Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PORTOFOLIO RUMAH SAKIT

KASUS MEDIK

SEORANG ANAK LAKI-LAKI 11 TAHUN DENGAN DENGUE


HAEMORRHAGIK FEVER

Disusun oleh:
dr. Agri Shafrion Darwis

Pendamping:
dr. Rizkiyah Prabawanti

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. R. SOETIJONO BLORA
2018
Berita Acara Presentasi Portofolio

Pada hari ini tanggal ___________________ telah dipresentasikan portofolio oleh :


Nama : dr. Agri Shafrion Darwis
Judul/Topik : Seorang Anak Laki-laki 11 Tahun Dengan Dengue Haemorrhagik
Fever
Nama Pendamping : dr. Rizkiyah Prabawanti
Nama Wahana : RSUD Dr. R. Soetijono Blora

No Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya.

Pendamping,

dr. Rizkiyah Prabawanti


NIP . 198512242011012014
TOPIK : Observasi Febris H+5 e.c Dengue Haemorrhagik Fever
Tanggal (Kasus) : 04 Desember 2018 Presenter : dr. Agri Shafrion Darwis
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Rizkiyah Prabawanti
Tempat Presentasi : RSUD dr. R. Soetijono Blora
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatu  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
s
 Deskripsi   :
Pasien datang dengan keluhan panas, panas dirasakan sejak 5 hari smrs, panas dirasakan

naik turun, mual (+), muntah (­), pusing (+), pegel­pegel pada sendi (+), batuk (­), pilek (­),

penurunan kesadaran (­), nyeri pada ulu hati (+), keringat dingin (­), menggigil (­), nyeri

belakang mata (­), lemas (­), makan dan minum (masih baik), bab dan bak (normal), pasien

sebelumnya sempat dirawat diklinik 3 hari smrs, panas naik turun, mual (­), muntah (­), nafsu

makan dan minum (masih baik), 2 hari smrs, pasien mimisan (1x) dan sempat muntah darah

segar   (1x),   penurunan   kesadaran   (­),   keesokan   harinya   muntah   darah   (­),   mimisan   (­)

kemudian pasien di rujuk ke RSUD Blora.
 Tujuan :
1. Mengetahui penegakan diagnosis Dengue Haemorrhagik Fever
2. Mengetahui penatalaksanaan Dengue Haemorrhagik Fever
Bahan Bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara Membahas  Diskusi  Presentasi dan Diskusi  E-mail  Pos
DATA PASIEN Nama : An. J No. Registrasi : 395555
Nama Klinik : Instalasi Telp : - Terdaftar sejak :
Gawat Darurat
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis :
2. Gambaran Klinis (Riwayat Penyakit Sekarang)
Pasien   datang   dengan   keluhan   panas,   panas   dirasakan   sejak   5   hari   smrs,   panas

dirasakan naik turun, mual (+), muntah (­), pusing (+), pegel­pegel pada sendi (+), batuk (­),

pilek (­), penurunan kesadaran (­), nyeri pada ulu hati (+), keringat dingin (­), menggigil (­),

nyeri belakang mata (­), lemas (­), makan dan minum (masih baik), bab dan bak (normal),

pasien sebelumnya sempat dirawat diklinik 3 hari smrs, panas naik turun, mual (­), muntah
(­), nafsu makan dan minum (masih baik), 2 hari smrs, pasien mimisan (1x) dan sempat

muntah   darah   segar   (1x),   penurunan   kesadaran   (­),   keesokan   harinya   muntah   darah   (­),

mimisan (­) kemudian pasien di rujuk ke RSUD Blora.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien tidak memiliki riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya
 Pasien tidak memiliki alergi obat
 Pasien tidak memiliki riwayat kejang demam
 Pasien tidak memiliki asma
 Pasien sebelumnya pernah demam namun sembuh dengan rawat jalan,
 Riwayat kelahiran : lahir spontan, cukup bulan, lahir di bidan dengan BB : 3600 gram,
PB : 48 cm, riwayat imunisasi lengkap,
 Riwayat tumbuh kembang : tengkurap usia 3 bulan, berjalan usia 8 bulan, kesan :
sesuai perkembangan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
 Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama,
5. Riwayat Sosio-Ekonomi
Pasien merukana siswa SD dan di sekitar rumah pasien banyak yang terkena penyakit
demam, ada yang mondok di RS juga, pasien juga sering jajan sembarangan baik di
sekolah dan disekitar rumah,

DAFTAR PUSTAKA :
1. Suhendro,   Nainggolan   L,   Chen   K,   Pohan   HT.   Demam   berdarah   dengue.   Dalam:

Sudoyo, A. et.al. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta:

Pusat Penerbitan IPD FKUI, 2009.p.2773­9.
2. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tata Laksana Demam Berdarah

Dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan, 2004.
3. Situation   update   of   dengue   in   the   SEA   Region,   2007   diunduh   dari

www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_dengue­SEAR­2008.pdf
4. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah

Dengue. Medicines 2009:22;1.
5. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. World Health

Organization,   2009.   Diunduh   dari

http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871_eng.pdf
6. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd edition.

