PUSKESMAS DEMPET
P1337420418093
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/ 2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M TIPOID DENGAN FOKUS
PUSKESMAS DEMPET
P1337420418093
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/ 2021
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Anak Tipoid dengan Fokus Studi Pengelolaan Hipertermi”,
yang saya tulis ini adalah benar- benar merupakan hasil karya sendiri, bukan
pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah
pengelolaan kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi
atau perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing 1 Pembimbing 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Mengetahui,
Ketua Prodi DIII Keperawatan Blora
v
KATA PENGANTAR
Kemenkes Semarang.
4. Ibu Siti Kistimbar, S.Pd., S.Kep., Ners., M.Kes. selaku dosen pembimbing I
memberi petunjuk, saran, dan nasehat dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini.
waktunya untuk bimbingan, saran dan nasehat dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
vi
7. Dosen dan Staf Program Studi D III Keperawatan Blora yang telah membantu
8. Orang tua saya, yang selalu memberikan dukungan penuh baik materi
maupun motivasi dan selalu mendoakan penulis, serta kakak dan adik yang
pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dalam pembuatan berikutnya. Semoga karya tulis
ilmiah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam bidang kesehatan.
vii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN FOKUS STUDI
PENGELOLAAN HIPERTERMI DI RUANG MANGGA PUSKESMAS
DEMPET
ABSTRAK
Latar belakang : Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah
kesehatan utama di negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular
tropis tersebut adalah demam tipoid, yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
Demam tipoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan lingkungan yang
kurang higienis pribadi serta perilaku masyarakat.
Tujuan : karya tulis ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan
anak pada pasien dengan tipoid fokus studi pengelolaan hipertermi di ruang
mangga Puskesmas Dempet.
Metoda : metode yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus dan menggunakan
proses pendekatan keperawatan dengan salah satu kasus demam tipoid dengan
Fokus Studi Pengelolaan Hipertermi untuk menyelesaikan masalah dengan cara
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi penyajian data
Hasil : pengkajian dilakukan pada anak dengan cara anemnesa ibu untuk
membantu hingga muncul masalah tipoid, intervensi masalah tersebut
menggunakan lima intervensi dan implementasi selama 3 hari dengan tujuan yang
sudah dibuat, kemudian dengan hasil evaluasi masalah teratasi terhadap pasien
anak yang sudah dilakukan anemnesa.
viii
NURSING CARE FOR CHILDREN TYPHOID WITH THE FOCUS OF
HYPERTERMI MANAGEMENT IN MANGGA SPACE, PUSKESMAS
DEMPET
ABSTRACT
Background : Tropical infectious diseases are still one of the main health
problems in tropical countries. One such tropical infectious disease is typhoid
fever, which is caused by Salmonella typhi. Typoid fever is found in many
people's lives, both in urban and rural areas. This disease is closely related to a
less hygienic environment for personal and community behavior.
Purpose : This paper aims to describe pediatric nursing care in patients with
typoids, the focus of the study of hyperthermia management in the mango room of
the Dempet Health Center.
Method : The method used in providing nursing care uses a descriptive method
with a case study approach and uses a nursing approach process with one case of
typhoid fever with a focus on Hyperthermia Management Studies to solve
problems by means of interviews, observation, physical examination, and
documentation of data presentation.
Results : The assessment was carried out on children by means of anemnesis of
the mother to help with typoid problems, the problem intervention used five
interventions and implementation for 3 days with the goals that have been made,
then with the results of evaluating the problem is resolved on pediatric patients
who have anemnesed.
ix
DAFTAR ISI
x
2. Imunisasi untuk Anak Sekolah…………………………….......... 19
E. Konsep Bermain……………………………………………............... 21
1. Pengertian……………………………………………………….. 21
2. Terapi Bermain di Rumah Sakit ………………………………... 21
3. Manfaat Terapi Bermain ………………………………………... 22
4. Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain ………………………….... 22
5. Pedoman Terapi Bermain Menyusun Balok …………………..... 22
F. Hospitalisasi …………………………….………………………….... 23
1. Pengertian ..……………………………………………............... 23
2. Stressor Umum pada Hospitalisasi ………………………........... 23
3. Reaksi Hospitalisasi Anak pada Usia Sekolah ………………..... 24
G. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Tipoid dengan Hipertemi... 24
1. Pengkajian .................................................................................... 24
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 29
3. Intervensi Keperawatan ............................................................... 30
4. Implementasi ……………………................................................ 32
5. Evaluasi ........................................................................................ 32
A. Hasil ....................................................................................................... 39
B. Pembahasans........................................................................................... 57
1. Pengkajian …................................................................................... 61
xi
2. Diagnosa Keperawatan………………………................................ 61
3. Perencanaan …………………........................................................ 61
4. Implementasi …………………………………………………...... 64
5. Evaluasi………………..................................................................... 66
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan...................................................................................................... 68
B. Saran............................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 4.6 Analisis Data 46
Tabel 4.7 Diagnosis Keperawatan 46
Tabel 4.8 Perencanaan Keperawatan 47
Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan 49
Tabel 4.10 Evaluasi Tindakan Keperawatan 55
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan utama di negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular
tropis tersebut adalah demam tipoid, yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
900.000 kasus pertahun dengan lebih dari 200.00 kematian ( Edi Apyadi,
tahun 2017 di Jawa Tengah tercatat sebagai provinsi dengan kasus penyakit
seluruh kabupaten atau kota. Dari data tersebut diperoleh Kabupaten Demak
Kebiasaan pada anak sekolah yang sering dijumpai, anak lebih suka
membeli dan memakan jajanan yang tidak higienis, ketika akan makan
kebanyakan anak- anak tidak mencuci tangan, mereka biasa makan- makanan
1
2
dengan tangan yang belum tentu bersih, hal ini memicu terjadinya penyakit
bahan toksik, atau parasit seperti bakteri dan virus yang masuk ke
infeksi pada sistem pencernaan khususnya usus halus. Masa inkubasi demam
tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Pada awal periode penyakit ini,
2014:551).
menggigil sampai meningkatnya suhu tubuh tubuh yang tidak diikuti dengan
keputusan etik dan peneliti (Hidayat, 2012). Dalam pelaksanaan peran dan
fungsi perawat, secara komprehensif yang meliputi bio, psiko, sosio, dan
membantu klien mencapai kondisi kesehatan yang lebih baik. Upaya yang
upaya untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi demam tipoid dengan
lingkungan serta menjaga pola makan atau gaya hidup sehat. Sedangkan
lingkungan rumah.
penelitian karya tulis ilmiah dengan studi kasus yang berjudul “Asuhan
Hipertermi”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus:
pengelolaan hipertermi.
pengelolaan hipertermi.
pengelolaan hipertermi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
pengelolaan hipertermi.
5
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis
pengelolaan hipertermi.
1. Pengertian
Demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang dibiasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Lestari
Titik, 2016).
Typhus abdominalis atau demam tipoid merupakan penyakit
infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan atau tanpa
gangguan kesadaran yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Bakteri
tersebut terkait dengan bakteri Salmonella yang menyebabkan keracunan
makanan. S. Typhi biasanya hidup pada tubuh manusia dan ditularkan
melalui kotoran seseorang ( feses ) atau air kencing ( urine ).
Demam tipoid merupakan suatu infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh Salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa demam
tipoid adalah infeksi akut yang menyerang pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh Salmonella typhi, yaitu sejenis bakteri gram negatif
yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan terkadang disertai
dengan gangguan kesadaran pada klien.
6
7
2. Etiologi
Penyebab utama demam tipoid adalah salmonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu
antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida ),
antigen H ( flagella ) dan antigen Vi. Dalam serum penderita, terdapat
zat ( aglutinin ) terdapat ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh
pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15- 41o C ( optimun
37oC ) dan pH pertumbuhan 6- 8. Faktor lainnya adalah lingkungan,
sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan atau minuman yang
terkontaminsi, muntah, dan lain sebagainya. ( Lestari Titik, 2016 ).
3. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya
˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam
HCl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon
imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella
akan menembus sel- sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum
distal dan kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening
mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah
(bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ
retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa
melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar ( hepatomegali ) dengan infiltasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan
pembesaran limfa ( splenomegali ). Di organ ini, kuman salmonella
thyphi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi
7
8
4. Pathway
Kuman salmonella typhi
Masuk melalui makanan/ Minuman, jari tangan/kuku, muntuhan, lalat dan feses
Masuk ke mulut
Menuju ke saluran pencernaan
Kuman mati Lambung Kuman Hidup
Lolos dari asam lambung
Bakteri masuk ke dalam usus halus
Peredaran darah dan masuk ke retikulo
endothelia terutama hati dan limfa
Inflamasi pada hati dan lmfa Masuk ke aliran darah
Hematomegali Spenomegali Endotoksi
Nyeri tekan Penurunan mobilitas usus Mengakibatkan komplikasi seperti
neuropsikiatrik,kardiovaskuler
Nyeri penurunana peristaltik usus pernafasaan, dll
Konstipasi peningkatan asam lambung Merangsang melepas sel perogen
Resiko kekurangan Anoreksia, mual Mempengaruhi pusat thermoregulator
volume cairan dan muntah di hipotalamus
Defisit nutrisi Hipertermi
5. Manifestasi Klinis
Tabel 2.1 Gejala dan Tanda Tipoid (Nurarif & Kusuma, 2015)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dalam pemeriksaan ini dapat ditemukan leukopeni, terdapat
pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi
walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.
11
8. Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi
1) Istirahat total ( Bed rest )
2) Diet; awalnya diberikan bubur halus kemudian bubur kasar dan
akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan klien. Diet ini
berupa makanan rendah serat.
b. Farmakologi
Antibiotik umum digunakan untuk mengatasi penyakit tipoid,
waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga 1 bulan.
Antibiotik, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim
sulfamethexoazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat
demam tipoid di negara- negara barat. Obat- obat antibiotik adalah :
1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/ kg BB/ hari terbagi dalam 3- 4 kali
pemberian, oral atau intravena selama 14 hari.
2) Bila ada kontraindikasi, kloramfenikol diberikan ampisilin dengan
dosis 200 mg/ kg BB/ hari, terbagi dalam 3- 4 kali. Pemberian
intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau
amoksilin dengan dosis 100 mg/ kg BB/ hari, terbagi dalam 3- 4
kali. Pemberian, oral atau intravena selama 21 hari kotrimoksasol
dengan dosis trimethoprim 8 mg/ kg BB/ hari terbagi dalam 2- 3
kali pemberian oral, selama 14 hari.
3) Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/ kg
BB/ hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/ hari, sekali
sehari, melalui intravena, selama 5- 7 hari.
( Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015 )
1. Pengertian
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh lebih dari 37, 8o C ( 100o F ) per
13
oral atau 38,8o C ( 101o F ) per rektal yang sifatnya menetap karena faktor
eksternal ( Ilmiah 2016 ).
c. Demam Intermiten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa
jam dalam satu hari
d. Demam Kontinyu
Demam terjadi pada minggu kedua dan ketiga dan terus
menerus tinggi atau di sebut dengan hiperpireksia.
e. Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk
beberapa hari kemudian diikuti dengan kenaikan suhu seperti
semula.
4.2 Sub Febris
Suhu tubuh antara rentang 37, 2° C- 37, 7° C.
Untuk penanganan penderita febris dan sub febris dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Kenakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
b. Memberikan minum air putih yang banyak
c. Kompres dengan air hangat
d. Hindari kompres es atau dingin
e. Kompres pada daerah lipatan
f. Anjurkan banyak istirahat
4.3 Hipertermi
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh lebih dari 37, 8o C ( 100o F )
per oral atau 38,8o C ( 101o F ) per rektal yang sifatnya menetap karena
faktor eksternal ( Ilmiah 2016 )
Cara penanganan :
a. Beri klien banyak minum air putih
b. Berikan kompres hangat
c. Anjurkan klien memakai pakaian tipis yang menyerap keringat
d. Memberikan obat anti piretik
15
4.4 Hiperpireksia
Hiperpireksia adalah kondisi demam paling parah saat suhu
tubuh sudah terukur lebih dari 41, 1° C. Kondisi ini sudah termasuk
sebagai kegawatdaruratan medis, sehingga perlu segera memperoleh
perawatan. Jika dibiarkan, hiperpireksia akan menyebabkan kerusakan
organ-organ vital di tubuh dan berujung pada kematian.
Cara penanganannya :
a. Berikan klien banyak minum
b. Berikan kompres hangat
c. Anjurkan klien memakai pakaian tipis
d. Berikan obat antipiretik yang kerjanya cepat
4.5 Hipotermia
Hipotermia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika suhu tubuh
berada di bawah 35° C (suhu tubuh normal adalah 37° C). Hipotermia
dapat terjadi akibat paparan udara dingin yang berlebihan.
Cara penanganannya :
a. Pindahkan anak keruangan hangat
b. Kenakan baju tebal dan selimut untuk anak
c. Berikan minuman manis dan hangat
d. Segera bawa anak ke rumah sakit bila anak belum sadarkan diri
nekrosis. Pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal
pada akhir minggu ketiga, dan terjadi ulerasi plak payer, dan akhirnya
terbentuk ulkus, ulkus ini mudah menimbulakan peredaran darah dan
perforasi yang merupakan komplikasi yang sangat berbahaya.
Perawat sangat berperan dalam mengatasi hipertermi melalui peran
mandiri maupun kolaborasi, peran mandiri perawatan dalam mengatasi
hipertermi menurut Maling, dkk, 2012 yaitu dengan melakukan kompres
hangat tujuannya untuk meredakan suhu tubuh yang terlalu tinggi,
istirahat dan diet makanan yang rendah serat yang bertujuan untuk
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna.(Wulandari, dkk,2016 )
1. Pengertian
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau
dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan
ukuran berat ( gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang, dan keseimbangan metabolik ( retensi kalsium dan nitrogen
tubuh) ( Adriana, 2013 ).
Perkembangan ( development ) adalah peningkatan kompleksitas
fungsi dan keahlian ( kualitas ) dan aspek tingkah laku pertumbuhan
seperti kemampuan berjalan, berbicara, dan berlari. ( Wulandari, dkk,
2016 )
2. Pertumbuhan dan Perkembangan pada anak usia sekolah
Menurut Cahyaningsih dan Dwi Suliastyo (2011)
a. Pertumbuhan Biologis
Saat usia 6-12 tahun, pertumbuhan serta 5 cm pertahun untuk
tinggi badan dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan.
Selama usia tersebut anak laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi,
anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan
jaringan lemak lebih cepet perkembagannya dari otot.
17
b. Perkembangan Psikososial
Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan
psikoseksual yang dideskripsikan oleh freud sebagai priode laten,
yaitu waktu tenang antara fase odipus pada masa kanak-kanak awal
dan erotsme masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina
hubungan dengan teman sebaya sasama jenis setelah pengabaian
pada tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikkan pada
lawan jenis yang menyertai puberas. Anak-anak usia sekolah ingin
sekali mengembangkan keterampilan dan berpartisipasi dalam
pekejaan yang berarti dan berguna secara sosial.
c. Perkembangan Kognitif
Ketika anak memasuki usia sekolah, mereka mulai
memperoleh kemampuan untuk menghubungkan serangkaian
kejadian untuk menggambarkan mental anak yang dapat di
ungkapkan cara verbal ataupun simbolik. Tahapan ini diistilahkan
sebagai oprasional konkret, ketika anak mampu menggungkapkan
proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan. Pemikiran
egosentris yang kaku pada tahun-tahun sekolah digantikan dengan
proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain.
d. Perkembangan Moral
Pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke
pola pikir lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap
perkembangan sadaran diri dan standar moral. Walaupun anak usia
6-7 tahun mengetahui peraturan dan perilaku yang diharapkan dari
mereka, mereka tidak memahami alasannya. Penguatan dan
hukuman mengarahkan penilaian mereka suatu “ tindakan yang
buruk ” adalah yang melanggar pengaturan dan membahayakan.
Oleh kaena itu anak usia 6-7 tahun kemungkinan
18
D. Konsep Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak
diimunisasi, bearti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Dian dkk, 2014 ).
2.5. HPV
Vaksin HPV diberikan pada usia 10 tahun keatas pada
anak perempuan untuk mencegah infeksi HPV yang menetap
lama pada leher rahim dan dapat berkembang menjadi kanker
leher rahim.
E. Konsep Bermain
1. Pengertian
Menurut Wong, 2009, bermain merupakan kegiatan anak- anak,
yang dilakukan berdasarkan keinginan sendiri untuk mengatasi kesulitan,
stres dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk mencapai
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain.
F. Konsep Hospitalisasi
1. Pengertian
Hospitalisasi adalah masuknya individu kerumah sakit sebagai
klien dengan berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnostik, prosedur
operasi, perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan atau
pemantauan kondisi tubuh.
1) Pre natal : Selama hamil apakah ibu pernah mengalami sakit dan
ibu pernah minum obat- obatan atau jamu.
2) Natal : Umur kehamilan 9 bulan, jenis persalinan normal
(spontan), keadaan bayi baik, bayi menangis dan bayi tidak
mengalami gangguan pernafasan.
3) Post natal : berat badan normal 2,5 kg– 4 kg, panjang badan
normal 49- 52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score, ada atau
tidak ada kelainan kongenital. Perawatan anak dalam masa
kandungan.
e. Riwayat imunisasi
Biasanya anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Usia 1 bulan : BCG
Usia 2- 3 bulan : Hepatitis B, I, II, H, Polio I, H, DPT I, II
Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Penyakit yang pernah diderita keluarga : kemungkinan ada
keluarga yang pernah menderita penyakit demam tipoid (Wijaya
A.,S, 2013)
2) Lingkungan rumah & komunitas : mengkaji kondisi lingkungan
disekitar rumah yang mempengaruhi demam tipoid yaitu
rendahnya hygine perorangan, hygine makanan, lingkungan rumah
yang kumuh, serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung
untuk hidup sehat.
3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : tidak melakukan cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, jajan
sembarangan.
g. Riwayat sosial
Kaji bagimana hubungan anak dengan orang tua, keluarga lain
serta teman-temannya. Siapakah orang yang paling dekat dengan anak.
Bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
26
j. Pemeriksaan perkembangan
1) Kemandirian dan bergaul : ketika anak di rawat di rumah sakit
anak akan meninggalkan kelompok atau teman sebayanya
sehingga anak mengalami kecemasan.
2) Motorik halus dan kasar : apabila ada masalah di
pertumbuhan dan perkembangan maka kemungkinan akan
mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan.
3) Kognitif dan bahasa : anak mampu mengklasifikasi benda
dan menyelesaikan masalah secara konkret dan sistematis
berdasarkan apa yang mereka terima dari lingkunganya.
k. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah untuk kultur ( biakan, empedu ) dan widal.
2) Biakan empedu basil salmonella thyphosa dapat ditemukan
dalam darah klien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya,
lebih sering ditemukan dalam urine dan faces.
3) Pemeriksaan widal. Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan
yang diperlukan adalah titer zat anti terhadap antigen O. titer
yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang
progresif.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial.
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Sesuai dengan perumusan diagnosa keperawatan melalui PES
( Problem = masalah, etiologi = penyebab, dan simpton = tanda atau
gejala ) yaitu : P : Hipertermia, E : Proses Penyakit (Infeksi bakteri
salmonella typhi ) dan S : Suhu tubuh diatas normal, kulit merah,
kejang, takikardi, takpinea. Jadi, diagnosa keperawatan pada penelitian
ini adalah Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi
30
3. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Salmonella typhi
Tabel 2.2 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Salmonella
typhi (Kusuma dan Nurarif A.H , 2015)
No. Tujuan/ Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Menghindari rasa
perawatan selama saling percaya
takut pasien dan
3x24 jam, diharapkan kepada pasien dan
suhu tubuh pasien libatkan keluarga libatkan
normal, dengan 2. Memantau TTV/4
keluarga
kriteria hasil : jam, turgor kulit,
dan membran 2. mencegah
mukosa
terjadinya
hiperpireksia
1. TTV dalam batas 3. Beri kompres hangat 2. kompres hangat
normal di sekitar axilla atau
membantu untuk
TD : 95-110/55- dahi/ 2 jam
70 mmHg menurunkan suhu
Suhu : 36,5-37,5o
tubuh
C
Nadi : 80-
90x/menit
RR : 20-
30x/menit
31
4. Implementasi
Implementasi merupakan fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan (Kozier, 2011).
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka
membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan
dan kesehatan (Zaidin Ali, 2014).
Implementasi yang dilakukan pada anak tipoid dengan
hipertermi adalah :
a. Membina hubungan saling percaya kepada pasien dan libatkan
keluarga
b. Memantau tanda- tanda vital ( suhu,nadi, tekanan darah,
pernafasan setiap 3 jam )
c. Menganjurkan klien banyak minum ( 2-2,5 liter/ hari )
d. Memberikan kompres hangat
e. Menganjurkan untuk memakai pakaian yang tipis
f. Memberikan terapi cairan intravena dan antipiretik sesuai
program dokter.
5. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penialian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnose, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009). Evaluasi merupakan
tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah
(Meirisa, 2013).
Evaluasi yang diharapkan pada anak tipoid dengan hipertermi
adalah :
33
A. Rancangan penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini
merupakan penelitian deskriptif ialah metode penelitian yang bertujuan untuk
memberikan gambaran kepada masyarakat atau sekelompok tertentu tentang
suatu gejala. Adapun rancangan karya tulis ilmiah ini berupa studi kasus,
dimana penulis melakukan studi mendalam mengenai kasus tertentu yang
hasilnya merupakan gambaran lengkap mengenai kasus tersebut. Karya tulis
( studi kasus ) ini menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien
anak usia sekolah dengan demam tipoid yang mengalami masalah
keperawatan hipertermi. Tujuannya yaitu untuk mempelajari secara intensif
mengenai pengelolaan hipertermi pada klien anak usia sekolah.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan orang menjadi sumber bagi peneliti.
Dalam studi kasus ini menggunakan dua klien dengan masalah keperawatan
dan diagnosa medis yang sama serta memenuhi kriteria inklusi dan tidak
memenuhi kriteria eksklusi.
Siapa subjeknya ???
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Setiadi, 2013).
Kriteria inklusi pada kasus ini adalah sebagai berikut :
34
38
2. Pengkajian
BERIKAN PENJELASAN ATAU GAMBARAN MASALAH APA YANG
AKAN DI MASUKKAN DALAM TABEL, BUKAN HANYA
MEMBERIKAN TABEL....DI SEMUA POINT, APA MAKSUDNYA, KTI
BUKAN HANYA PRESENTASI TABEL, TABEL FUNGSINYA UNTUK
MEMPERJELAS ATAU MENDESKRIPSIKAN MATERI YG TDK BISA
ANDA NARASIKAN SECARA KESELURUHAN.
a. Identitas Klien
Tabel 1. Identitas Klien
39
40
b. Riwayat Penyakit
Tabel 2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Klien
Keluhan Utama Ibu pasien mengatakan An.M panas
selama 8 hari dengan suhu naik
turun
Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu pasien mngatakan pada tanggal
14 April 2021 pasien mengalami
41
panas turun pada pagi hari dan panas
kembali naik pada sore hari, pusing,
mual muntah 2 kali sehari .
Kemudian oleh orang tua membawa
An. M ke dokter umum, tetapi
setelah 3 hari tidak ada penurunan
suhu tubuh dan tidak mau makan.
Pada tanggal 22 april 2021 orang tua
membawa An.M ke IGD Puskesmas
Dempet dan tiba pukul 14.00 WIB
dengan keluhan panas 8 hari naik
pada sore hari dan turun pada pagi
hari, pusing, makan sedikit, mual
muntah 2 kali sehari, diare 4 kali
sehari di dapatkan pemeriksaan
tanda- tanda vital Tekanan darah :
108/68 mmHg, RR : 20 x/menit,
Nadi : 135 x/menit, Suhu: 40,8 o C ,
lidah kotor dan mendapatkan therapy
infus RL 12 tetes per menit, injeksi
ondancentron 3x ½ ampul, zink
sirup 3 x 2 cth, new antides 3 x ½
tablet,kemudian pukul 15.50 WIB
pasien dibawa ke ruang rawat inap
ruang mangga. dan pukul 19.00
WIB mendapatkan injeksi
ceftriaxone 2 x 500 gram,
paracetamol 3 x ½ tablet, dan hasil
pemeriksaan laboraturium uji widal
positif yaitu Widal TP O 1/160 dan
Widal TP H 1/320
BGM KONDISI SAAT ANDA
KAJI DI HARI TERAKHIR,
SEHINGGA MUNCUL MASALAH
APA YANG HARUS DITANGANI,
WALAUPUN PASIEN MAU
PLNG BLM TENTU
SEMUAMASALAH TERATASI.
ADA DISHARGE PLANNING.
Riwayat Kesehatan Dahulu Ibu pasien mengatakan anaknya
belum pernah di rawat inap di
puskesmas atau rumah sakit dan
tidak pernah mempunyai riwayat
sakit tipoid seperti sekarang
a. Prenatal Care
1. Ibu memeriksakan
kandungannya rutin di poli
KIA di puskesmas dempet
2. Komplikasi yang terjadi
selama hamil : tidak ada
3. Riwayat imunisasi TT : 2
kali
b. Natal
1. Tempat melahirkan :
puskesmas dempet
42
Aktivitas
Sebelum sakit Pasien dapat beraktivitas seperti biasa
An.M bersekolah dan melakukan
kegiatannya sebagai pelajar
Selama sakit An.M hanya berbaring di tempat tidur dan
semua aktivitas di bantu ibunya
Kebersihan diri
Sebelum sakit Pasien mandi 2 kali sehari pagi dan sore
secara mandiri, kuku bersih, rambut bersih
Selama sakit Pasien mandi 1 kali sehari hanya dilap saja
Pasien selama dirawat belum keramas dan
kuku bersih
Pola kognitif – persepsi
Selama sakit Respon anak secara umum baik,
pengucapan dan cara bicara anak baik
Pola konsep- diri
Sebelum sakit An.M sering bermain dengan teman
sebayanya
Selama sakit An.M terkadang rewel
Pola stress
Selama sakit Yang menyebabkan stress pada anak
karena suasana lingkungan puskesmas/
rumah sakit, lemas yang dirasakan dan
tidak bisa bermain dengan temannya
Istirahat-tidur
Sebelum sakit An. M dapat tidur 7-8 jam/hari
Selama sakit An. M tidurnya nyenyak 5-7 jam/hari,
hanya terbangun saat akan diperiksa dan
di injeksi
44
d. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4. Pemeriksaan Fisik
45
Observasi Klien
o
Suhu 40,8 C
Nadi 135 x/menit
Tekanan Darah 108/68 mmHg
Pernapasan 20x/menit
GCS E4 M6 V5 = 15
Pemeriksaan Fisik
Kepala Mesochepal
Mata Bersih, tidak ada kotoran, mata
simetris kanan dan kiri, Konjugtiva
tidak anemis
Hidung Bersih, Tidak terdapat polip
Telinga Bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
Mulut Mukosa bibir kering, lidah kotor
terdapat bintik-bintik putih
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks
- Paru- paru Inspeksi : pergerakan dada simetris
kanan dan kiri
Palpasi : pergerakan dada teratur, tidak
ada odema
Perkusi : Sonor
Auskultasi : irama pernafasan
vesikuler
- Jantung Inspeksi : tidak Nampak ictus cordis
pada ICS V mid klavikula sinistra
Palpasi : teraba ictus cordis pada ICS
V mid klavikula sinistra selebar 2 cm,
tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung regular,
(lub dup)
Abdomen Inspeksi : tidak terdapat lesi, perut
kembung,warna kulit normal
Perkusi : bunyi tympani
Palpasi: nyeri tekan dengan skala
nyeri 2, terdapat pembesaran limpa
Auskultasi : suara peristaltic terdengar,
bising usus ± 10x/menit
Integumen Kulit bersih, turgor kulit menurun >2
detik, CRT kurang dari 3 detik, akral
hangat
Ekstermitas
a. Atas Terpasang infus RL ditangan bagian
sebelah kanan 12 tetes/menit
b. Bawah Dalam batas normal,tidak ada lesi
Genitalia Tidak terpasang kateter
46
e. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 22 April 2021
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,6 g/dl L 13.0- 17/P 12- 15
Lekosit 10.000/uL 4.000- 11.000/uL
Eritrosit 4,87/ uL 3,5-5,5 juta
Hematokrit 37.28% L 40-48 %/ P 37-43%
Trombosit 270.000/uL 150- 400/ uL
Diffcount : Basofil 0% 0-1%
Eosinofil 0% 1-3%
N. Batang 1 % 2-6%
N.Segmen 89 % 50-70%
Lomfosit 9% 20-40%
Monosit 1% 2-8%
SEROLOGI
Widal TP O 1/160 Negative
Widal TP H 1/320 Negative
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 24 April 2021
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,68g/dl L 13.0- 17/P 12- 15
Lekosit 6.800/uL 4.000- 11.000/uL
Eritrosit 4,66 /uL 3,5-5,5 juta
Hematokrit 40,02 % L 40-48 %/ P 37-43%
Trombosit 281.000/uL 150- 400/ uL
Diffcount : Basofil 0% 0-1%
Eosinofil 0% 1-3%
N. Batang 1 % 2-6%
N.Segmen 84 % 50-70%
Lomfosit 14 % 20-40%
Monosit 1% 2-8%
SEROLOGI
47
3. Analisis masalah
Tabel 6. Analisa masalah
Analisis Data Penyebab (etiologi) Masalah
Data Objektif
4. Diagnosis Keperawatan
Tabel 7. Diagnosis Keperawatan
48
Data Objektif
- Pasien tampak
lemah
- Lidah kotor
- Mukosa bibir
kering
- Turgor kulit jelek
- TTV :
TD = 108/68
mmHg
N = 135 x/menit
S = 40,8oC
RR = 20 x/menit
Tabel 8. Perencanaan Keperawatan
Rasional :untuk
membantu dalam
menurunkan panas
tubuh yang tinggi
dan mengurangi
mual dan muntah
6. Implementasi
Tabel 9. Implementasi Keperawatan
disekitar axila
atau dahi
S:-
O : pasien mau
dikompres dan
tampak tenang
17.00 4. Membantu
pasien memakai
pakaian
berbahan tipis
S : pasien
bersedia
O : pasien
tampak nyaman
memakai
pakaian
berbahan tipis
18.30 5. Memberikan
kompres hangat
disekitar axila
atau dahi
S:-
O : pasien mau
dikompres dan
tampak tenang
19.00 6. Melanjutkan
therapi obat
sesuai program
dokter obat
antipiretik, dan
antibiotik
- Injeksi
ceftriaxone
2x 500 gr/IV
- Injeksi
ondancentron
3x½
ampul/ IV
- Paracetamol
3x½
tablet/oral
- Zink sirup 3
x 2 cth/ oral
- New antides
3 x ½ tablet/
oral
52
S : pasien
mengatakan
bersedia di
berikan obat
melalui selang
infus dan
meminum obat
O : obat masuk,
tidak ada alergi
20.00 7. Monitor TTV
S:-
O : TD : 110/70
mmHg
N : 110 x/menit
S : 39o C
RR : 20 x /menit
20.15 8. Memberikan
pasien banyak
minum (2-2,5
liter/hari )
S : pasien
mengatakan mau
minum
O : pasien
tampak minum
habis 1 gelas
belimbing
20.30 9. Memberikan
kompres hangat
disekitar axila
atau dahi
S:-
O : pasien mau
dikompres dan
tampak tenang
2x 500 gr/IV
- Injeksi
ondancentron
3 x ½ ampul/
IV
- Paracetamol
3x½
tablet/oral
- Zink sirup 3
x 2 cth/ oral
- New antides
3 x ½ tablet/
oral
S : pasien
mengatakan
bersedia di
berikan obat
melalui selang
infus dan
meminum obat
O : obat masuk,
tidak ada alergi
08.00 2. Memberikan
pasien banyak
minum ( 2-2,5
liter/hari )
S : pasien
mengatakan mau
minum
O : pasien
tampak minum
habis 1 gelas
belimbing
09.00 3. Monitor TTV
S:-
O : TD : 120/80
mmHg
N : 110 x/ menit
S : 38,7o C
RR : 20 x/menit
10.00 4. Memberikan
kompres hangat
disekitar axila
atau dahi
S:-
O: pasien mau
54
dikompres dan
tampak tenang
12.00 5. Memberikan
kompres hangat
disekitar axila
atau dahi
S:-
O: pasien mau
dikompres dan
tampak tenang
13.00 6. Memonitor TTV
S:-
O : TD : 120/78
mmHg
N : 100 x/menit
S : 38o C
RR : 22 x /menit
13.30 7. Memberikan
kompres hangat
disekitar axila
atau dahi
S:
O : pasien mau
dikompres dan
tampak tenang
Sabtu, 24 April 07.00 1. Melanjutkan
2021 therapi obat
sesuai program
dokter obat
antipiretik,
antibiotic dan
obat diare :
- Injeksi
ceftriaxone
500 gr/IV
- Injeksi
ondancentron
3 x ½ ampul/
IV
- Paracetamol
½ tablet/oral
- Zink sirup 3
x 2 cth/ oral
- New antides
3x ½
tablet/oral
55
S : pasien
mengatakan
bersedia di
berikan obat
melalui selang
infus dan
meminum obat
O : obat masuk,
tidak ada alergi
08.00 2. Memberikan
pasien banyak
minum (2-2,5
liter/hari )
S : pasien
mengatakan mau
minum
O : pasien
tampak minum
habis 1 gelas
belimbing
09.00 3. Memonitor TTV
S:-
O : TD : 110/68
mmHg
N : 115 x/ menit
S : 37,7o C
RR : 20 x/menit
10.00 4. Memberikan
pasien banyak
minum ( 2- 2,5
liter/hari) liter
S : pasien
mengatakan mau
minum
O : pasien
tampak minum
habis 1 gelas
belimbing
12.00 5. Memonitor TTV
S:-
O : TD : 110/68
mmHg
N : 115 x/ menit
S : 37,7o C
RR : 20 x/menit
56
7. Evaluasi
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan oleh karena itu tepat tidaknya intervensi yang dilakukan pada
klien tergantung pada ketepatan data pengkajian. Ada beberapa di temukan
adanya kesenjangan yang berarti antara di kasus dan teori yang ada.
Hasil analisis dokumentasi asuhan keperawatan penulis
menemukan masalah hipertermi pada pasien yang menunjang yaitu ibu
mengatakan panas sejak 8 hari dengan suhu naik pada sore hari dan turun
pada pagi hari,mual muntah 3 kali ,diare 5 kali sehari, keadaan umum
composmentis, GCS : E4 M6 V5, akral teraba hangat dan pasien terlihat
lemas, lidah kotor dan hasil tanda- tanda vital : Tekanan darah 108/68
mmHg, Nadi : 135 x/menit, Suhu : 40,8oC, RR : 20 x/menit.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa keluhan utama
pada pasien adalah panas naik turun, Menurut Utomo (2017). Hipertermi
adalah suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh. Hal ini sesuai
60
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), struktur penulisan diagnosa
keperawatan aktual yang tepat menggunakan stuktur penulisan PES
(problem, etiologi, dan symptom ). Pada diagnosa laporan kasus yang
penulis susun sudah sesuai dengan SDKI (2016). Masalah diagnosa pada
tipoid yang penulis angkat pada karya tulis ini menurut SDKI (2016)
salah satu diagnosa tipoid adalah Hipertermi berhubungan dengan proses
penyaki ( infeksi Salmonella typhi ) Nurarif & Kusuma, 2015.
Hal ini sesuai dengan respon pada ibu klien yaitu problem Ibu
pasien mengatakan An.M panas selama 8 hari febris remiten, mual muntah
3 kali sehari, diare 5 kali sehari. Data obyektif tampak lemas, lidah kotor,
tekanan darah 108/68 mmHg, frekuensi nadi 135x/menit, suhu tubuh 40,8o
C, frekuensi pernapasan 20 x/menit. Pada kasus yang saya ambil,
penyebab dari hipertermi tersebut adalah proses penyakit (infeksi
Salmonella typhi),tanda dan gejala hipertermi yaitu suhu tubh diatas
normal (36o C – 37,5o C ). Alasan penulis dalam menegakkan diagnosa
masalah keperawatan yang muncul yaitu Hipertermi berhubungan dengan
proses penyakit ( infeksi Salmonella typhi ) (SDKI, 2016).
3. Rencana Keperawatan
Penulis membuat tujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
pada tipoid menggunakan konsep Spesific, Measurable (dapat di ukur ),
Attainable, Realistic, Timely ( SMART ) penulis merencanakan tindakan
keperawatan diharapkan hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
(infeksi Salmonella typhi) teratasi dengan kriteria hasil S: suhu tubuh
64
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan
dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan
menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Zaidin Ali, 2014).
Implementasi yang dilakukan pada An. M tipoid dengan
hipertermi di puskesmas dempet adalah: Membina hubungan saling
percaya kepada pasien dan keluarga, rasional untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya. Mengukur TTV/4 jam, turgor kulit, dan membran
mukosa, rasional mencegah terjadinya hiperpireksia. Beri kompres
hangat di sekitar axilla atau dahi/ 2 jam, rasional: kompres hangat
membantu untuk menurunkan suhu tubuh. Beri pakaian berbahan katun,
rasional untuk menjaga agar pasien merasa nyaman, dan pakaian
berbahan katun yang dikenakan untuk membantu penguapan tubuh.
Anjurkan keluarga memberikan minum sebanyak 2000-2500 ml /hari
67
dengan teknik 250 ml ketika bangun tidur, 250 ml setelah sarapan, 500
ml menjelang siang, 250 ml setelah makan siang, 250 ml menjelang sore
hari, 250 ml setelah makan malam, 250 ml sebelum tidur, rasional
peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak untuk
mencegah terjadinya dehidrasi
Berikan terapi obat antipiretik, antibiotik dan obat diare sesuai
program dokter, rasional untuk membantu dalam menurunkan panas
tubuh yang tinggi dan mengurangi diare.
Namun perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada An.
M terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat menyebabkan
proses keperawatan belum mendapatkan hasil yang maksimal
berdasarkan perawat di puskesmas dempet. Faktor pendukung ialah
adanya kerjasama yang baik antara perawat dengan tim kesehatan lain
terhadap penulis dan kerjasama pasien dengan keluarga. Sedangkan
Faktor penghambat yang pertama adalah pengkajian yang dilakukan oleh
perawat di puskesmas dempet masih ada perbaikan, salah satunya adalah
respon anak selama proses keperawatan. Tentunya anak yang dirawat di
rumah sakit atau puskesmas akan mengalami fase hospitalisasi dimana
anak akan mengalami stressor kecemasan dan ketakutan karena harus
beradaptasi dengan lingkungan yang baru, menerima pemeriksaan dan
perawatan selama di rumah sakit atau puskesmas sehingga membutuhkan
membutuhkan perlindungan orang tua. Kecemasan anak yang sulit diatasi
tersebut dapat menghambat proses penyembuhan dari anak karena ketika
anak masih merasa tidak nyaman dan merasa ketakutan dengan
lingkungannya pasti anak akan berespon dengan menangis atau dengan
melakukan aktivitas – aktivitas yang tiba untuk menjauh dari stressor
yang menyebabkan dia ketakutan. Padahal dengan aktivitas anak yang
menangis dan pergerakan yang tiba – tiba tersebut dapat meningkatkan
metabolism basal anak meningkat sehingga produksi panas juga akan
68
2. Evaluasi Keperawatan
Pada evaluasi ini perencanaan pada kasus yang disusun oleh
perawat puskesmas dempet selama 3x24 jam cukup efektif dalam
mencapai tujuan penyembuhan pengelolaan hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi Salmonella typhi. Hasil evaluasi tindakan
keperawatan pada An.M dengan diagnosa keperawatan hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi Salmonella typhi selama 3x24 jam,
yaitu masalah teratasi, karena masa inkubasi rata- rata 7-14 hari dan An.M
sudah memasuki minggu ke dua, sehingga mengalami panas naik pada
sore hari dan turun pada pagi hari, splenomegali, diare. Adanya factor
pendukung anak yang kooperatif karena pada usia sekolah, keluarga yang
kooperatif, pada tanggal 24 April 2021 An. M mulai membaik di tandai
dengan suhu 36,7o C , nadi 88x/menit, RR 22x/menit, TD 110/70 mmHg,
hasil laboraturium widal TP O 1/80 dan widal TP H 1/160, leukosit
69
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka penulis membuat simpulan
dari laporan kasus yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Anak Tipoid
dengan Fokus Studi Pengelolaan Hipertermi ”, maka dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran pengkajian yang telah dilakukan penulis pada pasien
mengalami panas selama 8 hari naik pada sore hari dan turun pada pagi
hari , lidah kotor, mual muntah 3 x sehari ,diare 5 kali, sehari suhu 40,8 o C
yang dilakukan penulis dari pasien tersebut di terapkan dalam teori dan di
jelaskan penulis di pembahasan
2. Berdasarkan data hasil pengkajian pada An. M yaitu pasien mengalami
kenaikan suhu pada sore hari dan turun pada pagi hari, nyei kepala, mual
muntah, diare, lidah kotor, hasil laborat salmonella typhi (+). Data tersebut
merujuk pada diagnosa keperawatan yaitu Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi (salmonella typhi )
3. Dalam penulisan rencana keperawatan penulis merncanakan pada faktor
pengelolaan hipertermi pada pasien tipoid. Rencana keperawatan sesuai
dengan teori yaitu monitor TTV setiap 4 jam, berikan kompres hangat
sekitar axilla atau bagian dahi, anjurkan untuk banyak minum 2-2,5 liter
per hari, anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang berbahan
katun dan menyerap keringat dan berikan therapy obat sesuai program
dokter, karena perencanaan yang penulis rencanakan sebagian besar sesuai
dengan kondisi pasien.
4. Hasil implementasi yang dilakukan selama 3x24 jam yang dilakukan pada
An. M mengalami kemajuan setiap harinya, contohnya pada hari pertama,
demam pada pasien masih tinggi, hari kedua demam sudah mulai turun,
muntah berkurang, diare berkurang, nyeri kepala berkurang dan nafsu
makan mulai muncul, pada hari ketiga suhu tubuh pasien normal, sudah
tidak mual muntah, sudah mau makan, hal ini di buktikan dengan pasien
68
69
tampak lebih segar, sudah tidak rewel lagi, porsi makan bertambah. Pada
pemeriksaan tanda- tanda vital masih dalam rentang normal dan tidak
mengalami kenaikan yang signifikan.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan penulis sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat dalam asuhan keperawatan selama 3x 24 jam, pada An.
M masalah keperawatan hipertermi sudah teratasi.
B. Saran
Dari kesimpulan yang sudah di sampaikan untuk pengembangan
perbaikan serta sosialisasi lebih lanjut dari hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini, maka disarankan kepada pihak- pihak berikut :
1. Bagi Rumah Sakit / Puskesmas
Disarankan untuk membuat standart operasional prosedur yang
tepat untuk mengangani pasien dengan diagnosaa hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi Salmonella typhi.
2. Bagi Perawat
Tenaga kesehatan khususnya perawat di harapkan melakukan
pemantauan hipertermi dengan anak tipoid pada fase minggu kedua
dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk pasien
tipoid.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan mampu memberikan informasi
kepada mahasiswa pada pengkajian pasien anak dengan memperhatikan
factor usia, trauma hospitalisasi serta factor pencetus yang menyebabkan
pasien sakit. Karena pada setiap individu yang masuk rawat inap baik di
rumah sakit maupun puskesmas meskipun dengan diagnosa yang sama
akan tetapi tindakan berbeda.
4. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan keluarga dapat melakukan tindakan keperawatan
dengan cara non farmakologis dengan mandiri apabila anak mengalami
panas dirumah misalnya dengan mengompres air hangat disekitar axilla
70
atau bagian dahi, banyak minum air putih, selain itu Perlunya keluarga di
berikan penyeluhan tentang diit makanan yang diberikan pada pasien
dengan penyakit tipoid.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Selemba Medika.
Agustiari, Ni Kadek Dita. ( 2019 ). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Klien
Post ORIF dengan Defisit Perawatan Diri di Ruang Bima RSUD Sanjiwani
Gianyar. KTI tidak dipublikasikan. Bali : Politeknik Kesehatan Denpasar.
Ali, Zaidin. ( 2014 ). Dasar-dasar dokumentasi keperawatan,
( www.scholar.unand.ac.id ) . Diakses pada tanggal 29 Oktober 2020
Arfiansyah, M. R. ( 2018 ). Asuhan keperawatan pada typhoid dengan fokus studi
pengelolaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di
RST Dr. Soedjono Magelang. KTI tidak dipublikasikan Magelang : D III
Keperawatan Magelang , FK Poltekkes Kemenkes Semarang.
Azizah, N. ( 2020 ). Asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa medis
demam typhoid di ruang asoka RSUD Bangil Pasuruan. KTI tidak
dipublikasikan Sidoarjo : Program D III Keperawatan Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Cahyaningsih, D. S. (2011). Pertumbuhan perkembangan anak dan
remaja. Jakarta: TIM.
Dian dkk. ( 2014 ). Buku panduan imunisasi. Jakarta : Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Faizah, N. ( 2020 ) . Asuhan keperawatan pada anak typhoid dengan fokus studi
pengelolaan hipertermi RSUD dr.R.Soeprapto Cepu. KTI tidak
dipublikasikan . Blora : D III Keperawatan Blora, FK Poltekkes Kemenkes
Semarang.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/do
wnload/288/312. Diakses tanggal 17 Mei 2021
Saputro, H., & Fazrin, I. ( 2017 ). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit:
Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat dan
Pelaksanaannya. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES).
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2)
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suraya, C., & Atikasari, A. (2019). Hubungan Personal Hygiene dan Sumber Air
Bersih dengan Kejadian Demam Typhoid Pada Anak. Jurnal 'Aisyiyah
Medika, 4(3),
(http://jurnal.stikes-aisyiyah-
palembang.ac.id/index.php/JAM/article/download/205/184).Diakses tanggal
08 November 2020 )
Surna, I Nyoman dan Olga D. Pandeirot (Ed). ( 2014 ). Psikologi Pendidikan 1.
Jakarta: Erlangga.
Susilaningrum, Rekawati, Nursalam & Utami Sri (2013). Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.1st edn,Dewan Pengurus Pusat . 1st edn. Jakarta Selatan: PPNI.
Titik Lestari, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Web Site SKDR Kemenkes. ( 25 Januari 2017),
(https://fdokumen.com/document/buletin-skdr-skdrmgg-ke-3-tahun-
2017pdf-laporan-kasus-suspek-difteri-ada.html). Diakses pada tanggal 8
November 2020.
Widayana, A.P., ( 2016 ). Hubungan kualitas pelayanan perawat dengan tingkat
kepuasan klien rawat inap di RSUD DR. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. KTI tidak dipublikasikan. Purbalingga: Program Studi Ilmu
Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Wulandari, Dewi dan Meira Erawati. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yusuf, Syamsu. ( 2011 ). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama klien
2. Kontrak waktu
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan kepada klien dan keluarga
C. Tahap Kerja
1. Mendekatkan peralatan disamping klien
2. Meminta orang tua mendampingi anak
3. Memasang perlak dan pengalas pada tempat yang
akan dikompres
4. Waslap dibasahi dengan air hangat dan diletakkan
pada tempat yang akan dikompres
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan dan mengukur suhu
tubuh
2. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien dan keluarga
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
GLOSARIUM
DAFTAR SINGKATAN
A : Auskultasi
BCG : Bacillus Calmette-Guerin
DPT : Difteri, Pertusis, Tetanus
HPV : Virus Papiloma Manusia
I : Inspeksi
Pal : Palpasi
Per : Perkusi
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT : Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
LAMPIRAN 4 : Daftar Riwayat Hidup
A. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Netty Prasetiya Fitriani
2. NIM : P1337420418093
3. Tanggal Lahir : 08 Januari 2000
4. Tempat Lahir : Demak
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat rumah
: Dk. Mandungan Rt 06 Rw 05
a. Jalan
b. Kelurahan : Botorejo
c. Kecamatan : Wonosalam
d. Kab / kota : Demak
e. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telpon
a. Rumah :-
b. Hp : 083102040694
c. Email : nettyfitry08@gamil.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Demikian daftar riwayat ini saya buat dengan sebenar- benarnya, semoga
dapat dijadikan informasi dan pertimbangan.
Blora, Mei 2021
September 2 judul
2020
2. Jumat, 2 Judul Acc judul
Oktober
2020
3. Sabtu, 31 Bab I Penulisan
Oktober Latar
2020 Belakang
4. Kamis, 5 Bab I Latar Revisi
November Kedua
2020 Bab I
Latar
Belakang,
Bab III
Subjek
Penelitian
6. Rabu, 18 Bab II Revisi
Patofiiologi, sinkron
Pathway, dengan
Etiologi patofisiol
Hipertermi, ogi,
Pertumbuhan stadium-
dan stadium
perkembangan, manifesta
judul si klinis,
hospitalisasi, Diagnosa
Diagnosa Keperaw
Keperawatan. atan
harus
sesuai
dengan
pathway
, Acc bab
II, dan
revisi
ketiga
subjek
penelitian.
8. Kamis, 17 Bab I peran dan Revisi
fungsi
perawat ,
bab III
subjek
operasion
al
9. Jumat, 18 Bab I peran dan Revisi
fungsi
perawat ,
bab III
subjek
operasion
al dan
definisi
operasion
al
10. Sabtu, 19 Bab I dan bab III ACC Bab
2020 II
11. 21 Mei 2021 BAB IV Revisi
prolog
hasil,
pengkajian
riwayat
imunisasi,
riwayat
kehamilan
, riwayat
alergi,
riwayat
social,
riwayat
tumbuh
kembang
tambahkan
IMT, pola
kesehatan
gprdon,
kriteria
hasil
tambahkan
hasil lab,
memonitor
TTV
ganti
memantau
12. 15 Mei 2021 BAB IV Revisi
PEMBAHASAN
prolog
dalam
pembahas
an,
tambahkan
yang
berbeda
dari askep
puskesmas
,intervensi
dan
implement
asi
tambahkan
rasional
13. 23 Mei 2021 BAB IV hasil Revisi
dan pembahasan
prolog
hasil dan
pembahas
an,
tambahkan
kesenjang
an dan
teori
14.
15.
16.
LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN – POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Desember kenapa
2020 tertarik
memilih
kasus
tersebut
persiapk
an
dengan
baik
3. 24 Mei 2021 BAB 4 Siapkan
buat
materi
4.
5.
6.
7.
4.
5.
6.
7.
8.