Anda di halaman 1dari 111

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

M TIPOID DENGAN FOKUS

STUDI PENGELOLAAN HIPERTERMI DI RUANG MANGGA

PUSKESMAS DEMPET

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Netty Prasetiya Ftriani

P1337420418093

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

2020/ 2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M TIPOID DENGAN FOKUS

STUDI PENGELOLAAN HIPERTERMI DI RUANG MANGGA

PUSKESMAS DEMPET

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Pada Program Studi D III Keperawatan Blora

Netty Prasetiya Ftriani

P1337420418093

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

2020/ 2021

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Netty Prasetiya Fitriani


NIM : P1337420418093

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Anak Tipoid dengan Fokus Studi Pengelolaan Hipertermi”,
yang saya tulis ini adalah benar- benar merupakan hasil karya sendiri, bukan
pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah
pengelolaan kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi
atau perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Blora, Mei 2021


Yang Membuat Pernyataan,

Netty Prasetiya Fitriani

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Karya Tulis Ilmiah oleh Netty Prasetiya Fitriani, NIM.


P1337420418093, dengan judul Asuhan Keperawatan Pada An. M Tipoid
dengan Fokus Studi Pengelolaan Hipertermi di Ruang Mangga Puskesmas
Dempet ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Blora, Mei 2021

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Siti Kistimbar, S.Pd., S.Kep., Ns., M.Kes. Sutarmi, MN.

NIP. 196506061984032001 NIP. 197408272002122001


Tanggal : Tanggal:

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah oleh Netty Prasetiya Fitriani, NIM


P1337420418093, dengan Asuhan Keperawatan Pada An. M Tipoid dengan
Fokus Studi Pengelolaan Hipertermi di Ruang Mangga Puskesmas Dempet
ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal :

Dewan Penguji

Erni Nuryanti, S.Kep., Ners., M.Kes Ketua (................................................)


NIP. 197011071998032001

Sutarmi, MN Anggota I (................................................)


NIP. 197406151998032001

Siti Kistimbar, S.Pd, S.Kep, Ners, M.Kes. Anggota II(................................................)


NIP. 196506061984032001

Mengetahui,
Ketua Prodi DIII Keperawatan Blora

Joni Siswanto, SKp,M.Kes


NIP. 196607131990031003

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan Puji syukur ke hadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Anak Tipoid dengan Fokus Studi Pengelolaan
Hipertermi sesuai waktu yang direncanakan.
Penulis menyadari dalam penyusunan dan pembuatan karya tulis ilmiah
ini, tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan, bimbingan, semangat dan arahan
dari berbaai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang terhormat
kepada :
1. Bapak Dr. Marsum, BE, S.Pd., MHP., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang.

2. Bapak Suharto, S.Pd., MN., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Semarang.

3. Bapak Joni Siswanto, S.Kp.,M.Kes., selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan Blora Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

4. Ibu Siti Kistimbar, S.Pd., S.Kep., Ners., M.Kes. selaku dosen pembimbing I

yang telah meluangkan waktunya untuk bimbingan, memberi arahan,

memberi petunjuk, saran, dan nasehat dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini.

5. Ibu Sutarmi, M.N., selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk bimbingan, saran dan nasehat dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini.

6. Ibu Erni Nuryanti, S.Kep., Ners., M.Kes., selaku Ketua Penguji.

vi
7. Dosen dan Staf Program Studi D III Keperawatan Blora yang telah membantu

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Orang tua saya, yang selalu memberikan dukungan penuh baik materi

maupun motivasi dan selalu mendoakan penulis, serta kakak dan adik yang

telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2018, sahabat anggrek 7 dan semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dalam pembuatan berikutnya. Semoga karya tulis
ilmiah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam bidang kesehatan.

Blora, Mei 2021

vii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN FOKUS STUDI
PENGELOLAAN HIPERTERMI DI RUANG MANGGA PUSKESMAS
DEMPET

Netty Prasetiya Fitriani 1, Siti Kistimbar2, Sutarmi2


1
Mahasiswa program studi D III Keperawatan Blora
2
Dosen Jurusan Keperawatan Blora
Email : nettyfitry08@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang : Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah
kesehatan utama di negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular
tropis tersebut adalah demam tipoid, yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
Demam tipoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan lingkungan yang
kurang higienis pribadi serta perilaku masyarakat.
Tujuan : karya tulis ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan
anak pada pasien dengan tipoid fokus studi pengelolaan hipertermi di ruang
mangga Puskesmas Dempet.
Metoda : metode yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus dan menggunakan
proses pendekatan keperawatan dengan salah satu kasus demam tipoid dengan
Fokus Studi Pengelolaan Hipertermi untuk menyelesaikan masalah dengan cara
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi penyajian data
Hasil : pengkajian dilakukan pada anak dengan cara anemnesa ibu untuk
membantu hingga muncul masalah tipoid, intervensi masalah tersebut
menggunakan lima intervensi dan implementasi selama 3 hari dengan tujuan yang
sudah dibuat, kemudian dengan hasil evaluasi masalah teratasi terhadap pasien
anak yang sudah dilakukan anemnesa.

Kata kunci : Tipoid, Hipertermi pada tipoid

viii
NURSING CARE FOR CHILDREN TYPHOID WITH THE FOCUS OF
HYPERTERMI MANAGEMENT IN MANGGA SPACE, PUSKESMAS
DEMPET

Netty Prasetiya Fitriani1, Siti Kistimbar2, Sutarmi2


1
Student of D III of Blora Nursing Study Program
2
Lecturer of Nursing Department of Poltekkes Blora
Email: nettyfitry08@gmail.com

ABSTRACT

Background : Tropical infectious diseases are still one of the main health
problems in tropical countries. One such tropical infectious disease is typhoid
fever, which is caused by Salmonella typhi. Typoid fever is found in many
people's lives, both in urban and rural areas. This disease is closely related to a
less hygienic environment for personal and community behavior.
Purpose : This paper aims to describe pediatric nursing care in patients with
typoids, the focus of the study of hyperthermia management in the mango room of
the Dempet Health Center.
Method : The method used in providing nursing care uses a descriptive method
with a case study approach and uses a nursing approach process with one case of
typhoid fever with a focus on Hyperthermia Management Studies to solve
problems by means of interviews, observation, physical examination, and
documentation of data presentation.
Results : The assessment was carried out on children by means of anemnesis of
the mother to help with typoid problems, the problem intervention used five
interventions and implementation for 3 days with the goals that have been made,
then with the results of evaluating the problem is resolved on pediatric patients
who have anemnesed.

Keywords : Typoid, Hyperthermia on typoid

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………….... I


HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….... Ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS ………………………… Iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………... Iv
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………. V
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. Vi
ABSTRAK............................................................................................................ Viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… X
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… Xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………... Xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… Xiv
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 6
A. Konsep Dasar Tipoid …………........................................................... 6
1. Pengertian .................................................................................... 6
2. Etiologi ......................................................................................... 7
.
3. Patofisiologi .................................................................................. 7
4. Pathway ........................................................................................ 9
5. Manifestasi Klinis .......................................................................... 10
6. Pemeriksaan Penunjang……………………………………....... 10
7. Discharge Planning ....................................................................... 11
8. Penatalaksanaan .............................................................................. 12
B. Konsep Dasar Hipertermi …………………........................................ 12
1. Pengertian........................................................................................ 12
2. Etiologi Hipertermi pada Penderita Tipoid ……………….......... 13
3. Manifestasi Klinis Hipertermi ........................................................ 13
4. Tahapan – tahapan Demam dan Cara Penanganannya ………...... 13
5. Hipertermi pada Tipoid ……………………….............................. 15

C. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah ………….... 16


1. Pengertian……………………………………………………........ 16
2. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak Sekolah ………...... 16
D. Konsep Imunisasi ………………………………………………….... 19
1. Pengertian ………………………………………………............. 19

x
2. Imunisasi untuk Anak Sekolah…………………………….......... 19
E. Konsep Bermain……………………………………………............... 21
1. Pengertian……………………………………………………….. 21
2. Terapi Bermain di Rumah Sakit ………………………………... 21
3. Manfaat Terapi Bermain ………………………………………... 22
4. Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain ………………………….... 22
5. Pedoman Terapi Bermain Menyusun Balok …………………..... 22
F. Hospitalisasi …………………………….………………………….... 23
1. Pengertian ..……………………………………………............... 23
2. Stressor Umum pada Hospitalisasi ………………………........... 23
3. Reaksi Hospitalisasi Anak pada Usia Sekolah ………………..... 24
G. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Tipoid dengan Hipertemi... 24
1. Pengkajian .................................................................................... 24
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 29
3. Intervensi Keperawatan ............................................................... 30
4. Implementasi ……………………................................................ 32
5. Evaluasi ........................................................................................ 32

BAB III METODA PENELITIAN ………………………………………..........


34
A. Rancangan Penelitian ....................................................................... 34
B. Subjek Penelitian .............................................................................. 34
C. Tempat dan Waktu ........................................................................... 35
D. Variabel dan Definisi Operasional ................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 37
F. Teknik Analisa Data ......................................................................... 37
G. Etika Penelitian ................................................................................ 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ....................................................................................................... 39
B. Pembahasans........................................................................................... 57
1. Pengkajian …................................................................................... 61

xi
2. Diagnosa Keperawatan………………………................................ 61
3. Perencanaan …………………........................................................ 61
4. Implementasi …………………………………………………...... 64
5. Evaluasi………………..................................................................... 66
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan...................................................................................................... 68
B. Saran............................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman


Tabel 2.1 Gejala dan Tanda Tipoid 10
Tabel 2.2 Intervensi Keperawat 30
Tabel 4.1 Identitas Klien 39
Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan 39
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan 42
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik 43
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik 45

xii
Tabel 4.6 Analisis Data 46
Tabel 4.7 Diagnosis Keperawatan 46
Tabel 4.8 Perencanaan Keperawatan 47
Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan 49
Tabel 4.10 Evaluasi Tindakan Keperawatan 55

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman


Gambar 2.1 Pathway Tipoid 9

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran


Lampiran 1 SOP Kompres Hangat
Lampiran 2 Glosarium
Lampiran 3 Daftar Singkatan
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 5 Lembar Bimbingan KTI ( Pembimbing 1 )
Lampiran 6 Lembar Bimbingan KTI ( Pembimbing 2 )
Lampiran 7 Lembar Bimbingan Revisi

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah

kesehatan utama di negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular

tropis tersebut adalah demam tipoid, yang disebabkan oleh Salmonella typhi.

Demam tipoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat, baik di

perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan

lingkungan yang kurang higienis pribadi serta perilaku masyarakat.

Data World Health Organization (WHO) menyatakan kasus demam

tipoid di dunia mencapai 11 - 20 juta kasus per tahun yang mengakibatkan

sekitar 128.000 - 161.000 kematian setiap tahunnya ( WHO, 2018 ).

Di Indonesia angka kejadian kasus demam tipoid dipekirakan rata-rata

900.000 kasus pertahun dengan lebih dari 200.00 kematian ( Edi Apyadi,

2018 ). Menurut data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon ( SKDR ),

tahun 2017 di Jawa Tengah tercatat sebagai provinsi dengan kasus penyakit

suspek demam tipoid tertinggi sebanyak 13.445 kasus yang tersebar di

seluruh kabupaten atau kota. Dari data tersebut diperoleh Kabupaten Demak

menduduki peringkat ke- 1 dengan suspek demam tipoid tertinggi sebanyak

1.521 kasus ( SKDR, 2017 ).

Kebiasaan pada anak sekolah yang sering dijumpai, anak lebih suka

membeli dan memakan jajanan yang tidak higienis, ketika akan makan

kebanyakan anak- anak tidak mencuci tangan, mereka biasa makan- makanan

1
2

dengan tangan yang belum tentu bersih, hal ini memicu terjadinya penyakit

tipoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.

Demam dapat disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada otak,

bahan toksik, atau parasit seperti bakteri dan virus yang masuk ke

dalam tubuh seingga mempengaruhi suhu tubuh. (Handayani,2013).

Demam tipoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang mengakibatkan

infeksi pada sistem pencernaan khususnya usus halus. Masa inkubasi demam

tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Pada awal periode penyakit ini,

penderita demam tifoid mengalami demam. Sifat demam adalah meningkat

perlahan- lahan terutama pada sore hingga malam hari (Widodo et al

2014:551).

Hipertermi jika tidak segera ditangani akan menimbulkan dampak

menggigil sampai meningkatnya suhu tubuh tubuh yang tidak diikuti dengan

meningkatnya frekuensi nadi ( bradikardi relatif ) dan bisa terjadi sampai

penurunan kesadaran sampai koma.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat mempunyai peran

dan fungsi sebagai perawat diantaranya pemberi perawatan, sebagai advokat

keluarga, pencegahan penyakit, pendidikan, konseling, kolaborasi, pengambil

keputusan etik dan peneliti (Hidayat, 2012). Dalam pelaksanaan peran dan

fungsi perawat, secara komprehensif yang meliputi bio, psiko, sosio, dan

spiritual yang diberikan oleh seorang perawat yang profesional untuk

membantu klien mencapai kondisi kesehatan yang lebih baik. Upaya yang

diperluikan untuk mengurangi jumlah penderita demam tipoid peran perawat


3

mencakup upaya promotif dan preventif. Upaya promotif dan preventif

sangat di perlukan tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya

promotif dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan atau

penjelasan tentang penyakit demam tipoid. Sedangkan upaya preventif yaitu

upaya untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi demam tipoid dengan

cara mengajarkan untuk menjaga kebersihan hygiene dan kebersihan

lingkungan serta menjaga pola makan atau gaya hidup sehat. Sedangkan

dalam upaya kuratif yaitu dengan memberikan pengobatan kepada klien

berkolaborasi dengan dokter. Upaya rehabilitatif yaitu upaya yang dilakukan

untuk mempercepat proses penyembuhan melalui istirahat total (Bed rest )

serta menghindari makanan yang tidak sehat dan menjaga kebersihan

lingkungan rumah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

penelitian karya tulis ilmiah dengan studi kasus yang berjudul “Asuhan

Keperawatan pada Anak Tipoid dengan Fokus Studi Pengelolaan

Hipertermi”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien anak tipoid dengan

fokus studi pengelolaan hipertermi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mendiskripsikan asuhan keperawatan pada anak tipoid

dengan fokus studi pengelolaan hipertermi.


