Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN


ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT)

Disusun Oleh :
SANTI DEWITA
(1913101044)

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKIT TINGGI
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah ini, guna memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Berbasis
Lingkungan, dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya Amiin.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi namun atas bantuan,
dorongan dan bimbingan dari dosen pengampu dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu akhirnya semua hambatan dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbangsih pemikiran khususnya
untuk para pembaca dan tidak lupa saya mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Saya sebagai penulis sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi
kebaikan untuk kedepannya.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............... .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....... ................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .. ................................................................................................................... 3

1.3 Tujuan .................... ................................................................................................................... 4

1.4 Manfaat .................. ................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pencemaran .............................................................................................................. 5

2.2 Pengertian Udara .... ................................................................................................................... 5

2.3 Pengertian Debu ..... ................................................................................................................... 6

2.4 Pencemaran Udara Oleh Debu .................................................................................................. 9

2.5 Tinjauan Umum Tentang Semen ............................................................................................... 9

2.6 Infeksi Saluran Nafas Akut ...................................................................................................... 10

2.6.1 Defenisi ISPA ............................................................................................................. 10

2.6.2 Penyebab ISPA............................................................................................................ 10

2.6.3 Etiologi ISPA .............................................................................................................. 11

2.6.4 Klasifikasi ISPA .......................................................................................................... 12

2.6.5 Gejala ISPA................................................................................................................. 13

2.6.6 Cara Penularan ISPA................................................................................................... 15

2.6.7 Diagnosa ISPA ............................................................................................................ 15

2.6.8 Komplikasi Penyakit ISPA ......................................................................................... 16

2.6.9 Pengobatan ISPA ........................................................................................................ 17

2.6.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan saluran nafas ..................................... 18

iii
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Dampak dari pencemaran udara akibat Asap PT Semen Padang ............................................ 21

3.1.1 Zat Berbahaya yang terkandung dalam polutan asap pabrik PT Semen Padang ......... 22

3.2 Pengaruh Paparan Debu terhadap kejadian ISPA diwilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

Yang terletak disekitar Pabrik Semen Padang ....................................................................... 24

3.3 Cara mengatasi pencemaran udara oleh abu akibat asap PT Semen Padang ........................... 27

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesempulan............ ................................................................................................................. 29

4.2 Saran ...................... ................................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA . ................................................................................................................. 31

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia,
khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien
diperkotaan dan pedesaan. Di banyak kota, terutama di negara-negara sedang berkembang yang tingkat
urbanisasinya tumbuh pesat, pencemaran udara telah merusak sistem pernapasan, khususnya bagi orang
yang lebih tua, lebih muda, dan mereka yang menderita penyakit-penyakit kronis saluran pernapasan
(Khumaidah, 2009).
Udara merupakan komponen lingkungan yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia.
Energi yang diperlukan manusia untuk melaksanakan semua aktifitas, diperoleh dari pembakaran zat
makanan dengan menggunakan oksigen. Oksigen tersebut diperoleh dari udara ambient melalui
pernafasan, dengan demikian pengambilan udara oleh tubuh dilakukan secara terus menerus. Setiap hari,
jumlah udara yang keluar masuk saluran pernafasan sekitar 10 m3 per orang. Hal ini berarti, organ
pernafasan terpapar secara terus menerus oleh partikel-partikel yang terdapat dalam udara, termasuk
partikel berbahaya yang mengganggu kesehatan. Kualitas udara sangat berpengaruh terhadap kesehatan
seseorang, terutama terhadap alat pernafasan (Anderson, 2001).

Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia memberikan berbagai dampak positif yaitu
terbukanya lapangan kerja, membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf
sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan dapat disimpulkan bahwa perkembangan kegiatan industri
secara umum juga merupakan sektor yang potensial sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan
bagi kesehatan dan lingkungan (Alsagaf, 2004).

Industri semen merupakan salah satu industri yang pertumbuhannya cukup pesat, hal ini berkaitan
dengan kapasitas produksi total pabrik semen yang tersebar di berbagai wilayah nusantara mencapai 27
juta ton pertahun (BPS, 2010). Salah satu dampak negatif dari industri semen adalah pencemaran udara
oleh debu. Industri semen berpotensi untuk menimbulkan kontaminasi di udara berupa debu. Debu yang
dihasilkan oleh kegiatan industri semen terdiri dari debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan

1
baku dan selama proses pembakaran dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke
pabrik dan bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya. Bahan pencemar tersebut dapat
berpengaruh terhadap lingkungan dan manusia. Berbagai faktor yang berpengaruh dalam timbulnya
penyakit atau gangguan pada saluran pernapasan akibat debu. Debu semen ini akan mencemari udara
dan lingkungannya sehingga pekerja industri semen dapat terpapar debu karena bahan baku, bahan
antara, ataupun produk akhir (Epler, 2000).

Industri semen berpotensi sebagai sumber pencemaran partikel (Wardhana, 2001). Kegiatan dari
industri tersebut berpotensi menimbulkan pencemaran udara, bahan pencemar udara yang dikeluarkan
industri semen salah satunya partikel debu. PT Semen padang yang didirikan pada tanggal 18 Maret
1910, proses produksinya menggunakan proses basah. kapasitas produksi 8.900.000 ton/tahun. pabrik
indarung II kapasitas produksi 860.000 ton/tahun, pabrik indarung III 720.000 ton/tahun, pabrik
indarung IV 1.920.000 ton/ tahun, pabrik indarung V 3.000.000 ton/tahun, pabrik indarung VI 1.500.000
ton/tahun. Pabrik indarung I dinonaktifkan sejak bulan oktober 1999, dengan pertimbangan efiensi dan
polusi. (Devi Maria L. Sihombing,dkk, 2020).

Menurut penelitian Rina sulaster, Dr. Dedi Hermon,Mp. Enajuita,S.Pd, M.Si, tahun 2013
tentang Presepsi masyarakat tentang dampak aktivitas PT Semen Padang dengan hasil gangguan
kesehatan 59,78% adanya gangguan Kesehatan. Bahan pencemar tersebut dapat berpengaruh terhadap
kesehatan manusia khususnya gangguan fungsi paru. Di antara berbagai gangguan, debu merupakan
salah satu sumber gangguan yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu, debu merupakan
bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang, Kecamatan Lubuk Kilangan Kota
Padang tahun 2019 jumlah penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan sebanyak 56.202 jiwa dengan jumlah
Laki-Laki 28.357 dan Perempuan 27.845, serta kepadatan penduduk 654/km². Data Kasus Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Lubuk Kilangan. Data tahun 2019 didapat penyakit ISPA masuk nomor 3
dengan jumalah 1171 kasus masuk kedalam kasus 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Lubuk Kilangan.

