KASUS MEDIK
Disusun oleh:
dr. Agri Shafrion Darwis
Pendamping:
dr. Rizkiyah Prabawanti
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya.
Pendamping,
naik turun, mual (+), muntah (), pusing (+), pegelpegel pada sendi (+), batuk (), pilek (),
penurunan kesadaran (), nyeri pada ulu hati (+), keringat dingin (), menggigil (), nyeri
belakang mata (), lemas (), makan dan minum (masih baik), bab dan bak (normal), pasien
sebelumnya sempat dirawat diklinik 3 hari smrs, panas naik turun, mual (), muntah (), nafsu
makan dan minum (masih baik), 2 hari smrs, pasien mimisan (1x) dan sempat muntah darah
segar (1x), penurunan kesadaran (), keesokan harinya muntah darah (), mimisan ()
kemudian pasien di rujuk ke RSUD Blora.
Tujuan :
1. Mengetahui penegakan diagnosis Dengue Haemorrhagik Fever
2. Mengetahui penatalaksanaan Dengue Haemorrhagik Fever
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos
DATA PASIEN Nama : An. J No. Registrasi : 395555
Nama Klinik : Instalasi Telp : - Terdaftar sejak :
Gawat Darurat
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis :
2. Gambaran Klinis (Riwayat Penyakit Sekarang)
Pasien datang dengan keluhan panas, panas dirasakan sejak 5 hari smrs, panas
dirasakan naik turun, mual (+), muntah (), pusing (+), pegelpegel pada sendi (+), batuk (),
pilek (), penurunan kesadaran (), nyeri pada ulu hati (+), keringat dingin (), menggigil (),
nyeri belakang mata (), lemas (), makan dan minum (masih baik), bab dan bak (normal),
pasien sebelumnya sempat dirawat diklinik 3 hari smrs, panas naik turun, mual (), muntah
(), nafsu makan dan minum (masih baik), 2 hari smrs, pasien mimisan (1x) dan sempat
muntah darah segar (1x), penurunan kesadaran (), keesokan harinya muntah darah (),
mimisan () kemudian pasien di rujuk ke RSUD Blora.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya
Pasien tidak memiliki alergi obat
Pasien tidak memiliki riwayat kejang demam
Pasien tidak memiliki asma
Pasien sebelumnya pernah demam namun sembuh dengan rawat jalan,
Riwayat kelahiran : lahir spontan, cukup bulan, lahir di bidan dengan BB : 3600 gram,
PB : 48 cm, riwayat imunisasi lengkap,
Riwayat tumbuh kembang : tengkurap usia 3 bulan, berjalan usia 8 bulan, kesan :
sesuai perkembangan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama,
5. Riwayat Sosio-Ekonomi
Pasien merukana siswa SD dan di sekitar rumah pasien banyak yang terkena penyakit
demam, ada yang mondok di RS juga, pasien juga sering jajan sembarangan baik di
sekolah dan disekitar rumah,
DAFTAR PUSTAKA :
1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Dalam:
Sudoyo, A. et.al. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta:
Pusat Penerbitan IPD FKUI, 2009.p.27739.
2. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tata Laksana Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan, 2004.
3. Situation update of dengue in the SEA Region, 2007 diunduh dari
www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_dengueSEAR2008.pdf
4. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah
Dengue. Medicines 2009:22;1.
5. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. World Health
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871_eng.pdf
6. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd edition.
ml
7. Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in Small
Hospitals. 1999. diunduh dari http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_Guideline
dengue.pdf
8. Infections Caused by Arthropod and RodentBorne Viruses. In: Braunwald, et al.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: McGraw Hill Companies,
2008.
9. Anonim. Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam: Sastroasmoro S, et.al. (editor).
Panduan Pelayanan Medis. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2007.p.1567.
