Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam

waktu tertentu, kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya

kecerdasan, sikap dan tingkah laku.1 Tumbuh kembang merupakan dua peristiwa yang berlainan

akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth) merupakan pertumbuhan dalam

ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur

berat dengan menggunakan (gram/kilogram), ukuran panjang (cm/meter). Sedangkan

perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan skill/keterampilan dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks sebagai hasil dari proses pematangan. Sehingga

pertumbuhan dan perkembangan merupakan kaitan yang tidak dapat dipisahkan.2

Usia dini pada anak disebut usia emas atau golden agemasa tersebut adalah masa kritis

dimana seorang anak membutuhkan rangsangan-rangsangan tepat untuk mencapai kematangan

yang sempurna. Arti kritis merupakan sangat mempengaruhi keberhasilan pada masa berikutnya.

Apabila masa kritis ini tidak mendapatkan rangsangan yang tepat dalam bentuk latihan atau

proses belajar maka diperkirakan anak akan mengalami kesulitan pada masa perkembangan

berikutnya belajar atau latihan maka diperkirakan anak akan mengalami kesulitan pada masa

perkembangan berikutnya.3

Anak usia dibawah lima tahun (balita) atau sering disebut dengan anak usia dini adalah

individu makhluk sosial kultural yang sedang mengalami suatu proses perkembangan yang

1
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Penghantar Dalam Berbagai Aspeknya, Jakarta;ke (2014).
2
Raidha, Buku Ajaran Keperawatan, Yogyakarta (2014).
3
Wiwien Dinar Pratisti, Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta; Indeks, 2014

1
2

sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan

karakteristik tertentu. suatu individu, anak usia dini merupakan suatu organisme yang suatu

kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan biologis dan psikologisnya

sehingga menjadi sosok yang unik. Makhluk sosio-kultural, perlu tumbuh dan berkembang

dalam suatu lingkungan sosial tempat ia hidup dan perlu diasuh dan di didik sesuai dengan nikai

sosio-kultural yang sesuai dengan harapan orang tua.4

Masa balita masa keemasan karena pada usia ini terjadi perkembangan yang sangat

menakjubkan dan terbaik sepanjang hidup manusia. Perkembangan yang signifikan tersebut

mencakup perkembangan fisik dan psikhis.Dari segi fisik anak mengalami perkembangan yang

luar biasa, mulai dari pertumbuhan sel otak dan organ tubuh lainnya sampai perkembangan

kemampuan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat, memanjat, dan

lainnya.Perkembangan fisik yang tidak kalah pentingnya adalah perkembangan kemampuan

motorik halus merupakan kemampuan melakukan koordinasi gerakan tangan dan mata,

contohnya menggenggam, meraih, menulis, dan sebagainya. Hasil-hasil studi di bidang neurologi

mengemukakan antara lain, 80% ketika anak berusia 8 Tahun dan mencapai 100% anak usia 18

Tahun. Studi membuktikan bahwa pendapat para ahli tentang keberadaan masa peka atau masa

emas (golden age) pada anak usia dini memang benar terjadi. Masa emas perkembangan anak

yang hanya terjadi sekali seumur hidup.5

Anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan hanya satu ranah perkembangan saja,

dapat pula di lebih ranah perkembangan.Keterlambatan perkembangan umum atau global

developmental delayadalah keadaan dimana keterlambatan perkembangan bermakna pada dua

4
Abdulhak, Memposisikan Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Sistem Pendidikan Nasional 2015.
Buletin PAUD Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. http://fepreints.ims.ac.id/31551/7
5
Masganti, Psikologi Anak Usia Dini, 2015.
3

atau lebih ranah perkembangan.Secara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motorik

kasar, motorik halus, bahasa/ bicara, dan personal sosial/ kemandirian.Sekitar 5% hingga 10%

anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan

perkembangan umum diketahui belum pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak dibawah usia

5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.6

Indonesia berada di peringkat ke-101 sebagai Negara memberi kesempatan bagi tumbuh

kembang anak versi lembaga Save The Childrendalam laporan Childhood Index 2017. Peringkat

tersebut menyimpulkan tidak sedikit anak Indonesia kehilangan masa anak-anaknya.Di kawasan

ASEAN Indonesia berada di belakang Singapura (peringkat 33). Malaysia (peringkat 65) dan

Thailand (peringkat 84). Namun masih lebih baik daripada Myanmar (112), Kamboja (117) dan

Laos (130).Laporan yang diluncurkan bertepatan pada hari Anak Internasional.7

Departemen Kesehatan bersama profesi dan pihak terkait kesehatan anak menyusun

pedoman tumbuh kemabng anak. Penoman ini mengalami beberapa kali perubahan, hingga di

tahun 2005 dihasilkan buku pedoman instrument Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi

Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar yang di

terapkan di Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No.35 Tahun 2014 tentang

perubahan undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, bahwa setiap anak

berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang serta mendapatkan perawatan, pelayanan

kesehatan, stimulasi, pendidikan, perlindungan dari kekerasan dan pemenuhan hak-hak anak

lainnya agar menjadikan anak yang sehat, cerdas berakhlak mulia serta bermanfaat bagi dirinya,

keluarga, masyarakat serta Negara. Pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan gangguan

6
IDAI, Keterlambatan Perkembangan Pada Anak.Idai.or.id,2014
7
Indonesia Kemendikbud,Peringkat 101 Dunia Tumbuh Kembang Anak, Paud.Kemendikbud.go.Id,2017.
4

tumbuh kembang anak juga diatus dalam Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.66

Tahun 2014 yang merupakan acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas pelayanan

kesehatan dasar/primer, kelompok profesi, tenaga pendidik, petugas lapangan keluarga

berencana, petugas sosial terkait dengan pembinaan terkait pertumbuhan, perkembangan dan

gangguan tumbuh kembang anak.8

Dilihat dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 bahwa pelayanan

kesehatan pada anak balita meliputi pelayanan pemantauan pertumbuhan, pemberian vitamin A,

Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita. Pelayanan kesehatan balita

tahun 2017 di Jawa Barat sebesar 75,9% dari target 85%, terdapat 15 kabupaten/ kota yang

cakupannya dibawah 85% termasuk kabupaten bogor yang capaiannya hanya 80%, kabupaten

bogor mendapatkan peringkat ke-15 dari 18 Kabupaten dan 9 kota yang ada di Jawa Barat.9

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak balita faktor internal

maupun eksternal.Faktor internal yaitu ras/ etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin,

genetic, dan kelainan kromosom sedangkan faktor eksternal yaitu faktor prenatal (gizi, mekanis,

toksin/zat kimia, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, dan psikologis ibu), faktor persalinan

(komplikasi persalinan pada bayi), faktor pascasalin (status gizi, penyakit kronis, lingkungan

fisik, psikologis, sosio-ekonomi, sumber informasi, pola asuh, stimulasi, dan obat-obatan).10

Pola asuh merupakan faktor penting dalam tumbuh kembang anak.Pola asuh adalah

kemampuan keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar

dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik, mental dan sosial. Pola asuh anak

8
Permenkes,Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, Dana Gangguan Tumbuh Kembang Anak, Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 66, 2014.
9
Dinkes Jawa Barat, ‘Profil Kesehatan Di Jawa Barat', 2017.
10
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, ‘Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini Dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar’, 2016.
5

merupakan sikap dan praktik ibu atau lainnya dalam kedekatannya dengan anak, cara merawat,

cara memberi makan serta memberikan kasih sayang.11

Penerapan pola asuh orang tua sangat penting, dikarnakan seorang ibu merupakan

lingkungan pertama menjadi pembentuk awal hubungan interpersonal dengan anak. Namun saat

ini masih banyak orang tua menerapkan pola asuh yang kurang baik pada anaknya, terbukti

adanya tindakan otoriter seperti orang tua bersikap keras atau tidak peduli akan kebutuhan anak

di lingkungan keluarga.12 Hal ini dapat mengakibatkan anak mengalami keterlambatan dalam

perkembangan fisik maupun mental di kemudian hari.

Berdasarkan hasil penelitian dari Zella (2018) berdasarkan sumber informasi balita usia 1-5

tahun di Puskesmas Koba Tahun 2018 bahwa dari 81 responden yang diteliti, 41 (50,6%)

responden dengan sumber informasi yang kurang sedangkan 40 (49,4%) responden dengan

sumber informasi yang baik.

Sumber informasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tumbuh

kembang balita dimana sumber informasi merupakan media atau saluran untuk mendapatkan

informs dan mempermudah penerimaan pesan-pesan bagi masyarakat atau penerima pesan

tersebut. Semakin sering orang mengakses atau mencari informasi makin banyak pengetahuan

yang diapat oleh orang tua atau masyarakat mengakses, dan sebaliknya apabila orang tua atau

masyarakat tidak mencari atau tidak pernah mengakses informasi maka semakin sedikit

pengetahuan yang di dapat.13

11
Azwar, ‘Sikap Manusia’, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
12
Mardiyanti, Ika. Pola Asuh Orang Tua Mmpengaruhi Perkembangan Balita di Posyandu Arjuna Rw 3 Keluurahan
Kemayoran Kecamatan Krembangan Surabaya, Surabaya: Prodi S1 Keperawatan., 2014.
13
Pinem Saroba, ‘Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi’, Jakarta; KDT, 2014.
6

Berdasarkan hasil penelitian Hardiana Probosiwi, Emy huriyati dan Djauhar ismail tahun

2017 dengan judul stunting dan perkembangan anak umur 12-60 bulan di kalasan dengan hasil

