Anda di halaman 1dari 21

PENCAHAYAAN

Dosen pembimbing :

dr. Bing Wantoro MS, Sp.Ok

Disusun Oleh :

dr. Amelia Magdalena 1906427420


dr. Ferdhisa Noviar 1906319593
dr. Riani Dwianasari 1906427484
dr. Rinda Ayendrayani 1906427490

MAGISTER KEDOKTERAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2019

DAFTAR ISI

1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................................2
I.1. Latar Belakang..................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................................4
II.1. Definisi dan teori pencahayaan......................................................................................................5
II.2. Istilah dalam pencahayaan.............................................................................................................6
II.3. Sumber pencahayaan......................................................................................................................7
II.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan.......................................................................8
II.5. Alat pengukur intensitas pencahayaan........................................................................................10
II.6. Cara dan metode pengukuran......................................................................................................12
II.7. Standar pencahayaan di tempat kerja.........................................................................................16

BAB I PENDAHULUAN

2
I.1. L ATAR BELAKANG

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia untuk bertahan hidup.
Menurut referensi, kerja sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia,
sebab menjadi salah satu aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat. 1

Aktivitas kerja dilakukan dalam lingkungan kerja dan sangat bergantung terhadap
kondisi lingkungan kerja tersebut. Lingkungan kerja yang aman dan nyaman tentunya akan
membuat pekerja merasa betah dengan area kerjanya.2 Program pemeliharaan lingkungan
kerja dan pekerja sebagai pengguna dari lingkungan kerja dibahas dalam bidang keselamatan
dan kesehatan kerja (K3). Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan salah satu hal
yang diperlukan pekerja pada suatu perusahaan. K3 adalah suatu program yang didasari
pendekatan ilmiah dalam upaya memperkecil terjadinya penyakit akibat kerja, kecelakaan
kerja maupun kerugian lain yang mungkin terjadi. Saat ini K3 sudah menjadi fokus utama
perusahaan dalam rangka menciptakan suasana kerja yang sehat dan aman bagi pekerja untuk
mencegah kerugian baik material maupun non material.2

Pada dunia kerja, interaksi antara manusia, alat kerja, dan lingkungan kerja tidak
dapat dihindarkan, yang melibatkan indera manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung. Salah satu indera yang sering terlibat, yang tidak dapat dipisahkan dari proses kerja
adalah mata. Mata merupakan bagian tubuh pekerja yang harus dilindungi keselamatan dan
kesehatannya. Cahaya yang cukup merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan
kesehatan mata. Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja dapat melihat dan memilih
objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas cahaya
yang baik sangat mempengaruhi mata, jika cahaya kurang maka otot mata harus berkontraksi
semaksimal mungkin untuk melihat objek atau sebaliknya. Jika hal ini terjadi terus-menerus
maka dapat menyebabkan kerusakan pada mata. 2

Pencahayaan mempengaruhi peningkatan produktivitas tenaga kerja dan


mempengaruhi kesehatan tenaga kerja. Pencahayaan yang kurang dapat mengurangi
kemampuan penglihatan dan menyebabkan kecelakaan kerja, sedangkan pencahayaan
berlebihan dapat menyebabkan kesilauan. Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang
memungkinkan tenaga kerja dapat melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan
tanpa upaya-upaya yang tidak perlu serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman dan menyenangkan.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. DEFINISI DAN TEORI PENCAHAYAAN

4
Pencahayaan (iluminasi) adalah kepadatan dari suatu berkas cahaya yang mengenai
suatu permukaan. Menurut Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada
suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.1
Cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat sebagai gelombang
dan partikel. Sifatnya sebagai gelombang dapat dilihat dengan terjadinya pembiasan dan
pemantulan cahaya oleh suatu medium, sedangkan sifatnya sebagai partikel dapat dilihat
dengan terjadinya efek foto listrik. 5
Sifat cahaya ditentukan oleh dua hal yaitu kuantitas cahaya dan kualitas cahaya.
Kuantitas cahaya yaitu banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang
menyebabkan terangnya permukaan tersebut dan sekitarnya. Banyaknya cahaya yang
dibutuhkan tergantung dari tingkat ketelitian yang diperlukan, bagian yang diamati dan
brightness dari sekitar. Kuantitas cahaya dipengaruhi oleh ukuran ruang kerja, waktu kerja,
tingkat kontras dan kecerahan obyek yamg diterangi. Kualitas cahaya ditentukan oleh ada
atau tidaknya kesilauan, warna, arah dan difusi cahaya.
Cahaya mempunyai panjang gelombang yang berbeda-beda dalam spektrum yang
tampak (cahaya tampak), yaitu kira-kira 380 – 780 nm. Sebenarnya tidak ada batasan yang
tepat dari spektrum cahaya tampak. Mata normal manusia dapat menerima spektrum cahaya
tampak dengan panjang gelombang sekitar 400 – 700 nm. 6

