DOKTER INTERNSHIP
Disusun Oleh :
Pembimbing :
Dokter Pendamping :
2019
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari ini di Wahana RSUD Karawang telah dipresentasikan portofolio oleh :
Nama : dr. Angga Meda Mahardhika
Kasus : Eritroderma
Topik : Medik
Nama Pendamping : dr.Irwan Hermawan, dr. Lenny Hertidamai
Nama Wahana : RSUD Karawang
No Nama Peserta Tanda tangan
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pendamping Dokter Pendamping
dr. Suci Nurika Haviza dr. Irwan Hermawan dr. Lenny Hertidamai
Borang Portofolio Kasus Medik
Topik : Eritroderma
Tanggal (kasus) : 02 Desember 2019
Tanggal Presentasi : 12 Desember 2019 Pendamping : dr Irwan & dr Lenny
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Karawang
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Seorang lelaki usia 54 tahun datang dengan keluhan bengkak pada kaki kanan dan
□ Deskripsi :
kulit mengelupas
□ Tujuan : Penegakan diagnosis dan penanganan awal
Bahan □ Tinjauan
□ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan : Pustaka
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas :
Data Pasien : Tn. Suhadi usia 54 tahun No. Registrasi : 00.78.71.75
Nama Klinik : Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien datang dengan keluhan bengkak pada kaki kanan sejak
1 bulan SMRS. keluhan muncul secara perlahan dan semakin lama semakin membengkak
hingga kaki kanan sulit untuk digerakkan. Awalnya keluhan berupa bintil-bintil isi cairan
bening pada seluruh badan, lalu pecah dan kemerahan pada seluruh badan disertai dengan
rasa gatal. Dan kulit mulai mengelupas terutama di badan dan kaki pasien.
Sebelumnya pasien mengalami keluhan yang sama 3 bulan yang lalu, dan dirawat di rumah
sakit. Pasien tidak pernah tau penyebab awal dari keluhan ini, karena keluhan ini muncul
secara tiba-tiba. Saat itu pasien memang rutin kontrol ke poli kulit dan diberikan salep
keluhan membaik.
Namun keluhan kembali muncul perlahan 2 bulan kemudian dan memberat hingga kaki
kanan pasien bengkak.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien tidak ada riwayat meminum obat
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien tidak pernah menderita penyakit alergi, asma, TBC,
hipertensi, diabetes, kejang demam, maupun epilepsi
4. Riwayat Keluarga :Tidak ada keluarga pasien pernah menderita penyakit alergi, asma, TBC,
hipertensi, diabetes, kejang demam, maupun epilepsi
5. Riwayat Pekerjaan : Tidak bekerja
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Ekonomi :Pengobatan menggunakan BPJS non PBI
7. Lain-lain :-
Daftar Pustaka :
1. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2017. p. 228–31.
2. Grant-Kels JM, Bernstein ML, Rothe MJ. Exfoliative dermatitis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 7th ed.
Chicago: McGraw-Hill Company, 2008: 225-32.
3. Thaha M.A. Angka Kejadian dan Faktor Penyebab Eritroderma di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 2009-2011. Bagian/Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Unsri/RSMH Palembang Jl. Dr. Mohammad Ali
Komplek RSMH Palembang, No. 2, April 2015
4. Cesar A, Cruz M. Erythroderma. A clinical and etiological study of 103 patients. Department of
Dermatology and Venereology, Centro Hospitalar São João EPE, Porto, Portugal. 2016 1, pp 1-9
5. Oktarlina Z.R, Suryani A.P. Eritroderma et causa Alergi Obat. Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung. Volume 6, 2017
Hasil Pembelajaran :
1. Penegakan diagnosis Eritroderma
2. Penatalakanaan Eritroderma
1. Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada kaki kanan sejak 1 bulan SMRS. keluhan
muncul secara perlahan dan semakin lama semakin membengkak hingga kaki kanan sulit
untuk digerakkan. Awalnya keluhan berupa bintil-bintil isi cairan bening pada seluruh
badan, lalu pecah dan kemerahan pada seluruh badan disertai dengan rasa gatal. Dan kulit
mulai mengelupas terutama di badan dan kaki pasien.
