Oleh :
Kelompok I
i
ii
PENGESAHAN
dengan praktikan :
Kelompok I
Mengetahui,
Kepala Program Studi DIII Hiperkes dan KK Pembimbing Lapangan,
Fakultas Kedokteran UNS
ii
iii
iii
iv
iv
v
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri akan banyak diharapkan
dapat menunjang pengetahuan secara teoritis yang di dapat dari materi
perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber daya
manusia yang siap menghadapi tantangan era globalisasi. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin menuntut
lembaga perguruan tinggi untuk meningkatkan metode pengajaran dan
pendidikanya. Untuk itu, prodi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Universitas Sebelas Maret, sebagai salah satu lembaga akademis yang
berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri agar mampu mengakomodasi
perkembangan yang ada. Salah satunya adalah dengan memasukkan kegiatan
kunjungan ke perusahaan yang wajib diikuti oleh mahasiswa.
Dengan kunjungan ke perusahaan ini, mahasiswa dituntut untuk belajar
dengan melihat secara langsung pekerjaan yang ada di lapangan untuk
memperluas wawasan dan cara berpikirnya. Para mahasiswa tidak hanya
dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas namun juga harus
memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menerapkan ilmu yang dimiliki
tersebut.
PT. Industri Kereta Api (Persero) sebagai industri yang bergerak dibidang
perhubungan darat khususnya perkeretaapian, mempunyai potensi dan faktor
bahaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu PT. Industri Kereta Api (Persero)
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja yang berwawasan lingkungan
kerja yang aman, sehat, efisien dan produktif. Dalam pelaksanaannya sudah
cukup baik, terbukti dengan adanya komitmen pengelolaan keselamatan dan
kesehatan kerja serta lingkungan hidup dan adanya unit pelaksanaannya yaitu
K3LH, tetapi masih perlu peningkatan dalam pelaksanaannya semua program
K3.
1
2
B. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Aspek Higiene Perusahaan di PT. Industri Kereta Api
(Persero) Madiun.
2. Untuk Mengetahui Aspek Kesehatan Kerja di PT. Industri Kereta Api
(Persero) Madiun.
3. Untuk Mengetahui Aspek Keselamatan Kerja di PT. Industri Kereta Api
(Persero) Madiun.
4. Untuk Mengetahui Aspek Sistem Keselamtan Kerja ( SMK3 ) di PT.
Industri Kereta Api (Persero) Madiun.
5. Untuk Mengetahui Aspek Ergonomi di PT. Industri Kereta Api (Persero)
Madiun.
6. Untuk Mengetahui Aspek Lingkungan ( Penanganan atau Pengelolaan
Limbah ) di PT. Industri Kereta Api (Persero) Madiun.
C. MANFAAT
1. Mengetahui Aspek Higiene Perusahaan di PT. Industri Kereta Api
(Persero) Madiun.
2. Mengetahui Aspek Kesehatan Kerja di PT. Industri Kereta Api (Persero)
Madiun.
3. Mengetahui Aspek Keselamatan Kerja di PT. Industri Kereta Api
(Persero) Madiun.
4. Mengetahui Aspek Sistem Keselamtan Kerja ( SMK3 ) di PT. Industri
Kereta Api (Persero) Madiun.
5. Mengetahui Aspek Ergonomi di PT. Industri Kereta Api (Persero)
Madiun.
3
HASIL
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Perusahaan
oleh Menristek dan Menhub dengan luas area 225.000 m2 dan luas
4
5
2. Struktur Organisasi
a. Visi
b. Misi
c. Sasaran/ Obyektif
d. Strategi Perusahaan
B. Proses Produksi
Cat Coppon Mastic Primer and Hard, Cobalt Free Kote, Chopped
Strand Mat-450, Pigmen Light Green, Belt Coat 2141-T (Ex), Oil
Putty, Katalis Mekpor, Resin-157 BQ TN Ex Yukalac dan Thinner
Cat Nax Indus PU Nex.
2. Sarana Pendukung
a. Penyediaan Air
b. Penyediaan Udara
d. Bahan Bakar
3. Tahapan Produksi
1) Pemotongan Plat
2) Pengelasan
c. Bagian Pengecatan
1) Grid Blasting
2) Pengecatan Awal
3) Bitominous
4) Pendempulan
5) Cat Dasar II
Bagian ini mengerjakan proses akhir dari produksi. Dalam unit ini
dilakukan pemasangan dinding, instalasi listrik, lampu, kursi, tempat
barang, pintu, jendela dan lavatory.
