OLEH:
RESTUWATI
NIM:2020.02.14901.012
2.2.4 Patofisiologi
Bila terjadi kerusakan jaringan/ancaman kerusakan jaringan tubuh, seperti
pembedahan akan menghasilkan sel-sel rusak dengan konsekuensi akan
mengeluarkan zat-zat kimia bersifat algesik yang berkumpul sekitarnya dan dapat
menimbulkan nyeri. akan terjadi pelepasan beberapa jenis mediator seperti zat-zat
algesik, sitokin serta produk-produk seluler yang lain, seperti metabolit
eicosinoid, radikal bebas dan lain-lain. Mediator-mediator ini dapat menimbulkan
efek melalui mekanisme spesifik.
Tabel 2.1 Zat-zat yang timbul akibat nyeri
Menimbulkan Efek pada aferen
Zat Sumber
Nyeri primer
Peradangan
Dihantarkan oleh serabut
A teta, C menuju medulla
spinalis
Nyeri Kerusakan pada
bagian tubuh
Hipotalamus, sistem
limbik, talamus
Nafsu makan dan
minum menurun
Perlindungan terhadap
organisme pathogen Resiko infeksi
menurun
1. Nyeri akut
Tujuan : Tingkat nyeri menurun dan kontrol nyeri meningkat
Kriteria Hasil :
1). Tidak mengeluh nyeri
2). Tidak meringis
3). Tidak bersikap protektif
4). Tidak gelisah
5). Tidak mengalami kesulitan tidur
6). Frekuensi nadi membaik
Intervensi :
1). Observasi
a. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
b. identifikasi skala nyeri
c. Identifkasi respons nyeri nonverbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
2). Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (misalnya TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain).
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(misal suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
3). Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
yeri
4). Kolaborasi : kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan mobilitas fisik
Tujuan : Meningkatnya kemampuan dalam gerakan fisik dari satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri
Kriteria Hasil :
1). Pergerakan ekstremitas meningkat
2). Kekuatan otot meningkat
3). Rentang gerak meningkat
4). Nyeri menurun
5). Kecemasan menurun
6). Kelemahan fisik menurun
Intervensi:
1). Observasi
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
d. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
2). Terapetik
a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
( misalnya pagar tempat tidur)
b. Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
3). Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
c. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(misalnya duduk ditempat tidur, duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
3. Gangguan integritas kulit
Tujuan : kerusakan integritas kulit dapat teratasi dan penyembuhan luka
meningkat
Kriteria hasil :
1). Kerusakan lapisan kulit tidak terjadi atau menurun
2). Perfusi jaringan meningkat
3). Elastisitas dan hidrasi meningkat
4). Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
suhu, pigmentasi)
Intervensi :
1). Observasi :
a. Monitor karakteristik luka ( misalnya drainase,
warna, ukuran, bau)
b. Monitor tanda-tanda infeksi
2). Terapeutik :
a. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
b. Cukur rambut di sekitar daerah luka jika perlu
c. Bersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih
nontoksis sesuai kebutuhan
d. Bersihkan jaringan nekrotik
e. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi jika perlu
f. Pasang balutan sesuai jenis luka
g. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
h. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
3). Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
c. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
4). Kolaborasi
a. Kolaborasi prosedur debridement (misalnya
enzimatik, biologis, mekanis, autolitik) jika perlu
b. Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu
4. Defisit Pengetahuan
Tujuan: meningkatnya pengetahuan
Kriteria hasil: 1) Tingkat pengetahuan tentang penyakit meningkat
2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan
Intervensi : 1) Observasi:
a. identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
b. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat.
2) terapeutik:
a. sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya.
3) edukasi:
a. jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
b. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
c. ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat.
5. Resiko Infeksi
Tujuan : meningkatnya status imun dan kontrol resiko infeksi
Kriteria hasil :
1). Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi (misalnya
demam, kemerahan, nyeri dan bengkak)
2). Kadar sel darah putih membaik
Intervensi :
1). Observasi : monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
2). Terapeutik :
a. Batasi jumlah pengunjung
b. Berikan perawatan kulit pada area edema
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
d. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
tinggi
3). Edukasi :
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
c. Ajarkan etika batuk.
d. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
e. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4). Kolaborasi : kolaborasi dalam pemberia imunisasi jika perlu
1.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencenaan yang sudah
disusun pada tahap perencanaan sebelumnya, Nanda, (2012). Implementasi
merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat memberikan intervensi
keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien. Selalu pikirkan terlebih
dahulu ketepatan suatu intervensi sebelum mengimplementasikannya. Pedoman
klinis atau protokol merupakan dokumen berbasis bukti yang membimbing
keputusan dan intervensi untuk masalah kesehatan tertentu. Saat mempersiapkan
pelaksanaan intervensi, lakukan pengkajian ulang pada klien, tinjau dan revisi
rencana asuhan keperawatan yang ada, organisasi sumber daya dan penyampaian
layanan, antisipasi dan cegah komplikasi, serta implementasikan intervensi
tersebut.
1.3.5 Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009).
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2012).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani,
2013).
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data
sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk
membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007 : 189-1
Mubarak, IW.2012.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika
Nanda Nic-Noc, 2015. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis Medis &
Nanda. Jilid 1 : Yogyakarta
Potter, P., & Perry, A. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.