Anda di halaman 1dari 22

Portofolio Laporan Kasus

APENDICITIS AKUT PERFORASI

Disusun oleh :
Dr. Arif Prianggara

Pembimbing :
Dr. M. Ali Yusni, Sp.B
Dr. Alberti Shintya Sari
Dr. Rizka Octavia Sari

RSU WONOLANGAN PROBOLINGGO


PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2017
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal ……,……….........…, 2017, telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama peserta : dr. Arif Prianggara
Dengan judul/topik : Apendisitis akut perforasi
Nama pendamping : dr Alberti Shintya Sari, dr. Rizka Oktavia Sari
Nama wahana : RSU Wonolangan, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

No Nama Peserta Presentasi No Tanda Tangan

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

11 11

12 12

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Alberti Shintya Sari


PORTOFOLIO MEDIS

Nama Peserta dr. Arif Prianggara

Nama Wahana RSU Wonolangan, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

Topik Apendicitis Akut Perforasi


Tanggal (kasus) 7 Juni 2017
Nama Pasien Tn. SA No. RM 17002004
Tgl Presentasi Pendamping dr. Alberti Shintya S.
Tempat
RSU Wonolangan, Kabupaten Probolinggo
Presntasi
OBYEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka
o Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil
o Deskripsi :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah, nyeri perut kanan bawah sudah 4 hari nyeri
memberat 1 jam SMRS, nyeri awalnya di bagian ulu hati lalu ke perut kanan bawah kemudian nyeri
dirasakan di seluruh bagian perut, demam (+) 3 hari, mual (+) muntah (+) 3x, sebelumnya nyeri
sudah dirasakan sejak 11 hari, selama 7 hari nyeri terasa hilang timbul setelah diberi obat dari mantri,
BAB terakhir kemarin BAK (+)

o Tujuan :
Melakukan tatalaksana awal kasus dan tatalaksana lanjutan sesuai dengan kriteria diagnosis yang
ditegakkan
Bahan o Tinjauan o Riset
o Kasus o Audit
Bahasan: Pustaka
Cara o Presentasi Kasus
o Diskusi o Email o Pos
Membahas:
DATA UTAMA UNTUK BAHAN DISKUSI
1. Diagnosis :
Apendisitis Akut
1. Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri perut kanan bawah sudah 4 hari nyeri memberat 1 jam
SMRS, nyeri awalnya di bagian ulu hati lalu ke perut kanan bawah kemudian nyeri dirasakan di
seluruh bagian perut, demam (+) 3 hari, mual (+) muntah (+) 3x, sebelumnya nyeri sudah
dirasakan sejak 11 hari, selama 7 hari nyeri terasa hilang timbul setelah diberi obat dari mantri,
BAB terakhir kemarin BAK (+) Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dan nyeri lepas di
titik McBurney (+), Rovsing sign (+), Obturator sign (+), Psoas sign (+). Pada pemeriksaan rectal
toucher ditemukan nyeri tekan pada arah jam 9 dan jam 11.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien sudah berobat ke mantri mendapat antibiotik dan antinyeri

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.

5. Riwayat Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai seorang wiraswasta

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.

7. Riwayat Imunisasi : Pasien lupa

8. Lain-lain :
Mc Burney (+), Rovsing sign (+), Psoas Sign (+), Obturator Sign (+)
Leukosit 23.600 / mm3, CT : 10’,BT : 3’
Alvarado Score : 9
Daftar Pustaka :
1. Tim Revisi PDT Sub Komite Farmasi dan Terapi RSU DR.Soetomo . Pedoman Diagnosis dan
Terapi Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.2008
2. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2004
3. Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical Practice. Edisi 16.USA:
W.B Saunders companies.2002
4. Schwartz. Principles of Surgery. Edisi Ketujuh.USA:The Mcgraw-Hill companies.2005
5. R. Schrock MD, Theodore. Ilmu Bedah. Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.1995

Hasil Pembelajaran :

