan pemerikasaan tentang
keselamatan kerja di bidang mekanik setiap 1 tahun sekali.

5) Keselamatan Kerja Bidang Transportasi


Potensi bahaya bidang transportasi berasal dari kegiatan angkat-
angkut material produksi, seperti pada forklift, crane, pick up, mobil
dinas dan kendaraan lainnya. Bahaya yang dapat muncul dari kegiatan
23

tersebut ialah tertabrak, terjatuh. Tindakan pengendaian yang dilakukan


oleh perusahaan ini ialah:
1. Mengadakan training internal bagi operator forklift, crane.
2. Membuat SOP tentang keselamatan kerja alat angkat-angkut.
3. Menerbitan SIO (Surat Izin Operasi) bagi operator alat angkat-
angkut dalam lingkup internal.
4. Membuat jalur khusus bagi kendaraan, alat angkat-angkut, dan
pejalan kaki.

E. Penerapan Kesehatan Kerja

1. Organisasi dan Penanggung Jawab Kegiatan Pelayanan Kesehatan


PT INKA sudah mempunyai organisasi kegiatan pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut berupa POLINKA (Poliklinik
INKA) yang terdiri dari seorang dokter perusahaan dan dibantu oleh
paramedis (perawat dan apoteker).
Dokter perusahaan pada PT INKA ditunjuk dan ditetapkan oleh
Direktur perusahaan. Selain itu, dokter perusahaan pada PT INKA sudah
mendapatkan training atau latihan dalam bidang Higiene Perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
2. Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja:
a. Pemeriksaan Kesehatan
Dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan tenaga kerja, maka
PT. INKA (Persero) melaksanakan pemeriksaaan kesehatan. Adapun
jenis pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi :
1) Pemeriksaan Kesehatan Awal
Pelaksanaan pemeriksaan ini diadakan pada saat penerimaan tenaga
kerja baru dengan melakuakn pemeriksaan fisik lengkap.
Pemeriksaan kesehatan awal ini bertujuan untuk menyelaraskan
dan menyerasikan kondisi kesehatan tenaga kerja dengan tenaga
kerjaannya.
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
24

Pemeriksaan kesehatan berkala di PT. INKA Madiun dilakukan


untuk mengetahui dampak negatif dari pekerjaan. Dilakuakn 1
tahun sekali, 2 tahun sekali daan 3 tahun sekali
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus di PT. INKA Madiun ditujukkan
bagi pekerja yang diperkirakan sudah terkena dampak di
monitoring oleh bagian K3 dapat dilihat dari absensi pekerja.
b. Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyesuaian Tenaga Kerjaan
Terhadap Tenaga Kerja
Pada PT. INKA Madiun memberlakukan sistem shift kerja dan
rotasi antara bagian kerja lain untuk menghindari pekerjaaan yang
monoton dan juga telah dilakukan oleh Departemen atau bagian K3LH
dan telah dilaksanakan Audit pada tahun 2017 dengan prinsip PDCA
(Plan Do, Check, Action) dalam menjalankan implementasi K3 di
perusahaan.
c. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Lingkungan Kerja
Untuk pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja PT.
INKA Madiun melakukan hal-hal berikut yang meliputi:
1) Telah dilakukan upaya pengelolaan limbah B3 oleh departemen
atau bagian K3LH.
2) Terdapat program perbaikan lingkungan yaitu telah dilakuakn
penanaman pohon melalui Program Kerja INKA Bebas Debu yang
dilakukan kembali pada tahun 2016.
3) Pelaksanaan program 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
untuk setiap unit kerja dan lingkungan kerja yang berada diluar
ruangan.
d. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Perlengkapan Saniter
Dalam pembinaan dan pengawasan terhadap perlengkapan saniter
PT. INKA Madiun sudah disediakan dengan baik dan telah dilakukan
sebagai berikut :
1) Telah melakukan upaya pengelolaan limbah B3
25

2) Toilet yang dibedakan gendernya


3) Pembinaan dan pengawasan saniter telah dilakukan pada bagian
Fasilitas dan K3LH bekerjasama dengan jasa boga yang dikelola
oleh PERISKA
e. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Kesehatan Kerja
Pembinaan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja di PT. INKA Madiun
adalah dengan tersedianya fasilitas kesehatan yaitu :
1) Polinka (Poliklinik INKA) yang berada di bagian depan sisi kiri
perusahaan dan rencananya akan dibuka untuk pelayanan kesehatan
umum. Polinka bekerjasama dengan BPJS.
2) Unit Ambulance
3) Pemeriksaan Kesehatan
f. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Umum dan Penyakit Akibat
Kerja
Pada PT. INKA Madiun telah melakukan upaya preventif dengan
pengecekan kesehatan berkala dan kuratif dengan pengobatan pada
Polinka (Poliklinik INKA).
g. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Upaya untuk melakukan pertolongan pada kecelakaan, PT. INKA
Madiun melakukan beberapa hal berikut :
1) Pengelolaan rencana waktu first aid
2) Menyediakan first aid box, memilih petugas P3K. Dengan isi kotak
P3K cukup digunakan dalam jangka waktu 3 bulan
3) Pengelolaan rencana waktu tanggap darurat
h. Pendidikan Kesehatan untuk Tenaga Kerja dan Pelatihan P3K
PT. INKA Madiun telah melakukan training P3K agar menambah
pengetahuan serta tenaga kerja lebih paham mengenai kesehatan kerja.
Pelatihan ini dilakukan setiap tahun bersamaan dengan pelaksanaan
training tanggap darurat dalam bentuk in house training.
i. Pemberian Nasehat Tentang Tempat Kerja, Alat Pelindung Diri
(APD), Gizi dan Penyelenggaraan Makanan di Tempat Kerja
26

Upaya pemberian nasehat tentang tempat kerja, alat pelindung diri,


gizi dan penyelenggaraan makanan di tempat kerja PT. INKA Madiun
melakukan beberapa hal berikut :
1) Safety briefing kepada tenaga kerja, tenaga kerja baru dan visitor.
2) PT. INKA Madiun memberikan saran dalam pemilihan Alat
Pelindung Diri (APD) untuk pekerja
3) PT. INKA Madiun dalam memperhatikan gizi tenaga kerja dengan
menyediakan 2 kantin yang terdapat di sisi depan dan belakang
perusahaan. Dikelola oleh PERISKA bekerjasama dengan keluarga
tenaga kerja dalam memberikan saran menu. Menu akan diganti
setiap harinya (Terdapat 3 menu). Pengelola jasa boga berjumlah
17 orang
4) Penyediaan air minum dalam kemasan galon yang setiap hari
dikontol oleh jasa boga
j. Membantu Rehabilitasi Akibat Kecelakaan atau Penyakit Akibat Kerja
PT. INKA Madiun dalam upaya rehabilitasi KAK dan PAK
dibantu oleh RSUD dr. Soedono.
k. Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja yang Memiliki Kelainan
Tertentu
Dalam hal pembinaan dan pengawasan tenaga kerja yang memiliki
kelainan tertentu, PT. INKA Madiun melakuan upaya yaitu dengan
menempel poster PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), Seminar
bekerjasama dengan BPJS dan setiap bulannya diadakan POLARIS
(Program Catatan Kronis).
l. Laporan Berkala kepada Pengurus
Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja
dalam waktu 1 tahun sekali, 2 tahun sekali dan 3 tahun sekali sesuai
dengan jenis pekerjaan dan tingkat bahaya di tempat kerja.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Poliklinik
27

PT. INKA (Persero) Madiun memiliki tempat pelayanan kesehatan


bagi tenaga kerja yaitu dengan adanya poliklinik yang bernama
Polinka. Polinka merupakan hasil kerjasama PT. INKA Persero
dengan RSUD dr. Soedono Madiun. RSUD dr. Soedono Madiun
merupakan rumah sakit rujukan apabila terdapat korban kecelakaan
kerja atau penyakit akibat kerja yang tidak dapat ditangani oleh
Polinka.
1) Ruangan
Ruangan Polinka terletak di dalam lingkungan perusahaan dengan
ukuran 16 x 8 m2 yang terdiri dari beberapa ruangan yaitu ruang
tunggu, ruang pemeriksaan, ruang dokter, ruang administrasi dan
kamar mandi (toilet).
2) Tenaga Medis/ Petugas Poliklinik
Tenaga medis di Polinka terdiri dari dokter umum dan dibantu oleh
paramedis yang disiapkan oleh pihak RSUD dr. Soedono Madiun
atas dasar surat perjanjian, sehingga tenaga medis tersebut belum
mendapatkan pelatihan tentang hiperkes di perusahaan. Penetapan
waktu jaga adalah sebagai berikut :
a) Dokter jaga setiap hari Senin-Kamis jam 09.00-11.30 WIB,
sedangkan hari Jumat dan Sabtu jam 09.00-10.30 WIB.
b) Perawat jaga setiap hari Senin-Kamis jam 07.00-16.00 WIB
dengan istirahat jam 11.30-12.30 WIB, sedangkan hari Jumat
jam 07.30-16.00 WIB dengan istirahat jam 11.30-13.00 WIB
dan hari Sabtu jam 07.30-10.00 WIB.
3) Dokter Keluarga
PT. INKA (Persero) Madiun juga menyediakan pelayanan
kesehatan berupa dokter keluarga yang terdiri dari dokter umum,
dokter gigi dan beberapa dokter spesialis. Fasilitas ini diberikan
kepada tenaga kerja dan keluarganya diluar jam kerja.
28

Daftar riwayat setiap tenaga kerja yang pernah berobat di


Polinka dicatat oleh petugas Polinka pada buku status kesehatan
tenaga kerja.
4) Mobil Ambulance
PT. INKA (Persero) Madiun mempunyai satu unit mobil
ambulance sebagai fasilitas yang diperuntukkan bagi tenaga kerja
yang sedang sakit atau korban kecelakaan kerja yang
membutuhkan pengangkutan jarak jauh, sedangkan untuk
pengangkutan jarak dekat menggunakan mobil dinas. Mobil
ambulance ini dioperasikan oleh seorang sopir yang ditunjuk
khusus untuk mengemudi ambulance.

b. Program Pelayanan Kesehatan Kerja


Dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan tenaga kerja, maka
PT. INKA (Persero) Madiun melaksanakan pemeriksaan kesehatan,
meliputi berikut ini :
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini diselenggarakan pada
saat penerimaan tenaga kerja baru yang akan diangkat sebagai
tenaga kerja tetap. Pemeriksaan kesehatan ini dilaksanakan melalui
kerjasama dengan pihak rumah sakit yang ditunjuk yaitu RSUD dr.
Soedono Madiun.
Tempat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan awal ini dilakukan
di RSUD dr. Soedono Madiun. Pada pemeriksaan ini calon tenaga
kerja tidak dikenakan biaya apapun. Pemeriksaan kesehatan
sebelum kerja ini meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani dan pemeriksaan lainnya yang dianggap perlu.
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala ini berupa general check-up
dilaksanakan setiap satu tahun sekali, dua tahun sekali atau tiga
tahun sekali sesuai jenis pekerjaan dan tingkat bahaya yang ada di
29

tempat kerja. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau apakah


pekerja sudah terkena dampak dari pekerjaan yang dilakukan.
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus diperuntukkan bagi tenaga
kerja yang diduga menderita suatu penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaannya atau bagi tenaga kerja yang mempunyai
gejala-gejala, gangguan-gangguan kesehatan pada saat general
check-up, tenaga kerja yang sering absen karena keluhan kesehatan
dan bagi tenaga kerja yang akan hendak berangkat ke luar negeri
dalam rangka tugas dinas. Pengajuan pemeriksaan kesehatan
khusus diajukan oleh Kepala Departemen bersangkutan kepada
K3LH dengan tembusan Departemen SDM secara tertulis
menggunakan formulir, setelah dianalisis bahwa yang
bersangkutan perlu pemeriksaan kesehatan khusus, maka atas
persetujusn Direksi, K3LH akan menyampaikan surat panggilan
kepada Kepala Departemen yang bersangkutan dengan
menggunakan formulir untuk mengirim tenaga kerja tersebut ke
dokter periksa. Hasil dari pemeriksaan akan diberikan kepada
departemen untuk diberitahukan kepada tenaga kerja yang
bersangkutan.
c. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
PT. INKA (Persero) Madiun memberikan fasilitas kotak P3K yang
berisikan obat-obatan dan perlengkapan P3K. Hal tersebut
dimaksudkan memberikan fasilitas kesehatan guna pengobatan
sementara. Kotak P3K tersedia disetiap unit kerja. Kotak P3K
ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau dan dilihat oleh setiap
orang. Kotak P3K dibagikan ke seluruh bagian dan perkantoran.
Kunci kotak P3K dipegang oleh Kepala Bagian atau tenaga kerja yang
ditunjuk di unit kerja masing-masing, apabila persediaan obat-obatan
di kotak P3K habis, maka Kepala Bagian melaporkan ke bagian
30

kesejahteraan dan kemudian diteruskan ke balai pengobatan yaitu


Polinka atau ADM untuk ditindaklanjuti.
Kelayakan pemakaian obat-obat an P3K ditentukan oleh petugas
K3LH atau SDM. Isi dari kotak P3K meliputi obat sakit kepala, obat
sakit perut, balsem, minyak kayu putih, betadine, kapas, perban dan
lain-lain.
Selain itu diadakan juga pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja
dan latihan untuk petugas pertolongan pertama pada kecelakaan, yang
dilakukan oleh bagian K3LH bekerjasama dengan RSUD dr. Soedono
Madiun dalam bentuk in house training.
4. Gizi Kerja
Berdasarkan hasil yang diperoleh, PT INKA Madiun sudah
melaksanakan monitoring atau penyelenggaraan makanan secara
langsung karena sudah meyediakan kantin perusahaan.
PT. INKA (Persero) mempunyai sebuah kantin berlantai dua guna
pengadaan makan siang bagi ± 832 tenaga kerjanya, lantai pertama
merupakan ruangan dapur untuk memasak dan menyimpan bahan
makanan serta mencuci perkakas dan perlengkapan dapur, sedangkan
lantai dua adalah ruang makan bagi pekerja dengan kondisi bangunan
yang cukup terbuka. Ruang makan tersebut memiliki luas ± 14 x 30 m2
dan cukup untuk menampung tenaga kerja yang ada. Kebersihan kantin
selalu dijaga oleh petugas kebersihan kantin.
Kantin PT. INKA (Persero) dikelola oleh pihak Periska (Persatuan
Istri Karyawan PT. INKA) dan dibantu oleh tenaga honorer. PT. INKA
(Persero) saat ini belum mempunyai tenaga ahli gizi yang khusus
menangani kantin dalam analisis gizi kerja untuk penyusunan menu
sesuai kebutuhan kalori tenaga kerja.
5. Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
a. BPJS Kesehatan
31

Untuk BPJS Kesehatan ini diwajibkan untuk setiap karyawan PT.


INKA (Persero) dan diberikan juga kepada istri dan 3 anak dari
pekerja tersebut.
b. Poliklinik INKA
PT. INKA (Persero) memiliki tempat pelayanan kesehatan bagi
tenaga kerja yaitu dengan adanya Poliklinik (POLINKA) yang
merupakan hasil kerjasama PT. INKA (Persero) dengan RSUD dr.
Soedono Madiun. Kedudukan RSUD dr. Soedono Madiun merupakan
Rumah Sakit rujukan apabila terdapat korban kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja yang tidak dapat ditangani oleh Polinka.
Ruangan polinka terletak di dalam lingkungan perusahaan dengan
ukuran 16 x 8 m² yang terdiri dari 3 ruangan yaitu : ruang tunggu,
ruang periksa, dan toilet. Tenaga medis di Polinka terdiri dari 2 orang
dokter umum dan dibantu oleh dan perawat yang disiapkan oleh pihak
RSUD dr. Soedono Madiun atas dasar surat perjanjian, dengan
ditetapkan waktu jaga sebagai berikut:
1) Dokter jaga tiap hari Senin – Kamis jam 09.00 – 11.30,
sedangkan hari Jumat dan Sabtu jam 09.00 – 10.30 WIB.
2) Perawat jaga tiap hari Senin – Kamis jam 07.00 – 16.00 dengan
istirahat jam 11.30 - 13.00 WIB, sedangkan hari Jumat jam 07.30
– 16.00 WIB dengan istirahat jm 11.30 – 13.00 WIB dan Sabtu
07.30 – 10.00 WIB.
Daftar riwayat setiap tenaga kerja yang pernah berobat di
Polinka dicatat oleh petugas Polinka pada Buku Kesehatan
Karyawan.
F. Sistem Manajemen K3
1. Kebijakan K3
Kebijakan adalah langkah awal untuk memulai program K3
disebuah perusahaan diperlukan adanya komitmen, tidak hanya dari
personil yang mengawasi dan mengurusi keselamatan dan kesehatan kerja
tapi merupakan tanggung jawab semua tenaga kerja dan top management
32

yang berupa kebijakan K3 yang tertulis. PT INKA telah menerapkan


system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan tujuan
menciptakan suatu system keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, serta kondisi
lingkungan kerja yang terintegritas dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif. Penerapan SMK3 di perusahaan
dilaksanakan melalui penerapan safety policy, pembentukan tim MMLH
dan pelaksanaan program K3.
Dalam system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
pengusaha atau pengurus menunjukkan komitmennya melalui: membentuk
organisasi K3, menyediakan anggaran sarana dan tenaga kerja yang
diperlukan dalam bidang keselamatan kerja, menetapkan personil yang
mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang jelas dalam penanganan
keselamatan kerja dan melakukan perencanaan serta penilaian kerja. Untuk
meningkatkan hal tersebut PT. INKA memberikan penetapan kebijakan
keselamatan kerja. Kebijakan pengelolaan keselamatan dan kesehatan
kerja dan lingkungan hidup.
2. Perencanaan K3
a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko (Penerapan
HIRA)
Penerapan Hazard Identification Risk Assessment (HIRA) pada
setiap proses produksi di PT INKA telah dilaksanakan dibeberapa area
workshop, tetapi belum semua area workshop dilakukan penerapan
HIRA. Hal ini dilaksanakan oleh bagian MMLH.
Identifikasi bahaya yang ada di PT INKA diantaranya adalah
bahaya terpeleset, terjatuh, terluka, tergoras, terpotong, terjepit,
terbentur dan tertimpa, tertabrak, kebakaran dan peledakan yang
bersumber dari berbagai aktivitas dalam proses produksi. Penilaian
risiko dilakukan setelah identifikasi bahaya yang dilakukan pada setiap
benda, bahan, pekerjaan rutin dan non rutin sebelum pekerjaan tersebut
33

dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat risiko dan menentukan


tindakan pengendalian yang memadai sesuai hasil identifikasi dengan
berdasarkan pada metode hirarki pengendalian. Hal ini melibatkan
departemen yang terkait dengan pekerjaan tersebut dan personil
Departemen MMLH. Selanjutnya, dengan cara membuat Kob Safety
Analysis (JSA) dari masing – masing pekerjaan.
b. Persyaratan legal
PT. INKA sudah mengidentifikasi, menetapkan , menjalankan,
memelihara, menyimpan serta mengkomunikasikan persyaratan dan
perundangan lainnya.
c. Objektifitas K3 dan program – program K3
1) Objektifitas K3 / Tujuan dan Sasaran K3
Rencana jangka panjang standar pencegahan kerugian yaitu
mengidentifikasi dan melaksanakan seluruh standar, sesuai dengan
sasaran kerja tahunan.
Komite pencegahan kerugian mempunyai tanggung jawab untuk
merekomendasikan standar yang perlu dikembangkan beserta
jadwal pengembangan dan pelaksanaanya.
2) Program – Program K3
Program – program K3 yang terdapat di PT.INKA yaitu Basic
Safety Training merupakan pelatihan yang diselenggarakan oleh
departemen MMLH. PT. inka yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan seputar dasar- dasar K3 ditempat kerja. Pelatihan ini
diikuti oleh perwakilan dari tenaga kerja disetiap bagian, dan
dilaksanakan secara berkala.
3. Implementasi dan Operasi
a. Sumber daya, peran, tanggung jawab, tanggung gugat dan wewenang
dan job description
1) Struktur organisasi
Berikut adalah bagan struktur organisasi manajemen mutu dan
lingkungan hidup PT. INKA.
34

2) Penerapan P2K3
Pengusaha telah membuat panitia pemebina keselamatan dan
kesehatan kerja (P2K3). P2K3 di PT INKA lebih dikenal dengan
tim MMLH.
a) Struktur organisasi P2K3
Unit MMLH berada dibawah naungan Divisi Quality Control
dan Quality Assurance serta dipimpin oleh seorang asisten
manajer MMLH. PT. INKA sudah mempunyai struktur P2K3
namun untuk penerapannya belum berjalan secara efektif.
b) Tugas dan Fungsi Tim MMLH
Tugas dan fungsi Tim MMLH sebagai berikut:
(1) Memberikan saran, pertimbangan dan usulan program atau
kegiatan baik diminta atau tidak kepada manajemen tentang
K3LH.
(2) Menjabat secara fungsional dan koordinatif kegiatan –
kegiatan MMLH pada unit – unit kerja terkait dengan
lembaga K3LH.
35