g. Quality Control
i. Quality Assurance
1) Tes Statis
a) Uji Beban
d) Water Test
e) Tes Kelistrikan
f) Tes Pengereman
g) Tes Dinamik
Tes ini adalah tahap akhir dari uji kualitas produksi yang
dilakukan dengan menjalankan rangkaian gerbong dan
15
HASIL
Faktor
lingkungan Sumber Pemantauan Penilaian Tindakan pengendalian
kerja
1. Faktor Fisika
Kebisingan Mesin produksi dan Dilakukan pengukuran dan Jika melebihi NAB, maka penyediaan alat pelindung diri oleh
kegiatan proses pemantauan 1 tahun sekali dilakukan pengendalian pihak perusahaan seperti ear muff dan
produksi kebisingan ear plug
Pencahayaan Pencahayaan alami Dilakukan pengukuran dan Jika hasil pengukuran tidak Pihak perusahaan menambah jumlah
dan pencahayaan pemantauan 1 tahun sekali sesuai dengan standar, maka intensitas pencahayaan buatan untuk
buatan dilakukan pengendalian tempat kerja yang masih dibawah
17
Debu Proses gerinda body Dilakukan monitoring 2 Jika debu melebihi NAB, Pihak perusahaan telah mendisain
kereta, blasting, dan kali dalam setahun maka dilakukan pengendalian tempat kerja di lengkapi dengan
pengecatan cyclone di ujung cerobong, dan
menyediakan alat pelindung diri
seperti masker.
Gas - - - -
Uap - - - -
3. Faktor Biologi
Mikrobiologi - - - Pemeriksaan kesehatan secara berkala
bagi tenaga kerja
Hewan Tikus, nyamuk dan Dilakukan pemantauan Tidak dilakukan penilaian Dilakukan penyemprotan nyamuk,
tomcat saat mendapat laporan dan atau inspeksi terhadap pembasmian tikus dan tomcat
keluhan dari tenaga kerja keberadaan hewan.
Tumbuhan Peruasahaan belum Perusahaan belum Perusahaan belum melakukan melestarikan tumbuhan langka
melakukan melakukan pemantauan suatu penilaian terhadap
identifikasi sumber terhadap sumber bahaya sumber bahaya
bahaya
4. Faktor Ergonomi
19
Beban kerja Pihak perusahaan Perusahaan belum Pihak perusahaan belum Belum dilakukan pengendalian
belum melakukan melakukan pemantauan melakukan penilaian terhadap terhadap beban kerja
identifikasi terhadap beban kerja beban kerja
mengenai beban
kerja
5. Faktor Mental Psikologi
Stres kerja Ketidakcocokan Dilakukan pemantauan 1 Menggunakan penilaian Belum dilakukan pengendalian
antara atasan dengan tahun sekali berupa kuisioner terhadap stres kerja karena program ini
bawahan, baru diadakan pada tahun 2018
ketidakcocokan antar
karyawan
Keterangan:
Negara (PLN) dan Generator Set (genset). Genset yang digunakan oleh
PT. INKA (Persero) adalah genset berbahan bakar solar dengan kapasitas
250 KVA. Potensi bahaya listrik terjadi pada semua area di perusahaan
ini terutama yang berasal dari genset, gardu, mesin-mesin produksi,
kegiatan pengelasan, kegiatan perakitan, penerangan, pemompaan listrik,
dan alat-alat perkantoran lainnya. Perusahaan telah melakukan tindakan
pencegahan yang dilakukan antara lain:
1. Adanya alat pengaman listrik seperti sekring
2. Penempatan genset atau gardu pada area khusus dimana tidak
sembarangan orang boleh masuk.
3. Adanya system pertanahan atau grounding
4. Pemasangan pagar pembatas pada area genset atau gardu.
5. Terdapat poster tentang peringatan keselamatan bekerja dengan listrik
yang dipasang di beberapa titik pada area produksi.
2) Penerapan P2K3
Pengusaha telah membuat panitia pemebina keselamatan dan
kesehatan kerja (P2K3). P2K3 di PT INKA lebih dikenal dengan
tim MMLH.
a) Struktur organisasi P2K3
Unit MMLH berada dibawah naungan Divisi Quality Control
dan Quality Assurance serta dipimpin oleh seorang asisten
manajer MMLH. PT. INKA sudah mempunyai struktur P2K3
namun untuk penerapannya belum berjalan secara efektif.
b) Tugas dan Fungsi Tim MMLH
Tugas dan fungsi Tim MMLH sebagai berikut:
(1) Memberikan saran, pertimbangan dan usulan program atau
kegiatan baik diminta atau tidak kepada manajemen tentang
K3LH.
(2) Menjabat secara fungsional dan koordinatif kegiatan –
kegiatan MMLH pada unit – unit kerja terkait dengan
lembaga K3LH.