Penyakit gangguan fungsi paru akibat debu industri semen mempunyai gejala dan tanda yang mirip
dengan penyakit paru lain yang tidak disebabkan oleh debu di tempat kerja. Penegakkan diagnosis perlu
dilakukan dengan tepat karena biasanya penyakit gangguan fungsi paru, baru timbul setelah paparan
debu dalam waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu, pemeriksaan faal paru sebagai sarana membantu
diagnosis dini penyakit gangguan fungsi paru tidak dapat ditinggalkan. Pajanan debu jangka pendek,

2
walaupun dengan konsentrasi rendah, dapat merugikan kesehatan pernapasan salah satunya adalah ISPA
(WHO, 2005).

Berbagai faktor dalam timbulnya gangguan pada saluran napas akibat debu dapat disebabkan oleh
debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, serta lama
paparan. Disamping itu, faktor individual yang meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan
fisiologi saluran napas serta faktor imunologis. Penilaian paparan pada manusia perlu dipertimbangkan
antara lain sumber paparan, jenis pabrik, lamanya paparan, paparan dari sumber lain. Pola aktivitas
sehari-hari dan faktor penyerta yang potensial seperti umur, jenis kelamin, etnis, kebiasaan merokok dan
faktor allergen (Antaruddin, 2003).

Gangguan pernapasan akibat inhalasi debu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor debu itu
sendiri, yaitu ukuran partikel, bentuk, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama pajanan, dan faktor
individu berupa mekanisme pertahanan tubuh. Ketika bernapas, udara yang mengandung debu masuk
ke dalam paru-paru. Tidak semua debu dapat menimbun di dalam jaringan paru paru, karena tergantung
besar ukuran debu tersebut. Debu – debu yang berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan napas
bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan dibagian tengah jalan napas. Partikel-partikel
yang berukuran 1-3 mikron akan ditempatkan langsung dipermukaan jaringan dalam paru-paru
(Antaruddin, 2003).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, kadar debu anorganik yang melebihi nilai ambang batas
akan menimbulkan gangguan fungsi paru pada penduduk yang tinggal disekitar wilayah pabrik,
sehingga dengan asumsi tersebut penulis tertarik menulis tentang kejadian gangguan fungsi paru akibat
paparan debu pabrik semen padang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana dampak dari pencemaran udara akibat abu dari asap PT Semen Padang ?
1.2.2 Apakah ada pengaruh paparan debu terhadap kejadian Ispa diwilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan yang teletak disekitar pabrik semen padang ?
1.2.3 Bagaimana Cara mengatasi pencemaran udara oleh abu akibat asap PT Semen Padang ?

3
1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui dampak dari pencemaran udara akibat asap PT Semen Padang
1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh paparan debu terhadap kejadian Ispa diwilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan yang teletak disekitar pasbrik semen padang
1.3.3 Untuk Mengetahui cara mengatasi pencemaran udra akibat asap PT Semen Padang

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuaan
khususnya penyakit Ispa yang terkategori penyakit berbasis lingkungan
1.4.2 Memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam penyelesaian tugas mata kuliah
Penyakit Berbasis Lingkungan di Fakulkas kesehatan Masyarakat program magister di
Universitas Fort De Kock.

4
BAB II

TINJAU PUSTAKA

2.1 Pengertian Pencemaran


Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau
komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan
(komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Np.
Pencemaran udara , (weebly.com,2018)
Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Definisi ini sesuai dengan pengertian pencemaran pada (Undang-undang
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas


industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.

2.2 Pengertian Udara


Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap,
tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Dalam udara
5
terdapat oksigen (O2) untuk bernapas, karbon dioksida untuk proses fotosintesis oleh
khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet (Wardhana, 2001).
Udara adalah atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk
kehidupan di muka bumi ini. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi yaitu uap air
dan CO. Kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO2 seperti pembusukan sampah
tanaman, pembakaran, atau sekumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu
karena proses pernapasan. Konsentrasi yang relatif rendah dapat dijumpai di daerah kebun
atau hutan, konsentrasi yang relatif rendah tersebut disebabkan oleh absorbsi CO2 oleh
tanaman selama fotosintesis dan karena kelarutan CO2 di dalam air (Sunu, 2001).
Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan
di permukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat
penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas, dan dapat menjadi
media penyebaran penyakit pada manusia ( Chandra, 2006 ).

2.3 Pengertian Debu

Debu adalah partikel zat kimia padat yang dihasilkan oleh kekuatan alami atau mekanis
seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan batu, dalam pengepakan yang cepat, peledakan,
dan lain-lain dari benda, baik organis maupun anorganis, misalnya batu, kayu, bijih, logam, batu
bara, butir-butir zat, dan sebagainya. Contoh-contoh: debu batu, debu kapas, debu asbes, dan lain-
lain (Suma’mur, 2009). Debu adalah salah satu komponen yang menurunkan kualitas udara.
Akibat terpapar debu, akan terganggu dan lambat laun dapat pula menimbulkan gangguan fungsi
paru (Wijoyo, 2008).

Debu terdiri atas partikel padat yang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu:

1. Deposit particulate matter, yaitu debu yang hanya berada sementara di udara partikel ini
segera mengendap karena gaya tarik bumi.
2. Suspended particulate matter, yaitu debu yang berada di udara dan tidak mudah mengendap
(Yunus,1997). Pada industri semen banyak menghasilkan bahan pencemar debu (dalam

6
bentuk partikel) sehingga dalam melakukan proses produksi, kadar debu yang dihasilkan
tidak boleh melampaui/diatas Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 4 mg/m3 sesuai Surat
Edaran Menaker SE 01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang

Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan.