(3) Mempertimbangkan dan memutuskan permasalahan –


permasalahan bersifat umum yang terkait dengan K3LH.
(4) Membina dan menumbuhkan kesadaran pada manajemen,
staff dan tenaga kerja tentang pentingnya K3LH.
(5) Laporan secara berkala tentang kejadian K3LH kepada
manajemen dan pihak eksternal yang berwenang.
b. Kompetensi dan pelatihan K3
Pelatihan – pelatihan K3 yang terdapat di PT. INKA meliputi:
1) Pelatihan Pemadam Kebakaran
Pelatihan pemadam kebakaran diadakan oleh departemen MMLH
yang diikuti oleh perwakilan tenaga kerja disetiap bagian setiap 1
tahun sekali. Pelatihan pemadaman kebakaran bertujuab untuk
melatih kesiapsiagaan tenaga kerja dalam menanggulangi
terjadinya kebakaran ditempat kerja.
2) Pelatihan PPPK
PT. INKA telah melakukan pelatihan PPPK yang diberikan kepada
petugas PPPK
c. Komunikasi K3
1) Safety Sign
Safety sign adalah sebuah media visual berupa gambar
yang ditempatkan di area yang memuat pesan-pesan agar setiap
tenaga kerja selalu memperhatikan aspek-aspek kesehatan dan
keselamatan kerja. Rambu – rambu K3 berisi tentang peringatan-
peringatan pemakaian APD pada area-area yang berpotensi bahaya
tinggi. Selain itu berisi tentang larangan-larangan yang berguna
untuk menjamin keselamatan diantaranya adalah rambu
keselamatan tentang larangan merokok diarea penyimpanan bahan
bakar yang mudah terbakar dan rambu keselamatan pada daerah
tegangan tinggi. Biasanya safety sign dapat ditemukan diarea
workshop dan lingkungan sekitar pabrik dengan adanya safety sign
36

tenaga kerja dapat mengetahui potensi dan factor bahaya ditempat


kerja.
2) Safety Induction
Safety induction merupakan materi komunikasi yang
berisikan tentang aktifitas produksi disetiap workshop, potensi
bahaya, alat pelindung diri yang digunakan, proteksi area dan
housekeeping, sarana penunjang dan hal – hal apa saja yang
dilakukan bila terjadi keadaan darurat yang tidak diinginkan seperti
kebakaran. Safety induction biasanya ditempel disetiap workshop
dengan penjelasan yang berbeda-beda disetiap workshop dan juga
dapat mengambil tindakan segera apabila terjadi keadaan darurat.
3) Safety Talk
Safety talk merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menilai performa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) disetiap
departemen. Safety talk di PT. INKA dilaksanakan oleh setiap
departemen pada waktu yang bersamaan dalam bentuk apel pagi.
Kegiatan apel pagi ini biasanya dilakukan pukul 07.00 WIB.
Dalam kegiatan ini tidak hanya diisi dengan pemberian informasi
mengenai K3 saja tetapi semua informasi yang terjadi di PT.INKA.
4) Poster K3
Poster K3 dapat ditemukan di lingkungan pabrik dan diarea
workshop. Pemasangan poster K3 tersebut memenuhi unsur
komunikatif. Dimana dapat dengan mudah dipahami oleh tenaga
kerja, pengunjung, pelanggan atau pihak lain yang
berkempentingan mengenai peraturan dan persyaratan K3
dilingkungan perusahaan. Poster biasanya berbentuk tulisan atau
gambar yang isinya mendeskripsikan tentang bahaya bila tidak
memakai APD. Dengan adanya poster K3 ini diharapkan tenaga
kerja selalu mematuhi peraturan tentang penggunaan APD yang
dibuat oleh perusahaan.
d. Dokumentasi K3
37

Dokumentasi yang ada di PT. INKA yang berkaitan dengan K3 yaitu :


1) Dokumentasi Manual Sistem Manajemen K3
Dokumen manual system manajemen K3 merupakan
paying dari seluruh elemen manajemen K3. Dokumen ini berisikan
kebijakan yang terintegritas dengan system manajemen yang ada
diperusahaan. Dokumen ini memuat tentang visi dan misi
perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan program K3 dan
sebagai pedoman dalam upaya mencegah dan mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja dan tujuan utamanya adalah mencapai
keselamatan dan kesehatan kerja yang setinggi – tingginya.
2) Prosedur Sistem Manajemen K3
Berdasarkan observasi di PT. INKA prosedur system
manajemen K3 yang ada di perusahaan lebih mengacu ke prosedur
keadaan darurat, hal ini dibuktikan dengan adanya kebijakan
manajemen untuk menunjukkan komitmen perusahaan dalam
mencegah dan menanggulangi keadaan darurat.
3) Standar Operasional Prosedur (SOP)
PT. INKA sudah tersedia SOP disetiap jenis pekerjaan yang
bertujuan untuk memberikan arahan kepada tenaga kerja supaya
melakukan pekerjaan secara aman sehingga tidak terjadi
kecelakaan kerja.
4) Formulir dan daftar periksa
Dari hasil observasi di PT. INKA formulir dan daftar
periksa berupa form inspeksi mesin, form inspeksi APAR ,
formulir JSA dan formulir pelaporan kecelakaan kerja.
e. Pengendalian dokumen
Pengendalian dokumen di PT.INKA meliputi:
1) Pengendalian dokumen K3 secara tertulis, bertanggal dan
ditandatangani oleh penanggungjawab kegiatan
2) Sudah ada bukti sirkulasi keluar masuk dokumen yang tercatat dan
bertanggal.
38

3) Semua dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika ditemukan


dokumen yang mengalami perubahan harus dicatat identitasnya
dengan baik.
4) Semua dokumen berada dikantor
5) Dokumen kadaluarsa atau dokumen yang sudah tidak berlaku harus
diberi tanda yang jelas dan diberi stampel.
f. Pengendalian operasi
1) Alat pelindung diri (APD)
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus dicegah agar
tenaga kerja dapat melaksanakan pekerjaanya dengan aman dan
selamat, maka diperlukan pengendalian bahaya dan perlindungan
terhadap tenaga kerja. Salah satu upaya pengendalian bahaya
tersebut adalah dengan mewajibkan tenaga kerja yang bekerja pada
tempat berpotensi bahaya tinggi. Adapun jenis APD yang
disediakan perusahaan bagi tenaga kerja berdasarkan jenis
pekerjaanya adalah sebagai berikut:
a) Pekerjaan pengelasan
Alat pelindung diri yang harus digunakan tenaga kerja dalam
melaksanakan pekerjaan peengelasaan yaitu:
(1) Safety helmet : untuk melindungi kepala dari bahaya
tertimpa benda
(2) Kacamata las atau tameng muuka : untuk melindungi mata
dan wajah dari percikan sinar infra merah dalam proses
pengelasan
(3) Fume welding respirator : sebagai pelindung pernapasan
(4) Sarung tangan kulit : untuk melindungi tangan dari bahaya
radiasi
(5) Safety shoes: untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan –
kecelakaan yang disebabkan oleh benda berat yang
menimpa kaki atau benda tajam lain yang mungkin terinjak.
b) Pekerjaan gerinda
39

Alat pelindung diri yang harus digunakan tenaga kerja yaitu :


(1) Safety helmet : untuk melindungi kepala dari bahaya
tertimpa bnda
(2) Kacamata atau googles : untuk melindungi mata dari
percikan beram
(3) Ear plug : sebagai sumbat telinga
(4) Sarung tangan : untuk melindungi tangan dari bahaya
tersayat
(5) Safety shoes : untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan –
kecelakaan yang disebabkan oleh benda berat yang
menimpa kaki atau benda tajam lain yang mungkin terinjak.
c) Pekerjaan pengecatan
Alat pelindung diri yang harus digunakan tenaga kerja yaitu :
(1) Safety helmet : untuk melindungi kepala dari bahaya
tertimpa benda.
(2) Apron : untuk melindungi tubuh agar tidak terkena percikan
atau tumpahan cat.
(3) Ear plug : sebagai sumbat telinga.
(4) Sarung tangan : untuk melindungi tangan dari bahaya bahan
kimia.
(5) Safety shoes : untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan
yang disebabkan oleh benda berat yang menimpa kaki atau
benda tajam lain yang mungkin terinjak.
(6) Respirator : sebagai pelindung pernafasan.
d) Pekerjaan Grit Blasting
Alat pelindung diri yang harus digunakan tenaga kerja yaitu :
(1) Safety helmet : untuk melindungi kepala dari bahaya
tertimpa benda.
(2) Pakaian kerja :untuk melindungi tubuh dari debu pasir besi.
(3) Sarung tangan kulit: untuk melindungi tangan dari bahaya
radiasi dan terkena aliran listrik.
40

(4) Safety shoes : untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan


yang disebabkan oleh benda berat yang menimpa kaki atau
benda tajam lain yang mungkin terinjak
(5) Respirator : sebagai pelindung pernafasan
e) Pekerjaan pembuatan fiberglass
Alat pelindung diri yang harus digunakan tenaga kerja yaitu :
(1) Safety helmet : untuk melindungi kepala dari bahaya
tertimpa benda
(2) Sarung tangan kulit: untuk melindungi tangan dari bahan
kimia
(3) Safety shoes : untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan
yang disebabkan oleh benda berat yang menimpa kaki atau
benda tajam lain yang mungkin terinjak
(4) Respirator : sebagai pelindung pernafasan
(5) Googles : untuk melindungi mata dari bahaya debu
2) Log Out Tag Out (LOTO)
Di PT. INKA proses LOTO merupakan prasyarat minimum
yang harus diterapkan pada seluruh fasilitas perusahaan, apabila
petugas dana tau mitra kerja melakukan pekerjaan pada tempat
dimana pelepasan energy berbahaya sangat mungkin terjadi. Jenis
pekerjaan yang membutuhkan LOTO yaitu jenis pekerjaan
dibidang listrik.
3) Sistem Ijin Kerja
PT. INKA memiliki system ijin kerja yang dikeluarkan oleh
bagian MMLH. System ijin kerja ini lebih dikenal dengan work
instruction yaitu surat perintah untuk melaksanakan pekerjaan yang
sesuai dengan tugas yang diperintahkan. Work Instruction
digunakan untuk semua jenis pekerjaan yaitu hot work misalnya
pada unit pengerjaan annealing bogie, cold work pada pekerjaan
tes hujan dan electrical work pada unit test track.
4) Safe Guarding
41

Perusahaan menggunakan mesin untuk proses produksinya,


mesin – mesin tersebut dapat menimbulkan potensi bahaya seperti
terjepit, terpotong, tergores, terbentur dan tertimpa. Mesin – mesin
besar ang digunakan sudah memiliki system pengaman otomatis
yang berasal dari pabrik pembuat mesin tersebut, tetapi pada
beberapa mesin ada yang tidak memakai pengaman misalnya
mesin grinding, drilling, lathe dan scrapping di unit welding 1.
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara mewajibkan tenaga
kerja memakai APD berupa safety helmet, safety shoes, safety
glasses, sarung tangan dan masker dan memberikan pelatihan
kepada tenaga kerja.
5) Job Safety Analysis (JSA)
JSA yang terdapat di PT. INKA merupakan seperangkat
instruksi melakukan pekerjaan secara aman dan mengetahui
potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan tenaga kerja.
Formulir JSA dibuat oleh departemen MMLH sebelum pekerjaan
tertentu berlangsung.
6) Material Safety Data Sheet (MSDS)
Perusahaan telah melakukan pengendalian bahan kimia
yang tepat agar bahan kimia B3 tidak membahayakan tenaga kerja
dalam proses produksi, terbukti dengan adanya Material Safety
Data Sheet (MSDS) dan Standar Operational procedure (SOP)
yang terdapat pada tempat kerja. Penyimpanan yang dilakukan
dalam menangani bahan kimia yang dipakai dalam proses
pengecatan dan sisa oli yang digunakan dalam proses produksi
adalah dengan menampung sisa – sisa bahan yang ada dalam
sebuah tong atau drum khusus yang akan diambil oleh pihak
ketiga.
g. Tanggap Darurat
Emergency planning adalah perencanaan persiapan untuk
menghadapi kejadian – kejadian yang tidak dapat diduga (darurat).
42

Prosedur keadaan darurat ini bertujuan untuk memastikan langkah dan


tanggapan yang tepat dan efektif dalam menghadapi keadaan darurat
atau bencana yang mengancam keselamatan jiwa, lingkungan dana tau
asset perusahaan di lingkungan PT. INKA serta memberikan arahan
terhadap koordninasi dan komunikasi timbal balik antara unit kerja dan
instansi terkait.
1) Keadaan darurat
Keadaan darurat adalah keadaan dimana terjadi kebakaran,
peledakan, kegagalan tenaga atau bahaya – bahaya lain yang dapat
mengancam dan menghambat jalannya proses produksi. Keadaan
darurat PT. INKA dibagi menjadi dua yaitu :
a) Keadaan darurat kecil (Minor Emergency)
Keadaan darurat yang dapat ditanggulangi dengan
menggunakan perangkat atau fasilitas yang tersedia didalam
perusahaan tanpa instansi terkait atau dari luar.
b) Keadaan darurat besar (Mayor Emergency)
Keadaan darurat yang tidak dapat ditanggulangi dengan
menggunakan perangkat atau fasilitas yang tersedia dan harus
dilakukan dengan bantuan dan koordinasi instansi terkait diluar
PT. INKA.
2) Struktur Organisasi Tanggap Darurat
Dalam menghadapi keadaan gawat darurat, PT.INKA telah
membentuk organisasi tanggap darurat. Tim tanggap darurat terdiri
dari anggota yang masing – masing mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:
a) Koordinator Operasi
Koorditor Operasi dijabat oleh Direktur atau Kepala
Departemen Umum yang dalam struktur organisasi tanggap
darurat PT INKA ( Persero ) berlaku sebagai ketua tim tanggap
darurat. Dalam menjalankan tugasnya, Koordinator Operasi
bertugas dan bertanggungjawab memimpin dan
43

mengkoordinasi tindakan penanganan keadaan darurat serta


mengkomunikasikan keadaan darurat kepaa pihak internal
maupun eksternal.
b) Sekretaris
Jabatan sekretaris dipegang oleh ketua MMLH, selain mewakili
Koordinator Operasi jika berhalangan dala menjalankan
tugasnya, ketua MMLH juga erupakan koordinator lapangan
dari tim tanggap daruat yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab :
(1) Mengkoordinasi satgas – satgas yang berada dibawahnya,
yaitu : satgas pemadam kebakaran, satgas kesehatan, satgas
umum, satgas evakuasi dan satgas pemeliharaan.
(2) Memantau jalannya keadaan darurat dan penangan serta
bersama satgas pemeliharaan mengevaluasi segala akibat
dari keadaan darurat
(3) Melapokan kepada koordinator operasi mengenai segala hal
yang berkaitan dengan keadaan yang terjadi dilapangan

c) Satgas Pengamanan
Satgas pengamana mempunyai tugas dan tanggung jawab :
(1) Menutup dan mengamankan lokasi kejadian dari orang –
orang yang tidak berkepentingan.
(2) Membantu evakuasi dan mengamankan jalur evakuasi
korban.
d) Satgas Pemadam Kebakaran
Satgas pemadam kebakaran mempunyai tugas dan tanggung
jawab :
(1) Memadamkan dan melokalisir kebakaran pada saat keadaan
darurat.
(2) Membina kesiapsiagaan peralatan dan personel dalam
penanggulangan keadaan darurat.
44

e) Satgas Kesehatan
Satgas kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab
melaksanakan perawatan medis kepada korban ditempat
kejadian termasuk menyiapkan peralatan serta sarana
pendukung untuk penananganan korban dan juga
mempersiapkan pertolongan lebih lanjut kepada korban apabila
harus dibawa ke rumah sakit dengan bantuan transportasi dari
satgas umum.
f) Satgas Umum
Satgas Umum mempunyai tugas dan tanggung jawab :
(1) Mempersiapkan bantuan logistic selama keadaan darurat
(2) Menyiapkan saran transportasi untuk evakuasi korban
(3) Menyiapakn sarana komunikasi
(4) Menjalin komunikasi dengan posko – posko terkait
(5) Menyiapkan penampungan dan sarana yang aman untuk
evakuasi
g) Satgas Evakuasi
Satgas evakuasi bertugas dan bertanggung jawab menentukan
lokasi dan jalur yang aman untuk evakuasi , serta memimpin
atau mengkoordinasi korban dlaam pelaksanaan evakuasi.
h) Satgas Pemeliharaan
Satgas pemeliharaan bertugas dan bertanggung jawab
menginventariskan segala kerusakan yang timbul oleh karena
keadaan darurat bersama sekretaris, membersihkan lokasi
kejadian dan melakukan rehabilitasi guna memfungsikan
kembali fasilitas yang rusak.
3) Penanggulangan Keadaan Darurat
PT INKA ( Persero ) membuat suatu prosedur tanggap
darurat untuk mempermudah penangan keadaan darurat bagi
45

tenaga kerja, kepala unit kerja dan koordinator lapangan sebagai


berikut :
a) Tenaga Kerja
Langkah pertama yang harus dilakukan ole tenaga kerja yang
berada di lokais kejadian yaitu melakukan penanggulangan
awal dan P3K sesuai Standard Operational Procedure ( SOP )
untuk masing – masing keadaan darurat. Jika memungkinkan
kemudian melaporkan kejadian kepada kepala unit kerja yang
bersangkutan tentang kejadian tersebut.
b) Kepala Unit Kerja
Setelah menerima laporan keadaan darurat, kepala unit kerja
harus segera menginformasikannya kepada koordinator
lapangan tentang jenis bencana, lokasi, jumlah korban jika ada,
serta kondisi kejadian secara ringkas. Sambil menunggu tim
tanggap darurat tiba ditempat kejadian, berusaha mencari
sumber penyebab dan mengisolasinya agar tidak menimbulkan
dampak yang lebih besar dan tentu saja harus memperhatikan
faktor keselamatan diri.
c) Koodinator Lapangan
Setelah menerima informasi dari kepala unit kerja, koordinator
lapangan segera melakukan koordinasi dengan satgas – satgas
yang tergabung dalam tim tanggap darurat untuk segera
melaksanakan tugasnya masing – masing. Selain itu koodinator
lapangan juga melakukan koordinasi dengan koordinator
oprasi, serta melaporkan setiap perkembangan yang terjadi.
Apabila bencana tersebut tidak dapat diatasi oleh tim tanggap
darurat dari PT INKA ( Pesero ), makan koordinator operasi
segera menghubungi instansi – instansi terkait diluar PT INKA
( Persero ) untuk membantu melakukan penanggulangan lebih
lanjut.
46

h. Muster Point
PT INKA ( Persero ) telah menyediakan tempat berkumpul sementara
atau muster point yang letaknya sudah diperuntukkan untuk tempat
yang aman bagi tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam
penanggulangan keadaan darurat dengan pemasangan tanda yang jelas
bertuliskan muster point.
4. Pemeriksaan Pengawasan
a. Safety Patrol
Merupakan inspeksi yang dilakukan oleh tim safety dari
Departemen MMLH secara bergantian setiap minggu sekali tentang
aspek K3LH diseluruh workshop . tujuan dari adanya patrol dari
Departemen MMLH antara lain untuk mengidentifikasi adanya temuan
unsafe condition, unsafe act, dan permasalahn lain yang ditemukan di
lapangan. Tindak lanjut dari adanya patro ini kemudian disampaikan
kepada Senio Management MMLH dengan rekomendasinya.
Namun pada dasarnya implementasi secara maksimal dari kegiatan
inspeksi ini dalam hal pengawasan mengalami kesulitan karena
kurangnya anggota dari tim safety. Sehingga para tenaga kerja
hendaknya memiliki kesadaran tinggi dlaam menerapkan aspek
Keselamatan dan Kesehatan di lingkungan kerjanya.
b. Pengukuran Kinerja K3
Kegiatan pengukuran statisktik kecelakaan kerja dilakukan oleh
Departemen MMLH dan dilakukuan setiap harinya guna mendapatkan
data yang benar – benar relevan untuk digunakan sebagai pelaporan
dan investigasi bila ada kecelakaan maupun ketidaktepatan prosedur
Sesuai hasil observasi pengukuran kinerja K3 di PT INKA (
Persero ) meliputi proaktif yaitu memantau dan mengevaluasi
kesesuaian program – program ditempat kerja dan pengukuran kinerja
yang bersifat reaktif untuk memantau penyakit akibat kerja, insiden,
penyimpanan kinerja K3 masa lampau, rekaman data dan hasil
47

pemantauan pengukuran lingkungan. Untuk bukti dokumen statistic


kecelakaan kerja di PT INKA ( Persero ) menjadi rahasia perusahaan.

c. Penyimpanan Laporan ( Laporan – Laporan K3 )


Setiap kejadian kecelakaan dicatat dalam formulir kecelkaan yang
antara lain berisi identitas korban, bagian tubuh yang luka, sifat luka,
jenis kecelakaan, uraian kejadian kecelakaan dan upaya pencegahan
yang diambil. Adapun jenis kecelakaan yang sering terjadi di PT
INKA ( Persero ) antara lain terjepit. Terpotong, terbakar, terjatuh,
mata kemasukan benda, tertimpa, terpukul dan kontak dengan aruus
;istrik. Jenis kecelakaan tersebut dapat terjadi pada proses pengelasan,
penggerindaan, pemotongan, perataan plat, pengeboran plat,
pembengkokan plat dan pengkilauan.
PT INKA ( Persero ) telah melakuakn penyimpanan rekaman
dengan melakukan pengendalian dokumen tentang laporan – laporan
K3.
d. Inspeksi
Pada setia upaya pencegahan kecelakaan kerja perlu adanya suatu
kegatan identifikasi, evakuasi dan monitoring serta pengendalian
potensi bahay yang ada ditempat kerja sehingga dapat dilakukan usaha
perbaikan demi tercapainya kondisi maupun tindakan yang aman dan
selamat untuk melakukan pekerjaan. Maka dari itu PT INKA ( Persero
) melaksanakan inspeksi tempat kerj ayang dilakukan oleh pengawas
yang didelegasikan MMLH pada tiap – tiap unit kerja.
Inspeksi non formal ( inspeksi mesin dan alat kerja ) dilaksanakan
setiap hai, sedangkan inspeksi formal belum terlaksana kembali karena
perusahaan yang sedang dalam masa reorganisasi.
e. Investigasi Kecelakaan
Investigasi kecelakaan dilakukan setelah adanya laporan
kecelakaan kerja maka MMLH segera mengadakan investigasi dengan
penyelidikan kecelakaan kerja ditempat kejadian kecelkaan kerja
48

ditempat kejadian kecelakaan dan mengumpulkan sebanyak mungkin


saksi sebagai cara alternative untuk mencari sebagai jawaban penyebab
dari kecelkaan dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam terhitung saat
terjadinya kecelakaan. Penyelidikan kecelakaan kerja ini bertujuan
untuk menemukan sebab – sebab kecelakaan sehingga dapat
ditemukan langkah apa yang dapat diambil untuk mencegah terjadinya
kecelakaan serupa supaya tidak terulang kembali.
f. Pelaporan Kecelakaan
Apabila terjadi kecelakaan kerja makan setiap hari tenaga kerja
yang melihat kejadian tersebut harus memberikan pertolongan atau
mengantar korban ke Polinka, apabila ternyata Polinka tidak bisa
menangani maka korban dirujuk ke RSUD dr. Soedono Madiun.
Prosedur pelaporan kecelkaan kerja adalah :
1) Pemberitahuan kepada pimpinan unit kerja baik secara lisan
maupun tulisan
2) Pimpinan unit kerja atau Kepala Departemen yang bersangkutan
membuat laporan kecelkaan dan disampiakna kepada MMLH
dengan tembusan kepada Departemen SDM dalam waktu tidak
lebih dari 2 x 24 jam
3) Pelaporan kecelakaan kerja dilakukan sesuai dengan format yang
telah disediakan