Cahaya tampak hanyalah merupakan bagian kecil dari seluruh radiasi


elektromagnetik. Spektrum cahaya tampak terdiri dari komponen-komponen merah, jingga,
kuning, hijau, biru, dan ungu, dimana masing-masing warna mempunyai Panjang gelombang
yang berbeda. 5 Spektrum yang tampak tersebut mencakup warna : 6

 Ungu 380 – 450 nm


 Biru 450 – 495 nm
 Hijau 495 – 570 nm
 Kuning 570 – 590 nm
 Jingga 590 – 620 nm
 Merah 620 – 750 nm

Cahaya tampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum elektromagnetik,


menyatakan gelombang yang sempit di antara cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah
(panas). Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan
5
sensasi penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu, penglihatan memerlukan mata
yang berfungsi dan cahaya yang nampak.6

Gambar 1. Radiasi yang tampak

II.2. ISTILAH DALAM PENCAHAYAAN


Terdapat beberapa istilah yang umum digunakan dalam pencahayaan. Beberapa istilah
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :1
• Lumen adalah satuan flux cahaya yang dipancarkan di dalam satuan unit sudut
padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya seragam satu candela. Satu lux adalah
satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang
memadukan respon mata pengamatan standar. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang
555 nm.
• Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau
beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusiam cahaya, penempatan dan perlindungan
lampu-lampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya.
• Lux merupakan satuan metric ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-rata
yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan.
1 lux = 1 lumen per meter persegi. Perbedaan antara lux dan lumen adalah pada luas areal
dimana flus menyebar 1000 lumen, terpusat pada satu areal dengan luas satu meter persegi,
menerangi meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Sedangkan 1000 lumen, yang
menyebar ke 10 m2 hanya menghasilkan cahaya suram 10 lux.
• Intensitas Cahaya dan Flux
6
Satuan intensitas cahaya (I) adalah candela (cd). Flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber
cahaya isotropic dengan intensitas I adalah 4π x intensitas cahaya.
• Luminance adalah karakteristik fisik yang bergantung pada jumlah cahaya yang jatuh
pda permukaan obyek yang dipantulkan. Luminance dapat diukur dengan menggunakan
photometer.
• Kecerlangan (brightness) merupakan rasa sensasi yang timbul akibat memandang
benda dari cahaya datang dan masuk ke mata.
• Reflectance merupakan perbandingan antara cahaya yang dipantulkan oleh suatu
benda yang dinyatakan dalam persen.

II.3. SUMBER PENCAHAYAAN

Terdapat beberapa sumber pencahayaan yang umumnya dikenal yaitu :2


a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sumber pencahayaan ini kurang efektif karena matahari tidak dapat memberikan intensitas
cahaya yang tetap. Untuk pencahayaan alami diperlukan jendela-jendela yang besar, dinding
kaca, dinding yang banyak dilubangi. Untuk mendapatkan pencahayaan alami yang cukup
pada suatu ruangan diperlukan jendela sebesar 15 – 20% dari luas lantai. Keuntungan dari
penggunaan sinar matahari sebagai sumber cahaya adalah pengurangan terhadap energi
listrik.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan
penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber
alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:
- Variasi intensitas cahaya matahari
- Distribusi dari terangnya cahaya
- Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
- Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
b. Pencahayaan Buatan2
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami. Fungsi pokok pencahayaan buatan di lingkungan kerja yaitu :

7
 Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
 Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
 Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja.
 Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak
berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
 Meningkatkan lingkungan visual nyaman dan meningkatkan prestasi.