1. Karakteristik debu
Secara garis besar karakteristik debu dalam industry semen terdiri atas 3 (tiga) macam
yaitu:
a. Debu organik, yaitu debu yang dapat menimbulkan efek patofisiologi dan
kerusakan alveoli atau penyebab fibrosis pada paru, contohnya: debu kapas, rotan,
padi-padian, tebu, tembakau, semen, dan lain-lain.
b. Debu mineral, yaitu debu yang terdiri dari persenyawaan yang kompleks seperti:
SiO2, SnO2, Fe2O3, sifat debu ini tidak fibrosis pada paru.
c. Debu logam, yaitu debu yang menyebabkan keracunan akibat absorbsi tubuh
melalui kulit dan lambung, contohnya: Pb, Hg, Cd, dan lain-lain.
Sedang, berdasarkan akibat fisiologinya debu dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat
bahayanya, yaitu:
a. Debu fibrogenik, yaitu debu yang berbahaya terhadap sistem pernapasan.
b. Debu karsinogenik, yaitu debu yang dapat menyebabkan kanker
c. Debu-debu beracun, yaitu debu yang bersifat toksik terhadap organ/jaringan tubuh
d. Debu radioktif, yaitu debu yang berbahaya karena radiasinya
e. Debu eksplosif, yaitu debu yang dapat terbakar atau meledak
f. Debu-debu pengganggu/nuinsance dust, yaitu debu yang memilki akibat yang
ringan terhadap manusia
g. Inert dust, yaitu debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain (tidak mempunyai
akibat terhadap paru-paru)
h. Respirable dust, yaitu debu yang dapat terhirup oleh manusia yang berukuran
dibawah 10 mikron

7
i. Irrespirable dust, yaitu debu yang tidak dapat terhirup oleh manusia yang berukuran
diatas 10 mikron (Wahyu, 2003).
2. Ukuran partikel

Masing-masing partikel debu umumnya memiliki bentuk tersendiri yang berbeda


satu sama lain (tidak beraturan, bulat, serat). Sebuah partikel serat (kapas, asbes) memilki
panjang paling sedikit 3 kali lebarnya. Oleh sebab itu, konsep yang paling rasional untuk
mengukur partikel debu adalah dengan menggunakan stándar partikel aerodinamik.
Diameter aerodinamik adalah diameter saluran kepadatan suatu partikel di luar dan di
dalam tubuh manusia tergantung pada besar partikel tersebut. Korelasi ukuran dan perilaku
partikel antara lain:

a. >100 mikron, bila dilepaskan dengan kecepatan tinggi akan jatuh dengan cepat di
sekitar tempat partikel tersebut dilepaskan, biasanya tidak terisap ke saluran
pernapasan
b. 100-30 mikron, bila dilepaskan dengan kecepatan tinggi, karena partikelnya lebih
kecil, maka akan terbawa oleh lairan udara di sekitarnya. Dapat terisap ke saluran
pernapasan tetapi akan terperangkap oleh mekanisme penyaringan hidung. Tidak
akan masuk ke dalam tubuh, kecuali partikeltersebut dapat larut oleh cairan di
dalam hidung.
c. <30-5 mikron, bila dilepaskan dengan kecepatan tinggi, karena partikelnyya jauh
lebih kecil maka akan terbawab oleh aliran udara lebih jauh lagi, atau berputar-
putar di sekitarnya. Mudah masuk ke dalam cabang-cabang bronkus, tetapi
perlahan-lahan akan dibersihkan oleh mekanisme pertahanan tubuh, sebagain
dapat terserap ke bagian tubuh bila partikel tersebut terseimpan cukup lama.
d. <5 mikron, bila dilepaskan dengan kecepatan tinggi, karena partikelnya sangat
kecil akan terbawa oleh aliran udara dan sangat mudah terisap sampai masuk ke
paru. Namun, partikel akan mengambang di udara paru karena diameternya sangat
kecil dan mudah dikeluarkan lagi. Selain itu, partikel mudah pula diabsorbsi ke
tubuh karena mengendap di daerah pertukaran gas (Harianto,2009).

8
2.4 Pencemaran Udara Oleh Debu
Partikel debu menyebar di atmosfer akibat dari berbagai proses alami seperti letusan
gunung, hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktifitas manusia juga berperan dalam
penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu
terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama
dari batu arang. Sumber partikel yang utama adalah pembakaran dari bahan bakar sumbernya
diikuti proses-proses industri. Partikel debu di atmosfer dalam bentuk suspensi, yang terdiri
atas partikel padat dan cair. Ukurannya dari 100 mikron hingga kurang dari 0,01
mikron.Terdapat hubungan antara partikel, polutan dengan sumbernya (Fardiaz, 1992).

Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan
melayang-layang di udara, kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan.
Menurut Pudjiastuti (2002), selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat
menyebabkan gangguan aestetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan
warna bangunan dan pengotoran.

1. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori tumbuhan
sehingga mengganggu jalannya fotosintesis.
2. Merubah iklim global regional maupun internasional.
3. Mengganggu perhubungan/penerbangan yang akhirnya mengganggu kegiatan sosial
ekonomi di masyarakat.
4. Mengganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan
pernafasan dan kanker pada paru-paru.

2.5 Tinjauan Umum Tentang Semen


Debu semen bersifat respirable dimana mempunyai ukuran yang dapat terhirup dan masuk
ke dalam saluran pernapasan. Lambat laun debu yang masuk ke dalam saluran pernapasan
tersebut akan mengganggu kesehatan karena dapat tertahan pada saluran pernapasan itu sendiri.
Debu tersebut juga akan tertimbun mulai dari bronkhiolus terminalis atau saluran napas kecil

9
paling ujung sampai ke alveoli atau gelumbung-gelembung udara yang merupakan akhir dari
saluran pernapasan.
Semen Padang terutama terdiri dari oksida kapur (CaO), oksida silica (SiO2), oksida
alumina (Al2O3), oksida besi (Fe2O3). Kandungan kombinasi dari keempat oksida ± 90% dari
berat semen dan biasanya disebut oksida mayor sedangkan sisanya ± 10% terdiri dari oksida
minor seperti MgO, SO3, P2O5, Na2O, K2O, free lime dan gypsum.

2.6 Infeksi Saluran Nafas Akut (Ispa)


2.6.1 Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong
paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga di sekitar hidung (sinus
para nasal), rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2009).

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan keluhan
dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan
mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernafasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan (Depkes, 2009).

2.6.2 Penyebab ISPA


Adapun masalah masalah yang seringkali menjadi faktor penyebab penyakit ispa
antara lain :
a. Virus penyebab ISPA meliputi virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus,
koronavirus, koksakavirus A dan B, Streptokokus dan lain-lain.
b. Perilaku individu, seperti sanitasi fisik rumah, kurangnya ketersediaan air bersih
(Depkes RI, 2012).

10
Penyebab ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pneumococcus,
Haemophilus, Bordetella dan Corynebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain
adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus (Lindawaty, 2010).

