Anda di halaman 1dari 35

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA INDUSTRI KECIL

Oleh :
Damayanti
Sevina
Riani
DEFINISI
Industri informal adalah kegiatan ekonomi tradisional, yaitu usaha-usaha di luar sektor
formal yang mempunyai ciri sederhana, skala usaha relatif kecil, dan pada umumnya
belum terorganisisr secara baik.
Ciri-ciri industri sektor informal adalah:
◦ Pola kegiatan tidak teratur
◦ Umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan yang diterapkan oleh
pemerintah
◦ Modal,peraturan dan perlengkapan maupun pemasukan biasanya kecil
◦ Tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan tidak terpsah dari tempat tinggal
◦ Tidak punya keterikatan dengan usaha lain yang besar
◦ Golongan masyarakat berpendapatan rendah
◦ Tidak selalu membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus
DEFINISI UMKM
◦ Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

◦ Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan, yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

◦ Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,


yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
KRITERIA
◦ Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :
◦ memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
◦ memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).

◦ Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :


◦ memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
◦ memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
◦ Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :
◦ memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
◦ memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
UMKM
UMKM

UMKM

INFORMAL
Permasalahan
Data BPS tahun 2013 menunjukkan sebanyak 114 juta penduduk
merupakan pekerja, atau 48% dari jumlah penduduk Indonesia secara
keseluruhan yakni 237,64 juta orang. Dari angka tersebut, 68,4 juta (60%)
bekerja di usaha skala mandiri, mikro dan kecil, serta 45,6 juta (40%) ada
di usaha skala menengah dan besar.
◦ Kesehatan dan keselamatan kerja di sector informal sering tidak dipedulikan oleh
pemilik usaha--- lebih mementingkn besarnya pendapatan dari hasil produksi

◦ Banyak kasus kecelakaan kerja di sector informal yang luput dari pengamatan
sehinnga tidak mudah menemukan data tentang kecelakaan kerja di sector informal
◦ Keselamatan kerja sangatlah penting diterapkan oleh semua sector usaha baik formal
dan informal supaya kesehatan tenaga kerja tetap baik dan tidak ada kejadian buruk
seperti kecelakaan kerja di tempat kerja

◦ Setiap usaha informal harus menerapkan system manajemen kesehatan kerja di


tempat kerja sebagai pemenuhan hak bagi tenaga kerja .
KENDALA & TANTANGAN
IMPLEMENTASI K3 DI UMKM
◦ Kurangnya kesadaran & komitmen pengusaha dan pekerja tentang K3  bukan
prioritas tetapi menambah beban biaya
◦ Kurang memiliki sistem dan rencana aksi bisnis
◦ Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundangan K3 masih belum efektif
dan menyeluruh
◦ Sistem pelaporan K3 belum dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku
◦ Penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan perundangan K3 masih lemah
DASAR HUKUM
◦ UU No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro dan Menengah
◦ UU No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan Kerja
◦ PP No.17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil,
Mikro dan Menengah
◦ PP No. 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri
◦ Peraturan menteri Perindustrian No.64/M-IND/PER/7/2016 tentang Besaran Jumlah
Tenaga Kerja dan Nilai Investasi untuk Klasifikasi Usaha Industri
◦ Permenaker No. Per 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen K3
Penerapan
Perlunya pengembanganK3 di sektor
program
sektor informal / industri kecil
industri
K3 yang sesuai kecil
dengan kebutuhan

Perlunya peningkatan peran Puskesmas dalam pelayanan kesehatan


para pekerja sektor informal / industri kecil
Ada 5 Prinsip pelayanan okupasi yang digunakan :
◦ 1. Melindungi kesehatan pekerja dari potensi bahaya/ hazard di
tempat kerja
◦ 2. Penyesuaian lingkungan kerja dan beban kerja terhadap
kemampuan pekerja ( adaptasi )
◦ 3. Meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial pekerja
◦ 4. Meminimalkan akibat/ konsekuensi dari PAK, PAHK dan KAK pada
pekerja
◦ 5. Menyediakan pelayanan kesehatan secara umum
Kesehatan kerja dasar

adalah upaya pelayanan yang diberikan kepada


masyarakat pekerja secara minimal dan paripurna,
Konsep pelayanan meliputi upaya peningkatan kesehatan
kerja pencegahan, penyembuhan serta pemulihan PAK dan
PAHK oleh institusi pelayanan kesehatan kerja dasar.
Pelayanan Kesehatan kerja dasar