4

2. Tujuan Khusus:

a) Mendiskripsikan pengkajian pada anak tipoid dengan fokus studi

pengelolaan hipertermi.

b) Mendiskripsikan diagnosa pada anak tipoid dengan fokus studi

pengelolaan hipertermi.

c) Mendiskripsikan rencana keperawatan pada anak tipoid dengan

fokus studi pengelolaan hipertermi.

d) Mendiskripsikan tindakan keperawatan pada anak tipoid dengan

fokus studi pengelolaan hipertermi.

e) Mendiskripsikan evaluasi tindakan pada anak tipoid fokus studi

pengelolaan hipertermi.

f) Membandingkan respon terhadap 2 klien anak dengan tipoid setelah

di beri pengelolaan hipertermi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan proposal karya tulis ilmiah ini diharapkan

dapat meningkatkan pengetahuan dan praktik terutama dalam

pemberian asuhan keperawatan pada anak tipoid dengan fokus studi

pengelolaan hipertermi.
5

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

pemberian asuhan keperawatan pada anak tipoid dengan fokus

studi pengelolaan hipertermi.

b) Bagi Rumah Sakit

Untuk meningkatan kualitas pelayanan kesehatan dalam

asuhan keperawatan pada anak tipoid dengan fokus studi

pengelolaan hipertermi.

c) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari kasus ini dapat memberikan wawasan bacaan

tentang asuhan keperawatan pada anak tipoid dengan fokus studi

pengelolaan hipertermi khususnya Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.

d) Bagi Klien dan Keluarga

Klien dan keluarga dapat mengetahui dan mengatasi

masalah hipertermi yang disebabkan oleh tipoid sehingga dapat

melakukan pengelolaan pada klien tipoid.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tipoid

1. Pengertian
Demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang dibiasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Lestari
Titik, 2016).
Typhus abdominalis atau demam tipoid merupakan penyakit
infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan atau tanpa
gangguan kesadaran yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Bakteri
tersebut terkait dengan bakteri Salmonella yang menyebabkan keracunan
makanan. S. Typhi biasanya hidup pada tubuh manusia dan ditularkan
melalui kotoran seseorang ( feses ) atau air kencing ( urine ).
Demam tipoid merupakan suatu infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh Salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa demam
tipoid adalah infeksi akut yang menyerang pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh Salmonella typhi, yaitu sejenis bakteri gram negatif
yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan terkadang disertai
dengan gangguan kesadaran pada klien.

6
7

2. Etiologi
Penyebab utama demam tipoid adalah salmonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu
antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida ),
antigen H ( flagella ) dan antigen Vi. Dalam serum penderita, terdapat
zat ( aglutinin ) terdapat ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh
pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15- 41o C ( optimun
37oC ) dan pH pertumbuhan 6- 8. Faktor lainnya adalah lingkungan,
sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan atau minuman yang
terkontaminsi, muntah, dan lain sebagainya. ( Lestari Titik, 2016 ).

3. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya
˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam
HCl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon
imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella
akan menembus sel- sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum
distal dan kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening
mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah
(bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ
retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa
melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar ( hepatomegali ) dengan infiltasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan
pembesaran limfa ( splenomegali ). Di organ ini, kuman salmonella
thyphi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi

7
8

sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas


vaskuler dan gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di
sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia.
Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus,
dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil menempel di reseptor sel
endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan
neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ lainnya.
Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri,
di susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak
peyeri pada mingu ke tiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan
terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks
( jaringan parut ). Sedangkan penularan salmonella thyphi dapat di
tularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food
(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan
melalui Feses. (Lestari Titik, 2016).
9

4. Pathway
Kuman salmonella typhi

Masuk melalui makanan/ Minuman, jari tangan/kuku, muntuhan, lalat dan feses

Masuk ke mulut

Menuju ke saluran pencernaan

Kuman mati  Lambung  Kuman Hidup

Lolos dari asam lambung

Bakteri masuk ke dalam usus halus

Peredaran darah dan masuk ke retikulo
endothelia terutama hati dan limfa

 
Inflamasi pada hati dan lmfa Masuk ke aliran darah

  
Hematomegali Spenomegali Endotoksi
  
Nyeri tekan Penurunan mobilitas usus Mengakibatkan komplikasi seperti
  neuropsikiatrik,kardiovaskuler
Nyeri penurunana peristaltik usus pernafasaan, dll

  
Konstipasi peningkatan asam lambung Merangsang melepas sel perogen
 
Resiko kekurangan  Anoreksia, mual Mempengaruhi pusat thermoregulator
volume cairan dan muntah di hipotalamus
 
Defisit nutrisi Hipertermi

Gambar 2.1 Demam tipoid


Sumber : Lestari Titik, 2016
10

5. Manifestasi Klinis

Periode infeksi demam tipoid, gejala dan tanda :

Minggu Keluhan Gejala


Minggu 1 Panas berlangsung Gangguan saluran
membahayakan, pencernan
demam berjenjang
yang mencapai 38-40º
c, menggigil, nyeri
kepala
Minggu 2 Rash, nyeri abdomen, Rose sport,
diare atau konstipasi, splenomegali,
delirium hepatomegali
Minggu 3 Komplikasi : Melena, ilius,
perdarahan saluran ketegangan abdomen,
cerna, perforasi dan koma
syok
Minggu 4 Keluhan menurun, Tampak sakit berat
relaps, penurunan
berat badan

Tabel 2.1 Gejala dan Tanda Tipoid (Nurarif & Kusuma, 2015)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dalam pemeriksaan ini dapat ditemukan leukopeni, terdapat
pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi
walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.
11

c. Pemeriksaan Uji Widal


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap bakteri Salmonella typhi. Pemeriksaan dimaksudkan untuk
menentukan adanya antibodi dalam serum penderita demam tipoid.
d. Kultur
Terdapat 3 kultur yaitu :
1) Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
2) Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua
3) Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu
ketiga
e. Immunoglobin M ( IgM ) Anti Salmonella typhi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut Salmonella typhi, karena antibodi immunoglobin M ( IgM )
muncul pada hari ke- 3 dan 4 terjadinya demam.
( Nurarif. A.H. & Kusuma. H, 2015 )
7. Discharge Planning
a. Hindari tempat atau lingkungan yang tidak sehat.
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan sabun dan air yang
bersih.
c. Makanlah makan yang bernutrisi lengkap dan seimbang dan masak
makanan atau panaskan sampai beberapa menit secara merata.
d. Konsumsi air putih yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi.
e. Hindari atau mencegah makanan dan minuman yang dihinggapi oleh
lalat.
f. Istirahat yang cukup dan sempatkan olahraga secara teratur.
g. Buanglah sampah pada tempatnya.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
12

8. Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi
1) Istirahat total ( Bed rest )
2) Diet; awalnya diberikan bubur halus kemudian bubur kasar dan
akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan klien. Diet ini
berupa makanan rendah serat.
b. Farmakologi
Antibiotik umum digunakan untuk mengatasi penyakit tipoid,
waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga 1 bulan.
Antibiotik, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim
sulfamethexoazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat
demam tipoid di negara- negara barat. Obat- obat antibiotik adalah :
1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/ kg BB/ hari terbagi dalam 3- 4 kali
pemberian, oral atau intravena selama 14 hari.
2) Bila ada kontraindikasi, kloramfenikol diberikan ampisilin dengan
dosis 200 mg/ kg BB/ hari, terbagi dalam 3- 4 kali. Pemberian
intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau
amoksilin dengan dosis 100 mg/ kg BB/ hari, terbagi dalam 3- 4
kali. Pemberian, oral atau intravena selama 21 hari kotrimoksasol
dengan dosis trimethoprim 8 mg/ kg BB/ hari terbagi dalam 2- 3
kali pemberian oral, selama 14 hari.
3) Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/ kg
BB/ hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/ hari, sekali
sehari, melalui intravena, selama 5- 7 hari.
( Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015 )

B. Konsep Dasar Hipertermi

1. Pengertian
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh lebih dari 37, 8o C ( 100o F ) per
13

oral atau 38,8o C ( 101o F ) per rektal yang sifatnya menetap karena faktor
eksternal ( Ilmiah 2016 ).

2. Etiologi Hipertermi pada Penderita Deman Tipoid


Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu
panas atau campuran dari gangguan infeksi, selain itu juga dapat
disebabkan oleh gangguan otak atau akibat endotoksin yang dapat
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan
demam. ( Diane M. Fraser, 2012 )

3. Manifestasi Klinis Hipertermi


Adapun gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor
menurut ( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 ), yaitu :
a. Gejala dan tanda mayor yaitu : suhu tubuh diatas nilai normal ( 37, 5oC)
b. Gejala dan tanda minor yaitu : kulit kemerahan, kejang, takikardi,
takipnea, kulit terasa hangat
( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 )

4. Tahapan- tahapan Demam dan Cara penanganannya


4.1 Febris
Febris di artikan suhu tubuh diatas 37, 2° C. Dalam demam
Febris dibagi menjadi bermacam- macam tipe antara lain:
a. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ketingkat yang normal pada
pagi hari.
b. Demam Remiten
Demam berangsur naik selama minggu pertama pada sore
dan malam hari, suhu badan dapat turun namun tidak dapat
mencapai suhu badan normal
14

c. Demam Intermiten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa
jam dalam satu hari
d. Demam Kontinyu
Demam terjadi pada minggu kedua dan ketiga dan terus
menerus tinggi atau di sebut dengan hiperpireksia.
e. Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk
beberapa hari kemudian diikuti dengan kenaikan suhu seperti
semula.
4.2 Sub Febris
Suhu tubuh antara rentang 37, 2° C- 37, 7° C.
Untuk penanganan penderita febris dan sub febris dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Kenakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
b. Memberikan minum air putih yang banyak
c. Kompres dengan air hangat
d. Hindari kompres es atau dingin
e. Kompres pada daerah lipatan
f. Anjurkan banyak istirahat
4.3 Hipertermi
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh lebih dari 37, 8o C ( 100o F )
per oral atau 38,8o C ( 101o F ) per rektal yang sifatnya menetap karena
faktor eksternal ( Ilmiah 2016 )
Cara penanganan :
a. Beri klien banyak minum air putih
b. Berikan kompres hangat
c. Anjurkan klien memakai pakaian tipis yang menyerap keringat
d. Memberikan obat anti piretik
15

4.4 Hiperpireksia
Hiperpireksia adalah kondisi demam paling parah saat suhu
tubuh sudah terukur lebih dari 41, 1° C. Kondisi ini sudah termasuk
sebagai kegawatdaruratan medis, sehingga perlu segera memperoleh
perawatan. Jika dibiarkan, hiperpireksia akan menyebabkan kerusakan
organ-organ vital di tubuh dan berujung pada kematian.
Cara penanganannya :
a. Berikan klien banyak minum
b. Berikan kompres hangat
c. Anjurkan klien memakai pakaian tipis
d. Berikan obat antipiretik yang kerjanya cepat
4.5 Hipotermia
Hipotermia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika suhu tubuh
berada di bawah 35° C (suhu tubuh normal adalah 37° C). Hipotermia
dapat terjadi akibat paparan udara dingin yang berlebihan. 
Cara penanganannya :
a. Pindahkan anak keruangan hangat
b. Kenakan baju tebal dan selimut untuk anak
c. Berikan minuman manis dan hangat
d. Segera bawa anak ke rumah sakit bila anak belum sadarkan diri

5. Hipertermi pada Tipoid


 Demam suhu 39° C- 40° C , demam pada tipoid cukup khas.
Demam tipoid yang berlangsung selama 3 minggu bersifat febris remiten
dan suhu tidak terlalu tinggi. Minggu pertama suhu meningkat setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Maka
terjadi hiperplasi plak payer yang terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.
Sehingga organ limpa terjadi pembesaran. Pada minggu kedua klien terus
berada dalam keadaan demam, karena adanya pembesaran organ
menyebabkan organ rapuh dan mudah rusak sehingga bisa terjadi
16

nekrosis. Pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal
pada akhir minggu ketiga, dan terjadi ulerasi plak payer, dan akhirnya
terbentuk ulkus, ulkus ini mudah menimbulakan peredaran darah dan
perforasi yang merupakan komplikasi yang sangat berbahaya.
Perawat sangat berperan dalam mengatasi hipertermi melalui peran
mandiri maupun kolaborasi, peran mandiri perawatan dalam mengatasi
hipertermi menurut Maling, dkk, 2012 yaitu dengan melakukan kompres
hangat tujuannya untuk meredakan suhu tubuh yang terlalu tinggi,
istirahat dan diet makanan yang rendah serat yang bertujuan untuk
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna.(Wulandari, dkk,2016 )