Status stunting dengan perkembangan anak menunjukan bahwa mendapat hubungan yang

bermakna (p-value < 0,05) dan nilai QR 3,9 (95% CI; 1,7-89), yang diantara perkembangan yang

suspect kemungkinan anak dengan stunting besar 3,9 kali dibandingkan dengan perkembangan

normal.14

Berdasarkan data Riskesdas kejadian stunting atau gangguan pertumbuhan dan

perkembangan pada balita di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu 35,6% (18,5% sangat pendek

dan 17,1% pendek) pada tahun 2010 serta terjadi peningkatan pada tahun 2013 yaitu 37,2 (18%

sangat pendek dan 19,2% pendek) yang mengalami stunting.15Oleh karna itu gizi merupakan

peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang

dewasa.Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta pertumbuhan fisik dan

kecerdasan bayi, anak, serta seluruh kelompo umur.Gizi yang baik membuat berat badan menjadi

normal atau sehat, sehingga tumbuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja

meningkat dan terlindungi dari penyakit kronis dan kematian dini.16

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas, secara teoritis memiliki hubungan

dengan penelitian ini dan secara konseptual dapat dijadikan untuk acuan teori umum bagi

peneliti dalam melakukan penelitian ini. Di Dunia, Asia, Indonesia, Jawa barat dan kota Bekasi

angka kejadian stunting masih diatas 20%. Di jawa barat sendiri masih terdapat balita yang

mengalami stunting ,gizi buruk dan tumbuh kembang yang menyimpang,

14
Alina dkk Hizni, ‘Jurnal Gizi Klinik Indonesia’, Kalasan, 2017.
15
Soetjiningsih, ‘Tumbuh Kembang Anak’, Jakarta : EGC, 2015.
16
Almatsier S., ‘Penuntun Diet Instalasi Gizi RS Cipto Mangunkusumo Dan Asosiasi Dietisien Indonesia’, Jakart :
PT Gramedia Pustaka Utama, 2015.
7

Jumlah balita di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang sebanyak 888 jiwa,

dengan prevalensi balita stunting 10% dan gizi buruk 20%, yang artinya ini masih menjadi

permasalahan di wilayah Desa Gintung Cilejet , karena beresiko mengalami peningkatan.

Kurangnya pengasuhan keluarga selama lima tahun pertama kehidupan sangat berpengaruh

terhadap empat dominan perkembangan yaitu motorik, kognitif, bahasa dan social-emosional

anak, serta kurangnya pemenuhan gizi pada balita sehingga mengakibatkan anak tidak terpenuhi

nya gizi sesuai dengan kebutuhannya. Kurangnya sumber informasi yang didapatkan oleh orang

tua tentang tumbuh kembang balita sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak bisa

menyebabkan adanya perilaku menyimpang.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui orang tua yang

memiliki balita di Desa Gintung Cilejet melalui wawancara didapati 7 dari 10 orang tua yang

memiliki anak usia 1-5 tahun yang sering membawa anaknya ke Posyandu belum memahami

tentang hubungan pola asuh, sumber informasi dan status gizi terhadap tumbuh kembang balita

usia 1-5 Tahun.

Sebab itulah peneliti ingin meneliti apakan pola asuh mempengaruhi tumbuh kembang

pada balita, dan apakah mendapatkan sumber informasi yang baik tentang tumbuh kembang anak

akan mempengaruhi tumbuh kembang anak dan perilaku anak di masa mendatang untuk

mencegah perilaku menyimpang, karena masalah kesehatan gizi pada balita di Desa Gintung

Cilejet Kecamatan Parung Panjang dinilai masih belum efektif, sehingga ada beberapa balita

yang mengalami stunting dan gizi buruk.


8

Berdasarkan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Pola Asuh,

Sumber Informasi dan Status Gizi Terhadap Tumbuh Kembang Pada Balita 1-5 Tahun Di Desa

Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari hasil profil kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2015 menunjukan bayi dikabupaten

bogor yaitu 115,000 sedangkan balita yang ditimbang berjumlah 100,840 balita dengan

persentase 96%, serta ditemukan keterlambatan perkembangan mental dan intelektual 78%,

sedangkan hasil dari pemantauan status gizi didapatkan hasil penderita gizi kurang sebanyak

33.314 dan anak penderita gizi buruk sebanyak 3,119 anak.17

Kurangnya pengasuhan keluarga selama lima tahun pertama kehidupan sangat berpengaruh

terhadap empat dominan perkembangan yaitu motorik, kognitif, bahasa dan social-emosional

anak, serta kurangnya pemenuhan gizi pada balita sehingga mengakibatkan anak tidak terpenuhi

nya gizi sesuai dengan kebutuhannya. Kurangnya sumber informasi yang didapatkan oleh orang

tua tentang tumbuh kembang balita sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak bisa

menyebabkan adanya perilaku menyimpang. Sehingga, faktor tersebut dapat mempengaruhi pola

asuh orang tua pada anaknya tentang tumbuh kembang balita untuk mencegah perilaku

menyimpang, sehingga bagi tenaga kesehatan memberikan konseling tentang pentingnya

mendapatkan informasi dan gizi seimbang untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan

balitanya, dan juga pentingnya pemenuhan gizi seimbang pada balita sangat berguna untuk

mencegah terjadinya penyakit marasmus (balita kurus) dan kwarshiorkor (gizi buruk) serta

bermanfaat bagi kesejahteraan keluarga.

17
Dinkes, ‘Profil Kesehatan Kabupaten Bogor’, Dinas Kesehatan, 2015.
9

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui orang tua yang

memiliki balita di Desa Gintung Cilejet melalui wawancara didapati 7 dari 10 orang tua yang

memiliki anak usia 1-5 tahun yang sering membawa anaknya ke Posyandu belum memahami

tentang hubungan tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun dan faktor apa saja yang

mempengaruhinya.

Berdasarkan temuan tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara pola asuh, sumber informasi dan status gizi terhadap tumbuh kembang balita 1-

5 tahun di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada Hubungan antara Pola Asuh, Sumber Informasi dan Status Gizi Terhadap

Tumbuh Kembang Pada Balita Usia 1-5 Di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang

Tahun 2020.

1.4. Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Pola Asuh, Sumber Informasi dan Status Gizi Terhadap Tumbuh

Kembang Pada Balita Usia 1-5 Di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran distribusi Pola Asuh, Sumber Informasi dan Status Gizi

Terhadap Tumbuh Kembang Balita 1-5 Tahun di Desa Gintung Cilejet Kecamatan

Parung Panjang Tahun 2020.

2. Mengetahui gambaran distribusi Pola Asuh, Terhadap Tumbuh Kembang Balita 1-

5 Tahun di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020.


10

3. Mengetahui gambaran distribusi Sumber Informasi, Terhadap Tumbuh Kembang

Balita 1-5 Tahun di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020.

4. Mengetahui gambaran distribusi Status Gizi, Terhadap Tumbuh Kembang Balita

1-5 Tahun di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020.

5. Mengetahui hubungan Pola Asuh, Terhadap Tumbuh Kembang Balita 1-5 Tahun

di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020.

6. Mengetahui hubungan Sumber Informasi, Terhadap Tumbuh Kembang Balita 1-5

Tahun di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020.

7. Mengetahui hubungan Status Gizi, Terhadap Tumbuh Kembang Balita 1-5 Tahun

di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020.

1.5. Manfaat Penlitian

1.5.1 Manfaat Praktis

Penilitian ini tidak menghasilkan metode baru dan hanya memberikan

pembekalan praktis ilmu dan informasi baru bagi ibu yang mempunyai balita. Dalam

hal ini juga sebagai bahan pertimbangan dalam membuat program – program untuk

meningkatkan pehaman ibu yang berkaitan dengan Pola Asuh , Sumber Informasi dan

Status GiziTerhadap Tumbuh Kembang Balita Usia 1-5 Tahun di Desa Gintung

Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020.

1.5.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini tidak meghasilkan teori baru , hanya memberikan konfirmasi

terhadap teori-teori yang sudah ada.

1.5.3 Manfaaat Metodologi


11

Peneliti ini mengaplikasikan metodologi yang sudah ada dan tidak

menghasilkan metode baru dalam meneliti Hubungan Pola Asuh, Sumber Informasi

dan Status Gizi Terhadap Tumbuh Kembang Balita Usia 1-5 Tahun di Desa Gintung

Cilejet Kecamatan Parung Panjang Tahun 2020.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung

Panjang Kabupaten Bogor pada Bulan Juni Tahun 2020. Dalam penelitian ini dibahas

mengenai Hubungan pola asuh, sumber informasi dan status gizi terhadap tumbuh

kembang balita usia 1-5 tahun pada balita di Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung

Panjang Tahun 2020. Alasan dari penelitian ini berdasarkan dari laporan Puskesmas

Kecamatan Parung Panjang masih adanya angka kejadian di Desa Gintung Cilejet

dengan balita gizi buruk (wasting) dan balita kurus ( Underweight ) namun, masalah

gizi pada balita belum diketahui penyebab nya secara signifikan.Kondisi ini

menyebabkan balita mengalami gangguan gizi kronik dan mengakibatkan gangguan

tumbuh kembang nya (stunting) dan kondisi kekurangan gizi saat usia balita akan

meningkatkan resiko seorang balita mengalami kwarshiorkor dan marasmus.

Populasi pada Penelitian ini ditujukan untuk seluruh ibu yang mempunyai balita usia

1-5 tahun di wilayah Desa Gintung Cilejet. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif.

Desain penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan

sample dengan menggunakan Accidental Sampling. Pengambilan data di lakukan

dengan mengunjungi rumah ibu yang memiliki balita. Pengumpulan data pada

pengambilan data secara primer dan sekunder. Pola asuh, sumber informasi dengan

menggunakan kuesioner serta penilaian pertumbuhan dan perkembang balita


12

dilakukan dengan menggunakan Formulir SDIDTK yaitu alat/instrument yang

digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan

dan status gizi melihat buku KMS untuk mengukur status gizi balita.

BAB II
13

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuh Kembang Balita

2.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang Balita

Tumbuh kembang berasal dari dua peristiwa berbeda yaitu pertumbuhan dan

perkembangan keduanya tidak dapat saling dipisahkan. Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan

masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu

yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, punds, kilogram), ukuran panjang (sentimeter,

meter). Perkembangan (development) yaitu beratambahnya kemampuan/ kekuatan (skill) dalam

struktur dan fungsi tumbuh kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil

proses dari pematangan, termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai

interaksi dengan lingkungannya.18

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah sel dan besar sel di seluruh bagian tubuh

manusia secara kuantitatif yang dapat diukur. Perkembangan merupakan bertambah

sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.19

Setiap individu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan semasa hidupnya,

mulau dari janin sampai dewasa. Proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang satu

dengan yang lainnya tidak sama (bervaruasi), tergantung dari faktor-faktor yang mendukngnya.