Geneva   :   World   Health   Organization.   1997.   Diunduh   dari


http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublication/en/print.ht

ml
7. Guidelines   for   Treatment   of   Dengue   Fever/Dengue   Haemorrhagic   Fever   in   Small

Hospitals. 1999. diunduh dari http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_Guideline­

dengue.pdf
8. Infections  Caused  by Arthropod­  and  Rodent­Borne  Viruses.  In: Braunwald,  et  al.

Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th  ed. USA: McGraw Hill Companies,

2008.
9. Anonim. Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam: Sastroasmoro S, et.al. (editor).

Panduan Pelayanan Medis. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2007.p.156­7.
10. Fact Sheet on Dengue and Dengue haemorrhagic fever. World Health Organization

Sudan, 2005. Diunduh dari www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
11. World   Health   Organization.   Dengue   Fever.   Diunduh   dari

www.emro.who.int/sudan/pdf/cd_trainingmaterials_dengue.pdf
12. Estuningtyas A, Arif A. Obat Lokal. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi.

Farmakologi   dan   Terapi.   Edisi   5.   Jakarta:   Departemen   Farmakologi   dan   Terapi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007. P.522.
HASIL PEMBELAJARAN :
1. Mengetahui penegakkan diagnosis Dengue Haemorrhagik Fever
2. Mengetahui penatalaksanaan Dengue Haemorrhagik Fever

I. SUBJECTIVE

Keluhan Utama : Panas H+5

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien   datang   dengan   keluhan   panas,   panas   dirasakan   sejak   5   hari   smrs,   panas

dirasakan naik turun, mual (+), muntah (­), pusing (+), pegel­pegel pada sendi (+), batuk (­),

pilek (­), penurunan kesadaran (­), nyeri pada ulu hati (+), keringat dingin (­), menggigil (­),

nyeri belakang mata (­), lemas (­), makan dan minum (masih baik), bab dan bak (normal),

pasien sebelumnya sempat dirawat diklinik 3 hari smrs, panas naik turun, mual (­), muntah

(­), nafsu makan dan minum (masih baik), 2 hari smrs, pasien mimisan (1x) dan sempat

muntah   darah   segar   (1x),   penurunan   kesadaran   (­),   keesokan   harinya   muntah   darah   (­),
mimisan (­) kemudian pasien di rujuk ke RSUD Blora.

II. OBJECTIVE

PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 04 Desember 2018)

Status Generalis
Kesadaran : komposmentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Berat badan : 26 Kg Tinggi badan: 128 cm
BMI : 16,25 (Normal)
Tanda-tanda vital :
 Frekuensi Nadi : 111 kali/menit. kuat angkat, irama teratur, isi dan
tegangan cukup
 Tekanan Darah : 100/60 mmHg
 Frekuensi Nafas : 20 kali/menit, teratur
 Suhu : 36.1oC (axilla)

Head To Toe
Kepala : normochepal, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak mudah dicabut .
Wajah : simetris.
Mata : mata tampak tidak cekung, tidak ada konjungtiva anemic, tidak ada sklera
ikterik, kornea jernih, pupil bulat, isokor diameter 3 mm/3mm, shadow test -/- ,reflex cahaya
langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+)
Hidung : bentuk hidung normal, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada secret.
Telinga : bentuk normal, tidak ada secret.
Mulut : bibir tidak sianotik, mukosa bibir lembab, lidah tidak kotor dan tidak tremor,
gusi tidak membesar, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.
Leher : KGB tidak teraba pembesaran. trakea ditengah,
Thoraks: tidak tampak retraksi dada. Simetris saat statis dan dinamis
Paru :
Inspeksi : Tidak Ada retraksi, simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan kiri.
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Bunyi suara nafas vesikuler, wheezing -/- dan ronchi -/-
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS IV linea midclavicula sinistra, kuat
angkat
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi Jantung 1 dan II regular, Tidak ada murmur dan gallop