35
c) Satgas Pengamanan
Satgas pengamana mempunyai tugas dan tanggung jawab :
(1) Menutup dan mengamankan lokasi kejadian dari orang –
orang yang tidak berkepentingan.
(2) Membantu evakuasi dan mengamankan jalur evakuasi
korban.
d) Satgas Pemadam Kebakaran
Satgas pemadam kebakaran mempunyai tugas dan tanggung
jawab :
(1) Memadamkan dan melokalisir kebakaran pada saat keadaan
darurat.
(2) Membina kesiapsiagaan peralatan dan personel dalam
penanggulangan keadaan darurat.
44
e) Satgas Kesehatan
Satgas kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab
melaksanakan perawatan medis kepada korban ditempat
kejadian termasuk menyiapkan peralatan serta sarana
pendukung untuk penananganan korban dan juga
mempersiapkan pertolongan lebih lanjut kepada korban apabila
harus dibawa ke rumah sakit dengan bantuan transportasi dari
satgas umum.
f) Satgas Umum
Satgas Umum mempunyai tugas dan tanggung jawab :
(1) Mempersiapkan bantuan logistic selama keadaan darurat
(2) Menyiapkan saran transportasi untuk evakuasi korban
(3) Menyiapakn sarana komunikasi
(4) Menjalin komunikasi dengan posko – posko terkait
(5) Menyiapkan penampungan dan sarana yang aman untuk
evakuasi
g) Satgas Evakuasi
Satgas evakuasi bertugas dan bertanggung jawab menentukan
lokasi dan jalur yang aman untuk evakuasi , serta memimpin
atau mengkoordinasi korban dlaam pelaksanaan evakuasi.
h) Satgas Pemeliharaan
Satgas pemeliharaan bertugas dan bertanggung jawab
menginventariskan segala kerusakan yang timbul oleh karena
keadaan darurat bersama sekretaris, membersihkan lokasi
kejadian dan melakukan rehabilitasi guna memfungsikan
kembali fasilitas yang rusak.
3) Penanggulangan Keadaan Darurat
PT INKA ( Persero ) membuat suatu prosedur tanggap
darurat untuk mempermudah penangan keadaan darurat bagi
45
h. Muster Point
PT INKA ( Persero ) telah menyediakan tempat berkumpul sementara
atau muster point yang letaknya sudah diperuntukkan untuk tempat
yang aman bagi tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam
penanggulangan keadaan darurat dengan pemasangan tanda yang jelas
bertuliskan muster point.
4. Pemeriksaan Pengawasan
a. Safety Patrol
Merupakan inspeksi yang dilakukan oleh tim safety dari
Departemen MMLH secara bergantian setiap minggu sekali tentang
aspek K3LH diseluruh workshop . tujuan dari adanya patrol dari
Departemen MMLH antara lain untuk mengidentifikasi adanya temuan
unsafe condition, unsafe act, dan permasalahn lain yang ditemukan di
lapangan. Tindak lanjut dari adanya patro ini kemudian disampaikan
kepada Senio Management MMLH dengan rekomendasinya.
Namun pada dasarnya implementasi secara maksimal dari kegiatan
inspeksi ini dalam hal pengawasan mengalami kesulitan karena
kurangnya anggota dari tim safety. Sehingga para tenaga kerja
hendaknya memiliki kesadaran tinggi dlaam menerapkan aspek
Keselamatan dan Kesehatan di lingkungan kerjanya.
b. Pengukuran Kinerja K3
Kegiatan pengukuran statisktik kecelakaan kerja dilakukan oleh
Departemen MMLH dan dilakukuan setiap harinya guna mendapatkan
data yang benar – benar relevan untuk digunakan sebagai pelaporan
dan investigasi bila ada kecelakaan maupun ketidaktepatan prosedur
Sesuai hasil observasi pengukuran kinerja K3 di PT INKA (
Persero ) meliputi proaktif yaitu memantau dan mengevaluasi
kesesuaian program – program ditempat kerja dan pengukuran kinerja
yang bersifat reaktif untuk memantau penyakit akibat kerja, insiden,
penyimpanan kinerja K3 masa lampau, rekaman data dan hasil
47
g. Audit K3
1) Mengadakan Audit Internal Sistem Manajemen K3
Audit system manajemen k3 secara internal di PT INKA (
Persero ) dilaksanakan oleh tim auditor dari dalam perusahaan
sendiri. Audit internal ini dilaksanakan dengan mengacu pada “
Materi Audit Sitem Manajem en K3 Industri Strategis ”. Materi ini
49
G. Ergonomi
setiap shift dalam satu hari bekerja selama 8 jam. Shift kerja dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Shift pagi : pukul 07.30-15.30 WIB
2. Shift sore : pukul 15.30-23.30 WIB
3. Shift malam : pukul 23.30-07.30 WIB
3. Beban Kerja
Beban kerja seseorang sudah ditentukan dalam bentuk standar
kerja perusahaan menurut jenis pekerjaannya. Apabila sebagian besar
karyawan bekerja sesuai dengan standar perusahaan, maka tidak
menjadi masalah. Sebaliknya, jika karyawan bekerja dibawah standar
maka beban kerja yang diemban berlebih. Sementara jika karyawan
bekerja di atas standar, dapat berarti estimasi standar yang ditetapkan
lebih rendah dibanding kapasitas karyawan itu sendiri. Kebutuhan
sumber daya manusia dapat dihitung dengan mengidentifikasi
seberapa banyak output perusahaan pada divisi tertentu yang ingin
dicapai. Analisis beban kerja sangat erat kaitannya dengan fluktuasi
permintaan pasar akan barang dan jasa perusahaansekaigus dengan
pemenuhan sumber daya manusia yang diperlukan untuk memenuhi
pasar komoditi.