Contoh pencahayaan buatan:


a. Lampu pijar
b. Lampu tungsten-halogen
c. Lampu sodium
d. Lampu uap merkuri
e. Lampu kombinasi
f. Lampu metal halide
g. Lampu LED
h. Lampu fluorescent tabung
i. Lampu fluorescent berbentuk pendek
j. Lampu induksi

II.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAHAYAAN

8
Terdapat beberapa faktor-faktor yang menentukan besarnya pencahayaan di tempat
kerja, faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Ukuran obyek : Besar kecilnya obyek/jenis pekerjaan.

2. Ukuran ruangan kerja : Semakin luas ruang kerja maka dibutuhkan pencahayaan yang
memadai

3. Derajat kontras : Perbedaan derajat terang antara obyek dan sekelilingnya.

4. luminensi (brightness) : Tingkat terangnya lapangan penglihatan.

5. Lamanya melihat.

Menurut Suptandar (1999), terang cahaya suatu penerangan ditentukan oleh factor – factor :

1. Kondisi ruangan ( tertutup atau terbuka )


2. Letak penempatan lampu
3. Jenis dan daya lampu
4. Jenis permukaan benda-benda dalam ruang ( memantulkan atau menyerap )
5. Warna-warna dinding ( gelap atau terang )
6. Udara dalam ruang (asap rokok atu sebagainya)
7. Pola diagram dari tiap lampu

Berdasarkan cara distribusi cahayanya, pencahayaan menurut ILO (1998) dalam


Wibiyanti (2008) serta Grondzik dan Kwok (2010) dapat dibedakan menjadi lima macam,
yaitu:

a. Distribusi pencahayaan langsung (direct lighting) Pada sistem pencahayaan langsung,


sebanyak 90 – 100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda-benda yang perlu diterangi.

b. Distribusi pencahayaan semi langsung (semi direct lighting) Pada sistem pencahayaan semi
langsung, sebanyak 60 – 90% cahaya diarahkan langsung kepada benda-benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya akan dipantulkan ke langitlangit dan dinding.

c. Distribusi pencahayaan difus (general diffuse lighting) Pada sistem pencahayaan difus,
sebanyak 40 – 60% cahaya diarahkan kepada permukaan yang perlu diterangi, selebihnya
lagi menerangi langit-langit dan dinding untuk kemudian dipantulkan.

9
d. Distribusi pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting) Pada sistem
pencahayaan semi tidak langsung, sebanyak 60 – 90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan
dinding bagian atas dan sisanya ke bawah. Dengan demikian, langit-langit memerlukan
perhatian lebih dengan dilakukannya pemeliharaan yang baik

e. Distribusi pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) Pada sistem pencahayaan tidak
langsung, sebanyak 90 – 100% cahaya diarahkan ke langitlangit dan dinding bagian atas
kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat
dijadikan sumber cahaya, maka diperlukan pemeliharaan yang baik.

Sedangkan dilihat dari segi arah sumber cahaya, Listiani (2007 ) mengkategorikan
menjadi 3 yaitu

1. Arah cahaya tegak lurus ke bawah


2. Arah cahaya tegak lurus ke atas
3. Arah cahaya membentuk sudut

Menurut Ching, (1996) ada tiga metode penerangan yang mempengaruhi pencahayaan
yaitu :

1. Penerangan umum atau baur menerangi ruangan secara merata dan umumnya terasa baur.

2. Penerangan lokal atau penerangan untuk kegunaan khusus, menerangi sebagian ruang
dengan sumber cahaya biasanya dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi.

3. Penerangan aksen adalah bentuk dari pencahayaan lokal yang berfungsi menyinari suatu
tempat atau aktivitas tertentu atau obyek seni atau koleksi berharga lainnya.

II.5. ALAT PENGUKUR INTENSITAS PENCAHAYAAN

II.5.1 Pengukur Intensitas Cahaya Luxmeter

Prinsip kerjanya adalah sebuah photocell yang bila terkena cahaya akan menghasilkan
arus listrik. Makin kuat intensitas cahaya makin besar arus yang dihasilkan. Pengukuran

10
untuk pencahayaan lokal setinggi tempat kerja yang sebenarnya dan untuk pencahayaan
umum setinggi perut ( + 1 meter).