Abdomen :
Inspeksi : Agak cembung, supel, tidak ada luka / sikatrik / perdarahan.
Auskultasi : Bising usus (+).
Perkusi : Timpani
Palpasi : BU normal, turgor baik, supel, ada nyeri tekan (pada ulu hati), hepar
dan lien (tidak teraba membesar),
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis, edema (-), CRT < 2”, a.dorsalis pedis
(+/+) Teraba kuat,
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium

Hasil : Trombositopenia, Igm dengue (-), IgG dengue (+)

III. ASSESMENT

Observasi Febris Hari ke+5 e.c Dengue Haemorrhagik Fever Grade II


IV. PLAN

Medikamentosa
- Inf. Assering 5cc/kgbb/jam : 130 cc/jam.
- Inj. Ranitidine ½ amp/12 jam
- Paracetamol tablet 250 mg/8 jam (k/p pasien panas)
- Cek DL/12 jam
- Obs ku dan ttv.

Non Medikamentosa
- Edukasi (pola makan dan minum, pemakaian obat, aktivitas fisik)
- Edukasi keadaan pasien jika tiba-tiba lemas, kembali mimisan, muntah darah, gusi
berdarah, pipis merah dan bab hitam (segera lapor perawat ruangan)
V.PROGNOSIS
Qua ad vitam : ad boman
Qua ad fuctionam : ad bonam
Qua ad sanationam : ad bonam
VI. TINJAUAN PUSTAKA

Demam Berdarah Dengue

A. Virus Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang sekarang lebih dikenal sebagai genus Flavivirus. Virus ini memiliki
empat jenis serotipe yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Antibodi yang terbentuk dari
infeksi salah satu jenis serotipe tidak memberikan perlindungan yang memadai untuk
serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan paling banyak
menimbulkan manifestasi klinis yang berat.

Virus dengue ditularkan kepada manusia terutama melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk aedes dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia, yakni dua hari sebelum panas hingga 5 hari setelah
demam timbul. Virus yang terdapat pada kelenjar liur kemudian berkembang biak dalam
waktu 8-10 hari dan selanjutnya dapat ditularkan kepada manusia lain melalui gigitan. Sekali
virus masuk dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut dapat menularkan
virus (infektif) sepanjang hidupnya.

B. Patogenesis
Patogenesis DBD masih kontroversial. Dua teori yang banyak dianut adalah hipotesis
infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory) dan hipotesis immune
enhancement. Menurut hipotesis infeksi sekunder, akibat infeksi sekunder oleh tipe virus
dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu dan menyebabkan
kenaikan titer tinggi IgG antidengue. Replikasi virus dengue mengakibatkan terbentuknya
kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a
dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar
hematokrit (Ht), penurunan natrium (Na) dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa. Pada
pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24-48 jam dan bila tidak ditangani secara adekuat, akan menyebabkan
asidosis dan anoksia yang dapat berakibat fatal.

Hipotesis immune enhancement menjelaskan menyatakan secara tidak langsung


bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus heterolog mempunyai risiko berat yang
lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi heterolog yang telah ada akan mengenali
virus lain kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang berikatan dengan Fc
reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai tanggapan dari proses ini, akan
terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.

C. Perjalanan Penyakit
Setelah masa inkubasi, penyakit ini diikuti oleh tiga fase, yaitu febris, kritis, dan recovery
(penyembuhan) (gambar-1).
Gambar-1. Perjalanan Penyakit DBD

Fase Febris

Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang-kadang suhu tubuh sangat
tinggi hingga 40oC dan tidak membaik dengan obat penurun panas. Fase ini biasanya akan
bertahan selama 2-7 hari dan diikuti dengan muka kemerahan, eritema, nyeri seluruh tubuh,
mialgia, artralgia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan nyeri
tenggorokan atau mata merah (injeksi konjungtiva). Sulit untuk membedakan dengue
dengan penyakit lainnya secara klinis pada fase awal demam. Hasil uji torniquet positif pada
fase ini meningkatkan kemungkinan adanya infeksi dengue. Demam juga tidak dapat
dijadikan parameter untuk membedakan antara kasus dengue yang gawat dan tidak gawat.
Oleh karena itu, memperhatikan tanda-tanda peringatan (warning signs) dan parameter lain
sangat penting untuk mengenali progresi ke arah fase kritis.

