Anda di halaman 1dari 45

TUGAS

UJIAN TENGAH SEMESTER


MATA KULIAH
ASKEB KOMUNITAS DAN TANGGAP DARURAT BENCANA
’Peran Bidan Kiat Menjaga Kesehatan Mental dan Pelayanan Pada Masa Kehamilan,
Masa Nifas, dan Keluarga Berencana ”Midwives Coping With Stressfull Situation” di Era
Pandemi COVID-19’

Dosen Pengampu :
Hidayani, SKM. M.KM
Retno Sugesti, S. ST. M.Kes
Agus Santi Br.Ginting, S.ST,M.Kes

Disusun Oleh :
Putik Silvia Anggraeni 07190200007
Puti ‘Aini Qolbi 07190200008
Reksa Pauji 07190200009
Syarifa Safiera Farhana 07190200010
Diah Aulia 07190200014
Dwi Lestari 07190200015
Indah Fajar Andriyani 07190200016
Nadia Friska Triyana 07190200032

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN DEPARTEMEN


KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Peran Bidan Kiat Menjaga Kesehatan Mental dan


Pelayanan Pada Masa Kehamilan, Masa Nifas, dan Keluarga Berencana ”Midwives
Coping With Stressfull Situation” di Era Pandemi COVID-19

2. Nama Mitra : Bidan, Dosen, Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan


Kebidanan, Himpunan Mahasiswa STIKIM,
Praktisi Kesehatan, Organisasi
3. Ketua Tim Pengusul
a. Nama Lengkap : Hidayani / Retno Sugesti/ Agussanti
b. NIDN : 0331078102 / 0404078203
c. Jabatan Fungsional: Lektor / Asisten Ahli
d. Program Studi :Kebidanan Program Sarjana Terapan
e. Nomor Hp : 081288262051 / 08118460910
f. Alamat surel (e-mail):hidayani.031@gmail.com/ reresayugi@gmail.com

4. Anggota Tim Pengusul


Jumlah Anggota : 8 Orang
Nama Anggota I : Puti ‘Aini Qolbi
Nama Anggota II : Putik Silvia Anggraeni
Nama Anggota III : Reksa P auji
Nama Anggota IV : Syarifa Safiera Farhana
Nama Anggota V : Diah Aulia
Nama Anggota VI : Dwi Lestari
Nama Anggota VII : Indah Fajar Andriyani
Nama Anggota VIII: Nadia Friska Triyana

5. Tempat Kegiatan : di Lokasi Masing – masing @Home

ii
6. Luaran yang dihasilkan : 1. Meningkatkan derajat kesehatan
2. Meningkatkan pengetahuan bidan terhadap
menjaga kesehatan mental dan pelayanan pada
masa kehamilan, masa nifas dan keluarga
berencana midwive coping with situation di era
pandemi COVID-19
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 hari
8. Biaya Total : Rp.432.000
a. DIKTI : Rp.0
b. Sumber Lain : Rp.0

Mengetahui Jakarta, Mei 2020


Ketua STIKes Indonesia Maju Ketua Tim Pengusul

Dr. Dr. dr. Hafizurrachman, MPH Retno Sugesti, S. ST., M.Kes


NIP : 195904151987031001 NIP/ NIDN : 0404078203

Mengetahui,
Ketua LPPM STIKes Indonesia Maju

Hidayani, S.KM., M.Kes

iiiURAIAN UMUM
IDENTITAS DAN
1. Judul Webinar : Peran bidan kiat menjaga kesehatan mental dan pelayanan pada masa
kehamilan, masa nifas dan keluarga berencana midwive coping with situation di era pandemi
COVID 19.

2. Tim Pelaksana :
Bidang Instansi Alokasi waktu
No. Nama Jabatan
Keahlian Asal (jam/minggu)
1 Puti ‘Aini Qolbi Ketua Sie Acara STIKIM 8 jam/minggu
2 Putik Silvia Anggraeni Anggota 1 Bendahara STIKIM 6 jam/minggu
3 Reksa Pauji Anggota 2 Notulen STIKIM 6 jam/minggu
Syarifa Safiera Sie
4 Anggota 3 STIKIM 6 jam/minggu
Farhana Perlengkapan
5 Diah Aulia Anggota 4 Moderator STIKIM 6 jam/minggu
6 Dwi Lestari Anggota 5 Sie Humas STIKIM 6 jam/minggu
7 Indah Fajar Andriyani Anggota 6 Sie Konsumsi STIKIM 6 jam/minggu
8 Nadia Friska Triyana Anggota 7 Dokumentasi STIKIM 6 jam/minggu

3. Objek ( sasaran) Web Seminar : Bidan, Dosen, Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan, Himpunan Mahasiswa
STIKIM, Praktisi Kesehatan, Organisasi
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan Juni Tahun 2020
Berakhir : bulan Agustus Tahun 2020

5. Usulan Biaya Internal : Rp. 432.000


6. Tempat Kegiatan : di Lokasi Masing – Masing @home

7. Mitra yang terlibat : Bidan, Dosen, Mahasiswa Prodi Sarjana


TerapanKebidanan, Himpunan Mahasiswa
ivSTIKIM, Praktisi Kesehatan dan Organisasi.
8. Permasalahan yang ditemukan dan solusi
Yang ditawarkan : meningkatnya kekhawatiran pada ibu hamil,
ibu nifas dan keluarga berencana (PUS)
sehingga mempengaruhi kesehatan mental
dan rendahnya pelayanan pada masa
kehamilan, masa nifas dan keluarga
berencana midwive coping with situation di
era pandemi COVID 19.
9. Konstribusi mendasar pada khalayak sasaran : Webinar tentang Peran bidan kiat menjaga
kesehatan mental dan pelayanan pada masa
kehamilan, masa nifas dan keluarga
berencana midwive coping with situation di
era pandemi COVID 19.
10.Rencana luaran : Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan
mahasiswa kebidanan untuk memberikan
KIE pada Ibu hamil, Ibu nifas dan Keluarga
Berencana (PUS) dan serta dapat
menurunkan AKI & AKB di indonesia.

DAFTAR ISI
v
HALAMA PENGESAHAN.................................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................................
RINGKASAN......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................3
1.3 Tujuan Kegiatan.. ................................................................................................................3
1.4 Manfaat Kegiatan.................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................5
2.1 Isue Tentang COVID 19.................................................................. ............... ....................5
2.2 Peran Bidan Dalam Menajaga Kesehatan Mental Pada Ibu Hamil, Ibu Nifas dan
Keluarga Berencana di Era Pandemi COVID-19 ................................................ ............. 7
2.3 Peran Bidan Dalam Pelayanan Ibu Selama Masa Kehamilan, Masa Nifas dan
KB Di Era Pandemi COVID-19.................................................... . .................................11
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT ........................................................................................17
3.1 Tujuan Kegiatan..................................................................................................................17
3.2 Manfaat Kegiatan................................................................................................................17
BAB 1V METODE KEGIATAN................................................................................................18
4.1 Rancangan Kegiatan...........................................................................................................18
4.2 Waktu dan Tempat Kegiatan..............................................................................................18
4.3 Populasi dan Sampel Kegiatan...........................................................................................18
4.4 Kriteria inklusi ...............................................................................................................18
BAB V PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA...................................................................19
5.1 Perencanaan Biaya..............................................................................................................19
5.2 Perencanaan Waktu.............................................................................................................20
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DAFTAR PUSTAKA

RINGKASAN
vi

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI di Indonesia.Tujuan akhir
dari program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2015).
WHO (2016), Kematian ibu dan neonatal di Indonesia masih menjadi tantangan besar, apalagi
pada saat situasi bencana. Saat ini, Indonesia sedang mengahadapi bencana nasional non alam
COVID-19 sehingga pelayanan kesehatan maternal dan neonatal menjadi salah satu layanan
yang terkena dampak baik secara akses maupun kualitas. Dikhawatirkan, hal ini menyebabkan
adanya peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.
Penyebaran wabah COVID-19 di Indonesia yang dimulai pada bulan maret 2020
mempengaruhi berbagai aspek tak terkecuali pada pelayanan program keluarga berencana.
Berbagai kebijakan dilakukan BKKBN untuk terus menggenjot pengingkatan kesertaan ber-
KB tersebut untuk antisipasi terjadinya baby boom dimasa yang akan datang. Selain berimbas
pada penurunan peserta KB, penyebaran wabah COVID-19 juga berakibat pada penurunan
aktivitas dalam kegiatan KB, terdapat penurunan peserta KB pada bulan Maret 2020 apabila
dibandingkan dengan bulan Februari 2020 di seluruh Indonesia. Pemakaian IUD pada
Februari 2020 sejumlah 36.155 turun menjadi 23.383, sedangkan implant dari 81.062 menjadi
51.536, suntik dari 524.989 menjadi 341.109, pil 251.619 menjadi 146.767, kondom dari
31.502 menjadi 19.583, MOP dari 2.283 menjadi 1.196, dan MOW dari 13.571 menjadi
8.093.
Berdasarkan data per tanggal 14 Februari 2020 Di Indonesia per tanggal 14 Maret
2020 ada sebanyak 96 kasus yang terkonfirmasi COVID-19 dengan jumlah kematian 6 orang
dan menjadi negara ke 65 yang positif konfirmasi COVID-19. Secara keseluruhan tingkat
mortalitas dari COVID-19 masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kejadian luar biasa
oleh Coronavirus tipe lain yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome-coronavirus
(SARSCoV) dan Middle East Respiratory Syndrome-coronavirus (MERS-CoV) masing-
masing sebesar 10% dan 40%.