Gambar 2. Luxmeter

II.5.2 Pengukur Luminensi Brightness Meter

Brightness meter adalah alat yang dipakai untuk mengukur kecerahan cahaya saat
cahaya dipantulkan kembali oleh permukaan.

Gambar 3. Brightness meter

II.5.3 Fotometer

Fotometer merupakan alat untuk mengukur kekuatan sumber cahaya. Prinsip dasar
fotometer adalah pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai
panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna yang dilewatinya. Kebanyakan
fotometer mendeteksi cahaya dengan photoresistors, dioda atau photomultipliers. Untuk
menganalisis cahaya, fotometer dapat mengukur cahaya setelah melalui filter atau melalui
monokromator penentuan ditentukan panjang gelombang atau untuk analisis terhadap
distribusi spektrum cahaya.

11
Gambar 4. Fotometer

II.6. CARA DAN METODE PENGUKURAN

II.6.1. Cara Pengukuran

Cara pengukuran pencahayaan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI 16-
7062-2004) tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. Pengukuran
penerangan di tempat kerja meliputi penerangan setempat dan penerangan umum. Keduanya
memeiliki tata cara yang berbeda saat pengukuran.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran intensitas


pencahayaan :

1. Pastikan alat sudah dikalibrasi

2. Sebelum pembacaan dilakukan, biarkan photocell terpapar cahaya selama 5 menit

3. Pengukuran pada tangga : lux meter harus diletakan pada lantai atau injakan kaki

4. Pengukuran pada bidang vertikal atau condong dilakukan pada bidang yang relevan

5. Pengukuran pada tempat krja yang menggunakan pencahayaan buatan (lampu) pembacaan
dilakukan paling sedikit 5 menit setelah lampu dinyalakan sehingga diperoleh cahaya yang
stabil

6. Pada saat pembacaan dilakukan bayangan surveyor tidak boleh tertangkap oleh lux meter

7. Pakaian surveyor diusahakan berwarna gelap

8. Pembacaan dilakukan pada posisi ruang & posisi kerja yang normal

II.6.2. Metode Pengukuran

Pencahayaan adalah insiden fluks bercahaya per satuan luas diukur dalam lux (lx).
Untuk mengukur cukup tidaknya pencahayaan dalam suatu ruangan dapat digunakan
Luxmeter. Luxmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas pencahayaan

12
dalam satuan lux. Dalam melakukan pengukuran yang harus diperhatikan adalah penentuan
titik pengukuran. Dalam SNI 16-7062-2004, penentuan titik pengukuran dibedakan atas :
a. Pengukuran setempat : objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila merupakan
meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada.
b. Pengukuran umum : titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap
jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan
luas ruangan sebagai berikut :
1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan
lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1 (satu) meter. Contoh denah pengukuran
intensitas pencahayaan umum untuk luas ruangan kurang dri 10 meter persegi seperti
gambar dibawah :

Gambar titik potong ruangan kurang dari 10 M


Sumber: SNI, 2004

2) Luas ruangan antara 10 Meter persegi sampai 100 Meter persegi : titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter. Contoh
denah pengukuran intensitas pencahayaan umum untuk luas ruangan antara 10 Meter
sampai 100 Meter persegi seperti gambar berikut :

Gambar titik potong ruangan antara 10-100M

13
Sumber: SNI, 2004

3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran intensitas pencahayaan
umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi seperti gambar ini :

Gambar . titik potong ruangan lebih dari 100 M

Sumber: SNI, 2004

Setelah dilakukan pengukuran, evaluasi pencahayaan harus dilakukan untuk


menentukan apakah cahaya yang diterima masih termasuk ke dalam tingkat pecahayaan yang
disyaratkan. Dalam SNI 16-7062-2004, tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna
yang direkomendasikan untuk fungsi ruangan lembaga pendidikan adalah sebagai berikut :

Tabel Tingkat Pencahayaan Minimum yang Direkomendasikan


No. Fungsi ruangan Tingkat Keterangan
pencahayaan
(Lux)
1. Ruang kelas 250 Gunakan
2. Perpustakaan 300
pencahayaan
3. Laboratorium 500
4. Ruang gambar 750 setempat pada
5. Kantin 200 meja kerja
Sumber: SNI 16-7062-2004