Warning signs meliputi:

 Klinis: nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan, perdarahan mukosa,


pembesaran hati >2 cm
 Laboratorium: peningkatan Ht dengan penurunan trombosit.
Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan membran mukosa
(hidung dan gusi) dapat terjadi. Petekie dapat muncul pada hari-hari pertama demam,
namun dapat juga dijumpai pada hari ke-3 hingga hari ke-5 demam. Perdarahan vagina
masif pada wanita usia subur dan perdarahan gastrointestinal (hematemesis, melena) juga
dapat terjadi walau lebih jarang. Bentuk perdarahan yang paling ringan, uji torniquet positif,
menandakan adanya peningkatan fragilitas kapiler. Pada awal perjalanan penyakit 70,2%
kasus DBD mempunyai hasil positif.

Hati sering ditemukan membesar dan nyeri dalam beberapa hari demam.
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari
hanya sekedar dapat diraba hingga 2-4 cm di bawah arcus costae. Pada sebagian kecil
dapat ditemukan ikterus. Penemuan laboratorium yang paling awal ditemui adalah
penurunan progresif leukosit, yang dapat meningkatkan kecurigaan ke arah dengue.

Fase Kritis

Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat demam mulai cenderung
turun dan pasien tampak seakan-akan sembuh, maka hal ini harus diwaspadai sebagai awal
kejadian syok. Saat demam mulai turun hingga dibawah 37,5-38 oC yang biasanya terjadi
pada hari ke 3-7, peningkatan permeabilitas kapiler akan terjadi dan keadaan ini berbanding
lurus dengan peningkatan hematokrit. Periode kebocoran plasma yang signifikan secara
klinis biasanya terjadi selama 24-48 jam.

Leukopenia progresif disertai penurunan jumlah platelet yang cepat merupakan


tanda kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma dapat bervariasi. Temuan efusi pleura
dan asites secara klinis bergantung pada derajat kebocoran plasma dan volume terapi
cairan. Derajat peningkatan hematokrit sebanding dengan tingkat keparahan kebocoran
plasma.

Keadaan syok akan timbul saat volume plasma mencapai angka kritis akibat
kebocoran plasma. Syok hampir selalu diikuti warning signs. Terdapat tanda kegagalan
sirkulasi: kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar
mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.Saat terjadi syok
berkepanjangan, organ yang mengalami hipoperfusi akan mengalami gangguan fungsi
(impairment), asidosis metabolik, dan koagulasi intravaskula diseminata (KID). Hal ini
menyebabkan perdarahan hebat sehingga nilai hematokrit akan sangat menurun pada
keadaan syok hebat.

Pasien yang mengalami perbaikan klinis setelah demam turun dapat dikatakan
menderita dengue yang tidak gawat. Beberapa pasien dapat berkembang menjadi fase kritis
kebocoran plasma tanpa penurunan demam sehingga pada pasien perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya kebocoran plasma.
Fase Penyembuhan (Recovery)

Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi gradual cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum pasien

membaik, nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal berkurang, status hemodinamik meningkat, dan diuresis normal. Beberapa pasien akan mengalami ruam

kulit putih yang dikelilingi area kemerahan disekitarnya dan pruritus generalisata. Bradikardia dan perubahan elektrokardiografi juga sering ditemukan pada fase

ini. Hematokrit akan stabil atau lebih rendah karena efek dilusi yang disebabkan reabsorpsi cairan. Jumlah leukosit biasanya akan meningkat segera setelah

demam turun, namun trombosit akan meningkat kemudian. Pemberian cairan pada fase ini perlu diperhatikan karena bila berlebihan akan menimbulkan edema

paru atau gagal jantung kongestif.

Demam Dengue Gejala klinis Demam Berdarah Dengue

++ Nyeri kepala +

+++ Muntah ++

+ Mual +

++ Nyeri otot +

++ Ruam kulit +

++ Diare +

+ Batuk +

+ Pilek +

++ Limfadenopat +

+ Kejang +

0 Kesadaran menurun ++

0 Obstpasi +

+ Uji tourniquet positf ++

++++ Petekie +++

0 Perdarahan saluran cerna +

++ Hepatomegali +++

+ Nyeri perut +++

++ Trombositopenia ++++

0 Syok +++

Ket : + : 25% ++ : 50% +++ : 75% ++++ : 100%

Tabel 1 Gejala klinis Demam Dengue dan demam Demam Berdarah Dengue
D. Manajemen Kasus DBD
Manajemen kasus DBD meliputi beberapa tahap yakni:

1. Penilaian:
 Riwayat penyakit sekarang, riwayat pengobatan lalu, dan riwayat keluarga
 Pemeriksaan fisik, termasuk fisik umum dan mental
 Investigasi, termasuk laboratorium rutin dan spesifik-dengue
2. Diagnosis, penilaian fase penyakit, dan keparahan
3. Manajemen: menetapkan tatalaksana berdasarkan manifestasi klinis dan hal-hal
terkait lainnya:
 Rawat jalan (kelompok A)
 Rawat inap (kelompok B)
 Membutuhkan tatalaksana emergensi dan urgensi (kelompok C)

E. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Anamnesis harus meliputi: (1) Onset demam/penyakit, (2) Jumlah intake oral, (3)
Warning signs, (4) Diare, (5) Perubahan status mental/kejang/ketidaksadaran, (6) Urin
output (frekuensi, volume, dan pemeriksaan

waktu terakhir kencing), (7) Riwayat keluarga atau tetangga yang mengalami DBD,
riwayat bepergian ke daerah endemis, kondisi penyerta (bayi, kehamilan, obesitas, diabetes
mellitus, hipertensi), bepergian ke hutan dan berenang di air terjun (mengarahkan
leptospirosis, tipus, malaria), riwayat penggunaan narkoba dan seks bebas (HIV
serokonversi akut).

Sedangkan pemeriksaan fisik harus meliputi: (1) Status mental, (2) Status hidrasi, (3)
Status hemodinamik, (4) Takipnoe/pernapasan asidosis/efusi pleura, (5) Nyeri abdomen/
hepatomegali/asites, (6) Ruam dan manifestasi perdarahan, (7) Uji torniquet.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin (Hb), kadar hematokrit (Ht), jumlah
trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai
gambaran limfosit plasma biru (sejak hari ke-3).

Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi sel neutrofil.
Pada akhir demam, jumlah leukosit, dan sel neutrofil bersama-sama menurun sehingga
jumlah sel limfosit secara relatif meningkat.

Penurunan jumlah trombosit menjadi <100.000/µl. Pada umumnya trombosit terjadi


sebelum ada peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Jumlah trombosit
<100.000/µl biasanya ditemukan antara hari sakit 3-7. Pemeriksaan trombosit perlu diulang
sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun.

Peningkatan kadar hematokrit (>20%) yang menggambarkan hemokonsentrasi


selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka akan terjadinya perembesan
plasma sehingga perlu dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Nilai hematokrit
juga dipengaruhi oleh penggantian cairan dan perdarahan.

Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan terjadinya


gangguan koagulasi, dapat dilakukan pemeriksaan hemostasis (PT, APTT, Fibrinogen, D-
Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang dapat dikerjakan adalah albumin, SGOT/SGPT,
ureum/ kreatinin.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi

Pada foto toraks (DBD derajat III/IV dan sebagian besar derajat II) didapatkan efusi pleura,
terutama di hemitoraks sebelah kanan. Pemeriksaan foto toraks sebaiknya dilakukan dalam
posisi lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.

Pemeriksaan Antigen dan Antibodi Virus

Untuk membuktikan etiologi DBD, dapat dilakukan uji diagnostik melalui pemeriksaan isolasi
virus, pemeriksaan serologi atau biologi molekular. Di antara tiga jenis uji etiologi, yang
dianggap sebagai baku emas adalah metode isolasi virus. Namun, metode ini membutuhkan
tenaga laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 1–2 minggu), serta biaya yang
relatif mahal. Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi,
yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue.

Pada infeksi primer, antibodi IgM dapat terdeteksi pada hari kelima seelah onset
penyakit, yakni setelah jumlah virus dalam darah berkurang. Kadar IgM meningkat dengan
cepat dan mencapai puncaknya dalam 2 minggu dan menurun hingga tak terdeteksi lagi
setelah 2-3 bulan. Antibodi IgG muncul beberapa hari setelah IgM dan pada infeksi primer,
produksi IgG lebih rendah dibandingkan IgM, namun dapat bertahan beberapa tahun dalam
sirkulasi, bahkan seumur hidup.11 Sedangkan pada infeksi sekunder, kadar IgG meningkat
lebih banyak dibandingkan IgM dan muncul sebelum atau bersamaan dengan IgM. IgG
merupakan antibodi predominan pada infeksi sekunder.

Salah satu metode pemeriksaan terbaru adalah pemeriksaan antigen spesifik virus
dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1 (NS1). Dengan metode ELISA, antigen NS1
dapat terdeteksi dalam kadar tinggi sejak hari pertama sampai hari ke 12 demam pada

Anda mungkin juga menyukai