Pelaporan ini sebagai bhan informasi untuk memudahkan


pelaksanaan investigasi serta pengurusan Jamsostek bagi tenaga kerja
yang mengalami kecelkaaan

g. Audit K3
1) Mengadakan Audit Internal Sistem Manajemen K3
Audit system manajemen k3 secara internal di PT INKA (
Persero ) dilaksanakan oleh tim auditor dari dalam perusahaan
sendiri. Audit internal ini dilaksanakan dengan mengacu pada “
Materi Audit Sitem Manajem en K3 Industri Strategis ”. Materi ini
49

mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 dan


disusun kembali oleh BPIS ( Badan Pengelola Industri Strategis )
dengan mencantumkan persyaratan yang harus dipenuhi termasuk
penyiapan dokumen lain sebagaianya pada tiap – tiap elemen
tersebut. Hal tersebut dimaksudka untuk penyeragaman di
lingkungan industry strategis dan agar pelaksanaan Audit Sitem
Manajemen K3 dapat dilakukan sendiri oleh petugas di lingkungan
kerja masing – masing dengan lebih mudah.
2) Melaksanakan Audit Ekterna Sitem Manajemen K3
Audit system manajemen K3 secara eksternal di PT INKA (
Persero ) dilaksanakan oleh tim auditor dari badan audit yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Jika pada evaluasi terdapat
kesesuaian dengan indikator K3 dan terdpaat kecelakaan nihil pada
seluruh tenaga kerja makan perusahaan mengajukan Zero Accident
Award pada Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia, PT
INKA ( Persero ) telah memperoleh Piagam Penghargaan
Kecelakaan Nihil (Zero Accident Award ) pada tanggal 2 Januari
2004 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No.Kep.01/MEN/2004. Piagam tersebut diberikan
atas prestasi dalam melaksanakan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( K3 ), sehingga mencapai 6.481.432 jam kerja
tenaga kerja tanpa kecelakaan kerja terhitung sejak tanggal 1 Juni
2000 sampai November 2003.
5. Tinjauan Ulang Manajemen
Tinjauan ulang manajemen yang dilakukan oleh PT INKA (
Persero ) dilakukan untuk memastikan bahwa penerapan SMK3 telah
berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan, sehingga jika terjadi
penyimpangan dapat segera dilakukan tindakan perbaikan dan
penyempurnaan.
50

G. Ergonomi

1. Desain Stasiun Kerja


a. Kondisi Mesin
Kondisi mesin cukup baik. Mesin-mesin tersebut selalu
diperiksa setiap akan digunakan dan secara rutin setiap satu
minggu sekali oleh operator mesin. Jarak antara mesin dengan
mesin yang lain cukup memungkinkan operator leluasa bergerak.
Berbagai jenis mesin tertentu juga dilengkapi dengan
petunjukpenggunaan danpengoperasian alat sesuai dengan Sistem
Operasional Prosedur (SOP) dan tetap memasang safety guarding
machine sesuai ketentuan.
b. Kondisi Lantai Kerja
Kondisi lantai kerja secara umum terlihat bersih, karena selalu
dibersihkan oleh petugas secara berkala pada saat sebelum,
sesudah dan saat proses produksi berlangsung. Adanya program
house keeping 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) di PT.
INKA (Persero) sangat membantu dalam meningkatkan kondisi
lingkungan kerja yang rapi dan bersih.
c. Penempatan Material
Pada setiap unit produksi sudah disediakan rak untuk
meletakkan dan menyimpan material. Akan tetapi, kadang masih
terdapat sisa-sisa material yang berserakan di lantai sehingga
memberi kesan kurang teratur dan secara tidak langsung dapat
mengganggu alur lalu lintas dan pergerakan tenaga kerja serta
perlu ditingkatkan lagi keteraturannya.
2. Waktu Kerja
Pengaturan waktu kerja di PT. INKA, hari kerja efektifnya dalam
satu minggu adalah lima hari kerja. Sistem kerja 8 jam/hari dengan
istirahat 45 menit setelah 4 jam bekerja. Shift kerja diperuntukkan
bagi tenaga kerja outsourching yang bekerja di area produksi. PT.
INKA berproduksi selama 24 jam, shift dibagi menjadi 3 shif, dimana
51

setiap shift dalam satu hari bekerja selama 8 jam. Shift kerja dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Shift pagi : pukul 07.30-15.30 WIB
2. Shift sore : pukul 15.30-23.30 WIB
3. Shift malam : pukul 23.30-07.30 WIB
3. Beban Kerja
Beban kerja seseorang sudah ditentukan dalam bentuk standar
kerja perusahaan menurut jenis pekerjaannya. Apabila sebagian besar
karyawan bekerja sesuai dengan standar perusahaan, maka tidak
menjadi masalah. Sebaliknya, jika karyawan bekerja dibawah standar
maka beban kerja yang diemban berlebih. Sementara jika karyawan
bekerja di atas standar, dapat berarti estimasi standar yang ditetapkan
lebih rendah dibanding kapasitas karyawan itu sendiri. Kebutuhan
sumber daya manusia dapat dihitung dengan mengidentifikasi
seberapa banyak output perusahaan pada divisi tertentu yang ingin
dicapai. Analisis beban kerja sangat erat kaitannya dengan fluktuasi
permintaan pasar akan barang dan jasa perusahaansekaigus dengan
pemenuhan sumber daya manusia yang diperlukan untuk memenuhi
pasar komoditi.
4. Display
PT INKA (Persero) Madiun terdapat display yang berupa simbol
tentang penggunaan sarana alat pelindung diri yaitu “terdapat simbol
mengunakan helem, gunakan sepatu pengaman, dan gunakan
kacamata dll ” dan simbol dilarang memfoto, papan informasi seperti
“perhatikan anda memasuki area pabrik supaya menggunakan APD,
dilarang merokok dan berjalan dilajurnya”, poster-poster, rambu-
rambu (safety sign) seperti tanda APAR, dilarang merokok, buanglah
sampah pada tempatnya, budayakan 5R dan tanda terdapat sepeda dll.
Display dapat ditemukan dan mudah dilihat disekitar lingkungan
pabrik dan area produksi. Display berukuran besar, tulisan tebal dan
berwarna terang yang mudah dibaca oleh semua orang. Display
52

merupakan suatu upaya pencegahan terjadinya potensi dan faktor


bahaya yang terjadi selama proses produksi serta untuk mengingatkan
tenaga kerja saat bekerja sebelum atau saat bekerja dan memberikan
informasi keselamatan pada orang-orang yang baru memasukki
tempat kerja tersebut sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja.
Semua orang yang memasuki temoat kerja tidak ada kesulitan untuk
melihat display karena letaknya mudah dilihat sehingga tidak
menyebabkan bahaya tambahan.
Menurut Abdurrahman (2013), Rambu- rambu keselamatan
berguna untuk:
a. Menarik perhatian terhadap adanya bahaya kesehatan dan
keselamatan kerja.
b. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat.
c. Menyediakan informasii umum dan memberikan pengarahan.
d. Mengingatkan para karyawan dimana harus menggunakan
peralatan perlindungan diri.
e. Mengingatkan para karyawan dimana harus menggunakan
peralatan pelindung diri.
f. Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.
g. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang
atau perilaku yang tidak boleh.
Untuk pembuatan safety sign yang baik menurut Sumbo Tinaruko
(2008), yaitu harus memenuhi 4 kriteria berikut ini :
a. Mudah dilihat
Penempatan sign juga harus dipikirkan secara tepat dan
penempatan sign yang baik yaitu ditempat yang mudah diakses
orang.
b. Mudah dibaca
Bentuk huruf atau tipografi yang digunakan dalam sign sebisa
mungkit dapat terbaca.
c. Mudah di mengerti
53

Bentuk penulisan yang tertera pada sign harus mudah untuk


dipahami. Bentuk tulisan juga sebisa mungkin singkat dan padat.
d. Dapat dipercaya
Kebenaran informasi yang ada dapat dipercaya tidak menyesatkan.
Sehingga perusahaan sudah memenuhi safety sign yang baik yang
mana dalam penempatannya mudah dilihat, mudah dibaca karna
tulisannya besar-besar, mudah dimengerti dan dapat dipercaya.
5. Antropometri
Antropometri sangat penting untuk menentukan desain
stasiun kerja yang nyaman untuk tenaga kerja. Di PT INKA (Persero)
permasalahan antropometri ada pada desain stasiun kerja yang belum
ergonomis dikarenakan mesin pada stasiun kerja yang sesuai dengan
antropometri orang luar negeri dimana ukuran antropometrinya lebih
tinggi dari orang Indonesia. Dengan adanya masalah tersebut
perusahaan melakukan pengendalian dengan cara menambah alat
bantu seperti pijakan kaki atau tangga agar tenaga kerja dapat
menjangkau keatas.
6. Kelelahan Kerja (Kelelahan Fisik dan Kelelahan Psikis)
Kelelahan kerja yang sering terjadi di PT. INKA (Persero) Madiun
biasanya pada tenaga kerja di bagian pembuatan komponen-
komponen kereta sebelum dirakit. Kelelahan fisik yang sering
dirasakan tenaga kerja berupa keluhan sakit punggung dan pinggang
karena proses pembentukan/penyempurnaan komponen yang
dilakukan, selain itu kelelahan pada tangan dan kaki karena bekerja
dengan posisi berdiri dan kelelahan pada mata serta tengkuk. Dalam
hal ini perusahaan belum melakukan monitoring kelelahan kerja tetapi
perusahaan telah melakukan pengendalian yang dilakukan yaitu
pemberian waktu istirahat sebanyak tiga kali setiap 2,5 jam bekerja.
7. Penilaian Muskuloskeletal
54

Untuk meminimalisir musculoskeletal disorder pada operator alat


berat maka perusahaan menyediakan backsupport untuk
meminimalisir getaran pada tubuh pekerja.
8. Manual/ Automatic Handling
Alat angkat dan angkut yang digunakan di PT. INKA (Persero)
antara lain berupa :
a. Kereta Dorong
Kereta dorong digunakan untuk berbagai mengangkut
material terutama, sisa-sisa material yang sudah tidak terpakai lagi.
b. Forklift
Forklift digunakan untuk kegiatan angkat-angkut dalam
memindahkan material dari satu tempat ke tempat yang lain.
c. Crane
Alat yang dilengkapi dengan sistem kontrol ini digunakan
untuk memindahkan material yang berat dan berukuran besar
dalam satu ruang produksi.54
d. Tambangan
Tambangan digunakan sebagai jembatan perantara kegiatan
angkat-angkut dalam memindahkan bahan baku, barang setengah
jadi dan gerbong jadi dari satu unit produksi ke unit produksi yang
lain54

9. House Keeping
Di PT. INKA (PERSERO) MADIUN sudah menerapkan
housekeeping (5R) di bagian area produksi diantara lain yaitu Bagian
Pengerjaan Plat (PPL), Bagian Perakitan (PRK), Bagian Pengecatan ,
Bagian Pemasangan Komponen (PMK) , Bagian Permesinan (PMS)
diterapkan dengan baik sehingga memenuhi 5R tersebut terdiri dari
Ringkas, Rapi, Resik, Rwat, dan Rajin. Tujuan dari diterapkanya 5R
sendiri yaitu menciptakan lingkungan kerja yang selalu bersih, rapi,
55

dan masing – masing orang mempunyai konsistensi dan disiplin diri,


sehingga mampu mendukung terciptanya tingkat efisiensi dan
produktifitas yang tinggi di perusahaan.
Di PT. INKA (PERSERO) MADIUN sangat mengunggulkan 5R
dan salah satu program yang ada di perusahaan yaitu mengadakan
perlombaan 5R antara unit satu dengan lainya yang dinamakan dengan
“Prpgram 5R Award”. Dengan harapan diadanya program ini yaitu di
masing – masing unit bersemangat untuk menerapkan 5R untuk
mendapatkan 5R Award dari perusahan, tentu saja dari hal ini akan
lebih mudah terbentuknya budaya 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rajin,
Rawat).
Penerapan 5R ( Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin ) di PT.
INKA (PERSERO) MADIUN menjadi salah satu program yang
diunggulkan sehingga di PT. INKA (PERSERO) MADIUN sudah
terwujud budaya 5R dengan baim di setiap unit kerjanya. Tujuanya
yaitu menciptakan lingkungan kerja yang selalu bersih, rapi, dan
masing – masing orang mempunyai konsistensi dan disiplin diri,
sehingga mampu mendukung terciptanya tingkat efisiensi dan
produktifitas yang tinggi di perusahaan serta meningkatkan citra
perushaan dan kualitas produk yang dikeluarkan oleh PT. INKA (
PERSERO ) MADIUN.
10. Stress kerja (Management Stress)
Greenberg dalam Kristanto(Kristanto:5) mendefinisikan stres kerja
sebagai kombinasi antara sumber-sumberstres pada pekerjaan,
karakteristik individual, dan stresor di luar organisasi. Daviddan
Newstrom mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi
yangmempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang.
Sementara,Robbins mendefinisikan stres kerja sebagai kondisi yang
dinamis di manaseseorang dikonfrontasikan dengan kesempatan,
hambatan, atau tuntutan yang berhubungan dengan apa yang
diinginkannya dan untuk itu keberhasilannyaternyata tidak pasti
56

(2007:368).Hasil pada PT. INKA ( PERSERO ) MADIUN setelah


dilakukannya tanya jawab saat materi berlangsung menyatakan bahwa
pekerja di perusahaan tersebut mengalami stress kerja ketika
pemesanan di PT INKA (PERSERO) MADIUN sedang meningkat
karena tuntuntan kerja ekstra tinggi dan ekstra cepat agar memenuhi
target.
Setelah dilakukanya kunjungan industri di PT INKA (PERSERO)
MADIUN dan melalui tanya jawab kepada Bapak Agus yang erasal
dari Departemen K3L yang dimana menyatakan bahwa pekerja
mengalami stress kerja apabila terjadi pesanana yang meningkat dari
customer baik nasional maupun internasional. Di PT. INKA (
PERSERO ) MADIUN telah dilakukan pengukuran stress kerja
dengan menggunakan kuisioner. Akan tetapi tidak dijelaskan cara
pengendalian yang di lakukan perushaan agar tidak terjadinya stress
kerja hal ini akan sangat berpengaruh pada kualitas produk,
konsentrasi saat bekerja , penyakit akibat kerja bahkan mengakibatkan
kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian.

H. Lingkungan

Program Lingkungan

a. Pengendalian Operasional:
1) Air Pollution Control (Monitoring Polusi Udara)
Program yang telah dilakukan adanya 7 cerobong untuk pemeriksaan
kualitas udara ambient dan emisi gas buang. Pemeriksaan dilakukan
setiap 6 bulan sekali.
2) Waste Water Control
Pemeriksaan emisi gas buang dan kualitas udara ambien.
3) Hazardous Waste Management / Manajemen Limbah B3
Adanya tempat penyimpanan dan pembuangan limbah B3 sementara di
TPS B3.
b. Program Perbaikan
57

1) Program INKA bebas debu dan 5R .


Program ini dimulai pada tahum 2016 yaitu suatu program untuk
menanggulangi debu yang ada di kawasan perusahaan antara lain
membuat taman, memasang paving dan melakukan cor beton. Selain
itu memberikan penghargaan setiap ulang tahun perusahaan bagi
karyawan yang telah menerapkan program 5R.
2) Pembuatan Biopori.
Lahan biopori bermanfaat untuk mengurangi genangan air dengan cara
meningkatkan daya resap air pada tanah.
3) Penanaman Pohon Langka.
Program ini merupakan upaya melindungi pohon-pohon langka dari
kepunahan yang dilakukan secara berkala setiap tahunnya.
PT INKA telah melakukan program sebagai upaya peningkatan kualitas
lingkungan sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 10 ayat (4) “a. pemanfaatan
dan/atau pencadangan sumber daya alam; b. pemeliharaan dan perlindungan
kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup; c. pengendalian, pemantauan, serta
pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam; dan d. adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim”. Pasal 54 “Setiap orang yang melakukan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib melakukan
pemulihan fungsi lingkungan hidup.

Program Bina Lingkungan :

 Bantuan korban bencana alam


 Bantuan pendidikan dan / atau pelatihan
 Bantuan peningkatan kesehatan
 Bantuan pengembangan prasarana dan / atau sarana umum
 Bantuan sarana ibadah
 Bantuan pelestarian alam
 Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan
 Pameran produk mitra binaan
58

 Pendidikan dan pelatihan mitra binaan


 Pembentukan Desa Binaan

Tanggung Jawab Sosial

Untuk memenuhi Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang


Perseroan Terbatas Bab V, Pasal 71 perihal tanggung jawab sosial dan
lingkungan, perusahaan menganggarkan biaya Corporate Social
Responsibility (CSR) sebesar Rp1,5 Miliar.

Tanggung jawab sosial tahun 2017 diprogramkan untuk kegiatan sosial


bagi masyarakat di lingkungan sekitar PT INKA (Persero) meliputi bantuan
bencana alam, pendidikan dan latihan, keagamaan, peningkatan kesehatan,
pengembangan prasarana dan sarana umum, perbaikan rumah tidak layak
huni, pelestarian alam dan lingkungan, bantuan sosial kemasyarakatan, anak
yatim dan kaum dhuafa.

Penghargaan

a. Pada tahun 2017 mendapatkan sertifikasi SMK3LH sesuai PP Nomor 50


Tahun 2012 dengan bendera emas atau predikat memuaskan.
b. Tahun 2018 menetapkan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
c. Mendapatkan proper biru yang berarti pengelolaan limbah sudah sesuai
dengan peraturan.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Higiene Perusahaan

Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No.


5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
pasal 2 dan pasal 3 huruf (a) menjelaskan bahwa pengusaha wajib
melaksanakan syarat-syarat K3 lingkungan kerja seperti pengendalian faktor
fisika dan faktor kimia agar berada di bawah NAB. Serta huruf (b)
menjelaskan bahwa pengusaha wajib melaksanakan syarat-syarat K3
lingkungan kerja seperti pengendalian faktor biologi, faktor ergonomi, dan
faktor psikologi kerja agar memenuhi standar. Pelaksanaan syarat-syarat K3
lingkungan kerja dapat dilakukan melalui pengukuran dan pengendalian
lingkungan kerja serta penerapan higiene dan sanitasi.
Pengukuran lingkungan kerja dilakukan untuk mengetahui tingkat
pajanan faktor fisika, faktor kimia, faktor biologi, faktor ergonomi, dan faktor
psikologi terhadap tenaga kerja. Pengukuran dapat dilakukan sesuai dengan
standar yang telah divalidasi oleh lembaga yang berwenang.
Pengendalian lingkungan kerja faktor fisika, faktor kimia, faktor
biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi dilakukan sesuai hirarki
pengendalian melalui upaya eliminasi, substitusi, rekaya teknis, administrasi
dan penggunaan alat pelindung diri.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No.
5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
pasal 58 menjelaskan bahwa setiap tempat kerja yang memiliki potensi
bahaya wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Pemeriksaan dan
pengujian dapat dilakukan secara internal maupun melibatkan lembaga
eksternal dari luar tempat kerja.
Pemeriksaan dan pengujian internal dilakukan untuk mengukur
besaran pajanan sesuai dengan risiko, hal ini dilakukan oleh personil K3
bidang Lingkungan Kerja yang memiliki kompetensi dan kewenangan yang

59
60

dapat dibuktikan dengan lisensi K3 dan surat keputusan penunjukan.


Pemeriksaan dan pengujian dilakukan dari tahap pertama, berkala, ulang dan
khusus.
Pengawasan pelaksanaan K3 lingkungan kerja dilaksanakan oleh
pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 lingkungan kerja. Pengusaha yang
tidak memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja akan dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
a. Faktor Fisika
1. Kebisingan
Di PT. INKA (Persero) Madiun terdapat sumber kebisingan, yaitu
pada mesin produksi dan kegiatan proses produksi. PT. INKA
(Persero) Madiun telah melakukan pengukuran kebisingan di tempat
kerja, yang dilakukan satu tahun sekali. Jika hasil pengukuran
kebisingan melebihi NAB, PT. INKA (Persero) Madiun telah
menyediakan alat pelindung diri berupa earmuff dan earplug bagi
tenaga kerja untuk mengurangi risiko terjadinya penurunan kualitas
pendengaran.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 10 menjelaskan bahwa pengukuran dan
pengendalian kebisingan dilakukan pada tempat kerja yang memiliki
sumber bahaya kebisingan dari operasi peralatan kerja. Sumber
kebisingan dapat berupa kebisingan terus menerus, terputus-putus,
impulsif, dan impulsif berulang. Jika hasil pengukuran kebisingan
melebihi dari NAB, maka harus dilakukan pengendalian.
Pengendalian dilakukan untuk pencegahan penurunan pendengaran
yaitu dengan menghilangkan sumber kebisingan dari tempat kerja,
mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber

60
61

kebisingan, memasang pembatas, peredam suara, penutupan sebagian


atau seluruh alat, mengatur atau membatasi pajanan kebisingan atau
pengaturan waktu kerja, menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
dan melakukan pengendalian lainnya.
Di PT. INKA Madiun telah melakukan pengukuran kebisingan
setiap tahun sekali dan telah menyediakan alat pelindung diri untuk
tenaga kerja yang terpapar bising. Hal ini berarti PT. INKA Madiun
telah memenuhi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja. Tetapi perlu ditingkatkan lagi dalam
melakukan pengendalian kebisingan seperti melakukan pengendalian
sesuai hirarki pengendalian melalui upaya eliminasi, substitusi, rekaya
teknis, dan administrasi, bukan hanya menyediakan alat pelindung diri
saja. Pengendalian lain yang dapat dilakukan selain menyediakan
aerplug dan earmuff yaitu dengan menghilangkan sumber kebisingan
dari tempat kerja, mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang
menimbulkan sumber kebisingan, memasang pembatas, peredam
suara, penutupan sebagian atau seluruh alat, mengatur atau membatasi
pajanan kebisingan atau pengaturan waktu kerja, atau pengendalian
yang lainnya.
2. Pencahayaan
PT. INKA (Persero) Madiun menggunakan pencahayaan alami
(sinar matahari) dan pencahayaan buatan. PT. INKA (Persero) Madiun
telah melakukan pengukuran pencahayaan di tempat kerja, yang
dilakukan satu tahun sekali. Jika hasil pengukuran pencahayaan masih
di bawah standar sesuai dengan jenis pekerjaannya, PT. INKA
(Persero) Madiun melakukan pengendalian berupa penambahan
intensitas pencahayaan di tempat kerja.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 16 menjelaskan bahwa pengukuran dan

61
62

pengendalian pencahayaan dilakukan di tempat kerja. Sumber


pencahayaan berasal dari pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
Jika hasil pengukuran tidak sesuai dengan standar, maka harus
dilakukan pengendalian agar intensitas pencahayaan sesuai dengan
jenis pekerjaannya.
Tempat kerja yang menggunakan pencahayaan alami (sinar
matahari), disain gerdung harus dapat menjamin intensitas cahaya
sesuai standar. Apabila pencahayaan alami tidak memenuhi standar
intensitas cahaya, maka dapat menggunakan bantuan pencahayaan
buatan. Pencahayan buatan tidak boleh menyebabkan panas yang
berlebihan atau mengganggu KUDR (Kualitas Udara Dalam
Ruangan).
Sarana pencahayaan darurat harus disediakan untuk penyelamatan
dan evakuasi dalam keadaan darurat. Sarana pencahayaan darurat
harus dapat bekerja secara otomatis, mempunyai intensitas
pencahayaan yang cukup, dan dipasang pada jalur evaluasi atau jalan
keluar. Akses jalan keluar harus dilengkapi dengan garis petunjuk
jalan keluar yang terbuat dari bahan reflektif dan memancarkan
cahaya.
Di PT. INKA Madiun telah melakukan pengukuran pencahayaan
setiap tahun sekali dan telah melakukan pengendalian terhadap
kurangnya intensitas cahaya di tempat kerja dengan cara menambah
intensitas cahaya. Hal ini berarti PT. INKA Madiun telah memenuhi
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 tahun
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
3. Getaran
Di PT. INKA (Persero) Madiun terdapat peralatan kerja dan mesin
produksi yang menghasilkan getaran. Tetapi pihak perusahaan belum
melakukan pemantauan, penilaian, hingga tindakan pengendalian jika
getaran yang dihasilkan peralatan kerja dan mesin produksi melebihi
NAB.