KATA PENGANTAR

vii karena berkat dan rahmat-Nya kami dapat


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
menyelesaikan proposal kegiatan Web Seminar (Webinar) dengan Judul “Peran Bidan Kiat
Menjaga Kesehatan Mental dan Pelayanan pada Masa Kehamilan, Masa Nifas, dan
Keluarga Berencana “Midwives Coping With Stressfull Situation”di Era Pandemi COVID-
19”.
Harapan Kegiatan Webinar ini adalah untuk menambah wawasan bagi Mahasiswa Prodi

Sarjana Terapan Kebidanan dan dapat bermanfaat untuk masyarakat termasuk di dalam nya

memberikan pemahaman mengenai peran bidan yang sesuai dengan judul Webinar serta sebagai

acuan bahan ajar yang merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang

harus diberikan oleh civitas akademika khusus para tenaga pengajar. Dan dalam kesempatan ini,

kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

2. Dosen Pengampu Selaku Pengajar Mata Kuliah

3. Rekan-rekan yang membantu dalam kegiatan Web Seminar (Webinar)

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada proposal

kegiatan ini. Oleh karena itu penyusun sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran yang

dapat membangun. Semoga berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun dapat menjadi

bekal penyusun untuk penyempurnaan penulisan proposal kegiatan selanjutnya.

Jakarta, Mei 2020

Penulis

viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
(COVID-19) adalah penyakit yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia saat ini,
dengan nama virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARSCOV2).
Dimulai dari daerah Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok yang melaporkan pertama kali
mengenai kasus Pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya. Data dari website WHO
tanggal 7 Maret 2010 didapatkan kasus konfirmasi sebanyak 90870 dengan total
kematian 3112 orang.
Berdasarkan data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh dunia
sebesar 2,1%, secara khuss di kota Wuhan sebesar 4,9% dan provinsi Hubei sebesar
3,1%. Di Indonesia per tanggal 14 Maret 2020 ada sebanyak 96 kasus yang terkonfirmasi
COVID-19 dengan jumlah kematian 6 orang dan menjadi negara ke 65 yang positif
konfirmasi COVID-19. Secara keseluruhan tingkat mortalitas dari COVID-19 masih
lebih kecil jika dibandingkan dengan kejadian luar biasa oleh Coronavirus tipe lain yaitu
Severe Acute Respiratory Syndrome-coronavirus (SARSCoV) dan Middle East
Respiratory Syndrome-coronavirus (MERS-CoV) masing-masing sebesar 10% dan 40%.
Virus corona telah memicu ketidakpastian dipenjuru dunia, tentu saja membuat
khawatir hampir di segala bidang. Hal ini disebabkan oleh virus covid-19 yang sangat
cepat menular dan dapat menyebabkan kematian. semua ini dapat mempengaruhi
kesehatan mental bagi ibu hamil terutama yang sudah memasuki bulan nya menjelang
persalinan juga merasa was was dan takut untuk pergi memeriksakan kandungan ataupun
bersalin. Terlebih lagi dengan adanya rekomendasi karangtina dan physcal distancing.
Hal ini memberikan efek perburukan psikologis, ketakutan akan infeksi yang dialami nya
dan menularkan ke orang lain. Hal tersebut dianggap menjadi stressor selama karantina.
Dan situasi pandemi ini juga dapat mempengaruhi mental pada  ibu nifas pasca
melahirkan, yaitu depresi, suatu kondisi yang dapat mempengaruhi pikiran, emosi, dan
fungsi ibu : sulit tidur , nafsu mkan berkurang serta kesehatan mental pasangannya.
Dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti ini tentu kekhawatiran akan paparan virus
makin tinggi, dengan adanya penerapan physical distancing ini dapat memperburuk
depresi dan mengurangi akses ke perawatan kesehatan dan dukungan sosial. Karena

1
2

dukungan sosial merupakan salah satu yang di butuhkan ibu dalam membangun
ketahanan dan mndorong pemulihan selama masa nifas ini.
Mewabahnya COVID-19 ini sangat berpengaruh terhadap rentannya terjadi
kehamilan tidak diinginkan (KTD) karena dalam menghadapi wabah covid ini dilakukan
kebijakan PSBB untuk pncgahan penularan COVID-19. Kondisi ini menyebabkan
dampak terhadap kelangsungan pelayanan kesehatan masyarakat termasuk pelayanan
Keluarga Berencana.
Hal itu di indikasikan dengan pasangan usia subur (PUS) yang memerlukan
kontrasepsi yang tidak bisa mengakses layanan kontrasepsi di fasilitas kesehatan dan
menunda ke fasilitas kesehatan selama pandemi COVID-19. Hal itu disebabkan
kekhawatiran PUS yang memerlukan kontrasepsi takut akan tertular COVID-19.
Mengingat pentingnya menajaga kesehatan mental dan pelayanan bagi ibu selama
masa kehamilan, pasca melahirkan dan keluarga berencana di era pandemi COVID-19.
Bidan memiliki andil penting dalam memperdalam peran untuk melakukan KIE sesuai
kompetensi dan kualifikasi bidan.
Berdasarkan latar belakang demikian, Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM), turut serta dan
peduli serta berpartisipasi dengan cara memberikan informasi dan pengetahuan kepada
masyarakat yang dikemas dalam kegiatan webinar dengan judul “Peran bidan Kiat
menjaga kesehatan mental dan pelayanan pada masa kehamilan, masa nifas dan keluarga
berencana midwives coping with stressfull situation di era pandemi COVID-19”. Webinar
ini adalah sebuah kegiatan untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka meningkatkan kompetensi nya sebagai seorang bidan. Melalui webinar ini kita
dapat menjalankan peran kita sebagai bidan dalam melakukan promotif dengan
memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pada Ibu hamil, Ibu nifas dan
Keluarga Berencana (PUS)
3

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan issue COVID-19 ?
2. Bagaimana peran bidan dalam menjaga kesehatan Ibu Hamil, Ibu Nifas dan
Keluarga Berencana di Era Pandemi COVID-19 ?
3. Bagaimana peran bidan dalam memberikan pelayanan selama Masa Kehamilan,
Masa Nifas dan Keluarga Berencana di Era Pandemi COVID-19 ?

1.3 Tujuan Kegiatan


1. Memberikan Pengetahuan tentang issue COVID-19 di Lingkup Kebidanan kepada
Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju (STIKIM).
2. Mengembangkan soft skill Mahasiswa Kebidanan dalam memberikan Pelayanan di
Masyarakat.
3. Meningkatkan pemahaman Mahasiswa Kebidanan tentang penting nya peran bidan
kiat menjaga kesehatan mental dan pelayanan pada masa kehamilan, masa nifas dan
keluarga berencana “midwives coping with stressfull situation” di Era Pandemi
COVID-19.

1.4 Manfaat Kegiatan


1.4.1.Manfaat Teoritis
Dapat memberikan informasi mengenai Peran bidan Kiat menjaga
kesehatan mental dan pelayanan pada masa kehamilan, masa nifas dan keluarga
berencana midwives coping with stressfull situation di Era Pandemi COVID-19.
1.4.2.Manfaat Praktis
1.4.2.1.Bagi Pelayanan Kesehatan
Penyedia pelayanan kesehatan ibu hamil terutama kesehatan mental serta
pendamping masa nifas dan pemilihan keluarga berencana dalam masa pandemi
ini sehingga pelayanan yang diberikan lebih bermutu serta memperluas ilmu
kesehatan sesuai situasi dan kasus sekarang ini.
4

1.4.2.2.Bagi Institusi Pendidikan


Institusi pendidikan kebidanan hendaknya membekali mahasiswanya
dengan pengetahuan tentang peran sesuai profesinya sehingga pengetahuan
tersebut nantinya menjadi bekal bidan dalam memgaplikasikan ilmu dan
pengetahuannya kepada masyarakat.