◦ Promosi Kesehatan (pekerja & lingkungan)


◦ Pencegahan dan pengobatan peny umum,PAK,PAHK & KK
◦ pemeriksaan kesehatan (sebelum, berkala & khusus)
◦ P3K
◦ Rehabilitasi Medik
◦ Pembinaan & pengawasan kondisi kerja & tempat kerja
◦ Pembinaan & pengawasan penggunaan APD
◦ Pelaporan berkala pelayanan kesehatan kerja dasar
◦ Pelaporan kejadian kecelakaan kerja
◦ Koordinasi lintas sektor
Pelayanan kesehatan kerja
informal
1. Pelayanan kesehatan kerja perorangan
terintegrasi dengan Poliklinik, KIA,
Indi-
Pusling, Konsultasi dll
vidu
2. Sasaran utama pekerja

1. Pendekatan perorangan
2. Pendekatan kelompok secara proaktif
Kelom- • Pelayanan kesehatan
pok tak • Pelatihan
teror- • Pembinaan
ganisir 3. Sasaran pekerja dan tempat kerja

Kelom- 1. Pelayanan oleh Pos UKK (kontak pertama)


pok 2. Rujukan oleh Puskesmas
teror- 3. Fasilitasi dan pembinaan oleh Puskesmas
ganisir dan sektor lain
4. Sasaran pekerja dan tempat kerja 17
Upaya Kesehatan kerja adalah
◦ Serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang berbasis
masyarakat secara terencana, teratur, dan berkesinambungan yang
diselenggarkan dari dan oleh masyarakat pekerja
◦ Bentuk operasional dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer (PHC) di
lingkungan pekerja
◦ Bentuk pemberdayaan masyarakat di kelompok pekerja informal berupa
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative secara sederhana dan
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan
Latar belakang
◦ Upaya kesehatan kerja (UUK) ditujukan untuk
melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan
◦ Upaya kesehatan kerja (UKK) meliputi pekerja disektor
formal dan informal dan berlaku bagi setiap orang
selain pekerja yang berada dilingkungan tempat
kerja.
Landasan Terebentuknya UKK
.
◦Undang Undang tentang Kesehatan ,
Keselamatan Kerja, Jaminan, Ketenagakerjaan,
Pemda dll

◦Peraturan Menteri  Kesehatan , Tenaga Kerja


dll.
Sasaran UKK
Di tujukan Kepada:
1.Kelompok tani
2.Kelompok nelayan
3.Kelompok industri kecil/perajin
Syarat terbentuknya ukk
◦Pos pelayanan UKKdibentuk dalam wilayan masy
dengan bidang pekerjaan sejenis
◦Dibentuk keinginan pekerja
◦Memiliki jumlah pekerja paling sedikit 10 orang
◦Memiliki kader paling sedikit 10 persen dari jumlah
pekerja yang bersal dari kelompok pekerja atau
masyarakat
◦Memberikan pelayanan kes yang terintegrasi
dengan promkes lainnya
Pihak Yang terlibat Dalam kegiatan
UKK
◦Pengelola Program Kesehatan Kerja
Kabupaten
. / Kota
◦Penyelenggara pelayanan kesehatan kerja
dasar
. Puskesmas
◦Pengelola sarana kerja
◦Masyarakat pekerja dan sekitarnya
◦1 Pos UKK untuk 10-50 pekerja dan setiap
Pos UKK dikelola oleh 1-5 orang kader
◦Ukuran keberhasilan pelayanan jumlah
dan jenis kegiatan kesehatan yang
dilakukan
◦Ukuran tingkat perkembangan di bagi 4
(Pratama, Madya, Purnama dan
Mandiri)
Contoh kegiatan UKK
Masyarakat
pekerja

Sektor lain
POS Kader

UKK
kesehatan

Puskesmas
Penyelenggaraan Pos UKK

1. Penyuluhan kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan.
3. Pembinaan dan pelatihan kader.
Penyuluhan kesehatan
◦ kegiatan penyebar-luasan informasi dan
penjelasan yang diberikan dapat merangsang
terjadinya proses perubahan perilaku yang
dilakukan melalui proses pendidikan atau
kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku
yang terjadi/dilakukan oleh sasaran tersebut
berlangsung melalui proses belajar.
◦Contoh:PHBS, PPAK, risiko
bahaya,penggunaan APD, perbaikan lingkungan
kerja,pengolahan limbah cair dan perbaikan
ergonomi
POS UKK