4. Display
PT INKA (Persero) Madiun terdapat display yang berupa simbol
tentang penggunaan sarana alat pelindung diri yaitu “terdapat simbol
mengunakan helem, gunakan sepatu pengaman, dan gunakan
kacamata dll ” dan simbol dilarang memfoto, papan informasi seperti
“perhatikan anda memasuki area pabrik supaya menggunakan APD,
dilarang merokok dan berjalan dilajurnya”, poster-poster, rambu-
rambu (safety sign) seperti tanda APAR, dilarang merokok, buanglah
sampah pada tempatnya, budayakan 5R dan tanda terdapat sepeda dll.
Display dapat ditemukan dan mudah dilihat disekitar lingkungan
pabrik dan area produksi. Display berukuran besar, tulisan tebal dan
berwarna terang yang mudah dibaca oleh semua orang. Display
52
9. House Keeping
Di PT. INKA (PERSERO) MADIUN sudah menerapkan
housekeeping (5R) di bagian area produksi diantara lain yaitu Bagian
Pengerjaan Plat (PPL), Bagian Perakitan (PRK), Bagian Pengecatan ,
Bagian Pemasangan Komponen (PMK) , Bagian Permesinan (PMS)
diterapkan dengan baik sehingga memenuhi 5R tersebut terdiri dari
Ringkas, Rapi, Resik, Rwat, dan Rajin. Tujuan dari diterapkanya 5R
sendiri yaitu menciptakan lingkungan kerja yang selalu bersih, rapi,
55
H. Lingkungan
Program Lingkungan
a. Pengendalian Operasional:
1) Air Pollution Control (Monitoring Polusi Udara)
Program yang telah dilakukan adanya 7 cerobong untuk pemeriksaan
kualitas udara ambient dan emisi gas buang. Pemeriksaan dilakukan
setiap 6 bulan sekali.
2) Waste Water Control
Pemeriksaan emisi gas buang dan kualitas udara ambien.
3) Hazardous Waste Management / Manajemen Limbah B3
Adanya tempat penyimpanan dan pembuangan limbah B3 sementara di
TPS B3.
b. Program Perbaikan
57
Penghargaan
PEMBAHASAN
A. Higiene Perusahaan
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
Dalam hal ini berarti PT. INKA Madiun telah memenuhi Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja karena
telah melakukan pengukuran kadar debu di tempat kerja dan
melakukan pengendalian terhadap potensi bahaya debu. Tetapi dalam
hal pengukuran gas dan uap, PT. INKA Madiun belum memenuhi
peraturan. Maka dari itu perlu adanya peningkatan dalam hal
pengukuran faktor kimia dan melakukan pengendalian.
c. Faktor Biologi
1. Mikrobiologi, hewan dan tumbuhan
Di PT. INKA (Persero) Madiun belum melakukan identifikasi
sumber, pemantauan, dan penilaian dari sumber bahaya mikorbiologi,
tetapi telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
tenaga kerja.
Di PT. INKA (Persero) Madiun terdapat hewan pengganggu
seperti tikus, nyamuk, dan tomcat. Perusahaan akan melakukan
pemantauan terhadap hewan pengganggu saat tenaga kerja mulai
mengeluh atas gangguan tersebut, maka perusahaan akan melakukan
penyemprotan dan pembasmian hewan pengganggu tersebut, tetapi
pihak perusahaan belum melakukan inspeksi lebih lanjut terhadap
hewan pengganggu.