62
63

Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia


No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 11 menjelaskan bahwa pengukuran dan
pengendalian getaran dilakukan pada tempat kerja yang memiliki
sumber bahaya getaran dari operasi peralatan kerja. Terdapat sumber
getaran pada lengan dan tangan dan getaran seluruh tubuh.
Jika hasil pengukuran tempat kerja melebihi dari NAB maka harus
dilakukan pengendalian. Pengendalian dapat dilakukan dengan
menghilangkan sumber getaran dari tempat kerja, mengganti alat,
bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber getaran,
mengurangi pajanan getaran dengan menambah atau menyisipkan
damping/bantalan/peredam di antara alat dan bagian tubuh yang
kontak dengan alat kerja, membatasi pajanan getaran melalui
pengaturan waktu kerja, penggunaan alat pelindung diri yang sesuai,
dan melakukan pengendalian lainnya.
4. Radiasi Gelombang Radio dan Gelombang Mikro
Di PT. INKA (Persero) Madiun belum melakukan identifikasi
sumber radiasi gelombang radio dan gelombang mikro di tempat
kerja, pemantauan, penilaian, hingga tindakan pengendalian jika
radiasi gelombang radio dan gelombang mikro di tempat kerja
melebihi NAB.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 12 menjelaskan bahwa pengukuran dan
pengendalian gelombang radio atau gelombang mikro harus dilakukan
pada tempat kerja yag memiliki sumber bahaya Gelombang radio atau
gelombang mikro. Tempat kerja yang memiliki risiko gelombang
radio adalah tempat kerja yang terdapat radiasi elektromagnetik
dengan frekuensi sampai 300 MHz. Serta tempat kerja yang memiliki
risiko gelombang mikro adalah tempat kerja yang terdapat radiasi
elektromagnetik dengan frekuensi sampai 300 GHz. Jika hasil

63
64

pengukuran melebihi NAB, maka harus dilakukan pengendalian.


Pengendalian yang dapat dilakukan meliputi menghilangkan sumber
radiasi di tempat kerja, mengisolasi atau membatas pajanan sumber
radiasi, merancang tempat kerja dengan peralatan proteksi radiasi,
membatasi waktu pajanan terhadap sumber radiasi, penggunaan alat
pelindung diri yang sesuai dan melalukan pengendalian lainnya.
5. Radiasi ultra Ungu (Ultra Violet)
Di PT. INKA (Persero) Madiun belum melakukan identifikasi
sumber radiasi ultra ungu di tempat kerja, pemantauan, penilaian,
hingga tindakan pengendalian jika radiasi ultra ungu di tempat kerja
melebihi NAB.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 13 menjelaskan bahwa pengukuran dan
pengendalian radiasi ultra ungu dilakukan pada tempat kerja yang
memiliki sumber bahaya radiasi ultra ungu. Tempat kerja yang
dimaksud adalah tempat kerja yang terdapat radiasi elektromagnetik
dengan panjanggelombang 180 nm – 400 nm. Jika hasil pengukuran
melebihi dari NAB harus dilakukan pengendalian. Pengendalian dapat
dilakukan dengan menghilangkan sumber radiasi, mengisolasi atau
membatasi pajanan sumber radiasi, merancang tempat kerja dengan
peralatan proteksi radiasi, memberi jarak aman sesuai standar antara
sumber pajanan dan pekerja, membatasi pajanan radiasi melalui
pengaturan waktu kerja, penggunaan alat pelindung kerja yang sesuai,
dan melakukan pengendalian lainnya.
6. Iklim kerja
Di PT. INKA (Persero) Madiun yang terdapat sumber panas adalah
pada kegiatan pengelasan dan kegiatan proses produksi di luar
ruangan. PT. INKA (Persero) Madiun telah melakukan pengukuran
dan pemantauan iklim kerja di tempat kerja, yang dilakukan satu
tahun sekali. Jika hasil pengukuran iklim kerja melebihi NAB, PT.

64
65

INKA (Persero) Madiun telah melakukan pengendalian berupa


pengaturan bangunan tempat kerja yang telah dilengkapi dengan
ventilasi udara.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 9 menjelaskan bahwa pengukuran dan
pengendalian iklim kerja harus dilakukan pada tempat kerja yang
memiliki sumber bahaya tekanan panas dan tekanan dingin. Jika hasil
pengukuran iklim kerja melebihi dari NAB maka harus dilakukan
pengendalian. Pengendalian dapat dilakukan melalui menghilangkan
sumber panas atau sumber dingin dari tempar kerja, mengganti alat,
bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber panas atau sumber
dingin, mengisolasi atau membatasi pajanan sumber panas atau
dingin, menyediakan sistem ventilasi, menyediakan air minum,
mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber panas atau
sumber dingin, penggunaan baju kerja yang sesuai, penggunaan alat
pelindung diri yang sesuai dan melakukan pengendalian lainnya.
Hal ini berarti PT. INKA Madiun telah memenuhi Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja karena
telah melakukan pengukuran iklim kerja 1 tahun sekali dan melakukan
pengendalian di dalam ruangan seperti pengaturan ventilasi.
b. Faktor Kimia
1. Debu, gas, dan uap
Di PT. INKA (Persero) Madiun terdapat sumber debu yaitu pada
proses gerinda body kereta, blasting, dan pengecatan. PT. INKA
(Persero) Madiun telah melakukan monitoring 2 kali dalam setahun.
Jika hasil pengukuran debu melebihi NAB, PT. INKA (Persero)
Madiun telah menyediakan alat pelindung diri berupa masker bagi
tenaga kerja untuk mengurangi risiko terjadinya penurunan kesehatan
pernapasan. Selain itu, pada setiap bangunan tempat kerja telah

65
66

dilengkapi dengan cyclone yang berfungsi untuk memisahkan antara


udara dan partikel berbahaya yang akan di buang ke lingkungan.
Tetapi di PT. INKA (Persero) Madiun belum melakukan
identifikasi sumber berbahaya dari gas dan uap di tempat kerja,
pemantauan, penilaian, hingga tindakan pengendalian jika gas dan uap
berbahaya di tempat kerja melebihi NAB.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 20 menjelaskan bahwa pengukuran dan
pengendalian faktor kimia dilakukan di tempat kerja yang memiliki
potensi bahan kimia. Setelah mendapatkan hasil, maka hasil akan
dibandingkan dengan NAB dan harus dilakukan paling singkat selama
6 jam. Hasil yang dibandingkan dengan PSD (Pajanan Singkat
Diperkenankan) harus dilakukan paling singkat 15 menit sebanyak 4
kali dalam durasi 8 jam. Hasil yang dibandingkan dengan KTD
(Kadar Tertinggi Diperkenankan) harus dilakukan menggunakan alat
pembacaan langsung untuk memastikan tidak terlampaui.
Pengukuran dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap pekerja
yang terpajan, dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan khusus pada
spesimen tubuh tenaga kerja dan dibandingkan dengan IPB (Indeks
Pajanan Biologi).
Jika hasil pengukuran terhadap pajanan melebihi NAB dan hasil
pengukuran faktor kimia terhadap tenaga kerja yang mengalami
pajanan melebihi IPB (Indeks Pajanan Biologi) maka harus dilakukan
pengendalian, yaitu dengan cara menghilangkan sumber potensi
bahaya kimia dari tempat kerja, mengganti bahan kimia dengan bahan
kimia lain yang tidak berpotensi bahaya atau potensi bahaya rendah,
memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi bahaya
kimia, penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label bahan
kimia, penggunaan alat pelindung diri yang sesuai, dan pengendalian
lainnya.

66
67

Dalam hal ini berarti PT. INKA Madiun telah memenuhi Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja karena
telah melakukan pengukuran kadar debu di tempat kerja dan
melakukan pengendalian terhadap potensi bahaya debu. Tetapi dalam
hal pengukuran gas dan uap, PT. INKA Madiun belum memenuhi
peraturan. Maka dari itu perlu adanya peningkatan dalam hal
pengukuran faktor kimia dan melakukan pengendalian.
c. Faktor Biologi
1. Mikrobiologi, hewan dan tumbuhan
Di PT. INKA (Persero) Madiun belum melakukan identifikasi
sumber, pemantauan, dan penilaian dari sumber bahaya mikorbiologi,
tetapi telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
tenaga kerja.
Di PT. INKA (Persero) Madiun terdapat hewan pengganggu
seperti tikus, nyamuk, dan tomcat. Perusahaan akan melakukan
pemantauan terhadap hewan pengganggu saat tenaga kerja mulai
mengeluh atas gangguan tersebut, maka perusahaan akan melakukan
penyemprotan dan pembasmian hewan pengganggu tersebut, tetapi
pihak perusahaan belum melakukan inspeksi lebih lanjut terhadap
hewan pengganggu.
Pihak perusahaan belum melakukan identifikasi sumber bahaya,
pemantauan, dan penilaian terhadap potensi bahaya tumbuhan. Tetapi
perusahaan telah melakukan pelestarian tumbuhan langka.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 22 menjelaskan bahwa pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian faktor biologi dilakukan pada tempat
kerja yang memiliki potensi bahaya faktor biologi. Faktor biologi
berupa mikroorganisma dan toksinnya maka harus dilakukan

67
68

pengukuran. Jika hasil pengukuran melebihi standar, maka harus


dilakukan pengendalian.
Dan untuk faktor biologi berupa arthopoda dan toksinnya, hewan
invertebrata dan toksinnya, alergen dan toksin dari tumbuhan,
binatang berbisa, binatang buas dan produk binatang dan tumbuhan
berbahaya lainnya harus dilakukan pemantauan. Jika hasil pemantauan
terdapat potensi bahaya, maka harus dilakukan pengendalian.
Pengendalian yang dapat dilakukan pada faktor biologi berupa
mikroorganisma dan toksinnya, arthopoda dan toksinnya, hewan
invertebrata dan toksinnya, alergen dan toksin dari tumbuhan, dan
produk binatang dan tumbuhan berbahaya lainnya yaitu dengan
menghilangkan sumber bahaya dari tempat kerja, mengganti bahan,
dan proses kerja yang menimbulkan sumber bahaya, mengisolasi atau
membatasi pajanan sumber bahaya, menyediakan sistem ventilasi,
mengatur dan membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya,
menggunakan baju kerja yang sesuai, menggunakan alat peindung diri
yang sesuai, memasang rambu-rambu yang sesuai, memberikan
vaksinasi apabila memungkinkan, meningkatkan higiene perorangan,
memberikan desinfektan, penyediaan fasilitas sanitasi berupa air
mengalir dan antiseptik dan melakukan pengendalian lainnya.
Pengendalian yang dapat dilakukan pada faktor biologi berupa
binatang berbisa, dan binatang buas yaitu dengan menghilangkan dan
menghindari sumber bahaya dari tempat kerja, mengisolasi atau
membatasi pajanan sumber bahaya, menggunakan alat pelindung diri
yang sesuai, memasang rambu-rambu yang sesuai dan melakukan
pengendalian yang sesuai.
Dalam pemantauan dan pengendalian terhadap faktor biologi
secara menyeluruh, PT. INKA Madiun belum memenuhi Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

68
69

d. Faktor Ergonomi
1. Beban Kerja
Di PT. INKA (Persero) Madiun belum melakukan identifikasi,
pemantauan, penilaian, dan tindakan pengendalian terhadap beban
kerja yang diterima oleh tenaga kerja.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja Pasal 23 menjelaskan bahwa pengukuran dan
pengendalian faktor ergonomi harus dilakukan pada tempat kerja yang
memiliki potensi bahaya faktor ergonomi. Potensi bahaya faktor
ergonomi meliputi cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak
sesuai saat melakukan pekerjaan, desain alat kerja dan tempat kerja
yang tidak sesuai dengan antropometri tenaga kerja, dan pengangkatan
beban yang melebihi kapasitas kerja.
Jika hasil pengukuran terdapat potensi bahaya, maka harus
dilakukan pengendalian sehingga dapat memenuhi standar.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menghindari posisi
kerja yang janggal, memperbaiki cara kerja dan posisi kerja,
mendesain kembali atau mengganti tempat kerja, objek kerja, bahan,
desain tempat kerja, dan peralatan kerja,memodifikasi tempat kerja,
objek kerja, bahan, desain tempat kerja, dan peralatan kerja, mengatur
waktu kerja dan waktu istirahat, melakukan pekerjaan dengan sikap
tubuh dalam posisi netral atau baik, dan menggunakan alat bantu.
Dalam pemantauan dan pengendalian terhadap faktor ergonomi
(beban kerja), PT. INKA Madiun belum memenuhi Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
e. Faktor Mental Psikologi
1. Stres Kerja
Di PT. INKA (Persero) Madiun terdapat sumber stres kerja seperti
ketidakcocokan antara pekerja satu dengan pekerja lainnya. Untuk

69
70

mengetahui tingkat stres kerja bagi tenaga kerja, perusahaan mulai


mengukur dan memantau melalui pengisian kuisioner yang dilakukan
satu tahun sekali. Tetapi untuk tindakan pengendalian, dari pihak
perusahaan belum melakukan tindakan, karena program ini baru
dijalankan pada tahun 2018.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 24 menjelaskan bahwa pengukuran dan
pengendalian faktor psikologi harus dilakukan pada tempat kerja yang
memiliki potensi bahaya faktor psikologi. Potensi bahaya faktor
psikologi meliputi ketidakjelasan peran, konflik peran, beban kerja
berlebih secara kualitatif, beban kerja berlebih secara kuantitatif,
pengembangan karir, dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Jika hasil pengukuran terdapat potensi bahaya, maka harus
dilakukan pengendalian sesuai standar. Pengendalian dilakukan
setelah penilaian risiko dan didapatkan faktor yang berkontribusi.
Pengendalian dapat dilakukan melalui manajemen stres dengan
melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi
tenaga kerja, mengadakan program kebugaran bagi tenaga kerja,
mengadakan program konseling, mengadakan komunikasi
organisasional secara memadai, memberikan kebebasan bagi tenaga
kerja untuk memberikan masukan dalam proses pengambilan
keputusan, mengubah struktur organisasi, fungsi dan dengan
merancang kembali pekerjaan yang ada, menggunakan sistem
pemberian imbalan tertentu, dan melakukan pengendalian sesuai
dengan kebutuhan.
Dalam pemantauan dan pengukuran faktor mental psikologi (stres
kerja), PT. INKA Madiun sedang melakukan proses pengukuran dan
pemantauan, hal ini telah memenuhi Dalam pemantauan dan
pengendalian terhadap faktor biologi secara menyeluruh, PT. INKA
Madiun belum memenuhi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

70
71

Republik Indonesia No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, tetapi belum melakukan
pengendalian terhadap stres kerja pada tenaga kerja.

71
72

B. Keselamatan Kerja
1. Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran
Dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran,
perusahaan telah menyediakan saran dan prasarana pemadam kebakaran,
membentuk tim tanggap darurat. Hal ini telah sesuai dengan UU No. 1
tahun 1997 pasal 3 ayat 1 huruf b tentang Syarat-syarat Keselamatan
Kerja yaitu mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran dan
huruf c yaitu mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. Selain itu, PT.
INKA (Persero) juga telah membentuk unit penanggulangan bahaya
kebakaran yang tergabung dalam tim tanggap darurat. Hal ini sesuai
dengan Kepmenaker No. 186/ MEN/ 1999 pasal 2 (b) dan (d)
tentang kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja.
Kemudian mengenai pemasangan APAR, pada beberapa titik di
area perkantoran dan produksi APAR terpasang pada posisi yang mudah
dlihat dengan jelas dan mudah dicapai dan memiliki tanda tulisan Alat
Pemadam Api yang dipasang di dinding. Hal ini sesuai dengan
Permenaker No. 04/MEN/1980 pasal 4 ayat 1 “Setiap satu atau kelompok
alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemsangan.”. Selanjutnya, pemasangan APAR satu
dengan APAR lainnya tidak melebihi 15. Hal ini sesuai pula dengan
Permenaker No. 04/MEN/1980 pasal 4 ayat 4 yang mangatakan
“Penempatan tersebut ayat 1 antara alat pemadam api yang satu dengan
lainnya atau kelompok satu dangan kelompok lainnya tidak boleh melebihi
15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ali
keselamatan kerja.
Pada pemeliharann APAR, perusahan ini melakukan pemeriksaan
setiap 6 bulan sekali. Hal itu tertera dalam kartu pemeriksaan APAR yang
73

terpasang di setiap APAR. Bentuk keselamatan kerja ini sesuai dengan


Permenaker No. 04/MEN/1980 pada BAB III PEMELIHARAAN pasal 11
ayat 1 yang menyatakan bahwa “ setiap alat pemadam api ringan harus
diperikasa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu : a) pemerikasaan dalam
jangka 6 (enam) bulan; b) pemerikasaan dalam jangka 12 (dua belas)
bulan.”

2. Keselamatan Kerja Bidang B3


PT. INKA (Persero) sudah melakukan pengendalian dan
pengelolaan limbah B3, baik itu yang dilakukan oleh pihak internal
seperti menyediakan tempat sampah khusus yang diberi label B3 maupun
oleh pihak ketiga, hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan
Berbahaya pasal 19 ayat 2 yang berbunyi “Kemasan Limbah B3 wajib
dilekati Label Limbah B3 dan Simbol Limbah B3”. Dan juga sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. KEP-
187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat
Kerja pasal 2 yang berbunyi “Pengusaha atau Pengurus yang
menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan mengangkut
bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia
berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja”

3. Keselamatan Kerja Bidang Listrik


Bentuk pengendalian potensi bahaya listrik yang dilakukan oleh
PT. INKA (Persero) seperti pemberian pengaman listrik, pagar pembatas
area listrik bertegangan tinggi, dan pemberian peringatan listrik
bertengangan tinggi, hal tersebut telah sesuai dengan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1970 pasal 3 poin (q) tentang syarat-syarat keselamatan
kerja yang berbunyi “mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya”. PT.
INKA (Persero) memiliki genset berbahan bakar solar yang masing-
74

masing genset memiliki kapasitas 250 KVA, dan perusahan ini sudah
memiliki ahli K3 Listrik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja pasal 7 yang
berbunyi “Untuk perusahaan yang memiliki pembangkit listrik lebih dari
200 (dua ratus) kilo Volt-Ampere wajib mempunyai Ahli K3 bidang
Listrik.”

4. Keselamatan Kerja Bidang Mekanik


PT. INKA (Persero) memiliki mesin-mesin produksi yang sudah
memiliki sistem pengaman otomatis yang berasal dari pabrik pembuat
mesin tersebut. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI No. Per.04/MEN/1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi
pasal 4 yang menyatakan bahwa “Semua bagian yang bergerak dan
berbahaya dari pesawat tenaga produksi harus dipasang alat pelinung
yang efektif kecuali ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak ada
orang atau efektif yang menyingungnya.” Pada beberapa mesin ada yang
tidak disertai pengaman misalnya mesin grinding, drilling, lathe dan
scrapping di unit welding I. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri
tenaga Kerja RI No. Per.04/MEN/1985 tentang Pesawat Tenaga dan
Produksi pasal 9 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Pada pekerjaan yang
menimbukjab serbuk serpih, debu dan bunga api yang dapat menimbulkan
bahayaharus diadakan pengaman dan perlindungan”
Untuk pengendalian lain pada bidang mekanik, perusahaan ini
sudah melakukan penyediaan APD bagi tenaga kerja berupa safety shoes,
safety helmet, safety glasses,dan sarung tangan. Hal ini telah sesuai dengan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 14
poin (c) yang berbunyi “Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-
cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain
yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk
75

yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli


keselamatan kerja.”