Sebelumnya pasien mengalami keluhan yang sama 3 bulan yang lalu, dan dirawat di
rumah sakit. Pasien tidak pernah tau penyebab awal dari keluhan ini, karena keluhan ini
muncul secara tiba-tiba. Saat itu pasien memang rutin kontrol ke poli kulit dan diberikan
salep keluhan membaik.
Namun keluhan kembali muncul perlahan 2 bulan kemudian dan memberat hingga kaki
kanan pasien bengkak.
2. Objektif :
PemeriksaanFisik
Suhu : 36,50 C
Status Internus
Kepala
Mata : Conjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/-, edema pada palpebra
kiri dan kanan
Pupil : Bulat, isokor, Ø 3mm kanan = kiri, reflek cahaya+/+
Leher
Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris, kanan = kiri. Tidak ada retraksi
pada dinding dada
Palpasi : Vokal fremitus lapang paru kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor pada lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : suara napas vesikuler kiri dan kanan, tidak ada ronki maupun
wheezing
Cor : Ictus cordis tidak terlihat, bunyi jantung murni, reguler, murmur (-)
Abdomen
Tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat , Edema -/-, CRT <2 detik, deformitas (-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat , Edema +/-, CRT <2 detik, deformitas (-)
Laboratorium
Tanggal 02 Desember 2019
HB 9,7 g/dl
HT 28 %
MCV 78 fL
MCH 27 pg
MCHC 35 g/dL
RDW-CV 16,5 %
A. DEFINISI
A Eritroderma ialah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis (90-100%),
biasanya disertai skuama. Bila eritemanya antara (50-90%) kami menamainya pre-eritroderma.
Pada deifinisi tersebut mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu terdapat,
misalnya pada eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak disertai dengan skuama,
baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema
tidak begitu jelas, karena bercampur dengan hiperpigmentasi.1
B. EPIDEMIOLOGI
Insiden eritroderma berdasarkan beberapa studi sangat bervariasi antara 0,9-71 tiap
100.000. Rasio kejadian penyakit eritroderma pada laki-laki lebih tinggi daripada wanita
yaitu 2:1 hingga 4:1. Eritroderma lebih banyak terjadi pada rentang usia antara 41-61
tahun. Lebih dari 50% kasus eritroderma dilatarbelakangi oleh penyakit yang
mendasarinya dimana psoriasis merupakan penyakit terbanyak yang dapat mendasari
terjadinya eritroderma yakni sebesar 25% kasus. Laporan terkini menyatakan 87 dari 160
kasus eritroderma didasari oleh psoriasis berat.2
C. ETIOLOGI2,3
Selain dicetuskan oleh penyakit, eritroderma juga dapat ditimbulkan akibat reaksi obat.
Beberapa obat seperti golongan calcium channel blockers, antiepilepsi, antibiotik (seperti
penisilin, sulfonamid, dan vancomisin), allopurinol, gold, lithium, quinidine, simetidin dan
dapsone adalah yang paling sering mencetuskan terjadinya eritroderma.2
Kelompok pasien yang didiagnosis dengan eksim (n = 17) terdiri dari kasus-kasus eksim
kontak (n = 11), eksim atopik (n = 4), eksim xerotik (n = 1) dan eksim seboroik (n = 1). Sebuah
riwayat alergi kontak sebelumnya, juga lesi eczematous dan bercak-bercak parah pada daerah
tubuh yang terpapar alergen penting dalam menegakkan diagnosis eritroderma yang disebabkan
oleh kontak eksim. Semua 11 kasus dikonfirmasi oleh pengujian tambalan setelah resolusi
eritroderma: paraphenylenediamine (n = 5), thimerosal (n = 4), dan nikel (n = 2).
Kelompok pasien dengan eksim atopik menderita rinitis alergi, asma, alergi makanan
atau konjungtivitis alergi. Biasanya, selama tahap awal eritroderma, pasien-pasien ini sesuai
dengan distribusi lentur yang khas dari lesi eksim. Temuan ini adalah petunjuk penting dalam
menetapkan eksaserbasi eksim atopik sebagai penyebab eritroderma.