10. Fact Sheet on Dengue and Dengue haemorrhagic fever. World Health Organization
Sudan, 2005. Diunduh dari www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
11. World Health Organization. Dengue Fever. Diunduh dari
www.emro.who.int/sudan/pdf/cd_trainingmaterials_dengue.pdf
12. Estuningtyas A, Arif A. Obat Lokal. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007. P.522.
HASIL PEMBELAJARAN :
1. Mengetahui penegakkan diagnosis Dengue Haemorrhagik Fever
2. Mengetahui penatalaksanaan Dengue Haemorrhagik Fever
I. SUBJECTIVE
Pasien datang dengan keluhan panas, panas dirasakan sejak 5 hari smrs, panas
dirasakan naik turun, mual (+), muntah (), pusing (+), pegelpegel pada sendi (+), batuk (),
pilek (), penurunan kesadaran (), nyeri pada ulu hati (+), keringat dingin (), menggigil (),
nyeri belakang mata (), lemas (), makan dan minum (masih baik), bab dan bak (normal),
pasien sebelumnya sempat dirawat diklinik 3 hari smrs, panas naik turun, mual (), muntah
(), nafsu makan dan minum (masih baik), 2 hari smrs, pasien mimisan (1x) dan sempat
muntah darah segar (1x), penurunan kesadaran (), keesokan harinya muntah darah (),
mimisan () kemudian pasien di rujuk ke RSUD Blora.
II. OBJECTIVE
Status Generalis
Kesadaran : komposmentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Berat badan : 26 Kg Tinggi badan: 128 cm
BMI : 16,25 (Normal)
Tanda-tanda vital :
Frekuensi Nadi : 111 kali/menit. kuat angkat, irama teratur, isi dan
tegangan cukup
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Frekuensi Nafas : 20 kali/menit, teratur
Suhu : 36.1oC (axilla)
Head To Toe
Kepala : normochepal, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak mudah dicabut .
Wajah : simetris.
Mata : mata tampak tidak cekung, tidak ada konjungtiva anemic, tidak ada sklera
ikterik, kornea jernih, pupil bulat, isokor diameter 3 mm/3mm, shadow test -/- ,reflex cahaya
langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+)
Hidung : bentuk hidung normal, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada secret.
Telinga : bentuk normal, tidak ada secret.
Mulut : bibir tidak sianotik, mukosa bibir lembab, lidah tidak kotor dan tidak tremor,
gusi tidak membesar, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.
Leher : KGB tidak teraba pembesaran. trakea ditengah,
Thoraks: tidak tampak retraksi dada. Simetris saat statis dan dinamis
Paru :
Inspeksi : Tidak Ada retraksi, simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan kiri.
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Bunyi suara nafas vesikuler, wheezing -/- dan ronchi -/-
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS IV linea midclavicula sinistra, kuat
angkat
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi Jantung 1 dan II regular, Tidak ada murmur dan gallop
Abdomen :
Inspeksi : Agak cembung, supel, tidak ada luka / sikatrik / perdarahan.
Auskultasi : Bising usus (+).
Perkusi : Timpani
Palpasi : BU normal, turgor baik, supel, ada nyeri tekan (pada ulu hati), hepar
dan lien (tidak teraba membesar),
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis, edema (-), CRT < 2”, a.dorsalis pedis
(+/+) Teraba kuat,
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
III. ASSESMENT
Medikamentosa
- Inf. Assering 5cc/kgbb/jam : 130 cc/jam.
- Inj. Ranitidine ½ amp/12 jam
- Paracetamol tablet 250 mg/8 jam (k/p pasien panas)
- Cek DL/12 jam
- Obs ku dan ttv.
Non Medikamentosa
- Edukasi (pola makan dan minum, pemakaian obat, aktivitas fisik)
- Edukasi keadaan pasien jika tiba-tiba lemas, kembali mimisan, muntah darah, gusi
berdarah, pipis merah dan bab hitam (segera lapor perawat ruangan)
V.PROGNOSIS
Qua ad vitam : ad boman
Qua ad fuctionam : ad bonam
Qua ad sanationam : ad bonam
VI. TINJAUAN PUSTAKA
A. Virus Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang sekarang lebih dikenal sebagai genus Flavivirus. Virus ini memiliki
empat jenis serotipe yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Antibodi yang terbentuk dari
infeksi salah satu jenis serotipe tidak memberikan perlindungan yang memadai untuk
serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan paling banyak
menimbulkan manifestasi klinis yang berat.
Virus dengue ditularkan kepada manusia terutama melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk aedes dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia, yakni dua hari sebelum panas hingga 5 hari setelah
demam timbul. Virus yang terdapat pada kelenjar liur kemudian berkembang biak dalam
waktu 8-10 hari dan selanjutnya dapat ditularkan kepada manusia lain melalui gigitan. Sekali
virus masuk dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut dapat menularkan
virus (infektif) sepanjang hidupnya.