5. Keselamatan Kerja Bidang Transportasi


Dalam pengoperasian alat angkat-angkut, seorang operator
haruslah memiliki sertifikat, kemampuan, dan keahlian di bidang operasi
alat angkat-angkut. Beberapa operator alat angkat-aangkut di perusahaan
ini telah memilki sertifikat dan SIO yang diberikan oleh Lembaga terkait.
Namun, masih terdapat beberapa para tenaga kerja yang
mengoperasikan alat angkat-angkut seperti Crane dan Forkliftdi PT.
INKA (Persero) belum memiliki sertifikasi seperti yang disebutkan pada
Permenaker No. Per. 05/ MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan
Angkut Bab I pasal 4 yang menyatakan bahwa “setiap pesawat angkat
dan angkut harus dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan
dan keterampilan khusus tentang pesawat angkat dan angkut”, serta
Permenaker No. Per. 01/MEN/ 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-
syarat Operator Keran Angkat pasal 4 mengenai Syarat-syarat
Operator Keran Angkat yang menyebutkan bahwa “Operator keran angkat
harus lulus dari ujian yang diselenggarakan oleh Departemen
Tenaga Kerja cq. Ditjen Binawas” Wlaupun demikian, perusahaan juga
telah memberikan training internal dan menerbitkan SIO internal kepada
pekerja operator alat angkat-angkut.
C. Kesehatan Kerja
1. Organisasi dan Penanggung Jawab Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Penanggung jawab kegiatan pelayanan kesehatan PT. INKA
ditetapkan oleh direktur. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Per. 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja pasal 5 yang berbunyi “Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Kerja dipimpin dan dijalankan oleh seorang dokter yang
disetujui oleh Direktur”.
76

PT. INKA mempunyai dokter perusahaan yang sudah bersertifikasi


dokter hiperkes. Hal ini telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi RI Nomor Per. 01/MEN/1976 tentang
Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan pasal 1 yang
menyatakan bahwa “Setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan
setiap dokter perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang
Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja” dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.01/MEN/1979
tentang Kewajiban Latihan Higiene Perusahaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis Perusahaan pasal 1 yang
berbunyi “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Paramedis
diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan
latihan dalam bidang Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja”.
2. Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja:
a. Pemeriksaan Kesehatan
PT. INKA Madiun mengadakan pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja yang meliputi pemeriksaan awal, berkala, dan khusus. Hal
tersebut telah sesuai dengan Permenakertrans RI No.
Per03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2
poin (a) yang berisi tentang “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala,
dan pemeriksaan khusus”.
b. Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyesuaian Tenaga Kerjaan
Terhadap Tenaga Kerja
Pada PT. INKA Madiun memberlakukan sistem shift kerja
dan rotasi antara bagian kerja lain untuk menghindari pekerjaaan yang
monoton. Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja BAB III pasal (m) yang berisi bahwa
“Syarat syarat keselamatan kerja untuk memperoleh keserasian antara
tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya” dan
77

Permenakertrans No. Per03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan


Tenaga Kerja pasal 2 ayat (b) yang berisi bahwa “Tugas pokok
pelayanan kesehatan kerja mengenai pembinaan dan pengawasan atas
penyesuaian tenaga kerjaan terhadap tenaga kerja”.
c. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Lingkungan Kerja
PT. INKA Madiun telah melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap lingkungan kerja dengan melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pengelolaan limbah B3 oleh departemen atau
bagian K3LH, dilakuakn penanaman pohon melalui Program Kerja
INKA Bebas Debu, Pelaksanaan program 5 R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin) untuk setiap unit kerja dan lingkungan kerja yang
berada diluar ruangan.
Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans No. Per
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2
ayat I yang berisi bahwa “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
mengenai pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja”.

Akan tetapi tidak dijabarkan secara mendetail pada pengelolaan


limbahnya apakah dibantu oleh pihak ke 3 atau tidak dan rutinitas
waktu / inspeksi dalam menjalankan pengawasan terhadap
lingkungan kerja.
d. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Perlengkapan Saniter
PT. INKA Madiun melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap sanitasi yaitu dengan melakukan pengawasan saniter pada
bagian Fasilitas dan K3LH bekerjasama dengan jasa boga yang
dikelola oleh PERISKA
Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans No. Per-
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2
ayat (d) yang berisi bahwa “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
mengenai pembinaan dan pengawasan sanitasi”
Akan tetapi untuk toilet belum dilakukan perawatan rutin.
78

e. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja


PT. INKA Madiun telah melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap kesehatan kerja dengan terdapatnya fasilitas POLINKA, unit
Ambulance, dan dilakukan pemeriksaan kesehatan
Hal ini sudah sesuai dengan Permenakertrans RI No.Per-
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 1
huruf (a) poin 3 yang berbunyi “Meningkatkan kesehatan badan,
kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja”
Akan tetapi tidak dijelasakan berapa banyak dokter dan
perawat yang bertugas di Polinka.
f. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Umum dan Penyakit Akibat
Kerja
Pada PT. INKA Madiun telah melakukan upaya preventif dengan
pengecekan kesehatan berkala dan kuratif dengan pengobatan pada
Polinka. Hal ini Telah memenuhi peraturan Permenakertrans RI
No.Per 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2
poin (j) yang berisi tentang “Tugas pokok pelayanan Kesehatan Kerja
meliputi membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit
akibat kerja”.
g. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
PT. INKA Madiun telah melakukan pengelolaan rencana waktu
first aid, menyediakan first aid box, memilih petugas P3K. Serta
rencana rencana waktu tanggap darurat.
Telah sesuai Permenakertrans RI No.Per-03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 poin (g) yang berisi
tentang “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan”.
Akan tetapi dalam penerapan pengelolaan rencana waktu first aid
dan sistem tanggap darurat tidak dijelaskan.
h. Pendidikan Kesehatan untuk Tenaga Kerja dan Pelatihan P3K
79

PT. INKA Madiun telah melakukan training P3K setiap tahun


bersamaan dengan pelaksanaan training tanggap darurat dalam bentuk
in house training.
Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans RI No. Per-
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2
poin (h) yang berisi tentang “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
meliputi Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk
petugas pertolongan pertama pada kecelakaan”
i. Pemberian Nasehat Tentang Tempat Kerja, Alat Pelindung Diri
(APD), Gizi dan Penyelenggaraan Makanan di Tempat Kerja
PT. INKA Madiun melakukan safety briefing kepada tenaga kerja
serta visitor. Memberikan memberikan saran dalam pemilihan Alat
Pelindung Diri (APD) untuk pekerja. Menyediakan 2 kantin serta
penyediaan air minum dalam kemasan galon yang setiap hari di
kontrol oleh jasa boga.
Hal ini Telah sesuai dengan Permenakertrans RI No. Per-
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2
poin (i) yang berisi tentang “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
meliputi pemberian nasehat tentang tempat kerja, APD, gizi, dan
penyelenggaraan makanan di tempat kerja”.
j. Membantu Rehabilitasi Akibat Kecelakaan atau Penyakit Akibat
Kerja
PT. INKA Madiun dalam upaya rehabilitasi KAK dan PAK
dibantu oleh RSUD dr. Soedono. Hal ini telah sesuai dengan
Permenakertrans RI No.Per-03/MEN/1982 Pasal 2 poin (j) yang berisi
tentang “Tugas Pokok pelayanan Kesehatan Kerja meliputi membantu
usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
k. Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja yang Memiliki Kelainan
Tertentu
PT. INKA Madiun melakuan upaya yaitu dengan menempel poster
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), Seminar bekerjasama
80

dengan BPJS dan setiap bulannya diadakan POLARIS (Program


Catatan Kronis).
Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans RI No.Per-
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2
poin (k) yang berisi tentang “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
meliputi pembinaan dan pengawasan tenaga kerja yang memiliki
kelainan tertentu”.

l. Laporan Berkala kepada Pengurus


PT. INKA Madiun melakukan pelaporan setiap terjadi kecelakaan
kerja di tempat kerja oleh penanggung jawab di setiap lokasi kerja
kepada pihak pengawas yang bersangkutan. Memberikan laporan
berkala tentang pelayanan kesehatan kerja dalam waktu 1 tahun
sekali, 2 tahun sekali dan 3 tahun sekali sesuai dengan jenis pekerjaan
dan tingkat bahaya dii tempat kerja.
Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans No. Per-
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2
ayat (l) yang berisi bahwa “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja
kepada pengurus”.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Poliklinik
1) Ruangan
Ruangan Poliklinik di PT INKA (Persero) sudah memenuhi
syarat seperti, ruang tunggu, kamar periksa dan kamar mandi
dengan fasilitas-fasilitas yang tersedia tercukupi. Hal ini
memberikan aspek kerapihan serta memberikan kenyamanan bagi
pasien tenaga kerja PT. INKA (Persero) yang berkunjung. Hal ini
berarti penyelenggaraan pelayanan Kesehatan Kerja di PT INKA
telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
81

Transmigrasi No 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan


Kerja pasal 3 ayat 2 berbunyi “Pengurus wajib memberikan
pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.”
2) Tenaga Medis
POLINKA buka setiap jam kerja dengan 2 orang dokter
jaga yang bekerja bergantian setiap minggu, dokter jaga dibantu
oleh 2 orang perawat yang bekerja secara bergantian setiap
minggunya, dokter jaga POLINKA dan perawat tersebut dipilih
dari RSUP dr. Soedono Madiun. Hal tersebut sudah sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 5 yaitu
“Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dipimpin dan
dijalankan oleh seorang dokter yang disetujui oleh direktur.
Perawat POLINKA belum mendapat pelatihan Hiperkes
dan Keselamatan Kerja, hal ini belum sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 01/MEN/1979
tentang kewajiban latihan hiperkes perusahaan, kesehatan dan
keselamatan kerja bagi paramedis di perusahaan pasal 1 yaitu
“Setiap perusahaan yang memperkejakan tenaga para medis
diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk
mendapatkan latihan dalam bidang Higiene Perusahaan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja.”
3) Dokter Keluarga
Dokter keluarga yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi
dan beberapa dokter spesialis. Fasilitas ini diberikan kepada
tenaga kerja dan keluarganya diluar jam kerja. Hal tersebut
menunjukkan bahwa telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 4 ayat 1 (b) “Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja dapat diselenggarakan oleh pengurus
82

dan mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan


lain.”
4) Mobil Ambulan (Unit Mobil Ambulance)
PT INKA (Persero) mempunyai satu unit mobil ambulance
sebagai fasilitas yang diperuntukan bagi karyawan yang sedang
sakit atau korban kecelakaan kerja. Unit mobil ambulan yang ada,
sudah digunakan dalam pengangkutan darurat apabila ada
kecelakaan kerja yang dimungkinkan perlu rujukan ke Rumah
Sakit. Hal tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. Per. 15/MEN/VIII/2008 tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja pasal 11
(b) yaitu “Mobil ambulance atau kendaraan yang dapat digunakan
untuk pengangkutan korban.”
b. Progam Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan Kesehaan Sebelum Kerja
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini diselenggarakan
pada saat penerimaan tenaga kerja baru yang akan diangkat
sebagai tenaga kerja tetap. Pemeriksaan kesehatan ini
dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak rumah sakit yang
ditunjuk yaitu RSUD dr. Soedono Madiun. Hal ini telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 1 (a) yang
berbunyi “Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh doktor, sebelum tenaga kerja
diterima untuk melakukan pekerjaan.”
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala ini berupa general check-up
dilaksanakan setiap satu tahun sekali, dua tahun sekali atau tiga
tahun sekali sesuai jenis pekerjaan dan tingkat bahaya yang ada di
tempat kerja. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau apakah
83

pekerja sudah terkena dampak dari pekerjaan yang dilakukan. Hal


ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per. 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja pasal 1 (b) yang menyebutkan bahwa “Pemeriksaan
kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waku-
waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.”
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus diperuntukkan bagi tenaga
kerja yang diduga menderita suatu penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaannya atau bagi tenaga kerja yang mempunyai
gejala-gejala, gangguan-gangguan kesehatan pada saat general
check-up, tenaga kerja yang sering absen karena keluhan
kesehatan dan bagi tenaga kerja yang akan hendak berangkat ke
luar negeri dalam rangka tugas dinas. Pengajuan pemeriksaan
kesehatan khusus diajukan oleh Kepala Departemen bersangkutan
kepada K3LH dengan tembusan Departemen SDM secara tertulis
menggunakan formulir, setelah dianalisis bahwa yang
bersangkutan perlu pemeriksaan kesehatan khusus, maka atas
persetujusn Direksi, K3LH akan menyampaikan surat panggilan
kepada Kepala Departemen yang bersangkutan dengan
menggunakan formulir untuk mengirim tenaga kerja tersebut ke
dokter periksa. Hasil dari pemeriksaan akan diberikan kepada
departemen untuk diberitahukan kepada tenaga kerja yang
bersangkutan.
Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja pasal 1 (c) yang menyebutkan bahwa “Pemeriksaan
Kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.”
84

4) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)


PT. INKA (Persero) menyiapkan kotak Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan (PKKK) yang berisi obat obatan dan
perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan disetiap unit
kerja. Sebagai tindakan utama jika terjadi kecelakaan kerja
ditempat kerja. Hal ini sudah sesuai dengan peraturan Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (e)
yaitu “Memberi pertolongan pada kecelakaan kerja”, Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan pasal 2 (g) yaitu “Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan”, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. Per 15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
4. Gizi Kerja
Kantin perusahaan pada PT INKA Madiun telah memenuhi
ketentuan SE Menakertrans RI No. SE-01/MEN/1979 tentang pengadaan
kantin dan ruang atau tempat makan yang menjelaskan bahwa semua
perusahaan yang mempekerjakan buruh lebih dari 200 orang supaya
menyediakan kantin di perusahaan yang bersangkutan. Keadaan dapur
dan ruang makan juga cukup luas dengan kebersihan yang terjaga,
sehingga tenaga kerja dapat makan dengan nyaman. Hal tersebut telah
sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang
Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja
pasal 8 poin (a) yang berisi “Dapur, kamar makan dan alat keperluan
makan harus selalu bersih dan rapi”.
Kantin PT. INKA (Persero) dikelola oleh pihak Periska (Persatuan
Istri Karyawan PT. INKA) dan dibantu oleh tenaga honorer. PT. INKA
(Persero) saat ini belum mempunyai tenaga ahli gizi yang khusus
menangani kantin dalam analisis gizi kerja untuk penyusunan menu sesuai
kebutuhan kalori tenaga kerja.
85

Hal tersebut tidak memenuhi peraturan SE. Dirjen Binawasnaer


No. SE. 86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang mengelola
makanan bagi tenaga kerja bahwasanya “Setiap perusahaan catering yang
mengelola makanan pada perusahaan-perusahaan harus terlebih dahulu
mendapatkan rekomendasi dari Depnaker (Kantor Departemen tenaga
Kerja setempat).”
5. Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
a. BPJS Kesehatan
PT. INKA (Persero) telah mengikutkan semua tenaga kerjanya ke
program BPJS Kesehatan. Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang
No. 24 tahun 2011 tentang BPJS pasal 6 ayat 2 yang berbunyi “BPJS
Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 huruf
(b) menyelenggarkan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

b. Poliklinik INKA (Polinka)


1) Ruangan
Ruangan polinka sudah mempunyai ruang tunggu, ruang
periksa, dan toilet, hal ini memberikan aspek kenyamanan bagi
pasien tenaga kerja PT. INKA (Persero) yang berkunjung. Dalam
hal ini penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja di PT. INKA
(Persero) telah sesuai Peraturan Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 3
ayat 2 yang berbunyi “Pengurus wajib memberikan pelayanan
kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.”
2) Tenaga Medis
Di polinka disediakan 2 orang dokter jaga yang bekerja
secara bergantian setiap minggunya, dan dibantu oleh 2 perawat.
Dokter jaga di Polinka dipilih dari RSUD dr. Soedono Madiun.
Hal tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Tenaga Kerja dan
86

Transmigrasi No. 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan


Kerja pasal 5 yang berbunyi “Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan kerja dipimpin dan dijalankan oleh seorang dokter yang
disetujui oleh direktur.” Sedangkan untuk perawat di polinka
belum sesuai dengan Peraturan Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. PER.01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes
Perusahaan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis di
Perusahaan pasal 1 yang berbunyi “Setiap perusahaan yang
memperkerjakan tenaga para medis diwajibkan untuk
mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan
dalam bidang hygiene Perusahaan, Kesehatan, dan Keselamatan
Kerja,” karena perawat di polinka belum mendapatkan pelatihan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
D. Sistem Manajemen K3
1. Kebijakan K3
Dalam usaha peningkatan performance perusahaan PT. INKA
(Persero) berupaya secara terus menerus untuk memenuhi peraturan
perundangan yang berlaku. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen K3 pasal 2 yang berbunyi “Penerapan SMK3 bertujuan
untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja yang tercantum, terukur, terstruktur, dan terintegrasi,
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh,serta menciptakan tempat kerja yang aman,
nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas”.
2. Perencanaan K3
Perusahaan telah melakukan perencanaan K3 yang meliputi
Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko (Penerapan
HIRA), Persyaratan Legal, Objektifitas K3 dan program-program K3.
Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012
87

tentang SMK3 pasal 9 ayat 3 yang berisi “Dalam menyusun rencana K3


sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pengusaha harus
mempertimbangkan:
a. Hasil penelaahan awal;
b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan
d. Sumber daya yang dimiliki
3. Implementasi dan Operasi
PT. INKA (Persero) sudah melakukan Implementasi dan Operasi
K3. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012
tentang SMK3 pasal 10 ayat 1 berisi tentang “Pelaksanaan Rencana K3
dilakukan oleh pengusaha berdasarkan rencana K3 sebagaimana
dimaksud dalam pasak 6 ayat 1 (c) dan pasal 9”.
a. Sumber daya, peran, tanggung jawab, tanggung gugat dan wewenang
dan job description.
1) Struktur organisasi
MMLH PT. INKA (Persero)memiliki struktur organisasi yang
dipimpin oleh Genera Manager yang membawahi Senior Audit
Sistem dan Senior Manager Mutu dan Lingkungan Hidup (MMLH)
dimana senior manajer ini membawahi supervisor, auditor, asisten
auditor, manajer system mutu dan dokumentasi serta staf lingkungan
hidup yang masing-masing memiliki tugas dan tanggungjawab di
bidang K3 telah dijelaskan pada Bab Hasil. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan
SMK3 pasal 10 ayat 2 (a) yang menyatakan bahwa “Prasarana dan
Sarana paling sedikit terdiri dari organisasi/unit yang bertanggung
jawab di bidang K3.”
2) Penerapan P2K3
PT. INKA (Persero) sudah memiliki struktur P2K3 namun untuk
penerapannya belum berjalan secara efektif dengan demikian belum
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
88

No. Per.04/MEN/1987 tentang P2K3 pasal 2 ayat 1 berisi “Setiap


tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3”
b. Kompetensi dan Pelatihan K3
1) Pelatihan pemadam kebakaran
PT. INKA (Persero) telah melakukan pelatihan pemadam kebakaran
diadakan oleh Departemen MMLH yang diikuti oleh perwakilan
pekerja di setiap bagian setiap 1 tahun sekali. Hal ini telah sesuai
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep.186/MEN/1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja BAB I pasal
2 ayat 1 berisi “Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi
dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan pemadam
kebakaran di tempat kerja.”

2) Pelatihan P3K
PT. INKA (Persero) telah melakukan pelatihan P3K yang diberikan
kepada petugas P3K. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007
klausul 4.4.2 tentang kompetensi, pelatihan dan kepedulian yang
berisi tentang “ Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan sesuai dengan risiko-risiko K3 terkait dan system
manajemen K3. Organisasi harus menyediakan pelatihan atau
mengambil tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, melakukan
evaluasi efektivitas pelatihan dan tindakan yang diambil, dan
menyimpan catatan-catatannya”.
c. Komunikasi K3
1) Safety Sign
PT. INKA (Persero) telah membuat safety sign, berisikan tentang
peringatan-peringatan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada area-
area yang berpotensi bahaya tinggi. Hal ini sudah sesuai dengan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Bab X pasal 14 (b) disebutkan
89

bahwa “Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua


gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca dan menurut petunjuk pengawas atau ahli keselamatan kerja”.
2) Safety Induction
Safety induction PT. INKA (Persero) telah dilaksanakan sebagai
media infromasi yang berisikan tentang aktifitas produksi di setiap
workshop, potensi bahaya, alat pelindung diri yang digunakan,
proteksi area dan housekeeping, sarana penunjang dan hal-hal apa saja
yang dilakukan bila terjadi keadaan darurat yang tidak diinginkan
seperti kebakaran. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 pasal 9 ayat 3 yang berbunyi “Pengurus diwajibkan
menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan kerja dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.”
3) Safety Talk
Safety talk PT. INKA (Persero) dilaksanakan oleh setiap departemen
pada waktu yang bersamaan dalam bentuk apel pagi, diisi dengan
pemberian informasi mengenai K3. Hal ini sudah sesuai dengan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 pasal 9 ayat 3 yang berbunyi
“Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi senmua
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama pada kecelakaan”.
4) Poster K3
Poster K3 dipasang di lingkungan pabrik di area workshop. Poster
berbentuk tulisan atau gambar yang isinya mendeskripsikan tentnag
bahaya bila tidak memakai alat pelindung diri (APD). Hal ini sudah
90

sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 pasal 14 (a)


disebutkan bahwa “Secara Tertulis Menetapkan Dalam Tempat Kerja
yang Dipimpinnya, Semua syarat-syarat Kerja yang Diwajibkan,
Sehelai Undang-Undang ini dan semua peraturan pelaksananya yang
berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai atau ahli
keselamtan kerja”.
d. Dokumentasi K3
Dokumentasi yang ada di PT. INKA (Persero) yang berkaitan dengan K3
meliputi Dokumen Manual Sistem Manajemen K3, Prosedur SMK3,
Standar Operasional Prosedur (SOP), Formulir dan Daftar Periksa. Hal ini
telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.4 Dokumenyang
berisi tentang “Dokumentasi system manajemen K3 harus termasuk:
a) Kebijakan K3 dan sasaran-sasaran;
b) Penjelasan ruang lingkup system manajemen K3;
c) Penjelasan elemen-elemen inti sistem manajemen dan interaksinya,
dan rujukannya ke dokumen-dokumen terkait;
d) Dokumen-dokumen, termasuk catatan-catatan, yang ditetapkan oleh
organisasi yang dianggap penting untuk memastikan perencanaan,
operasi dan pengendalian proses yang berhubungan dengan
pengendalian resiko-resiko K3 efektif”.
e. Pengendalian Dokumen
Pengendalian dokumen di PT. INKA (Persero) sudah sesuai
dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.4 Dokumentasu yang berisi
tentang Pengendalian catatan yang berisi tentang “Organisasi harus
membuat dan memelihara catatan sesuai keperluan untuk memperlihatkan
kesesuaian dengan persyaratan manajemen K3 organisasi dan standar
OHSAS ini, serta hasil-hasil yang dicapai. Organisasi harus membuat,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi,
menyimpan, melindungi, mengambil, menahan dan membuang catatan-
91

catatan. Catatan harus dan tetap dapat dibaca, teridentifikasi dan dapat
dilacak”.
f. Pengendalian Operasi
Pengendalian Operasi yang dilakukan oleh PT. INKA (Persero) meliputi:
1) Alat Pelindung Diri (APD)
Secara teknis alat pelindung diri tidaklah dapat melindungi tubuh
secara sempurna terhadap paparan potensi bahaya. Namun demikian
alat pelindung diri akan dapat mengurangi tingkat keparahan dari suatu
kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja
(Tarwaka, 2008).
PT. INKA (Persero) telah menyediakan berbagai macam alat
pelindung diri bagi tenaga kerjanya dalam rangka mencegah penyakit
akibat kerja danmelindungi tenaga kerja dari sumber bahaya yang
dapat mengancam keselamatan. Hal tersebut sudah sesuai dengan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 pasal 14 (c) yang menyebutkan
bahwa “Pengurus diwajibkan menyediakan secara Cuma-Cuma semua
APD yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki
tempat tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.
Selain itu penggunaan APD sebagai upaya untuk perlindungan
dalam bekerjajuga diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No. 8 Tahun 2011 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2
ayat 1:
a) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerjaan buruh di
tempat kerja.
b) APD sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
c) APD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib diberikan oleh
pengusaha secara cuma-Cuma.
92

