Anda di halaman 1dari 12

PORTOFOLIO

DOKTER INTERNSHIP

APPENDISITIS AKUT

Disusun Oleh :

dr. Lidya Kartika

Dokter Pendamping:

dr. Desy Anita

dr. Ira Kusuma GS

RUMAH SAKIT TINGKAT II DR AK GANI


PALEMBANG
2018
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal 26 Juli 2016di Wahana RS Tk II Dr AK Gani Palembang telah
dipresentasikan portofolio oleh :
Nama : dr. Lidya Kartika
Kasus : Bedah
Topik : Appendisitis Akut
Nama Pendamping : dr. Desy Anita, dr. Ira Kusuma GS
Nama Wahana : RS Tk II Dr AK Gani Palembang

No Nama Peserta Tanda tangan


1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Mengetahui,
Dokter Pendamping Dokter Pendamping

dr. Desy Anita dr. Ira Kusuma GS


BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Lidya Kartika


Nama Wahana : RS Tk II Dr AK Gani Palembang
Topik : Appendisitis Akut
Tanggal (kasus) : 20 Desember 2018
Nama Pasien : Tn M (Laki-laki) No. RM :
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :
dr. Desy A., dr. Ira KGS
Tempat Presentasi : RS Tk II Dr AK Gani Palembang
Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka


v
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Laki-laki, 41 th, nyeri perut kanan bawah

Tujuan :
 Menegakkan diagnosis dan tatalaksana pada pasien appendisitis akut
Bahan bahasan Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi & diskusi Email Pos
Data Pasien: Nama: An. A, Umur : 41 tahun Nomor Registrasi:
Nama RS: RS Tk II Dr AK Gani Telp : Terdaftar sejak :
Palembang
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Seorang laki-laki 41 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak ±2 hari SMRS.
Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri dirasakan semakin
memberat sejak 1 hari SMRS. Riwayat demam (+) sejak 3 hari yang lalu, tidak terlalu tinggi, mual
(-), muntah (-), nafsu makan berkurang semenjak sakit, BAB tidak ada sejak 2 hari yang lalu, BAK
tidak ada kelainan.
2. Riwayat Pengobatan
Pasien sebelumnya belum pernah berobat untuk mengatasi keluhan ini.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya dan tidak memiliki
penyakit hipertensi, diabetes mellitus.
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama dengan pasien.
5. Riwayat pekerjaan
Karyawan Swasta
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Tampak Sakit sedang
Kesadaran: compos mentis GCS E4 V5 M6
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frekuensi Nafas : 23 x/menit
Suhu : 37,9 oC

Status Generalis
Kepala : Tidak ada kelainan.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).

Thorax :
Paru : I: Pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri, retraksi (-)
P: Fremitus paru kanan = kiri
P: Sonor pada seluruh lapangan paru.
A: Vesikuler , Rhonki (-/-), (Wheezing-/-)

Jantung: I : Ictus cordis tidak terlihat


P: Ictus cordis tidak teraba
P: Dalam batas normal
A : regular, HR : 90 x/m, gallop (-), murmur (-).
Abdomen: :
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) di titik McBurney dan
epigatrium, nyeri lepas (+), rovsing sign (+), psoas sign (+), obturator sign (+)
defans muskuler (-), tidak teraba massa di perut kanan bawah.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas: CRT < 2”, Tidak ada edema, akral hangat, turgor kulit baik.
7. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
 Hemoglobin: 13.6 mg/dL
 Leukosit: 15000
 Trombosit: 301.000
 GDS: 117 g/dl
 Gol Darah : O
 Ureum : 21,4
 Kreatinin : 1.30
 Waktu Perdarahan : 3’
 Waktu Pembekuan : 11’
8. Tatalaksana
o IVFD RL gtt 20x/m (makro)
o Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
o Inj. Ranitidin 2x1 amp (iv)
o R/ Appendectomy

Daftar Pustaka :
1. : Rudi Ali Arsyad. 2006. Pemakaian Sistem Skor dalam Menegakkan Diagnosis Apendisitis
Akut pada Anak Usia 6-14 Tahun di Bagian Bedah Anak RS. DR. Sardjito Tahun 2004-
2006. Diunduh dari http://arc.ugm.ac.id
2. Modul Kepaniteraan Klinik Bedah. Appendisitis Akut. Bagian Ilmu Bedah FK Unand.
2002.
3. De Jong, Wim. 2004. Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal 640-
645. Jakarta: EGC.
4. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Apendisitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid II.
Hal 307-313. Jakarta: Media Aesculapius.
5. Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong.2004.Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
6. Junqueira, L.Carlos, dkk.1997.Histologi Dasar edisi ke-VIII.Jakarta : EGC.
7. Tierney, McPhee, Papadakis. Current Medical Diagnosis & Treatment 2001 40th Edition.
Lange Medical Books/McGraw-Hill p949 -956.
8. Arthur C. Guyton, dkk. 2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.
9. Mansjoer, A.2000.Kapita Selekta Kedokteran “Appendisitis” hal.333-334.Media
Aesculapius
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui Gambaran Klinis Appendisitis akut
2. Mengetahui Cara Penegakan diagnosis Appendisitis Akut
3. Mengetahui Tatalaksana Appendisitis Akut
Mengetahui Cara Edukasi, pencegahan, dan komplikasi Appendisitis Akut