C. Konsep Dasar Tumbuh kembang Anak Usia Sekolah

1. Pengertian
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau
dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan
ukuran berat ( gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang, dan keseimbangan metabolik ( retensi kalsium dan nitrogen
tubuh) ( Adriana, 2013 ).
Perkembangan ( development ) adalah peningkatan kompleksitas
fungsi dan keahlian ( kualitas ) dan aspek tingkah laku pertumbuhan
seperti kemampuan berjalan, berbicara, dan berlari. ( Wulandari, dkk,
2016 )
2. Pertumbuhan dan Perkembangan pada anak usia sekolah
Menurut Cahyaningsih dan Dwi Suliastyo (2011)
a. Pertumbuhan Biologis
Saat usia 6-12 tahun, pertumbuhan serta 5 cm pertahun untuk
tinggi badan dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan.
Selama usia tersebut anak laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi,
anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan
jaringan lemak lebih cepet perkembagannya dari otot.
17

b. Perkembangan Psikososial
Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan
psikoseksual yang dideskripsikan oleh freud sebagai priode laten,
yaitu waktu tenang antara fase odipus pada masa kanak-kanak awal
dan erotsme masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina
hubungan dengan teman sebaya sasama jenis setelah pengabaian
pada tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikkan pada
lawan jenis yang menyertai puberas. Anak-anak usia sekolah ingin
sekali mengembangkan keterampilan dan berpartisipasi dalam
pekejaan yang berarti dan berguna secara sosial.
c. Perkembangan Kognitif
Ketika anak memasuki usia sekolah, mereka mulai
memperoleh kemampuan untuk menghubungkan serangkaian
kejadian untuk menggambarkan mental anak yang dapat di
ungkapkan cara verbal ataupun simbolik. Tahapan ini diistilahkan
sebagai oprasional konkret, ketika anak mampu menggungkapkan
proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan. Pemikiran
egosentris yang kaku pada tahun-tahun sekolah digantikan dengan
proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain.
d. Perkembangan Moral
Pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke
pola pikir lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap
perkembangan sadaran diri dan standar moral. Walaupun anak usia
6-7 tahun mengetahui peraturan dan perilaku yang diharapkan dari
mereka, mereka tidak memahami alasannya. Penguatan dan
hukuman mengarahkan penilaian mereka suatu “ tindakan yang
buruk ” adalah yang melanggar pengaturan dan membahayakan.
Oleh kaena itu anak usia 6-7 tahun kemungkinan
18

mengintrepretasikan kecelakan dan ketidak beruntungan sebagai


hukuman atau akibat tindakan “ buruk ” yang dilakukan anak.
e. Perkembangan Spiritual
Anak-anak usia dini berpikir dalam batasan konkrit tetapi
merupakan pelajar yang baik. Mereka tertarik dengan konsep surga
dan neraka dan dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian
terhadap peraturan, anak takut akan masuk neraka karena kesalahan
dalam berprilaku. Oleh karenanya konsep agama harus dijelaskan
kepada anak dalam istilah yang konkrit. Mereka merasa nyaman
dengan berdoa atau melakukan ritual agama dan jika aktivitas ini
merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari anak, hal ini dapat
membantu anak dalam melakukan koping dalam mengadapi situasi
sehari-hari.
f. Perkembangan Bahasa
Karakteristik Perkembangan bahasa anak usia SD menurut
Ormrod dalam (Surna, Nyoman & Pandeirot, D, 2014) adalah
sebagai berikut:
Usia 6-8 tahun, sekitar 50.000 kata sudah mulai dikuasai oleh
anak, mulai terbentuk kesadaran untuk menggunakan terminologi di
dalam disiplin akademik yang berbeda, kadang kala terdapat
hambatan pada anak ketika menggunakan kata penghubung seperti
tetapi, kecuali, walaupun, hanya, jika, dan lain-lain, mulai dapat
memahami kalimat secara utuh yang mempunyai banyak implikasi.
Usia 6-8 tahun juga mulai berkembangnya kemampuan
melakukan interpretasi, mengetahui penggunaan kata kerja dan
bentuknya, serta anak memahami jika terdapat adanya kata-kata
sindiran atau arah pembelotan kata menjadi sindiran, anak sudah
mulai dapat berkomunikasi dengan panjang meski masih bersifat
abstrak, berkembangnya pengetahuan tentang dasar- dasar bahasa
dan hakikat bahasa secara signifikan, seperti kemampuan
19

menganalisa dasar-dasar perkembangan bahasa yang menjadi


pengetahuan terstruktur dalam kognitif.
Pada usia 9-12 tahun, pembendaharaan kata anak
berkembang sekitar 80.000 kata, anak sudah lancar dalam
menggunakan kosa kata yang berhubungan dengan bidang
akademik, seperti menggunakan kata-kata dalam proses
pembelajaran. Anak juga sudah mampu mengelola kata menjadi
kalimat, walaupun berupa sebuah intruksi. Anak juga telah
menggunakan kata sambung sesuai dengan penggunaan bahasa dan
maksud kalimat, serta mulai berkembangnya kemampuan
memahami bahasa lambang seperti metafora, peribahasa, hiperbola,
pantun, syair, dan sebagainya.

D. Konsep Imunisasi

1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak
diimunisasi, bearti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Dian dkk, 2014 ).

2. Imunisasi untuk Anak Usia Sekolah


Menurut Mulyani, Nina Siti & Rinawati, Mega, 2013
2.1. DPT ulangan
a. Apabila imunisasi dasar belum pernah diberikan pada anak
usia kurang dari 8 tahun maka DPT diberikan dalam dosis 4
20

dosis yaitu ke 1 sampai ke 3 diberikan dengan selang waktu 1-


2 bulan dan yang ke – 4 diberikan 6 bulan berikutnya.
b. Apabila anak sudah berumur lebih dari 8 tahun diberikan
vaksin DT kemudian penguat diberikan setiap 10 tahun
c. Imunitas terhadap pertusis berlangsusng selama 10 tahun
setelah mendapatkan imunisasi dasar.
d. Pada usia remaja ( 10- 14 tahun ) diperlukan vaksinasi ulang
terhadap tetanus ( DT ). Khususnya anak perempuan yang
bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadinya tetanus
neonaturum pada bayi yang akan dilahirkan di kemudian hari.
2.2. MMR (Measles, mumps dan rubella )
Measles, mumps dan rubella merupakan vaksin yang
sangat penting bagi wanita subur karena komponen rubella
konginental. Apabila uji tuberculin diperlukan maka pemberian
MMR harus ditunda karena vaksin MMR mengandung virus
hidup yang dapat mengurangi sensitivitas terhadap tuberculin.
Jarak antara vaksinasi MMR dan uji tuberculin minimal empat
minggu.
Secara umum penularan infeksi dapat melalui fekal- oral,
pernafasan, urin, maupun darah dan secret tubuh lainnya.
Didalam lingkungan sekolah, infeksi dapat terjadi antar siswa
melalui percikan ludah waktu batuk, bersin, atau kontak langsung
melalui kulit.
2.3. Campak
Vaksinasi campak diberikan pada program BIAS ( bulan
imunisasi anak sekolah ) pada siswa SD kelas 1.
2.4. Tipoid
Vaksinasi untuk mencegah penyakit demam tipoid
diberikan kepada anak usia sekolah karena ada alasannya yaitu
kebiasaan para siswa SD dan SMP membeli makanan dari
21

pedagang kaki lima dan sekolah yang kebersihannya tidak


terjamin.

2.5. HPV
Vaksin HPV diberikan pada usia 10 tahun keatas pada
anak perempuan untuk mencegah infeksi HPV yang menetap
lama pada leher rahim dan dapat berkembang menjadi kanker
leher rahim.

E. Konsep Bermain

1. Pengertian
Menurut Wong, 2009, bermain merupakan kegiatan anak- anak,
yang dilakukan berdasarkan keinginan sendiri untuk mengatasi kesulitan,
stres dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk mencapai
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain.

2. Terapi Bermain di Rumah Sakit


Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah
emosi dan perilaku anak- anak karena responsif terhadap kebutuhan unik
dan beragam dalam perkembangan mereka. Menurut Vanfleet, et al,
2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak- anak
dimana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal,
sehingga dapat mengugkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan
mereka.

3. Manfaat Terapi Bermain


Menurut Adriana (2013) menyatakan bahwa aktivitas bermain
yang dilakukan di rumah sakit memberikan manfaat:
a. Membuang energi ekstra.
b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh.
c. Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.
d. Anak belajar mengontrol diri.
22

e. Meningkatkan daya kreativitas.


f. Cara untuk mengatasi kemarahan, kecemasan, kedukaan dan iri hati.
g. Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang lain atau anak
lainnya.
h. Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan
i. Dapat mengembagkan kemampuan intelektualnya.

4. Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain


Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu
diperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut :
a. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih
singkat untuk menghindari kelelahan dan alat- alat permainannya
lebih sederhana.
b. Mainan harus relative aman dan terhindar dari infeksi silang.
c. Sesuai dengan kelompok usia
d. Tidak bertentangan dengan terapi
e. Perlu keterlibatan orang tua dan keluarga

5. Pedoman Terapi Bermain Menyusun Balok


5.1 Tujuan bermain
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang
anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip
bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu Meningkatkan hubungan
perawat–klien, mengalihkan perhatian dari nyeri, takut dan
ketidaknyamanan, membantu eksplorasi perasaan gembira, sedih, dan
bosan.
5.2 Proses kegaiatan bermain
Kegiatan bermain yang akan dilakukan anak harus diuraikan
dengan jelas. Perawat bertindak sebagai fasilitator dan kegiatan
bermain terutama harus dilakukan secara aktif oleh anak dan orang
tua.
23

5.3. Alat permainan yang diperlukan


Hal yang harus diperhatikan adalah permainan yang digunakan
harus menggambarkan kreativitas perawat dan orang tua, serta dapat
menjadi media untuk eksplorasi perasaan anak. Alat permainan yang
digunakan yaitu Potongan balok.
5.4 Pelaksanaan kegiatan bermain
Selama kegiatan bermain, respons anak dan orang tua harus
diobservasi dan menjadi catatan penting bagi perawat. Hal yang perlu
diingat adalah proses dalam aktivitas bermain lebih penting daripada
hasil.
5.5. Evaluasi/ penilaian
Perlu dilakukan kegiatan evaluasi/ penilaian secara menyeluruh
di akhir kegiatan bermain. Evaluasi dapat dilakukan dengan
membandingkan pelaksanaan kegiatan bermain dengan tujuan yang
telah ditetapkan di awal. Hambatan- hambatan yang terjadi selama
proses permainan juga harus diperhatikan oleh perawat agar dalam
pelaksanaan kegiatan selanjutnya bisa lebih optimal.

F. Konsep Hospitalisasi

1. Pengertian
Hospitalisasi adalah masuknya individu kerumah sakit sebagai
klien dengan berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnostik, prosedur
operasi, perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan atau
pemantauan kondisi tubuh.

2. Stressor Umum pada Hospitalisasi Anak


Pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan
karena perpisahan dengan keluarga dan teman, berada di lingkungan
baru, menerima pemeriksaan dan perawatan, serta kehilangan kontrol.
24

3. Reaksi Hospitalisasi Anak pada Usia Sekolah


Anak usia sekolah mempunyai kemampuan koping yang lebih
baik untuk menghadapi stres hospitalisasi. Meskipun demikian anak usia
sekolah juga sering menunjukan reaksi stres hospitalisasi seperti
perasaan takut, marah, dan sedih. Reaksi juga sering terjadi pada anak
usia sekolah dalam menghadapi hospitalisasi sehingga membutuhkan
perlindungan orang tua.
G. Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak Tipoid dengan Hipertermi
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Pengkajian identitas anak berisi tentang : nama, tanggal lahir /
umur ( anak usia 6- 12 tahun ), jenis kelamin, dan agama.
2) Pengkajian identitas Orang tua berisi tentang : nama, umur,
pekerjaan, pendidikan, agama, dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh klien
yaitu panas naik turun, yang menyebabkan klien datang untuk
mencari bantuan kesehatan. Pada anak jika anak yang sadar dapat
langsung ditanyakan pada klien tetapi jika anak yang tidak dapat
berkomunikasi keluhan dapat ditanyakan pada orang tua klien yang
sering berinteraksi dengan klien.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Ditemukan adanya keluhan klien yang mengalami
peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,8℃ selama lebih dari 1
minggu, disertai menggigil. Naik turunnya panas terjadi pada waktu
pagi dan sore dan berlangsung selama lebih dari 1 minggu. Keadaan
semakin lemah, kadang disertai dengan keluhan pusing, akral hangat,
takikardia, serta penurunan kesadaran.
d. Riwayat Masa Lalu
Kaji adanya riwayat penyakit lain atau pernah menderita penyakit
yang sama.
25

1) Pre natal : Selama hamil apakah ibu pernah mengalami sakit dan
ibu pernah minum obat- obatan atau jamu.
2) Natal : Umur kehamilan 9 bulan, jenis persalinan normal
(spontan), keadaan bayi baik, bayi menangis dan bayi tidak
mengalami gangguan pernafasan.
3) Post natal : berat badan normal 2,5 kg– 4 kg, panjang badan
normal 49- 52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score, ada atau
tidak ada kelainan kongenital. Perawatan anak dalam masa
kandungan.
e. Riwayat imunisasi
Biasanya anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Usia 1 bulan : BCG
Usia 2- 3 bulan : Hepatitis B, I, II, H, Polio I, H, DPT I, II
Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Penyakit yang pernah diderita keluarga : kemungkinan ada
keluarga yang pernah menderita penyakit demam tipoid (Wijaya
A.,S, 2013)
2) Lingkungan rumah & komunitas : mengkaji kondisi lingkungan
disekitar rumah yang mempengaruhi demam tipoid yaitu
rendahnya hygine perorangan, hygine makanan, lingkungan rumah
yang kumuh, serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung
untuk hidup sehat.
3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : tidak melakukan cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, jajan
sembarangan.
g. Riwayat sosial
Kaji bagimana hubungan anak dengan orang tua, keluarga lain
serta teman-temannya. Siapakah orang yang paling dekat dengan anak.
Bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
26

h. Pengkajian pola fungsional gordon


1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalahbagaimana pola sehat –sejahtera yang
dirasakan, pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan
dengan sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif,
ketaatan pada ketentuan media dan keperawatan. Biasanya anak-
anak belum mengerti tentang manajemen kesehatan, sehingga perlu
perhatian dari orang tuanya.
2) Pola nutrisi metabolic
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan
klien, tipe makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat
badan, nafsu makan, pilihan makan.
3) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah poladefekasi klien, berkemih, penggunaan
alat bantu, penggunaan obat-obatan.
4) Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi,
kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat
diri,bekerja), dan respon kardiovaskuler serta pernapasan saat
melakukan aktivitas.
5) Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam,
bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada gangguan
tidur dan penggunaan obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur.
6) Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan
persepsi klien.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya,
persepsi klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri,
identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri. Biasanya anak
27

akan mengalami gangguan emosional seperti takut, cemas karena


dirawat di RS.
8) Pola peran hubungan
Kaji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain.
Bagaimana kemampuan dalam menjalankan perannya.
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas anak.
10) Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam
manghadapai stress dan juga adanya sumber pendukung. Anak
belum mampu untuk mengatasi stress, sehingga sangat dibutuhkan
peran dari keluarga terutama orangtua untuk selalu mendukung
anak.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum
terlalu mengerti tentang kepercayaan yang dianut. Anak-anak
hanyan mengikuti dari orang tua.
i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum yang meliputi suhu, nadi, pernafasan, tekanan
darah, warna kulit, tonus otot, turgor kulit, udema.
2. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala : kaji mengenai bentuk kepala, ada tidaknya lesi,
kebersihan kulit kepala, jenis rambut, tekstur rambut, warna
rambut dan pertumbuhan rambut.
b) Mata : kaji bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil,
konjungtiva, keadaan kornea, sclera, bulu mata, ketajaman
penglihatan, dan reflex kelopak mata.
c) Hidung : kaji mengenai kebersihan, adanya secret, warna
mukosa hidung, pergerakan/ nafas cuping hidung, juga adanya
gangguan lain.
28