Pasien yang didiagnosis dengan eritroderma yang disebabkan oleh eksaserbasi eksim
xerotik memiliki riwayat sepuluh tahun mengalami kekambuhan bercak eritematosa dan
eritematosa pada kedua tulang kering anterior, yang berhubungan dengan kulit kering. Sebelum
dirawat di rumah sakit, ia menderita perpanjangan tiba-tiba lesi-lesi ini ke batang dan tungkai
atas, dan biopsi kulit yang diambil sesuai dengan eksim akut.
Akhirnya, pasien yang didiagnosis dengan erythroderma yang berhubungan dengan
seborrheic eczema memiliki riwayat penebalan kerak pada alis, lipatan nasolabial, telinga, dada,
dan punggung.. Temuan biopsi kulit dalam kasus ini juga konsisten dengan eksim akut,
mengkonfirmasikan diagnosis klinis.4
D. PATOGENESIS
Patogenesis timbulnya eritroderma berkaitan dengan patogenesis dari kelainan
yang mendasari timbulnya penyakit ini. Mekanisme kelainan yang mendasari akan
bermanifestasi sebagai eritroderma seperti dermatosis yang menimbulkan eritroderma, atau
bagaimana timbulnya eritroderma secara idiopatik tidak diketahui secara pasti.2
Riset terbaru mengenai imunopatogenesis dari infeksi yang diperantarai toksin,
misalnya teori yang mengatakan bahwa kemungkinan kolonisasi stafilokokus aureus
atau antigen lain, seperti toksin-1 toxic shock syndrome, berperan dalam patogenesis
eritroderma.1 Pada pasien eritroderma ditemukan kolonisasi S. aureus di hidung pada 83
persen dan pada kulit dan hidung pada 17 persen pasien.2
Peningkatan immunoglobulin E (IgE) dapat terjadi pada berbagai kelainan yang
mendasari terjadinya eritroderma, dan mekanismenya pun dapat berbeda-beda. Misalnya
pada eritroderma karena psoriasis, dimana peningkatan IgE pada pasien ini adalah akibat
perubahan dari profil sitokin T helper 1 pada psoriasis menjadi sitokin T helper 2 pada
eritroderma karena psoriasis. Mekanisme ini berbeda dengan overproduksi IgE primer
pada dermatitis atopik.2
Sindroma hiper IgE adalah suatu defisiensi imun yang berhubungan dengan
eritroderma, pada kasus ini produksi IgE tinggi akibat ketidakcukupan sekresi interferon γ
selektif.1 Peningkatan IgE ini mungkin terkait dengan proses penyakit yang mendasari atau
dengan manifestasi penyakit sebagai eritroderma.2
Epidermal turnover rate pada eritroderma, kecepatan mitosis dan jumlah sel kulit
germinatif meningkat lebih tinggi dibanding normal. Selain itu, proses pematangan dan
pelepasan sel melalui epidermis menurun yang menyebabkan hilangnya sebagian besar
material epidermis yang secara klinis ditandai dengan skuama dan pengelupasan yang
hebat. Patogenesis eritroderma masih menjadi perdebatan. Penelitian terbaru mengatakan
bahwa hal ini merupakan proses sekunder dari interaksi kompleks antara molekul sitokin
dan molekul adhesi seluler yaitu interleukin (IL-1, IL-2, IL-8), molekul adhesi interselular
1 (ICAM-1), tumor nekrosis faktor, dan interferon-γ.8.5
Jumlah sel germinal dan kecepatan mitosis pada kulit dengan eritroderma
meningkat dibandingkan dengan kulit normal, sehingga waktu transit sel melalui epidermis
menjadi lebih pendek. Akibatnya protein, asam amino, dan asam nukleat yang memediasi
proses tersebut akan lebih cepat hilang dari tubuh. Kehilangan unsur
protein yang lebih tinggi daripada umumnya akan mempengaruhi proses metabolisme.