Selain itu juga pasal 3 ayat 1 yaitu APD sebagaimana dimaksud


dalam pasal 2 meliputi:
a) Pelindung kepala;
b) Pelindung mata dan muka;
c) Pelindung telinga;
d) Pelindung pernafasan beserta perlengkapannya;
e) Pelindung tangan; dan/atau
f) Pelindung kaki.
2) Log Out Tag Out (LOTO)
Prosedur LOTO yang diterapkan ole PT. INKA (Persero) sudah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3, Lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja
Berdasarkan SMK3.
Sedangkan LOTO di bidang Instalasi kelistrikan telah sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja Pasal 3 (q) yang menyatakan bahwa “Syarat-syarat keselamatan
kerja untuk mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya”.
3) Surat Izin Kerja
PT. INKA (Persero) mengadakan system izin kerja yang lebih
dikenal dengan Work Instruction yaitu perintah untuk melaksanakan
pekerjaan yang sesuai dengan tugas yang diperintahkan. Tanpa adanya
surat tersebut tenaga kerja tidak dapat melaksanakan pekerjaanya. Dalam
hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012
Lampiran II point 6.1.5 tentang Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
yang berbunyi “Terdapat system izin kerja untuk tugas berisiko tinggi”.
4) Safe Garding
Perusahaan memiliki mesin-mesin produksi yang telah memiliki
sistem pengaman otomatis yang berasal dari pabrik pembuat mesin
tersebut. Hal tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI No.Per.38/MEN/2016 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi
yang menyatakan bahwa “Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari
93

pesawat tenaga produksi harus dipasang alat pelindung yang efektif


kecuali ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak ada orang atau yang
menyinggungnya”. Pada beberapa mesin ada yang tidak disertai dengan
pengaman misalnya mesin grinding, drilling, lathe dan scrapping di unit
welding I. Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.Per.38/MEN/2016 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi yang
menyatakan bahwa “Pada pekerjaan yang menimbulkan serbuk serpih,
debu dan bunga api yang dapat menimbulkan bahaya harus diadakan
pengaman dan perlindungan’.
Selain itu perusahaan sudah melakukan upaya pengendalian
melalui APD berupa safety helmet, safety shoes, safety glasses, sarung
tangan dan masker. Sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 (c) yang berbunyi “Pengurus
diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri
yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.
5) Job Safety Analysis
Job Safety Analysis yang terdapat di PT. INKA merupakan
seperangkat instruksi melakukan pekerjaan secara aman dan mengetahui
potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan pekerja. Hal ini telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 pasal 9 ayat 5
yaitu Rencana K3 paling sedikit memuat tujuan dan sasaran, skala
prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka
waktu pelaksanaan, indicator pencapaian, dan system
pertanggungjawaban.
6) Material Safety Data Sheet (MSDS)
MSDS di PT. INKA sudah sesuai dengan keputusan menteri tenaga
kerja RI. No.Kep.187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia
berbahaya di tempat kerja pasal 2 yang berisi “Pengusaha atau pengurus
94

yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan


mengangkut bahan kimia berbahaya ditempat kerja wajib mengendalikan
bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja”.
Sosialisasi MSDS dilakukan kepada tenaga kerja dengan cara
melalui pemasangan MSDS di setiap tenaga kerja yang berhubungan
dengan B3. Hal ini sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
RI.No.Kep.187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahata di
tempat kerja pasal 6 yang berisi “Lembar data keselamatan bahan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan label sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 diletakkan di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga
kerja dan pegawai pengawas ketenagakerjaan”.
g. Tanggap Darurat
Emergency planning adalah perencanaan persiapan untuk
menghadapi kejadian – kejadian yang tidak dapat diduga darurat. Prosedur
keadaan darurat ini bertujuan untuk memastikan langkah dan tanggapan
yang tepat dan efektif dalam menghadapi keadaan darurat atau bencana
yang mengancam keselamatan jiwa, lingkungan dana tau asset perusahaan
serta memberikan arahan terhadap koordinasi dan komunikasi timbal balik
antara unit kerja dan instansi terkait (MMLH PT. INKA, 2007).
PT. INKA telah membentuk prosedur dan tim penanggulangan
keadaan darurat dan juga mengadakan training tanggap darurat secara
berkala dengan tujuan agar pelaksanaan prosedur penanggulangan keadaan
darurat oleh tim yang telah membentuk prosedur dan tim penanggulangan
keadaan darurat, dan juga mengadakan training tanggap darurat secara
berkala dengan tujuan agar pelaksanaan prosedur penanggulangan keadaan
darurat oleh tim yang telah dibentuk dapat berjalan efektif sesuai dengan
yang diharapkan. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI
No.50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 lampiran II poin 6.7 tentang
“Kesiapan untuk menangani keadaan darurat”
h. Muster Point
95

PT INKA telah menyediakan tempat berkumpul sementara atau


muster point yang letaknya sudah diperuntukan untuk tempat yang aman
bagi tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan
keadaan darurat dengan pemasangan tanda yang jelas bertuliskan muster
point.
Hal ini telah sesuai dengan Undang – undang No.1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja, pasal 3 ayat 1 poin d yang menyatakan
memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian – kejadian yang berbahaya.
4. Pemeriksaan dan Pengawasan
Pemeriksaan dan pengawasan di PT. INKA sudah sesuai dengan
ISO:2018Mpemantauan dan pengukuran kinerja yang berisi “Organisasi
harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau
mengukur kinjera k3 secara teratur”

a. Safety Patrol
Safety patrol merupakan inspeksi yang dilakukan oleh tim safety
dari departemen MMLH secara bergantian setiap minggu sekali
tentang aspek K3LH di seluruh workshop. Tujuan dari apadanya
temuan unsafe condition, unsafe act, dan permasalahan lain yang
ditemukan di lapangan. Hal ini sesuai dengan OHSAS 18001:2007
klausul 4.4.6 mengenai pengendalian operasional yang berisi
“organisasi harus mengidentifikasi operasi – operasi dan kegiatan –
kegiatan yang berkaitan dengan bahaya – bahaya yang teridentifikasi
dimana kendali pengukuran perlu dilakukan untuk mengendalikan
risiko – risiko K3”. Dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.
50 tahun 2012 tentang Penerapan system keselamatan dan kesehatan
kerja, lampiran II bagian 7 tentang standar pemantauan.

b. Pengukuran kinerja K3
96

Pengukuran kinerja K3 di PT. INKA meliputi proaktif yaitu


untuk memantau dan mengevaluasi kesesuaian program – program
ditempat kerja dan pengukuran kinerja yang bersifat reaktif untuk
memantau penyakit akibat kerja, insiden, penyimpangan kinerja K3
masa lampau, rekaman data dan hasil pemantauan pengukuran
lingkungan. Hal ini sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.1
pemantauan dan pengukuran kinerja yang berisi “organisasi harus
membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau
dan mengukur kinerja K3 seacara teratur”.
c. Penyimpanan Laporan ( Laporan Laporan K3 )
Untuk program pencegahan kecelakaan agar kecelkaaan yang
sama tidak terulang kembali PT INKA ( Persero ) telah melakukan
pencatatan kecelakaan ini dengan mencatatnya didalam formulir
laporan kecelakaan, sehingga dari formulir laporan kecelakaan ini
dapat diketahui identitas korban, bagian tubuh yang luka, sifat luka,
jenis kecelakaan dan uraian kejadian kecelakaan serta upaya yang
diambil. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No 50
Tahun 2012 lampiran II poin 8.2.1 tentang Pelaporan kecelakaan
yang menyebutkan bahwa “ Terdapat prosedur terdokumentasi yang
menjamin bahwa semua kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja ,
kebakaran atau peledakan serta kejadian berbahaya lainnya ditempat
kerja dicatat dan dilaporkan sesuai dengan peraturan perundang –
undangan.
PT INKA ( Persero ) telah melakukan penyimpanan rekaman
dengan melakukan pengendalian dokumen tentang laporan – laporan
K3. Hal ini sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.5.4
tentang Pengendalian Catatan yang berisi “ Organisasi harus
membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
mengidentifikasi, menyimpan, melindungi, mengambil, menahan dan
membuang catatan – catatan”.
97

d. Inspeksi
PT INKA ( Persero ) telah melaksanakan inspeksi, dalam
pembentukan tm inspeksi setiap unit – unit kerja yang didelegasikan
oleh MMLH. Inspeksi non formal ( inspeksi mesin dan alat kerja )
dilaksanakan setiap hari, sedangkan inspeksi formal belu terlaksana
kembali karena perusahaan sedang dalam masa reoorganisasi.
Inspeksi K333 bertujuan menjamin tempat kerja dan cara kerja telah
memenuhi prosedur, peraturan perundang – undangan, pedoman
teknis keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku sehingga dapat
dilakukan suatu tindakan untuk mengendalikan bahaya. Kegiatan itu
dilakukan oleh tim inspeksi pada tiap – tiap unit kerja yang
didelegasikan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 50
Tahun 2012 lampiran II poin 7.1.1. yang berbunyi “
Pemeriksan/inspeksi terhadap tempat kerja dan cara kerja
dilaksanakan secara teratur”.
e. Investigasi Kecelakaan
Penyelidikan atau investigasi terhadap kecelakaan kerja
dilaksanakan dengan segera dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam
terhitung saat terjadinya kecelakaan. Hal tersebut sesuai dengan
Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 lampiran II poin 8.3.2
tentangPemeriksaan dan penkajian kecelakaan yang menyebutkan
bahwa “ Pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja dilakukan
oleh petugas atau Ahli K3 yang ditunjuk sesuai peraturan perundang
– undangan atau pihak lain yang berkompeten dan berwenang”
f. Pelaporan Kecelakaan Kerja
Pelaporan kecelakaan dilaporkan oleh atasan korban dengan
diketahui Kepala Departemen tempat terjadinya kecelakaan kepada
MMLH dengan tembusan kepada Departemen SDM, kemudian
dalam waktu tidak lebih dai 2 x 24 jam MMLH melaporkan
kecelakaan tersebut kepada Depnaker. Hal ini sudah sesuai dengan
98

Undang – Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga


Kerja pasal 10 ayat 1 yang berbunyi “ Pengusaha wajib melaporkan
kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada depnaker dan
Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dai 2 x 24 jam” dan
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.Per.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan
g. Audit K3
PT INKA ( Persero ) telah melaksanakan system audit secara
internal maupun eksternal. Audit internal dilaksanakan oleh pihak
perusahaan dan audit eksternal dilaksanakan oleh tim auditor dari
badan audit yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Hal ini sudah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 Bab III
tentang Penilaian SMK3 pasal 16 ayat (3) yang berbunyi “ Penilaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakuakn melalui Audit
SMK3”
5. Tinjuan Ulang Manajemen
Tinjauan ulang manajemen yang dilakukan oleh PT INKA (
Persero ) dilakukan untuk memastikan bahwa penerapan SMK3 telah
berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan, sehingga jika terjadi
penyimpangan dapat segera dilakukan tindakan perbaikkan dan
penyempurnaan. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.
50 Tahun 2012 pasal 15 ayat 2 yang berisi “ Peninjauan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pemantaua dan evaluasi”.

Analisis Penerapan 12 Elemen Sistem Manajemen K3


NO ELEMEN KE- ANALISIS PENERAPAN
1. Pembangunan dan Pemeliharaan Kebijakan adalah langkah awal
Komitmen memulai program K3 di seubah
perusahaan diperlukan adanya
99

komitmen, tidak hanya dari


personil yang mengawasi dan
mengurusi keselamatan dan
kesehatan kerja tapi merupakan
tanggung jawab semua tenaga kerja
dan top management yang berupa
kebijakan K3 yang tertulis. PT.
INKA (Persero) telah menerapkan
system manajemen K3 dengan
tujuan menciptakan suatu system
K3 di ttempat kerja yang
tterintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Penerapan SMK3 di perusahaan
dilaksanakan melalui penerapan
safety policy, pembentukan tim
MMLH dan pelaksanaan program
K3.
Dalam system manajemen K3
pengusaha atau pengurus
menunjukkan komitmennya
melalui: membentuk organisasi K3,
menyediakan anggaran sarana dan
tenaga kerja yang diperlukan dalam
bidang K3, menetapkan personil
yang mempunyai tanggung jawab
dan wewenang yang jelas dalam
penanganan keselamatan kerja dan
100

melakukan perencanaan serta


penilaian kerja. Untuk
meningkatkan hal tersebut PT
INKA memberikan penetapan
kebijakan keselamatan kerja.
a. Dalam kebijakan K3 telah
menerapkan SMK3 dan
perusahaan berdasar pada
ketetapan:
1. Kepmenkes RI No.
1405/MEN/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
2. P ermenakertrans RI No.
Per 13/MEN/X/2011
tentang NAB Faktor Fisika
dan Kimia di Tempat Kerja
3. UU No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
4. Permenakertrans RI No. Per
03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja
5. Permenaker RI
Per.15/MEN/VIII/2008
tentang Pertolongan
Pertama di Tempat Kerja
6. SE Menakertrans RI No.
SE 01/MEN/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan
Ruang Tempat Makan
101

7. Kepmenakar RI No.
147/MEN/1998 tentang
Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Kerja Bagi
Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan
Jamsostek
8. Kepmenaker RI No.
187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja
9. Permenakertrans RI No.
Per. 02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja
10. Permenakertrans RI No.
Per. 04/MEN/1980 tentang
Syarat-Syarat pemasangan
dan pemeliharaan APAR
11. Kepmenakertrans RI No.
Kep. 75/MEN/2002 tentang
Pemberlakuan SNI No.
SNI-04-0255-2000
mengenai PUIL 2000 di
Tempat Kerja
12. Permenakertrans No. Per.
04/MEN/1985 tentang
Pesawat Tenaga dan
Produksi
13. PP No. 50 Tahun 2012
tentang Penerapan SMK3
102

14. Permenakertrans dan


Koperasi Republik
Indonesia RI No.
01/MEN/1976 tentang
Kewajiban Latihan
Hiperkes Bagi Dokter
15. Permenakertrans RI No.
Per. 01/MEN/1979 tentang
Kewajiban Latihan
Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Bagi Tenaga
Paramedis
16. Peraturan Kementerian
Perburuhan RI No. 7 Tahun
1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan
Serta Penerangan Dalam
Tempat Kerja
17. Kepmenaker RI No. Kep.
186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja
b. PT Inka menerapkan Dokumen
Manual SMK3 dimana
dokumen ini berisikan semua
kebijakan yang terintegrasi
memuat visi misi perusahaan,
komitmen dan tekad program
K3.
c. Penerapan SMK3 di perusahaan
dilaksanakan melalui penerapan
103

safety policy, pembentukan tim


MMLH dan pelaksanaan
program K3.
d. Program, tujuan dan sasaran K3
di PR. Inka berupa program
Basic Safety Training dari
departemen MMLH
danobjektifitas K3 berupa
Rencana jangka panjang
Standar Pencegahan Kerugian
dan Komite Pencegahan
Kerugian
e. Pada keadaan darurat terdapat
Kepala Unit Kerja, Koordinator
Lapangan, Sekertaris, Satgas
Pemadam Kebakaran, Satgas
Umum, Satgas Evakuasi, Satgas
Pemeliharaan
f. PT. Inka (Persero) telah
memberikan nasehat bisa
berupa tempat kerja, APD, Gizi,
dan Penyelenggaraan Makanan
di Tempat Kerja kepada para
tenaga kerja misal untuk selalu
memakai alat pelindung diri
yang sesuai dengan jenis
pekerjaannya serta telah
menyediakan APD di
Departemen MMLH, tentang
faktor bahaya di tempat kerja
dengan safety briefing untuk
104

tenaga kerja baik yang baru dan


visitor serta pemasangan poster.
g. Terdapat Penyimpanan Laporan
K3 berupa pengisian formulir
dan pengukuran kinerja K3
berupa pengukuran statistik
kecelakaan kerja oleh
Departemen MMLH dan
dilakukan setiap hari
h. Terdapat Tinjauan Ulang
Manajemen pada PT. Inka
untuk memastikan penerapan
SMK3telah berjalan sesuai
rencana
i. Prosedur SMK3 pada PT. Inka
lebih mengacu ke keadaan
darurat dan menetap pada
PDCA
j. K3LH dalam Pengelolaan
Lingkungan pada PT Inka
dikelola bagian Lingkungan
Hidup dibawah Departemen
MMLH dengan program Inka
bebas debu dan penerapan 5R,
pembuatan biopori/lubang
resapan, dan penanaman pohon
langka
k. Kelompok kerja PT. Inka
muncul dari training yang
diambil dari pekerja seperti P3K
dan Regu Pemadam Kebakaran
105

dibentuk di PT. Inka sebagai


kelompok kerja diambil dari
beberapa tenaga kerja yang
telah mengikuti pelatihan
l. Perencanaan K3 yang di
terapkan PT. Inka yaitu
HIRADC
m. P2K3 yang dikenal MMLH
dibawah naungan divisi Quality
Control dan Quality Asuurance
dipimpin oleh Asisten Manajer
MMLH
n. Tugas dan fungsi tim MMLH
DI PT. Inka yaitu memberi
saran program/kegiatan tentang
K3LH, Menjabat dan
koordinatif kegiatan MMLH
pada unit terkait K3LH,
Mempertimbangakan masalah
terkait K3LH dan Membina dan
menumbuhkan kesadaran
pentingnya K3LH

2. Pembuatan dan Pendokumentasian Rencana K3

2.1. Rencana Strategi K3 Dalam identifikasi bahaya,


penilaian dan pengendalian PT.
INKA menerapkan HIRA yang
dilakukan oleh Manajemen Mutu
dan Lingkungan Hidup (MMLH)
serta melakukan pengendalian. PT.
106

INKA dalam melakukan


pengendalian juga mengadakan
Basic Safety Training yang
bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dasar-dasar K3.
Perusahaan mempunyai tujuan
untuk menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja
ditempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja,
serta kondisi lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta menciptakan tempat
kerja yang aman, efisien dan
produktif serta mencapai zero
accident.

2.2. Manual K3 PT. INKA menerapkan safety


policy, membuat SOP untuk
mencegah potensi bahaya yang ada
pada setiap bagian produksinya.
2.3. Peraturan Perundangan dan PT. INKA telah menerapkan
Persyaratan lain dalam bidang K3 syarat-syarat dari perundangan
yang berlaku mengenai SMK3.
Unsur sistem manajemen K3
terintegrasi dalam sistem
manajemen perusahaan mengacu
pada standar ISO 9001-2000
107

termasuk dalam sistem


pendokumentasian, pembelian dan
tinjauan ulang kontrak.

2.4. Informasi K3 PT. INKA telah membuat safety


sign berisi tentang peringatan-
peringatan pemakaian alat
pelindung diri (APD), larangan
naik sepeda di dalam area produksi,
larangan forklift memasuki tempat
produksi tertentu, dll.
Safety Induction di PT. INKA
dilaksanakan untuk memberi
informasi tentang aktifitas produksi
di setiap workshop, adanya potensi
bahaya, alat pelindung diri yang
digunakan, proteksi area dan
housekeeping, sarana penunjang
dan apa yang harus dilakukan
ketika terjadi keadaan darurat.
Safety talk dilakukan setiap
departemen pada saat apel pagi,
diisi dengan pemberian informasi
mengenai K3

3. Pengendalian Perancangan dan Peninjauan Kontrak


3.1. Pengendalian Perancangan Perusahaan telah membentuk tim
P2K3 atau PT. INKA menyebutnya
dengan Manajemen Mutu dan
Lingkungan Hidup (MMLH).
108

Ruang lingkup MMLH yaitu


bidang keselamatan, bidang
kesehatan kerja dan lingkungan
hidup.

3.2. Peninjauan Kontrak Sistem manajemen PT. INKA


mengacu pada ISO 19001-2002.
PT. INKA juga telah mengadakan
pelatihan K3 antara lain:
a. training keselamatan
kerja, kebakaran, dan
kewaspadaan becana,
b. program pengelolaan
limbah padat, cair dan gas.,
c. program
sertifikasi/kalibrasi sarana,
prasarana dan peralatan,
d. program pencegahan
serta pengendalian
kebakaran,
e. program
pengumpulan, pengolahan
dan pelaporan data.
Dalam upaya pengendalian bahaya
PT. INKA telah mewajibkan tenaga
kerja memakai alat pelindung diri
pada saat bekerja.

4. Pengendalian Dokumen
109

4.1 Persetujuan, Pengeluaran dan PT. INKA (Persero) Madiun telah


Pengendalian Dokumen
melakukan pengendalian dokumen
K3 secara tertulis,bertanggal dan
kemudian di tanda tangani oleh
penanggung jawab kegiatan

4.2 Perubahan dan Modifikasi PT. INKA (Persero) Madiun dalam


Dokumen
hal perubahan dokumen
memberikan alasan terjadinya
perubahan yang tertera dalam
dokumen atau lampirannya dan
menginformasikan kepada pihak
terkait atas perubahan dan
modifikasi dokumen,kemudian
dokumen yang kadaluarsa atau
sudah tidak berlaku di beri tanda
khusus
5. Pembelian dan Pengendalian Produk
5.1 Spesifikasi Pembelian Barang dan a. PT. INKA (Persero) Madiun
Jasa
memiliki tim/divisi khusus
yang melibatkan bagian
logistik dan bagian lain yang
terkait dengan K3 untuk
memenuhi spesifikasi teknis
dan informasi K3 sudah
dipenuhi sebelum membeli
barang dan jasa
b. PT. INKA (Persero) Madiun
dalam memenuhi kebutuhan
pelatihan ,pasokan APD dan
110

perubahan terhadap prosedur


kerja melalui pertimbangan
tim P2K3 sebelum pembelian
dan penggunaanya.
c. PT. INKA (Persero) Madiun
dalam membeli barang dan
jasa mempunyai persyaratan
berkaitan dengan K3 ,yang
kemudian di evaluasi dan
menjadi pertimbangan dalam
seleksi pembelian barang dan
jasa
d. PT. INKA (Persero) Madiun
memiliki Dokumen kontrak
pengadaan barang
5.2 Sistem Verifikasi Barang dan Jasa PT. INKA (Persero) Madiun
Yang Telah Dibeli
dalam verifikasi barang dan jasa
sudah memiliki prosedur yang
terkait dengan pemeriksaan barang
dan jasa yang sudah
dibeli.Sehingga Barang dan jasa
yang dibeli diperiksa kesesuainya
dengan spesifikasi pembelian

5.3 Pengendalian Barang dan Jasa PT. INKA (Persero) Madiun


Yang Dipasok Pelanggan
dalam Barang dan jasa yang
dipasok pelanggan, sebelum
digunakan terlebih dahulu
diidentifikasi potensi bahaya dan
dinilai risikonya sehingga barang
111

yang di gunakan benar benar sesuai


dan aman.