1. Pengertian, etiologi dan patofisiologi Appendisitis Akut

2. Penegakan diagnosa appendicitis

3. Tatalaksana appendicitis
BAB II
IDENTITAS PASIEN
1. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Tn. SA
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumbertaman Wonoasih
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
No. RM : 17002004
Tanggal MRS : 7 Juni 2017 jam 20.30 WIB

2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
Keluhan Utama
Nyeri Perut Kanan Bawah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Nyeri perut kanan bawah
sudah 4 hari ini, nyeri memberat 1 jam SMRS, nyeri awalnya di bagian ulu hati lalu ke
perut kanan bawah kemudian nyeri dirasakan di seluruh bagian perut, demam (+) 3 hari,
mual (+) sudah 4 hari, muntah (+) 3x sore tadi, nafsu makan banyak menurun,
sebelumnya nyeri sudah dirasakan sejak 11 hari, selama 7 hari nyeri terasa hilang timbul
setelah diberi obat dari mantri, BAB terakhir kemarin, BAK (+), kentut tadi sore.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
Riwayat Pengobatan
Pasien berobat ke mantri mendapat antibiotik dan antinyeri
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memilki keluhan serupa dengan pasien
3. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum : tampak sakit sedang

 Kesadaran : Compos Mentis

 Tekanan Darah : 126/80 mmHg

 Nadi : 100x/menit

 Frekuensi Nafas : 21x/ menit

 Suhu : 38,50 C

Head to Toe

 Kepala : Tidak ada kelainan

 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

 Kulit : Turgor kulit baik

 Thoraks
o Paru

Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan


Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

o Jantung

Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat


Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada

 Abdomen
Inspeksi : Flat
Palpasi : Soefl, Hepar dan lien tidak teraba, defans muskuler (-),
Tidak teraba massa di perut kanan bawah
Nyeri tekan - + -

+ + -

+ + -

Nyeri tekan (+) di titik McBurney dan epigastrium, nyeri lepas (+),
rovsing (+),
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

 Ekstremitasatas dan bawah :akral hangat (+), Refilling capiller baik

 Rectal Toucher :

- Anus : tenang
- Sfingter : menjepit
- Mukosa : licin
- Ampula : tidak teraba massa, nyeri pada arah jam 9 dan 11
- Handschoen : darah (-), feses (+)
4. Pemeriksaan Penunjang
DL, GDA, BUN/Creatinin, BT/CT, HbsAg
Hasil laboratorium
Hasil Lab tanggal 7-06-2017
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL

Hemoglobin 15,0 g/Dl 13,2 – 17,3

Leukosit 23.600 10^3/ul 3.80 – 10,60

Eritrosit 6,03 10^6/ul 4,40 – 5.90

PCV 50,7 % 34.0 – 50.0

MCV 84.1 Fl 80.0 – 100

MCH 24.9 Pg 28.0 – 34.0

MCHC 29.6 g/l 32.0 – 36.0

Trombosit 524.000 10^3/ul 140 – 336


KOAGULASI

Bleeding Time 3’00” Menit 1.0-5.0

Cloting Time 10’30” Menit 5.0-15.0

Glukosa Sewaktu 97 Mg/Dl <200

FAAL GINJAL

BUN 11.8 Mg/dL 10.0-20.0

Creatinin 0.83 Mg/dL 0.60-1.3

Serologi HbsAg Negatif Negatif

5. Daftar Permasalahan
1. Nyeri Perut Kanan Bawah kemudian hampir seluruh lapang perut
2. Demam 38,5°C
3. Pemeriksaan fisik:
Mc.Burney (+), Psoas Sign (+) Obturator sign (+)
Nyeri tekan Hampir seluruh lapang perut
4. Leukositosis
5. Total Alvarado Score : 9
6. Diagnosis Banding
PAI, Apendicitis Akut, Apendicitis Perforasi
7. Diagnosis Sementara
Apendicitis Akut
8. Tatalaksana
 Inf Ringer Lactat 20 tpm
 Injeksi IV Ceftriaxon 1 gram
 Injeksi IV Antrain 1 gram
 Injeksi IV Ranitidin 50mg
Lapor konsulen:
advis USG CITO USG CITO (-) dokter radiologi tidak bisa datang
7 Juni 2017 (22.15)
S: Nyeri masih (+)
O: Abdomen : I: distended
Palp: Nyeri tekan seluruh lapang Perut
A: BU Kesan Menurun
A: Perforasi Apendisitis
P: Persiapan operasi CITO
9. Laporan Operasi
 Penderita tidur terlentang dengan anestesi umum
 Dilakukan asepsis dan antisepsis lapangan operasi dengan Povidone Iodine
 Insisi midline kemudian diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum
 Peritoneum dibuka, tampak perlekatan hebat, dilakukan adhesiolisis
 Eksplorasi tampak apendiks letak retrocaecal dengan perforasi
 Dilakukan apendektomi
 Cuci rongga abdomen dengan NaCl hangat (10 kolf)
 Dipasang drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis
 Operasi selesai
Instruksi pasca-bedah:
- IVFD RL:D5 2000cc/24jam
- IV Ceftriaxone 2x1gram
- IV Metronidazole 3x500mg
- IV Ketorolac 3x30mg
- IV Omeprazole 2x40mg
- IV Furamin 3x1ampul
- Mobilisasi miring kiri-miring kanan
- Puasa sampai instruksi lebih lanjut
Diagnosis pasca-bedah: Peritonitis e.c. apendisitis perforasi + adhesive band
10. Planning Monitoring
Observasi keluhan post op, Vital Sign, Flatus/BU, drain

11. Follow up
Tanggal Tempat Perkembangan Pasien Terapi
8-6-2017 R. S : Nyeri luka post op (+), Flatus (-)  IVFD RL:D5
(12.00) Teratai O : KU : Cukup, Kes: compos mentis, 2000cc/24 jam
TD : 120/80 N : 84x/m, regular,kuat,  IV Ceftriaxone 2x
RR : 18x/m Tax : 36,5 oC, 1gram
Terpasang NGT  IV Metronidazole
Tho : Rh -/- 3x500mg
Abd : Bising usus + kesan menurun,  IV Omeprazole
luka operasi kering tertutup kasa 2x40mg
terpasang drain  IV Ketorolac
Eks : Akral Hangat, Kering, Merah 3x30mg
 IV Furamin 3x1
ampul
 Mobilisasi MiKa-
MiKi
 Puasa
Planning monitoring :
Keluhan, Vital Sign
Flatus, Bising Usus, Luka
Operasi

9-6-2017 R. S : Nyeri luka post op berkurang (+),  IVFD RL:D5


(13.00) Teratai belum kentut (-) 2000cc/24 jam
O : KU : Cukup, Kes: compos mentis,  IV Ceftriaxone 2x
TD : 120/70 N : 86x/m, regular,kuat, 1gram
RR : 18x/m Tax : 36,8 oC,  IV Metronidazole
Terpasang NGT 3x500mg
Tho : Rh -/-  IV Omeprazole
Abd : Bising usus + kesan menurun, 2x40mg
luka operasi kering tertutup kasa  IV Santagesic
terpasang drain 200cc 3x1ampul
Eks : Akral Hangat, Kering, Merah  IV Furamin 3x1
ampul
 Mobilisasi MiKa-
MiKi
 Puasa
Planning monitoring :
Keluhan, Vital Sign
Flatus, Bising Usus, Luka
Operasi