d) Telinga : Kaji kebersihan, keadaan alat pendengaran, dan


kelainan yang mungkin ada.
e) Mulut : terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering
dan pecah- pecah. Lidah tertutup selaput kotor yang biasanya
berwarna putih, sementara ujung tepi lidah berwarna
kemerahan.
f) Leher : kaji adanya pembesaran kelenjar/ pembuluh darah, kaku
kuduk, pergerakan leher.
g) Pemeriksaan paru- paru
I : simetris, tidak mengunakan alat bantu pernapasan
Pal : vokal fremitus kanan dan kiri sama
Per :sonor
A :vasikuler, tidak ada ronchi dan whezzing
h) Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak
Pal : ictus cordis teraba di midclavikula sinistra
Per : pekak
A : terjadi bunyi jantung reguler
i) Persarafan : kaji reflek fisiologis atau reflek patologis yang
dilakukan oleh anak.
j) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisanya
terjadi konstipasi, atau diare dan bahkan bisa saja normal, kulit
teraba hangat dan kemerahan.
k) Ekstremitas : kaji tentang pergerakan, kelainan bentuk, reflex
lutut dan adanya edema.
l) Pemeriksaan Genetalia
1) Alat kelamin : kaji mengenai kebersihan dan adanya lesi.
2) Anus : kaji mengenai keadaan dan kebersihan, ada
tidaknya lesi dan ada tidaknya infeksi.
29

j. Pemeriksaan perkembangan
1) Kemandirian dan bergaul : ketika anak di rawat di rumah sakit
anak akan meninggalkan kelompok atau teman sebayanya
sehingga anak mengalami kecemasan.
2) Motorik halus dan kasar : apabila ada masalah di
pertumbuhan dan perkembangan maka kemungkinan akan
mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan.
3) Kognitif dan bahasa : anak mampu mengklasifikasi benda
dan menyelesaikan masalah secara konkret dan sistematis
berdasarkan apa yang mereka terima dari lingkunganya.
k. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah untuk kultur ( biakan, empedu ) dan widal.
2) Biakan empedu basil salmonella thyphosa dapat ditemukan
dalam darah klien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya,
lebih sering ditemukan dalam urine dan faces.
3) Pemeriksaan widal. Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan
yang diperlukan adalah titer zat anti terhadap antigen O. titer
yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang
progresif.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial.
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Sesuai dengan perumusan diagnosa keperawatan melalui PES
( Problem = masalah, etiologi = penyebab, dan simpton = tanda atau
gejala ) yaitu : P : Hipertermia, E : Proses Penyakit (Infeksi bakteri
salmonella typhi ) dan S : Suhu tubuh diatas normal, kulit merah,
kejang, takikardi, takpinea. Jadi, diagnosa keperawatan pada penelitian
ini adalah Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi
30

bakteri salmonella typhi ) yang ditandai dengan suhu tubuh diatas


normal ( 37,8 o C ) , kulit kemerahan, kejang, takikardi, dan takipnea
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien tipoid adalah:


a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.
b. Defisien volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak
adekuat.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan malabsorbsi nutrient.
e. Keletihan berhubungan dengan proses endotoksin kuman

3. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Salmonella typhi
Tabel 2.2 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Salmonella
typhi (Kusuma dan Nurarif A.H , 2015)
No. Tujuan/ Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Menghindari rasa
perawatan selama saling percaya
takut pasien dan
3x24 jam, diharapkan kepada pasien dan
suhu tubuh pasien libatkan keluarga libatkan
normal, dengan 2. Memantau TTV/4
keluarga
kriteria hasil : jam, turgor kulit,
dan membran 2. mencegah
mukosa
terjadinya
hiperpireksia
1. TTV dalam batas 3. Beri kompres hangat 2. kompres hangat
normal di sekitar axilla atau
membantu untuk
TD : 95-110/55- dahi/ 2 jam
70 mmHg menurunkan suhu
Suhu : 36,5-37,5o
tubuh
C
Nadi : 80-
90x/menit
RR : 20-
30x/menit
31

2. Tidak ada 3. Beri pakaian tipis 3. untuk menjaga


perubahan warna dan menyerap
agar pasien
kulit dan tidak keringat
ada pusing, merasa nyaman,
merasa nyaman
dan pakaian
tipis yang
dkenakan untuk
membantu
penguapan
tubuh
4. Anjurkan keluarga 4. peningkatan
memberikan cairan
suhu tubuh
sebanyak 2-2,5
liter/hari mengakibatkan
penguapan
tubuh
meningkat
sehingga perlu
diimbangi
dengan asupan
cairan yang
banyak untuk
mencegah
terjadinya
dehidrasi

5. Berikan terapi obat 5. untuk membantu


antipiretik sesuai
dalam
program dokter
menurunkan
panas tubuh
yang tinggi
32

4. Implementasi
Implementasi merupakan fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan (Kozier, 2011).
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka
membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan
dan kesehatan (Zaidin Ali, 2014).
Implementasi yang dilakukan pada anak tipoid dengan
hipertermi adalah :
a. Membina hubungan saling percaya kepada pasien dan libatkan
keluarga
b. Memantau tanda- tanda vital ( suhu,nadi, tekanan darah,
pernafasan setiap 3 jam )
c. Menganjurkan klien banyak minum ( 2-2,5 liter/ hari )
d. Memberikan kompres hangat
e. Menganjurkan untuk memakai pakaian yang tipis
f. Memberikan terapi cairan intravena dan antipiretik sesuai
program dokter.

5. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penialian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnose, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009). Evaluasi merupakan
tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah
(Meirisa, 2013).
Evaluasi yang diharapkan pada anak tipoid dengan hipertermi
adalah :
33

a. Suhu tubuh rentang normal( 36o C- 37, 5 o C ),nadi dalam rentang


normal ( 80- 90 kali per menit ), RR dalam rentang noormal ( 20 –
30 kali per menit )
b. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, lemas,
mukosa bibir lembab, turgor kulit baik.
c. Hasil laboraturium TP O dan TP H turun
d. Leukosit turun dalam batas normal..

Sehubungan dengan judul KTI saya adalah asuhan keperawatan


pada anak tipoid dengan fokus intervensi hipertermi, maka bahasan
lebih lanjut kita berfokus pada masalah hipertermi.
BAB III
METODA PENELITIAN

A. Rancangan penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini
merupakan penelitian deskriptif ialah metode penelitian yang bertujuan untuk
memberikan gambaran kepada masyarakat atau sekelompok tertentu tentang
suatu gejala. Adapun rancangan karya tulis ilmiah ini berupa studi kasus,
dimana penulis melakukan studi mendalam mengenai kasus tertentu yang
hasilnya merupakan gambaran lengkap mengenai kasus tersebut. Karya tulis
( studi kasus ) ini menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien
anak usia sekolah dengan demam tipoid yang mengalami masalah
keperawatan hipertermi. Tujuannya yaitu untuk mempelajari secara intensif
mengenai pengelolaan hipertermi pada klien anak usia sekolah.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan orang menjadi sumber bagi peneliti.
Dalam studi kasus ini menggunakan dua klien dengan masalah keperawatan
dan diagnosa medis yang sama serta memenuhi kriteria inklusi dan tidak
memenuhi kriteria eksklusi.
Siapa subjeknya ???
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Setiadi, 2013).
Kriteria inklusi pada kasus ini adalah sebagai berikut :

34
38

a. Klien pada anak sekolah usia 6- 12 tahun dengan gangguan masalah


keperawatan hipertermi pada tipoid di tandai dengan demam, suhu
lebih 37,8o, nyeri, anoreksia dan muntah, lidah kotor, dan kesadaran
composmentis.
b. Klien dengan anak demam tipoid yang telah dibuktikan dengan
pemeriksaan klinis dan laboraturium.
c. Keluarga menyetujui responden.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subyek yang memenuhi
kriteria inklusi ( Setiadi, 2013 ).
a. Keluarga klien tidak menyetujui menjadi responden
b. Dokter tidak mengizinkan klien menjadi klien kelolaan
c. Klien memiliki penyakit lain memerlukan penanganan khusus dari
medis
d. Klien dengan komplikasi lain seperti peredaran darah dan perforasi
usus, miokarditis, neuropsikiatrik, dan abses pada limpa.
C. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Asuhan keperawatan pengelolaan hipertermi pada An. M dengan diagnosa
medis typhoid dilaksanakan di Ruang keperawatan anak di Puskesmas
Dempet
2. Waktu
Penelitian pada An.M. dilaksanakan pada bulan April 2021. Pada tanggal
22-24 April 2021
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Pengertian Variabel
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang memiliki variasi
nilai dan merupakan operasionalisasi dari sebuah konsep agar dapat
diteliti dalam suatu proyek riset ( Setiadi, 2013 ). Variabel yang akan
digunakan untuk gambaran asuhan keperawatan pada anak tipoid dengan
fokus studi pengelolaan hipertermi.
39

2. Pengertian operasional variabel


Definisi operasional variabel adalah uraian singkat variabel bebas
dan terikat yang menjawab apa, bagaimana cara mengukurnya, jenis data/
hasil ukur yang diperoleh, satuan, dan skalanya. Studi kasus ini berjudul
“ Asuhan Keperawatan pada Anak Tipoid dengan Fokus Studi
Pengelolaan Hipertermi ”. Dari judul tersebut, maka definisi operasional
variabel yang penulis dapat tentukan sebagai berikut :
a. Asuhan Keperawatan Anak
Asuhan keperawatan adalah suatu proses layanan keperawatan
yang diberikan secara komprehensif dan berkesinambungan melalui
proses keperawatan yang terdiri dari proses keperawatan yaitu
pengkajian, perumusan masalah, perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan. Sedangkan untuk asuhan keperawatan anak
tidak jauh berbeda dengan asuhan keperawatan orang dewasa pada
proses pengkajian anak tidak hanya pengumpulan data saja tetapi juga
harus memperhatikan tumbuh kembang, hospitalisasi, dan riwayat
imunisasi pada anak. Asuhan keperawatan dilakukan kepada kedua
subjek penelitian dengan intervensi yang sudah ditentukan penulis.
b. Demam Tipoid
Demam tipoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran
( Rampengan, 2007 )
c. Hipertermi
Hipertermi adalah suatu keadaan suhu tubuh meningkat sangat
tinggi ( mencapai sekitar 40o C ) yang disebabkan gangguan otak,
penyakit, metabolik, lingkungan atau akibat endotoksin yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh ( hipotalamus ), suhu
tubuh yang sangat tinggi dapat merusak otak dan organ vital lainnya. (
Nurfanida, 2013 )
40

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menilai kesenjangan
antara teori yang ada didalam tinjauan pustaka dengan respon klien “ Asuhan
Keperawatan pada An. M dengan Tipoid dengan Fokus Studi Pengelolaan
Hipertermi” yang telah dipilih menjadi objek penelitian
Analisa data dimulai dengan mengumpulkan data melalui wawancara
kepada keluarga pasien pada hari terakhir di rawat dan rekam medis.
Selanjutnya menyusun rencana keperawatan untuk mengatasi masalah. Data
disajikan secara tabel dan narasi sesuai dengan desain penelitian studi
dokumentasi. .
F. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dilakukan adalah menilai kesenjangan antara
teori yang terdapat didalam tinjauan pustaka dengan respon klien yang
memiliki masalah hipertermi. Dalam studi kasus, teknik analisa data yang
digunakan adalah analisis diskriptif, dengan cara menganalisa data
berdasarkan data- data yang telah didapat melalui pengkajian sampai
evaluasi, data tersebut bisa berupa data subjektif maupun data objektif yang
terkumpul untuk digambarkan. Teknik analisa data kemudian di
interprestasikan dan dibandingkan antar kasus.
G. Etika Penelitian
Pada penelitian dicantumkan etika penulisan untuk mendasari dalam
menyusun studi kasus, yang terdiri dari :
1. Anonymity ( tanpa nama)
Adalah masalah yang memberikan jaminan dalam subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
2. Informed consent (persetujuan menjadi klien)
Adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pada informed consent juga
41

perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan


untuk pengembangan ilmu. Tujuan informed consent adalah subjek
mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika
subjek bersedia maka mereka harus menandatangani hak responden.
3. Confidentiality ( kerahasian )
Adalah kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah- masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan hasil penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Pada bab ini akan membahas tentang hasil dari studi kasus
pengelolaan hipertermi pada pasien tipoid di Puskesmas Dempet. Pengelolaan
pada An. M dilakukan pada tanggal 22-24 April 2021 di Ruang Mang57ga
Puskesmas Dempet. Pengelolaan ini mencakup lima tahap proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Dalam
pembuatan studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah ini, penulis hanya sempat
bertemu dengan keluarga pasien pada hari terakhir dirawat. Sehingga untuk
memperoleh laporan data lengkap penulis menggunakan studi dokumentasi
asuhan keperawatan di puskesmas dempet. Pada hari terakhir pasien dirawat,
penulis dapat merawat pasien dan memberikan saran dan klasifikasi data dari
ibu pasien. Dari klasifikasi ibu pasien, berikut yang dapat diperoleh.