1.4.2.3.Bagi Peneliti
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat mendukung hasil – hasil
penelitian sejenis sebelumnya. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan
pijakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan subyek dan obyek
penelitian yang lebih luas serata pengembangan pemaparan sesuai situasi dan
kondisi sekarang ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI

.1. Issue Tentang COVID 19


Dilaporkan pertama kali pada 31 Desember 2019, Coronavirus disease 2019
(COVID-19) adalah penyakit yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia saat ini,
dengan nama virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-COV2).
Dimulai dari daerah Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok yang melaporkan pertama kali
mengenai kasus Pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya. Data dari website WHO
tanggal 7 Maret 2010 didapatkan kasus konfirmasi sebanyak 90870 dengan total
kematian 3112 orang.
Berdasarkan data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh dunia
sebesar 2,1%, secara khuss di kota Wuhan sebesar 4,9% dan provinsi Hubei sebesar
3,1%. Di Indonesia per tanggal 14 Maret 2020 ada sebanyak 96 kasus yang terkonfirmasi
COVID-19 dengan jumlah kematian 6 orang dan menjadi negara ke 65 yang positif
konfirmasi COVID-19. Secara keseluruhan tingkat mortalitas dari COVID-19 masih
lebih kecil jika dibandingkan dengan kejadian luar biasa oleh Coronavirus tipe lain yaitu
Severe Acute Respiratory Syndrome-coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East
Respiratory Syndrome-coronavirus (MERS-CoV) masing-masing sebesar 10% dan 40%.
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan kesulitan bernapas.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal
seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu
minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok
septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem
koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan
tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan
sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.
Sampai saat ini, pengetahuan tentang infeksi COVID-19 dalam hubungannya
dengan kehamilan dan janin masih terbatas dan belum ada rekomendasi spesifik untuk
penanganan ibu hamil dengan COVID-19. Berdasarkan data yang terbatas tersebut dan

5
6

beberapa contoh kasus pada penanganan Coronavirus sebelumnya (SARS-CoV dan


MERS-CoV) dan beberapa kasus COVID-19, dipercaya bahwa ibu hamil memiliki risiko
lebih tinggi untuk terjadinya penyakit berat, morbiditas dan mortalitas dibandingkan
dengan populasi umum. Efek samping pada janin berupa persalinan preterm juga
dilaporkan pada ibu hamil dengan infeksi COVID-19. Akan tetapi informasi ini sangat
terbatas dan belum jelas apakah komplikasi ini mempunyai hubungan dengan infeksi
pada ibu. Dalam dua laporan yang menguraikan 18 kehamilan dengan COVID-19, semua
terinfeksi pada trimester ketiga didapatkan temuan klinis pada ibu hamil mirip dengan
orang dewasa yang tidak hamil. Gawat janin dan persalinan prematur ditemukan pada
beberapa kasus. Pada dua kasus dilakukan persalinan sesar dan pengujian untuk SARS-
CoV-2 ditemukan negatif pada semua bayi yang diperiksa.
Sampai saat ini juga masih belum jelas apakah infeksi COVID-19 dapat melewati
rute transplasenta menuju bayi. Meskipun ada beberapa laporan dimana bayi pada
pemeriksaan didapatkan pemeriksaan positif dengan adanya virus beberapa saat setelah
lahir, tetapi penelitian ini perlu validasi lebih lanjut tentang transmisi ini apakah terjadi di
dalam kandungan atau di postnatal. Saat ini tidak ada data yang mengarahkan untuk
peningkatan risiko keguguran yang berhubungan dengan COVID-19. Laporan kasus dari
studi sebelumnya dengan SARS dan MERS tidak menunjukkan hubungan yang
meyakinkan antara infeksi dengan risiko keguguran atau kematian janin di trimester dua.
Oleh karena tidak adanya bukti akan terjadinya kematian janin intra uterin akibat
infeksi COVID-19, maka kecil kemungkinan akan adanya infeksi kongenital virus
terhadap perkembangan janin.
Terdapat laporan kasus pada persalinan prematur pada wanita dengan
COVID-19, namun tidak jelas apakah persalinan prematur ini iatrogenik atau spontan.
Persalinan iatrogenik disebabkan persalinan karena indikasi maternal yang
berhubungan dengan infeksi virus, meskipun terdapat bukti adanya perburukan janin
dan KPD preterm pada satu laporan kasus.
Dokter dan petugas medis lainnya sebaiknya melakukan anamnesis tentang
riwayat perjalanan seorang ibu hamil dengan gejala demam dan infeksi saluran
pernapasan atas mengikuti panduan sesuai dengan Pedoman Kesiapsiagaan
Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus 2019 nCoV yang dikeluarkan oleh Direktoral
7

Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Januari 2020, dan buku Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia COVID-19 yang dikeluarkan oleh
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2020. Dokter dan petugas
kesehatan lainnya juga harus memberitahu petugas penanggung jawab infeksi di
rumah sakitnya sendiri (Komite Pencegahan dan pengendalian infeksi / PPI) untuk
penanganan kasus di tempat penemuan dan petugas di rumah sakit rujukan dan
Departemen Kesehatan di daerahnya.

.2. Peran Bidan dalam Menjaga Kesehatan Mental Pada Ibu Hamil, Ibu nifas dan
Kelurga Berencana
Penyakit yang telah menelan banyak korban hingga saat ini telah menimbulkan
banyak kekhawatiran dikalangan masyarakat. Setiap menit, masyarakat slalu dihujani
oleh informasi seputar COVID 19, baik melalui TV, media sosial, serta internet. Maka
tak heran jika banyak masyarakat mengalami gangguan mental di tengah pandemi
penyakit yang ditimbulkan oleh virus novel corona tersebut. Beberapa gangguan yang
kerap timbul pada orang dewasa misalnya mudah terbawa emosi, stress, cemas
berlebihan, depresi, dan sebagainya. Dan hal ini juga sangat memungkinkan terjadi pada
wanita yang sangat berperan penting dirumah, dan hal ini juga sangat mempengaruhi
sikologis ibu hamil, ibu nifas dan keluarga berencana (PUS).
Kecemasan dan gangguan mental ini kemudian akan menimbulkan
ketidakseimbangan di otak yang pada akhirnya timbul menjadi gangguan psikis, atau
disebut juga psikosomatik.
Bidan dalam membantu menjaga kesehatan mental pada ibu hamil, nifas dan
Keluarga Berencana (PUS) adalah dengan memberikan KIE (Komunikasi, Konseling
dan Edukasi). Bahwa menjaga kesehatan mental adalah keharusan yang harus
dilakukan untuk mengurangi dampak stress yang dialami selama pandemic COVID-
19. Menjaga kesehatan mental berarti harus menjaga kesehatan fisik yaitu dengan
menjaga kebersihan dan kesehatan seperti berikut :
1. Pola hidup sehat
Mengonsumsi makanan bergizi, penuhi kebutuhan nutrisi, perbanyak minum
air minimal 8 gelas perhari dan olahraga yang teratur seperti peregangan otot,
8

mengatur pernafasan dan yoga. yang manfaatnya diantaranya pada saat


melakukan olahraga tubuh kita akan mengeluarkan hormon- hormon yang
akan membuat perasaaan menjadi lebih baik yaitu hormon endofrin dan
serotonin.
2. Manjaga pola Istirahat
Dalam menjaga kesehatan fisik dan mental kita perlu menjaga pola tidur
minimal 8 jam dimalam hari dan 2 jam siang hari. Saat tubuh kita mengalami
kondisi kurang tidur akan mengganggu kesehatan kita.
3. Memanfaatkan pemeriksaan online
Disaat keadaan seperti ini kita tetap bisa konsultasi dengan tenaga kesehatan
dengan memanfaatkan pemeriksaan online melalui aplikasi yang sudah
canggih kita bisa membicarakan dengan tenaga medis seperti dokter, perawat
dan bidan ditempat biasa saat melakukan pemeriksaan kehamilan rutin.
4. Melakukan pencegahan COVID-19 yang dianjurkan Pemerintah :
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedkitnya selama 20
detik ( cara cuci tangan yang benar pada buku KIA ). Gunakan hand
sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%.
Jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan terutama setelah buang
air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB), dan sebelum makan (baca
buku KIA).
b. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci.
c. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sakit.
d. Saat sakit tetap gunakan masker, tinggal di rumah atau segera ke
fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
e. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue,
lakukan batuk sesuai dengan etika batuk.
f. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda
yang sering disentuh.
9

g. Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan


penyakit saluran pernafsan, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi
penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha
pencegahan lain. Penggunaan masker harus dikombinasikan denfan
hand hygine dan usaha – usaha pencegahan lainnya.
h. Penggunaan masker yang salag dapat mengurangi keefektifannya dan
dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha
pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hand hygine dan
perilaku hidup sehat.
i. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan.
Sedangkan masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan
keluarganya.
j. Cara menggunakan masker yang efektif :
 Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan
hidung. Kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisir
celah antaea masker dan wajah.
 Saat digunakan hindari menyentuh masker.
 Lepas masker dengan teknik yang benar ( misalnya: jangan
menyentuh bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan
bagian dalam ).
 Setelah dilepas jika tidak sengaja menyetuh masker yang telah
digunakan segera cuci tangan.
 Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti
masker jika masker yang digunakan terasa mulai lembab.
 Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
 Buang segera masker sekalu pakai atau lakukan pengolahan
sampah medis sesuai SOP.
k. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh gugus tugas COVID-19 adalah masker kain 3
lapis. Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus
10

hingga 70%. Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4


jam. Setelahnya masker kain harus dicuci menggunakan sabun dan air.
Dipastikan bersig sebelum dipakai kembali.
l. Keluarga yang menemani ibu hami, ibu bersalin dan nifas harus
menggunakan masker dan jaga jarak.
m. Menghindari kontak dengan hewan seperti : kelelawar, tikus, musang
atau hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar
hewan.
n. Bila terdapat gejala COVID-19 diharapkan untuk menghubungi
telepon layanan darurat yang tersedia (hotline COVID-19 : 119 ext 9).
Untuk melakukan penjemputan ditempat sesuai SOP atau langsung ke
RS rujukan untuk mengatasi penyakit ini.
o. Hindari pergi ke nega/daerah yang terjangkit COVID-19. Bila saat
mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis
obstetric atau praktisi kesehatan terkait.
p. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di
media sosial terpercaya.
5. Mendapatkan sumber informasi
untuk mencegah gangguan mental kita juga perlu membatasi diri dari paparan
berita dan media sosial yang dipenuhi oleh informasi seputar COVID-19.
Karena membaca atau melihat banyaknya berita menyedihkan dan menakutkan
seputar COVID-19 akan membuat diri semakin putus asa, stress, bahkan depresi.
Pahami pula bahwa tidak semua informasi yang ada di tv ataupun internet dan
media-media lain itu tidak semuanya benar. Mendapatkan sumber informasi
terpercaya mengenai COVID-19 yaitu melalui situs kesehatan dunia (WHO),
situs milik pemerintah (Kemenkes RI), atau situs yang dibuat oleh pemerintah
khusus untuk mengetahui perkembangan terkait dengan pandemic COVID-19
(https://www.covid19.go.id/).
Pandemic COVID-19 memang menimbulkan kecemasan bagi semua
orang. Tetapi, stress yang berlebihan akan menurunkan imun tubuh, yang pada
akhirnya mengancam kesehatan fisik. Dan kecemasan serta gangguan mental
11

sangat berpotensi terjadi pada wanita dan berpotensi besar terjadi pada ibu hamil
dikarkanakan keadaan emosionalnya yang tidak stabil dan berubah-ubah, oleh
sebab itu peran bidan disini yaitu membantu untuk memberikan dan
menyampaikan cara untuk mecegah gangguan mental yang sudah diriliskan oleh
WHO bagaimana cara mencegahnya kepada pasien kebidanana pada Ibu hamil,
Nifas, dan KB (PUS) menggunakan bahasa yang mudah dimenegerti dan
dipahami.

.3. Peran Bidan Dalam Pelayanan Ibu Selama Masa Kehamilan, Masa Nifas Dan Kb
Di Era Pandemi
2.3.1 Pelayanan Masa Kehamilan
a. Pemeriksaan pertama kali dibutuhkan untuk skrining faktor resiko (termasuk
program pencegahan penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak
atau PPIA). Oleh karena itu, dianjurkan pemeriksaannya dilakukan oleh
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan dengan perjanjian agar ibu tidak
menunggu lama. Apabila ibu hamil datang ke bidan tetap dilakukan pelayanan
ANC, kemudian ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan oleh dokter.
b. Dilakukan anamesa dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu menderita
tuberculosis.
c. Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan pertama
dilakukan pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambu berinsektisida
d. Jika ada komplikasi aatau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk pemriksaan
dan tata laksana lebih lanjut.
e. Pemeriksaan rutin USG untuk sementara dapat DITUNDA Pada ibu dengan
PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampai pada rekomendasi dari episode
isolasi berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus resiko tinggi.
f. Ibu hamil diminta untuk mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari termasuk TANDA BAHAYA pada kehamilan. Jika ada
keluhan atau tanda bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke
fasyankes.
g. Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat melalui media komunikasi
12

h. Kelas ibu hamil ditunda pelaksanaannya dimasa pandemi covid-19 atau


mengikuti kelas secara online.
i. Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua, atau pemeriksaan
antenatal dapat dilakukan melalui tele-konsultasi klinis, kecuali dijumpai
keluhan atau tanda bahaya.
j. Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdeteksi memiliki faktor resiko atau
penyulit harus memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua. Jika ibu
tidak datang ke fasyankes, maka tenaga kesehatan melakukan kunjungan
rumah untuk melakukan pemeriksaan ANC, pemantauan dan tataksana faktor
penyulit. Jika diperlukan lakukan rujukan ibu hamil ke fasyankes untuk
mendapatkan pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut, termasuk pada ibu
hamil dengan HIV, sifilis dan hepatitis B.
k. Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga HARUS DILAKUKAN dengan
tujuan utama untuk menyiapkan proses persalinan. Dilaksanakan 1 bulan
sebelum taksiran persalianan.
l. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika
terdapat resiko/ tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA) seperti mual-
muntah hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang dan kejang. Ibu hamil
dengan penyakit diabetes melitus gestasional, pre eklamsi berat, pertumbuhan
janin terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya atau riwayat
obstetri buruk maka pemeriksaan diri ke tenaga kesehatan.
m. Pastikan gerakan janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah
usia kehamilan 28 minggu hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal
10 gerakan per 2 jam)
n. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap mempraktikkan
aktivitas fisik berupa senam ibu hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri
dirumah agar ibu tetap bugar dan sehat.
o. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh
tenaga kesehatan.
13

p. Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19 TIDAK
DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH karena akan memperburuk
komplikasi yang diakibadkan kondisi covid-19.
q. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca
perawatan kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah periode
penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila pasien
dinyatakan sembuh. Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk
pengawasan pertumbuhan janin. 14 hari setelah resolusi plasenta terjadi pada
kasus MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi diperlukan.
r. Jika ibu hamil datang kerumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga atau
dikonfirmasi COVID-19 berlaku beberapa rekomendasi berikut :
pembentukan tim multi disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter sepsialis
penyakit infeksi jika tersedia, dokter kandungan, bidan yang bertugas dan
dokter anastesi yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera
mungkin setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan
dengan ibu dan keluarga tersebut.
s. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
perjalanan ke luar negeri dengan mengikuti anjuran perjalanan (trevel
advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat
perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran
luas COVID-19.

2.3.2 Pelayanan Masa Nifas


a. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat
buku kia). Jika terdapat risiko/tanda bahaya, maka pemeriksaan diri ke tenaga
kesehatan.
b. Kunjungan nifas (kf) Dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu:
 KF 1 : pada periode 6 jam sampai dengan 2 hari pasca persalinan
 KF 2 : pada periode 3 hari sampai 7 hari pasca persalinan
 KF 3 : pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari pasca persalinan
 KF 4 : pada periode 29 sampai 42 hari pasca persalinan.
14

c. Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan


rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan medis online
(disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID-19) dengan
melakukan upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas
ibu dan keluarga.
d. Pelayanan kb tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat perjanjian
dengan petugas.