E. GEJALA KLINIS, PENATALAKSANAAN, KOMPLIKASI, PROGNOSIS
Anamnesis yang lengkap sangat membantu dalam menentukan etiologi dari eritroderma.
Dari anamnesis dapat diperoleh informasi mengenai kemungkinan faktor pencetus
termasuk diantaranya riwayat penyakit sebelumnya (riwayat dermatosis, keadaan
kesehatan sistemik), riwayat keluarga, dan penggunaan obat-obatan. 2
Pada pasien yang memiliki riwayat psoriasis dan dermatitis atopik harus ditanyakan
dengan jelas mengenai pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik,
methotrexate, dan pengobatan sistemik lainnya; iritan topikal, penyakit sistemik; infeksi;
dan stres emosional.2
Waktu onset sangat penting untuk menentukan etiologi dari eritroderma.
Eritroderma yang dicetuskan oleh reaksi obat biasanya waktu onsetnya cepat. Kecuali yang
menjadi pencetusnya obat-obat seperti antikonvulsan, antibiotik, dan allopurinol, dimana
reaksinya terjadi 2-5 minggu setelah pengobatan. 2
Anamnesis yang lengkap sangat membantu dalam menentukan etiologi dari eritroderma.
Dari anamnesis dapat diperoleh informasi mengenai kemungkinan faktor pencetus
termasuk diantaranya riwayat penyakit sebelumnya (riwayat dermatosis, keadaan
kesehatan sistemik), riwayat keluarga, dan penggunaan obat-obatan. 2
Pada pasien yang memiliki riwayat psoriasis dan dermatitis atopik harus ditanyakan
dengan jelas mengenai pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik,
methotrexate, dan pengobatan sistemik lainnya; iritan topikal, penyakit sistemik; infeksi;
dan stres emosional.2
Waktu onset sangat penting untuk menentukan etiologi dari eritroderma.
Eritroderma yang dicetuskan oleh reaksi obat biasanya waktu onsetnya cepat. Kecuali yang
menjadi pencetusnya obat-obat seperti antikonvulsan, antibiotik, dan allopurinol, dimana
reaksinya terjadi 2-5 minggu setelah pengobatan. 2
Secara klinis eritroderma ditandai dengan adanya eritema dan sisik yang lebih
dari 90% luas permukaan kulit. Penyakit ini umumnya diawali sebagai plak eritema yang
timbul akibat dilatasi kapiler. Setelah beberapa hari hingga minggu plak eritema akan
menjadi lebih terang dan menyebar hampir ke seluruh permukaan kulit.2
Deskuamasi mulai beberapa hari setelah onset eritem dan tampak pertama kali
pada fleksura. Skuama yang terbentuk biasanya berwarna putih atau kuning. Akibat
proses deskuamasi ini kulit akan tampak kering berwarna merah tua yang dilapisi
skuama yang mengelupas.2
Eritroderma kronis juga akan bermanifestasi pada kulit kepala dimana pada kulit
kepala timbul sisik (skuama), kelainan kuku berupa onikolisis, hiperkeratosis subungual,
perdarahan, paronikia, beau lines, dan bahkan dapat terjadi onikomadesis.2
F. PENGOBATAN
Penyakit eritroderma memerlukan perawatan medis yang serius, oleh karena itu
pasien dengan eritroderma perlu dirawat di rumah sakit.