10-6-2017 R. S : Nyeri luka post op berkurang (+),  IVFD RL:D5


Teratai belum kentut (-) 2000cc/24 jam
O : KU : Cukup, Kes: compos mentis,  IV Ceftriaxone 2x
TD : 110/70 N : 86x/m, regular,kuat, 1gram
RR : 18x/m Tax : 36,8 oC,  IV Metronidazole
Terpasang NGT 3x500mg
Tho : Rh -/-  IV Omeprazole
Abd : Bising usus + kesan menurun, 2x40mg
luka operasi kering tertutup kasa  IV Santagesic
Eks : Akral Hangat, Kering, Merah 3x1ampul
 IV Furamin 3x1
ampul

Planning monitoring :
Keluhan, Vital Sign
Flatus, Bising Usus, Luka
Operasi

11-6-2017 R. S : Nyeri luka post op banyak  IVFD RL:D5


20.30 Teratai berkurang (+), sudah bisa kentut (+) 2000cc/24 jam
O : KU : Cukup, Kes: compos mentis,  IV Ceftriaxone 2x
TD : 120/80 N : 90x/m, regular,kuat, 1gram
RR : 18x/m Tax : 37 oC,  IV Metronidazole
Tho : Rh -/- 3x500mg
Abd : Bising usus + normal, luka  IV Omeprazole
operasi kering tertutup kasa 2x40mg
Eks : Akral Hangat  IV Santagesic
3x1ampul
 IV Furamin 3x1
ampul

Planning monitoring :
Keluhan, Vital Sign

12-6-2017 R. S : Nyeri luka post op kadang-kadang Boleh KRS


Teratai (+), kentut (+)
O : KU : Cukup, Kes: compos mentis, Obat Per oral :
TD : 120/80 N : 90x/m, regular,kuat, - Cefadroxil
RR : 18x/m Tax : 37 oC, 2x500mg
Tho : Rh -/- - Asam Mefenamat
Abd : Bising usus + normal, luka 3x500mg
operasi kering tertutup kasa
Eks : Akral Hangat Kontrol Poli Bedah
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Apendiks


Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10
cm dan berpangkal pada sekum. Apendiks memiliki lumen sempit dibagian proximal
dan melebar pada bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek dan melebar
dipersambungan dengan sekum. Selama anak-anak, pertumbuhannya biasanya berotasi
ke dalam retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal.
Pada apendiks terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum dan
berguna dalam menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi apendiks
terbanyak adalah retrocaecal (74%), pelvic (21%), patileal (5%), paracaecal (2%),
subcaecal (1,5%) dan preleal (1%). Apendiks mendapat vaskularisasi oleh arteri
apendicular yang merupakan cabang dari arteri ileocolica. Arteri apendiks termasuk end
arteri. Apendiks memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi mesoapendiks menuju ke
nodus limfe ileocaeca.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti
a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari
n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula disekitar
umbilikus.

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir dicurahkan ke caecum.


Jika terjadi hambatan, maka akan terjadi apendisitis akut. GALT ( Gut Assoiated
Lymphoid Tisuue) yang terdapat pada apendiks menghasilkan Ig-A. Namun jika
apendiks diangkat, tidak ada mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlahnya
yang sedikit sekali.
B. Etiologi Apendisitis Akut
Apendisitis akut disebabkan oleh proses radang bakteria yang dicetuskan oleh
beberapa faktor pencetus. Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang
apendiks, diantaranya :
 Faktor Obstruksi
Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid sub
mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya
1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.
 Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut.
Bakteri yang ditemukan biasanya E.coli, Bacteriodes fragililis, Splanchicus,
Lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.
 Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter
dari organ apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang memudahkan terjadi apendisitis.
 Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan
sehari-hari.

C. Patofisiologi Apendisitis Akut


Apendisitis akut merupakan peradangan akut pada apendiks yang disebabkan
oleh bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus. Obstruksi pada lumen
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama
mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Tekanan di dalam
sekum akan meningkat. Kombinasi tekanan tinggi di seikum dan peningkatan
flora kuman di kolon mengakibatkan sembelit, hal ini menjadi pencetus radang di
mukosa apendiks. Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis komplit
yang meliputi semua lapisan dinding apendiks tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor
pencetus setempat yang menghambat pengosongan lumen apendiks atau mengganggu
motilitas normal apendiks.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami
hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri.
Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin
iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks).
Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat
berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut. Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan
bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi akut.
Mekanisme terjadinya apendisitis dapat diliat pada bagan di bawah ini.