2.3.3 Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


a. Tunda kehamialn sampai kondisi pandemi berakhir
b. Akseptor KB sebaiknya tidak datang ke petugas kesehatan kecuali yang
mempunyai keluhan. Dengan syarat membuat perjanjian terlebih dahulu
dengan petugas kesehatan.
c. Bagi akseptor IUD/implan yang sudah habis masa pakainya, jika tidak
memungkinkan untuk datang ke petugas kesehatan dapat menggunakan
kondom yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB atau kader
melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara tradisional
(pantang berkala atau senggama terputus)
d. Bagi akseptor suntik diharapkan datang ke petugas kesehatn sesuai jadwal
dengan membuat perjanjian sebelumnya. Jika tidak memungkinkan dapat
menggunakan kondom yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas
PLKB atau kader melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan
cara tradisional (pantang berkala atau senggama terputus)
e. Bagi akseptor pil diharapkan dapat menghubungi petugas PLKB atau kader
atau petugas kesehatan via telfon untuk menggunakan kb pasca persalinan
(KBPP)
f. Materi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta pelaksanaan konseling
terkaid KB dapat diperoleh secara online atau konsultasi via telfon.
15

2.3.3.1 Rekomendasi bagi Bidan Terkait Pelayanan Keluarga Berencana Pada


Situasi Pandemi COVID-19
a. Bidan dapat memberikan pelayanan KB dengan syarat menggunakan PD
lengkap sesuai standar dan sudah mendapatkan perjanjian terlebih dahulu
dengan klien.
 Akseptor yang mempunyai keluhan
 Bagi akseptor IUD/implan yang sudah habis masa pakainya
 Bagi akseptor suntik yang datang sesuai jadwal
b. Bidan tetap memberikan pelayanan KBPP sesuai program yaitu dengan
menggunakan metode MKJP (IUD pasca plasenta/MOW)
c. Bidan dapat berkoordinasi dengan PLKB dan kader untuk minta bantuan
pemberian kondom kepada klien yang membutuhkan yaitu :
 Bagi akseptor IUD/implan/suntik yang sudah habis masa
pakainya,tetapi tidak bisa kontrol ke petugas kesehatan
 Bagi akseptor suntik yang tidak bisa kontrol kembali ke petugas
kesehatan sesuai jadwal.
d. Bidan dapat berkoordinasi dengan PLKB dan kader untuk minta bantuan
pemberian pil KB kepada klien yang membutuhkan yaitu : bagi akseptor
pil yang harus mendapatkan sesuai jadwal.
e. Pemberian materi komunikasi informasi dan edukasi (KIE) serta
pelaksanaan konseling terkait KB dapat dilaksanakan secara online atau
konsultasi via telfon.

2.3.3.2 Hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Bidan Dalam Pelaksanaan Pelayanan
a. Mendorong semua PUS untuk menunda kehamilan dengan tetap
menggunakan kontrasepsi di situasi pandemi COVID-19 dengan
meningkatkan penyampaian informasi KIE ke masyarakat.
b. Bidan harus menggunakan APD dengan level yang disesuaikan dengan
pelayanan yang diberikan dan memastikan klien yang datang
menggunakan masker dan membuat perjanjian terlebih dahulu
16

c. Kader dalam membantu pelayanan juga diharapkan melakukan upaya


pencegahan dengan selalu menggunakan masker segera mencuci tangan
dengan menggunakan sabun dan air mengalir atau handsanitizer setelah
bertemu klien.
d. Berkoordinasi dengan PLKB kecamatan untuk ketersediaan pil dan
kondom di kader atau PLKB sebagai alternatif pengganti bagi klien yang
tidak dapat bertemu dengan petugas kesehatan.
e. Melakukan koordinasi untuk meningkatkan peran PLKB dan kader dalam
membantu pendistribusian pil KB dan kondom kepada klien yang
membutuhkan, yang tetap berkoordinasi dengan petugas kesehatan
f. Memudahkan masyarakat untuk tetap mendapatkan akses informasi
tentang pelayanan KB diwilayah kerjanya misalnya dengan membuat
hotline di puskesmas dan lain-lain.
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT

3.1. Tujuan Kegiatan


3.1.1. Tujuan Umum
Web Seminar (Webinar) Peran Bidan Kiat Menjaga Kesehatan Mental dan Pelayanan
pada Masa Kehamilan, Masa Nifas, dan Keluarga Berencana “Midwives Coping
With Stressfull Situation”di Era Pandemi COVID-19”.
3.1.2. Tujuan Khusus
Memberikan informasi dan pemahaman tentang Peran Bidan Kiat Menjaga
Kesehatan Mental dan Pelayanan pada Masa Kehamilan, Masa Nifas, dan Keluarga
Berencana “Midwives Coping With Stressfull Situation”di Era Pandemi COVID-
19”.
3.2. Manfaat Kegiatan
3.2.1. Manfaat Teoritis
Webinar ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi dan menunjukan
pentingny Peran bidan Kiat menjaga kesehatan mental dan pelayanan pada masa
kehamilan, masa nifas dan keluarga berencana midwives coping with stressfull
situation di Era Pandemi COVID-19.
3.2.2. Manfaat Metodologi
Kegiatan Webinar ini difokuskan untuk memberi pemahaman kepada Mahasiwa
Kesehatan, Bidan, Praktisi Kesehatan, dan organisasi. Dengan kegiatan ini tenaga
kesehatan memiliki andil penting dalam memperdalam peran untuk melakukan KIE
sesuai kompetensi dan kualifikasi bidan
3.2.3. Manfaat Praktik
Hasil dari kegiatan Webinar ini di harapkan dapat menambah wawasan bagi banyak
pihak, untuk masyarakat dan dapat menjadi acuan dalam menyusun strategi promosi
kesehatan serta sebagai acuan bahan ajar yang merupakan salah satu bagian dari Tri
Dharma Perguruan Tinggi. Dan kegiatan ini juga akan menjadi wacana bagi
masyarakat khusus nya ibu hamil, ibu nifas dan keluarga berencana untuk
mengurangi AKI & AKB di Era Pandemi COVID-19.

17
BAB 1V
METODE KEGIATAN

4.1. Rancangan Kegiatan


Webinar ini menggunakan metode blended leaerning yang merupakan pembelajaran
yang menggabungkan antara model pembelajaran tatap muka dengan model pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Pembelajaran kombinasi ini juga sering disebut hybrid instructions atau pengajaran
metode hybrid, yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan metode pengajaran tatap
muka dengan metode pengajaran online

4.2. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan Webinar ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2020. Lokasi kegiatan adalah
Di lokasi masing-masing @home.

4.3. Populasi dan Sampel Kegiatan


4.3.1. Populasi
Seluruh Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Kebidanan,Bidan, Himpunan Mahasiswa
STIKIM, Profesi Bidan, Dosen, Praktisis Kesehatan, dan Organisasi.
4.3.2. Sampel
Pada webinar ini pengambilan sampel ditentukan dengan metode probability sampling
karena semua bagian dari populasi memiliki kesempatan yang sama.

.4. Kriteria Inklusi


Seluruh Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Kebidanan,Bidan, Himpunan Mahasiswa
STIKIM, Profesi Bidan, Dosen, Praktisis Kesehatan, dan Organisasi.

18
BAB V
PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA
5.1 Perencanaan Biaya
Berdasarkan tahapan webinar yang ada maka perencanaan rincian anggaran biaya untuk
kegiatan webinar adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Rencana Biaya Kegiatan Penelitian

Harga Per
No Keterangan Banyaknya Total Harga
Satuan
Rp.
1. Narasumber 3 orang Rp. 100.000
300.000
Penyusunan dan Penggandaan Rp.
2. Laporan 3 jilid Rp. 44.000 132.000
             

Total Biaya Penelitian Rp 432.000


     

5.2.Perencanaan Waktu
Kegiatan webinar mulai dari pembuatan proposal sampai dengan hasil webinar ini
direncanakan selama 4 minggu dan dilaksanakan pada bulan juni 2020 sampai dengan Agustus
2020. Tahapan dan waktu kegiatan webinar akan diuraikan pada tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Rencana waktu dan tahapan kegiatan penelitian

2020 2020
KEGIATAN TAHUN
BULAN JUNI AGUSTUS
MINGGU 1 1 2 3 4
Pembuatan Proposal          
Persiapan            
  Adminstrasi          
Perlengkapa
  n          
Presentasi            

19
Proposal
Konsultasi          
Pembuatan Laporan           20
Presentasi Hasil webinar          

SAP
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)
Masalah : Kurangnya peran bidan dalam menjaga kesehatan mental pada ibu hamil,
nifas, dan KB, serta kurangnya peran bidan dalam memberikan pelayanan
selama masa kehamilan, nifas, dan KB di era pendemi COVID-19
Pokok Bahasan : Peran bidan dalam memberikan pelayanan di era pendemi COVID-19
Sub Pokok Bahasan : 1. Peran bidan dalam menjaga kesehatan mental pada ibu hamil, ibu
nifas, dan KB pada PUS, di era pendemi COVID-19
2. Peran bidan dalam memberikan pelayanan selama masa kehamilan,
nifas, dan KB di era pendemi COVID-19
Sasaran : Bidan, Dosen, Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Kebidanan, Himpunan
Mahasiswa STIKIM, Praktisi Kesehatan dan Organisasi
Tempat : di lokasi masing-masing
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Agustus 2020
Waktu : 90 Menit
Penyuluh : Hidayani, SKM. M.KM, Retno Sugesti, S. ST. M.Kes dan Agus Santi
Br.Ginting, S.ST,M.Kes