B. Patogenesis
Patogenesis DBD masih kontroversial. Dua teori yang banyak dianut adalah hipotesis
infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory) dan hipotesis immune
enhancement. Menurut hipotesis infeksi sekunder, akibat infeksi sekunder oleh tipe virus
dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu dan menyebabkan
kenaikan titer tinggi IgG antidengue. Replikasi virus dengue mengakibatkan terbentuknya
kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a
dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar
hematokrit (Ht), penurunan natrium (Na) dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa. Pada
pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24-48 jam dan bila tidak ditangani secara adekuat, akan menyebabkan
asidosis dan anoksia yang dapat berakibat fatal.
C. Perjalanan Penyakit
Setelah masa inkubasi, penyakit ini diikuti oleh tiga fase, yaitu febris, kritis, dan recovery
(penyembuhan) (gambar-1).
Gambar-1. Perjalanan Penyakit DBD
Fase Febris
Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang-kadang suhu tubuh sangat
tinggi hingga 40oC dan tidak membaik dengan obat penurun panas. Fase ini biasanya akan
bertahan selama 2-7 hari dan diikuti dengan muka kemerahan, eritema, nyeri seluruh tubuh,
mialgia, artralgia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan nyeri
tenggorokan atau mata merah (injeksi konjungtiva). Sulit untuk membedakan dengue
dengan penyakit lainnya secara klinis pada fase awal demam. Hasil uji torniquet positif pada
fase ini meningkatkan kemungkinan adanya infeksi dengue. Demam juga tidak dapat
dijadikan parameter untuk membedakan antara kasus dengue yang gawat dan tidak gawat.
Oleh karena itu, memperhatikan tanda-tanda peringatan (warning signs) dan parameter lain
sangat penting untuk mengenali progresi ke arah fase kritis.
Hati sering ditemukan membesar dan nyeri dalam beberapa hari demam.
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari
hanya sekedar dapat diraba hingga 2-4 cm di bawah arcus costae. Pada sebagian kecil
dapat ditemukan ikterus. Penemuan laboratorium yang paling awal ditemui adalah
penurunan progresif leukosit, yang dapat meningkatkan kecurigaan ke arah dengue.
Fase Kritis
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat demam mulai cenderung
turun dan pasien tampak seakan-akan sembuh, maka hal ini harus diwaspadai sebagai awal
kejadian syok. Saat demam mulai turun hingga dibawah 37,5-38 oC yang biasanya terjadi
pada hari ke 3-7, peningkatan permeabilitas kapiler akan terjadi dan keadaan ini berbanding
lurus dengan peningkatan hematokrit. Periode kebocoran plasma yang signifikan secara
klinis biasanya terjadi selama 24-48 jam.
Keadaan syok akan timbul saat volume plasma mencapai angka kritis akibat
kebocoran plasma. Syok hampir selalu diikuti warning signs. Terdapat tanda kegagalan
sirkulasi: kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar
mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.Saat terjadi syok
berkepanjangan, organ yang mengalami hipoperfusi akan mengalami gangguan fungsi
(impairment), asidosis metabolik, dan koagulasi intravaskula diseminata (KID). Hal ini
menyebabkan perdarahan hebat sehingga nilai hematokrit akan sangat menurun pada
keadaan syok hebat.
Pasien yang mengalami perbaikan klinis setelah demam turun dapat dikatakan
menderita dengue yang tidak gawat. Beberapa pasien dapat berkembang menjadi fase kritis
kebocoran plasma tanpa penurunan demam sehingga pada pasien perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya kebocoran plasma.