Pihak perusahaan belum melakukan identifikasi sumber bahaya,
pemantauan, dan penilaian terhadap potensi bahaya tumbuhan. Tetapi
perusahaan telah melakukan pelestarian tumbuhan langka.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 22 menjelaskan bahwa pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian faktor biologi dilakukan pada tempat
kerja yang memiliki potensi bahaya faktor biologi. Faktor biologi
berupa mikroorganisma dan toksinnya maka harus dilakukan
67
68
68
69
d. Faktor Ergonomi
1. Beban Kerja
Di PT. INKA (Persero) Madiun belum melakukan identifikasi,
pemantauan, penilaian, dan tindakan pengendalian terhadap beban
kerja yang diterima oleh tenaga kerja.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja Pasal 23 menjelaskan bahwa pengukuran dan
pengendalian faktor ergonomi harus dilakukan pada tempat kerja yang
memiliki potensi bahaya faktor ergonomi. Potensi bahaya faktor
ergonomi meliputi cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak
sesuai saat melakukan pekerjaan, desain alat kerja dan tempat kerja
yang tidak sesuai dengan antropometri tenaga kerja, dan pengangkatan
beban yang melebihi kapasitas kerja.
Jika hasil pengukuran terdapat potensi bahaya, maka harus
dilakukan pengendalian sehingga dapat memenuhi standar.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menghindari posisi
kerja yang janggal, memperbaiki cara kerja dan posisi kerja,
mendesain kembali atau mengganti tempat kerja, objek kerja, bahan,
desain tempat kerja, dan peralatan kerja,memodifikasi tempat kerja,
objek kerja, bahan, desain tempat kerja, dan peralatan kerja, mengatur
waktu kerja dan waktu istirahat, melakukan pekerjaan dengan sikap
tubuh dalam posisi netral atau baik, dan menggunakan alat bantu.
Dalam pemantauan dan pengendalian terhadap faktor ergonomi
(beban kerja), PT. INKA Madiun belum memenuhi Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
e. Faktor Mental Psikologi
1. Stres Kerja
Di PT. INKA (Persero) Madiun terdapat sumber stres kerja seperti
ketidakcocokan antara pekerja satu dengan pekerja lainnya. Untuk
69
70
70
71
71
72
B. Keselamatan Kerja
1. Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran
Dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran,
perusahaan telah menyediakan saran dan prasarana pemadam kebakaran,
membentuk tim tanggap darurat. Hal ini telah sesuai dengan UU No. 1
tahun 1997 pasal 3 ayat 1 huruf b tentang Syarat-syarat Keselamatan
Kerja yaitu mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran dan
huruf c yaitu mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. Selain itu, PT.
INKA (Persero) juga telah membentuk unit penanggulangan bahaya
kebakaran yang tergabung dalam tim tanggap darurat. Hal ini sesuai
dengan Kepmenaker No. 186/ MEN/ 1999 pasal 2 (b) dan (d)
tentang kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja.
Kemudian mengenai pemasangan APAR, pada beberapa titik di
area perkantoran dan produksi APAR terpasang pada posisi yang mudah
dlihat dengan jelas dan mudah dicapai dan memiliki tanda tulisan Alat
Pemadam Api yang dipasang di dinding. Hal ini sesuai dengan
Permenaker No. 04/MEN/1980 pasal 4 ayat 1 “Setiap satu atau kelompok
alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemsangan.”. Selanjutnya, pemasangan APAR satu
dengan APAR lainnya tidak melebihi 15. Hal ini sesuai pula dengan
Permenaker No. 04/MEN/1980 pasal 4 ayat 4 yang mangatakan
“Penempatan tersebut ayat 1 antara alat pemadam api yang satu dengan
lainnya atau kelompok satu dangan kelompok lainnya tidak boleh melebihi
15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ali
keselamatan kerja.
Pada pemeliharann APAR, perusahan ini melakukan pemeriksaan
setiap 6 bulan sekali. Hal itu tertera dalam kartu pemeriksaan APAR yang
73
masing genset memiliki kapasitas 250 KVA, dan perusahan ini sudah
memiliki ahli K3 Listrik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja pasal 7 yang
berbunyi “Untuk perusahaan yang memiliki pembangkit listrik lebih dari
200 (dua ratus) kilo Volt-Ampere wajib mempunyai Ahli K3 bidang
Listrik.”