Ketika pencahayaan diukur horizontal, hal itu disebut pencahayaan horizontal;


pencahayaan benda berorientasi vertical (dinding, rak) disebut pencahayaan vertical.
Pengukuran yang diambil dengan menggunakan pencahayaan meter dan bacaan yang dibuat
pada titik-titik garis pada 85 cm diatas permukaan lantai. Jumlah titik garis dan jarak mereka
14
didefinisikan dalam peraturan dan pedoman nasional dan bervariasi dengan desain
pencahayaan, jenis pekerjaan dan ukuran ruangan. Perhatian khusus adalah dianjurkan untuk
tempat kerja masing-masing, tapi pencahayaan dari interior keseluruhan harus selalu diukur.
Silau langsung mengacu pada silau akibat benda dengan pencahayaan tinggi dan
sumber cahaya : matahari, lampu, langit terlihat. Tercermin silau, sering dikantor, disebabkan
oleh pantulan benda terang dan permukaan-jendela, meja mengkilap, langit-langit dan lantai
dan dapat dihapus dengan menggunakan permukaan yang tidak silau. Namun, jendela kaca,
layar atau kaca meliputi lebih dari sumber pencahayaan akan selalu mungkin menjadi silau
(Rostron, 2005).
Pembagian daerah pengukuran didasarkan pada standar DPU perihal pengukuran dan
perhitungan pencahayaan alami, yaitu:
a. Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada ketinggian 0,75 meter
diatas lantai. Bidang ini disebut bidang kerja.

b. Dalam pengukuran, lebar ruang dibagi atas beberapa titik. Titik terdekat dengan lubang
cahaya efektif berjarak 1/6 lebar ruang. Titik selanjutnya dengan interval 1/3 bagian.
Banyaknya titik pengukuran tergantung pada lebar bidang pengukuran (Sukawi, 2013).
Pengukuran pada ruangan didasarkan pada arah datang cahaya dari lubang cahaya
efektif. Titik ukur ditentukan berdasarkan perhitungan titik ukur utama (TUU) terletak di
tengah kedua dinding samping berjarak 1/3 lebar ruang dari lubang cahaya, titik ukur
samping (TUS) terletak pada jarak 0,5 meter dari dinding samping berjarak 1/3 lebar ruang
dari lubang cahaya, titik ukur tambahan (TUT) diletakkan sedemikian rupa sehingga jarak
antar titik ukur menjadi maksimal dua meter (Sukawi, 2013).
Besarnya intensitas pencahayaan menurut SNI 16-7062-2004, yaitu:

Jumlah intensitas pencahayaan (lux) = …… lux


Jumlah titik seluruh ruangan

II.7. STANDAR PENCAHAYAAN DI TEMPAT KERJA

Setiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan pada permukaannya. Pencahayaan


yang baik menjadi penting untuk menampilkan tugas yang bersifat visual. Pencahayaan yang
lebih baik akan membuat orang bekerja lebih produktif. Menurut CIE (Commission
International de l’Eclairage) dan IES (Illuminating Engineers Society) telah menerbitkan
tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai pekerjaan. Nilai-nilai yang
15
direkomendasikan tersebut telah dipakai sebagai standar nasional dan internasional bagi
perancangan pencahayaan (UNEP, 2005).

Tabel Standar Tingkat Pencahayaan menurut CIE (Commission International de l’Eclairage)


dan IES (Illuminating Engineers Society)