5.4 Kemampuan Telusur Produk PT. INKA (Persero) Madiun


Terdapat prosedur yang
terdokumentasi untuk penelusuran
produk yang telah terjual, jika
terdapat potensi masalah K3 di
dalam penggunaannya,maka dapat
menjadi bahan evaluasi.
6. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3
6.1 Sistem Kerja a. PT. INKA (Persero) Madiun
melakukan kegiatan inspeksi
yang bertujuan untuk
menjamin tempat kerja dan
cara kerja telah memenuhi
prosedur, peraturan perundang-
undangan dan pedoman teknis
K3 yang berlaku serta untuk
tindakan pencegahan dan
pengendalian resiko bahaya.
Kegiatan inspeksi dilakukan
oleh tim inspeksi disetiap unit
kerja yang didelegasikan oleh
K3LH
b. PT. INKA (Persero) Madiun
menerbitkan sistem ijin kerja
untuk tugas yang berisiko
tinggi
c. PT. INKA (Persero) Madiun
telah menyediakan Alat
112

Pelindung Diri yang sesuai


dengan jenis dan potensi
bahaya yang ada di tempat
kerja
d. PT. INKA (Persero) Madiun
telah melaksanakan sistem
pelaporan, investigasi atau
penyelidikan, dan pencatatan
terhadap kejadian
kecelakaankerja

6.2 Pengawasan Dalam sistem pengawasan PT.


INKA (Persero) Madiun bidang
keselamatankerja
menyelenggarakan pelaporan
kecelakaan kerja, investigasi dan
evakuasi kecelakaan kerja,
penilaian kondisi lingkungan kerja
(Audit K3), pembinaan norma K3
dan diklatK3, Safety Patrol

6.3 Seleksi dan Penempatan Personil PT. INKA (Persero) Madiun


melakukan seleksi karyawan baru
seperti pada umumnya dan
dilakukan tes kesehatan
sebelumkerja. Pada pemeriksaan
ini calon tenaga kerja tidak
dikenakan biaya apapun.
Pemeriksaan kesehatan sebelum
kerja ini meliputi ; pemeriksaan
113

fisik lengkap, kesegaran jasmani


dan pemeriksaan lainnya yang
dianggap perlu untuk menentukan
penempatan karyawan sesuai
dengan keterampilan dan kondisi
fisiknya.

6.4 Area terbatas Tidak dijelaskan tentang Area


terbatas tetapi PT. INKA (Persero)
telah melakukan pemasangan
rambu-rambu peringatan pada area
tertentu dan setiap unit produksi
terutama yang banyak mengandung
faktor bahaya
6.5 Pemeliharaan, Perbaikan, dan Semua sarana produksi di PT.
Perubahan Sarana Produksi INKA (Persero) Madiun selalu
dilakukan pemeriksaan,
pemeliharaan, perbaikan oleh
petugas yang berkompeten dan
bersertifikasi. Disetiap sarana
produksi juga dilengkapi SOP.
Apabila sarana produksi dilakukan
perbaikan, PT. INKA (Persero)
Madiun menerapkan sistem LOTO
untuk mencegah sarana produksi
agar tidak dihidupkan saat
perbaikan dilakukan.

6.6 Pelayanan Pelayanan yang dilakukan PT.


INKA (Persero) Madiun untuk
114

meningkatkan kesejahteraan
karyawan, yaitu dengan
memberikan gaji yang memadai
bagi karyawannya dan memberikan
berbagai fasilitas kesejahteraan
kepada tenaga kerjanya yang
meliputi :
1) Mengikutkan seluruh tenaga
kerjanya dalam
programJamsostek.
2) Pemberian insentif bonus,
tunjangan hari raya, jaminan
hari tua dan santunan duka cita
bagikaryawan.
3) Fasilitas kerja berupa : Alat
Pelindung Diri (APD), kamar
ganti pakaian, kamar mandi,
toilet, locker karyawan, air
minum dalam kemasan galon
di setiap unit tempat kerja,
bantuan uang untuk perumahan
dan makansiang.
4) Cutikaryawan.
5) Fasilitas rekreasi, pembinaan
kerohaniaan dan olahraga.
6) Poliklinik PT. INKA (Polinka)
dan dokter keluarga sebagai
fasilitas kesehatan.
7) Koperasi karyawan (Kopinka)
dan lainsebagainya.
115

6.7 Kesiapan Untuk Menangani a. PT. INKA (Persero) telah


Keadaan Darurat membentuk prosedur dan tim
penanggulangan keadaan
darurat. PT. INKA (Persero)
juga mengadakan training
tanggap darurat secara berkala
dengan tujuan agar
pelaksanaan prosedur
penanggulangan keadaan
darurat oleh tim yang telah
dibentuk dapat berjalan efektif
sesuai dengan yang
diharapkan.
b. PT. INKA (Persero) membuat
prosedur tanggap darurat untuk
mempermudah penanganan
keadaan darurat bagi
karyawan, kepala unit kerja,
dan koordinator lapangan
c. Alat Proteksi Kebakaran :
1) APAR
2) Hydrant
3) Emergency Response Team
(ERT)
4) Emergency Evacuation
Map

6.8 Pertolongan Pertama Pada a. PT. INKA (Persero)


Kecelakaan menyiapkan kotak P3K yang
berisi obat-obatan dan
perlengkapan P3K di setiap
116

unit kerja. Kunci obat P3K


tersebut dipegang oleh Kepala
bagian atau karyawan yang
ditunjuk di unit kerjanya
masing-masing. Apabila
persediaan obat-obatan di
kotak P3K habis, maka Kepala
Bagian melapor ke bagian
kesejahteraan dan kemudian
diteruskan ke balai pengobatan
"POLINKA" atau SDM untuk
ditindak lanjuti. Kelayakan
pemakaian obat-obatan P3K
ditentukan oleh petugas K3LH
atau SDM.
b. PT. INKA (Persero)
membentuk First Aid Team
yang terlatih dan mengikuti
training tanggap darurat
c. PT. INKA (Persero)
mempunyai satu unit mobil
ambulance sebagai fasilitas
yang diperuntukkan bagi
karyawan yang sedang sakit
atau korban kecelakaan kerja
yang membutuhkan
pengangkutan jarak jauh,
sedangkan untuk pengangkutan
jarak dekat digunakan mobil
dinas.
117

6.9 Rencana dan Pemulihan Keadaan PT. INKA (Persero) membentuk


Darurat organisasi tanggap darurat. Tim
tanggap darurat terdiri dari anggota
yang masing-masing mempunyai
tugas dan tanggung jawab.
Prosedur untuk pemulihan kondisi
tenaga kerja menjadi tanggung
jawab SatgasKesehatan yaitu
melaksanakan perawatan medis
kepada korban di tempat kejadian
termasuk menyiapkan peralatan
serta sarana pendukung untuk
penanganan korban dan juga
mempersiapkan pertolongan lebih
lanjut kepada korban apabila harus
dibawa ke Rumah Sakit dengan
bantuan transportasi dari Satgas
Umum. Sedangkan untuk
pemulihan sarana dan peralatan
produksi yang mengalami
kerusakan menjadi tanggung jawab
SatgasPemeliharaan yaitu
menginventaris segala kerusakan
yang timbul oleh karena keadaan
darurat bersama Sekretaris, dan
sesegera mungkin membersihkan
lokasi kejadian, dan melakukan
rehabilitasi guna memfungsikan
kembali fasilitas yang rusak.
118

7. Standar Pemantauan

7.1 Pemeriksaan Bahaya Pemeriksaan tempat kerja yang


dilakukan oleh PT. INKA antara
lain :
1. Kondisi mesin : diperiksa
setiap akan digunakan dan
secara rutin setiap satu
minggu sekali oleh operator
mesin
2. Kondisi lantai kerja :
dibersihkan oleh petugas
secara berkala pada saat
sebelum,sesudah dan saat
proses produksi
berlangsung
3. Penempatan material : pada
setiap unit telah diberikan
rak penyimpana material
sesui dengan jenis
materialnya tetapi masih
ada peletakan material yang
sembarangan sehingga
terlihat tidak teratur
Pemeriksaan cara kerja dan tempat
kerja dilakukan oleh safety officier
di setiap departemen yang ada di
PT. INKA.Pemeriksaan yang
dilakukan di PT. INKA oleh
petugas yang berkompeten di
119

bidangnya dengan dibuktikan


memiliki sertifikat dan telah
mengikuti pelatihan,misalnya
pemeriksaan instalansi listrik
,petugas memiliki sertifikat Ahli
K3 Listrik dan telah mengikuti
pelatihan Ahli K3
Listrik.Pemeriksaan di tempat kerja
sambil mencari masukan di tempat
kerja tidak dijelaskan apakah
diterapkan di PT. INKA atau
tidak,tetapi apabila diterapkan akan
memperbaiki kondisi K3 dan
mengetahui keluh kesah yang
dialami pekerja dijadikan evaluasi
untuk perusahaan. Checklist tempat
kerja pada PT. INKA tidak
dijelaskan apakah memakai
checklist atau tidak tetapi apabila
dalam pemeriksaan tempat kerja
menggunakan sistem checklist
dalam mempermudah kesesuaian
atau penilaian di lingkungan
kerja,apabila saat tim delegasi
K3LH melakukan inspeksi K3
belum menggunakan checklist
tetapi inspektor secara langsung
melakukan observasi tempat kerja
dan menganalisis kondisi atau
tindakan tidak aman yang
tampak,yang memungkinkan
120

terjadinya kecelakaan kerja.

7.2 Pemantauan/Pengukuran Pengukukuran lingkungan kerja di


Lingkungan Kerja PT. INKA antara lain :
1. Pengukuran air pollution
control yang terdapat pada
cerobong,dilakukan
pemeriksaan setiap 6 bulan
sekali
2. Pengukuran water waste
control yang terdapat pada
penampungan limbah cair
domestik,dilakukan
pemeriksaan setiap 3 bulan
sekali
3. Pengukuran kebisingan (
faktor fisika ),data
pengukura intensitas
kebisingan pada beberapa
ruangan yang dilakukan
saat tenaga kerja melakukan
pekerjaannyadengan
menggunakan Sound Level
Meter merek Rion NA-20
4. Pengukuran penerangan (
faktor fisika ),data
pengukuran penerangan
umum pada beberapa
ruangan dengan
menggunakan alat digital
121

Lux Meter DX-100


Pengukuran lingkungan kerja
dilaporkan oleh PT. INKA kepada
Kementerian Lingkungan Hidup
melalui via online saat ini,apabila
dulu dengan pengiriman paket
berkas. Pemantauan yang ada di
lingkungan PT.INKA sudah baik
dan telah dilaporkan kepada pihak
yang berwenang tetapi belum tahu
apakah hasil pengukuran
lingkungan kerja dipublikasikan
kepada pekerja di PT. INKA atau
menjadi bahan evaluasi saat rapat
agar mencegah risiko kecelakaan
kerja.
7.3 Peralatan Prosedur mengenai pemeliharaan
Pemeriksaan/Inspeksi,Pengukuran dan penyimpanan untuk alat
dan Pengujian pemeriksaan,ukur dan uji mengenai
K3 dengan diletakkan di tempat
yang sesuai,misalnya pada ruangan
terdapat Sound Level Meter sebagai
pengukur kebisingan di ruangan.
Untuk pemeliharaan dan kalibrasi
alat belum dijelaskan secara detail
apakah dilakukan di PT. INKA ,
tetapi seharusnya dilakukan untuk
menjaga konsistensi kualitas alat
tersebut. Petugas yang berhak
melakukan pemeliharaan dan
kalibrasi alat tersebut adalah
122

petugas yang berkompeten dan


berwenang.

7.4 Pemantauan kesehatan tenaga Pemantauan kesehatan kerja yang


kerja dialkukan PT. INKA antara lain :
a. Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja
Pemeriksaan diberikan
kepada calon pekerja,dalam
hal pemeriksaan sebelum
kerja ini pihak PT. INKA
bekerjasama dengan RSUP
dr. Soedono ,pemeriksan
yang dilakukan antara lain :
pemeriksaan fisik
lengkap,kesegaran jasmani
dan pemeriksaan lainnya
yang dianggap perlu
b. Pemeriksaan
kesehatan berkala
Pemeriksaan ini dilakukan
secara periodik oleh PT.
INKA dengan adanya
pemeriksaan kesehtan
berkala setiap satu
tahun,dua tahun maupun
tiga tahun sekali
c. Pemeriksaan
kesehatan khusus
Pemeriksaan kesehatan
khusus dilakukan atas dasar
123

dugaan adanya kelainan-


kelainan dan gangguan-
gangguan kesehatan yang
disebabkan karena
pengaruh dari pekerjaan
terhadap tenaga kerja atau
golongan karyawan
tertentu.
d. Dokter keluarga
PT. INKA telah
menyediakan pelayana
kesehatan diluar jam kerja
yang dapat digunakan
tenaga kerja sendiri dan
keluarga dari tenaga kerja
tersebut
e. POLINKA (
Poliklinik INKA)
Poliklinik ini disediakan
oleh PT. INKA yang
tersedia dokter dan perawat
sehingga tenaga kerja yang
mengalami sakit dan sedang
saikit bisa beristirahat di
poliklinik.
8 Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan

8.1 Pelaporan Bahaya Pelaporan bahaya yang terjadi di


lingkungan PT. INKA dapat
dilakukan secara ;isan atau tertulis
124

kepada pimpinan unit selanjutnya


pimpinan unit kerja akan
melaporkan kepada K3LH
sehingga pelpaoran bahaya akan
tertlis sesuai format yang telah
disdiakan. Namun,di PT.INKA
belum mendapatkan informasi
tentang format pelaporan bahaya
yang seperti apa ,apakah datanya
benar menjelaskan kondisi bahaya
atau keceakaan yang terjadi.
Dengan adanya pelaporan bahaya
seperti ini dapat mengidentifikasi
bahaya yang sering terjadi di PT.
INKA sehingga dapat dilakukan
investigasi penyebabnya dan
dilakukan perbaikan agar bahaya
tidak terjadi kembali.
8.2 Pelaporan Kecelakaan Pelaporan kebakaran harus segera
dilaporkan ke bagian K3LH dalam
waktu kurang dari 24 jam sesuai
dengan format laporan yang telah
disediakan.
Pelaporan kecelakaan kerja,apabila
tenaga erja melihat korban harus
segera melakukan pertolongan dan
mengantar ke Polina apabila
Polinka tidak bisa menangani maka
korban dirujuk ke RSUP dr.
Soeharso
Prosedur pelaporan kecelakaan
125

kerja adalah :
1. Pemeberitahuan kepada
pemimpin unit kerja baik
secara lisan maupun tertulis
2. Pimpinan unit kerja / kepala
departemen yang
bersangkutan membuat
laporan kecelakaan dan
disampaikan kepada K3LH
dengan tembusan kepada
Departemen SDM dalam
waktu tidak lebih dari 2x24
jam
3. Pelaporan kecelakaan kerja
dilakukan sesuai dengan
format yang telah
disediakan

8.3 Pemeriksaan dan pengkajian Pada PT. INKA,setelah terjadi


kecelakaan kecelakaan dan adanya laporan
kecelakaan kerja makan K3H
segera mengadakan investigasi
dengan penyeleidikan kecelakaan
kerja di tempat kejadian kecelakaan
dan mengmpulkan data sebanyak-
banyaknya sebagai cara alternatif
untuk mengetahui penyebab
terjadinya kecelakaan kerja dalam
waktu tidak lebih dari 2x24 ja
terhitung saat terjadinya
kecelakaan. Peyelidikan yang
126

dilakukan oleh PT. INKA bertujuan


untuk menemukan sebab terjadinya
kecelakaan kerja sehingga dapat
ditentukan langkah apa yang
diambil untuk mencegah
kecelakaan tidak terulang kembali.
8.4 Penanganan Masalah Dalam hal ini PT. INKA
melakukan :
1. Pemantauan pelaksanaan
sasaran mutu K3LH
Mengadakan penilaian
terhadap tingkat kejadian
kecelakaan dan
membandingkan dengna
nilai toleransi kecelakaan
yang telah ditetapkan
2. Mengadakan audit internal
Sistem Manajeen K3
Kegiatan ini dilaksankan
oleh tim auditor dari
perusahaan PT. INKA sendiri
3. Melakukan audit eksternal
Sistem Manajemen K3
Dilaksanakan oleh tim
auditing dari badan audit
yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja. Jika pada
evaluasi terdapat kesesuaian
dengan indikator K3 dan
terdapat kecelakaan nilai
pada seluruh karyawan di
127

PT. INKA maka perusahaan


mengajukan Zero Accident
Award pada Departemen
Tenaga Kerja RI
9. Pengelolaan Material dan Perpindahannya

9.1 Penanganan Secara Manual dan - Pada PT INKA identifikasi


Mekanis dan penilaian risiko
dilaksanakan dilaksanakan
oleh Departemen K3LH
yang merupakan Ahli K3 di
PT INKA. Proses
identifikasi dan penilaian
risiko yang dimaksud pada
elemen ini berhubungan
dengan penangan secara
manual dan mekanis.
- Pada PT INKA sendiri
untuk penanganan secara
manual dan mekanis
terhadap potensi bahaya
dilakukan dengan
melakukan pencegahan
terlebih dahulu pada potensi
bahaya seperti menyediakan
peralatan dan bahan yang
berkualitas standar,
penyusunan cara kerja yang
aman, memberi tanda
peringatan atau garis batas
128

pada area kerja, penyediaan


alat pemadam kebakaran
dan penyediaan alat
pelindung diri.

9.2 Sistem Pengangkutan, a. Sistem pengangkutan bahan B3


Penyimpanan dan Pembuangan di PT INKA sudah sesuai peraturan
( PP 74 tahun 2001 tentang
Pengelolaan B3 pada Pasal 13 ayat
1 ). Sebelum dilakukannya
pengangkutan terlebih dahulu
pewadahan yang baik mulai dari
unit – unit kerja yang menghasilkan
limbah B3. Pewadahan jenis
limbah juga dilakukan untuk
memudahkan dalam proses
pengangkutannya. Bahan B3
diangkut dengan kendaraan dari
perusahaan atau langsung dari
supplier, namun untuk kendaraan
apa yang digunakan tidak
dijelaskan.
b.Di PT INKA sudah mengikuti
prosedur dan peraturan ( PP 74
tahun 2001 tentang Pengelolaan B3
pada Pasal 18 dan Pasal 19 ) yang
menjamin bahwa bahan disimpan
ditempat yang aman. Hal tersebut
terlihat dengan adanya gudang
khusus yang terpisah dari tempat
produksi yang berfungsi sebagai
129

tempat penyimpanan bahan B3.


Untuk gudang tersebut juga telah
diberikan rambu – rambu
peringatan
c. Untuk proses pembuangan
sendiri di PT INKA menyediakan
tempat khusus untuk menampung
limbah B3, nantinya sisa B3
tersebut akan diambil oleh pihak
lain. Untuk penjelasan mengenai
bagaimana pengelolaan sisa bahan
B3, dari PT INKA menyerahkan
pada pihak lain.
9.3 Pengendalian Bahan Kimia - Dalam pengendalian bahan
Berbahaya ( BKB ) kimia berbahaya PT INKA
telah melakukan prosedur
yang sesuai peraturan (
Kepmenaker No. Kep-
187/MEN/ 1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja
Pasal 3 Ayat 1 dan PP 74
tahun 2001 tentang
Pengelolaan B3 pada pasal
11 & 12 ) yaitu dengan
menyediakan MSDS untuk
bahan B3 yang ada. Selain
pemberian MSDS juga
diberikannya rambu
peringatan ditempat
penyimpanan bahan B3 dan
130

pemberian symbol pada


bahan B3.
- Untuk penanganan B3 di
PT INKA dilakukan oleh
bagian K3LH sendiri
10. Pengumpulan dan Penggunaan Data
10.1 Catatan K3 - Mengenai catatan K3 yang berisi
10.2 Data dan Laporan K3 dokumentasi dan penerapan
prosedur pelaksanaan identifikasi,
pengumpulan, pengarsipan,
pemeliharaan, penyimpanan dan
penggantian catatan K3 tidak dapat
dijelaskan atau ditunjukkan karena
untuk menjaga kerahasiaan catatan.
Namun dari pihak PT INKA
mengatakan setiap dokumen
mengenai k3 sudah mengikuti
prosedur yang ada.
- Untuk laporan rutin kinerja K3
tidak dicantumkan pada papan
pengumuman, mungkin mengenai
laporan rutin k3 langsung
disampaikan pada pekerja disetiap
bagiannya

11 Pemeriksaan SMK3 a. mengadakan audit internal


11.1Audit Internal SMK3 SMK3.audit SMK3 secara
internal di PT. INKA
dilaksanakan oleh tim auditor
dari dalam perusahaan sendiri.
131

Audit internal ini dilaksanakan


dengan mengacu pada “Materi
Audit SMK3 Industri
Strategis”, materi audit ini
mengacu pada peraturan
pemerintah Nomor 50 tahun
2012 dan disusun kembali oleh
BPIS (Badan Pengelola
Industri Strategis) dengan
mencantumkan persyaratan
yang harus dipenuhi termasuk
penyiapan dokumen dan lain
sebagainya pada tiap – tiap
elemen tersebut. Hal tersebut
dimaksudkan untuk
penyeragaman di lingkungan
industry strategis dan agar
pelaksanaan audit SMK3 dapat
dilakukan sendiri oleh petugas
di lingkungan kerja masing –
masing dengan lebih mudah.
b. Melaksanakan audit eksternal
SMK3 di PT INKA
dilaksanakan oleh tim auditor
dari bahan audit yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
Jika pada evaluasi terdapat
kesesuaian dengan indicator K3
dan terdapat kecelakaan nihil
pada seluruh tenaga kerja maka
perusahaan mengajukan Zero
132

Accident Award pada


Departemen Tenaga Kerja
Republik Indonesia. PT INKA
telah memperoleh piagam
penghargaan kecelakaan nihil
pada tanggal 2 januari 2004
berdasarkan surat keputusan
menteri tenaga kerja dan
transmigrasi RI
No.Kep.01/Men/2004. Piagam
tersebut diberikan atas prestasi
dalam melaksanakan program
K3. Sehingga mencapai
6.481.432 jam kerja tenaga
kerja tanpa kecelakaan kerja
terhitung sejak tanggal 1 juni
2000 sampai November .
c. Tinjauan Ulang Manajemen,
dilakukan oleh PT INKA
dilakukan untuk memastikan
bahwa penerapan SMK3 telah
berjalan sesuai dengan rencana
yang diharapkan, sehingga jika
terjadi penyimpangan dapat
segera dilakukan tindakan
perbaikan dan penyempurnaan.