Berdasarkan penelitian di Pulau Lombok tahun 1997-2003 serta penelitian di


berbagai negara yang dipublikasikan WHO, penyebab ISPA yang paling umum dan
paling sering ditemukan pada balita adalah bakteri Streptococcus pneumoniae dan
Haemophyllus influenza (Lindawaty, 2010).

Grup B Streptokokus dan gram negative bakteri Enteric merupakan penyebab yang
paling umum pada neonatus dan merupakan transmisi vertikal dari ibu sewaktu
persalinan. Penumonia pada neonatus berumur 3 minggu sampai 3 bulan yang paling
sering adalah bakteri, biasanya bakteri Streptokokus Pneumoniae. Pada balita usia 4
bulan sampai 5 tahun, virus merupakan penyebab tersering dari pneumonia, yaitu
Respiratory Synctyial virus. Pada usia 5 tahun sampai dewasa pada umumnya
penyebab pneumonia adalah bakteri (Depkes RI, 2012).

Menurut publikasi WHO penelitian yang dilakukan di berbagai negara berkembang


juga menunjukkan bahwa Streptococcus Pneumoniae dan Haemophylus Influenzae
merupakan bakteri yang selalu ditemukan dua pertiga dari hasil isolasi (73,9% aspirat
paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah). Sedangkan di negara maju, dewasa
ini pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.

2.6.3 Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain

11
(Suhandayani, 2007). ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran
nafas.

Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) : Faktor Demografi yang
terdiri dari 3 aspek yaitu :

1. Jenis kelamin Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki lakilah
yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki merupakan
perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.
2. Usia Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit
ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak
sambil menggendong anaknya.
3. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta
pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya
penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan
kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta
pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA

2.6.4 Klasifikasi ISPA


Menurut Depkes 2009, klasifikasi dari ISPA adalah :
a. Ringan ( bukan pneumonia )
Batuk tanpa pernafasan cepat / kurang dari 40 kali / menit, hidung tersumbat / berair,
tenggorokan merah, telinga berair.
b. Sedang ( pneumonia sedang )
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan
kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri
tekan ( adentis servikal).
c. Berat ( pneumonia berat )

12
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di taring, kejang, apnea,
dehidrasi berat / tidur terus, sianosis dan adanya penarikan yang kuat pada dinding dada
sebelah bawah ke dalam

2.6.5 Gejala ISPA


Penyakit ISPA adalah penyakit yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan
atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Bakteri dan virus penyebab
ISPA di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas, yaitu
tenggorokan dan hidung. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal
dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus
encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak. Akhirnya terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada
jaringan tertentu hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri dan gangguan fungsi karena
bakteri dan virus di daerah tersebut maka kemungkinan peradangan menjadi parah semakin
besar dan cepat. Infeksi dapat menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan sesak atau
pernafasan terhambat, oksigen yang dihirup berkurang. Infeksi lebih lanjut membuat sekret
menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi,
gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga
bronkhitis dan pneumonia (Halim, 2000).
Penyakit pada saluran pernafasan mempunyai gejala yang berbeda yang pada
dasarnya ditimbulkan oleh iritasi, kegagalan mucociliary transport, sekresi lendir yang
berlebihan dan penyempitan saluran pernafasan. Tidak semua penelitian dan kegiatan
program memakai gejala gangguan pernafasan yang sama. Misalnya untuk menentukan
infeksi saluran pernafasan, WHO menganjurkan pengamatan terhadap gejala-gejala,
kesulitan bernafas, radang tenggorok, pilek dan penyakit pada telinga dengan atau tanpa
disertai demam. Efek pencemaran terhadap saluran pernafasan memakai gejala-gejala
penyakit pernafasan yang meliputi radang tenggorokan, rinitis, bunyi mengi dan sesak
nafas (Robertson, 1984 dalam Purwana, 1992).

13
Dalam hal efek debu terhadap saluran pernafasan telah terbukti bahwa kadar debu
berasosiasi dengan insidens gejala penyakit pernafasan terutama gejala batuk. Di dalam
saluran pernafasan, debu yang mengendap menyebabkan oedema mukosa dinding saluran
pernafasan sehingga terjadi penyempitan saluran.

Menurut Putranto (2007), faktor yang mendasari timbulnya gejala penyakit pernafasan :

a. Batuk

Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat adalah jika terjadi rangsangan pada
bagian-bagian peka saluran pernafasan, misalnya trakeobronkial, sehingga timbul sekresi
berlebih dalam saluran pernafasan. Batuk timbul sebagai reaksi refleks saluran pernafasan
terhadap iritasi pada mukosa saluran pernafasan dalam bentuk pengeluaran udara (dan
lendir) secara mendadak disertai bunyi khas.

b. Dahak

Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus glands) dan sel goblet
oleh adanya stimuli, misalnya yang berasal dari gas, partikulat, alergen dan
mikroorganisme infeksius. Karena proses inflamasi, di samping dahak dalam saluran
pernafasan juga terbentuk cairan eksudat berasal dari bagian jaringan yang
berdegenerasi.

c. Sesak nafas

Sesak nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara dalam saluran
pernafasan karena penyempitan. Penyempitan dapat terjadi karena saluran pernafasan
menguncup, oedema atau karena sekret yang menghalangi arus udara. Sesak nafas
dapat ditentukan dengan menghitung pernafasan dalam satu menit.

d. Bunyi mengi

Bunyi mengi merupakan salah satu tanda penyakit pernafasan yang turut
diobservasikan dalam penanganan infeksi akut saluran pernafasan.

14
2.6.6 Cara penularan ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, maka penyakit ISPA termasuk
golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara terjadi tanpa kontak dengan
penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara,
dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian
besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab
atau mikroorganisme penyebab (Halim, 2000).

2.6.7 Diagnosa ISPA


Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan
virus, serologis, diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena
bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura (Halim,
2000).

Diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu frekuensi
pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada
dinding dada sebelah bawah ke dalam. Rujukan penderita pnemonia berat dilakukan
dengan gejala batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala tidak sadar dan
tidak dapat minum. Pada klasifikasi bukan pneumonia maka diagnosisnya adalah batuk
pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit non pnemonia
lainnya (Halim, 2000).