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :

1. Subyektif
Seorang laki-laki 41 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari
SMRS. Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri
dirasakan semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Riwayat demam ada sejak 3 hari yang lalu,
tidak terlalu tinggi, mual tidak ada, muntah tidak ada, nafsu makan berkurang semenjak sakit,
BAB tidak ada sejak 2 hari yang lalu, BAK tidak ada kelainan.

2. Objektif
Pemeriksaan Fisik :

 Keadaan Umum: Tampak Sakit sedang


 Kesadaran : compos mentis GCS E4 V5 M6
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 Frekuensi Nafas : 23 x/menit
 Suhu : 37,9 oC

Status Generalis

 Kepala : Tidak ada kelainan.


 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
 Thorax
Paru :

I: Pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri, retraksi (-)


P: Fremitus paru kanan = kiri

P: Sonor pada seluruh lapangan paru.

A: Vesikuler , Rhonki (-/-), (Wheezing-/-)

Jantung:

I : Ictus cordis tidak terlihat

P: Ictus cordis tidak teraba

P: Dalam batas normal

A : regular, HR : 90 x/m, gallop (-), murmur (-).

Abdomen: :

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) di titik McBurney dan
epigatrium, nyeri lepas (+), rovsing sign (+), psoas sign (+), obturator
sign (+), defans muskuler (-), tidak teraba massa di perut kanan
bawah.

Perkusi : Timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas: CRT < 2”, Tidak ada edema, akral hangat, turgor kulit baik.
Laboratorium

 Hemoglobin: 13.6 mg/dL


 Leukosit: 15000
 Trombosit: 301.000
 GDS: 117 g/dl
 Gol Darah : O
 Ureum : 21,4
 Kreatinin : 1.30
 Waktu Perdarahan : 3’
 Waktu Pembekuan : 11’

3. Assessment
Definisi
Appendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks vermiformis,
penyebab sumbatan lumen yang paling sering adalah fecolit, diikuti hiperplasia jaringan
limfoid submukosa yang dikenal dengan gut associate limphoid tissue (GALT), tumor,
parasit usus atau benda asing seperti biji buah-buahan atau bubur barium dari pemeriksaan
radiologi sebelumnya. Faktor lain yang sangat berperan dalam perjalanan penyakit
appendisitis akut adalah kuman dalam lumen appendiks. Kuman yang ada dalam lumen
apendiks sama dengan kuman yang ada di dalam kolon, seperti kuman E.coli, Klebsiella,
Pseudomonas, Peptostrepcoccus, dll. Setelah terjadi obstruksi lumen, appendiks akan
menyerupai suatu kantong tertutup yang disebut closed loop, di dalam lumen akan terjadi
penumpukan sekret appendiks dan pada saat bersamaan terjadi perkembangbiakan kuman-
kuman dalam lumen, yang mengakibatkan terjdinya reaksi peradangan dan distensi
appendiks. Distensi ini mengakibatkan bendungan aliran limfe, aliran vena dan arteri, yang
pada akhir proses peradangan ini akan mengenai seluruh dinding appendiks.

Patogenesis

Pada tahap awal terjadinya reaksi peradangan appendiks, yang mengalami iritasi baru
mukosa dari appendiks sehingga pada saat ini keluhan nyeri semata hanya akibat distensi dari
appendiks atau akibat kontraksi otot polos appendiks dalam usaha menghilangkan sumbatan
lumen tadi. Secara patologi stadium ini disebut stadium kataral atau akut fokal. Jika reaksi
peradangan telah sampai ke serosa disertai adanya proses supuratif akibat ekspansi kuman ke
dinding disebut appendisitis supurativa. Stadium selanjutnya bila telah terdapat daerah yang
mengalami gangren maka disebut appendisitis akut stadium gangrenosa, yang jika tidak
dilakukan pertolongan akan menjadi appendisitis perforasi. Perjalanan penyakit appendisitis
akut bisa terhenti pada stadium akut fokal, namun mukosa yang telah mengalami iritasi akan
menyisakan jaringan parut dalam proses penyembuhannya, sehingga hal ini akan
mengakibatkan keluhan nyeri sekitar pusar berulang, secara patologi stadium ini disebut
appendisitis kronis. Pada stadium supuratif-gangrenosa atau mikroperforasi akibat adanya
daya tahan tubuh yang baik yang salah satu tanda adanya proses pendindingan dari appendiks
yang meradang oleh omentum (walling off) maka akan terbentuk suatu infiltrasi di kanan
bawah yang disebut appendisitis infiltrat.