Penyumbatan
Fekalit
secret mukus

Mukus >>

Obstruksi
lumen
appendiks

Gangguan aliran mucus


dari Appendik - sekum

Bendungan
mukus
edema,
Peningkatan Gangguan
diapedesis
tekanan aliran limfe
bakteri, dan
intraluminal
ulserasi mukosa

Obstruksi arteri (a. Obstruksi


terminalis appendikularis) vena apendisitis akut

Edema >>
Nyeri daerah
infark dinding
epigastrium
apendiks
bakteri akan
menembus dinding
apendiks.
gangren
Peradangan Appendisitis
peritoneum Supuratif akut

apendisitis
ganggrenosa Nyeri perut
kanan
bawah
D. Penegakan Diagnosa Apendisitis Akut
Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu :
 Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual dan
anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5C. Bila suhu
lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.
 Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan
peritoneum lokal di titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya
defans muskuler.
 Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah pada tekanan
kiri (Rovsing’s Sign) nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
(Blumberg’s Sign) batuk atau mengedan
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
- Tidak ditemukan gambaran spesifik.
- Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.
-Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa atau abses
periapendikuler.
-Tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan
 Palpasi
- nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan lepas.
- defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale.
- pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk
menentukan adanya rasa nyeri.
 Perkusi
- pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.
 Auskultasi
- biasanya normal
- peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata
akibat apendisitis perforata
 Rectal Toucher
- tonus musculus sfingter ani baik
- ampula kolaps
- nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12
- terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).
 Uji Psoas
Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul
kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila
apendiks yang meradang menepel di m. poas mayor, tindakan tersebut akan
menimbulkan nyeri.

 Uji Obturator
Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m.
obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada
apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan
pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.

 Alvarado Score
Characteristic Score
M = Migration of pain to the RLQ 1
A = Anorexia 1
N = Nausea and vomiting 1
T = Tenderness in RLQ 2
R = Rebound pain 1
E = Elevated temperature 1
L = Leukocytosis 2
S = Shift of WBC to the left 1
Total 10
Dinyatakan appendisitis akut bila skor > 7 poin
Pemeriksaan Penunjang
1.Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
- leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan
komplikasi.
- pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.
b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti
infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir
sama dengan appendicitis.
2. Radiologis
a. Foto polos abdomen
Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi tampak :
- scoliosis ke kanan
- psoas shadow tak tampak
- bayangan gas usus kanan bawah tak tampak
- garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak
- 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak
b. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan
USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG
dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
c.Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon
melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari
appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
d. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
e. Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang
dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.
Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan
tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat
langsung dilakukan pengangkatan appendix (appendectomy).

E. Penatalaksanaan Apendisitis Akut


Perawatan Kegawatdaruratan
 Berikan terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi atau
septicemia.
 Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui
mulut.
 Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.
 Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur, dan lakukan
pengukuran kadar hCG
 Berikan antibiotik intravena pada pasien dengan tanda-tanda septicemia dan
pasien yang akan dilanjutkan ke laparotomi.
Antibiotik Pre-Operatif
 Pemberian antibiotik pre-operatif telah menunjukkan keberhasilan dalam
menurunkan tingkat luka infeksi pasca bedah.
 Pemberian antibiotic spektrum luas untuk gram negatif dan anaerob
diindikasikan.
 Antibiotik preoperative harus diberikan dalam hubungannya pembedahan.
Tindakan Operasi
 Apendiktomi, pemotongan apendiks.
 Jika apendiks mengalami perforasi, maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis dan antibiotika.
Bila terjadi abses apendiks maka terlebih dahulu diobati dengan antibiotika IV,
massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari.
BAB IV
DISKUSI