2) Pelatihan P3K
PT. INKA (Persero) telah melakukan pelatihan P3K yang diberikan
kepada petugas P3K. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007
klausul 4.4.2 tentang kompetensi, pelatihan dan kepedulian yang
berisi tentang “ Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan sesuai dengan risiko-risiko K3 terkait dan system
manajemen K3. Organisasi harus menyediakan pelatihan atau
mengambil tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, melakukan
evaluasi efektivitas pelatihan dan tindakan yang diambil, dan
menyimpan catatan-catatannya”.
c. Komunikasi K3
1) Safety Sign
PT. INKA (Persero) telah membuat safety sign, berisikan tentang
peringatan-peringatan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada area-
area yang berpotensi bahaya tinggi. Hal ini sudah sesuai dengan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Bab X pasal 14 (b) disebutkan
89
catatan. Catatan harus dan tetap dapat dibaca, teridentifikasi dan dapat
dilacak”.
f. Pengendalian Operasi
Pengendalian Operasi yang dilakukan oleh PT. INKA (Persero) meliputi:
1) Alat Pelindung Diri (APD)
Secara teknis alat pelindung diri tidaklah dapat melindungi tubuh
secara sempurna terhadap paparan potensi bahaya. Namun demikian
alat pelindung diri akan dapat mengurangi tingkat keparahan dari suatu
kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja
(Tarwaka, 2008).
PT. INKA (Persero) telah menyediakan berbagai macam alat
pelindung diri bagi tenaga kerjanya dalam rangka mencegah penyakit
akibat kerja danmelindungi tenaga kerja dari sumber bahaya yang
dapat mengancam keselamatan. Hal tersebut sudah sesuai dengan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 pasal 14 (c) yang menyebutkan
bahwa “Pengurus diwajibkan menyediakan secara Cuma-Cuma semua
APD yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki
tempat tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.
Selain itu penggunaan APD sebagai upaya untuk perlindungan
dalam bekerjajuga diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No. 8 Tahun 2011 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2
ayat 1:
a) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerjaan buruh di
tempat kerja.
b) APD sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
c) APD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib diberikan oleh
pengusaha secara cuma-Cuma.
92
a. Safety Patrol
Safety patrol merupakan inspeksi yang dilakukan oleh tim safety
dari departemen MMLH secara bergantian setiap minggu sekali
tentang aspek K3LH di seluruh workshop. Tujuan dari apadanya
temuan unsafe condition, unsafe act, dan permasalahan lain yang
ditemukan di lapangan. Hal ini sesuai dengan OHSAS 18001:2007
klausul 4.4.6 mengenai pengendalian operasional yang berisi
“organisasi harus mengidentifikasi operasi – operasi dan kegiatan –
kegiatan yang berkaitan dengan bahaya – bahaya yang teridentifikasi
dimana kendali pengukuran perlu dilakukan untuk mengendalikan
risiko – risiko K3”. Dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.
50 tahun 2012 tentang Penerapan system keselamatan dan kesehatan
kerja, lampiran II bagian 7 tentang standar pemantauan.
b. Pengukuran kinerja K3
96
d. Inspeksi
PT INKA ( Persero ) telah melaksanakan inspeksi, dalam
pembentukan tm inspeksi setiap unit – unit kerja yang didelegasikan
oleh MMLH. Inspeksi non formal ( inspeksi mesin dan alat kerja )
dilaksanakan setiap hari, sedangkan inspeksi formal belu terlaksana
kembali karena perusahaan sedang dalam masa reoorganisasi.
Inspeksi K333 bertujuan menjamin tempat kerja dan cara kerja telah
memenuhi prosedur, peraturan perundang – undangan, pedoman
teknis keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku sehingga dapat
dilakukan suatu tindakan untuk mengendalikan bahaya. Kegiatan itu
dilakukan oleh tim inspeksi pada tiap – tiap unit kerja yang
didelegasikan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 50
Tahun 2012 lampiran II poin 7.1.1. yang berbunyi “
Pemeriksan/inspeksi terhadap tempat kerja dan cara kerja
dilaksanakan secara teratur”.
e. Investigasi Kecelakaan
Penyelidikan atau investigasi terhadap kecelakaan kerja
dilaksanakan dengan segera dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam
terhitung saat terjadinya kecelakaan. Hal tersebut sesuai dengan
Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 lampiran II poin 8.3.2
tentangPemeriksaan dan penkajian kecelakaan yang menyebutkan
bahwa “ Pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja dilakukan
oleh petugas atau Ahli K3 yang ditunjuk sesuai peraturan perundang
– undangan atau pihak lain yang berkompeten dan berwenang”
f. Pelaporan Kecelakaan Kerja
Pelaporan kecelakaan dilaporkan oleh atasan korban dengan
diketahui Kepala Departemen tempat terjadinya kecelakaan kepada
MMLH dengan tembusan kepada Departemen SDM, kemudian
dalam waktu tidak lebih dai 2 x 24 jam MMLH melaporkan
kecelakaan tersebut kepada Depnaker. Hal ini sudah sesuai dengan
98
7. Kepmenakar RI No.
147/MEN/1998 tentang
Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Kerja Bagi
Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan
Jamsostek
8. Kepmenaker RI No.
187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja
9. Permenakertrans RI No.
Per. 02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja
10. Permenakertrans RI No.
Per. 04/MEN/1980 tentang
Syarat-Syarat pemasangan
dan pemeliharaan APAR
11. Kepmenakertrans RI No.
Kep. 75/MEN/2002 tentang
Pemberlakuan SNI No.