2.6.8 Komplikasi Penyakit ISPA


Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5
sampai 6 hari, jika tidak terjadi invasi kuman lain. Tetapi penyakit ISPA yang tidak
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan komplikasi seperti:
sinusitis paranasal, penutupan tuba eustachi, empiema, meningitis dan bronkopneumonia
serta berlanjut pada kematian karena adanya sepsis yang menular (Ngastiyah, 2005).
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi
15
saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Infeksi saluran
pernapasan parah dan menyebabkan dehidrasi yang signifikan, kesulitan bernafas dengan
oksigenasi buruk ( hipoksia ), kebingungan yang signifikan, kelesuan, dan pembengkakan
napas pendek pada paru-paru kronis dan penyakit jantung ( chronic obstructive pulmonary
disease atau COPD, gagal jantung kongestif ).
ISPA Parah Akan Mendapatkan Komplikasi Seperti :
a. Radang dalam selaput lendir Sinusitis adalah kondisi peradangan akut dari satu atau
lebih sinus paranasal. Infeksi memainkan peran penting dalam penderitaan ini. Sinusitis
sering terjadi akibat infeksi pada situs lain dari saluran pernafasan karena sinus
paranasal bersebelahan dengan, dan berkomunikasi dengan, saluran pernapasan bagian
atas.
b. Otitis Infeksi telinga adalah peristiwa umum yang ditemui dalam praktik medis,
terutama pada anak kecil. Otitis externa adalah infeksi yang melibatkan kanal
pendengaran eksternal sementara otitis media menunjukkan radang pada telinga
tengah.
c. Faringitis adalah radang faring yang melibatkan jaringan limfoid faring posterior dan
lateral faring. Etiologi dapat berupa infeksi bakteri, virus dan jamur serta etiologi non-
infeksi seperti merokok. Sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi virus dan
menyertai flu biasa atau influenza.
d. Epiglotitis dan Laryngotracheitis Peradangan pada jalan nafas atas diklasifikasikan
sebagai epiglotitis atau laringotracheitis (croup) berdasarkan lokasi, manifestasi klinis,
dan patogen infeksi. Beberapa kasus epiglotitis pada orang dewasa mungkin berasal
dari virus. Sebagian besar kasus laryngotracheitis disebabkan oleh virus yang
menyebabkan ISPA.
e. Bronchitis dan Bronchiolitis Bronkitis dan bronkiolitis melibatkan peradangan pada
pohon bronkus. Bronkitis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian
atas atau merupakan bagian dari sindrom klinis pada penyakit seperti influenza,
rubeola, rubella, pertusis, demam berdarah dan demam tifoid. Bronkitis kronis dengan
batuk terus-menerus dan produksi sputum tampaknya disebabkan oleh kombinasi

16
faktor lingkungan, seperti merokok, dan infeksi bakteri dengan patogen seperti H
influenzae dan S pneumoniae.
f. Pneumonia Pneumonia adalah radang parenkim paru. Konsolidasi jaringan paru-paru
dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik dan rontgen dada. Dari sudut pandang
anatomis, pneumonia lobar menunjukkan proses alveolar yang melibatkan seluruh
lobus paru-paru sementara bronkopneumonia menggambarkan proses alveolar yang
terjadi dalam distribusi yang tidak rata tanpa mengisi seluruh lobus. Waspadai bahaya
penyakit ISPA, segera lakukan pengobatan penyakit ISPA untuk mencegah penyakit
lebih parah dan mendapatkan komplikasi berbahaya, karena harus Anda ketahui ISPA
termasuk penyakit yang mematikan.

2.6.9 Pengobatan ISPA


ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka timbul persoalan
pada diagnostik dan pengobatannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus.
Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional. dengan
mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuman penyebab. Untuk itu, kuman
penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang
tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik, baru setelah itu diberikan
antimikroba yang sesuai (Halim, 2000).
Kesulitan menentukan pengobatan secara rasional karena kesulitan memperoleh
material pemeriksaan yang tepat, sering kali mikroorganisme itu baru diketahui dalam
waktu yang lama, kuman yang ditemukan adalah kuman komensal, tidak ditemukan kuman
penyebab. Maka sebaiknya pendekatan yang digunakan adalah pengobatan secara empirik
lebih dahulu, setelah diketahui kuman penyebab beserta anti mikroba yang sesuai, terapi
selanjutnya disesuaikan.

2.6.10 Faktor-Faktor Lingkungan yang Memengaruhi Gangguan Saluran Pernafasan

17
Banyak faktor yang memengaruhi gangguan saluran pernafasan khususnya pada
aspek tenaga kerja adalah kebiasan merokok, penggunaan alat pelindung diri dan faktor
lingkungan yaitu ventilasai, suhu, kelembaban, konsentrasi debu.

A. Ventilasi
Untuk memungkinkan pergantian udara secara lancar diperlukan ventilasi atau
penghawaan minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan ventilasi silang. Untuk
ruangan yang menggunakan air conditioner secara periodik harus dibersihkan, dimatikan,
dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh
pintu dan jendela atau dengan kipas angin. (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002).
Pertukaran udara dan mengganti udara segar yang dilaksanakan secara bersama-
sama. Jika tidak ada sistem pertukaran udara, kontaminan yang ada akan bergerak perlahan
di dalam udara ruang kerja. Sehingga kontaminan akan tetap berada di sekitar sumber dan
di daerah sekitar pernafasan pekerja dengan konsentrasi yang tinggi (Khumaidah, 2009).
Pertukaran udara dapat dilakukan baik secara alami maupun dengan bantuan
peralatan mekanik. Pertukaran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan, dimana
udara bergerak dari daerah yang mempunyai tekanan tinggi ke daerah yang tekanannya
rendah.
Pertukaran udara secara alami karena adanya kondisi ruangan panas. Dengan
kondisi panas, udara akan memuai dan naik lalu keluar melalui vena di atap. Keluarnya
udara panas akan diganti dengan udara segar yang masuk melalui lubanglubang bangunan,
seperti melalui pintu yang terbuka, jendela atau kisi-kisi bangunan. Pertukaran udara secara
mekanik dilakukan dengan cara memasang sistem pengeluaran udara (exchaust system)
dan pemasukan udara (supply system) dengan menggunakan fan. Exhaust system dipasang
untuk mengeluarkan udara beserta kontaminan yang ada sekitar ruang , biasanya
ditempatkan disekitar ruan atau dekat dengan sumber dimana kontaminan dikeluarkan.
Supply system dipasang untuk memasukkan udara ke dalam ruangan, umumnya digunakan

18
untuk menurunkan tingkat konsentrasi kontaminan di dalam lingkungan (Khumaidah,
2009).