1. Tujuan :
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah di berikan webinar selama 1 jam 30 menit, tanpa membaca sasaran dapat :
Mamahami Peran bidan dalam menjaga kesehatan mental pada ibu hamil, ibu nifas, dan
KB pada PUS, di era pendemi COVID 19 dan memahami Peran bidan dalam memberikan
pelayanan selama masa kehamilan, nifas, dan KB di era pendemi COVID- 19.
2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah diberikan penyuluhan selama 1 jam 30 menit, tanpa membaca sasaran dapat :
a. Menyebutkan kembali pengertian pendemi COVID-19.
b. Menjelaskan kembali pengaruh pendemi COVID -19 terhadap kesehatan mental.
c. Menjelaskan kembali pengaruh pendemi COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan
dalam lingkup kebidanan.
d. Menjelaskan kembali bagaimana peran bidan dalam menjaga kesehatan mental pada
ibu hamil, ibu nifas, dan KB pada PUS, di era pendemi COVID-19.
e. Menjelaskan kembali bagaimana peran bidan dalam memberikan pelayanan selama
masa kehamilan, nifas, dan KB di era pendemi COVID-19.
2. Materi
1. Pengertian pendemi COVID-19.
2. Peran bidan dalam menjaga kesehatan mental pada ibu hamil, nifas, dan KB.
3. Peran bidan dalam memberikan pelyanan kesehatan pada ibu hamil, nifas, dan KB.

3. Media
1. Power Point (PPT)
2. Laptop

4. Metode
1. Blanded Learning
2. Ceramah
3. Tanya jawab/Diskusi

5. Kegiatan Belajar Mengajar :


No Tahap Penyuluh Sasaran Waktu
a. Memberikan salam a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menyampaikan b. Menyimak
1 Pendahuluan maksud dan tujuan c. Menyimak 5 menit
d. Menyampaikan d. Menyimak
pokok bahasan e. Menyimak
e. Apersepsi
2 Inti 1. a. Memperhatikan 75 menit
penyuluhan dengan dan
ceramah mengenai mendengarkan
1.Pengertian Pendemi secara seksama
COVID-19 b. Mengajukan
2.peran bidan dalam pertanyaan
menjaga kesehatan mental c. Memperhatikan
ibu hamul, nifas, dan KB. d. Menjawab
3.Peran bidan dalam pertanyaan
memberikan pelayanan e. Memperhatikan
kesehatan selama masa
pendemi COVID-19.
a. Memberi kesempatan
sasaran untuk bertanya
tentang materi yang
belum jelas.
b. Menjawab pertanyaan
dari sasaran.
c. Menanyakan tentang
materi pentingnya
kesehatan mental dan
pelayanan kesehatan
pada hamil, nifas, dan
KB kepada sasaran.
a. Menyimpulkan hasil a. Memperhatikan
webinar b. Memperhatikan
b. Klarifikasi c. Memperhatikan 10
3 Penutup
c. Harapan penyuluh. d. Menjawab salam menit
d. Menutup webinar dan
mengucapkan salam.

4. Evaluasi
- Prosedur: Selama webinar
- Bentuk evaluasi: Lisan
- Tipe: Responsif
- Butir pertanyaan :
1. Apa pengertian pendemi COVID-19 ?
2. Apa pengaruh pendemi COVID-19 terhadap kesehatan mental ?
3. Apa pengaruh pendemi COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan dalam lingkup
kebidanan ?
4. Bagaimana peran bidan dalam menjaga kesehatan mental pada ibu hamil, ibu nifas,
dan KB pada PUS, di era pendemi COVID-19 ?
5. Bagaimana peran bidan dalam memberikan pelayanan selama masa kehamilan, nifas,
dan KB di era pendemi COVID-19 ?

MATERI WEB SEMINAR (WEBINAR)


“Peran Bidan Kiat Menjaga Kesehatan Mental dan Pelayanan pada Masa
Kehamilan, Masa Nifas, dan Keluarga Berencana “Midwives Coping With Stressfull
Situation”di Era Pandemi COVID-19”.

A. Issue Tentang COVID 19


Dilaporkan pertama kali pada 31 Desember 2019, Coronavirus disease 2019
(COVID-19) adalah penyakit yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia saat ini,
dengan nama virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-COV2).
Dimulai dari daerah Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok yang melaporkan pertama kali
mengenai kasus Pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya. Data dari website WHO
tanggal 7 Maret 2010 didapatkan kasus konfirmasi sebanyak 90870 dengan total
kematian 3112 orang.
Berdasarkan data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh dunia
sebesar 2,1%, secara khuss di kota Wuhan sebesar 4,9% dan provinsi Hubei sebesar
3,1%. Di Indonesia per tanggal 14 Maret 2020 ada sebanyak 96 kasus yang terkonfirmasi
COVID-19 dengan jumlah kematian 6 orang dan menjadi negara ke 65 yang positif
konfirmasi COVID-19. Secara keseluruhan tingkat mortalitas dari COVID-19 masih
lebih kecil jika dibandingkan dengan kejadian luar biasa oleh Coronavirus tipe lain yaitu
Severe Acute Respiratory Syndrome-coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East
Respiratory Syndrome-coronavirus (MERS-CoV) masing-masing sebesar 10% dan 40%.
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan kesulitan bernapas.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal
seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu
minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok
septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem
koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan
tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan
sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.
Sampai saat ini, pengetahuan tentang infeksi COVID-19 dalam hubungannya
dengan kehamilan dan janin masih terbatas dan belum ada rekomendasi spesifik untuk
penanganan ibu hamil dengan COVID-19. Berdasarkan data yang terbatas tersebut dan
beberapa contoh kasus pada penanganan Coronavirus sebelumnya (SARS-CoV dan
MERS-CoV) dan beberapa kasus COVID-19, dipercaya bahwa ibu hamil memiliki risiko
lebih tinggi untuk terjadinya penyakit berat, morbiditas dan mortalitas dibandingkan
dengan populasi umum. Efek samping pada janin berupa persalinan preterm juga
dilaporkan pada ibu hamil dengan infeksi COVID-19. Akan tetapi informasi ini sangat
terbatas dan belum jelas apakah komplikasi ini mempunyai hubungan dengan infeksi
pada ibu. Dalam dua laporan yang menguraikan 18 kehamilan dengan COVID-19, semua
terinfeksi pada trimester ketiga didapatkan temuan klinis pada ibu hamil mirip dengan
orang dewasa yang tidak hamil. Gawat janin dan persalinan prematur ditemukan pada
beberapa kasus. Pada dua kasus dilakukan persalinan sesar dan pengujian untuk SARS-
CoV-2 ditemukan negatif pada semua bayi yang diperiksa.
Sampai saat ini juga masih belum jelas apakah infeksi COVID-19 dapat melewati
rute transplasenta menuju bayi. Meskipun ada beberapa laporan dimana bayi pada
pemeriksaan didapatkan pemeriksaan positif dengan adanya virus beberapa saat setelah
lahir, tetapi penelitian ini perlu validasi lebih lanjut tentang transmisi ini apakah terjadi di
dalam kandungan atau di postnatal. Saat ini tidak ada data yang mengarahkan untuk
peningkatan risiko keguguran yang berhubungan dengan COVID-19. Laporan kasus dari
studi sebelumnya dengan SARS dan MERS tidak menunjukkan hubungan yang
meyakinkan antara infeksi dengan risiko keguguran atau kematian janin di trimester dua.
Oleh karena tidak adanya bukti akan terjadinya kematian janin intra uterin akibat
infeksi COVID-19, maka kecil kemungkinan akan adanya infeksi kongenital virus
terhadap perkembangan janin.
Terdapat laporan kasus pada persalinan prematur pada wanita dengan
COVID-19, namun tidak jelas apakah persalinan prematur ini iatrogenik atau spontan.
Persalinan iatrogenik disebabkan persalinan karena indikasi maternal yang
berhubungan dengan infeksi virus, meskipun terdapat bukti adanya perburukan janin
dan KPD preterm pada satu laporan kasus.
Dokter dan petugas medis lainnya sebaiknya melakukan anamnesis tentang
riwayat perjalanan seorang ibu hamil dengan gejala demam dan infeksi saluran
pernapasan atas mengikuti panduan sesuai dengan Pedoman Kesiapsiagaan
Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus 2019 nCoV yang dikeluarkan oleh Direktoral
Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Januari 2020, dan buku Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia COVID-19 yang dikeluarkan oleh
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2020. Dokter dan petugas
kesehatan lainnya juga harus memberitahu petugas penanggung jawab infeksi di
rumah sakitnya sendiri (Komite Pencegahan dan pengendalian infeksi / PPI) untuk
penanganan kasus di tempat penemuan dan petugas di rumah sakit rujukan dan
Departemen Kesehatan di daerahnya.