Manifestasi Klinis
Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya terjadi nyeri
visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah
umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks
dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan
mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal. Secara klasik, nyeri di daerah
epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan menetap di kuadran kanan
bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang berarti sudah terjadi
rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta
nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki. Hampir 75% penderita disertai
dengan vomitus akibat aktivasi N.vagus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan
kebanyakan vomitus hanya sekali atau dua kali.Penderita apendisitis juga mengeluh obstipasi
sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul
biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah
demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50C – 38,50C tetapi bila suhu lebih
tinggi, diduga telah terjadi perforasi.

Pemeriksaan Fisik
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc Burney.
Nyeri lepas muncul karena rangsangan peritoneum, sementara rebound tenderness (nyeri
lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen
kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan
penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney. Pada apendisitis retrosekal atau
retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. Dengan
pemeriksaan Rectal Toucher akan ditemukan nyeri tekan pada arah jam 11. Pemeriksaan uji
psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak
apendiks. Rigiditas psoas dapat ditemukan bila appendiks letak retrocaecal, terutama bila
appendiks melekat pada otot psoas. Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan
diagnosis apendisitis akut. Pada kebannyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus
dengan komplikasi

Diagnosis
Gejala dan pemeriksaan fisik appendisitis bisa dinilai untuk menegakkan diagnosa
appendisitis dengan menggunakan Alvarado Score.

Keterangan:

0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil


5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor > 6 maka tindakan bedah
sebaiknya dilakukan.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini, dapat dilakukan penilaian Alvarado
score:
Migration of pain :1
Anorexia :1
Nausea/vomiting :-
RLQ tenderness :2
Rebound :1
Elevated temperatur :1
Leukocytosis :2
Left shift :-
Total points :8
Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini kemungkinan
besar menderita Appendisitis akut.

Penatalaksanaan

Bila diagnosis appendisitis telah ditegakkan, maka tindakan yang paling tepat adalah
appendektomi dan merupakan pilihan terbaik. Penundaan tindakan bedah sambil pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada appendisitis yang diagnosisnya
tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi, maka dianjurkan melakukan pemeriksaan
laboratorium dan ultrasonografi
Penatalaksanaan pasien yang dicurigai Appendicitis :
- Puasakan
- Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala.
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat
pemeriksaan fisik.
- Pertimbangkan KET terutama pada wanita usia reproduksi.
- Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang membutuhkan
Laparotomy
- Perawatan appendicitis tanpa operasi
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk
Appendicitis acut bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi (misalnya untuk
pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan
operasi
- Rujuk ke dokter spesialis bedah.
- Antibiotika preoperative
Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk menurunkan terjadinya infeksi post
operasi. Diberikan antibiotika broadspectrum dan juga untuk gram negative dan anaerob.
Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah. Antibiotik profilaksis
harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi,
seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini
dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides.

Prognosis
Kematian dari appendisitis di Amerika Serikat telah terus menurun dari tingkat 9,9
per 100.000 pada tahun 1939, dengan 0,2 per 100.000 pada 1986. Diantara faktor-faktor yang
bertanggung jawab adalah kemajuan dalam anestesi, antibiotik, cairan intravena, dan produk
darah. Faktor utama dalam kematian adalah apakah pecah, terjadi pengobatan sebelum bedah
dan usia pasien. Angka kematian keseluruhan untuk anestesi umum adalah 0.06%. Angka
kematian keseluruhan dalam appendisitis akut pecah adalah sekitar 3%-peningkatan 50 kali
lipat.Tingkat kematian appendisitis perforasi pada orang tua adalah sekitar 15% peningkatan
lima kali lipat dari tingkat keseluruhan.
4. Plan

Diagnosis Kerja

Appendisitis Akut

5. Terapi
IVFD RL gtt 20x/m (makro)
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Inj. Ranitidin 2x1 amp (iv)
6. Rencana
Appendectomy

Anda mungkin juga menyukai