Anda di halaman 1dari 48

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A


DENGAN PENEUMONIA DI RUANG FLAMBOYAN 9
RSUD Dr. MOEWARDI

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Bentuk Tugas Pengembangan Profesi

Tutik Hartiwiningsih, S.Kep.,Ns.


NIP. 19730611 199803 2 001

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI


2022

i
Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Pneumonia
Di Ruang Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi

Tutik Hartiwiningsih, S.Kep.,Ns

RSUD Dr. Moewardi Jl. Kolonel Sutarto 132 Surakarta 57126


Email tutikhartiwiningsih@gmail.com

Abstrak

Pendahuluan: Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri


dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas
>50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya. Dan menurut WHO penyebab kematian
menular tunggal terbesar pada anak-anak di seluruh dunia.
Tujuan: Penulisan ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami secara
mendalam mengenai Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Pneumonia Di
Ruang Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi, sehingga perawat mampu melakukan
pengkajian, penegakkan diagnose, menyusun intervensi, melakukan implementasi
dan evaluasi.
Metode: Penulisan ini menggunakan desain karya tulis ilmiah untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan. Makalah menggunakan asuhan
keperawatan menggunakan rangkaian proses keperawatan individu pada pasien
yang di diagnosa pneumonia dengan pengkajian, menetapkan diagnosa
keperawatan, menyusun perencanaan, melakukan tindakan keperawatan serta
melakukan evaluasi pada pasien.
Hasil: Berdasarkan analisa data keperawatan yang mengidentifikasi antara lain
sesak nafas, batuk, tanda-tanda vital, intake dan output. Diagnosa keperawatan
disesuaikan dengan tanda dan gejala serta kondisi pasien, perencanaan dan
pelaksanaan ditunjang dengan fasilitas dan sarana yang mendukung. Diagnosa yang
di dapat pada kasus An A yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan sekresi yang tertahan ditandai dengan batuk tidak efektif, Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit, Cemas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan, didapatkan satu masalah yang belum dapat teratasi yaitu
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
ditandai dengan batuk tidak efektif. Dan dua masalah keperawatan yang dapat
teratasi yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, Cemas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Evaluasi dilakukan secara
langsung baik formatif maupun sumatif.
Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Pneumonia,

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Pneumonia Di Ruang
Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi”.
Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu program
pengembangan profesi serta menumbuhkan minat menulis bagi perawat di
pelayanan. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak sulit bagi
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Surakarta, Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ivv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................. 4
A. Konsep Penyakit ....................................................................................... 4
B. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia ............................... 8
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................ 17
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 311
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 35
A. Kesimpulan ............................................................................................. 35
B. Saran ....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran. 1 : Hasil Penilaian Pengembangan Profesi ........................................ 38
Lampiran. 2 : Form 2. Pernyataan Bebas Plagiarisme ........................................ 40
Lampiran. 3 : Form 3a Self Assesment Karya Tulis Ilmiah oleh Penulis ............ 41
Lampiran. 4 : Form 4a: Telaah Karya Tulis Ilmiah Oleh Pengembangan
Profesi ......................................................................................... 42
Lampiran. 5 : Hasil Penilaian Pengembangan Profesi ....................................... 43.

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang


mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil yang
disebut alveoli, yang diisi dengan udara ketika orang yang sehat bernafas.
Ketika seorang individu memiliki pneumonia, alveoli diisi dengan nanah dan
cairan, yang membuat bernapas menyakitkan dan membatasi asupan oksigen.
(WHO, 2016).
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan
gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50
kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan
berkurang) (Riskesdas, 2017).
Menurut WHO (World Health Organization) Pneumonia adalah
penyebab kematian menular tunggal terbesar pada anak-anak di seluruh
dunia. Pneumonia membunuh 808.694 anak di bawah usia 5 tahun 2017,
terhitung 15% dari semua kematian anak di bawah usia lima tahun (WHO,
2016). United NationsInternational Children's Emergency Fund (UNICEF)
pada tahun 2017 menyatakan Sekitar 80 persen dari kematian anak-anak
terkait dengan pneumonia terjadi selama dua tahun pertama kehidupan.
Pneumonia khususnya tetap menjadi pembunuh menular yang utama pada
anak-anak di bawah lima tahun, merenggut nyawa hampir 1 juta anak pada
tahun 2015 sekitar satu anak setiap 35 detik. Hampir 34 juta anak telah
meninggal karena pneumonia sejak tahun 2000-2017. UNICEF
memperkirakan bahwa 24 juta anak lagi akan meninggal karena pneumonia
pada tahun 2030 (UNICEF, 2016).
Menurut The United Nation’s Millennium Development Goals
(MDGs) bahwa angka kematian balita harus diturunkan sebanyak2/3-nya dari
tahun 1990 hingga tahun 2017, termasuk menurunkan angka kematian karena
pneumonia namun penurunan angka kematian ini terlihat masih jauh dari
target.(Artawan, Purniti, & Sidiartha, 2016), menyatakan bahwa orang yang