B. Peran Bidan dalam Menjaga Kesehatan Mental Pada Ibu Hamil, Ibu nifas dan
Kelurga Berencana
Penyakit yang telah menelan banyak korban hingga saat ini telah menimbulkan
banyak kekhawatiran dikalangan masyarakat. Setiap menit, masyarakat slalu dihujani
oleh informasi seputar COVID 19, baik melalui TV, media sosial, serta internet. Maka
tak heran jika banyak masyarakat mengalami gangguan mental di tengah pandemi
penyakit yang ditimbulkan oleh virus novel corona tersebut. Beberapa gangguan yang
kerap timbul pada orang dewasa misalnya mudah terbawa emosi, stress, cemas
berlebihan, depresi, dan sebagainya. Dan hal ini juga sangat memungkinkan terjadi pada
wanita yang sangat berperan penting dirumah, dan hal ini juga sangat mempengaruhi
sikologis ibu hamil, ibu nifas dan keluarga berencana (PUS).
Kecemasan dan gangguan mental ini kemudian akan menimbulkan
ketidakseimbangan di otak yang pada akhirnya timbul menjadi gangguan psikis, atau
disebut juga psikosomatik.
Bidan dalam membantu menjaga kesehatan mental pada ibu hamil, nifas dan
Keluarga Berencana (PUS) adalah dengan memberikan KIE (Komunikasi, Konseling
dan Edukasi). Bahwa menjaga kesehatan mental adalah keharusan yang harus
dilakukan untuk mengurangi dampak stress yang dialami selama pandemic COVID
19. Menjaga kesehatan mental berarti harus menjaga kesehatan fisik yaitu dengan
menjaga kebersihan dan kesehatan seperti berikut :
 Pola hidup sehat
Mengonsumsi makanan bergizi, penuhi kebutuhan nutrisi, perbanyak minum
air minimal 8 gelas perhari dan olahraga yang teratur seperti peregangan otot,
mengatur pernafasan dan yoga. yang manfaatnya diantaranya pada saat
melakukan olahraga tubuh kita akan mengeluarkan hormon- hormon yang
akan membuat perasaaan menjadi lebih baik yaitu hormon endofrin dan
serotonin.
 Manjaga pola Istirahat
Dalam menjaga kesehatan fisik dan mental kita perlu menjaga pola tidur
minimal 8 jam dimalam hari dan 2 jam siang hari. Saat tubuh kita mengalami
kondisi kurang tidur akan mengganggu kesehatan kita.
 Memanfaatkan pemeriksaan online
Disaat keadaan seperti ini kita tetap bisa konsultasi dengan tenaga kesehatan
dengan memanfaatkan pemeriksaan online melalui aplikasi yang sudah
canggih kita bisa membicarakan dengan tenaga medis seperti dokter, perawat
dan bidan ditempat biasa saat melakukan pemeriksaan kehamilan rutin.
 Melakukan pencegahan covid 19 yang dianjurkan Pemerintah :
 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedkitnya selama 20
detik ( cara cuci tangan yang benar pada buku KIA ). Gunakan hand
sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%.
Jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan terutama setelah buang
air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB), dan sebelum makan (baca
buku KIA).
 Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci.
 Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sakit.
 Saat sakit tetap gunakan masker, tinggal di rumah atau segera ke
fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
 Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue,
lakukan batuk sesuai dengan etika batuk.
 Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda
yang sering disentuh.
 Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran pernafsan, termasuk infeksi COBID 19. Akan tetapi
penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha
pencegahan lain. Penggunaan masker harus dikombinasikan denfan
hand hygine dan usaha – usaha pencegahan lainnya.
 Penggunaan masker yang salag dapat mengurangi keefektifannya dan
dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha
pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hand hygine dan
perilaku hidup sehat.
 Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan.
Sedangkan masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan
keluarganya.
 Cara menggunakan masker yang efektif :
- Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan
hidung. Kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisir
celah antaea masker dan wajah.
- Saat digunakan hindari menyentuh masker.
- Lepas masker dengan teknik yang benar ( misalnya: jangan
menyentuh bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan
bagian dalam ).
- Setelah dilepas jika tidak sengaja menyetuh masker yang telah
digunakan segera cuci tangan.
- Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti
masker jika masker yang digunakan terasa mulai lembab.
- Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
- Buang segera masker sekalu pakai atau lakukan pengolahan
sampah medis sesuai SOP.
 Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh gugus tugas COVID 19 adalah masker kain 3
lapis. Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus
hingga 70%. Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4
jam. Setelahnya masker kain harus dicuci menggunakan sabun dan air.
Dipastikan bersig sebelum dipakai kembali.
 Keluarga yang menemani ibu hami, ibu bersalin dan nifas harus
menggunakan masker dan jaga jarak.
 Menghindari kontak dengan hewan seperti : kelelawar, tikus, musang
atau hewan lain pembawa COVID 19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
 Bila terdapat gejala COVID 19 diharapkan untuk menghubungi
telepon layanan darurat yang tersedia (hotline COVID 19 : 119 ext 9).
Untuk melakukan penjemputan ditempat sesuai SOP atau langsung ke
RS rujukan untuk mengatasi penyakit ini.
 Hindari pergi ke nega/daerah yang terjangkit COVID 19. Bila saat
mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis
obstetric atau praktisi kesehatan terkait.
 Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID 19 di
media sosial terpercaya.
 Mendapatkan sumber informasi
untuk mencegah gangguan mental kita juga perlu membatasi diri dari paparan
berita dan media sosial yang dipenuhi oleh informasi seputar COVID 19. Karena
membaca atau melihat banyaknya berita menyedihkan dan menakutkan seputar
COVID 19 akan membuat diri semakin putus asa, stress, bahkan depresi.
Pahami pula bahwa tidak semua informasi yang ada di tv ataupun internet dan
media-media lain itu tidak semuanya benar. Mendapatkan sumber informasi
terpercaya mengenai COVID 19 yaitu melalui situs kesehatan dunia (WHO),
situs milik pemerintah (Kemenkes RI), atau situs yang dibuat oleh pemerintah
khusus untuk mengetahui perkembangan terkait dengan pandemic COVID 19
(https://www.covid19.go.id/).
Pandemic COVID 19 memang menimbulkan kecemasan bagi semua orang.
Tetapi, stress yang berlebihan akan menurunkan imun tubuh, yang pada akhirnya
mengancam kesehatan fisik. Dan kecemasan serta gangguan mental sangat berpotensi
terjadi pada wanita dan berpotensi besar terjadi pada ibu hamil dikarkanakan keadaan
emosionalnya yang tidak stabil dan berubah-ubah, oleh sebab itu peran bidan disini yaitu
membantu untuk memberikan dan menyampaikan cara untuk mecegah gangguan mental
yang sudah diriliskan oleh WHO bagaimana cara mencegahnya kepada pasien
kebidanana pada Ibu hamil, Nifas, dan KB (PUS) menggunakan bahasa yang mudah
dimenegerti dan dipahami.