12 Pengembangan ketrampilan dan Pelatihan – pelatihan K3 yang


kemampuan terdapat di PT. INKA meliputi :
12.1 Strategi Pelatihan a. Pelatihan pemadam kebakaran
12.2 Pelatihan Bagi Manajemen Pelatihan pemadam kebakaran
133

dan penyelia diadakan oleh departemen


12.3 Pelatihan Tenaga Kerja MMLH yang diikuti oleh
12.4 Pelatihan pengenalan dan perwakilan tenaga kerja di
pelatihan untuk pengunjung setiap bagian setiap 1 tahun
kotraktor sekali. Pelatihan pemadam
kebakaran bertujuan untuk
melatih kesiapsiagaan tenaga
kerja dalam menanggulangi
terjadinya kebakaran di tempat
kerja. Hal ini telah sesuai
dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja RI
No.Kep.186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan
Kebakaran di tempat kerja
BAB 1 pasal 2 ayat 1 berisi
“pengurus atau pengusaha
wajib mencegah, mengurangi
dan memadamkan kebakaran,
latihan penanggulangan
pemadam kebakaran di tempat
kerja.”
b. Pelatihan PPPK
PT. INKA telah melakukan
pelatihan PPPK yang diberikan
kepada petugas PPPK. Hal ini
sudah sesuai dengan OHSAS
18001:2007 klausul 4.4.2
ttentang kompetensi, pelatihan
dan kepedulian yang berisi
tentang “Organisasi harus
134

mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan sesuai dengan risiko
– risiko K3 terkait dan SMK3.
Organisasi harus menyediakan
pelatihan atau mengambil
tindakan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, melakukan
evaluasi efektivitas pelatihan
dan tindakan yang diambil dan
menyimpan catatan -
catatannya”
c. PT INKA sudah menerapkan
SOP disetiap jenis pekerjaan
yang bertujuan untuk
memberikan arahan kepada
tenaga kerja supaya melakukan
pekerjaan secara aman
sehingga tidak terjadi
kecelakaan kerja. Selain itu PT
INKA memiliki system ijin
kerja yang dikeluarkan oleh
bagian MMLH. Sistem ijin
kerja ini lebih dikenal dengan
work instruction (WI) yaitu
surat perintah untuk
melaksanakan pekerjaan yang
sesuai dengan tugas yang
diperintahkan. Work
instruction digunakan untuk
semua jenis pekerjaan yaitu hot
work misalnya pada unit
135

pengerjaan annealing bogie,


cold work pada pekerjaan tes
hujan dan electrical work pada
unit test track.

E. Ergonomi
1. Desain Stasiun Kerja

a. Kondisi Mesin

Kondisi mesin cukup baik. Mesin-mesin tersebut selalu

diperiksa setiap akan digunakan dan secara rutin setiap satu minggu

sekali oleh operator mesin. Jarak antara mesin dengan mesin yang

lain cukup memungkinkan operator leluasa bergerak. Berbagai jenis

mesin tertentu juga dilengkapi dengan petunjukpenggunaan

danpengoperasian alat sesuai dengan Sistem Operasional Prosedur

(SOP) dan tetap memasang safety guarding machine sesuai

ketentuan.

b. Kondisi Lantai Kerja

Kondisi lantai kerja secara umum terlihat bersih, karena selalu

dibersihkan oleh petugas secara berkala pada saat sebelum, sesudah

dan saat proses produksi berlangsung. Adanya program house

keeping 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) di PT. INKA

(Persero) sangat membantu dalam meningkatkan kondisi lingkungan

kerja yang rapi dan bersih.


136

c. Penempatan Material

Pada setiap unit produksi sudah disediakan rak untuk meletakkan

dan menyimpan material. Akan tetapi, kadang masih terdapat sisa-

sisa material yang berserakan di lantai sehingga memberi kesan

kurang teratur dan secara tidak langsung dapat mengganggu alur lalu

lintas dan pergerakan tenaga kerja serta perlu ditingkatkan lagi

keteraturannya.

2. Waktu Kerja

Pengaturan waktu kerja di PT. INKA, hari kerja efektifnya dalam

satu minggu adalah lima hari kerja. Sistem kerja 8 jam/hari dengan

istirahat 45 menit setelah 4 jam bekerja. Hal ini sudah sesuai dengan

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 pasal 77 ayat 2 poin (a) yang

berbunyi “Waktu kerja 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)

jam 1 (satu) minggu” dan (b) yang berbunyi “8 (delapan) jam 1 (satu)

hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja

dalam seminggu. Pada kesempatan tertentu, kadang kala hari sabtu

masuk dengan pemberitahuan sebelumnya.

Shift kerja diperuntukkan bagi tenaga kerja outsourching yang

bekerja di area produksi. PT. INKA berproduksi selama 24 jam, shift

dibagi menjadi 3 shif, dimana setiap shift dalam satu hari bekerja selama

8 jam. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003

pasal 77 ayat 2 poin (a)yaitu “Waktu kerja 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan

40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1
137

(satu) minggu” dan poin (b) yaitu “8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40

(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja.

Shift kerja dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Shift pagi : pukul 07.30-15.30 WIB


2. Shift sore : pukul 15.30-23.30 WIB
3. Shift malam : pukul 23.30-07.30 WIB
3. Beban Kerja

Di PT. INKA tergolong pada beban kerja berat karena telah

mempertimbangkan kemampuan tenaga kerja dengan pekerjaannya serta

member pelatihan kepada tenaga kerja yang belum mempunyai

kemampuan yang memadai untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

Sebagian besar beban kerja di PT. INKA Madiun adalah beban kerja

fisik terdapat pada kegiatan angkat – angkut pada proses pemasangan

plat dan perangkaian badan kereta. PT. INKA Madiun telah telah

menyediakan alat bantu angkat-angkut antara lain yaitu forklift, crane,

bridge untuk memudahkan pekerjaan dan meringankan beban kerja agar

sesuai dengan kemampuan fisik tenaga kerja.

4. Display

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari display di PT INKA (Persero)

Madiun telah sesuai dengan UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja pasal 14 (2) “Pengurus diwajibkan untuk memasang didalam

tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang

diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat


138

yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas

atau ahli keselamatan kerja”.

5. Antropometri

Antropometri sangat penting untuk menentukan desain stasiun kerja

yang nyaman untuk tenaga kerja. Di PT INKA (Persero) permasalahan

antropometri ada pada desain stasiun kerja yang belum ergonomis

dikarenakan mesin pada stasiun kerja yang sesuai dengan antropometri

orang luar negeri dimana ukuran antropometrinya lebih tinggi dari orang

Indonesia. Dengan adanya masalah tersebut perusahaan melakukan

pengendalian dengan cara menambah alat bantu seperti pijakan kaki atau

tangga agar tenaga kerja dapat menjangkau keatas. Hal tersebut sudah

sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 huruf m yang

berbunyi “Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,

lingkungan kerja, cara, dan proses kerjanya.

6. Kelelahan Kerja (Kelelahan Fisik dan Kelelahan Psikis)

Kelelahan kerja yang sering terjadi di PT. INKA (Persero) Madiun

biasanya pada tenaga kerja di bagian pembuatan komponen-komponen

kereta sebelum dirakit. Kelelahan fisik yang sering dirasakan tenaga

kerja berupa keluhan sakit punggung dan pinggang karena proses

pembentukan/penyempurnaan komponen yang dilakukan, selain itu

kelelahan pada tangan dan kaki karena bekerja dengan posisi berdiri dan

kelelahan pada mata serta tengkuk. Dalam hal ini perusahaan belum
139

melakukan monitoring kelelahan kerja tetapi perusahaan telah melakukan

pengendalian yang dilakukan yaitu pemberian waktu istirahat sebanyak

tiga kali setiap 2,5 jam bekerja.

Upaya pengendalian yang dilakukan ini telah sesuai dengan Undang-

Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan paragraf 4 mengenai

waktu kerja pasal 79 mengenai pengusaha wajib memberi waktu istirahat

dan cuti kepada pekerja/buruh. Dan sesuai dengan teori Suma'mur (2014)

yaitu kelelahan dapat dikurangi bahkan di tiadakan dengan pendekatan

berbagai cara yang ditujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan

pengelolaan kondisi program dan lingkungan kerja di tempat kerja

7. Penilaian Muskuloskeletal

Untuk meminimalisir musculoskeletal disorder pada operator alat

berat maka perusahaan menyediakan backsupport untuk meminimalisir

getaran pada tubuh pekerja.

8. Manual/ Automatic Handling

Alat angkat dan angkut yang digunakan di PT. INKA (Persero) antara

lain berupa :

a. Kereta Dorong

Kereta dorong digunakan untuk berbagai mengangkut

material terutama, sisa-sisa material yang sudah tidak terpakai lagi.

b. Forklift
140

Forklift digunakan untuk kegiatan angkat-angkut dalam

memindahkan material dari satu tempat ke tempat yang lain.

c. Crane

Alat yang dilengkapi dengan sistem kontrol ini digunakan

untuk memindahkan material yang berat dan berukuran besar

dalam satu ruang produksi.140

d. Tambangan

Tambangan digunakan sebagai jembatan perantara kegiatan

angkat-angkut dalam memindahkan bahan baku, barang setengah

jadi dan gerbong jadi dari satu unit produksi ke unit produksi yang

lain140

9. Housekeeping

Penerapan 5R ( Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin ) di PT.

INKA (PERSERO) MADIUN menjadi salah satu program yang

diunggulkan sehingga di PT. INKA (PERSERO) MADIUN sudah

terwujud budaya 5R dengan baim di setiap unit kerjanya. Tujuanya

yaitu menciptakan lingkungan kerja yang selalu bersih, rapi, dan

masing – masing orang mempunyai konsistensi dan disiplin diri,

sehingga mampu mendukung terciptanya tingkat efisiensi dan

produktifitas yang tinggi di perusahaan serta meningkatkan citra

perushaan dan kualitas produk yang dikeluarkan oleh PT. INKA (


141

PERSERO ) MADIUN. Hal ini sudah sesuai dengan peraturan terkait

yaitu :

a. Pemenakertrans No. Per.01/MEN/1980 tentang Keselamtan dan

Kesehatan Kerja di Kontruksi pasal 6 yang menyebutkan

“Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga

bahan-bahan yang berserakan,bahan-bahan bangunan, peralatan

dan alat-alat kerja tidak merintangi dan menimbulkan

kecelakaan”.

b. Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 Tentang Syarat

Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja

pasal 2 point c “Memajukan kebersihan dan ketertiban”.

c. Undang – Uundang No. 1 Tahun 1970 Ttentang Keselamatan

Kerja Bab III Pasal 5 poin l “ memelihara kebersihan, kesehatan

dan ketertiban”

10. Stress Kerja

Setelah dilakukanya kunjungan industri di PT INKA (PERSERO)

MADIUN dan melalui tanya jawab kepada Bapak Agus yang berasal dari

Departemen K3L yang dimana menyatakan bahwa pekerja mengalami

stress kerja apabila terjadi pesanana yang meningkat dari customer baik

nasional maupun internasional. Di PT. INKA ( PERSERO ) MADIUN

telah dilakukan pengukuran stress kerja dengan menggunakan kuisioner.

Akan tetapi tidak dijelaskan cara pengendalian yang di lakukan

perushaan agar tidak terjadinya stress kerja hal ini akan sangat
142

berpengaruh pada kualitas produk, konsentrasi saat bekerja , penyakit

akibat kerja bahkan mengakibatkan kecelakaan kerja yang dapat

menimbulkan kerugian.

Hal ini tidak seuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Standar Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Perkantoran pasal 2 “Pengaturan Standar K3

Perkantoran ditujukan sebagai acuan bagi Pimpinan Kantor dan/atau

Pengelola Gedung dalam menerapkan pelaksanaan K3 di Perkantoran

untuk mewujudkan kantor yang sehat, aman, dan nyaman serta karyawan

yang sehat, selamat, bugar, berkinerja dan produktif”

F. Lingkungan

Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang ini secara khusus mewajibkan setiap perusahaan memelihara

lingkungan hidup dari pencemaran limbah industri.

Penanganan limbah padat dan cair yang masih memiliki nilai jual dan

tidak berbahaya yang dilakukan oleh PT. INKA (Persero) dengan cara

menjual limbah tersebut atau menampungnya untuk kemudian dibuang di

tempat pembuangan akhir, sedangkan untuk penanganan limbah gas dan debu

telah dilakukan dengan pemasangan cyclone dan dust collector pada tempat-

tempat yang berpotensi menghasilkan debu, selain itu PT. INKA (Persero)

telah melakukan penghijauan di kawasan lingkungan perusahaan.


143

Berdasar Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001

tentang jenis usaha yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL) dan guna menekan dampak lingkungan yang

diperkirakan dapat terjadi dari timbulnya pencemaran limbah, maka PT.

INKA (Persero) menyusun Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan

Lingkungan (UKL dan UPL) yang mengaju pada Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No. 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup.

Hal tersebut membuktikan bahwa PT. INKA (Persero) telah berusaha

semaksimal mungkin dalam melakukan penanganan limbah untuk mencegah

pencemaran lingkungan dari limbah yang dihasilkannya sesuai undang-

undang yang berlaku.


PENUTUP

A. Simpulan
1. Aspek Higiene
Secara keseluruhan PT. INKA Madiun telah melakukan pemantauan,
pengukuran, dan melakukan tindakan pengendalian terhadap potensi
bahaya higiene di tempat perusahaan. Tetapi ada beberapa faktor bahaya
yang belum dilakukan tindahakan pemantauan, pengukuran dan
pengendalian seperti faktor faktor fisika (getaran dan radiasi), faktor kimia
(uap dan gas), faktor biologi, dan faktor ergonomi (beban kerja).

2. Aspek Kesehatan Kerja

a. Pemeriksaan Kesehatan

Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus

b. 12 Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja

Telah melaksanakan 12 pokok pelayanan kesehatan kerja, tetapi masih


kurang dalam hygiene perorangan yaitu sanitasi untuk perawatan rutin
toilet

c. Fasilitas Kesehatan

Telah ada fasilitas kesehatan berupa klinik Polinka, mobil ambulans


dan program kesehatan

3. Keselamatan Kerja

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat


diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. PT. INKA (Persero) telah memenuhi kewajibannya dalam bidang


keselamatan kerja kebakaran dengan membentuk, menyusun, dan
menerapkan sistem tanggap darurat bahaya kebakaran sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

144
145

2. PT. INKA (Persero) telah melakukan upaya pengelolaan limbah B3 yang


dilakukan oleh pihak internal (perusahaan sendiri) dan pihak eksternal
(pihak ketiga).
3. PT. INKA (Persero) telah melakukan dan menerapkan keselamatan kerja
bidang listrik dengan melaksanakan bentuk pengendalian terhadap bahaya
listrik dan memiliki ahli K3 Listrik.
4. PT. INKA (Persero) telah melakukan dan menerapkan keselamatan kerja
bidang mekanik dengan memberikan pelindung pada alat-alat produksi
yang berbahaya dan mewajibkan pekerja menggunakan APD ketika
mengoperasikan alat-alat mekanik di perusahaan.
5. Sebagian pekerja di PT. INKA (Persero) telah memiliki sertifikat operator
angkat-angkut sebagai upaya keselamatan kerja bidang transportasi.
4. SMK3
PT INKA (Persero) Madiun telah menerapkan SMK3 dengan baik, hal
ini dibuktikan dengan predikat “Memuaskan” berdasarkan audit eksternal.
Perusahaan telah mengidentifikasi potensi bahaya dari proses produksi dan
telah dibuat pengendalian untuk setiap potensi yang ada. Perusahaan telah
memiliki komitmen untuk melindungi derajat keselamatan dan kesehatan
pekerja.
Komitmen perusahaan mengenai penerapan SMK3 diwujudkan melalui
penetapan kebijakan K3 , kegiatan perencanaan K3, implementasi dan
operasi dari rencana K3 meliputi pembagian job description pada sumber
daya yang ada , peningkatan kompetensi dan pelatihan K3, penyebarluasan
informasi K3 melalui kegiatan komunikasi K3, kegiatan pendokumentasian
program K3 , pengendalian dokumen, pengendalian operasi produksi,
penetapan system tanggap darurat. Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan
juga dilakukan oleh perusahaan dan tahap terakhir melakukan tinjauan
manajemen untuk mengevaluasi seluruh aspek penerapan SMK3 dan
perencanaan kelanjutan program K3 dan program baru.
146

5. Ergonomi
Secara keseluruhan penerapan ergonomi di PT. INKA MADIUN sudah
baik dimana jam kerja pekerja dibagi menjadi tiga shift hal ini bertujuan
untuk mengurangi kelelahan pada pekerja. Akan tetapi pada kelelahan kerja
pada perusahaan belum atau tidak dijelaskan mengenai program atau
pengendalian yang lain kecuali adanya pembagian shift. Kemudian
penerapan 5R di seluruh area kerja juga sangat diperhatikan serta
penempelan display seperti safety sign mengenai APD, Slogan 5R, dan
peringatan di area tertentu. Di PT. INKA MADIUN juga sangat sedikit
pekerjaan yang bersifat manual handling kebanyakan sudah menggunakan
otomatic handling seperti forklift, crane, tambalang dan lain sebagainya.
Serta, beban kerja dan posisi kerja di PT. INKA MADIUN pula sudah
sesuai dengan kondisi antropometri pekerja.
6. Lingkungan
a) Struktur organisasi di PT. INKA Persero ditetapkan dengan SK Direksi
No. 3/SK/INKA/2008. Dipimpin oleh Direktur Utama yang secara garis
besar membawahi direksi audit internal, departmen audit, departmen
manajemen mutu & K3LH
b) Limbah di PT. INKA ada 3 jenis, yaitu limbah padat, cair, dan limbah
pencemaran udara.
1) Limbah padat berasal dari kegiatan scrap, kayu yang berasal dari
gudang, kaleng bekas, drum, kertas, dll. Limbah padat diolah dengan
pewadahan yang baik. Dimulai dari unit-unit kerja yang menghasilkan
limbah tersebut.
2) Limbah cair bersumber dari oli bekas mesin, minyak/ oli trafo, diarea
gardu listrik, limbah dapur, limbah domestik, oli pendingin. Limbah
cair diolah dengan menampungnya pada drum-drum bekas untuk
dijual pada pihak ketiga, pembuatan septictank dan dibuang ke badan
air yang kengalir diluar kawasan perusahaan.
3) Pencemaran udara berasal dari debu blasting, debu gfrp, fume, gas-gas
emisi dan CO2, debu slip dan bafing, pengolahan udara diatasi
147

dengan pemasangan 4 buah cyclon di unit pengecatan dan


pemasangan dus kolektor di bagian pengamplasan, dan penggunaan
APD untuk mencegah Penyakit Akibat Kerja (PAK).
c) Program kunjungan hidup telah dijalankan oleh PT. INKA seperti
penanaman pohon, reboisasi dan penghijauan.
d) Sistem manajemen lingkungan sudah berjalan baik di PT. INKA. Hal ini
dibuktikan dengan diperolehnya bendera biru untuk proper. Unsur sistem
manajemen K3LH terintegrasi dalam sistem manajemen mutu
perusahaan yang mengacu pada standar ISO 9001:2015.
B. Saran
1. Higiene
a. Meningkatkan program K3 khususnya dalam hal pemantauan faktor
potensi bahaya di tempat kerja.
b. Meningkatkan program K3 khususnya dalam hal pengukuran faktor
potensi bahaya di tempat kerja.
c. Meningkatkan program K3 khususnya dalam hal tindakan pengendalian
faktor potensi bahaya di tempat kerja.
d. Meningkatkan tindakan pengendalian faktor potensi bahaya di tempat
kerja tidak hanya dengan cara penyediaan alat pelindung diri saja, tetapi
juga melakukan pengendalian faktor potensi bahaya di tempat kerja
melalui beberapa hirarki pengendalian lainnya yaitu upaya eliminasi,
substitusi, rekaya teknis, dan administrasi.
2. Kesehatan Kerja
Sebaiknya dilakukan perawatin ruitin untuk kebersiahan toilet dan
program untuk peningkatan perbaikan lingkungan seperti penanaman
pohon dapat dilaksanakan setiap tahunnya.

3. Keselamatan Kerja

Sebaiknya PT. INKA (Persero) Madiun dapat terus meningkatkan


kinerja K3 ke arah yang lebih baik dan berupaya untuk terus memenuhi
148

peraturan perundang-undangan terkait K3 seperti memfasilitasi pekerja


angkat-angkut untuk mendapatkan sertifikat operator angkat-angkut.

4. SMK3

Berdasarkan hasil simpulan yang telah didapat penulis memberikan saran


untuk perusahaan, yaitu:

1. Pengawasan yang lebih mendalam lagi mengenai pelaksanaan


kebijakan K3 yang ada diperusahaan yang dilakukan oleh EHS dan
pihak – pihak terkait.
2. Perusahaan akan lebih baik jika melibatkan mahasiswa dalam
melakukan audit internal , hal ini dimaksudkan agar mendapat evaluasi
dari sudut pandang civitas akademik. Selain itu hal ini dapat dijadikan
sebagai program CSR dalam upaya membantu pemerintah
meningkatkan kualitas pendidikan.
5. Ergonomi
Seharusnya perusahaan melakukan monitoring kepada pekerja
mengenai kelelahan kerja atau mungkin menerapkan program manajemen
fatigue pada pekerja yang memiliki beban kerja tinggi dan beresiko tinggi
dan meningkatkan segala program yang sudah di terapkan di PT. INKA
MADIUN terkhususnya program mengenai ergonomi terhadap pekerja.
6. Lingkungan
a. Inspeksi rutin perlu dilakukan oleh Pengurus K3LH dengan mengguankan
checklist guna mempermudah dengan menggunakan checklist guna
mempermudah pelaksanaan.
b. Sebaiknya dilalukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan seperti meningkatkan keanekaragaman, efisiensi energi dan
lain-lain, agar memperoleh proper hijau.
c. Sebaiknya tenaga kerja yang melaksanakan program lingkungan hidup
dengan baik diberi reward atau bonus agar program terlaksana dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tarwaka, 2012. Dasar – dasar keselamatan kerja serta pencegahan di tempat kerja.
Surakarta : Harapan Press
Rendyanto, Kusnawan. 2010. Magang tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di PT. INKA (Persero) Madiun, Jawa Timur. Universitas Sebelas
Maret.

Diakses pada : https://eprints.uns.ac.id/186/1/165350109201011111.pdf

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes. Jakarta:


CV. Sagung Seto

Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

PT. INKA, 1995. Pedoman Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan


Hidup. Madiun : PT. INKA.

PT. INKA, 2005. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UPL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan (UKL). Madiun: PT. INKA.

149

Anda mungkin juga menyukai