Pertunbuhan dapat diartikan sebagai bertambahnya ukuran fisik dari waktu kewaktu. Misalnya,

seorang anak tumbuh dari kecil menjadi besar.ukuran kecil menajdi besar ini dapat dicontohnkan

18
Soetjiningsih, ‘Perkembangan Anak Dan Permasalahannya Dalam Buku Ajaran Ilmu Perkembangan Anak Dan
Remaja’, Jakarta: Sagungseto, PP86-90, 2012.
19
Mohammad Shoim Dasuki. 2013.
14

dengan perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat, atau dengan perubahan berat

badan dari ringan menjadi berat, atau dengan perubahan dari pedek menjadi lebih tinggi.20

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisik (anatomis) yang ditandai dengan

bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh yang disebabkan adanya penambahan perbesaran

sel-sel tubuh.21

Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran fisik (anatomis) dan struktur tubuh dalam

arti sebagai atau seluruhnya karena ada bertambah banyaknya sel-sel tubuh dan juga karena

bertambah besarnya sel. Bertambah banyaknya sel dan bertambah ukuran sel berarti ada

pertambahan secara kuantitatif hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsesi, yaitu bertemunya sel

telur dan sperma hingga dewasa. Jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran

fisik sesorang. Yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan

ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.22

2.1.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Tahap pertumbuhan dan perkembangan dapat ditentukan oleh masa atau waktu

kehidupan anak. Secara umum terdiri atas masa prenatal dan postnatal.23

1) Masa Prenatal

Masa Prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada

masa embrio, pertumbuhan dapat diawali dari konsepsi hingga 8 minggu pertama

yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organism dan

20
Depkes, 2015.
21
dkk Yeyeh Ai, Rukiyah, ‘Asuhan Kebidanan I’, Jakarta: Trans Inf Media, 2010.
22
Dkk. Nursalam, ‘Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (Untuk Perawat Dan Bidan)’, Jakarta: Salemba., Edisi II,
2013.
23
Adriana, ‘Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak’, Jakarta; Salemba Medika, 2016.
15

terbentuknya manusia. Kemudia fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga

kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi organ,

yaitu bertambahnya uuran oanjang dan berat badan terutama pertumbuhan dan

perkembangan jaringan subkutan dan jaringan otot.

2) Masa Postnatal

Terdiri atas neonates, masa bayi, masa usia prasekolah, masa sekolah, dan

masa remaja:

a. Masa Neonatus

Pertumbuhan dan perkembangan postnatal setelah lahir diawali dengan

masa neonates (0-28 hari). Pada masa ini terjadinya kehidupan yang baru

didalam ektrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua system organ tubuh.

b. Masa Bayi

Masa ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara

usia 1-12 bulan) : pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat

berlangsung secara terus menerus, khususnya dalam peningkatan susunan

saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun) : kecepatan pertumbuhan pada masa ini

mulainya menurun dan terdapat pada perkembangan motorik.

c. Masa Usia Prasekolah

Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi

peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik

dan kemampuan kognitif. Menurut teori Erikson usia prasekolah anak berbeda

pada fase inisiatif dengan rasa bersalah. Pada masa ini, rasa ingin tau (courius)
16

dan adanya imajinasi anak berkembang, sehingga ank banyak bertanya

mengenai segala sesuatu yang ada di sekelilingnya yang tidak ia ketahui.

Apabila orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak

merasa bersalah. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada

fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan

dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figure atau perilaku kedua

orang tuanya sehingga kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang

dewasa disekitarnya. Pada masa usia prasekolah anak mengalami proses

perubahan seperti pola makan dimana pada umumya anak mengalami

kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak juga sudah menunjukan

proses kemandirian dan perkembangan kognitif sudah mulai menunjukan

perkembangannya, anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah.

Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan), periode

terpenting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita.

Pertumbuhan dasar berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3

tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih

berlangsung dan terjadinya pertumbuhan serabut syaraf dan cabng-cabangnya,

sehingga terjadinya jaringan saraf dan otak kompleks. Dari jumlah dan

pengatur hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi segala

kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga

bersosialisasi. Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,

kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan integensia berjalan sangat cepat


17

dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral

serta dasar kepribadian anak juga mulai dibentuk pada masa ini, sehingga

setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi

secara dini dan tidak di tangani dengan baik, akan mengurangi kualitas

sumber daya manusia dikemudian harinya.24

d. Masa Sekolah

Perkembangan masa sekolah lebih cepat dalam kemampuan fisik dan

kognitif dibandingkan dengan masa prasekolah.

e. Masa Remaja

Pada tahap ini perkembangan remaja terkadi perbedaan pada perempuan

dan laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke

dalam tahap remaja/pubertas dibandingkan dengan laki-laki dan

perkembangan ini ditunjukan pada perkembangan pubertas.

2.1.3 Faktor Yang Mmpengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang :25

1. Faktor Keluarga

a. Kepribadian ayah dan ibu

Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka tentu akan pengaruhnya berbeda

terhadap tumbuh kembang anak, jika dibandingkan dengan mereka yang

kepribadiannya kurang terbuka.

b. Pendidikan ayah dan ibu

24
B. Septriari, ‘Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua’, Yogyakarta: Nuha Medika, 2012.
25
Chamidah A. N, ‘Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak’, Jurnal Kesehatan Anak,
Volume 5 (2014).
18

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam

tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua

dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak

yang baik dan bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan lain-

lain.

c. Pekerjaan dan adat istiadat

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang

anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang

primer maupun sekunder. Adat istiadat yang berlaku disetiap daerah akan

mempengaruhi terhadap tumbuh kembang anak

d. Pola Asuh

Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi, bagaimana

orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan anak.

2. Faktor Lingkungan

a. Tempat Tinggal/ Keadaan rumah

Struktur bagunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian. Keadaan

perumahan yang layak dengan struktur bangunan yang tidak membahayakan

penghuninya.

b. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah : musim kemarau yang

panjang atau adanya bencana alam dapat berdampak pada tumbuh kembang

anak antara lain sebagai akibat gagal panen sehingga banyak anak yang

kurang gizi, demikian pula gondok endemic banyak ditemukan pada derah

pegunungan dimana air tanahnya tidak mengandung yodium


19

c. Sumber Informasi

Pada umumnya orang tua memberikan informasi yang ia miliki, sehingga

sumber informasi dapat mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak.

d. Tingkat Emosi dan Latihan Fisik/Pijat Bayi

Manfaat olah raga, atau latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan

sirkulasi darah sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh,

meningkatkan aktivitas fisik dan msntimulasi perkembangan otot dan jaringan sel.

Sumber lain mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan di pengaruhi

oleh faktor :26

1. Faktor Internal

Faktor internal berpengaruh pada tumbuh kembang balita, yaitu :

a. Ras/ Etnik atau Bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor

ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

b. Keluarga

Ada kecenderungan keluarga memiliki postur rubuh tinggi, pendek,

gemuk atau kurus.

c. Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat pada masa prenatal, tahun pertama

kehidupan dan pada masa remaja.

d. Jenis Kelamin

26
Opcit.
20

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada

laki-laki. Akan tetapi setelah melalui masa pubertas, maka pertumbuhan

anak laki-laki akan lebih cepat.

e. Genetic

Genetic (heredokonstitusional) merupakan bawaan anak yaitu potensi

anak yang akan menjadi cirri khas nya.

f. Kelainan Kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertasi dengan kegagalan pertumbuhan

seperti pada shindroma Dow’n dan shindroma Tunner’s

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berpengaruh pada tumbuh kembang balita, yaitu:

a. Faktor Prenatal

1) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin

2) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenetal

seperti club foot.

3) Toksin/Zat Kimia

Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat

menyebabkan kelainan kongenetal seperti palatoskisis.

4) Endokrin
21

Diabetes militus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali dan

hyperplasia adrenal.

5) Radiasi

Paparan radiasi dan sinar rotgen dapat mengakibatkan kelainan pada

janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas

anggota gerak, kelainan congenital mata, serta kelainan jantung.

b. Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan jaringan otak.

c. Faktor Pasca Persalinan

1) Gizi/ Status Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat,

sehingga dengan tidak terpenuhinya gizi anak akan mengakibatkan

status gizi anak abnormal.

2) Penyakit kronis atau kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi

pertumbuhan jasmani.

3) Lingkungan Fisik dan Kimia

Lingkungan merupakan tempat anak tersebut hidup yang berfungsi

sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan

yang kurang, kurangnya sinar matahari, apapran sinar radioaktif, zat

kimia tertentu (mercuri, rokok dll) mempunyai dampak pertumbuhan

anak.

4) Psikologi
22

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak

dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,

akan mengalami hambatan didalam pertumbuhan dan perkembangan.

5) Endokrin

Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipertiroid, akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

6) Sosial Ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta

kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidak tahuan, hal ini

menghambat pertumbuhan anak.

7) Lingkungan Pengasuhan/ Pola Asuh

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat

mempengaruhi tumbuh kembang anak.

8) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya

dalam keluarga, contohnya penyediaan mainan, sosialisasi anak, serta

keterlibatan ibu dan keluarga terhadap kegiatan yang dilakukan anak.

9) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan menghambat

pertumbuhan, hanya dengan pemakaian obat perangsang terhadap

susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormone

pertumbuhan.
23

2.1.4 Aspek aspek perkembangan yang dipantau

a. Gerakan Kasar atau Motorik Kasar

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan

dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk,berdiri.27

Motorik kasar merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot besar atau

sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan

anak itu sendiri. Misalnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun

tangga.28

Perkembangan motorik kasar adalah keterampilan menggerakan bagian

tubuh secara harmonis dan sangat berperan untuk mencapai suatu

keseimbangan yang dimana menunjang motorik halus. Salah satu faktor yang

mempengaruhi motorik kasar adalah kemampuan fisik yang memungkinkan

untuk bergerak dan perkembangan system syaraf.

b. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan

dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat

seperti mengamati sesuatu misalnya menulis dan menjepit.

c. Kemampuan bicara dan bahasa merupakan aspek yang berhubungan dengan

kemampuan untuk menghasilkan respon terhadap suara, berbicara,

berkomunikasi, dan mengikuti perintah.