Prinsip pengobatan pasien eritroderma antara lain manajemen awal, menghindari
faktor pencetus, mencegah hipotermia, diet cukup protein, menjaga kelembaban kulit
pasien, menghindari menggaruk, mencegah infeksi sekunder baik lokal maupun sistemik,
mengurangi edema, penggunaan kortikosteroid sistemik, methotrexate, cyclosporin, dan
mycophenolat mofetil.2
Manajemen awal
Pada fase ini perlu dilakukan pengawasan dan pengontrolan asupan cairan dan
elektrolit karena dapat menyebabkan pasien menjadi dehidrasi ataupun menyebabkan
pasien menjadi gagal jantung akibat overload.2
Menghindari faktor pencetus
Semua obat yang dianggap sebagai faktor pemicu eritroderma harus dihentikan
pemakaiannya, termasuk obat-obat yang mengandung lithium dan obat antimalaria yang
dapat menjadi pencetus pada pasien dengan psoriasis.2
Mencegah hipotermia
Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik harus dihindari pada pasien eritroderma yang dicetuskan
oleh psoriasis karena dapat menyebabkan reborn flare1. Eritroderma yang disebabkan oleh
psoriasis berespon baik metotrexat, cyclosporin, acitretin, dan mycophenolat mofetil.2
Kortikosteroid sistemik berguna untuk eritroderma yang dimediasi oleh reaksi
hipersensitivitas obat, spongiotic dermatitis dan papuloerythroderma of Ofuji.
Selain itu kortikosteroid sistemik dapat digunakan sebagai terapi empiris pada
eritroderma yang tidak diketahui etiologinya. Dosis kortikosteroid yang digunakan
adalah 1-2mg/kg/hari dengan taper.2
Methotrexate
Methotrexate adalah golongan antimetabolik yang awalnya ditujukan untuk
pengobatan keganasan hematologi dan beberapa tumor epitel. Kemudian obat ini
digunakan untuk mengobati penyakit yang tidak tergolong penyakit keganasan seperti
rheumatoid arthritis, asma, penyakit graft versus host, psoriasis, cutaneus cell lymphoma
dan sarcoidosis.2
Cyclosporin
Cyclosporin adalah golongan obat imunosupresif. Selain digunakan sebagai obat
transplantasi, cyclosporin juga digunakan pada psoriasis, dermatitis atopik berat, kadang
digunakan pada rheumatoid arthtritis.2
Mycophenolat mofetil
Mycophenolat mofetil (MMF) termasuk dalam golongan obat imunosupresif
yang merupakan etil ester asam mycofenolic yang dimetabolisme menjadi obat aktif
mycofenolic acid (MPA).1 Metabolit aktif MPA telah digunakan sejak dulu untuk
mengobati psoriasis rekalsitrans yang berat. MMF efektif dan aman untuk pengobatan
beberapa kelainan kulit autoimun dan inflamasi termasuk pemfigus, pemfigoid, lupus
eritematosus, dermatomiositis, pioderma gangrenosa, lichen planus, penyakit graft
versus host, dermatitis actinic kronik dan cutaneus vaskulitis.2
7. Komplikasi
Komplikasi sistemik erittroderma meliputi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan termoregulator, infeksi, syok kardiogenik, sindrom gawat napas,
dekompensasi pada penyakit hati kronis, dan ginekomastia.2
Cairan dan elektrolit hilang melalui kapiler-kapiler yang bocor akibatnya terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hilangnya protein pada pasien eritroderma
terjadi melalui pembentukan skuama yang lebih dari normal dimana pada pembentukan
skuama meningkat hingga 20-30%.2 Hilangnya protein yang signifikan menyebabkan
negative nitrogen balance (keseimbangan nitrogen negatif) yang dapat menimbulkan
edema dan hipoalbuminemia.2
Pada lesi akan mudah terbentuk kolonisasi bakteri yang akan menimbulkan reaksi
inflamasi, pecah-pecah, dan ekskoriasi pada kulit. Pasien eritroderma akibat CTCL atau
HIV-AIDS sebagai penyakit yang mendasari akan lebih rentan terjadi sepsis oleh bakteri
stafilokokus.2
4. Plan :
DIAGNOSIS KERJA
Eritroderma
Hipertensi Grade II
Acute Kidney Injury
TERAPI
Sistemik :
- IVFD RL 20 tpm
- Inj Dexametason 15 mg 2 – 0 – 1 mg
- Inj Omeprazol 2x1
- Inj Ceftriaxone 2x1
- Herbeser 1x1
Topikal :
- Atopiclar 40 gr + Kloderma 40 gr 2x1
- As. Salisilat 1% 2 x sehari
- Muka : Atopiclar + Meforusan 2x1
Edukasi :