SNI-04-0255-2000
mengenai PUIL 2000 di
Tempat Kerja
12. Permenakertrans No. Per.
04/MEN/1985 tentang
Pesawat Tenaga dan
Produksi
13. PP No. 50 Tahun 2012
tentang Penerapan SMK3
102
4. Pengendalian Dokumen
109
meningkatkan kesejahteraan
karyawan, yaitu dengan
memberikan gaji yang memadai
bagi karyawannya dan memberikan
berbagai fasilitas kesejahteraan
kepada tenaga kerjanya yang
meliputi :
1) Mengikutkan seluruh tenaga
kerjanya dalam
programJamsostek.
2) Pemberian insentif bonus,
tunjangan hari raya, jaminan
hari tua dan santunan duka cita
bagikaryawan.
3) Fasilitas kerja berupa : Alat
Pelindung Diri (APD), kamar
ganti pakaian, kamar mandi,
toilet, locker karyawan, air
minum dalam kemasan galon
di setiap unit tempat kerja,
bantuan uang untuk perumahan
dan makansiang.
4) Cutikaryawan.
5) Fasilitas rekreasi, pembinaan
kerohaniaan dan olahraga.
6) Poliklinik PT. INKA (Polinka)
dan dokter keluarga sebagai
fasilitas kesehatan.
7) Koperasi karyawan (Kopinka)
dan lainsebagainya.
115
7. Standar Pemantauan
kerja adalah :
1. Pemeberitahuan kepada
pemimpin unit kerja baik
secara lisan maupun tertulis
2. Pimpinan unit kerja / kepala
departemen yang
bersangkutan membuat
laporan kecelakaan dan
disampaikan kepada K3LH
dengan tembusan kepada
Departemen SDM dalam
waktu tidak lebih dari 2x24
jam
3. Pelaporan kecelakaan kerja
dilakukan sesuai dengan
format yang telah
disediakan
mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan sesuai dengan risiko
– risiko K3 terkait dan SMK3.
Organisasi harus menyediakan
pelatihan atau mengambil
tindakan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, melakukan
evaluasi efektivitas pelatihan
dan tindakan yang diambil dan
menyimpan catatan -
catatannya”
c. PT INKA sudah menerapkan
SOP disetiap jenis pekerjaan
yang bertujuan untuk
memberikan arahan kepada
tenaga kerja supaya melakukan
pekerjaan secara aman
sehingga tidak terjadi
kecelakaan kerja. Selain itu PT
INKA memiliki system ijin
kerja yang dikeluarkan oleh
bagian MMLH. Sistem ijin
kerja ini lebih dikenal dengan
work instruction (WI) yaitu
surat perintah untuk
melaksanakan pekerjaan yang
sesuai dengan tugas yang
diperintahkan. Work
instruction digunakan untuk
semua jenis pekerjaan yaitu hot
work misalnya pada unit
135
E. Ergonomi
1. Desain Stasiun Kerja
a. Kondisi Mesin
diperiksa setiap akan digunakan dan secara rutin setiap satu minggu
sekali oleh operator mesin. Jarak antara mesin dengan mesin yang
ketentuan.
c. Penempatan Material
kurang teratur dan secara tidak langsung dapat mengganggu alur lalu
keteraturannya.
2. Waktu Kerja
satu minggu adalah lima hari kerja. Sistem kerja 8 jam/hari dengan
istirahat 45 menit setelah 4 jam bekerja. Hal ini sudah sesuai dengan
berbunyi “Waktu kerja 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)
jam 1 (satu) minggu” dan (b) yang berbunyi “8 (delapan) jam 1 (satu)
hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja
dibagi menjadi 3 shif, dimana setiap shift dalam satu hari bekerja selama
8 jam. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003
pasal 77 ayat 2 poin (a)yaitu “Waktu kerja 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan
40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1
137
(satu) minggu” dan poin (b) yaitu “8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40
Sebagian besar beban kerja di PT. INKA Madiun adalah beban kerja
plat dan perangkaian badan kereta. PT. INKA Madiun telah telah
4. Display
5. Antropometri
orang luar negeri dimana ukuran antropometrinya lebih tinggi dari orang
pengendalian dengan cara menambah alat bantu seperti pijakan kaki atau
tangga agar tenaga kerja dapat menjangkau keatas. Hal tersebut sudah
kelelahan pada tangan dan kaki karena bekerja dengan posisi berdiri dan
kelelahan pada mata serta tengkuk. Dalam hal ini perusahaan belum
139
dan cuti kepada pekerja/buruh. Dan sesuai dengan teori Suma'mur (2014)
berbagai cara yang ditujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan
7. Penilaian Muskuloskeletal
Alat angkat dan angkut yang digunakan di PT. INKA (Persero) antara
lain berupa :
a. Kereta Dorong
b. Forklift
140
c. Crane
d. Tambangan
jadi dan gerbong jadi dari satu unit produksi ke unit produksi yang
lain140
9. Housekeeping
yaitu :
kecelakaan”.