C. Peran Bidan Dalam Pelayanan Ibu Selama Masa Kehamilan, Masa Nifas Dan Kb
Di Era Pandemi
 Pelayanan Masa Kehamilan
 Pemeriksaan pertama kali dibutuhkan untuk skrining faktor resiko (termasuk
program pencegahan penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak
atau PPIA). Oleh karena itu, dianjurkan pemeriksaannya dilakukan oleh
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan dengan perjanjian agar ibu tidak
menunggu lama. Apabila ibu hamil datang ke bidan tetap dilakukan
pelayanan ANC, kemudian ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan oleh
dokter.
 Dilakukan anamesa dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu menderita
tuberculosis.
 Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan pertama
dilakukan pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambu berinsektisida
 Jika ada komplikasi aatau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk
pemriksaan dan tata laksana lebih lanjut.
 Pemeriksaan rutin USG untuk sementara dapat DITUNDA Pada ibu dengan
PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampai pada rekomendasi dari episode
isolasi berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus resiko
tinggi.
 Ibu hamil diminta untuk mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari termasuk TANDA BAHAYA pada kehamilan. Jika
ada keluhan atau tanda bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke
fasyankes.
 Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat melalui media komunikasi
 Kelas ibu hamil ditunda pelaksanaannya dimasa pandemi covid-19 atau
mengikuti kelas secara online.
 Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua, atau pemeriksaan
antenatal dapat dilakukan melalui tele-konsultasi klinis, kecuali dijumpai
keluhan atau tanda bahaya.
 Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdeteksi memiliki faktor resiko
atau penyulit harus memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua. Jika
ibu tidak datang ke fasyankes, maka tenaga kesehatan melakukan kunjungan
rumah untuk melakukan pemeriksaan ANC, pemantauan dan tataksana
faktor penyulit. Jika diperlukan lakukan rujukan ibu hamil ke fasyankes
untuk mendapatkan pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut, termasuk pada
ibu hamil dengan HIV, sifilis dan hepatitis B.
 Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga HARUS DILAKUKAN dengan
tujuan utama untuk menyiapkan proses persalinan. Dilaksanakan 1 bulan
sebelum taksiran persalianan.
 Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya.
Jika terdapat resiko/ tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA) seperti
mual-muntah hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang dan kejang.
Ibu hamil dengan penyakit diabetes melitus gestasional, pre eklamsi berat,
pertumbuhan janin terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta
lainnya atau riwayat obstetri buruk maka pemeriksaan diri ke tenaga
kesehatan.
 Pastikan gerakan janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah
usia kehamilan 28 minggu hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal
10 gerakan per 2 jam)
 Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap
mempraktikkan aktivitas fisik berupa senam ibu
hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri dirumah agar ibu tetap bugar
dan sehat.
 Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh
tenaga kesehatan.
 Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19 TIDAK
DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH karena akan memperburuk
komplikasi yang diakibadkan kondisi covid-19.
 Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi covid-19 pasca
perawatan kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah
periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila
pasien dinyatakan sembuh. Direkomendasikan dilakukan USG antenatal
untuk pengawasan pertumbuhan janin. 14 hari setelah resolusi plasenta
terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi diperlukan.
 Jika ibu hamil datang kerumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga
atau dikonfirmasi covid-19 berlaku beberapa rekomendasi berikut :
pembentukan tim multi disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter
sepsialis penyakit infeksi jika tersedia, dokter kandungan, bidan yang
bertugas dan dokter anastesi yang bertanggung jawab untuk perawatan
pasien sesegera mungkin setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus
didiskusikan dengan ibu dan keluarga tersebut.
 Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
perjalanan ke luar negeri dengan mengikuti anjuran perjalanan (trevel
advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat
perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran
luas covid-19.
 Pelayanan Masa Nifas
 Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat
buku kia). Jika terdapat risiko/tanda bahaya, maka pemeriksaan diri ke tenaga
kesehatan.
 Kunjungan nifas (kf) Dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu:
KF 1 : pada periode 6 jam sampai dengan 2 hari pasca persalinan
KF 2 : pada periode 3 hari sampai 7 hari pasca persalinan
KF 3 : pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari pasca persalinan
KF 4 : pada periode 29 sampai 42 hari pasca persalinan.
 Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan medis online
(disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak covid 19) dengan melakukan
upaya-upaya pencegahan penularan covid 19 baik dari petugas ibu dan
keluarga.
 Pelayanan kb tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat perjanjian
dengan petugas.

 Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


 Tunda kehamialn sampai kondisi pandemi berakhir
 Akseptor KB sebaiknya tidak datang ke petugas kesehatan kecuali yang
mempunyai keluhan. Dengan syarat membuat perjanjian terlebih dahulu
dengan petugas kesehatan.
 Bagi akseptor IUD/implan yang sudah habis masa pakainya, jika tidak
memungkinkan untuk datang ke petugas kesehatan dapat menggunakan
kondom yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB atau kader
melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara tradisional
(pantang berkala atau senggama terputus)
 Bagi akseptor suntik diharapkan datang ke petugas kesehatn sesuai jadwal
dengan membuat perjanjian sebelumnya. Jika tidak memungkinkan dapat
menggunakan kondom yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas
PLKB atau kader melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan
cara tradisional (pantang berkala atau senggama terputus)
 Bagi akseptor pil diharapkan dapat menghubungi petugas PLKB atau kader
atau petugas kesehatan via telfon untuk menggunakan kb pasca persalinan
(KBPP)
 Materi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta pelaksanaan konseling
terkaid KB dapat diperoleh secara online atau konsultasi via telfon.

1. Rekomendasi bagi Bidan Terkait Pelayanan Keluarga Berencana Pada


Situasi Pandemi Covid-19
 Bidan dapat memberikan pelayanan KB dengan syarat menggunakan PD
lengkap sesuai standar dan sudah mendapatkan perjanjian terlebih dahulu
dengan klien.
 Akseptor yang mempunyai keluhan
 Bagi akseptor IUD/implan yang sudah habis masa pakainya
 Bagi akseptor suntik yang datang sesuai jadwal
 Bidan tetap memberikan pelayanan KBPP sesuai program yaitu dengan
menggunakan metode MKJP (IUD pasca plasenta/MOW)
 Bidan dapat berkoordinasi dengan PLKB dan kader untuk minta bantuan
pemberian kondom kepada klien yang membutuhkan yaitu :
 Bagi akseptor IUD/implan/suntik yang sudah habis masa
pakainya,tetapi tidak bisa kontrol ke petugas kesehatan
 Bagi akseptor suntik yang tidak bisa kontrol kembali ke petugas
kesehatan sesuai jadwal.
 Bidan dapat berkoordinasi dengan PLKB dan kader untuk minta bantuan
pemberian pil KB kepada klien yang membutuhkan yaitu : bagi akseptor
pil yang harus mendapatkan sesuai jadwal.
 Pemberian materi komunikasi informasi dan edukasi (KIE) serta
pelaksanaan konseling terkait KB dapat dilaksanakan secara online atau
konsultasi via telfon.
2. Hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Bidan Dalam Pelaksanaan Pelayanan
 Mendorong semua PUS untuk menunda kehamilan dengan tetap
menggunakan kontrasepsi di situasi pandemi covid 19 dengan
meningkatkan penyampaian informasi KIE ke masyarakat.
 Bidan harus menggunakan APD dengan level yang disesuaikan dengan
pelayanan yang diberikan dan memastikan klien yang datang
menggunakan masker dan membuat perjanjian terlebih dahulu
 Kader dalam membantu pelayanan juga diharapkan melakukan upaya
pencegahan dengan selalu menggunakan masker segera mencuci tangan
dengan menggunakan sabun dan air mengalir atau handsanitizer setelah
bertemu klien.
 Berkoordinasi dengan PLKB kecamatan untuk ketersediaan pil dan
kondom di kader atau PLKB sebagai alternatif pengganti bagi klien yang
tidak dapat bertemu dengan petugas kesehatan.
 Melakukan koordinasi untuk meningkatkan peran PLKB dan kader dalam
membantu pendistribusian pil KB dan kondom kepada klien yang
membutuhkan, yang tetap berkoordinasi dengan petugas kesehatan
 Memudahkan masyarakat untuk tetap mendapatkan akses informasi
tentang pelayanan KB diwilayah kerjanya misalnya dengan membuat
hotline di puskesmas dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Chen H,Guo J Wang C, Loe f ,Yu X,Zhang W et al. Clinical characteristics and
intrauterine vertical transmission potential Of COVID 19 infekction in nine
pregnant women retrospective of medical records. Lancet 2020
Depkes, RI (2015). Pelayanan Kesehatan ibu dan Anak. Departemen Kesehatan RI
Infeksi, Pokja, Saluran Reproduksi, Perkumpulan Obstetri, and D A N Ginekologi,
‘REKOMENDASI PADA MATERNAL ( HAMIL , BERSALIN DAN NIFAS )’, 2020
Kemenkes RI pedoman Kesiapsiagaan menghadapi coronavirus direktorat jendral
pencegahan dan pengendalian covid 19.
‘Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi Dalam
Situasi Pandemi COVID0-19’ Tahun 2020
‘Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas Dan Bayi Baru Lahir Selama Masa Social
Distancing’Tahun 2020
Prawirohardjo, Sarwono. 2015. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
World Health Organization. Maternal Mortality Available at:
URL:www.who.int.Accessed Mei 24,2016

Anda mungkin juga menyukai