16
Tingkat Contoh-contoh Area Kegiatan
pencahayaan
(lux)
Pencahayaan 20 Layanan pencahayaan yang
Umum untuk minimum dalam area sirkulasi
ruangan dan area luar ruangan, pertokoan didaerah
yang jarang terbuka, halaman tempat
digunakan penyimpanan
50 Tempat pejalan kaki &
dan/atau tugas-
panggung.
tugas atau visual
70 Ruang boiler.
sederhana 100 Halaman Trafo, ruangan tungku,
dll.
150 Area sirkulasi di industri,
pertokoan dan ruang penyimpan.
Pencahayaan 200 Layanan pencahayaan yang
umum untuk minimum dalam tugas
300 Meja & mesin kerja ukuran
interior
sedang, proses umum dalam
industri kimia dan makanan,
kegiatan membaca dan membuat
arsip.
450 Gantungan baju, pemeriksaan,
kantor untuk menggambar,
perakitan mesin dan bagian yang
halus, pekerjaan warna, tugas
menggambar kritis.
1500 Pekerjaan mesin dan diatas meja
yang sangat halus, perakitan
mesin presisi kecil dan
instrumen; komponen elektronik,
pengukuran & pemeriksaan
bagian kecil yang rumit Sumber:
Unep, (sebagian mungkin diberikan 2005
oleh tugas pencahayaan
setempat) Nilai
Pencahayaan 3000 Pekerjaan berpresisi dan rinci
ambang
tambahan sekali, misal instrument yang 17
setempat untuk sangat kecil, pembuatan jam
tugas visual yang tangan, pengukiran
tepat
batas pencahayaan menurut Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, tentang
Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Pencahayaan di Tempat Kerja, diatur sebagai
berikut :
a. Pencahayaan darurat 5 lux
b. Halaman dan jalan di perusahaan 20 lux
c. Pekerjaan membedakan barang kasar 50 lux
d. Pekerjaan membedakan barang kecil sepintas lalu 100 lux
e. Pekerjaan membedakan barang kecil agak teliti 200 lux
f. Pekerjaan membedakan yang diteliti dari barang kecil dan halus 300 lux
g. Pekerjaan membedakan barang halus dengan kontras sedang dan dalam waktu lama 500-
1000 lux.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
dan Industri, adalah sebagai berikut :

Tabel Nilai Ambang Batas Pencahayaan Berdasarkan


Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002
Tingkat
Jenis Kegiatan Pencahayaan Keterangan
Minimal (lux)
Ruang penyimpanan
dan peralatan atau
Pekerjaan kasar dan tidak
100 instalasi yang
terus-menerus
memerlukan pekerjaan
kontinyu
Pekerjaan dengan
Pekerjaan kasar dan
200 mesin dan perakitan
terus-menerus
kasar
Ruang administrasi,
ruang kontrol,
Pekerjaan rutin 300
pekerjaan mesin dan
perakitan
Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar
atau bekerja dengan
mesin kantor,
18
pemeriksaan atau
pekerjaan dengan
mesin
Pemilihan warna,
pemrosesan tekstil,
Pekerjaan halus 1000
pekerjaan mesin halus
dan perakitan halus
Mengukir dengan
1500 tidak tangan, pemeriksaan
Pekerjaan sangat halus menimbulkan pekerjaan mesin, dan
bayangan perakitan yang sangat
halus
Pemeriksaan
3000 tidak
pekerjaan, perakitan
Pekerjaan terinci menimbulkan
sangat halus
bayangan

Sumber : Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

Pencahayaan yang buruk ditandai seperti ruangan terasa panas, lampu berkedip,
penyebaran cahaya tidak merata dan saat beraktifitas terasa silau atau benda-benda tidak
terlihat jelas. Pencahayaan yang buruk tersebut dapat mengakibatkan dampak yang negatif
terhadap seseorang yaitu kelelahan mata, kelelahan mental, keluhan pegal disekitar mata,
kerusakan alat penglihatan dan memungkinkan kecelakaan (Tarwaka, 2004).
Pencahayaan yang intensitasnya rendah akan menimbulkan kelelahan, ketegangan
mata dan keluhan pegal disekitar mata (Santoso, 2004). Menurut Suma’mur (2013)
pencahayaan yang buruk juga berdampak pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya
dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal-pegal didaerah mata dan sakit kepala
disekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan.
Kelelahan mata akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukkan gejala
kelelahan mata yang sering muncul antara lain: kelompak mata terasa berat, terasa ada
tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, merasa enak kalau kelopak mata sedikit
ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, perasaan mata berkedip, penglihatan kabur,
tidak bisa difokuskan, penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata
difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, maa merah, jika mata ditutup