27
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,'Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar'2016.
28
Marimbi Hanum, ‘Tumbuh Kembang, Status Gizi, Dan Imunisasi Dasar Pada Balita’, Yogyakarta: Nuha
Medika,2010.
24

d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak seperti makan sendiri, membereskan mainan

selesai bermain, berpisah dengan ibu atau pengasuh, bersosialisasi serta

berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Periode pertumbuhan dan perkembangan dengan pembagian kelompok stimulasi anak

sebagai berikut :

Tabel 2.1

Periode Pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan

Kelompok umur stimulasi

No Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi

1. Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa prenatal

2. Masa bayi 0-12 bulan Umur 0-3 bulan

Umur 3-6 bulan

Umur 6-9 bulan

Umur 9-12 bulan

3. Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12-15 bulan

Umur 15-18 bulan

Umur 18-24 bulan

Umur 24-36 bulan

Umur 36-48 bulan

Umur 48-60 bulan

4. Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan


25

2.1.5Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Untuk pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan berat badan menurut umur

dilaksanakan secara rutin di posyandu setiap bulan. Deteksi dini penyimpangan

perkembangan anak dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapaun pelaksanaan dan

alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Pelaksanaan dan Alat yang digunakan untuk Deteksi Dini

Penyimpangan Perkembangan Anak

Tingkat Pelaksanaan Alat yang digunakan Hal yang dipantau


Pelayanan
Keluarga dan Orang tua, Buku KIA Perkembangan
masyarakat Kader kesehatan Anak
BKB - Gerak kasar
Pendidikan - Gerak halus
PAUD - Bicara bahasa
- Sosialisasi dan
kemandirian
Pendidikan Kuisioner KPSP Perkembangan
PAUD Instrumen TTD Snellen Anak
Terlatih E untuk TDL - Gerak kasar
Guru TK Kuisioner KMPE - Gerak halus
Terlatih Skrining Kit SDIDTK - Bicara bahasa
Buku KIA Sosialisasi dan
Formulir DDTK kemandirian
26

Puskesmas Dokter Kuisioner KPSP Perkembangan


Bidan Formulir DDTK Anak
Instrument TDD Snellen - Gerak kasar
E untuk TDL - Gerak halus
Kuisioner KMPE - Bicara bahasa
Ceklis M-CHART-R-F Sosialisasi dan
Formulir GPPH kemandirian
Skrining Kit SDIDTK Daya lihat
Daya dengar
MPE
Autisme
GPPH

Keterangan:

Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuisioner Pra Skrining Perkembangan

TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

KMPE : Kuisioner Masalah Perilaku Emosional

M-CHART : Modified Checkhlist For Autisme In Todler

BKB : Bina Keluarga Balita

GPPH : Gangguan Pusat Perhatian dan Hiperaktif

Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak dengan KPSP

a. Tujuannya untuk mengetahui anak normal atau ada penyimpangan

b. Skrining/ pemeriksaan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan Petugas PAUD

terlatih
27

c. Jadwal skrining/ pemeriksaan KPSP rutin adalah: setiap 3 bulan pada anak

usia <24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24-72 bulan

d. Apabila orang tua dating dengan keluhan anaknya mempunyai masalah

tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka

pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining yang lebih muda dan

diajurkan untuk kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan umurnya.

Alat istrumen yang digunakan adalah :

1. Formulir KPSP menurut umur

Formulir berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang

telah dicapai anak sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.

2. Alat bantu pemeriksaan : pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,

kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang,potongan

biscuit kecil 0,5-1cm.

Cara menggunakan KPSP

a) Pada waktu pemeriksaan/ skrining anak harus dibawa

b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak

lahir (bila umur anak lebih dari 16 hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan)

c) Pilih KPSP sesuai dengan umur anak

d) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu pertanyaan yang di jawab

oleh ibu/ pengasuh anak dan perintah kepada ibu/ pengasuh anak

e) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab oleh

karna itu pastikan ibu/ pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan

kepadanya.
28

f) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu setiap

pertanyaan hanya ada satu jawaban ya atau tidak, catat jawaban tersebut

pada formulir.

g) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh menjawab

pertanyaan terdahulu.

h) Teliti kembal apakah semua pertanyaan telah dijawab

Interpretasi Hasil KPSP

1. Hitung berapa jumlah jawaban “Ya”

a. Jawab ya, apabila ibu/pengasuh menjawab anak bisa atau pernah

atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

b. Jawaban tidak, bila ibu/pengasuh menjawab anak belum pernah

melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

2. Jumlah jawaban “Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan

tahap perkembangan (S)

3. Jumlah jawaban “Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (S)

4. Jumlah jawaban “Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P)

5. Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban ‘Tidak’

menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan

bahasa, sosialisasi dan kemandirian).29

29
Opcit.
29

2.2 Sintesis Perkembangan Anak

Perkembangan balita atau bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahsa serta sosialisasi

dan kemandirian berdasarkan kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

2.3 Pola Asuh

2.3.1 Pengertian

Pola asuh adalah antara orang tua dan anak dalam mendukubg perkembangan fisik,

emosi, sosial, intelektual serta spiritual sejak anak dalam kandungan sampai dewasa.30

Menurut kamus bahsa Indonesia pola berarti corak, model, system, cara kerja,

bentuk, yang tetap/ paten maka dari itu sama halnya dengan kebiasaan. Asuh yang berarti

mengasuh yaitu kata yang bermakna menjaga (merawat dan mendidik anak kecil),

membimbing/membantu (melatih agar dapat berdiri sendiri), memimpin

(menyelenggarakan) pengasuhan artinya proses, perbuatan, cara pengasuhan. Kata asuh

mencakup segara aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan dan

bantuan.31

Kohn berpendapat bahwa pola asuh adalah sikap orang tua dalam berinteraksi

dengan anaknya. Sikap ini meliputi cara orang tua bagaimana memberikan aturan-aturan

yang ada, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukan otoritasnya, dan cara

orang tua memberikan perhatian dan tanggapan terhadap anaknya.32

30
Kemendikbud, ‘Buku Saku Pengasuhan Positif’.
31
Syaiful Djamarah, ‘Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga’, Jakarta: Rineka Cipta., 2014.
32
Qurrotu Ayun, ‘Pola Asuh Orang Tua Dan Metode Pengasuhan Dalam Membentuk Kepribadian Anak’, Journal
Siainkudus,5, 2017.
30

Hauser berpendapat bahwa pengasuhan orang tua bersifat interaktif antara orang tua

dan remaja dengan konsep pengasuhan, mendorong, menghambat dan membiarkan.

Baumrind berpendapat bahwa pola asuh pada dasarnya merupakan prenatal control,

yakni bagaimana orang tua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anaknya untuk

melaksanakan tugas perkembangannya menuju proses pendewasaan.

Hurlock berpendapat bahwa pola asuh merupakan mendidik anak agar dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh

masyarakat.

Dari beberapa pendapat para tokoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pola

asuh orang tua adalah bagai mana cara orang tua mendidik dan membimbing kepada

anaknya yang dapat menghasilkan pengembangan pribadi dan menentukan perilaku bagi

anak dalam suatu keluarga.

2.3.2 Teori Pola Asuh

1. Teori Baumrind

Menurut Baumrind, pola asuh dibagi menjadi tiga macam, yaitu pola asuh

authoritarian (otoriter), pola asuh authoritative, dan pola asuh permisif.33

a. Pola asuh authoritarian (otoriter)

Memiliki cirri sebagai berikut:

i. Memperlakukan anaknya dengan tegas.

ii. Suka menghukum anak yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan

orang tuanya.

33
Ibid.
31

iii. Kurang memiliki kasih sayang.

iv. Kurang simpatik.

v. Mudah menyalahkan segala aktifitas anak terutama ketika ingin berlaku

kreatif.

Pada perilaku authoritarian, orang tua memiliki ciri, yaitu suka

memaksakan anaknya untuk patuh terhadap aturan-aturan yang sudah

diteteapkan oleh orang tua, berusaha membentuk tingkah laku, sikap, serta

cenderung mengekang keinginan seorang anak, tidak mendorong anak

untuk mandiri, jarang memberikan pujian ketika anak mendapatkan

prestasi atau melakukan sesuatu yang baik, hak anak sangat dibatasi tetapi

dituntut harus mempunya tanggung jawab sebagimana halnya orang

dewasa, dan yang sering terjadi adalah anak harus mematuhi atau tunduk

pada orang tua yang memaksakan kehendaknya, pengontrolan tingkah

laku anak sangat ketat, sering sekali emnghukum anaknya dengan

perlakuan hukuman fisik, serta terlalu banyak mengatur kehidupan anak,

sehingga anak tidak dibiarkan untuk mengembangkan segala potensi yang

dimilikinya serta kreatifitasnya.

b. Pola asuh authoritative

Mempunya cirri-ciri sebagai berikut:

i Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua diberikan secara seimbang.

ii Saling melengkapi satu sama lain, orang tua yang suka menerima dan

melibatkan anaknya dalam mengambil keputusan yang terkait dengan

pengambilan keputusan keluarga.


32

iii Memiliki tingkat pengendalian yang sangat tinggi dan mengharuskan

anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesai dengan usia

dan kemampuan sang anak, tetapi mereka tetap memberikan kehangatan

dan komunikasi dua arah.

iv Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman yang diberikan orang

tua kepada anak.

v Selalu mendukung atas apa yang dilakukan oleh anak tanpa harus

membatasi segala potensi yang dimilikinya serta kreativitasnya, namun

tetap melakukan pembimbingan dan mengarahkan anak.

Dalam bersikap kepada anak harus memberikan alasan kepada

anak, mendorong untuk saling membantu dan bertindak secara objektif.

Orang tua cenderung tegas, tetapi kreatif dan percaya diri, mandiri,

bahagia, serta memiliki tanggung jawab sosial. Orang tua memiliki sikap

yang bebas tetapi masih dalam batasan normatif. Anak dari orang tua

seperti ini akan tumbuh menjadi anak mandiri, tegas terhadap diri sendiri,

ramah dengan teman sebayanya, dan mau bekerja sama dengan orang tua.

c. Pola asuh permisif

Pada pola asuh permisif ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

i. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak seluas mungkin.

ii. Anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab.

iii. Anak diberi hak yang sama dengan orang dewasa, dan diberi kebebasan

yang luas untuk mengatur diri sendiri.


33

iv. Orang tua tidak terlalu banyak mengatur serta mengontrol, sehingga anak

tidak diberi kesempatan untuk mengatur diri sendiri dan kewenangan

untuk mengontrol dirinya sendiri.

v. Orang tua kurang peduli pada anak.

2. Teori Pengasuhan Positif

a. Pengasuhan berdasarkan kasih sayang, saling menghargai, membangun suatu

hubungan antara anak dan orang tua, serta menstimulus tumbuh kembang

anak.34

b. Pengasuhan yang menggunakan pendekatan dengan mengedepankan

penghargaan, pemenuhan dan perlindungan hak anak, juga mengutamakan

kepentingan terbaik anak.

c. Upaya untuk memberikan lingkungan yang bersahabat dan rumah sehingga

ank akan tumbuh dan berkembang secara optimal.

Prinsip utama dalam pengasuhan positif

a. Seorang anak harus diperlakukan dengan sepenuh penghargaan, bebas dari

tindakan kekerasan, cinta serta kasih sayang.

b. Penting menyediakan lingkungan yang aman,nyaman, dan ramah bagi tumbuh

kembang anak.

Yang harus dipahami oleh orang tua dalam pengasuhan positif adalah:

a. Tahap perkembangan anak

34
Kemendikbud.'Buku Saku Pengasuhan Positif'.
34

Melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak serta melakukan deteksi

dini perilaku yang mentimpang.

b. Komunikasi efektif

Komunikasi akan efektif jika penyampaian pesan dapat dan mudah

dipahami oleh penerima pesan dengan nyaman. Contohnya menggunakan

bahasa yang positif tidak negative, serta mendengarkan dengan penuh

perhatian ketika anak berbicara.

c. Disiplin positif

Pembentukan kebiasan dan tingkah laku anak yang positif dengan kasih

sayang sehingga anak dapat menjadi makhluk sosial dan tumbuh kembang

secara optimal.

3. Teori Pola Asuh Hauser

Model pola asuh yang dikenalkan oleh Hauser bersifat interaktif antara orang tua

dan anak. Menrut Papila dan Old, terdapat hubungan yang ambivalen (prasaan yang

bertentangan) antara anak dan orang tua, dalam artian anak memiliki prasaan yang

bercampuran, seperti halnya orang tua, yaitu kebingungan antara menginginkan

mandiri atau tetap beragntung pada dirinya.

Orang tua yang memiliki anak usianya agak besar bersikap lebih fleksibel dalam

pemikiran serta lebih egalitarian dibandingkan saat anak nya beusia lebih kecil.

Apabila pemisahan atau ketidak tergantungannya emosi dari keluarga (orang dewasa)

diberikan terlalu dini maka anak dapat menjadi terasingkan dan rentan terhadap

pengaruh lingkungan disekitar yang negative dan tingkah laku yang tidak sehat (anak

menjadi pemarah, suka menyalahkan, tidak patuh dan lain sebagainya). Sehingga
35

disini sering terjadinya konflik antara orang tua dan anak yang biasanya berkisar

antara tugas-tugas anak dari sekolah, teman-teman, dan PR, sedangkan menurut

Papila dab Olds, adalah sebagai berikut.35

a. Pola asuh yang bersifat mendorong dan menghambat

Pola asuh ini hamper sama dengan jenis pola asuh yang bersifat otoritatif

yang di kemukakan oleh Baumrind, yakti pola asuh yang dilakukan oleh orang tua

dalam berinteraksi dengan anak bersifat mendorong (enabling) dan juga bersifat

menghambat (constraining). Pola asuh yang bersifat mendorong dan mengkambat

mengandung kognitif dan afektif.

b. Pola asuh yang bersifat mendorong (enabling)

Pola asuh ini memiliki makna yang adanya dorongan terhadap anggota

keluarga untuk mengekspresikan pikiran dan persepsi mereka. Pengasuhan yang

berisfat mendorong kognisi meliputi: memfokuskan pada adanya pemecahan

masalah, mengikutsertakan dalam berekplorasi tentang masalah keluarga, dan

menjelaskan sudut pandang individu pada anggota keluarga yang lain. Pola asuh

yang mendorong secara afektif adanya ekspresi empati dan penerimaan dari

anggota yang lain.

c. Pola asuh yang bersifat menghambat

Pola asuh yang bersifat menghambat menandakan adanya hambatan yang

dilakukan orang tua. Adapun menghambat kognitif meliputi: mengabaikan

anggota keluarga dari masalah keluarga, mengalihkan anggota keluarga dari

masalah yang mereka hadapi dan tidak memberi/ menyembuyikan informasi pada

35
Ibid.
36

anak. Sedangkan menghambat secara afektif yaitu: penilaian yang berlebihan

(bersifat negative atau positif) terhdap anggota keluarga dan pandangan mereka.

2.3.3 Indikator Pola Asuh

Indikator pengasuhan positif yaitu:

1. Pengasuhan berdasarkan kasih sayang, saling menghargai, menciptakan hubungan yang

sangat antara anak dan orang tua, serta menstimulasi tumbuh kembang anak.

2. Pengasuhan yang menggunakan pendekatan dengan mengedepankan penghargaan,

pemenuhan dan perlindungan hak anak, juga mengedepankan kepentingan terbaik anak.

3. Upaya untuk memberikan lingkungan yang bersahabat dan ramah sehingga anak dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal.

Prinsip utama dalam pengasuhan positif

1. Anak harus diperlakukan dengan penuh penghargaan, bebas dari tindkan kekerasan,

cinta dan kasih sayang.

2. Menyedikan lingkungan yang aman, nyaman dan ramah bagi tumbuh kembang anak.

Pengukuran menggunakan skala likert. Responden diminta pendapatnya mengenai

setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu hal. Pendapatan ini dinyatakan dalam bentuk

tingkat persetujuan (1-5) terhadap pernyataan yang disusun peneliti.36

2.4 Sintesis Pola Asuh

Pola asuh adalah interaksi antara orang tua dan anak dalam medukung perkembangan

fisk, sosial, emosional, intelektual, sejak anak dalam kandungan sampai dewasa. Pola asuh

yang positif dapat meningkatkan kualitas interaksi anak dengan orang tua, mengoptimalkan

tumbuh kembang anak dan mencegah perilaku menyimpang.

36
Ibid.
37

2.5 Sumber Informasi

2.5 1 Definisi Sumber Informasi

Sumber informasi adalah media atau alat saluran untuk mendapatkan informi dan

mempermudah penerimaan pesan-pesan bagi masyarakat atau penerima pesan tersebut.

Semakin sering orang mengakses/ mencari informasi maka semakin banyak pengetahuan

yang didapatkan dan sebaliknya apabila tidak pernah mengakses informasi maka semakin

sedikit pengetahuan yang didapat.37

Menurut Departemen Pendidikan Nasional tahun 2013, mengatakan bahwa informasi

adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu, informasi adalah

keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang

diberikan).

Menurut Anderson mengemukakan bahwa media adalah pelengkapan yang digunakan

untuk menjelaskan pesan dan memungkinkan terjadinya interaksi antara masyarakat

dengan pesan. Sehingga media adalah alat untuk mendapatkan informasi.38

Alasan mengapa menggunakan media informasi agar materi atau pesan yang diberikan

dapat mudah dimengerti oleh khalayak orang banyak, mengurangi verbalitas, penyamaan

presepsi, menarik perhatian, menghemat waktu.

Informasi sebagai sumber penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang maupun

organisasi, maka informasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:39

37
Pinem Saroba.
38
Benedict and Audrey Kahin Andreson, ‘Inperting Indonesia Politics Thirteen’, New York; Cornel University, 2013.
39
Wibowo, ‘Managemen Kinerja’, Jakarta; Peberbit Rajawali Pers, 2014.
38

a) Sumber informasi primer

Sumber informasi primer merupakan sumber yang memperoleh adanya

informasi itu sendiri, contohnya suatu penemuan yang baru dan contoh dari

sumber informasi primer ini adalah :

1. Paten dan standar

2. Makalah pertemuan

3. Karangan aslu atau artikel ilmiah

b) Sumber informasi sekunder

Sumber informasi sekunder ini merupakan daftar atau percatatan dari

berbagai sumber informasi primer, misalnya : daftar buku, bibliografi, catalog,

dan majalah. Berdasarkan bentuk sumber informasinya dapat diuraikan sebagai

berikut :40

1. Sumber informasi tradisional

a. Visual diam yang diproyeksikan (proyeksi, overhead, slide, opaque,

filmstrips)

b. Visual yang tidak diproyeksikan (poster, foto, gambar, chart, grafik,

diagram, pameran dan papan info.

c. Audio (piringan, pita kaset dan rekaman)

d. Penyajian multimedia (slide plus suara)

e. Cetak (modul, buku cetak, majalah ilmiah, hand out)

f. Visual dinamis yang diproyeksikan (film, TV, video)

g. Realita (model)

h. Permainan (stimulasi)
40
Wibowo. Loc. Cit.
39

2. Sumber informasi teknologi mutlak

a. Media sumber info yang berbasis telekomunikasi (teleconference, kuliah

jarak jauh).

b. Sumber informasi yang berbasis mikroprossor ( CD, hypermedia,

permainan computer, computer assisted, instructional, hypertext)

2.5 2 Macam-Macam Sumber Informasi

Sumber informasi sebagai media yang mampu menyampaikan banyak pengetahuan serta

berbagi macam informasi, yaitu:41

a. Media cetak

Yaitu sebagai alat untuk menyampaikan atau memberikan pesan-pesan

kesehatan yang sangat bervariasi seperti : majalah, Koran, buku, booklet, leaflet, flyer

(selembaran), flipchart (lembar balik), rubic dan poster.

Media cetak adalah suatu media yang sifatnya statis dan mengutamakan pesan

visual. Media ini terdiri dari lembaran kertas dengan jumlah kata, gambar atau foto

dengan tata warna dan halaman putih.

Media cetak yang dipakai untuk memasang iklan yaitu surat kabar dan

majalah. Dalam media dikenal jenis iklan baris, iklan display dan iklan advertorial,

iklan barik merupakan iklan yang pertama kali dikenal masyarakat. Umumnya hanya

terdiri dari iklan lowongan perkejaan, iklan penjualan mobil bekas, rumah, tanh,

handphone dan penawaran jasa lainnya. Iklan ini ukuranya kecil dan banyak

mengandung singkatan tertentu.

41
Ibid.
40

Iklan disply merupakan iklan paling penting pada surat kabar maupn majalah,

ukurannya sangat beragam, biasanya minimal dua kolom sampai maksimal satu

halaman.

Iklan advertorial merupakan iklan yang ditulis dengan gaya editorial. Isi pesan

dan gaya penulisannya lebih serius dalam modulnya ini menjadi focus pembelajaran

adalah jenis iklan display dan advertorial.

Iklan dimedia cetak itu terdapat dalam surat kabar maupun majalah, memiliki

karakteristik tertentu yaitu :42

1) Tergolong praktis, cepat, harga terjangkau.

2) Daya jangkau dan edar surat kabar dapat sampai pelosok, perkembangan saat ini

telah menciptakan segmentasi dan mengidentifikasi surat kabar dan majalah

menurut karakteristik sosial pendidikan pembacanya.

3) Peranan jenis huruf, ukuran, aspek layout turut menentukan keberhasilan iklan.

4) Dapat bertahan, tidak satu kali lebih habis

Anatomi yang dipakai untuk eksekusi (produksi) iklan media cetak menurut

Marjadikra (2008), yaitu :43

a) Headline atau judul yang pastinya harus ada kaitannya dengan bodycopy.

b) Visual, ilustrasi, gambar atau foto orang model atau yang berkaitan dengan

konsep kreatif atau foto produk itu sendiri.

c) Bodycopy atau teks yang memberikan informasi yang lebih rinci tentang

prodak atau jasa yang akan dijual nantinya.

42
Ibid.
43
Madjadikra, ‘Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan’, Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015.
41

d) Product shot atau foto produk (yang sekaligus bisa menampilkan mana merk)

produk shot ini bisa saja merupakan ilustrasi utama.

e) Baseline yang biasanya terletak di paling bawah layout iklan. Dibagian bawah

ini dimasukan slogan, cath phrase atau nama dan alamat perusahaan pengiklan.

Disebut juga adanya unsure lain dalam anatomi iklan media cetak, yaitu:44

(a) Kupon, jika pengiklanan menginginkan respon langsung (direct response) dari

sasaran atau untuk kepentingan survey konsumen.

(b) Flash yaitu, misalnya perkataan baru, diskon, cuci gudang yang ditulis dengan

grafis tertentu untuk memperoleh perhatian khusus konsumen.

Terkadang ada iklan yang dibuat sengaja tidak lengkap. Misalnya hanya

memuat headline atau tidak jelas mengiklankan produk atau jasa apa saja yang

di tawarkan. Atau tanpa headline sama sekali, namun iklan ini menampilkan

produk yang tanpa label atau sebagian saja, ide strategi kreatif dari iklan ini

adalah menciptakan rasa penasaran orang akan iklan berikutnya.

Ternyata, meskipun demikian sama-sama sebagai media cetak, surat kabar

dan majalah memiliki kekuatan dan kelemahan yang tidak sama.45

Kekuatan surat kabar:

a) Dapat menjangkau daerah perkotaan sesuai dengan cakupan pasarnya.

b) Kebiasaan konsumen membawa surat kabar sebagai referensi untuk

memilih barang sewaktu berbelanja.

44
Ibid.
45
Ibid.
42

c) Surat kabar memuat banyak hal yang actual yang perlu segera diketahui

oleh pembacanya.

d) Pengiklan dapat bebas memiliki pasar nama yang akan diprioritaskan,

dengan demikian dia dapat memilih media yang cocok dengan target

audience nya.

Kelemahan surat kabar :

a) Sekalipun terjangkau bersifat masal, surat kabar dibaca orang dalam tempo

yang sangat tingkat, biasanya tidak lebih dari lima belas menit dan mereka

hanya membaca sekali saja. Surat kabar hanya berusia 24 jam sehingga cepat

basi.

b) Sekalipun surat kabar memiliki sirkulasi yang luas, beberapa kelompok pasar

tidak dapat terlayani, misalnya untuk pembaca dibawah umur 20 tahun.

c) Tidak semua produk dapat diiklankan disurat kabar, termasuk iklan yang

memerlukan peragaan produknya.

Kekuatan majalah :46

a) Mempunyai kemampuan untuk menjangkau segmen pasar tertentu yang

terspesialisasi.

b) Memiliki kemampuan mengangkat produk-produk yang diiklankan sejajar

dengan presepsi khalayak terhadap prestise majalah yang bersangkutan.

c) Mempunyai usia edar yang paling panjang dibandingkan dengan media

lainnya.

46
Wibowo, Loc. Cit.
43

d) Memiliki kualitas visual yang baik karena umunya majalah dicetak diatas

yang berkualitas tinggi.

Kelemahan majalah :47

a) Fleksibilitas yang terbatas dikarnakan pengiklanan harus menyerahkan final

artwork iklannya dari jauh-jauh hari.

b) Biaya yang di pakai untuk menjangkau setiap kepala menjadi lebih mahal

karena majalah hanya sekedar dilingkungan yang terbatas.

Distribusi yang kurang lancer. Banyak majalah yang peredarannya sangat lambat

sehingga menumpuk dirak-rak toko buku.

b. Media elektonik48

1) Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau

informasi kesehatan, jenisnya yang berbeda-beda, pengertian media elektronik.

2) Menurut Wikipedia, media elektronik adalah semua alat media yang

menggunakan energy elekomekanis bagi pengguna atau penonton dalam

mengakses konten.

3) Hal ini berbeda dengan media seperti misalnya media cetak, yang tidak

membutuhkan media elektomagnetik untuk diakses oleh pengguna akhir dalam

bentuk cetak, sumber media elektronik yang paling umum digunakan oleh

masyarakat umum antara lain rekaman, video, rekaman audio, presentasi slide,

presentasi multimedia, CD-ROM dan konteks online, meskipun sebagian besar

47
Ibid.
48
Ibid.
44

media baru dalam bentuk media digital. Namun, media elektronik ini mencakup

bentuk analog atau digital.

4) Setiap peralatan yang digunakan dalam proses komunikasi media elektronik

(misalnya televise, telepon, radio, desktop kompuret, konsol game, perangkat

genggam juga termasuk kedalam kategori media elektronik.

5) Secara sederhana,pengertian media elektronik yaitu segala informasi atau data

yang dibuat, didistribusikan atau di akses, menggunakan bentuk elektronik,

energy elektromekanisme atau peralatan yang digunakan dalam komunikasi

elektronik yaitu peralatan yang umum digunakan untuk mengalses media

elektronik adalah computer, ponsel, televisie, radio dan perangkat lainnya.49

Kelebihan media elektronik adalah :50

1) Manfaat utama dari media elektronik adalah relaksasi dan pendidikan, kita dapat

belajar tentang budaya lain, tentang sudut pandang orang lain, mempromosikan

kreativitas, menjadikan informasi, serta dukungan keselmatan, keamanan, dan

sosial yang ditawarkan oleh komunikasi modern. Penelitian akademik

menemukan bahwa anak-anak belajar melalui TV dan bahwa anak-anak

menggunakan berbagai media elektronik dalam emnegmbangkan platform

penting untuk kegiatan sosial. Kapasitak media untuk mempengaruhi keyakinan

serta perilaku di manfaatkan untuk anak misalnya untuk mempromosikan

aktifitas fisik atau melalui internet berbasis layanan pendukung dalam

pembelajaran. Pendidikan usia dini juga ditemukan terkait dengan kinerja

49
Ibid.
50
Ibid.
45

akademik meningkat namun, demikian ada juga dampak negative nya dari media

elektronik.

Dengan media elektronik, kita dapat mudah untuk mendapatkan informasi

dan berita yang selalu terupdate baik dari dalam maupun dari luar negri.

Tentunya ini mendapatkan informasi dengan cepat mudah sudah menjadi

kebutuhan masyarakat modern saat ini.51

2.5 3 Manfaat Sumber Informasi

Jaman sekarang yang kita kenal sebagai abad informasi, dimana kemampuan untuk

mendapatkan dan menggunakan sumber informasi adalah hal aktivitas yang terbesar.

Orang-orang politik “siapa yang mempunyai informasi paling banyak, dialah orang yang

paling berkuasa”. Sementara orang-orang bisnis mengatakan “untuk dapat mengolah

bisnis dengan baik, pasarkan sesuatu untuk masa depan, untuk mengetahui masa depan

dan kuasailah sebanyak-banyaknya informasi”.

2.5 4 Cara Mengukur Sumber Informasi

Cara mengukur sumber informasi dalam penelitian ini adalah menggunakan skala

guttmaan yaitu merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu

variable yang multidimensi. Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas

seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak-pernah, untuk jawaban positif yaitu

setuju, benar, pernah dan semacamnya dengan diberi skor 1, sedangkan jawaban negative

seperti tidak setuju, salah, tidak pernah dan semacamnya diberi skor 0. Dengan skala ini

akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu ya-tidak, benar-salah dan lain-lain. Penelitian

51
Ibid.
46

menggunakan skala Guttman dilakukan apabila ingin mendapatkan jawaban yang tegas

terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.52

Skala ini dapat juga dibentuk dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Skor 1 untuk

tertinggi dan skor 0 untuk terendah. (analisa seperti pada skla likert) data yang diperoleh

melalui pengukuran dengan skala sematic differensial adalah data interval.53

2.6 Sintesis Sumber Informasi

Sumber informasi merupakan berbagai media atau alat yang menjadi sumber

pengetahuan yang dapat diterima, dilihat atau dipraktikan bagi penerima informasi.