INSTITUSI BERJENJANG PELAYANAN


Melaksanakan komunikasi, informasi dan motivasi ttg
kesehatan kerja

UKK
mengadakan pelayanan kesehatan kerja terbatas
melaksanakan kerjasama dgn sektor terkait sesuai sifat dan
lapangan pekerjaan

Poliklinik Persh/ klinik setara


Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan
keluarganya
membantu perusahaan menetukan kebijakan kesehatan kerja
memelihara produktivitas pekerja

PUSKESMAS
Fungsi pembinaan
Fungsi pelaksana pelayanan kesehatan kerja
Fungsi pembinaan peran serta masyarakat
Pelayanan Kesehatan

– MCU berkala di puskesmas dan poliklinik perusahaan


– Pelayanan kesehatan tenaga kerja yang berkunjung ke puskesmas
– Kartu berobat/register di beri kode tersendiri untuk memisahkan dengan
pengunjung lain.
– Pada pemeriksaan diarahkan kepada penyakit yang ada hubungannnya dengan
pekerjaan
– Bagi mereka yang menderita penyakit akibat kerja dilakukan tindak lanjut untuk
diberikan penyuluhan kesehatan dan cara pencegahan penyakit.
– Bila tidak dapat diatasi dirujuk kerumah sakit / balai hiperkes.
– Pencatatan dan Pelaporan
Kader UKK
- Dipilih dari dan oleh pekerja setempat
- Dapat membaca dan menulis
- Tinggal di lingkungan tempat kerja
- Mau dan mampu bekerja untuk masyarakat pekerja secara sukarela
- Mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagimasyarakat pekerja
- Sudah dilatih dengan tujuan
- mengenal masalah kesehatan umum dan masalah kesehatan kerja oleh tenaga kerja.
- Terpeliharanya kelancaran pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan kerja oleh tenaga kader.
- Meningkatnya hasil kegiatan upaya kesehatan kerja melalui peran serta masyarakat.
POLIKLINIK PERUSAHAAN
◦ Secara struktural merupakan bagian dari perusahaan dengan
tanggung jawab administratifnya dan secara fungsional bertanggung
jawab pada perusahaan dan Puskesmas di wilayahnya
◦ Berfungsi memelihara produktivitas pekerja dengan meningkatkan
derajat kesehatan pekerja dan keluarganya
◦ Membantu perusahaan menentukan kebijakan kesehatan kerja
◦ Jenis programnya meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
◦ Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersertifikat K3 ( dokter, perawat
), D3 hygine industri dan petugas laboratorium
◦ Minimal memiliki peralatan seperti P3K kit, contoh APD, media
penyuluhan, luxmeter, hygrometer, sound level meter, komputer
Pelayanan Minimal Kesja di Poliklinik
Perusahaan
PROMOTIF PREVENTIF
 Konsultasi; penyuluhan  Identifikasi dan pengukuran risiko
 PHBS di tempat kerja  Penyediaan dan kepatuhan APD
 Inventarisasi jenis pekerjaan  Perbaikan lingkungan kerja
 Promosi kesehatan PAK, PAHK, KK  Pemeriksaan kesehatan awal,
 Sanitasi industry berkala, khusus
 Identifikasi penilaian risiko  Prosedur tanggap darurat
 Pelatihan P3K  Surveilance
 SOP kerja  Pemeriksaan kualitas air minum
KURATIF REHABILITATIF
 Penyakit umum PAK, PAHK, KK  Evaluasi tingkat kecacatan pekerja
 Deteksi Dini PAK, PAHK, KK  Rekomendasi penetapan kembali
 Melakukan rujukan pekerja setelah sembuh dari
sakit/KK
PUSKESMAS
◦ Secara struktural merupakan UPT di bawah dinas kesehatan sebagai
fasyankes primer
◦ Berfungsi memberikan pembinaan dan pelayanan kesehatan kerja
◦ Jenis programnya meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
◦ Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersertifikat K3 ( dokter, perawat
), SKM, bidan, D3 Sanitarian, petugas laboratorium, ahli gizi dan
tenaga administratif
◦ Minimal memiliki peralatan seperti P3K kit, tensimeter, termometer,
timbangan ukur, stopwatch, alat laboratorium klinik dan komputer
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai