Anda di halaman 1dari 49

i

TUGAS
UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH

COMMUNICATION SKILL AND PUBLIC RELATION IN MIDWIFERY


‘Keterampilan Komunikasi dan Membina Hubungan Dalam Kebidanan
Selama Masa Covid-19’

HUBUNGAN ANTAR MANUSIA DAN TEORI KONSEP DIRI, SERTA


TEORI JOHARI WINDOWS PADA MASA KEHAMILAN, MASA NIFAS
DI ERA PANDEMI COVID-19

Dosen Pengampu :
Retno Sugesti, S.ST.,M.Kes
Hidayani, SKM.,MKM

Disusun Oleh :

Anna Miliyana 07190200080


Nopi Tri Yuliani 07190400017
Reksa Pauji 07190200009
Tuti Hariyati 07190200037

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)
2020
ii

USULAN
Hubungan Antar Manusia Dan Teori Konsep Diri, Serta
1 Judul : Teori Johari Windows Pada Masa Kehamilan, Masa Nifas
Di Era Pandemi Covid-19
Bidan, Dosen, Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan,
2 Nama Mitra : Kebidanan, Himpunan Mahasiswa STIKIM, Praktisi,
Kesehatan, Organisasi

3 Ketua Tim a. Nama Hidayani / Retno Sugesti / Agusanti


Pengusul
b. NIDN 0331078102 / 0404078203 / 03170884606
c. Jabatan Lektor / Asisten Ahli
Fungsional
d. Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
e. Nomor Hp 08118460910 / 081288262051
f. Alamat surel hidayani.031@gmail.com/reresayugi@mai
(e-mail) lcom

4. Anggota Tim Pengusul


Jumlah Anggota : 4 Orang
Nama Anggota I : Anna Miliyana 07190200080
Nama Anggota II : Nopi Tri Yuliani 07190400017
Nama Anggota III : Reksa Pauji 07190200009
Nama Anggota IV : Tuti Hariyati 07190200037

5. Tempat Kegiatan : Di lokasi masing-masing


6. Luaran yang dihasilkan :
a. Meningkatkan Derajat Kesehatan
b. Terlaksananya Pelayanan Kesehatan pada ibu
hamil dan nifas dengan tetap mengunakan
Protokol Kesehatan COVID-19
c. Meningkatkan pengetahuan bidan terhadap
hubungan antar manusia dan teori konsep diri,
serta teori johari windows Pada Masa
Kehamilan, Masa Nifas Di Era Pandemi Covid-
19
7. Luaran yang dihasilkan : 1 hari
8. Biaya Total : Rp. 288.000,-

ii
iii

Mengetahui Jakarta, Mei 2020


Ketua STIKes Indonesia Maju Ketua Tim Pengusul

Dr. Dr. dr. Hafizurrachman, MPH Retno Sugesti, S. ST., M.Kes


NIP : 195904151987031001 NIP/ NIDN : 0404078203

Mengetahui,
Ketua LPPM STIKes Indonesia Maju

Hidayani, S.KM., M.Kes

iii
iv

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul : Hubungan Antar Manusia Dan Teori Konsep Diri, Serta Teori
Johari Windows Pada Masa Kehamilan, Masa Nifas Di Era
Pandemi Covid-19

2. Tim Pelaksana

No. Nama Jabatan Bidang Instansi Alokasi


Keahlian Asal Waktu
1. Anna Miliyana Anggota 1 Sie Acara STIKIM 3 jam/1 hari
2. Nopi Tri Yuliani Anggota 2 Bendahara STIKIM 3 jam/1 hari
3. Reksa Pauji Anggota 3 Notulen STIKIM 3 jam/1 hari
4. Tuti Hariyati Anggota 4 Moderator STIKIM 3 jam/1 hari

3. Objek/Sasaran Web :Bidan, Dosen, Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan,


Kebidanan, Himpunan Mahasiswa STIKIM, Praktisi
Kesehatan, Organisasi.
4. Waktu Pelaksanaan : Bulan Agustus 2020
5. Tempat : di lokasi masing-masing
6. Usulan Biaya : Rp. 288.000,-
7. Mitra Yang Terlibat :Bidan, Dosen, Mahasiswa Prodi Sarjana
TerapanKebidanan, Himpunan Mahasiswa STIKIM,
Praktisi Kesehatan dan Organisasi.
8. Permasalahan : Meningkatnya kekawatiran pada masa Pandemi tentang
bagaimana hubungan Antar Manusia pada Masa
Kehamilan, Masa Nifas, bagaimana ibu masih dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pergi untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan juga pada
masa nifas.
9. Kontribusi :Webinar tentang Hubungan Antar Manusia Dan Teori
Konsep Diri, Serta Teori Johari Windows Pada Masa
Kehamilan, Masa Nifas Di Era Pandemi Covid-19

iv
v

10. Rencana luaran: Meningkatkan pengetahuan dan juga kemampuan


mahasiswa dalam memberikan pelayanan kesehatan serta
konseling kepada ibu hamil dan nifas dengan tetap
mengunakan protokol kesehatan tampa takut dan kawarir
akan penularan Covid-19.

v
vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal dengan judul : HUBUNGAN ANTAR MANUSIA DAN TEORI
KONSEP DIRI, SERTA TEORI JOHARI WINDOWS PADA MASA
KEHAMILAN, MASA NIFAS DI ERA PANDEMI COVID-19”.
Harapan Kegiatan Webinar ini adalah untuk menambah wawasan bagi
Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Kebidanan dan dapat bermanfaat untuk
masyarakat termasuk di dalam nya memberikan pemahaman mengenai peran
bidan yang sesuai dengan judul Webinar serta sebagai acuan bahan ajar yang
merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus
diberikan oleh civitas akademika khusus para tenaga pengajar. Dan dalam
kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Retno Sugesti, S.ST.,M.Kes Selaku pembimbing dan dosen mata kuliah
2. Hidayani, SKM.,MKM Selaku pembimbing dan dosen mata kuliah
3. Seluruh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
yang telah memberikan Ilmu dan bimbingannya dalam pelaksanaan
penyusunan Proposal.
4. Rekan seperjuangan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
(STIKIM) yang senantiasa memberikan dukungan
Semoga Proposal ini dapat diterima dan bermanfaat yang banyak pihak
serta dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menambah wawasan
pengetahuan dan pengalaman.

Jakarta, Mei 2020

Penyusun

vi
vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1. Mengetahui Tentang Hubungan Antar Manusia ........................... 5
2.2. Mengetahui Tentang Tiori Konsep Diri ........................................ 9
2.3. Teori Johari Windows .................................................................... 11
2.4. Pelayanan Ibu Selama Masa Kehamilan, Masa Nifas ................... 15
BAB III METODOLOGI KEGIATAN ....................................................... 23
3.1. Rancangan Kegiatan .................................................................... 23
3.2. Waktu dan Tempat Kegiatan ........................................................ 23
3.3. Peserta Kegiatan ........................................................................... 23
3.4. Perencanaan Biaya ......................................................................... 23
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 24
4.1. Hubungan Antar Manusia .............................................................. 23
4.2. Teori Konsep Diri .......................................................................... 25
4.3. Teori Johari Windows .................................................................... 27
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana nonalam yang disebabkan oleh Corona Virus atau COVID-
19telah berdampak meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda,
meluasnya cakupan wilayah yang terkena bencana, serta menimbulkan
implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia. Pemerintah telah
menetapkan bencana nonalam ini sebagai bencana nasional melalui Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
sebagai Bencana Nasional (Kemenkes, 2020).
Virus corona atau Virus covid-19 yang sangat cepat menular dan dapat
menyebabkan kematian. semua ini dapat mempengaruhi kesehatan mental
bagi ibu hamil terutama yang sudah memasuki bulan nya menjelang
persalinan juga merasa was was dan takut untuk pergi memeriksakan
kandungan ataupun bersalin. Terlebih lagi dengan adanya rekomendasi
karangtina dan physcal distancing. Hal ini memberikan efek perburukan
psikologis, ketakutan akan infeksi yang dialami nya dan menularkan ke orang
lain. Hal tersebut dianggap menjadi stressor selama karantina (Kemenkes,
2020).
Total kasus positif corona (Covid-19) di Indonesia pada pada tanggal 28
Mei 2020 kasus COVID-19 kembali melonjak. Peningkatan terjadi setelah ada
penambahan kasus baru sebanyak 687 pasien yang terkonfirmasi positif
Covid-19. Percepatan Penanganan Covid-19 yang dilansir pada Kamis sore,
28 Mei 2020 menunjukkan total jumlah kasus positif corona di Indonesia hari
ini mencapai 24.538 pasien. Dengan begitu total pasien yang sembuh dari
penyakit Covid-19 sudah sebanyak 6.240 orang atau 25,4 persen dari total
kasus (Kemenkes, 2020).
Situasi pandemi ini juga dapat mempengaruhi mental pada ibu hamil dan
ibu nifas pasca melahirkan, yaitu depresi, suatu kondisi yang dapat
1
2

mempengaruhi pikiran, emosi, dan fungsi ibu : sulit tidur, nafsu makan
berkurang serta kesehatan mental pasangannya. Dalam kondisi pandemi
COVID-19 seperti ini tentu kekhawatiran akan paparan virus makin tinggi,
dengan adanya penerapan physical distancing ini dapat memperburuk depresi
dan mengurangi akses ke perawatan kesehatan dan dukungan sosial. Karena
dukungan sosial merupakan salah satu yang di butuhkan ibu dalam
membangun ketahanan dan mndorong pemulihan selama masa nifas ini.
Dalam situasi pandemic COVID-19 ini, banyak pembatasan hampir ke
semua layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Seperti ibu hamil menjadi enggan ke puskesmas atau fasiltas pelayanan
kesehatan lainnya karena takut tertular, adanya anjuran menunda pemeriksaan
kehamilandan kelas ibu hamil, serta adanya ketidaksiapan layanan dari segi
tenaga dan sarana prasarana termasuk Alat Pelindung Diri dalam memberikan
pelayanan ANC, persalinan dan PNC di masa pandemi COVID-19.
Diharapkan ibu dan bayi tetap mendapatkan pelayanan esensial, faktor risiko
dapat dikenali secara dini, sertamendapatkan akses pertolongan
kegawatdaruratan dan tenaga kesehatan mendapatkan perlindungan dari
tertular COVID-19 (Kemenkes, 2020).
Manusia adalah makhluk social dimana untuk bertahan hidup harus ada
ssosialisasi atau hubungan dengan manusia lain dan hal ini tak bisa dihindari,
mutlak dilakukan manusia apalagi pada masa sekarang ini. Hubungan antar
manusia dengan manusia lainnya sesungguhnya mempunyai pengertian yang
berbeda. Dalam pengertian hubungan antar manusia bukan hanya dalam
wujudnya saja, tetapi juga dari sifat-sifatnya, waktunya, cara bicaranya,
sikapnya, tingkah lakunya, pribadinya, dan berbagai macam aspek kejiwaan
yang yang ada pada diri manusia (Vardiyansah, 2016).
Pembahasan mengenai Konsep Diri merupakan bagian dari komunikasi
antar pribadi (interpersonal communication). Dimana di dalam Komunikasi
Antar Pribadi masuk dalam Kesadaran diri (Self Awareness). Konsep diri
dirasa penting di dalam komunikasi antar pribadi dikarenakan konsep diri
adalah bagaimana kita memandang dan memahami diri kita sendiri.
3

Memahami diri pribadi merupakan salah satu teori untuk mempelajari


komunikasi antar pribadi (interpersonal communication). Jadi konsep diri
sangat penting untuk dipelajari dan di mengerti, karena dalam komunikasi
antar pribadi selain kita juga diharuskan mengerti dan memahami diri orang
lain kita juga harus memahami diri kita agar komunikasi antar pribadi dapat
berjalan lancar dan pesan dapat disampaikan secara efektif (Wiryanto, 2016).
Konsep diri sangat berhubungan erat dengan pengalaman sosial, konsep
diri terbentuk karena adanya interaksi seseorang dengan orang-orang yang
berada si sekitarnya apa yang dipersepsikan seseorang atau lingkungan tentang
dirinya akan mempengaruhi diri mereka. Konsep diri dapat berbentuk konsep
diri positif ataupun negatif, tergantung dari diri individu sendiri. Pada
dasarnya konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seseorang sampai dewasa. Konsep diri dibentuk melalui proses internalisasi
dan organisasi pengalaman pengalaman psikologis, pengalaman pengalaman
ini merupakan hasil darieksplorasi individu terhadap lingkungan
(Vardiyansah, 2016).
Konsep diri merupakan Faktor yang sangat penting dan menentukan
dalam komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri
positip. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan
keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai
suatu operating system yang menjalankan suatu komputer. Terlepas dari
sebaik apapun perangkat keras komputer dan program yang di-install, apabila
sistem operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka komputer tidak dapat
bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia.
Konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang
mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri ini setelah ter-
install akan masuk di pikiran bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh
sebesar 88% terhadap level kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin
baik konsep diri maka akan semakin mudah seseorang untuk berhasil.
Demikian pula sebaliknya (Wiryanto, 2016).
4

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam proposal ini adalah bagaimanakah Hubungan
Antar Manusia dan Menguraikan Teori Konsep Diri, dan Teori Johari
Windows pada masa kehamilan, masa nifas di era Pandemi Covid-19.

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah


a. Mengetahui tentang hubungan antar manusia pada masa kehamilan, masa
nifas di era Pandemi Covid-19.
b. Mengetahui tentang tiori konsep diri pada masa kehamilan, masa nifas di
era Covid-19.
c. Mengetahui tentang Teori Johari Windows pada masa kehamilan, masa
nifas di era Covid-19.

1.4 Manfaat
a. Bagi Tenaga Kesehatan
Penyedia pelayanan kesehatan ibu hamil terutama kesehatan mental serta
pendamping masa nifas dan pemilihan keluarga berencana dalam masa
pandemi ini sehingga pelayanan yang diberikan lebih bermutu serta
memperluas ilmu kesehatan sesuai situasi dan kasus sekarang ini.
b. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan juga informasi tentang
hubungan Antar Manusia Dan Menguraikan Teori Konsep Diri,Dan Teori
Johari Windows pada masa kehamilan, masa nifas di era Pandemi Covid-
19.
5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Mengetahui Tentang Hubungan Antar Manusia


Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan dari
orang lain, apapun yang dilakukan oleh manusia akan selalu membutuhkan
orang lain untuk berinteraksi guna memperlancar aktivitasnya, semakin lama
manusia hidup di dunia ini akan semakin banyak interaksi yang dilakukan dan
akan semakin luas lingkup interaksinya. Untuk melakukan interaksi maka
dibutuhkan alat untuk memperlancar jalannya interaksi, yaitu komunikasi,
karena tanpa komunikasi interasksi tidak akan terjadi (Wiryanto, 2016).

2.1.1 Pengertian Hubungan Antar Manusia


Hakikat dari hubungan manusia adalah komunikasi antara pribadi.
Hubungan antar manusia sebenernya di landaskan pada kepentingan –
kepentingan individual. Kualitas hubungan antara manusia ditentukan oleh
model individual dalam penerapannya. Menurut para ahli hubungan antara
manusia adalah:
a. Cabot dan kahl (1967): Hubungan Antar Manusia adalah suatu sosiologi
yang konkrit karena meneliti situasi kehidupan,khususnya masalah
interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya.jadi,interaksi mengakibatkan
dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup
kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru.
b. Bonner (1975) : interaksi adalah antara hubungan antara dua atau lebih
individu manusia dan perilaku individu yang satu
mempengaruhi,mengubah,dan memperbaiki perilaku individu lain atau
sebaliknya.
c. Davis “Human Relation at Work”adalah interaksi antara seseorang dengan
orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan.Ditinjau
dari kepemimpinannya, yang bertanggung jawab dalam suatu kelompok
merupakan interaksi orang-orang menuju situasi kerja yang memotivasi
5
6

untuk bekerja sama secara produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomi,


psikologis, dan sosial.
d. Tonnies: menyatakan bahwa manusia dalam bermasyarakat mempunyai
dua jenis pergaulan yaitu: (1) Gemeinscaft, hal yang dialami oleh orang
lain dirasakan sebagaimana terjadi pada dirinya oleh karena pergaulannya
yang sangat akrab. Sifatnya statis, pribadi, tidak rasional; (2) Gesellscaft,
pergaulan yang mempertimbangkan untung dan ruginya sehingga anggota
bebas keluar masuk dari kelompok tersebut (Wiryanto, 2016).

2.1.2 Tujuan Hubungan Antar Manusia


Tujuan-tujuan hubungan antar manusia itu antara lain :
1. Memanfaatkan pengetahuan tentang factor social dan psikologis dalam
penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan
keserasian,dengan konflik seminimal mungkin.
2. Memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain.
3. Memperoleh pengetahuan dan informasi baru, karena dengan
berhubungan dengan situasi ini adalah interaksi anda dengan klien
maka akan memberikan informasi yang baru dan riil dari klien.
Menumbuhkan sikap kerja sama, karena tanpa berhubungan dengan
orang lain yang baik maka apapun hasil tidak akan optimum.
4. Menghilangkan sikap egois atau paling benar, karena dalam Hubungan
Antar Manusia akan terjadi penyesuaian antara satu orang dengan yang
lain dengan cara berbagi.
5. Menghilangkan sikap egois atau paling benar, karena dalam Hubungan
Antar Manusia akan terjadi penyesuaian antara satu orang dengan yang
lain dengan cara berbagi.
6. Menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makluk homo
socius”; mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang lain serta
memberikan bantuan kepada orang lain.
7

7. Menemukan diri sendiri, ketika kita berhubungan dengan orang lain


akan memudahkan kita mengenali diri sendiri baik kelemahan maupun
kelebihan kita (Wiryanto, 2016).
8. Menemukan dunia luar, dengan berhubungan dengan orang lain maka
anda mengenal dunia luar dari orang atau klien di luar diri anda sendiri.
9. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang
lain. Tanpa berhubungan dengan orang lain anda tidak akan bisa
membentuk dan memelihara hubungan, contohnya dengan klien anda.
10. Mengubah perilaku sendiri dan orang lain, dengan berhubungan dengan
orang lain, anda dan klien bisa saling mempengaruhi untuk kebaikan
terutama dalam bidang kesehatan reproduksi.
11. Memberikan bantuan, tanpa berhubungan dengan klien atau anda maka
kita tidak bisa memberikan atau menerima bantuan dari orang lain
(Wiryanto, 2016).

2.1.3 Faktor yang Mendasari Hubungan Antar Manusia


Hubungan antar manusia melibatkan individu secara utuh baik dari
segi fisik maupun psikologis. Proses psikologis sangat dominan mendasari
hubungan antar manusia dan merupakan faktor utama dalam proses
internalisasi, antara lain imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati
(Vardiyansah, 2016).
1. Faktor imitasi
Imitasi atau tiruan adalah keadaan seseorang yang mengikuti sesuatu
diluar dirinya. Sebelum mengikuti satu hal, ia harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Minat perhatian yang cukup besar terhadap hal yang akan diimitasi.
b. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi.
c. Seorang meniru suatu pandangan atau tingkah laku karena akan
memperoleh penghargaan social yang tinggi.
8

Dari syarat diatas, imitasi merupakan proses hubungan antar manusia


yang menerangkan tentang mengapa dan bagaimana dapat terjadi
keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku (Vardiyansah, 2016).
2. Faktor sugesti
Sugesti adalah proses seorang individu menerima cara pandang atau
pedoman tingkah laku orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Persyaratan untuk memudahkan terjadinya sugesti pada seseorang
adalah sebagai berikut:
a. Hambatan berfikir : karena rangsangan emosional, proses sugesti
yang terjadi pada orang tersebut secara langsung menerima tanpa
mempertimbangkan terlebih dahulu segala pengaruh atau pandangan
orang lain.
b. Pikiran terpecah-pecah (disasosiasi): orang yang sedang mengalami
pemikiran yang terpecah-pecah, mudah terjadi sugesti.
c. Otoritas atau prestise: proses sugesti cenderung terjadi pada orang-
orang yang sikapnya menerima pandangan tertentu dari seseorang
yang memiliki keahlian tertentu sehingga dianggap otoritas dalam
keahlian tersebut atau dari seseorang yang mempunyai prestise sosial
yang tinggi.
d. Mayoritas orang akan mudah menerima pandangan ketika
pandangan tersebut disokong oleh mayoritas atau sebagian besar
golongan atau masyarakat. Penerimaan pandangan itu terjadi tanpa
pertimbangan lebih lanjut.
e. Kepercayaan penuh penerima sikap atau pandangan tanpa
pertimbangan lebih lanjut dikarenakan pandangan tersebut sudah ada
pada diri individu yang bersangkutan (Vardiyansah, 2016).
3. Faktor identifikasi
Preses identifikasi berlangsung secara sadar (dengan sendiri) irrasional,
berdasarkan perasaan, dan berkembang bahwa identifikasi beerguna
untuk melengkapi system norma dan citra-citra.Dorongan utama
9

identifikasi ; ingin mengikuti, menerima jejak orang lain yang dianggap


ideal bagi dirinya.
4. Faktor simpati
Simpati adalah perasaan tertarik seseorang terhadap orang lain yang
timbul atas dasar penilaian perasaan dorongan utama yang
memunculkan simpati. Dorongan utamanya adalah rasa ingin
dimengerti dan bekerja sama dengan orang lain (Vardiyansah, 2016).

2.2 Mengetahui Tentang Tiori Konsep Diri


2.2.1 Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai
dirinya yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang dia peroleh
dari interaksi dengan lingkungan. Sedangkan definisi oleh Hurlock (dalam
Gufron, 2011: 13) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan gambaran
seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan
fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai.
Konsep diri juga berarti gambaran tentang dirinya sendiri dalam
bandingannya dengan orang lain (Agustiani 2016).
Konsep diri sebagai suatu penilaian terhadap diri adalah cara
bagaimana individu menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap
diri sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini, dan dilakukan, baik
ditinjau dari segi fisik, moral, keluarga, personal, dan sosial (Rakhmat
dalam Christina, dkk., 2015).

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri:
1. Orang Lain
Pada dasarnya tidak semua orang mempunyai pengaruh sama
terhadap diri kita. George Herbert Mead menyebutnya (orang-orang
yang mempunyai pengaruh terhadap diri seseorang) dengan "significant
others" atau orang lain yang sangat penting.
10

Siapakah Significant Others yang dimaksud, Ketika masih kecil,


mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang -orang
yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan WY Humber
menamainya dengan "Affective Others" (orang lain yang mempunyai
ikatan emosional dengan kita).
Bagaimana "mereka" mempengaruhi kita, dari mereka kita
perlahan-lahan membentuk konsep diri, senyuman, pujian, penghargaan,
pelukan mereka menyebabkan kita menilai diri secara positif,
Sebaliknya ejekan, cemoohan dan hardikan membuat kita melihat diri
secara negatif
2. Kelompok Rujukan (Reference Group)
Kelompok Rujukan adalah kelompok yang secara emosional
mengikat dan berpengaruh terhadap konsep diri kita, Bagaimana hal itu
terjadi? Dengan melihat kelompoknya, seseorang berusaha
menyesuaikan diri dan mengarahkan perilakunya sesuai dengan ciri-ciri
kelompoknya (Yulifah,dkk, 2019).

2.2.3 Komponen Konsep Diri


1. Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik sadar
maupun tidak sadar. Meliputi : performance, potensi tubuh, persepsi
dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
2. Ideal diri adalah persepsi individu tentang perilakunya yang disesuaikan
dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita
3. Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan
cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut
4. Peran diri adalah pola perilaku sikap nilai dan aspirasi yang diharapkan
individu berdasarkan posisinya dimasyarakat.
5. Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari
pengamatan dan penilaian sebagai sintesis semua aspek konsep diri
sebagai sesuatu yang utuh (Tyastuti, dkk., 2018).
11

2.3 Mengetahui Tentang Teori Johari Windows


2.3.1 Penggertian Tentang Teori Johari Windows
Teori Johari Window atau jendela Johari merupakan sebuah teori yang
digunakan untuk membantu orang dalam memahami hubungan antara
dirinya sendiri dan orang lain. Teori ini digagas oleh dua orang psikolog
Amerika, yaitu Joseph Luft dan Harrington Ingham pada tahun 1955. Teori
Johari window disebut juga teori kesadaran diri mengenai perilaku maupun
pikiran yang ada di dalam diri sendiri maupun di dalam diri orang lain.
Teori jendela Johari berkaitan dengan Emotional Intelligence Theory
yang berhubungan dengan kesadaran dan perasaan manusia. Window atau
jendela merupakan suatu hal yang menggambarkan bahwa teori ini memiliki
empat bagian seperti jendela. Johari merupakan singkatan dari dua orang
yang menciptakan teori tersebut, yaitu “Jo” berarti Joseph dan “Hari” berarti
Harrington.
Komunikasi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan dari
komunikator kepada komunikan untuk mencapai makna yang sama.
Komunikasi membutuhkan umpan balik dari seseorang yang artinya bahwa
komunikasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Komunikasi yang baik
membutuhkan penerapan teori jendela Johari yang berfungsi untuk
memahami perasaan, kesadaran, dan tingkah laku lawan bicara agar terjalin
komunikasi yang efektif. Johari Windows adalah jendela dengan empat
bagian yang menggambarkan bahwa manusia terdiri atas empat self (diri).
Konsep teori Johari Windows digunakan untuk menciptakan hubungan
intrapersonal dan interpersonal, yaitu hubungan pada diri sendiri dan
hubungan antara 23 diri sendiri dan orang lain. Konsep teori jendela Johari
ini memiliki empat kamar atau empat perspektif yang masing-masing
memiliki istilah dan makna yang berbeda, dimana setiap makna
mengandung pemahaman-pemahaman yang mempengaruhi pandangan
seseorang. Apakah perilaku, perasaan, dan kesadaran yang dimiliki hanya
dapat dipahami oleh dirinya sendiri, hanya dipahami oleh orang lain, atau
keduanya dapat memahaminya (Romauli, 2017).
12

2.3.2 Konsep Teori Johari Windows


Untuk memahami diri sendiri, Joseph Luft dan Harrington Ingham
memperkenalkan sebuah konsep yang dikenal dengan nama “Johari
Window” sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan
orang lain yang digambarkan sebagai sebuah kaca jendela yang terdiri atas
empat bagian, yakni Terbuka (open Wilayah area), Wilayah buta(blind
area),Wilayah Tersembunyi (hidden area), dan Wilayah Tak Dikenal
(unknown area).
a. Wilayah Terbuka ( Open Area)
Open self atau wilayah terbuka merupakan suatu keadaan dimana
seseorang saling terbuka terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Pada wilayah terbuka ini, seseorang akan terbuka mengenai sifat,
perasaan, kesadaran, perilaku, dan motivasi. Open self dalam ilmu
psikologi digambarkan dengan sifat extrovert pada diri seseorang.
Orang yang berada pada wilayah terbuka lebih mudah menjalin
komunikasi dengan siapapun. Hal ini berpengaruh terhadap interaksi
antara individu. atau kelompok untuk menciptakan komunikasi yang
efektif. Seseorang yang berada dalam wilayah terbuka ini seperti ketika
baru mengenal seseorang, maka lebih cenderung melemparkan senyum,
menyapa lebih awal, menjabat tangan, dan lebih banyak bercerita
mengenai dirinya sendiri (Priyanto, 2016).
b. Wilayah buta (blind area)
Blind self atau wilayah buta merupakan kondisi dimana orang lain
dapat memahami sifat, perasaan, pikiran, dan motivasi seseorang, tetapi
orang tersebut tidak dapat memahami dirinya sendiri. Wilayah buta ini
sering terjadi dalam interaksi manusia yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman atau permasalahan lainnya. Seseorang yang berada
dalam blind self cenderung tidak dapat menciptakan komunikasi efektif,
sehingga timbul berbagai permasalahan. Misalnya, orang yang biasanya
bersikap sok asik ketika bertemu dengan orang baru, padahal dirinya
sendiri merupakan seorang yang pendiam. Ia tidak dapat menilai dirinya
13

sendiri sebagaimana sifat, perilaku, dan pikiran yang ia miliki, tetapi


orang lain dapat menilainya.
Merupakan daerah “saya tidak tahu” dan “orang lain tau”. Pada
wilayah buta, orang tidak mengetahui kekurangan yang dimiliki tetapi
sebaliknya justru kekurangan itu diketahui oleh orang lain. Dalam
berbagai kasus, banyak orang tidak mmengetahui kelemahannya bahkan
dia berusaha menyangkal kalau hal itu ada pada dirinya
Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu
tapi kita tidak, misalnya perasaan kurang terbuka, kurang luas cara
pandang dan variasi hidupnya dan sebagainya. Olekh karena itu kalau
wilayah buta makin melebar dan mendesak wilayah lain, maka akan
terjadi kesulitan komunikasi (Priyanto, 2016).
c. Wilayah tersembunyi (hidden area)
Hidden self atau wilayah tersembunyi/rahasia adalah keadaan
dimana seseorang memiliki kemampuan untuk menyembunyikan atau
merahasiakan sebagian hal yang dianggap tidak perlu untuk
dipublikasikan kepada orang lain. Hal-hal yang dimaksud bisa berupa
sifat, perilaku, motivasi, atau pemikiran. Misalnya, seseorang yang
sudah bersahabat lama belum tentu dapat terbuka sepenuhnya ketika
menceritakan kisah hidupnya seperti masalah keluarga dan masalah
cinta karena ada beberapa orang yang merasa malu, takut, atau kecewa
apabila menceritakan hal-hal tersebut kepada orang lain.
Merupakan daerah “saya tahu “ dan “orang lain tidak tahu”. Pada
wilayah tersebunyi, berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita
tetapi tertutup bagi orang lain dan kemampuan yang kita miliki
tersembunyi sehingga tidak diketahui orang lain. Informasi ini meliputi
perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, kesehatan,
keluarga, dll.
Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan
menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang
lain miss komunikasi dengan kita, yang kalau dalam hubungan kerja
14

akan mengurangi tingkat kepercayaan orang lain. Ada dua konsep yang
erat hubungannya dengan wilayah tersembunyi, yakni over disclose dan
under disclose.
Over disclose, yaitu sikap yang terlalu banyak mengungkapkan
sesuatu sehingga hal-hal yang sebenarnya disembunyikan juga
diutarakan, misalnya konflik pada rumah tangga, hutang-hutangnya dan
sebagainya.
Under disclose, yaitusikap yang terlalu menyembunyikan sesuatu
yang seharusnya dikemukakan, misalnya dalam pengobatan kejiwaan
sikap under disclose dapat menyulitkan psikiatri karena pasien sulit
menyampaikan informasi yang diperlukan untuk pengobatannya
(Priyanto, 2016).

d. Wilayah Tak Dikenal / Diri Gelap (Unknown Area)


Unknown self atau wilayah tak dikenal merupakan kondisi
seseorang yang tidak dapat memahami dirinya sendiri bahkan orang
lain pun tidak dapat mengenalinya. Wilayah ini merupakan wilayah
yang tidak dapat menciptakan interkasi dan komunikasi yang efektif
karena keduanya sama-sama merasa tidak ada pemahaman. Unknown
self disebut juga sebagai konsep diri tertutup atau introvert, dimana
seseorang tidak mau menerima masukan atau feedback dari orang lain
(Jalaluddin Rakhmat Psikologi Komunikasi (Vardiyansah, 2016).
Merupakan daerah “ saya tidak tahu “ dan “orang lain tidak tahu”.
Wilayah tak dikenal / diri gelap adalah wilayah yang paling kritis dalam
komunikasi sebab selain diri kita yang tidak mengenal diri, juga orang
lain tidak mengetahui siapa kita. Dalam kehidupan sehari-hari sering
terjadi kesalahan presepsi maupun kesalah perlakuan kepada orang lain
kerena tidak saling mengenal baik kelebihan, kekurangan juga
statusnya, siapa dia (Vardiyansah, 2016).
Unknown area adalah informasi yang orang lain juga tidak
mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau
15

orang lainmelihat sesuatu akan diri kita. Bagaimana kita bertingkah


laku atau berperasaan misalnya ketika pertama kali senang kepada
orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah mengatakan
perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan dengan kita
tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari
pengalaman (Vardiyansah, 2016).

2.4 Pelayanan Ibu Selama Masa Kehamilan, Masa Nifas dalam Masa
COVID-19
Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19pada ibu hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir di masyarakat meliputiuniversal precautiondengan selalu
cuci tangan memakai sabun selama 20 detik atau hand sanitizer, pemakaian
alat pelindung diri, menjaga kondisi tubuh dengan rajin olah raga dan istirahat
cukup, makan dengan gizi yang seimbang, dan mempraktikan etika batuk-
bersin (Kemenkes, 2020).
Sedangkan prinsip-prinsip manajemen COVID-19 di fasilitas kesehatan
adalah isolasi awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai standar, terapi
oksigen, hindari kelebihan cairan, pemberian antibiotik empiris
(mempertimbangkan risiko sekunder akibat infeksi bakteri), pemeriksaan
SARS-CoV-2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin
dan kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan
pernapasan yang progresif, perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan
individual / indikasi obstetri, dan pendekatan berbasis tim dengan
multidisipin.
a. Cuci tangan dengan sabun dan airmengalirsedikitnya selama 20
detik(cara cuci tangan yang benar pada buku KIA). Gunakan hand
sanitizerberbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%, jika
air dan sabun tidak tersedia.Cuci tangan terutama setelah Buang Air
Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dansebelum makan.
b. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci.
16

c. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.


d. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke
fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
e. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue,lakukan
batuk sesuai etika batuk.
f. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
g. Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi
penggunaan masker sajamasih kurang cukup untuk melindungi seseorang
dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain.
Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygienedan
usaha-usaha pencegahan lainnya.
h. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan
dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan
lain yang sama pentingnya seperti hand hygienedan perilaku hidup sehat.
i. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan.
Sedangkan masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan
keluarganya.
j. Cara penggunaan maskeryang efektif:
- Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,
kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara
masker dan wajah.
- Saat digunakan, hindari menyentuh masker
- Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya: jangan menyentuh
bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagian dalam).
- Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan, segera cuci tangan.
- Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker
jika masker yangdigunakan terasa mulai lembab.
17

- Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.


- Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah
medis sesuai SOP.
k. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3
lapis. Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus
hingga 70%. Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam.
Setelahnya, masker harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan
dipastikan bersih sebelum dipakai kembali.
l. Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin dan nifas harus
menggunakan masker dan menjaga jarak.
m. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang atau
hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
n. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon
layanan darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9) untuk
dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS
rujukan untuk mengatasi penyakit ini.
o. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat
mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis
obstetri atau praktisi kesehatan terkait
p. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di
media sosial terpercaya.

2.4.1 Pelayanan Masa Kehamilan Pada Masa COVID-19


a. Pemeriksaan kehamilan pertama kali dibutuhkan untuk skrining faktor
risiko (termasuk Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dari ibu ke anak / PPIA). Oleh karena itu, dianjurkan
pemeriksaannya dilakukan olehdokter di fasilitas pelayanan
kesehatandengan perjanjian agar ibu tidak menunggu lama. Apabila ibu
hamil datang ke bidan tetap dilakukan pelayanan ANC, kemudian ibu
hamil dirujuk untuk pemeriksaan oleh dokter
18

b. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu


menderita Tuberculosis.
c. Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan
pertama dilakukan pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambu
berinsektisida.
d. Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk
pemeriksaan dan tata laksana lebih lanjut.
e. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat DITUNDA pada ibu
dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19sampaiada rekomendasi dari
episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai
kasus risiko tinggi.
f. Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari termasuk mengenali TANDA BAHAYApada
kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda bahaya, ibu hamil harus segera
memeriksakan diri ke fasyankes.
g. Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media
komunikasi.
h. Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya di masa pandemi COVID-19
atau dapat mengikuti kelas ibu secara online.
i. Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua. Atau pemeriksaan
antenatal dapat dilakukan melalui tele-konsultasi klinis, kecuali dijumpai
keluhan atau tanda bahaya.
j. Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdetekdi memiliki faktor
risiko atau penyulit harus memeriksakan kehamilannya pada trimester
kedua. Jika Ibu tidak datang ke fasyankes, maka tenaga kesehatan
melakukan kunjungan rumah untuk melakukan pemeriksaan ANC,
pemantauan dan tataksana faktor penyulit. Jika diperlukan lakukan
rujukan ibu hamil ke fasyankes untuk mendapatkan pemeriksaan dan
tatalaksana lebih lanjut, termasuk pada ibu hamil dengan HIV, Sifilis
dan Hepatitis B.
19

k. Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga HARUS DILAKUKAN dengan


tujuan utama untuk menyiapkan proses persalinan. Dilaksanakan 1 bulan
sebelum taksiran persalinan.
l. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya.
Jika terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti
mual-muntah hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang,
ketuban pecah, nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi
berulang, dan kejang. Ibu hamil dengan penyakit diabetes mellitus
gestasional, pre eklampsia berat, pertumbuhan janin terhambat, dan ibu
hamil dengan penyakit penyerta lainnya atau riwayat obstetri buruk
maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.
m. Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah
usia kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri
(minimal 10 gerakan per 2 jam).
n. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan
tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu
hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri dirumah agar ibu tetap
bugar dan sehat.
o. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan
oleh tenaga kesehatan.
p. Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19
TIDAK DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH karena akan
memperburuk komplikasi yang diakibatkan kondisi COVID-19.
q. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca
perawatan, kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah
periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi
apabila pasien dinyatakan sembuh. Direkomendasikan dilakukan USG
antenatal untuk pengawasan pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi
penyakit akut. Meskipun tidak ada bukti bahwa gangguan pertumbuhan
janin (IUGR) akibat COVID-19, didapatkan bahwa duapertiga
20

kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta terjadi
pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi diperlukan.
r. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan
diduga/dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa
rekomendasi berikut: Pembentukan tim multi-disiplin idealnya
melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit infeksi jika tersedia,
dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter anestesi yang
bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin setelah
masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan
keluarga tersebut.
s. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak
melakukan perjalanan keluar negeri dengan mengikuti anjuran
perjalanan (travel advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus
menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari
daerahdengan penyebaran luas COVID-19.

2.4.2 Rekomendasi Bagi Tenaga Kesehatan Terkait Pelayanan Antenatal di


Rumah Sakit
a. Wanita hamil/nifas yang termasuk pasien dalam ODP/PDP COVID-19
tanpagejala atau gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri
dirumah/tempat yang ditunjuk khusus. Untuk ibu hamil/nifas dengan
status PDP gejala sedangatau berat harus segera dirawat di rumah sakit
(berdasarkan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-
19). Pasien dengan COVID-19 yang diketahui atau diduga harus dirawat
di ruang isolasi khusus di rumah sakit. Apabila rumah sakit tidak
memiliki ruangan isolasi khusus yang memenuhi syarat Airborne
Infection Isolation Room (AIIR) pasien harus ditransfer secepat
mungkin ke fasilitas di mana fasilitas isolasi khusus tersedia.
b. Penggunaan pengobatan di luar penelitian harus mempertimbangkan
analisis riskbenefit dengan menimbang potensi keuntungan bagi ibu dan
keamanan bagi janin. Saat ini tidak ada obat antivirus yang disetujui
21

oleh FDA untuk pengobatan COVID-19, walaupun antivirus spektrum


luas digunakan pada hewan model MERS sedang dievaluasi untuk
aktivitas terhadap COVID-19.

2.4.3 Pelayanan Ibu Bersalin Pada Masa COVID-19


a. Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke fasilitas
kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.
b. Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.
c. Tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan, Kondisi ibu
sesuai dengan level fasyankes penyelenggara pertolongan persalinan,
Status ibu ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-19 atau bukan
ODP/PDP/COVID-19.
d. Ibu dengan status ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19bersalin di
rumah sakit rujukan COVID-19.
e. Ibu dengan status BUKANODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-
19bersalin di fasyankes sesuai kondisi kebidanan (bisa di FKTP atau
FKTRL).
f. Saat merujuk pasien ODP, PDPatau terkonfirmasi COVID-19 sesuai
dengan prosedur pencegahan COVID-19.
g. Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur,
diutamakan menggunakan MKJP.

2.4.4 Pelayanan Masa Nifas Pada Masa COVID-19


a. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat
buku KIA). Jika terdapat risiko/tanda bahaya, maka pemeriksaan diri ke
tenaga kesehatan.
b. Kunjungan nifas (kf) Dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu:
- KF 1 : pada periode 6 jam sampai dengan 2 hari pasca persalinan.
- KF 2 : pada periode 3 hari sampai 7 hari pasca persalinan.
- KF 3 : pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari pasca persalinan.
- KF 4 : pada periode 29 sampai 42 hari pasca persalinan.
22

c. Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan


rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan medis
online (disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID-19)
dengan melakukan upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik
dari petugas ibu dan keluarga.
d. Pelayanan kb tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat
perjanjian dengan petugas.
23

BAB III
METODE KEGIATAN

3.1 Rancangan Kegiatan


Webinar ini menggunakan metode blended leaerning yang merupakan
pembelajaran yang menggabungkan antara model pembelajaran tatap muka
dengan model pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Pembelajaran kombinasi ini juga sering disebut hybrid instructions atau
pengajaran metode hybrid, yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan
metode pengajaran tatap muka dengan metode pengajaran online.

3.2 Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan Webinar ini dilaksanakan pada Agustus 2020. Lokasi kegiatan
adalah di lokasi masing-masing @home.

3.3 Peserta Kegiatan


Seluruh mahasiswa bidan, dosen, profesi bidan, dan praktisi kesehatan di
seluruh Indonesia.

3.4 Perencanaan Biaya


Berdasarkan tahapan webinar yang ada maka perencanaan rincian
anggaran biaya untuk kegiatan webinar adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Rencana Biaya Kegiatan Penelitian

Harga Per
No Keterangan Banyaknya Total Harga
Satuan
1. Narasumber 2 orang Rp. 100.000 Rp. 200.000
Penyusunan dan
2. 2 jilid Rp. 44.000 Rp. 88.000
Penggandaan Laporan

Total Biaya Penelitian Rp 288.000

23
24

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hubungan Antar Manusia


Kontak sosial dapat dibagi menjadi beberapa jenis, anta lain:
Berdasarkan cara, kontak dapat dibedakan dari caranya yakni kontak langsung
dan tidak langsung. Kontak langsung terjadi dari sentuhan fisik seperti bahasa
isyarat, tersenyum, dan berbicara. Sedangkan kotak tidak langsung dilakukan
dengan media tertentu seperti surat, telegram, televisi radio, telepon, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan Sifat. Ada tiga macam kontak berdasarkan sifatnya yakni
kontak kelompok dengan kelompok, individu dengan kelompok, dan antar
individu. Kontak antar individu dapat dilihat saat seorang anak sedang belajar
tentang kebiasaan yang dilakukan oleh keluarganya.Kontak kelompok dengan
kelompok dapat dilihat saat pertandingan sepak bola antar siswa. Terakhir
kontak antara individu dengan kelompok dapat dilihat saat guru sedang
melatih murid sehingga murid mengikuti gerakan yang sama dengan guru
mereka.
Sebagai contoh kontak langsung pada masa Pandemi COVID-19, jika
kita tengah mengalami kondisi badan yang kurang fit segera berobat ke
dokter. Segera gunakan alat proteksi diri seperti masker jika hendak
bersosialisasi kendati dokter tidak memberi diagnosis positif corona atau
penyakit parah lainnya. Selain itu, kita juga perlu memiliki inisiatif untuk
mengurangi interaksi bersentuhan dengan orang lain seperti berjabat tangan
dan berpelukan.
Berdasarkan Tingkat Hubungan. Berdasarkan tingkat hubungan, kontak
dibagi menjadi kontak primer dan sekunder. Kontak primer dapat terjadi saat
orang tersebut bertemu langsung. Contohnya adalah berbincang langsung,
berjabat tangan, dan lain sebagainya. Sedangkan kontak sekunder hanya
terjadi melalui media atau perantara. Media tersebut bisa berupa alat atau

24
25

orang. Kontak ini dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Misalnya saat anda berbicara melalui media seperti telepon atau meminta
meminta sesorang untuk menyampaikan pesan kepada orang lain Keterlibatan
(Tyastuti, dkk., 2018).
Contoh lainya dalam hubungan antar manuasia dalah memberikan asuhan
kebidanan berkesinam-bungan berhubungan dengan kualitas asuhan sepanjang
waktu, adalah pemberian layanan kesehatan tanpa batas kepada pasien,
melalui layanan terintegrasi, koordinasi, dan tukar informasi antara pemberi
asuhan yang berbeda (Yulifah,dkk, 2019).
Dalam kontek pelayana kesehatan hubungan antar manuasia dapat dilihat
Bidan juga bekerja bersama keluarga dalam memberikan asuhan untuk
mengatasi ketakutan yang dirasakan pada masa persalinan di kondisi
maraknya penularan COVID-19, kesinambungan manajemen, yaitu
pendekatan pengaturan kasus yang konsisten dan jelas, yang responsif dalam
memenuhi kebutuhan klien. Manajemen juga melibatkan komunikasi
berdasarkan fakta dan penilaian dalam tim, institusi pendidikan, dan batasan
profesional kebidanan, serta antara pemberi pelayanan dan pasien dan juga
kesinambungan informasi. Semua tim yang terlibat dalam pemberian asuhan
mempunyai informasi yang cukup tentang keadaan kliennya untuk dapat
memberikan asuhan.

4.2 Teori Konsep Diri


Konsep diri adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep
ini merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan
hubungan dengan orang lain, dan apa yang kiranya reaksi orang lain
terhadapnya. Konsep diri mencakup citra diri fisik dan psikologis (Hurlock,
2011).
Hurlock (dalam Heidemans) mengemukakan bahwa konsep diri
merupakan gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang dirinya yang
mencakup citra fisik dan psikologis. Citra fisik berkaitan dengan penampilan
fisik, daya tarik, kesesuaian dan ketidak sesuaian berbagai bagian tubuh untuk
26

berperilaku. Sedangkan citra psikologis, didasarkan atas pikiran, perasaan dan


kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan. Selanjutnya ia
mengemukakan bahwa konsep diri merupakan gambaran tentang dirinya yang
ditentukan oleh peran dan hubungan dengan orang lain sebagai akibat dari
kemanusiaan (Hurlock, 2011).
Kapasitas seseorang untuk merespons secara sehat dan produktif ketika
menghadapi kesulitan atau trauma, di mana hal tersebut penting untuk
mengelola tekanan hidup sehari-hari. Situasi pandemik Covid-19 tentu bukan
situasi yang menyenangkan dan malah cenderung memberikan dampak negatif
seperti menurunkan kesejahteraan hidup individu. Seperti kita ketahui bahwa
pandemik Covid-19 ini telah memengaruhi banyak aspek kehidupan manusia
mulai dari aspek spiritual, aspek sosial, aspek finansial, aspek keluarga, aspek
mental dan emosional.
Keyakinan bahwa ini bisa diatasi, perasaan bahagia berkumpul bersama
keluarga, kemampuan memilih informasi yang tepat, tentu semua ini dapat
membantu kita untuk menjalani keseharian di situasi saat ini tanpa mengalami
kecemasan berlebihan, maka dari itu Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa secara umum konsep diri merupakan suatu totalitas dari
persepsi yang merupakan dasar bagi pengetahuan terhadap diri, pengharapan
yang menunjuk gagasan tentang kemungkinan menjadi apa kelak, dan
penilaian yang merupakan pengukuran individu tentang keadaannya
dibandingkan dengan apa yang menurut individu dapat atau seharusnya
terjadi.
Dengan adanya Pandemi COVID-19 dapat merupakan stresor terhadap
peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta
posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 1992 ). Dan sebaliknya, jika
peran di masyarakat dapat berjalan dengan baik, maka bisa membangkitkan
rasa kepercayaan diri yang tinggi dan mempunyai identitas sosial yang jelas
dan dihargai oleh masyarakat sekitar.
Pembentukan konsep diri memerlukan waktu yang relatif lama.
Walaupun demikian hal ini tidak dapat diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa
27

dari seseorang akan dapat mengubah konsep diri. Akan tetapi, apabila tipe
reaksi ini sering muncul karena orang lain yang berpengaruh atau mempunyai
arti dalam kehidupan orang tersebut (significant others), maka konsep diri
seseorang tersebut akan mengalami perubahan.

4.3 Teori Johari Windows


Dalam kehidupan kita sehari-hari, mengenal diri adalah sesuatu hal
yang sangat penting jika kita menempatkan diri ditengah-tengah masyarakat.
Sebab dengan mengenal diri, kita dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan
yang ada pada diri kita (Vardiyansah, 2016).
Banyak orang berpendapat bahwa bidan juga perlu menjawab
pertanyaan “siapa saya”. Bidan harus dapat mengkaji perasaan, reaksi, dan
perilakunya secara pribadi maupun sebagai pemberi pelayanan. Kesadaran
diri akan membuat bidan menerima perbedaan dan keunikan klien. Kesadaran
diri dan perkembangan diri bidan perlu di tingkatkan agar penggunaan diri
secara terapeutik dapat lebih efektif.
Merupakan daerah atau jendela “ Saya Tahu” dan “ Orang Lain tahu”.
Pada wilayah terbuka kita mengenal diri kita dalam hal kepribadian,
kelebihan dan kekurangan. Menurut konsep ini, informasi tentang diri kita
baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada diri kita selain
diketahui oleh diri sendiri juga diketahui oleh orang lain. Seperti nama,
jabatan, pangkat, status perkawinan, dll.
Ketika memulai sebuah hubungan kita akan menginformasikan
sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri
kita akan terus bertambah secara vertikal sehingga mengurangi hidden area.
Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan
interpesonal kita.
Oleh karena itu, jika wilayah terbuka ini makin melebar dalam arti
kita dapat memahami orang lain dan juga orang lain dapat memahami diri
kita maka akan terjadi komunikasi yang mengana, misalnya terbuka terhadap
dunia sekelilingnya, potensi diri disadari, perasaan dan fikirannya terbuka
28

untuk pengalaman-pengalaman hidup yang menyedihkan, menyenangkan


pekerjaan, dsb. Daerah ini merupakan daerah ideal, yang mencerminkan
pribadi seseorang yang mau membri, menerima saran dan kritik dari orang
lain.
29

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Konsep diri merupakan faktor yang paling penting dan menentukan dalam
komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri
konseling. Konsep diri memainkan peranan yang sangat besar dalam
menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat
dianalogikan sebagai sesuatu operating sistem. Konsep diri dapat
mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang.
2. Hubungan antar manusia adalah kemampuan mengenali sifat, tingkah laku,
pribadi seseorang. Ruang lingkup hubungan antar manusia dalam arti luas
adalah interaksi antar seseorang dengan orang lain dalam suatu kehidupan
untuk memperoleh kepuasan hati
3. Untuk memahami diri sendiri, Joseph Luft dan Harrington Ingham
memperkenalkan sebuah konsep yang dikenal dengan nama “Johari
Window” sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan
orang lain yang digambarkan sebagai sebuah kaca jendela yang terdiri atas
empat bagian, yakni Terbuka (open Wilayah area), Wilayah buta (blind
area), Wilayah Tersembunyi (hidden area), dan Wilayah Tak Dikenal
(unknown area).
4. Dalam kehidupan kita sehari-hari, mengenal diri adalah sesuatu hal yang
sangat penting jika kita menempatkan diri ditengah-tengah masyarakat.
Sebab dengan mengenal diri, kita dapat mengetahui kelebihan dan
kelemahan yang ada pada diri kita.

29
30

5.2 Saran
1. Untuk menjalin suatu hubungan yang baik dengan klien kita harus bisa
memahami diri sendiri. Mencoba untuk memahami kebutuhan dan
keinginan masing-masing individu
2. Sebagai manusia sudah sepatutnya harus mengetahui tentang konsep diri
dan menyadari akan kelebihan dan kekurangan diri sendiri sehingga
dalam kehidupan bermasyarakat tidak terjadi kesalah pahaman antara
individu yang satu dengan individu yang lain.
31

DAFTAR PUSTAKA

1. Priyanto, Agus. 2016. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana


Pelayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta : Salemba Medika

2. Romauli, Suryati, 2017. Komunikasi Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media

3. Yulifah,dkk, 2019. Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta :


Salemba Medika

4. Christina, dkk., 2015. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.

5. Tyastuti, dkk., 2018. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan.


Yogyakarta:Fitramaya.

6. Vardiyansah, 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

7. Wiryanto, DR., 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta:


PT Grasindo.

8. Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

9. Agustiani, H. 2016. Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi


Kaitannyadengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung
:Refika Aditama

10. Hasani Ibin, 2018. Komunikasi Terapeutik Perawat Rohani Islam Dalan
Proses Penyembuhan Pasie di RSUD Ciamis. Jurnal Ilmu Komunkasi.

11. Normayani, 2018. Pengaruh konseling kelompok dengan teknik johari


Window untuk meningkatkan keterampilan Pengungkapan diri yang tepat
pada ibu-ibu muda di Kecamatan sugihwaras bojonegoro. Jurnal Ilmu
Komunkasi

12. Hanifa Sania, 2018. Meningkatkan Keterbukaan Diri Dalam Komunikasi


Antar Teman Sebaya Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Johari Window
Pada Siswa Kelas Xi Is 1 Sma Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran
2011/2012. Jurnal Ilmu Pendidikan

13. Bambang, 2017. Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Di


Ruang Perawatan Ii Rsud Polewali Mandar Sulawesi Barat. Jurnal Ilmu
Kesehatan.
32

14. Wahyuni Sri, 2018. Penerapan komunikasi pengungkapan diri (self


disclosure) muslimah bercadar di fakultas dakwah Dan komunikasi. Jurnal
Komunikasi.

15. Syarah Fatia, 2017. Proses Pembentukan Konsep Diri Pada Anak Usia Sd
Melalui Komunikasi Antar Pribadi. Jurnal Ilmu social dan Politik
33

SAP WEBINAR
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Masalah : Meningkatnya kekawatiran pada masa Pandemi tentang


bagaimana hubungan Antar Manusia pada Masa
Kehamilan, Masa Nifas, bagaimana ibu masih dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pergi untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan juga pada masa
nifas.

Pokok Bahasan : Hubungan Antar Manusia Dan Teori Konsep Diri, Serta
Teori Johari Windows Pada Masa Kehamilan, Masa Nifas
di Era Pandemi COVID-19.

Sub Pokok Bahasan :


1. Hubungan Antar Manusia Dan Teori Konsep Diri, Serta
Teori Johari Windows Pada Masa Kehamilan, Masa
Nifas Di Era Pandemi COVID-19.
2. Peran bidan dalam memberikan pelayanan selama masa
kehamilan, nifas di era pendemi COVID-19.

Sasaran :Bidan, Dosen, Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan


Kebidanan, Himpunan Mahasiswa STIKIM, Praktisi
Kesehatan dan Organisasi.

Tempat : di lokasi masing-masing


Hari/Tanggal : Agustus 2020
Waktu : 180 Menit
Penyuluh : Hidayani, SKM. M.KM dan Retno Sugesti, S. ST. M.Kes
34

A. Tujuan :
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah di berikan webinar selama 60 menit, sasaran dapat : Mamahami
Hubungan Antar Manusia Dan Teori Konsep Diri, Serta Teori Johari
Windows Pada Masa Kehamilan, Masa Nifas Di Era Pandemi COVID-19.
2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, tanpa membaca sasaran
dapat :
a. Menyebutkan kembali hubungan antar manusia pada masa kehamilan,
masa nifas di era Pandemi COVID-19.
b. Menjelaskan kembali tentang tiori konsep diri pada masa kehamilan,
masa nifas di era COVID-19.
c. Mengetahui tentang Teori Johari Windows pada masa kehamilan, masa
nifas di era COVID-19.
d. Menjelaskan kembali bagaimana peran bidan dalam menjaga kesehatan
ibu hamil dan memberikan pelayanan kepada ibu nifas, di era pendemi
COVID-19.
B. Materi
1. Pengertian pendemi COVID-19.
2. hubungan antar manusia pada masa kehamilan, masa nifas.
3. Menjelaskan kembali bagaimana peran bidan dalam menjaga kesehatan
ibu hamil dan nifas.
C. Media
1. Power Point (PPT)
2. Laptop

D. Metode
1. Ceramah.
2. Tanya jawab/Diskusi.
35

E. Kegiatan Belajar Mengajar :

TAHAP PENYULUH SASARAN WAKTU


Pendahuluan a. Memberikan salam a. Menjawab 5 menit
b. Memperkenalkan diri
c. Memperkenalkan diri
d. Menyampaikan maksud dan
tujuan
e. Apersepsi
b. Menyimak
c. Menyimak
d. Menyimak
e. Menyimak
Inti f. Menjelaskan materi a. Memperhatikan 45 Menit
penyuluhan dengan dan
ceramah mengenai: mendengarkan
g. Pengertian Pendemi secara seksama
COVID-19 b. Mengajukan
h. Peran bidan dalam pertanyaan
memberikan pelayanan c. Memperhatikan
kesehatan selama masa d. Menjawab
pendemi COVID-19 pertanyaan
i. Menjawab pertanyaan dari e. Memperhatikan
sasaran
j. Menanyakan tentang materi
Hubungan Antar Manusia
Dan Teori Konsep Diri,
Serta Teori Johari Windows
Pada Masa Kehamilan,
Masa Nifas Di Era Pandemi
Covid-19 COVID-19

Penutup a. Menyimpulkan hasil a. Memperhatikan 10 Menit


webinar b. Memperhatikan
b. Klarifikasi c. Memperhatikan
c. Harapan penyuluh. d. Menjawab salam
d. Menutup webinar dan
mengucapkan salam

F. Evaluasi
- Prosedur: Selama webinar
- Bentuk evaluasi: Lisan
- Tipe: Responsif
36

- Butir pertanyaan :
1. Apa pengertian pendemi COVID-19 ?
2. Apa pengaruh pendemi COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan
dalam lingkup kebidanan ?
3. Bagaimana peran bidan dalam menjaga kesehatan ibu hamil dan ibu
nifas dalam mendapatkan pelayanan ksehatan, di era pendemi COVID-
19 ?
37

MATERI WEB SEMINAR (WEBINAR)


COMMUNICATION SKILL AND PUBLIC RELATION IN MIDWIFERY
‘Keterampilan Komunikasi dan Membina Hubungan Dalam Kebidanan
Selama Masa Covid-19’

HUBUNGAN ANTAR MANUSIA DAN TEORI KONSEP DIRI, SERTA


TEORI JOHARI WINDOWS PADA MASA KEHAMILAN, MASA NIFAS
DI ERA PANDEMI COVID-19

A. Hubungan Antar Manusia


Hakikat dari hubungan manusia adalah komunikasi antara pribadi. Hubungan
antar manusia sebenernya di landaskan pada kepentingan – kepentingan
individual. Kualitas hubungan antara manusia ditentukan oleh model
individual dalam penerapannya:
Tujuan-tujuan hubungan antar manusia itu antara lain :
1. Memanfaatkan pengetahuan tentang factor social dan psikologis dalam
penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan
keserasian,dengan konflik seminimal mungkin.
2. Memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain.
3. Memperoleh pengetahuan dan informasi baru, karena dengan
berhubungan dengan situasi ini adalah interaksi anda dengan klien
maka akan memberikan informasi yang baru dan riil dari klien.
Menumbuhkan sikap kerja sama, karena tanpa berhubungan dengan
orang lain yang baik maka apapun hasil tidak akan optimum.
4. Menghilangkan sikap egois atau paling benar, karena dalam Hubungan
Antar Manusia akan terjadi penyesuaian antara satu orang dengan yang
lain dengan cara berbagi.
5. Menghilangkan sikap egois atau paling benar, karena dalam Hubungan
Antar Manusia akan terjadi penyesuaian antara satu orang dengan yang
lain dengan cara berbagi.
6. Menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makluk homo
socius” ; mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang lain serta
memberikan bantuan kepada orang lain.
38

7. Menemukan diri sendiri, ketika kita berhubungan dengan orang lain


akan memudahkan kita mengenali diri sendiri baik kelemahan maupun
kelebihan kita (Wiryanto, 2016).
8. Menemukan dunia luar, dengan berhubungan dengan orang lain maka
anda mengenal dunia luar dari orang atau klien di luar diri anda sendiri.
9. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang
lain. Tanpa berhubungan dengan orang lain anda tidak akan bisa
membentuk dan memelihara hubungan, contohnya dengan klien anda.
10. Mengubah perilaku sendiri dan orang lain, dengan berhubungan dengan
orang lain, anda dan klien bisa saling mempengaruhi untuk kebaikan
terutama dalam bidang kesehatan reproduksi.
11. Memberikan bantuan, tanpa berhubungan dengan klien atau anda maka
kita tidak bisa memberikan atau menerima bantuan dari orang lain
(Wiryanto, 2016).

B. Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai
dirinya yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang dia peroleh dari
interaksi dengan lingkungan. Sedangkan definisi oleh Hurlock (dalam
Gufron, 2011: 13) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan gambaran
seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan
fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai.
Konsep diri juga berarti gambaran tentang dirinya sendiri dalam
bandingannya dengan orang lain (Agustiani 2016).
1. Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik sadar
maupun tidak sadar. Meliputi : performance, potensi tubuh, persepsi dan
perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
2. Ideal diri adalah persepsi individu tentang perilakunya yang disesuaikan
dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita.
3. Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan
cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut.
39

4. Peran diri adalah pola perilaku sikap nilai dan aspirasi yang diharapkan
individu berdasarkan posisinya dimasyarakat.
5. Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari
pengamatan dan penilaian sebagai sintesis semua aspek konsep diri
sebagai sesuatu yang utuh (Tyastuti, dkk., 2018).

C. Teori Johari Windows


Teori Johari Windows atau jendela Johari merupakan sebuah teori yang
digunakan untuk membantu orang dalam memahami hubungan antara dirinya
sendiri dan orang lain. Teori ini digagas oleh dua orang psikolog Amerika,
yaitu Joseph Luft dan Harrington Ingham pada tahun 1955. Teori Johari
window disebut juga teori kesadaran diri mengenai perilaku maupun pikiran
yang ada di dalam diri sendiri maupun di dalam diri orang lain.
Komunikasi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan dari
komunikator kepada komunikan untuk mencapai makna yang sama.
Komunikasi membutuhkan umpan balik dari seseorang yang artinya bahwa
komunikasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Komunikasi yang baik
membutuhkan penerapan teori jendela Johari yang berfungsi untuk
memahami perasaan, kesadaran, dan tingkah laku lawan bicara agar terjalin
komunikasi yang efektif. Johari window adalah jendela dengan empat bagian
yang menggambarkan bahwa manusia terdiri atas empat self (diri).

D. Pelayanan Masa Kehamilan Pada Masa COVID-19


1. Pemeriksaan kehamilan pertama kali dibutuhkan untuk skrining faktor
risiko (termasuk Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis
B dari ibu ke anak / PPIA). Oleh karena itu, dianjurkan pemeriksaannya
dilakukan olehdokter di fasilitas pelayanan kesehatandengan perjanjian
agar ibu tidak menunggu lama. Apabila ibu hamil datang ke bidan tetap
dilakukan pelayanan ANC, kemudian ibu hamil dirujuk untuk
pemeriksaan oleh dokter
40

2. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu


menderita Tuberculosis.
3. Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan
pertama dilakukan pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambu
berinsektisida.
4. Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk
pemeriksaan dan tata laksana lebih lanjut.
5. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat DITUNDA pada ibu
dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampaiada rekomendasi dari
episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai
kasus risiko tinggi.
6. Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari termasuk mengenali TANDA BAHAYApada
kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda bahaya, ibu hamil harus segera
memeriksakan diri ke fasyankes.
7. Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media
komunikasi.
8. Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya di masa pandemi COVID-19
atau dapat mengikuti kelas ibu secara online.
9. Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua. Atau pemeriksaan
antenatal dapat dilakukan melalui tele-konsultasi klinis, kecuali dijumpai
keluhan atau tanda bahaya.
10. Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdetekdi memiliki faktor risiko
atau penyulit harus memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua.
Jika Ibu tidak datang ke fasyankes, maka tenaga kesehatan melakukan
kunjungan rumah untuk melakukan pemeriksaan ANC, pemantauan dan
tataksana faktor penyulit. Jika diperlukan lakukan rujukan ibu hamil ke
fasyankes untuk mendapatkan pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut,
termasuk pada ibu hamil dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis B.
41

11. Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga HARUS DILAKUKAN dengan


tujuan utama untuk menyiapkan proses persalinan. Dilaksanakan 1 bulan
sebelum taksiran persalinan.
12. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya.
Jika terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti
mual-muntah hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban
pecah, nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan
kejang. Ibu hamil dengan penyakit diabetes mellitus gestasional, pre
eklampsia berat, pertumbuhan janin terhambat, dan ibu hamil dengan
penyakit penyerta lainnya atau riwayat obstetri buruk maka periksakan diri
ke tenaga kesehatan.
13. Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah
usia kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri
(minimal 10 gerakan per 2 jam).
14. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap
mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu
hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri di rumah agar ibu tetap
bugar dan sehat.
15. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan
oleh tenaga kesehatan.
16. Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19
TIDAK DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH karena akan
memperburuk komplikasi yang diakibatkan kondisi COVID-19.
17. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca
perawatan, kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah
periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila
pasien dinyatakan sembuh. Direkomendasikan dilakukan USG antenatal
untuk pengawasan pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit
akut. Meskipun tidak ada bukti bahwa gangguan pertumbuhan janin
(IUGR) akibat COVID-19, didapatkan bahwa duapertiga kehamilan
42

dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta terjadi pada kasus
MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi diperlukan.
18. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan
diduga/dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi
berikut: Pembentukan tim multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan
dokter spesialis penyakit infeksi jika tersedia, dokter kandungan, bidan
yang bertugas dan dokter anestesi yang bertanggung jawab untuk
perawatan pasien sesegera mungkin setelah masuk. Diskusi dan
kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan keluarga tersebut.
19. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak
melakukan perjalanan keluar negeri dengan mengikuti anjuran perjalanan
(travel advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan
riwayat perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerahdengan
penyebaran luas COVID-19.

E. Pelayanan Masa Nifas Pada Masa COVID-19


a. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat
buku KIA). Jika terdapat risiko/tanda bahaya, maka pemeriksaan diri ke
tenaga kesehatan.
b. Kunjungan nifas (kf) Dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu:
- KF 1 : pada periode 6 jam sampai dengan 2 hari pasca persalinan.
- KF 2 : pada periode 3 hari sampai 7 hari pasca persalinan.
- KF 3 : pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari pasca persalinan.
- KF 4 : pada periode 29 sampai 42 hari pasca persalinan.
c. Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan medis
online (disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID-19)
dengan melakukan upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik
dari petugas ibu dan keluarga.
d. Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat
perjanjian dengan petugas.

Anda mungkin juga menyukai