2.7 Status Gizi

2.7.1 Pengertian

Status gizi adalah dimana keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan antara

konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaan didalam tubuh.54

Status gizi merupakan gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari

keseimbangan energy yang masuk dan dikeluarkan oleh tubuh.55

Status gizi adalah satu unsure yang paling penting dalam membentuk status kesehatan

status gizi (nutritional status) keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan

zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Status gizi dangat dipengaruhi

oleh asupan gizi.56

52
Azwar, ‘Metode Penelitian’, Jakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2015.
53
Ibid.
54
Suprisa. Loc. Cit.
55
Marmi, ‘Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi’, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
56
PPSDMK, ‘Penilaian Status Gizi’, The British Journal Of Psychiatry, 2017.
47

Status gizi znak balita salah satunya dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi, antara

kain pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak, pengetahuan dan pola asuh ibu serta

kondisi ekonomi orang tua secara keseluruhan.57

2.7.2 Faktor- faktor Yang Mmempengaruhi Status Gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi terbagi menjadi dua, yaitu:58

1. Faktor internal

Faktor internal yang dapat mempengaruhi antara lain:

a. Usia

Usia dapat mempengaruhi kemampuan dan pengalaman yang dimiliki orang tua

dalam memberikan asupan/nutrisi pada anaknya.

b. Kondisi Fisik

Jika seseorang yang sakit, sedang dalam penyembuhan dan lanjut usia semuanya

memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Anak dan

remaja pada periode hidup ini kebetulan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan

yang cepat.

c. Infeksi

Jika terkena infeksi dan demam dapat mempengaruhi turun nafsu makan atau

menimbulkan kualitas menelan dan mencerna makanan.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhinya antara lain :

a. Pendapatan

57
Sulastri D. DKK, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang’, Jurnal Kesehatan Andalas, 2015.
58
Ibid.
48

Masalah gizi dikarenakan kemiskinan indikatornya yaitu taraf ekonomi

keluarga yang terdapat hubungannya dengan daya beli keluarga tersebut.

b. Pendidikan

Yaitu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau

masyarakat tentang status gizi yang baik.

c. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan hal yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupan keluarganya. Bekerja bagi ibu akan berdampak pada kehidupan

keluarga.

d. Budaya

Budaya merupakan cirri chas yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan

kebiasaan seseorang.

2.7.3 Masalah Status Gizi

1. Kurang Gizi Protein (KEP)

Kurang gizi protein adalah masalah kurang gizi yang diakibatkan oleh rendahnya

konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-harinya sehingga tidak memenuhi

angka kecukupan gizi dalam jangka waktu lama. Cirri-ciri KEP adalah skor-z berat

badan dibawah -2,0 SD baku normal.

2. Kurang Gizi Akut

Kurang gizi diukur dengan menggunakan indeks Berat Badan menurut Tinggi

Badan (BB/TB). Kondisi kurang gizi dapat disebut juga wasting dengan skor-z BB/TB

dibawah -2,00 SD baku normal diklasifikasikan kurang gizi akut, bila skor-z BB/TB

dibawah -3,00 diklasifikasi kurang gizi akut tingkat tinggi.


49

3. Kurang Gizi Kronis

Kurang gizi kronis dapat diukur berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut umur

(TB/U) dibandingkan dengan standard an biasanya digunakan pada balita. Stunting

merupakan istilah kurang gizi kronis yang dinamakan terjadi pertumbuhan linier pada

anak. Cirri-cirinya adalah berdasarkan indikasi Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

bila skor-z -2,00 SD diklasifikasikan kurang gizi akut, bila skor-z TB/U dibawah -3,00

diklasifikasikan kurang gizi akut.

a. Marasmik-kwasiorkor

Masalah gizi marasmik-kwasiorkor adalah tingkat kurang gizi paling berat yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dari makanan sehari-hari

terjadi beberapa gejala klinik kwasiorkor dan marasmus dan disertai dengan edema yang

tidak mencolok.

b. Marasmus

Marasmus adalah masalah yang kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh

rendahnya konsumsi energy dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam

waktu cukup lama.

c. Kwasiokor

Adalah masalah gizi dalam tingkat berat badan yang umumnya terjadi pada balita.

Cirinya yaitu masalah pada seluruh bagian tubuh (terutama pada bagian punggung

kaki/ dorsum pedis). Wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis

dan kemerahan seperti warna rambut jagung dan rambut mudah dicabut tanpa rasa

sakit dan rontok.


50

2.7.4 Macam – Macam Status Gizi

Status gizi anak dibedakan menjadi:59

a. Status Gizi Baik

Status gizi baik adalah keadaan dimana asupan zat gizi yang sesuai dengan

kebutuhan aktivitas tubuh. Seseorang yang memiliki status gizi baik atau normal maka

rfleksi yang diberikan adalah pertumbuhan normal, tingkat perkembangan sesuai

dengan usianya, tumbuh menjadi sehat, nafsu makan baik dan mudah menyesuaikan

diri dengan lingkungannya.

Cirri-ciri anak yang memiliki status gizi baik adalah:60

1. Tumbuh kembang sesuai/normal.

2. Tingkat perkembangan sesuai dengan tingkat umur.

3. Mata tampak bersinar dan bersih.

4. Bibir dan lidah terlihat segar.

5. Nafsu makan baik.

6. Kulit dan rambut bersih dan tidak kering.

7. Mudah menyesuaikan diri/beradaptasi.

b. Status Gizi Lebih

Status gizi lebih merupakan suatu keadaan dimana kelebihannya konsumsi

pangan. Kondisi ini berkaitan dengan kelebihan energy didalamnya konsumsi pangan

yang relative lebih besar dari penggunaan yang dibutuhkan untuk aktifitas tubuh atau

energy expenditure. Kelebihan energy dalam tubuh, diubah menjadi lemak dan

ditimbun dalam tempat tertentu.

59
Andriyanto D, ‘Tumbuh Kembang Anak Dalam Simposium Sehari Manajemen Terkini Tumbuh Kembang Anak
Yang Optimal’, Surakarta, 2010.
60
Soekirman, ‘Ilmu Gizi Dan Aplikasinya’, Jakarta : Departemen Pendidikan, 2012.
51

c. Kurang Gizi (Status Gizi Kurang dan Status Gizi Buruk)

Status gizi kurang atau status gizi buruk dikarnakan kurangnya satu atau beberapa

zat gizi yang diperlukan. Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan tubuh

kekeurangan zat gizi yaitu dikarnakan oleh makanan yang dikonsumsi kurang. Selain

itu zat gizi ini yang dikonsumsi gagal untuk doserap dan dipergunakan oleh tubuh.

Kurang gizi banyak menimpa anak-anak khususnya anak yang berusia dibawah lima

tahun karena umur tersebut termasuk golongan yang rentan jika kebutuhannya zat gizi

tidak tercukupi maka anak akan mudah terserang penyakit.

2.7.5 Penilaian Status Gizi

Ada beberapa cara mengukur status gizi anak yaitu dengan pengukuran klinis,

biokimia, biofisik, dan antropometrik.61

a. Pengukuran Klinis

Pengukuran klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status

gizi masyarakat yang ada. Metode ini didasarkan pada perubahan yang terjadi yang

dapat dihubungan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

epitel seperti kulit, mata, rambut, mukosa oral atau pada organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

b. Pengukuran Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia merupakan pemeriksaan specimen yang

diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang dapat digunakan antara lain : urine, tinja, darah dan otot.

c. Pengukuran Biofisik

61
PPSDMK.Loc.Cit.
52

Penilaian status gizi secara biofisik merupakan metode penentuan status gizi

dengan melihat/ menilai kemampuan fungsi (khusus jaringan) dan melihat perubahan

struktur dan jaringan.

d. Pengukuran Antropometri

Dalam pengukuran antropometri dilakukan beberapa macam pengukuran seperti

berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas. Dari beberapa pengukuran tersebut,

berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering

dilakukan dalam survei.

Status gizi balita dinilai menurut 4 indeks, yaitu Berat Badan menurut Umur

(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan

(BB/TB)

1. BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.

2. TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.

3. BB/TB adalah berat badan anak yang dibandingkan dengan tinggi badan yang

dicapai.

4. IMT/U adalah indeks masa tubuh menurut umur

Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai mana terdapat paa tabel

dibawah ini :62

62
Kemenkes RI, ‘KEPMENKES RI NO:1995/MENKES/XII/2010’, 2010.
53

Tabel 2.3

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Berdasarkan Indeks

Indikator Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Gizi Buruk < -3,0 SD


Berat Badan Menurut Umur
(BB/U) Gizi Kurang -3,0 SD s/d < -2 SD
Anak Umur 0-60 Bulan
Gizi Baik -2 SD s/d 2 SD

Gizi Lebih > 2 SD

Sangat Pendek < -3 SD


Panjang Badan Menurut Umur
(PB/U) atau Tinggi Badan Pendek -3,0 SD s/d < -2 SD
Menurut Umur (TB/U)
Normal >-2,0 SD s/d 2 SD

Tinggi >2 SD

Sangat Kurus < -3,0 SD


Berat Badan Menurut Panjang
Badan (BB/TB) atau Berat Badan Kurus -3,0 SD s/d < -2 SD
Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Normal -2 SD s/d 2 SD

Gemuk >2 SD

Sangat Kurus < -3,0 SD


Indeks Massa Tubuh Menurut
Umur (IMT/U) Kurus -3,0 SD s/d < -2 SD

Normal -2 SD s/d 2 SD

Gemuk >2 SD
54

Z-Score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal menurut

buku pertumbuhan WHO. Ada beberapa istilah dalam status gizi sebagai berikut:

1. Underweight/ Berat Badan Kurang/ Gizi Kurang yaitu gabungan gizi buruk dan gizi

kurang.