Fase Penyembuhan (Recovery)
Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi gradual cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum pasien
membaik, nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal berkurang, status hemodinamik meningkat, dan diuresis normal. Beberapa pasien akan mengalami ruam
kulit putih yang dikelilingi area kemerahan disekitarnya dan pruritus generalisata. Bradikardia dan perubahan elektrokardiografi juga sering ditemukan pada fase
ini. Hematokrit akan stabil atau lebih rendah karena efek dilusi yang disebabkan reabsorpsi cairan. Jumlah leukosit biasanya akan meningkat segera setelah
demam turun, namun trombosit akan meningkat kemudian. Pemberian cairan pada fase ini perlu diperhatikan karena bila berlebihan akan menimbulkan edema
++ Nyeri kepala +
+++ Muntah ++
+ Mual +
++ Nyeri otot +
++ Ruam kulit +
++ Diare +
+ Batuk +
+ Pilek +
++ Limfadenopat +
+ Kejang +
0 Kesadaran menurun ++
0 Obstpasi +
++ Hepatomegali +++
++ Trombositopenia ++++
0 Syok +++
Tabel 1 Gejala klinis Demam Dengue dan demam Demam Berdarah Dengue
D. Manajemen Kasus DBD
Manajemen kasus DBD meliputi beberapa tahap yakni:
1. Penilaian:
Riwayat penyakit sekarang, riwayat pengobatan lalu, dan riwayat keluarga
Pemeriksaan fisik, termasuk fisik umum dan mental
Investigasi, termasuk laboratorium rutin dan spesifik-dengue
2. Diagnosis, penilaian fase penyakit, dan keparahan
3. Manajemen: menetapkan tatalaksana berdasarkan manifestasi klinis dan hal-hal
terkait lainnya:
Rawat jalan (kelompok A)
Rawat inap (kelompok B)
Membutuhkan tatalaksana emergensi dan urgensi (kelompok C)
waktu terakhir kencing), (7) Riwayat keluarga atau tetangga yang mengalami DBD,
riwayat bepergian ke daerah endemis, kondisi penyerta (bayi, kehamilan, obesitas, diabetes
mellitus, hipertensi), bepergian ke hutan dan berenang di air terjun (mengarahkan
leptospirosis, tipus, malaria), riwayat penggunaan narkoba dan seks bebas (HIV
serokonversi akut).
Sedangkan pemeriksaan fisik harus meliputi: (1) Status mental, (2) Status hidrasi, (3)
Status hemodinamik, (4) Takipnoe/pernapasan asidosis/efusi pleura, (5) Nyeri abdomen/
hepatomegali/asites, (6) Ruam dan manifestasi perdarahan, (7) Uji torniquet.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin (Hb), kadar hematokrit (Ht), jumlah
trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai
gambaran limfosit plasma biru (sejak hari ke-3).
Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi sel neutrofil.
Pada akhir demam, jumlah leukosit, dan sel neutrofil bersama-sama menurun sehingga
jumlah sel limfosit secara relatif meningkat.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Pada foto toraks (DBD derajat III/IV dan sebagian besar derajat II) didapatkan efusi pleura,
terutama di hemitoraks sebelah kanan. Pemeriksaan foto toraks sebaiknya dilakukan dalam
posisi lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.
Untuk membuktikan etiologi DBD, dapat dilakukan uji diagnostik melalui pemeriksaan isolasi
virus, pemeriksaan serologi atau biologi molekular. Di antara tiga jenis uji etiologi, yang
dianggap sebagai baku emas adalah metode isolasi virus. Namun, metode ini membutuhkan
tenaga laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 1–2 minggu), serta biaya yang
relatif mahal. Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi,
yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue.
Pada infeksi primer, antibodi IgM dapat terdeteksi pada hari kelima seelah onset
penyakit, yakni setelah jumlah virus dalam darah berkurang. Kadar IgM meningkat dengan
cepat dan mencapai puncaknya dalam 2 minggu dan menurun hingga tak terdeteksi lagi
setelah 2-3 bulan. Antibodi IgG muncul beberapa hari setelah IgM dan pada infeksi primer,
produksi IgG lebih rendah dibandingkan IgM, namun dapat bertahan beberapa tahun dalam
sirkulasi, bahkan seumur hidup.11 Sedangkan pada infeksi sekunder, kadar IgG meningkat
lebih banyak dibandingkan IgM dan muncul sebelum atau bersamaan dengan IgM. IgG
merupakan antibodi predominan pada infeksi sekunder.
Salah satu metode pemeriksaan terbaru adalah pemeriksaan antigen spesifik virus
dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1 (NS1). Dengan metode ELISA, antigen NS1
dapat terdeteksi dalam kadar tinggi sejak hari pertama sampai hari ke 12 demam pada