B. Suhu
Persyaratan kesehatan untuk ruang yang nyaman adalah suhu yang tidak dingin
dan tidak menimbulkan kepanasan yaitu berkisar antara 18 0C sampai 30 0C dengan tinggi
langit-langit dari lantai minimal 2,5 m. Bila suhu udara > 30 0C perlu menggunakan alat
penata udara seperti air conditioner, kipas angin dan lain-lain. Bila suhu udara luar < 18 0
C perlu menggunakan alat pemanas ruangan .

C. Kelembaban
Kelembaban udara tergantung berapa banyak uap air (dalam %) yang terkandung
di udara. Saat udara dipenuhi uap air dapat dikatakan bahwa udara berada dalam kondisi
jenuh dalam arti kelembaban tinggi dan segala sesuatu menjadi basah. Kelembaban
lingkungan kerja yang tidak memberikan pengaruh kepada kesehatan pekerja berkisar
antara 65 % - 95 %. Kelembaban sangat erat kaitannya dengan suhu dan keduanya
merupakan pemicu pertumbuhan jamur dan bakteri. Pada umumnya kondisi optimal
perkembangbiakan mikroorganisme adalah pada kondisi kelembaban tinggi.
Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20% dapat menyebabkan
kekeringan selaput lendir membran. Sedangkan kelembaban yang tinggi dapat
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan pelepasan formaldehid dari material
bangunan (Suma’mur, 1996).

D. Konsentrasi Debu Dilingkungan


Konsentrasi debu pada udara ambien di Indonesia diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan, Sesuai dengan Surat Keputusan tersebut, nilai baku mutu
konsentrasi debu maksimal ditetapkan 10 mg/m3 untuk waktu pengukuran rata-rata 8 jam.
Secara internasional konsentrasi total suspended solid (TSP) ditetapkan dalam National

19
Ambient Air Quality (NAAQ) EPA sebesar 260 µg/m3 untuk waktu pengukuran 24 jam
dan 75 µg/m3 untuk waktu pengukuran 1 tahun. Sedangkan PM 10 ditetapkan sebesar 150
µg/m3 untuk waktu pengukuran 24 jam dan 50 µg/m3 untuk waktu pengukuran 1 tahun
(Putranto, 2007).

20
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dampak Dari Pencemaran Udara Akibat Asap PT Semen Padang

Asap pabrik menghasilkan debu yang dapat menempel pada jendela, dinding dan

atap rumah penduduk sekitar yang mengurangi estetika bangunan dan pengecatan terpaksa

sering dilakukan untuk menjaga estetika bangunan dan kualitas bangunan itu sendiri.

Adapun dampak negatif bagi kesehatan manusia yaitu :

1. Iritasi pada kulit, hal ini dapat terjadi akibat sifat semen yang abrasive kontak dengan

kulit. Prosesnya pun bisa secara langsung maupun tidak langsung (terlindung maupun

oleh keringat).

2. Alergi, hal ini dapat terjadi bergantung pada tingkat kesensitifan seseorang, alergi yang

dapat timbul akibat debu semen diantaranya: bersin-bersin, susah bernafas bagi penderita

asthma, gatal-gatal.

3. Iritasi pada mata, hal ini dapat terjadi tergantung pada banyaknya paparan debu, iritasi

yang timbul mulai gangguan mata merah sampai cidera mata serius.

4. Gangguan pernafasan, Untuk jangka pendek dapat menimbulkan iritasi pada saluran

pernafasan, sedangkan untuk jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pernafasan.

Udara tercemar masuk ke dalam tubuh melalui mulut sampai ke paru - paru kemudian

terserap ke dalam aliran darah, menetap atau dapat disingkirkan dari paru - paru oleh sel

rambut halus. Polutan gas dan partikel dapat merusak sistim pernapasan. Misalnya saja

21
Nitrogen Oksida (NO) yang dapat menembuh bagian dalam paru-paru, Sulfur (SOx) yang

dapat menyebabkan penyakit asma dan eczema. Selain itu carbon monoksida (CO) yang

meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan

meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak.

3.1.1 Zat Berbahaya Yang Terkandung Dalam Polutan Asap Pabrik PT Semen Padang

Zat yang terkandung dalam asap pabrik PT Semen Padang mempunyai dampak
pencemaran udara. Limbah yang terbesar dari pabrik semen adalah debu dan partikel, yang
termasuk limbah gas dan limbah B3. Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah
gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur-unsur :

a. CO (Karbon Monoksida)

Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam
proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara
dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge
merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang
meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan
meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan
kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan
bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan
penggunaan bahan bakar.

b. Nitrogen Dioksida (NO2)


NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100
ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut
disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800
ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu

22
29 menit atau kurang. Percobaan dengan pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10
menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
c. Sulfur Oksida (SOx)
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur
bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang
keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia
adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa
individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang
berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami
penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
d. Ozon (O3)
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen
dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan
ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk
di udara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang
242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen, tergantung
dari jumlah molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap
radiasi sinar matahari dengan kuat di daerah panjang gelombang 240-320 nm.
e. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan
membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak
dijumpai di daerah industri dan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan
menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
f. Khlorin (Cl2)
Gas Khlorin (Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat
jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik.
Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.
Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran

23
pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion
hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan
menyebabkan iritasi dan peradangan. Gas khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan
membebaskan oksigen seperti pada proses yang terjadi di bawah ini.
g. Partikulat Debu (TSP)
Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara
yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini
bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya,
karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan
menyebabkan iritasi.
h. Timah

Logam berwarna kelabu keperakan yang amat beracun dalam setiap bentuknya ini
merupakan ancaman yang amat berbahaya bagi anak di bawah usia 6 tahun, yang biasanya
mereka telan dalam bentuk serpihan cat pada dinding rumah. Logam berat ini merusak
kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi kemampuan untuk mendengar dan
memahami bahasa, dan menghilangkan konsentrasi. Zat-zat ini mulai dari asbes dan logam
berat (seperti kadmium, arsenik, mangan, nikel dan zink).