2. Stunting/ pendek adalah gabungan sangat pendek dan pendek.

3. Wasting adalah gabungan sangat kurus dan kurus.63

Keuntungan menggunakan antropometri untuk menentukan status gizi

1. Caranya mudah, aman, sederhana dan teknisnya tidak terlalu banyak yang dilakukan.

2. Dapat digunakan pada posisi tidur, duduk atau berdiri.

3. Sesuai untuk sampel besar.

4. Peralatan yang digunakan relative tidak mahal.

5. Tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.

6. Metode yang memberikan hasil yang akurat.

7. Bersifat portable.

8. Hasil antropometri dapat menggambarkan terjadinya masalah gizi.

2.6.7 Indikator Status Gizi

a. Indikator BB/U

Berat badan berkembang mengikuti bertambahnya umur.

1) Cara mengukur

Pengukuran dilakukan dengan cara:

a) Timbang berat badan anak.

63
Kementrian Kesehatan RI, ‘Buku Saku Nasional Pemantauan Status Gizi’, 2017.
55

b) Siapkan tabel rujukan WHO-NCHS untuk indikator BB/U sesuai dengan jenis

kelamin.

c) Perhatikan kolom paling kiri untuk variabel perujuk yaitu umur.

d) Bandingkan hasil pengukuran dengan angka yang ada dalam tabel.

i. Tergolong gizi lebih jika hasil ukur lebih besar atau sama dengan angka

pada kolom + 2 SD baku WHO-NCHS.

ii. Tergolong gizi baik jika hasil ukur lebih besar atau sama dengan angka

pada kolom -2 SD dan lebih kecil dari + 2 SD baku WHO-NCHS.

iii. Tergolong gizi kurang jika hasil ukur lebih besar atau sama dengan angka

pada kolom -3 SD lebih kecil dari -2 SD baku WHO-NCHS.

iv. Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari angka pada kolom -3

SD baku WHO-NCHS.

2) Kelebihan indikator BB/U

a) Sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka pendek.

b) Perubahan berat badan balita sangat berguna untuk keperluan menjaga

kesehatan anak, karena adanya penurunan berat badan anak merupakan

indikasi dini yang dapat digunakan untuk memberikan interpensi.

c) Dapat mendeteksi kegemukan.

3) Kelemahan indikator BB/U

a) Interpretasi status gizi dapat keliru apabila terdapat pembengkakan atau

oedem.

b) Data umur yang akurat sulit diperoleh terutama di Negara yang sedang

berkembang.
56

c) Kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak tidak dilepas/dikoreksi

dan anak bergerak.

d) Budaya setempat yang mempengaruhi orang tua untuk tidak mau menimbang

anaknya karena dianggap seperti barang dagang.

b. Indikator TB/U

Indikator TB/U berguna untuk menggambarkan status gizi masa lalu. Dalam

keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur.

Bertambahnya tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu

singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam

waktu yang cukup lama.

1) Cara pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan cara:

a) Ukur tinggi badan anak.

b) Siapkan tabel rujukan WHO-NCHS untuk indikator TB/U yang sesuai

dengan jenis kelamin anak.

c) Perhatikan kolom paling kiri untuk variabel petunjuk yaitu umur.

d) Bandingkan hasil pengukuran dengan angka yang ada dalam tabel.

i. Tergolong normal jika hasil ukur lebih besar atau sama dengan angka pada

kolom -2 SD baku WHO-NCHS.

ii. Tergolong stunted/pendek gizi baik jika hasil ukur lebih kecil dari angka

kolom -2 SD baku WHO-NCHS.

2) Kelebihan indikator TB/U

a) Dapat memberikan gambaran riwayat keadaan gizi masa lampau.


57

b) Dapat dijadikan indikator sosial ekonomi penduduk.

3) Kekurangan indikator TB/U

a) Kesulitan untuk mengukur panjang badan pada usia balita.

b) Tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini.

c) Memerlukan data umur yang akurat yang sering sulit diperoleh negara-

negara berkembang.

d) Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama jika

dilakukan oleh tenaga non professional.

c. Indikator BB/TB

Adalah pengukuran antropometrik yang terbaik. Ukuran ini dapat

menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif. Berat badan berkorelasi

linear dengan tinggi badan artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan

akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan demikian

berat badan yang normal akan proposional tertentu. Dengan demikian berat badan

yang normal akan proposional dengan tinggi badannya.

1) Cara pengukuran

Dilakukan dengan cara:

a) Timbang berat badan serta ukur tinggi badan anak.

b) Siapkan tabel rujukan WHO-NCHS untuk indikator BB/TB yang sesuai

dengan jenis kelamin anak.

c) Perhatikan kolom paling kiri untuk variabel perujuk yaitu tinggi badan.

d) Bandingkan hasil pengukuran dengan angka yang ada dalam tabel.


58

(1) Tergolong gemuk lebih jika hasil ukur lebih besar atau sama dengan

angka pada kolom +2 SD baku WHO-NCHS.

(2) Tergolong normal jika hasil ukur lebih besar atau sama dengan angka

pada kolom -2 SD dan lebih kecil dari +2 SD baku WHO-NCHS.

(3) Tergolong kurus/wasted jika hasil ukur lebih besar atau sama dengan

angka pada kolom -3 SD lebih kecil dari -2 SD baku WHO-NCHS.

(4) Tergolong sangat kurus gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari angka

pada kolom -3 SD baku WHO-NCHS.

2) Kelebihan pemakaian indikator BB/TB

a) Independen terhadap umur dan ras.

b) Dapat menilai status “kurus” dan “gemuk” dan keadaan marasmus atau KEP

berat yang lain.

3) Kelemahan pemakaian indikator BB/TB

a) Kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas dan

anak bergerak terus.

b) Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau tinggi badan pada

kelompok usia balita.

c) Masalah sosial budaya setempat dapat mempengaruhi orang tua untuk tidak

mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.

d) Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama kalau

dilakukan oleh petugas non kesehatan.


59

e) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut normal, pendek

atau jangkung.64

Berat badan dan tinggi badan merupakan parameter penting untuk

menentukan status kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan status

gizi. Penggunaan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB merupakan indikator

status gizi untuk melihat adanya gangguan pertumbuhan dan komposisi

tubuh. Akan tetapi BB/TB akan lebih jelas dan peka dalam menunjukan

status gizi bila keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan BB/U atau

TB/U saja. Untuk menentukan status gizi digunakan Z-score sebagai batas

ambang kategori. Standar deviasi unit (Z-skor) digunakan untuk meneliti dan

memantau pertumbuhan serta mengetahui klasifikasi status gizi. Rumus

perhitungan Z-skor yaitu sebagai berikut:

Z – score = Nilai individu subyek – Nilai median baku rujukan


Nilai Simpangan Baku Rujukan

Tabel 2.4
Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
menurut standar Buku Antropometri WHO-NHCS
Indeks Status Gizi Simpangan Baku
(Z skor)

Gizi lebih >+ 2 SD


Gizi baik -2 SD s/d +2 SD
Berat Badan/ Umur (BB/U) Gizi kurang -3 SD s/d <-2 SD
Gizi buruk <-3 SD
Tinggi >+ 2 SD
Tinggi Badan/ Umur Normal -2 SD s/d +2 SD
(TB/U) Pendek -3 SD s/d <-2 SD

64
Jakarta : Kencana, ‘Gizi Dan Kesehatan Balita’, M. Adriani, 2014.
60

Sangat pendek <-3 SD


Berat Badan/ Tinggi Badan Gizi lebih (gemuk) >+ 2 SD
(BB/TB) Gizi baik (normal) -2 SD s/d +2 SD
Gizi kurang (kurus) -3 SD s/d <-2 SD
Gizi buruk (sangat kurus) <-3 SD

Tabel 2.5
Interprensi Status Gizi
Berdasarkan Tiga Indeks

No BB/U TB/U BB/TB Interprensi


1. Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi
Rendah Tinggi Rendah Sekarang Kurang ++
Rendah Rendah Rendah Sekarang kurang ++
2. Normal Normal Normal Normal
Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang
Normal Normal Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang
3. Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi normal
Tinggi Rendah Tinggi Obese
Tinggi Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu obese
Keterangan untuk ketiga indeks (BB/U, TB/U, dan BB/TB)
Rendah <-2 SD standar baku antropometri WHO-NHCS
Normal -2 s/d +2 SD standar baku antropometri WHO-NHCS

2.8 Sintesis Status Gizi

Status gizi atau keadaan kesehatan yang merupakan akibat dari masukan zat gizi

dan penggunaannya didalam tubuh yang diperoleh dari makanan sehari-hari berdasarkan

antropometri berat badan menurut umur (TB/U).

2.9 Landasan Teori Menuju Konsep

Peneliti mengambil teori Perkembangan anak Balita usia 1-5 tahun dari Kemenkes

RI (2016) yang sudah ada. Faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak baik

faktor internal ataupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu ras/ etnik atau bangsa,

keluarga, jenis kelamin, umur, genetic, kelainan kromosom, faktor eksternal yaitu faktor
61

prenatal (gizi, mekanis, zat kimia, endokrin, dan radiasi), faktor pasca persalinan (gizi,

penyakit kronis, lingkungan fisik, psikologi, endokrin, sosial ekonomi, pola asuh, dan

stimulasi), dan mengambil teori berdasarkan Jurnal Kesehatan Anak (2014) faktor yang

mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak yaitu faktor keluarga (kepribadian ayah dan

ibu, pendidikan, pekerjaan dan adat istiadat, dan pola asuh), faktor lingkunga (tempat

tinggal, cuasa/ musim, sumber informasi, dan tingkat emosi).

Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi

dan kemandirian.

Pada penelitian ini peneliti hanya mengambil 3 variabel yaitu variable pengasuhan

(Pola Asuh), Sumber Informasi, dan gizi (Status Gizi). Alasan peneliti mengambil pola

asuh, sumber informasi, dan status gizi karena jika gizi kurang atau tidak terpenuhi

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak tidak sesuai dengan

usianya dan memiliki resiko lebih cepat terkena penyakit. Variabel sumber informasi,

menurut peneliti sumber informasi yang kurang dapat mengurangi pengetahuan orang tua/

yang mengasuh anak sehingga mempengaruhi kualitas perkembangan anak karena akan

mudah menyebabkan perilaku anak menyimpang. Variabel pola asuh yang positif dapat

mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Anda mungkin juga menyukai