dan ketertiban”
MADIUN dan melalui tanya jawab kepada Bapak Agus yang berasal dari
stress kerja apabila terjadi pesanana yang meningkat dari customer baik
perushaan agar tidak terjadinya stress kerja hal ini akan sangat
142
menimbulkan kerugian.
untuk mewujudkan kantor yang sehat, aman, dan nyaman serta karyawan
F. Lingkungan
Penanganan limbah padat dan cair yang masih memiliki nilai jual dan
tidak berbahaya yang dilakukan oleh PT. INKA (Persero) dengan cara
tempat pembuangan akhir, sedangkan untuk penanganan limbah gas dan debu
telah dilakukan dengan pemasangan cyclone dan dust collector pada tempat-
tempat yang berpotensi menghasilkan debu, selain itu PT. INKA (Persero)
tentang jenis usaha yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
A. Simpulan
1. Aspek Higiene
Secara keseluruhan PT. INKA Madiun telah melakukan pemantauan,
pengukuran, dan melakukan tindakan pengendalian terhadap potensi
bahaya higiene di tempat perusahaan. Tetapi ada beberapa faktor bahaya
yang belum dilakukan tindahakan pemantauan, pengukuran dan
pengendalian seperti faktor faktor fisika (getaran dan radiasi), faktor kimia
(uap dan gas), faktor biologi, dan faktor ergonomi (beban kerja).
a. Pemeriksaan Kesehatan
c. Fasilitas Kesehatan
3. Keselamatan Kerja
144
145
5. Ergonomi
Secara keseluruhan penerapan ergonomi di PT. INKA MADIUN sudah
baik dimana jam kerja pekerja dibagi menjadi tiga shift hal ini bertujuan
untuk mengurangi kelelahan pada pekerja. Akan tetapi pada kelelahan kerja
pada perusahaan belum atau tidak dijelaskan mengenai program atau
pengendalian yang lain kecuali adanya pembagian shift. Kemudian
penerapan 5R di seluruh area kerja juga sangat diperhatikan serta
penempelan display seperti safety sign mengenai APD, Slogan 5R, dan
peringatan di area tertentu. Di PT. INKA MADIUN juga sangat sedikit
pekerjaan yang bersifat manual handling kebanyakan sudah menggunakan
otomatic handling seperti forklift, crane, tambalang dan lain sebagainya.
Serta, beban kerja dan posisi kerja di PT. INKA MADIUN pula sudah
sesuai dengan kondisi antropometri pekerja.
6. Lingkungan
a) Struktur organisasi di PT. INKA Persero ditetapkan dengan SK Direksi
No. 3/SK/INKA/2008. Dipimpin oleh Direktur Utama yang secara garis
besar membawahi direksi audit internal, departmen audit, departmen
manajemen mutu & K3LH
b) Limbah di PT. INKA ada 3 jenis, yaitu limbah padat, cair, dan limbah
pencemaran udara.
1) Limbah padat berasal dari kegiatan scrap, kayu yang berasal dari
gudang, kaleng bekas, drum, kertas, dll. Limbah padat diolah dengan
pewadahan yang baik. Dimulai dari unit-unit kerja yang menghasilkan
limbah tersebut.
2) Limbah cair bersumber dari oli bekas mesin, minyak/ oli trafo, diarea
gardu listrik, limbah dapur, limbah domestik, oli pendingin. Limbah
cair diolah dengan menampungnya pada drum-drum bekas untuk
dijual pada pihak ketiga, pembuatan septictank dan dibuang ke badan
air yang kengalir diluar kawasan perusahaan.
3) Pencemaran udara berasal dari debu blasting, debu gfrp, fume, gas-gas
emisi dan CO2, debu slip dan bafing, pengolahan udara diatasi
147
3. Keselamatan Kerja
4. SMK3
Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
149