3.2 Pengaruh paparan debu terhadap kejadian Ispa diwilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan yang teletak disekitar pabrik semen padang

Perwakilan Warga Ranah Cubadak dalam jumpa pers di Kantor Walhi Sumbar di Padang, pada Jumat (04/10/2014)
tentang dampak buruk debu PT Semen Padang. Foto : Riko Coubout

24
Efek debu terhadap saluran pernapasan telah terbukti bahwa kadar debu berhubungan
dengan kejadian gejala penyakit pernapasan terutama gejala batuk. Di saluran pernapasan,
debu yang mengendap menimbukan oedema mukosa di dinding saluran pernapasan sehingga
terjadi penyempitan pernapasan. Data Kasus Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Lubuk
Kilangan pada tahun 2019 didapat penyakit ISPA masuk nomor 3 dengan jumlah 1171 kasus
masuk kedalam kasus 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Lubuk Kilangan ini
membuktikan tingginya kejadian anggka ISPA di wilayah kerja puskesmas lubuk kilangan.

Sebanyak 560 warga komplek Home Owner dari RW V, RW VI dan RW VII,


Kelurahan Ranah Cubadak, Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang melaporkan dugaan
pencemaran udara akibat operasional pabrik PT Semen Padang kepada KLH. Laporan ini
kemudian direspon oleh KLH dengan menurunkan timnya untuk melakukan verifikasi
lapangan di lokasi pabrik selama empat hari pada 25-28 Agustus 2014. (mongabay.co, 2014)

Permasalahan tersebut dimulai sejak tahun 2010, dimana Warga Ranah Cubadak
mengeluhkan pencemaran udara akibat limbah debu yang berasal dari pabrik PT Semen
Padang. Debu semen tersebut mengotori lingkungan pemukiman warga, melekat di atap-
atap rumah, dan membuat kualitas udara melebihi baku mutu lingkungan yang
mengakibatkan gangguan kesehatan bagi masyarakat sekitar pabrik. (mongabay.co. 2014)

Debu semen itu juga membuat Ibu-ibu harus menyapu halaman rumah mereka
sampai lima kali sehari dan anak-anak tidak bisa bermain di halaman rumah. Jika hujan turun
jalanan disekitar komplek menjadi licin, akibatnya sering terjadi kecelakaan dan bahkan telah
merenggut nyawa. Penumpukan debu semen di atap rumah warga juga mempercepat
pelapukan atap seng. Pada saat hujan turun, rumah-rumah warga banyak mengalami
kebocoran. Rembesan air hujan turut mempercepat lapuknya kayu atap rumah dan rusaknya
plafon atau loteng rumah. Masyarakat menilai sampai saat ini belum ada usaha dari pihak
perusahaan untuk memperbaiki mengatasi pencemaran udara akibat debu semennya. Bahkan
aktifitas pabrik semakin meresahkan dan intensitas debu cenderung meningkat setiap
harinya. Warga juga pernah mengadukan ke DPRD Kota Padang, kemudian ke Bapedalda

25
Sumatera Barat, yang tidak ditanggapi dengan serius. Akhirnya pada awal 2014, warga
mengadukan kelembaga Ombusdman dan mendapatkan tanggapan serius dari lembaga
tersebut dengan ditindaklanjuti oleh Bapedalda Sumbar, yang membentuk tim yang
diperkuat SK dari Gubernur Sumbar. (mongabay.co,2014)

Menurut Putranto (2007) faktor yang mendasari timbulnya suatu gejala penyakit
pernapasan, antara lain: batuk, dahak. Sesak napas, dan bunyi “mengi”

Bahaya debu bagi kesehatan bahwa debu merupakan bahan partikel apabila masuk ke
dalam organ pernafasan manusia maka dapat menimbulkan penyakit pada penduduk yang
tinggal disekitar pabrik semen, khususnya berupa gangguan sistem pernafasan yang ditandai
dengan pengeluaran lendir secara berlebihan yang menimbulkan gejala utama yang sering
terjadi adalah batuk, sesak nafas dan kelelahan umumnya. Mekanisme penimbunan debu dalam
paru dapat dijelaskan sebagai berikut: debu diinhalasi dalam partikel debu solid, atau suatu
campuran dan asap, debu yang berukuran antara 5-10 μ akan ditahan oleh saluran nafas bagian
atas, debu yang berukuran 3-5 μ akan ditahan oleh saluran nafas bagian tengah, debu yang
berukuran 1-3 μ disebut respirabel, merupakan ukuran yang paling bahaya, karena akan
tertahan dan tertimbun mulai dari bronchiolus terminalis sampai hinggap di permukaan
alveoli/selaput lendir sehingga menyebabkan fibrosis paru. Sedangkan debu yang berukuran
0,1 – 1 μ melayang di permukaan alveoli (Pudjiastuti, 2002).
Mekanisme timbulnya debu dalam paru, menurut Putranto (2007) :
a. Kelembaban dari debu yang bergerak (inertia)
Pada waktu udara membelok ketika jalan pernafasan yang tidak lurus, partikel
partikel debu yang bermasa cukup besar tidak dapat membelok mengikuti aliran
udara, tetapi terus lurus dan akhirnya menumpuk selaput lendir dan hinggap di
paru-paru.
b. Pengendapan (Sedimentasi)
Pada bronchioli kecepatan udara pernafasan sangat kurang, kira-kira 1 cm per detik
sehingga gaya tarik bumi dapat bekerja terhadap partikel debu dan mengendapnya.

26
c. Gerak Brown terutama partikel berukuran sekitar 0,1 μ, partikel-partikel tersebut
membentuk permukaan alveoli dan tertimbun di paru-paru

Jalan masuk dalam tubuh, menurut Putranto (2007) :

a. Inhalation adalah jalan masuk (rute) yang paling signifikan di mana substansi yang
berbahaya masuk dalam tubuh melalui pernafasan dan dapat menyebabkan
penyakit baik akut maupun kronis.
b. Absorbtion adalah paparan debu masuk ke dalam tubuh melalui absorbsi kulit di
mana ada yang tidak menyebabkan perubahan berat pada kulit, tetapi menyebabkan
kerusakan serius pada kulit.
c. Ingestion adalah jalan masuk yang melalui saluran pencernaan (jarang terjadi).
Tidak semua partikel yang terinhalasi akan mengalami pengendapan di paru. Faktor
pengendapan debu di paru dipengaruhi oleh pertahanan tubuh dan karakterisrik
debu sendiri yang meliputi jenis debu, ukuran partikel debu, konsentrasi partikel
dan lama paparan, pertahanan tubuh