2. Pengkajian
BERIKAN PENJELASAN ATAU GAMBARAN MASALAH APA YANG
AKAN DI MASUKKAN DALAM TABEL, BUKAN HANYA
MEMBERIKAN TABEL....DI SEMUA POINT, APA MAKSUDNYA, KTI
BUKAN HANYA PRESENTASI TABEL, TABEL FUNGSINYA UNTUK
MEMPERJELAS ATAU MENDESKRIPSIKAN MATERI YG TDK BISA
ANDA NARASIKAN SECARA KESELURUHAN.
a. Identitas Klien
Tabel 1. Identitas Klien

39
40

Identitas Pasien Klien


Nama An. M
Umur 8 Tahun
Pendidikan SD
Pekerjaan Pelajar
Status Perkawinan Belum kawin
Alamat Dempet Rt 03 Rw 04
Nomor Registrasi 71888
Diagnosis Medis Typhoid

b. Riwayat Penyakit
Tabel 2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Klien
Keluhan Utama Ibu pasien mengatakan An.M panas
selama 8 hari dengan suhu naik
turun
Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu pasien mngatakan pada tanggal
14 April 2021 pasien mengalami
41
panas turun pada pagi hari dan panas
kembali naik pada sore hari, pusing,
mual muntah 2 kali sehari .
Kemudian oleh orang tua membawa
An. M ke dokter umum, tetapi
setelah 3 hari tidak ada penurunan
suhu tubuh dan tidak mau makan.
Pada tanggal 22 april 2021 orang tua
membawa An.M ke IGD Puskesmas
Dempet dan tiba pukul 14.00 WIB
dengan keluhan panas 8 hari naik
pada sore hari dan turun pada pagi
hari, pusing, makan sedikit, mual
muntah 2 kali sehari, diare 4 kali
sehari di dapatkan pemeriksaan
tanda- tanda vital Tekanan darah :
108/68 mmHg, RR : 20 x/menit,
Nadi : 135 x/menit, Suhu: 40,8 o C ,
lidah kotor dan mendapatkan therapy
infus RL 12 tetes per menit, injeksi
ondancentron 3x ½ ampul, zink
sirup 3 x 2 cth, new antides 3 x ½
tablet,kemudian pukul 15.50 WIB
pasien dibawa ke ruang rawat inap
ruang mangga. dan pukul 19.00
WIB mendapatkan injeksi
ceftriaxone 2 x 500 gram,
paracetamol 3 x ½ tablet, dan hasil
pemeriksaan laboraturium uji widal
positif yaitu Widal TP O 1/160 dan
Widal TP H 1/320
BGM KONDISI SAAT ANDA
KAJI DI HARI TERAKHIR,
SEHINGGA MUNCUL MASALAH
APA YANG HARUS DITANGANI,
WALAUPUN PASIEN MAU
PLNG BLM TENTU
SEMUAMASALAH TERATASI.
ADA DISHARGE PLANNING.
Riwayat Kesehatan Dahulu Ibu pasien mengatakan anaknya
belum pernah di rawat inap di
puskesmas atau rumah sakit dan
tidak pernah mempunyai riwayat
sakit tipoid seperti sekarang
a. Prenatal Care
1. Ibu memeriksakan
kandungannya rutin di poli
KIA di puskesmas dempet
2. Komplikasi yang terjadi
selama hamil : tidak ada
3. Riwayat imunisasi TT : 2
kali
b. Natal
1. Tempat melahirkan :
puskesmas dempet
42

c. Pola Kesehatan Gordon


Tabel 3. Perubahan Pola Kesehatan
Pola Kesehatan Klien
Manajemen kesehatan Ibu pasien mengatakan status kesehatan
An. M sejak lahir baik dengan imunisasi 43
lengkap
Nutrisi
Sebelum sakit Ibu pasien mengatakan An. M, makan
teratur, makan 3 x/hari habis satu porsi
dengan nasi, sayur, lauk pauk dan minum
air putih 900 ml/hari
Selama sakit Ibu pasien mengatakan anaknya susah
makan, pasien makan 3x/hari, habis ¼
porsi makanan yang diberikan di
puskesmas dan minum 1500 ml/hari
Eliminasi
Sebelum sakit Ibu pasien mengatakan BAB 3 kali sehari
fasesnya lembek,berwarna kuning dan
tidak ada bercampur darah sedangkan
BAK 5 x 150 cc/hari

Selama sakit Ibu pasien mengatakan An.M diare 4 x/


hari dengan konsistensi ampas dan
berlendir, berbau khas, warna kuning
sedangkan BAK 7 x 100 cc/hari

Aktivitas
Sebelum sakit Pasien dapat beraktivitas seperti biasa
An.M bersekolah dan melakukan
kegiatannya sebagai pelajar
Selama sakit An.M hanya berbaring di tempat tidur dan
semua aktivitas di bantu ibunya

Kebersihan diri
Sebelum sakit Pasien mandi 2 kali sehari pagi dan sore
secara mandiri, kuku bersih, rambut bersih
Selama sakit Pasien mandi 1 kali sehari hanya dilap saja
Pasien selama dirawat belum keramas dan
kuku bersih
Pola kognitif – persepsi
Selama sakit Respon anak secara umum baik,
pengucapan dan cara bicara anak baik
Pola konsep- diri
Sebelum sakit An.M sering bermain dengan teman
sebayanya
Selama sakit An.M terkadang rewel

Pola stress
Selama sakit Yang menyebabkan stress pada anak
karena suasana lingkungan puskesmas/
rumah sakit, lemas yang dirasakan dan
tidak bisa bermain dengan temannya
Istirahat-tidur
Sebelum sakit An. M dapat tidur 7-8 jam/hari
Selama sakit An. M tidurnya nyenyak 5-7 jam/hari,
hanya terbangun saat akan diperiksa dan
di injeksi
44

d. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4. Pemeriksaan Fisik
45

Observasi Klien
o
Suhu 40,8 C
Nadi 135 x/menit
Tekanan Darah 108/68 mmHg
Pernapasan 20x/menit
GCS E4 M6 V5 = 15

Pemeriksaan Fisik
Kepala Mesochepal
Mata Bersih, tidak ada kotoran, mata
simetris kanan dan kiri, Konjugtiva
tidak anemis
Hidung Bersih, Tidak terdapat polip
Telinga Bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
Mulut Mukosa bibir kering, lidah kotor
terdapat bintik-bintik putih
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks
- Paru- paru Inspeksi : pergerakan dada simetris
kanan dan kiri
Palpasi : pergerakan dada teratur, tidak
ada odema
Perkusi : Sonor
Auskultasi : irama pernafasan
vesikuler
- Jantung Inspeksi : tidak Nampak ictus cordis
pada ICS V mid klavikula sinistra
Palpasi : teraba ictus cordis pada ICS
V mid klavikula sinistra selebar 2 cm,
tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung regular,
(lub dup)
Abdomen Inspeksi : tidak terdapat lesi, perut
kembung,warna kulit normal
Perkusi : bunyi tympani
Palpasi: nyeri tekan dengan skala
nyeri 2, terdapat pembesaran limpa
Auskultasi : suara peristaltic terdengar,
bising usus ± 10x/menit
Integumen Kulit bersih, turgor kulit menurun >2
detik, CRT kurang dari 3 detik, akral
hangat
Ekstermitas
a. Atas Terpasang infus RL ditangan bagian
sebelah kanan 12 tetes/menit
b. Bawah Dalam batas normal,tidak ada lesi
Genitalia Tidak terpasang kateter
46

e. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 22 April 2021
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,6 g/dl L 13.0- 17/P 12- 15
Lekosit 10.000/uL 4.000- 11.000/uL
Eritrosit 4,87/ uL 3,5-5,5 juta
Hematokrit 37.28% L 40-48 %/ P 37-43%
Trombosit 270.000/uL 150- 400/ uL
Diffcount : Basofil 0% 0-1%
Eosinofil 0% 1-3%
N. Batang 1 % 2-6%
N.Segmen 89 % 50-70%
Lomfosit 9% 20-40%
Monosit 1% 2-8%
SEROLOGI
Widal TP O 1/160 Negative
Widal TP H 1/320 Negative

Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 24 April 2021
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,68g/dl L 13.0- 17/P 12- 15
Lekosit 6.800/uL 4.000- 11.000/uL
Eritrosit 4,66 /uL 3,5-5,5 juta
Hematokrit 40,02 % L 40-48 %/ P 37-43%
Trombosit 281.000/uL 150- 400/ uL
Diffcount : Basofil 0% 0-1%
Eosinofil 0% 1-3%
N. Batang 1 % 2-6%
N.Segmen 84 % 50-70%
Lomfosit 14 % 20-40%
Monosit 1% 2-8%

SEROLOGI
47

Widal TP O 1/80 Negative


Widal TP H 1/160 Negative

3. Analisis masalah
Tabel 6. Analisa masalah
Analisis Data Penyebab (etiologi) Masalah

Data Subjektif Proses infeksi Hipertermi


Salmonella typhi
Ibu Pasien mengatakan
anaknya panas 8 hari
dengan suhu naik pada
sore hari.

Data Objektif

- Pasien tampak lemah


- Lidah kotor
- TTV :
TD = 108/68 mmHg
N = 135 x/menit
S = 40,8oC
RR = 20 x/menit

4. Diagnosis Keperawatan
Tabel 7. Diagnosis Keperawatan
48

Data Masalah Etiologi /


penyebab
5. Perencanaan
Data Subjektif Hipertermi Proses infeksi
Salmonella typhi
Ibu Pasien
mengatakan anaknya
panas 8 hari dengan
suhu naik pada sore
hari

Data Objektif

- Pasien tampak
lemah
- Lidah kotor
- Mukosa bibir
kering
- Turgor kulit jelek
- TTV :
TD = 108/68
mmHg
N = 135 x/menit
S = 40,8oC
RR = 20 x/menit
Tabel 8. Perencanaan Keperawatan

Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi (NIC) -


Keperawatan Rasional

Hipertermi b.d. Proses Setelah dilakukan 1. Membina hubungan


infeksi Salmonella typhi perawatan selama saling percaya
3x24 jam, diharapkan kepada pasien dan
suhu tubuh pasien keluarga
normal, dengan Rasional: untuk
kriteria hasil : kelancaran hubungan
1. TTV dalam batas interaksi selanjutnya
normal 2. Mengukur TTV/4
TD : 95-110/55- jam, turgor kulit,
70 mmHg dan membran
Suhu : 36-37,5o C mukosa. Rasional :
Nadi : 80- mencegah
90x/menit terjadinya
RR : 20- hiperpireksia
30x/menit 3. Beri kompres
2. Tidak ada hangat di sekitar
49

perubahan warna axilla atau dahi/ 2


kulit dan tidak jam
ada pusing, Rasional: kompres
merasa nyaman hangat membantu
untuk menurunkan
suhu tubuh
4. Beri pakaian
berbahan tipis
Rasional : untuk
menjaga agar pasien
merasa nyaman, dan
pakaian berbahan tipis
yang dikenakan untuk
membantu penguapan
tubuh
5. Anjurkan keluarga
memberikan
minum sebanyak
2000-2500 ml /hari
Rasional :
peningkatan suhu
tubuh
mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat sehingga
perlu diimbangi
dengan asupan
cairan yang banyak
untuk mencegah
terjadinya dehidrasi
6. Berikan terapi obat
antipiretik,
antibiotik dan diare
sesuai program
dokter.
- Injeksi ceftriaxone
2x 500 gr/IV
- Injeksi
ondancentron 3 x
½ ampul/ IV
- Paracetamol 3 x ½
tablet/oral
- Zink sirup 3 x 2
cth/ oral
- New antides 3 x ½
tablet/ oral
50

Rasional :untuk
membantu dalam
menurunkan panas
tubuh yang tinggi
dan mengurangi
mual dan muntah

6. Implementasi
Tabel 9. Implementasi Keperawatan

Klien Diagnosis Hari/tanggal Jam Tindakan


Keperawatan
An. M Hipertermi Kamis, 22 April 16.00 1. Membina
b.d. Proses 2021 hubungan saling
infeksi percaya kepada
Salmonella pasien dan
typhi keluarga
S: ibu pasien
mengatakan
mengizinkan
penulis untuk
melakukan
wawancara dan
An. M mau
berbicara
O : Ibu pasien
menjawab
pertanyaan
penulis, An.M
tampak tidak
takut dengan
penulis dan
bersedia
berkenalan
16.15 2. Monitor TTV
S:-
O : TD = 108/68
mmHg
N = 135
x/menit
S = 40,8oC
RR = 20 x/menit
16.30 3. Memberikan
kompres hangat
51

disekitar axila
atau dahi
S:-
O : pasien mau
dikompres dan
tampak tenang
17.00 4. Membantu
pasien memakai
pakaian
berbahan tipis
S : pasien
bersedia
O : pasien
tampak nyaman
memakai
pakaian
berbahan tipis
18.30 5. Memberikan
kompres hangat
disekitar axila
atau dahi
S:-
O : pasien mau
dikompres dan
tampak tenang
19.00 6. Melanjutkan
therapi obat
sesuai program
dokter obat
antipiretik, dan
antibiotik
- Injeksi
ceftriaxone
2x 500 gr/IV
- Injeksi
ondancentron
3x½
ampul/ IV
- Paracetamol
3x½
tablet/oral
- Zink sirup 3
x 2 cth/ oral
- New antides
3 x ½ tablet/
oral
52

S : pasien
mengatakan
bersedia di
berikan obat
melalui selang
infus dan
meminum obat
O : obat masuk,
tidak ada alergi
20.00 7. Monitor TTV
S:-
O : TD : 110/70
mmHg
N : 110 x/menit
S : 39o C
RR : 20 x /menit
20.15 8. Memberikan
pasien banyak
minum (2-2,5
liter/hari )
S : pasien
mengatakan mau
minum
O : pasien
tampak minum
habis 1 gelas
belimbing
20.30 9. Memberikan
kompres hangat
disekitar axila
atau dahi
S:-
O : pasien mau
dikompres dan
tampak tenang

Jumat, 23 April 07.00 1. Melanjutkan


2021 therapi obat
sesuai program
dokter obat
antipiretik,
antibiotic dan
obat diare:
- Injeksi
ceftriaxone
53

2x 500 gr/IV
- Injeksi
ondancentron
3 x ½ ampul/
IV
- Paracetamol
3x½
tablet/oral
- Zink sirup 3
x 2 cth/ oral
- New antides
3 x ½ tablet/
oral
S : pasien
mengatakan
bersedia di
berikan obat
melalui selang
infus dan
meminum obat
O : obat masuk,
tidak ada alergi
08.00 2. Memberikan
pasien banyak
minum ( 2-2,5
liter/hari )
S : pasien
mengatakan mau
minum
O : pasien
tampak minum
habis 1 gelas
belimbing
09.00 3. Monitor TTV
S:-
O : TD : 120/80
mmHg
N : 110 x/ menit
S : 38,7o C
RR : 20 x/menit
10.00 4. Memberikan
kompres hangat
disekitar axila
atau dahi
S:-
O: pasien mau
54

dikompres dan
tampak tenang
12.00 5. Memberikan
kompres hangat
disekitar axila
atau dahi
S:-
O: pasien mau
dikompres dan
tampak tenang
13.00 6. Memonitor TTV
S:-
O : TD : 120/78
mmHg
N : 100 x/menit
S : 38o C
RR : 22 x /menit
13.30 7. Memberikan
kompres hangat
disekitar axila
atau dahi
S:
O : pasien mau
dikompres dan
tampak tenang
Sabtu, 24 April 07.00 1. Melanjutkan
2021 therapi obat
sesuai program
dokter obat
antipiretik,
antibiotic dan
obat diare :
- Injeksi
ceftriaxone
500 gr/IV
- Injeksi
ondancentron
3 x ½ ampul/
IV
- Paracetamol
½ tablet/oral
- Zink sirup 3
x 2 cth/ oral
- New antides
3x ½
tablet/oral
55

S : pasien
mengatakan
bersedia di
berikan obat
melalui selang
infus dan
meminum obat
O : obat masuk,
tidak ada alergi

08.00 2. Memberikan
pasien banyak
minum (2-2,5
liter/hari )
S : pasien
mengatakan mau
minum
O : pasien
tampak minum
habis 1 gelas
belimbing
09.00 3. Memonitor TTV
S:-
O : TD : 110/68
mmHg
N : 115 x/ menit
S : 37,7o C
RR : 20 x/menit
10.00 4. Memberikan
pasien banyak
minum ( 2- 2,5
liter/hari) liter
S : pasien
mengatakan mau
minum
O : pasien
tampak minum
habis 1 gelas
belimbing
12.00 5. Memonitor TTV
S:-
O : TD : 110/68
mmHg
N : 115 x/ menit
S : 37,7o C
RR : 20 x/menit
56

7. Evaluasi

Tabel 10. Evaluasi Tindakan Keperawatan

Klien Diagnosis Hari/tanggal Evaluasi


Keperawatan
An. M Hipertermi b.d. Kamis, 23 S = Ibu pasien mengatakan
Proses infeksi April 2021 anaknya masih panas
Salmonella typhi O = KU. lemah
1. Pasien masih lemas
2. Lidah kotor
3. Mukosa bibir kering
4. Turgor kulit jelek
5. TTV : TD : 110/70 mmHg
S : 39oC
N : 110x/menit
RR : 20x/menit
A = Masalah hipertermi belum
teratasi
P = Lanjutkan intervensi
6. Mengukur TTV/ 4 jam
7. Memberikan kompres
hangat disekitar axila atau
dahi/ 2 jam
8. Memberikan pasien banyak
minum (2-2,5 liter/hari )
9. Melanjutkan therapi obat
sesuai program dokter obat
antipiretik , antibiotic, dan
obat diare
- Injeksi ceftriaxone 500
gr/IV
- Injeksi ondansentron 3 x ½
ampul/ IV
- Paracetamol ½ tablet/oral
- Zink sirup 3 x 2 cth/ oral
- New antides 3 x ½ tablet/
oral
57

An.M Hipertermi b.d. Jum’at, 24 S = Ibu pasien mengatakan panas


Proses infeksi April 2021 anaknya sudah sedikit turun
Salmonella typhi O = KU. lemah
- Pasien masih lemas
- Lidah masih sedikit kotor
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit masih jelek
- TTV : TD : 120/78 mmHg
S : 38oC
N : 100x/menit
RR : 22x/menit
A = Masalah hipertermi teratasi
sebagian
P = Lanjutkan intervensi
- Mengukur TTV/ 4 jam
- Memberikan kompres
hangat disekitar axila atau
dahi/ 2 jam
- Memberikan pasien
banyak minum (2-2,5
liter/hari )
- Melanjutkan therapi obat
sesuai program dokter obat
antipiretik, antibiotic dan
obat diare
- Injeksi ceftriaxone 500
gr/IV
- Injeksi ondansentron 3x ½
ampul/ IV
- Paracetamol 3 x½
tablet/oral
- Zink sirup 3 x 2 cth/oral
- New antides 3 x ½ tablet/
oral

Klien Diagnosis Hari/tanggal Evaluasi


Keperawatan
An. M Hipertermi b.d. Sabtu, 24 S = Ibu pasien mengatakan panas
Proses infeksi April 2021 anaknya suduh turun/ berkurang
Salmonella typhi O = KU. Baik
- Pasien sudah tidak lemas
- Pasien tampak segar
- Lidah sudah bersih
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit baik
58

- TTV : TD : 115/75 mmHg


S : 36,7oC
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A = Masalah hipertermi teratasi
P = Hentikan intervensi
59

B. Pembahasan

Dalam pembahasan disini berhubung dengan kasus studi dokumentasi


yang dilakukan di puskesmas dempet, yang data- data pada asuhan
keperawatan di puskesmas dempet tidak sama dengan format pengkajian anak
yang disyaratkan oleh kampus D III Keperawatan Blora.
Sehingga pembahasan ini penulis menulis sesuai data dokumentasi
sesuai data yang di cantumkan.
Penulis akan membahas dokumentasi asuhan keperawatan pada An. M
dengan tipoid di puskesmas dempet dengan studi kepustakaan dan
menganalisis hasil dari dokumentasi yang sudah ada. Dokumentasi asuhan
keperawatan ini mencakup lima tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan. Adapun proses pembahasannya yaitu:

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan oleh karena itu tepat tidaknya intervensi yang dilakukan pada
klien tergantung pada ketepatan data pengkajian. Ada beberapa di temukan
adanya kesenjangan yang berarti antara di kasus dan teori yang ada.
Hasil analisis dokumentasi asuhan keperawatan penulis
menemukan masalah hipertermi pada pasien yang menunjang yaitu ibu
mengatakan panas sejak 8 hari dengan suhu naik pada sore hari dan turun
pada pagi hari,mual muntah 3 kali ,diare 5 kali sehari, keadaan umum
composmentis, GCS : E4 M6 V5, akral teraba hangat dan pasien terlihat
lemas, lidah kotor dan hasil tanda- tanda vital : Tekanan darah 108/68
mmHg, Nadi : 135 x/menit, Suhu : 40,8oC, RR : 20 x/menit.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa keluhan utama
pada pasien adalah panas naik turun, Menurut Utomo (2017). Hipertermi
adalah suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh. Hal ini sesuai
60

dengan ketentuan berdasarkan pembuatan diagnosa keperawatan menurut


SDKI (2016).
Pasien juga mengatakan panas selama 8 hari suhu naik turun. Pada
kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu suhu bersifat
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat
pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua pasien terus berada dalam
keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal
kembali. Lestari, titik ( 2016).
Dokumentasi asuhan keperawatan pada An. M di puskesmas
dempet tidak dicantumkan riwayat kehamilan, sehingga pengkajian untuk
riwayat kehamilan harus seperti ini sesuai syarat dari kampus yaitu :
prenatal, natal dan post natal. Prenatal, ibu memeriksakan kandungannya
rutin di poli KIA di puskesmas dempet, tidak terjadi komplikasi selama
hamil, riwayat imuisasi TT ( tetanus toxoid). Natal, tempat melahirkan di
puskesmas dempet, jenis persalinan normal, yang menolonng saat
melahirkan bidan, tidak terjadi komplikasi selama melahirkan, ibu pasien
mengatakan anak langsung menangis spontan, ibu pasien mengatakan saat
lahir anak berwarna merah dan bergerak aktif. Post natal, kondisi bayi
normal, ibu mengatakan reflek menghisap kuat, suhu tubuh bayi normal
36,5o C, ASI eksklusif selama 6 bulan.
Dokumentasi asuhan keperawatan pada An. M di puskesmas
dempet tidak dicantumkan riwayat imunisasi, sehingga perlu ditambahkan
yaitu Pengkajian riwayat imunisasi An.M terkaji tentang
pendokumentasian waktu atau jadwal pemberian imunisasi, data yang
didapat dari ibu pasien yang mengatakan bahwa anaknya sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap meliputi BCG 1 kali saat berusia 1
bulan, DPT 3 kali saat berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, Polio 4 kali saat
berusia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, Hepatitis B 4 kali saat berusia 0
bulan ( 0-7 hari ), 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan imunisasi campak 1 kali
saat berusia 9 bulan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan
61

atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu


penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan ( Dian dkk, 2014 ).
Pada dokumentasi asuhan keperawatan di puskesmas dempet
riwayat pertumbuhan dan perkembangan tidak di cantumkan, sehingga
perlu ditambahkan yaitu riwayat pertumbuhan berat badan sebelum sakit
26 kg dan selama sakit 24 kg, An. M mengalami penurunan berat badan 2
kg. Tinggi badan An. M 126 cm. Hasil IMT ( indeks massa tubuh )
sebelum sakit BB ( kg )/ TB 2 ( M ) = 26 kg/1,26 2 m = 16,4 kg ( normal )
dan hasil IMT ( indeks massa tubuh ) selama sakit BB ( kg )/ TB 2 ( M ) =
24/ 1,26 2 m = 15,12 kg ( normal ). Riwayat Perkembangan pada An.M
usia 8 tahun yaitu Anak sudah dapat gosok gigi tanpa bantuan, bermain
ular tangga, memasang puzzle, menyusun balok, mencuci tangan,
menyebutkan nama teman dan berpakaian tanpa bantuan. Motorik halus,
anak dapat menggambar, menyusun menara. Sector bahasa, anak dapat
menghitung, menyebutkan warna- warna. Motorik kasar,anak dapat berdiri
dengan satu kaki dalam 3 detik serta anak dapat melompat dengan satu
kaki.
Menurut Nuarif dan Kusuma ( 2015 ) tanda dan gejala tipoid pada
minggu kedua yaitu terdapat bintik kemerahan ,kulit kemerahan ( rash ),
nyeri abdomen, diare atau konstipasi , splenomegali dan hepatomegali dan
delirium. Dari pengkajian dokumentasi asuhan keperawtan di puskesmas
dempet An. M mengalami mual muntah 2 kali sehari, diare 4 kali sehari
dan di berikan therapy farmakologi seperti injeksi ondansentron 3 x ½
ampul/ IV, zink sirup 3 x 2 cth, new antides 3 x ½ tablet
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium serologi terdapat hasil
yaitu pada An.M Widal TP O 1/160 dan Widal TP H 1/320. Adanya
ketidaknormalan hasil yaitu peningkatan widal TP O dan widal TP H yang
menandakan adanya antibody terhadap bakteri salmonella typhi sehingga
peningkatan jumlah antibody ini dapat menandakan terjadinya tipoid.
62

Hipertermi adalah Peningkatan suhu tubuh yang dialami An. M di


karenakan proses infeksi salmonella thyphi, dan suhu lingkungan yang
terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi, selain itu juga dapat
disebabkan pada hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu. Zat
yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan
suhu sehingga menyebabkan demam. ( Diane M. Fraser, 2012 ). Demam
septik yaitu Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ketingkat yang normal pada pagi hari.
An.M mengalami kenaikan suhu tubuh pada sore hari 40,8 o C dan
termasuk dalam kategori hipertermi yang mengakibatkan
ketidaknyamanan dampak dari peningkatan suhu tubuh pada tipoid akan
mengakibatkan kejang, syok, serta perforasi usus ( lubang usus ).
Dari pengkajian yang telah dilakukan, penulis menemukan ada
kesenjangan antara teori dan kasus. Dibuktikan pada kasus tidak
ditemukan bintik kemerahan pada badan atau kulit kemerahan ( rash), dan
delrium pada pasien, sedangkan pada teori disebutkan ada bintik
kemerahan ,kulit kemerahan ( rash ), nyeri abdomen, diare , splenomegali
dan hepatomegali menurut Nuarif dan Kusuma ( 2015 ). Pada An. M
mengalami nyeri abdomen skala 2, diare 4 kali sehari, dan splenomegali
yang di buktikan ketika perawat melakukan pemeriksaan fisik pada An. M.
bagian abdomen ketika palpasi terdapat nyeri tekan sekala 2, terdapat
pembesaran limpa.
Pada riwayat sosial, An. diasuh oleh orang tua terutama ibu yang
paling berperan di dalam pengasuhan anak. Ibu pasien mengatakan
hubungan anak dengan teman sebayanya sangat baik, seperti saat dirumah
pasien bermain aktif bersama teman sebayanya. Kondisi Lingkungan
rumah, orang tua pasien tinggal di rumah sendiri, lingkungan sekitar
rumah padat dengan lingkungan yang sedikit kotor, kamar sedikit lembab,
kurangnya menjaga kebersihan lingkungan sehingga dapat menyebabkan
kuman salmonella typhi masuk ke tubuh pasien melalui makanan yang
terkontaminasi menurut Lestari, Titik ( 2016 )
63

Pada manajemen kesehatan Ibu pasien mengatakan jika ada anggota


keluarga yang sakit maka biasanya keluarga akan memeriksakannya ke
dokter keluarga. Tempat tinggal orang tua di rumah sendiri, ibu
mengatakan pasien waktu dirumah tidurnya hanya malam hari, ibu pasien
mengatakan anaknya makan teratur 3 kali sehari.

2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), struktur penulisan diagnosa
keperawatan aktual yang tepat menggunakan stuktur penulisan PES
(problem, etiologi, dan symptom ). Pada diagnosa laporan kasus yang
penulis susun sudah sesuai dengan SDKI (2016). Masalah diagnosa pada
tipoid yang penulis angkat pada karya tulis ini menurut SDKI (2016)
salah satu diagnosa tipoid adalah Hipertermi berhubungan dengan proses
penyaki ( infeksi Salmonella typhi ) Nurarif & Kusuma, 2015.
Hal ini sesuai dengan respon pada ibu klien yaitu problem Ibu
pasien mengatakan An.M panas selama 8 hari febris remiten, mual muntah
3 kali sehari, diare 5 kali sehari. Data obyektif tampak lemas, lidah kotor,
tekanan darah 108/68 mmHg, frekuensi nadi 135x/menit, suhu tubuh 40,8o
C, frekuensi pernapasan 20 x/menit. Pada kasus yang saya ambil,
penyebab dari hipertermi tersebut adalah proses penyakit (infeksi
Salmonella typhi),tanda dan gejala hipertermi yaitu suhu tubh diatas
normal (36o C – 37,5o C ). Alasan penulis dalam menegakkan diagnosa
masalah keperawatan yang muncul yaitu Hipertermi berhubungan dengan
proses penyakit ( infeksi Salmonella typhi ) (SDKI, 2016).

3. Rencana Keperawatan
Penulis membuat tujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
pada tipoid menggunakan konsep Spesific, Measurable (dapat di ukur ),
Attainable, Realistic, Timely ( SMART ) penulis merencanakan tindakan
keperawatan diharapkan hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
(infeksi Salmonella typhi) teratasi dengan kriteria hasil S: suhu tubuh
64

pasien kembali normal ( 36,5-37,5o C ), M: dapat dilakukan pengukuran


dengan termometer, A: memberikan kompres air biasa, memberikan
banyak minum ( 2-2,5 L/hari), memakaikan pakaian berbahan katun, R:
panas pasien hilang, T: 3x24 jam.
Disertai gangguan pada saluran cerna dan dengan atau tanpa
gangguan delirium. Demam tipoid bisa menyerang saat kuman tersebut
masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran
pencernaan yaitu usu halus. Dan melalui peredaran darah, bakteri sampai
di organ tubuh terutama hati dan limpa. Dan kemudian berkembang biak
dalam hati dan limpa yang menyebabkan nyeri saat diraba. Massa
inkubasi kuman salmonella typhi 7- 14 hari.
Kriteria hasil dari pasien hipertermi berhubungan dengan proses
salmonella thyphi yaitu TTV dalam batas normal Tekanan darah ( 95-
110/ 55-70 mmHg), suhu normal ( 36 o-37,5o C), RR normal ( 20-30
x/menit), nadi normal ( 80-90x/menit ). Tidak ada perubahan warna kulit,
tidak ada pusing, merasa nyaman, lidah bersih, mukosa bibir lembab, dan
turgor kulit baik. Hasil laboraturium widal TP O dan TP H turun.
Leukosit turun dalam batas normal.
Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan penulis untuk
mengatasi pengelolaan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Salmonella typhi pada pasien meliputi tindakan pertama yaitu membina
hubungan saling percaya kepada pasien dan keluarga, rasional untuk
kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.
Rencana tindakan kedua Mengukur TTV/4 jam, turgor kulit, dan
membran mukosa, rasional mencegah terjadinya hiperpireksia
Rencana tindakan ketiga yaitu beri kompres hangat di sekitar
axilla atau dahi/ 2 jam, rasional kompres hangat membantu untuk
menurunkan suhu tubuh. Mengompres pada daerah axilla maupun dahi
sebagai daerah letak pembuluh darah besar merupakan upaya
memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar
menurunkan suhu tubuh. Dengan kompres hangat menyebabkan suhu
65

tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan


menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya tubuh
akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan
membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami
vasodilatasi sehingga pori- pori kulit akan membuka dan mempermudah
pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh
( Purwanti, 2015 ).
Rencana tindakam keempat yaitu beri pakaian berbahan katun,
rasional untuk menjaga agar pasien merasa nyaman, dan pakaian
berbahan katun yang dikenakan untuk membantu penguapan tubuh.
Rencana tindakan kelima yaitu anjurkan keluarga memberikan
minum sebanyak 2000-2500 ml /hari dengan teknik 250 ml ketika
bangun tidur, 250 ml setelah sarapan, 500 ml menjelang siang, 250 ml
setelah makan siang, 250 ml menjelang sore hari, 250 ml setelah makan
malam, 250 ml sebelum tidur, rasional peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak untuk mencegah terjadinya dehidrasi
Rencana tindakan keenam yaitu berikan terapi obat antipiretik,
antibiotik dan obat diare sesuai program dokter, rasional untuk
membantu dalam menurunkan panas tubuh yang tinggi dan mengurangi
diare. Paracetamol merupakan obat antipiretik yang betrujuan untuk
menurunkan panas, ondansentron untuk mencegah serta mengobati
mual dan muntah, ceftriaxone merupakan obat antibiotic yang berfungsi
untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri termasuk golongan
sefalosprin, zink syrup digunakan sebagai terapi pelengkap diare pada
anak-anak dan digunakan bersama garam rehidrasi oral( oralit ), New
antides adalah obat yang digunakan untuk meredakan dan mengatasi
diare. Terapi pada klien pengelolaan hipertermi terdapat kesenjangan
dengan teori BAB II, yaitu pada teori BAB II penulis hanya
mencantumkan obat antibiotik tanpa mencantumkan obat lainya seperti
66

antipiretik yang berujuan untuk menurunkan panas, mencegah serta


mengobati mual dan muntah, mengobati berbagai macam infeksi bakteri,
terapi pelengkap diare pada anak-anak dan digunakan bersama garam
rehidrasi oral( oralit ), dan mengatasi diare obat mencegah infeksi, untuk
meredakan dan mengatasi diare. Pada perencanaan pemberian obat yaitu
benar karena penulis mencantumkan nama obat, jam pemberian obat, dan
dosis dalam pemberian terapi obat.
Rencana tindak lanjut untuk pasien yang akan pulang sangat
penting seperti memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
pencegahan penularan tipoid, sehingga keluarga dapat mengerti tentang
bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit tipoid serta dapat
mencegah terjadinya kembali penyakit tipoid serta pemberian kompres
air hangat pada daerah axila atau dahi jika sewaktu- waktu mengalami
peningkatan suhu tubuh.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan
dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan
menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Zaidin Ali, 2014).
Implementasi yang dilakukan pada An. M tipoid dengan
hipertermi di puskesmas dempet adalah: Membina hubungan saling
percaya kepada pasien dan keluarga, rasional untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya. Mengukur TTV/4 jam, turgor kulit, dan membran
mukosa, rasional mencegah terjadinya hiperpireksia. Beri kompres
hangat di sekitar axilla atau dahi/ 2 jam, rasional: kompres hangat
membantu untuk menurunkan suhu tubuh. Beri pakaian berbahan katun,
rasional untuk menjaga agar pasien merasa nyaman, dan pakaian
berbahan katun yang dikenakan untuk membantu penguapan tubuh.
Anjurkan keluarga memberikan minum sebanyak 2000-2500 ml /hari
67

dengan teknik 250 ml ketika bangun tidur, 250 ml setelah sarapan, 500
ml menjelang siang, 250 ml setelah makan siang, 250 ml menjelang sore
hari, 250 ml setelah makan malam, 250 ml sebelum tidur, rasional
peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak untuk
mencegah terjadinya dehidrasi
Berikan terapi obat antipiretik, antibiotik dan obat diare sesuai
program dokter, rasional untuk membantu dalam menurunkan panas
tubuh yang tinggi dan mengurangi diare.
Namun perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada An.
M terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat menyebabkan
proses keperawatan belum mendapatkan hasil yang maksimal
berdasarkan perawat di puskesmas dempet. Faktor pendukung ialah
adanya kerjasama yang baik antara perawat dengan tim kesehatan lain
terhadap penulis dan kerjasama pasien dengan keluarga. Sedangkan
Faktor penghambat yang pertama adalah pengkajian yang dilakukan oleh
perawat di puskesmas dempet masih ada perbaikan, salah satunya adalah
respon anak selama proses keperawatan. Tentunya anak yang dirawat di
rumah sakit atau puskesmas akan mengalami fase hospitalisasi dimana
anak akan mengalami stressor kecemasan dan ketakutan karena harus
beradaptasi dengan lingkungan yang baru, menerima pemeriksaan dan
perawatan selama di rumah sakit atau puskesmas sehingga membutuhkan
membutuhkan perlindungan orang tua. Kecemasan anak yang sulit diatasi
tersebut dapat menghambat proses penyembuhan dari anak karena ketika
anak masih merasa tidak nyaman dan merasa ketakutan dengan
lingkungannya pasti anak akan berespon dengan menangis atau dengan
melakukan aktivitas – aktivitas yang tiba untuk menjauh dari stressor
yang menyebabkan dia ketakutan. Padahal dengan aktivitas anak yang
menangis dan pergerakan yang tiba – tiba tersebut dapat meningkatkan
metabolism basal anak meningkat sehingga produksi panas juga akan
68

ikut meningkat sehingga menyebabkan suhu tubuh anak tidak kunjung


turun malah justru dapat meningkat (Dewi & Meira,2016).
Penulis dalam hal pendokumentasian membenarkan bahwa dalam
pendokumentasian harus disertai tanda tangan dan nama terang dari
perawat dalam melakukan tindakan keperawatan. Dan dalam hal ini
perawat puskesmas dempet sudah melakukan pendokumentasian sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Pendokumentasian ini berfungsi bagi
perawat jika ada keluhan atau malpraktik dapat didukung dengan bukti
pendokumentasian. Selain pendokumentasian juga diperlukan adanya
pendelegasian terhadap teman sejawat, tujuan dilakukan delegasi antara
lain yaitu untuk mengalokasikan pekerjaan secara efektif kepada tim dan
menggunakan delegasi sebagai suatu perangkat motivasi dan
pengembangan. Dan dalam implementasi penulis hanya
mengimplementasikan tindakan dalam satu kali shift padahal menurut
Nursalam (2017), dokumentasi harus setiap perkembangan status klien.

2. Evaluasi Keperawatan
Pada evaluasi ini perencanaan pada kasus yang disusun oleh
perawat puskesmas dempet selama 3x24 jam cukup efektif dalam
mencapai tujuan penyembuhan pengelolaan hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi Salmonella typhi. Hasil evaluasi tindakan
keperawatan pada An.M dengan diagnosa keperawatan hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi Salmonella typhi selama 3x24 jam,
yaitu masalah teratasi, karena masa inkubasi rata- rata 7-14 hari dan An.M
sudah memasuki minggu ke dua, sehingga mengalami panas naik pada
sore hari dan turun pada pagi hari, splenomegali, diare. Adanya factor
pendukung anak yang kooperatif karena pada usia sekolah, keluarga yang
kooperatif, pada tanggal 24 April 2021 An. M mulai membaik di tandai
dengan suhu 36,7o C , nadi 88x/menit, RR 22x/menit, TD 110/70 mmHg,
hasil laboraturium widal TP O 1/80 dan widal TP H 1/160, leukosit
69

6.800/uL. Mukosa bibir lembab, turgor kulit baik. Evaluasi yang


dilakukan penulis menggunakan metode SOAP.
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) hasil yang diharapkan pada
masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Salmonella typhi.adalah Suhu tubuh rentang normal( 36o C- 37,5o C ), nadi
dalam rentang normal ( 80- 90 kali per menit ), RR dalam rentang
noormal ( 20 – 50 kali per menit ), TTV dalam batas normal Tekanan
darah ( 95-110/ 55-70 mmHg), tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada
pusing, merasa nyaman, lidah bersih, mukosa bibir lembab, dan turgor
kulit baik. Hasil laboraturium widal TP O dan TP H turun . Leukosit turun
dalam batas normal. Sehingga masalah hipertermi pada An.M teratasi.
BAB V

PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka penulis membuat simpulan
dari laporan kasus yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Anak Tipoid
dengan Fokus Studi Pengelolaan Hipertermi ”, maka dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran pengkajian yang telah dilakukan penulis pada pasien
mengalami panas selama 8 hari naik pada sore hari dan turun pada pagi
hari , lidah kotor, mual muntah 3 x sehari ,diare 5 kali, sehari suhu 40,8 o C
yang dilakukan penulis dari pasien tersebut di terapkan dalam teori dan di
jelaskan penulis di pembahasan
2. Berdasarkan data hasil pengkajian pada An. M yaitu pasien mengalami
kenaikan suhu pada sore hari dan turun pada pagi hari, nyei kepala, mual
muntah, diare, lidah kotor, hasil laborat salmonella typhi (+). Data tersebut
merujuk pada diagnosa keperawatan yaitu Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi (salmonella typhi )
3. Dalam penulisan rencana keperawatan penulis merncanakan pada faktor
pengelolaan hipertermi pada pasien tipoid. Rencana keperawatan sesuai
dengan teori yaitu monitor TTV setiap 4 jam, berikan kompres hangat
sekitar axilla atau bagian dahi, anjurkan untuk banyak minum 2-2,5 liter
per hari, anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang berbahan
katun dan menyerap keringat dan berikan therapy obat sesuai program
dokter, karena perencanaan yang penulis rencanakan sebagian besar sesuai
dengan kondisi pasien.
4. Hasil implementasi yang dilakukan selama 3x24 jam yang dilakukan pada
An. M mengalami kemajuan setiap harinya, contohnya pada hari pertama,
demam pada pasien masih tinggi, hari kedua demam sudah mulai turun,
muntah berkurang, diare berkurang, nyeri kepala berkurang dan nafsu
makan mulai muncul, pada hari ketiga suhu tubuh pasien normal, sudah
tidak mual muntah, sudah mau makan, hal ini di buktikan dengan pasien

68
69

tampak lebih segar, sudah tidak rewel lagi, porsi makan bertambah. Pada
pemeriksaan tanda- tanda vital masih dalam rentang normal dan tidak
mengalami kenaikan yang signifikan.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan penulis sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat dalam asuhan keperawatan selama 3x 24 jam, pada An.
M masalah keperawatan hipertermi sudah teratasi.

B. Saran
Dari kesimpulan yang sudah di sampaikan untuk pengembangan
perbaikan serta sosialisasi lebih lanjut dari hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini, maka disarankan kepada pihak- pihak berikut :
1. Bagi Rumah Sakit / Puskesmas
Disarankan untuk membuat standart operasional prosedur yang
tepat untuk mengangani pasien dengan diagnosaa hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi Salmonella typhi.
2. Bagi Perawat
Tenaga kesehatan khususnya perawat di harapkan melakukan
pemantauan hipertermi dengan anak tipoid pada fase minggu kedua
dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk pasien
tipoid.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan mampu memberikan informasi
kepada mahasiswa pada pengkajian pasien anak dengan memperhatikan
factor usia, trauma hospitalisasi serta factor pencetus yang menyebabkan
pasien sakit. Karena pada setiap individu yang masuk rawat inap baik di
rumah sakit maupun puskesmas meskipun dengan diagnosa yang sama
akan tetapi tindakan berbeda.
4. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan keluarga dapat melakukan tindakan keperawatan
dengan cara non farmakologis dengan mandiri apabila anak mengalami
panas dirumah misalnya dengan mengompres air hangat disekitar axilla
70

atau bagian dahi, banyak minum air putih, selain itu Perlunya keluarga di
berikan penyeluhan tentang diit makanan yang diberikan pada pasien
dengan penyakit tipoid.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Selemba Medika.
Agustiari, Ni Kadek Dita. ( 2019 ). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Klien
Post ORIF dengan Defisit Perawatan Diri di Ruang Bima RSUD Sanjiwani
Gianyar. KTI tidak dipublikasikan. Bali : Politeknik Kesehatan Denpasar.
Ali, Zaidin. ( 2014 ). Dasar-dasar dokumentasi keperawatan,
( www.scholar.unand.ac.id ) . Diakses pada tanggal 29 Oktober 2020
Arfiansyah, M. R. ( 2018 ). Asuhan keperawatan pada typhoid dengan fokus studi
pengelolaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di
RST Dr. Soedjono Magelang. KTI tidak dipublikasikan Magelang : D III
Keperawatan Magelang , FK Poltekkes Kemenkes Semarang.
Azizah, N. ( 2020 ). Asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa medis
demam typhoid di ruang asoka RSUD Bangil Pasuruan. KTI tidak
dipublikasikan Sidoarjo : Program D III Keperawatan Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Cahyaningsih, D. S. (2011). Pertumbuhan perkembangan anak dan
remaja. Jakarta: TIM.
Dian dkk. ( 2014 ). Buku panduan imunisasi. Jakarta : Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Faizah, N. ( 2020 ) . Asuhan keperawatan pada anak typhoid dengan fokus studi
pengelolaan hipertermi RSUD dr.R.Soeprapto Cepu. KTI tidak
dipublikasikan . Blora : D III Keperawatan Blora, FK Poltekkes Kemenkes
Semarang.

Farissa Ulfa, O. W. (N.D.). Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja


Puskesmas. Higeia Journal Of Public Health 2 (2) (2018) , 227-238,
( http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia ). Diakses pada tanggal
30 Oktober 2020.
Gina, H. ( 2017 ). Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
an. G dengan gangguan sistem pencernaan: demam tipoid di paviliun
badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat. KTI tidak
dipublikasikan .Jakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan, FK UMJ
Jakarta.
Hayati, R ( 2017 ). Asuhan keperawatan hipertermi pada tn.s dengan demam
tipoid di ruang dahlia RSUD Dr.R.Soeprapto Cepu. KTI tidak
dipublikasikan. Blora : D III Keperawatan Blora, FK Poltekkes Kemenkes
Semarang.
Maling, B., Haryani, Sri., dan Arif, Syamsul. (2012). Pengaruh Kompres Tepid
Sponge Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10
Tahun Dengan Hipertermia Di RSUD Tugurejo Semarang. KTI tidak
dipublikasikan. Semarang : Program Studi Ilmu Keperawatan. STIKES
Telogorejo Semarang.
Maryani, K.D.( 2019 ). Peran komunitas anak dalam mendukung progam
kabupaten layak anak di Kabupaten Malang (Studi Pada Komunitas Omah
Sinau di Dusun Ngepeh, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten
Malang). Malang. UMM.
Meirisa. (2013). Evaluasi, ( http://ainulinayah2.blogspot.com/2013/05 ). Diakses
pada 29 Oktober 2020.
Mendri, N., & Prayogi, A. S. ( 2017 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit &
Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Narayana, W.R.C, ( 2018 ). Gambaran asuhan keperawatan pada anak demam
typhoid dengan hipertermi di ruang anggrek BRSU Tabanan. KTI tidak
dipublikasikan. Denpasar : Jurusan Keperawatan, FK Poltekkes Denpasar.
Nina Siti Mulyani, Mega Rinawati. ( 2013 ). Imunisasi Untuk anak. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Ni Putu Dea Pawitri Handayani, D. M. (2017). Karakteristik Usia, Jenis
Kelamin, Tingkat Demam. Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2 Mei
2017 , 4, 30- 40,
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/MedikaTadulako/article/viewFil
e/9285/7376) Diakses tanggal 03 November 2020
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & nanda nic-noc. Jogjakarta: MediAction.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang. ( 2019 ). Pedoman penulisan karya
ilmiah KTI. KTI tidak dipublikasikan. KTI tidak dipublikasikan .Semarang:
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Pratamawati, M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak yang Mengalami
Demam Tifoid dengan Masalah Hipertermi di Rumah Sakit Panti Waluya
Malang. KTI tidak dipublikasikan. Malang: STIKES Panti Waluya
Malang.
Pratiwi,Ni Made Dinda Wiswati. (2020). Gambaran asuhan keperawatan
pada bayi bblr dengan termoregulasi tidak efektif di ruang
perinatologi RSUD wangaya. Diploma thesis, Poltekkes Denpasar
Jurusan Keperawatan.
Prehamukti, A. A. (2018). Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Kejadian
Demam Tifoid. HIGEIA 2 (4) (2018) , 587- 598,
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia). Diakses tanggal 30
Oktober 2020 ).
Purwanti, Sri. (2015). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. 2018,

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/do
wnload/288/312. Diakses tanggal 17 Mei 2021
Saputro, H., & Fazrin, I. ( 2017 ). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit:
Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat dan
Pelaksanaannya. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES).
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2)
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suraya, C., & Atikasari, A. (2019). Hubungan Personal Hygiene dan Sumber Air
Bersih dengan Kejadian Demam Typhoid Pada Anak. Jurnal 'Aisyiyah
Medika, 4(3),
(http://jurnal.stikes-aisyiyah-
palembang.ac.id/index.php/JAM/article/download/205/184).Diakses tanggal
08 November 2020 )
Surna, I Nyoman dan Olga D. Pandeirot (Ed). ( 2014 ). Psikologi Pendidikan 1.
Jakarta: Erlangga.
Susilaningrum, Rekawati, Nursalam & Utami Sri (2013). Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.1st edn,Dewan Pengurus Pusat . 1st edn. Jakarta Selatan: PPNI.
Titik Lestari, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Web Site SKDR Kemenkes. ( 25 Januari 2017),
(https://fdokumen.com/document/buletin-skdr-skdrmgg-ke-3-tahun-
2017pdf-laporan-kasus-suspek-difteri-ada.html). Diakses pada tanggal 8
November 2020.
Widayana, A.P., ( 2016 ). Hubungan kualitas pelayanan perawat dengan tingkat
kepuasan klien rawat inap di RSUD DR. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. KTI tidak dipublikasikan. Purbalingga: Program Studi Ilmu
Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Wulandari, Dewi dan Meira Erawati. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yusuf, Syamsu. ( 2011 ). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Standart Operasional Prosedur Kompres Hangat

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT
STANDAR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
PROSEDUR Tanggal Terbit Disetujui Oleh

Pengertian Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan


waslap/ handuk yang telah di kompres hangat celupkan
pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh
tertentu.

Tujuan Untuk pemberian kompres hangat pada klien untuk


menurunkan suhu tubuh klien.
Persiapan Alat 1. Air hangat dalam baskom
2. Waslap / handuk kecil
3. Perlak dan pengalas
4. Sarung tangan 1 pasang

Prosedur A. Tahap Pra Interaksi


Pelaksanaan 1. Membaca status klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama klien
2. Kontrak waktu
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan kepada klien dan keluarga

C. Tahap Kerja
1. Mendekatkan peralatan disamping klien
2. Meminta orang tua mendampingi anak
3. Memasang perlak dan pengalas pada tempat yang
akan dikompres
4. Waslap dibasahi dengan air hangat dan diletakkan
pada tempat yang akan dikompres
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan dan mengukur suhu
tubuh
2. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien dan keluarga
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

Unit Terkait Rawat Jalan


LAMPIRAN 2 : Glosarium

GLOSARIUM

Duktus thoracicus : Pembuluh limfe dada atau ductus thoracicus mengangkut


limfe yang berasal dari bagian tubuh lain dan bermuara ke
pembuluh balik dibawah vena subclavia sinistra (vena yang
melewati tulang selangka kiri).
Hiperplasia : peristiwa meningkatnya jumlah sel yang terjadi pada organ
tertentu akibat peningkatan proes mitosis
Lamina propia : lapisan tipis jaringan ikat yang membentuk bagian dari
lapisan lembab dikenal sebagai membran mukosa, seperti
saluran pencernaan
Malaise : rasa kurang sehat, menggambarkan perasaan lelah, tidak
nyaman
Masa inkubasi : waktu dari terpaparnya kuman sampai muncul gejala
Melena : tinja berwarna hitam atau gelap akibat perdarahan pada
saluran cerna bagian atas.
Mialgia : nyeri otot
Nekrosis : kematian sel
Neuropsikiatrik : gangguan kesadaran
Perforasi : kondisi dimana organ tubuh mengalami luka dan
berlubang
Rose sport : bintik mawar dibagian lidah atau berwarna bintik merah
muda
Sel mononuclear : kelompok darah putih yang menjadi bagian dari sistem
kekebalan
.
LAMPIRAN 3 :Daftar Singkatan

DAFTAR SINGKATAN

A : Auskultasi
BCG : Bacillus Calmette-Guerin
DPT : Difteri, Pertusis, Tetanus
HPV : Virus Papiloma Manusia
I : Inspeksi
Pal : Palpasi
Per : Perkusi
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT : Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
LAMPIRAN 4 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Netty Prasetiya Fitriani
2. NIM : P1337420418093
3. Tanggal Lahir : 08 Januari 2000
4. Tempat Lahir : Demak
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat rumah
: Dk. Mandungan Rt 06 Rw 05
a. Jalan

b. Kelurahan : Botorejo
c. Kecamatan : Wonosalam
d. Kab / kota : Demak
e. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telpon
a. Rumah :-

b. Hp : 083102040694

c. Email : nettyfitry08@gamil.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pendidikan TK di TK Sultan Fatah Demak, lulus tahun 2006


2. Pendidikan SD di SD Negeri Bintoro 10 Demak, lulus tahun 2012
3. Pendidikan SMP di SMP Negeri 3 Demak, lulus tahun 2015
4. Pendidikan SMA di SMA Negeri 2 Demak, lulus tahun 2018
5. Pendidikan Perguruan Tinggi di Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi
Diploma III Keperawatan Blora sejak 2018 sampai sekarang

Demikian daftar riwayat ini saya buat dengan sebenar- benarnya, semoga
dapat dijadikan informasi dan pertimbangan.
Blora, Mei 2021

Netty Prasetiya Fitriani


NIM P1337420418093
LAMPIRAN 5 : Lembar Bimbingan KTI ( Pembimbing 1 )
LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN – POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Nama Mahasiswa : Netty Prasetiya Fitriani


NIM : P1337420418093
Nama Pembimbing : Siti Kistimbar, S.Pd, S.Kep, Ners, M.Kes.
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Anak Tipoid dengan Fokus
Studi Pengelolaan Hipertermi

NO. HARI / MATERI SARAN TANDA MONITOR


TANGGAL BIMBINGAN TANGAN KAPRODI
PEMBIMBING
1. Selasa, 15 Judul Maksimal

September 2 judul

2020
2. Jumat, 2 Judul Acc judul

Oktober

2020
3. Sabtu, 31 Bab I Penulisan

Oktober Latar

2020 Belakang
4. Kamis, 5 Bab I Latar Revisi

November Belakang Latar


2020 Belakang

5. Rabu, 11 Bab I dan Bab III Revisi

November Kedua

2020 Bab I

Latar

Belakang,

Bab III

Subjek

Penelitian
6. Rabu, 18 Bab II Revisi

November Manifestasi Pathway

2020 Klinis, harus

Patofiiologi, sinkron

Pathway, dengan

Etiologi patofisiol

Hipertermi, ogi,
Pertumbuhan stadium-

dan stadium

perkembangan, manifesta

judul si klinis,

hospitalisasi, Diagnosa

Diagnosa Keperaw

Keperawatan. atan

harus

sesuai

dengan

pathway

7. Rabu, 2 Bab I Latar Revisi

Desember belakang, bab II ketiga bab

2020 dan bab III I latar


subjek penelitian belakang

, Acc bab

II, dan

revisi

ketiga

subjek

penelitian.
8. Kamis, 17 Bab I peran dan Revisi

Desember fungsi perawat, keempat

2020 bab III subjek bab I

penelitian peran dan

fungsi

perawat ,

bab III

subjek

operasion
al
9. Jumat, 18 Bab I peran dan Revisi

Desember fungsi perawat, kelima

2020 bab III subjek bab I

penelitian peran dan

fungsi

perawat ,

bab III

subjek

operasion

al dan

definisi

operasion

al
10. Sabtu, 19 Bab I dan bab III ACC Bab

Desember I dan bab

2020 II
11. 21 Mei 2021 BAB IV Revisi

prolog

hasil,

pengkajian

riwayat

imunisasi,

riwayat

kehamilan

, riwayat

alergi,

riwayat

social,

riwayat

tumbuh

kembang

tambahkan
IMT, pola

kesehatan

gprdon,

kriteria

hasil

tambahkan

hasil lab,

memonitor

TTV

ganti

memantau
12. 15 Mei 2021 BAB IV Revisi
PEMBAHASAN

prolog

dalam

pembahas

an,
tambahkan

yang

berbeda

dari askep

puskesmas

,intervensi

dan

implement

asi

tambahkan

rasional
13. 23 Mei 2021 BAB IV hasil Revisi
dan pembahasan

prolog

hasil dan

pembahas

an,
tambahkan

kesenjang

an dan

teori
14.

15.

16.

Blora, Mei 2021

Ketua Program Studi DIII


Keperawatan Blora

Joni Siswanto, SKp,M.Kes


NIP. 196607131990031003
LAMPIRAN 6 : Lembar Bimbingan KTI ( Pembimbing 2 )

LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN – POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Nama Mahasiswa : Netty Prasetiya Fitriani


NIM : P1337420418093
Nama Pembimbing : Sutarmi, MN
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Anak Tipoid dengan Fokus
Studi Pengelolaan Hipertermi

NO. HARI / MATERI SARAN TANDA MONITOR


TANGGAL BIMBINGAN TANGAN KAPRODI
PEMBIMBING
1. Jumat, 18 Proposal KTI Harus tau

Desember kenapa

2020 tertarik

memilih

kasus

tersebut

2. Sabtu, 19 Tapak asma AAC

Desember Proposal KTI Proposal


2020 KTI dan

persiapk

an

dengan

baik
3. 24 Mei 2021 BAB 4 Siapkan

buat

materi

4.
5.
6.
7.

Blora, Mei 2021


Ketua Program Studi D III
Keperawatan Blora

Joni Siswanto, S.Kp., M.Kes.


NIP. 196607131990031003
LAMPIRAN 7 : Lembar Bimbingan Revisi

LEMBAR BIMBINGAN REVISI


PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Nama Mahasiswa : Netty Prasetiya Fitriani


NIM : P1337420418093
Penguji Utama: Jarot Sugiharta, A.Kep,M.Kes
Penguji I : Sutarmi, MN
Penguji II : Siti Kistimbar, S.Pd., S.Kep., Ns.,M.Kes
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Anak Tipoid dengan Fokus
Studi Pengelolaan Hipertermi

NO HARI / MATERI SARAN TANDA MONITOR


TANGGAL BIMBINGAN TANGAN KAPRODI
PEMBIMBING
1. 3 Januari BAB 2 Perbaiki
2021 konsep
asuhan
keperawata
n

2. 7 Januari BAB 2 Tambahkan


2021 di diagnos
PES

3. 27 Januari BAB 2 Tambahkan


2021 dalam
implementa
si dan
evaluasi
hasil

4.
5.

6.

7.

8.

Blora, Mei 2021


Ketua Program Studi D III
Keperawatan Blora

Joni Siswanto, S.Kp., M.Kes.


NIP. 196607131990031003

Anda mungkin juga menyukai