19
terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan warna
sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda, mata terasa
panas dan mata terasa kering (Suma’mur, 2014).
Pencahayaan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata, akan
tetapi pencahayaan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan, menurut Azhara (2014)
pencahayaan yang memadai bisa mencegah terjadinya Astenopia (kelahan mata) dan
mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Pencahayaan yang kurang bukannya
menyebabkan penyakit mata tetapi kelelahan mata. Sebaliknya, apabila pencahayaan yang
baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa
upaya yang tidak perlu. Lebih dari itu pencahayaan yang memadai memberikan kesan
pemandangan yang lebih baik dan keadaan yang menyegarkan.
Kualitas pencahayaan dapat juga dilihat dari kesilauan (Su’mamur 1993). Kesilauan
adalah cahaya yang tidak diinginkan (unwanted light). Definisi lengkap kesilauan adalah
setiap cahaya/pantulan yang berada dalam lapangan penglihatan yang menyebabkan rasa
ketidaknyamanan, gangguan (annoyance), kelelahan mata dan gangguan penglihatan.
Kesilauan dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Disability glare Disebabkan karena terlalu banyaknya cahaya yang secara langsung masuk
ke dalam mata dari sumber kesilauan sehingga menyebabkan kehilangan sebagian
penglihatan. Keadaan ini mempengaruhi seseorang untuk dapat melihat dengan jelas.
Misalnya ketika mengendarai mobil pada malam hari, kemudian terkena sorot lampu yang
sangat terang dari arah berlawanan. Kejadian ini intensitasnya tinggi dan waktunya sangat
cepat atau tiba-tiba.

2. Discomfort glare Kesilauan ini menyebabkan ketidaknyamanan pada mata, terutama bila
berlangsung pada waktu yang cukup lama. Biasanya dialami oleh seseorang yang bekerja
pada siang hari dan menghadap ke jendela atau saat memandang lampu secara langsung pada
malam hari. Efek kesilauan ini pada mata tergantung pada lamanya seseorang terpapar oleh
kesilauan tersebut.

3. Reflekted Glare Kesilauan ini disebabkan oleh pantulan cahaya yang terlalu terang yang
mengenai mata. Berasal dari semua permukaan benda yang mengkilap yang berada pada
lapangan penglihatan.

Disability glare dan discomfort glare dapat dikurangi dengan cara :

a. Memperkecil luas dari permukaan yang sangat terang yang menyebabkan kesilauan
20
b. Memperbesar sudut yang terbentuk antara sumber kesilauan dan garis penglihatan ( 300 ).

c. Meningkatkan brightness dari area yang mengelilingi sumber kesilauan.

Reflected glare dapat dikurangi dengan cara

a. Mengurangi brightness/luminensi dari sumber cahaya.

b. Semua permukaan benda yang terdapat dalam lapangan penglihatan tidak dibuat
mengkilap.

c. Meningkatkan pencahayaan umum.

DAFTAR PUSTAKA

1.Pencahayaan di Lingkungan kerja. Available from: https://www.google.com/url?


sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiF-OO-
tcjnAhUvzTgGHUk4C9kQFjABegQIAhAB&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu
%2F12342389%2FPENCAHAYAAN_DI_LINGKUNGAN_KERJA&usg=AOvVaw3h_c0k
43s9Vf3ak_3dMs0G

2.ANALISIS BAHAYA FISIK: HUBUNGAN TINGKAT PENCAHAYAAN DAN


KELUHAN MATA PEKERJA PADA AREA PERKANTORAN HEALTH, SAFETY,
AND ENVIRONMENTAL (HSE) PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN Available from:
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2ahUKEwiFgMGnt8jnAhVrwTgGHQD
MBg4QFjAAegQIAxAB&url=http%3A%2F%2Frepo.unand.ac.id
%2F4589%2F1%2FAnalisis%2520Bahaya%2520Fisik-%2520Hubungan%2520Tingkat
%2520Pencahayaan%2520dan%2520Keluhan%2520Mata%2520Pekerja%2520pada
%2520Area%2520Perkantoran%2520Health%252C%2520Safety%252C%2520and
%2520Environmental%2520%2528HSE%2529%2520PT.%2520Pertamina%2520RU
%2520VI%2520Balongan.pdf&usg=AOvVaw34BpPSs2oYDDwDkA7MsIBD

21

Anda mungkin juga menyukai