3.3 Cara mengatasi pencemaran udara oleh abu akibat asap PT Semen Padang

PT. Semen Padang memiliki enam pabrik semen, yaitu pabrik Indarung I-VI. Permasalahan
debu semen padang sudah menjadi perbincangan yang hangat di kecamatan lubuk kilangan,
namun tidak semua laporan-laporan masyarakat ditanggapi oleh perusahaan. Untuk bisa
mengatasi pencemaran udara oleh abu maka yang diperlu dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pengendalian Kualitas Udara Emisi PT Semen Padang

b. Pemantauan Kualitas Udara Emisi PT Semen Padang. Harus dilakukan secara berkala.

c. Identifikasi dan inventarisasi sumber emisi, Kegiatan inventarisasi emisi dilakukan


dengan harus meninjau langsung proses produksi dari PT Semen Padang

27
d. Penanggulangan Keadaan Darurat Pencemaran Udara, ini akan menjadi sebuah tindakan
pencegahan dan sebagai wujud kesiapan apabila sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Apabila terjadi keadaan darurat pencemaran udara perusahaan wajib
melaporkan terjadinya kegiatan tersebut kepada menteri, gubernur, dan bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk laporan tertulis pendahuluan maksimal
1x24 jam dan laporan tertulis secara lengkap maksimal 5 hari kerja sejak terjadinya
kondisi darurat. Format pelaporan terdapat pada lampiran XIV Permen LHK No. 19
Tahun 2017.

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

a. Asap pabrik semen padang menghasilkan debu yang dapat menempel pada jendela, dinding
dan atap rumah penduduk sekitar pabrik terutama kecamatan Lubuk Kilangan sehingga
menimbulkan dampak negative bagi Kesehatan penduduk yaitu salah satunya ISPA yang
menjadi 10 Penyakit terbanyak No. 3 diwilayah kerja puskesmas lubuk kilangan.
Masyarakat Lubuk kilangan sudah banyak mengeluh ke pemda dan ombusman, tapi
masalahnya masih belum teratasi dengan baik.

b. Bahaya debu bagi kesehatan bahwa debu merupakan bahan partikel apabila masuk ke
dalam organ pernafasan manusia maka dapat menimbulkan penyakit pada penduduk yang
tinggal disekitar pabrik semen, khususnya berupa gangguan sistem pernafasan yang
ditandai dengan pengeluaran lendir secara berlebihan yang menimbulkan gejala utama
yang sering terjadi adalah batuk, sesak nafas dan kelelahan umumnya.

c. Untuk bisa mengatasi pencemaran udara oleh abu maka yang diperlu dilakukan adalah
sebagai berikut :

➢ Pengendalian Kualitas Udara Emisi PT Semen Padang

➢ Pemantauan Kualitas Udara Emisi PT Semen Padang. Harus dilakukan secara


berkala.

➢ Identifikasi dan inventarisasi sumber emisi, Kegiatan inventarisasi emisi dilakukan


dengan harus meninjau langsung proses produksi dari PT Semen Padang

➢ Penanggulangan Keadaan Darurat Pencemaran Udara,

29
4.2 SARAN

a. Perlu dilakukannya analisis pengendalian dan pemantauan kualitas udara emisi di PT


semen padang secara berkala dan komfrehensif

b. Perlunya kaji ulang dan evaluasi oleh tim terkait tentang Penaatan dan pemenuhan
regulasi terkait baku mutu emisi bagi usaha dan/atau industri semen yaitu Permen
LHK No. 19 Tahun 2017 yang dilakukan oleh PT Semen Padang

c. Perlu dilakukan penyempurnaan serta perbaikan atas kekurangan yang belum bisa
dipenuhi PT Semen Padang agar terciptanya green cement industry dan usaha yang
sustainability hingga masa yang akan datang

d. Untuk penduduk lakukan pencegahan afek debu seminimal mungkin dengan cara
memakai masker ketika keluar rumah.

30
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H. 2004. COPD Overview. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Penyakit Paru
Naskah lengkap “ Chronis Obstructive Pulmonary Disease”

Antaruddin (2003). Pengaruh Debu Padi Pada Faal Paru Pekerja Kilang Padi Yang Merokok dan
Tidak Merokok. Jurnal Universitas Sumatera Utara. (http://repository.usu.ac.id/)Diakses
tanggal 30 Juli 2015

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta


Suma’mur. 2009. Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV Sagung Seto

Devi Maria L. Sihombing1, Widya Prariskeslan2, Persebaran debu tsp (total suspended
particulate) terhadap kesehatan masyarakat di kawasan industri PT semen padang, Jurnal
Buana Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial – Unp E-Issn : 2615 – 2630 Vol- 4 No- 6
2020

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi


Saluran Pernafasan Akut, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Epler, G.R..Environmental and Occupational Lung Desease.In Clinical Overview of Occupation


Lung Desease. Return to Epler.Columbia. 2000

Fardiaz Srikandi. 1992. POLUSI AIR & UDARA. Penerbit KANISIUS. Yogyakarta.

Khumaidah, 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru
Pada Pekerja Mebel PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten
Jepara. Tesis. Semarang : magister kesehatan lingkungan, Program Pascasarjana.
Universitas Diponegoro

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi


Saluran Pernapasan akut untuk Penanggulangan Pneumonia Balita. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Lindawati, 2010.Partikulat udara rumah tangga yang mempengaruhi kejadian infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) (penelitian di kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Tahun 2009-2010.Skripsi. Universitas Indonesia: Jakarta.

Pujiastuti, W., 2002. Debu Sebagai Bahan Pencemar yang Membahayakan Kesehatan Kerja,
hhtp://www. depkes.go.id. 07 Desember 2007

31
Sembiring, Sehat. 2004. Analisis Upaya Pencegahan Teknis dan Medis Dari Dampak Debu
Terhadap Faal Paru Pekerja Penggilingan Padi di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli
Serdang. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sulaster, R., Hermon,Mp, D., & S.Pd,M.Si, E. (2013). Presepsi masyarakat tentang dampak
aktivitas PT Semen Padang dengan hasil gangguan kesehatan 59,78% adanya gangguan
kesehatan dan 40,22% kategori baik

Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan - Ketentuan Pokok Pengelolaan


Lingkungan Hidup

Wardhana, Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit ANDI. Yogyakarta
Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta
: Grasindo

Wahyu, Atjo. 2003. Higiene Perusahaan. Makassar: Jurusan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin

https://pollutiononmyearth.weebly.com/pencemaran-udara.html. Diakses tanggal 21 februari 2021

https://www.mongabay.co.id/2014/10/04/debu-pt-semen-padang-meresahkan-warga/. Diakses 1
februari 2021

32

Anda mungkin juga menyukai