Diagnosis suatu penyakit ditegakkan berdasarkan serangkaian anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Tn. SA datang ke IGD pada tanggal 7 Juni 2017 jam 20.30 dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah sejak 4 hari terakhir dan keluhan semakin memberat 1 jam sebelum masuk
rumah sakit, Sebenarnya sudah 11 hari yang lalu, selama 7 hari Tn. SA merasakan keluhan
serupa tetapi nyeri hilang timbul dengan pemberian antibiotik dan antinyeri pasien tidak tahu
nama obatnya, keluhan nyeri perut disertai demam (+) selama 3 hari, Mual (+) sudah 4 hari
muntah (+) 3 kali mulai tadi sore. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan beberapa
pemeriksaan fisik yang bermakna yaitu didapatkan suhu axila 38,5C, nyeri tekan McBurney
(+) Rovsing sign (+), Psoas dan Obturator Sign (+), serta rectal toucher (+) nyeri arah pukul 9
dan 11. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Leukositosis yaitu 23.600. Dan
setelah dihitung didapatkan total Alvarado skor 9. Hal ini mengarahkan diagnosis Tn. SA
pada apendisitis akut.
Untuk lebih memastikan penegakan diagnosis maka di rencanakan pemeriksaan USG
abdomen cito tetapi karena terdapat berbagai kendala sehingga USG abdomen tidak dapat
dilakukan dan diberikan terapi sementara yaitu :
- IVFD Ringer laktat 20tpm,
- Injeksi ceftriaxon 1gram untuk mengatasi infeksi
- Antrain 1 gram untuk mengatasi keluhan demam pada pasien
Pada Tn. SA kami tidak memberikan terapi untuk mengatasi nyeri karena pemberian
antinyeri pada kasus apendisitis dapat ini mengkaburkan penjalaran nyeri perut. Setelah 2
jam di observasi di ruangan keluhan nyeri semakin memberat dan semakin dirasakn di seluruh
lapang perut, dan setelah dilakukan pemeriksaan ulang ditemukan distensi abdomen dan nyeri
tekan seluruh lapang perut dan direncakan Laparotomi cito.
Pada durante laparotomi terdapat apendisitis perforasi serta adhesi sehingga diagnosis
post laparotomi menjadi Peritonitis et causa apendisitis perforasi + adhesi. Terapi pasca
laparotomi yang diberikan antaralain :
- IVFD RL:D5 2000cc/24jam
- Injeksi Ceftriaxone 2x1gram (IV)
- Injeksi Metronidazole 3x500mg (IV)
- Injeksi Ketorolac 3x30mg (IV)
- Injeksi Omeprazole 2x40mg (IV)
- Injeksi Furamin 3x1ampul (IV)
- Mobilisasi miring kanan kiri
- Puasa sampai intruksi lebih lanjut.
Tujuan diberikan terapi diatas antaralain untuk untuk mengurangi resiko terjadinya
infeksi pasca laparotomi serta untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki pasase usus. Selain
pemberiaan terapi diatas juga perlu dimonitoring keluhan post laparotomi, vital sign, flatus
atau bising usus, drain, luka operasi.
Setelah dilakukan rawat luka didapatkan luka kering, pada tanggal 12 Juni 2017 pasien
dipulangkan dengan pengobatan peroral cefadroxil 2x500 mg , asam mefenamat 3x500 mg
dan di rencanakan kontrol di poli bedah seminggu kemudian.

.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Revisi PDT Sub Komite Farmasi dan Terapi RSU DR.Soetomo . Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.2008
2. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004
3. Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical Practice. Edisi
16.USA: W.B Saunders companies.2002
4. Schwartz. Principles of Surgery. Edisi Ketujuh.USA:The Mcgraw-Hill companies.2005
5. R. Schrock MD, Theodore. Ilmu Bedah. Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.1995

Anda mungkin juga menyukai