1
2

terkena pneumonia berat berisiko 20,274% mengalami kematian, selain itu


pneumonia lebih banyak terjadi di negara berkembang (82%) dibandingkan
negara maju (0,05%). Kematian pneumonia di Indonesia pada tahun 2013
berada pada urutan ke-8 setelah India, Nigeria, Pakistan, DRC, Ethiopia,
China, Angola, dan Indonesia.
Pneumonia merupakan penyebab kematian balita ke-2 di Indonesia
setelah diare. Jumlah penderita pneumonia di Indonesia pada tahun 2013
berkisar antara 23%-27% dan kematian akibat pneumonia sebesar 1,19%
(Ariana, 2015). Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 menunjukkan bahwa Pneumonia merupakan penyebab utama
kematian bayi (0 -11 bulan) sebesar 23,80% dan sebagai penyebab kedua
kematian balita (1 – 4 tahun) yaitu 15,50% menempati urutan kedua setelah
diare dari 10 besar kematian. Rata-rata setiap 83 balita meninggal setiap hari
akibat Pneumonia. Hal ini menunjukkan bahwa Pneumonia merupakan
penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang
berkontribusi terhadap tingginya angka kematian balita di Indonesia
(Riskesdas RI, 2013).
Data yang diambil dari Rekam Medis tanggal 1 april sampai dengan 30
april 2022 pasien anak yang mengalami pneumonia sebanyak 87 orang
(Medical Record RSUD Dr Moewardi, 2021). Berdasarkan latar belakang
tersebut diatas maka penulis mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada An.
A Dengan Pneumonia Di Ruang Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah “Bagaimana Asuhan


Keperawatan Pada An. A Dengan Pneumonia Di Ruang Flamboyan 9 RSUD
Dr. Moewardi?’.
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran umum mengenai Asuhan Keperawatan pada
An. A Dengan Pneumonia.
2. Tujuan Khusus
3

a. Mendiskripsikan konsep dasar dan teori dari asuhan keperawatan pada


An. A Dengan Pneumonia.
b. Mendiskripsikan pelaksanakan pengkajian, menegakan diagnosa
keperawatan sesuai dengan prioritas masalah dan membuat
perencanaan tindakan pada An. A Dengan Pneumonia.
c. Mendiskripsikan pemberian asuhan keperawatan pada An. A Dengan
Pneumonia.
d. Mendiskripsikan pendokumentasian semua tindakan yang telah
dilakukan dalam merawat pasien An. A Dengan Pneumonia.

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:


1. Bagi penulis
Penulis lebih memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien An. A
Dengan Pneumonia
2. Bagi Perawat
Menambah pengetahuan perawat dalam memahami asuhan keperawatan
dengan pneumonia pada pasien An. A.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit

1. Definisi Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai
saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak
napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat
(cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah,
2017). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan
(paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme
lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan gas
setempat. Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru.
Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan
sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain).
Penyebab penumonia adalah infeksi bakteri, virus, maupun jamur.
Pneumonia mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan. Pada
kasus pneumonia, alveoli terisi nanah dan cairan menyebabkan kesulitan
penyerapan oksigen sehingga terjadi kesulitan bernapas (M. P. Sari &
Cahyati, 2019)
2. Tanda dan Gejala
Pneumonia Menurut (Biggers, 2019) Gejala pneumonia bisa ringan
hingga mengancam jiwa. Mereka dapat mencakup:
a. Batuk yang mengeluarkan dahak (lendir)
b. Demam
c. Berkeringat atau kedinginan

4
5

d. Sesak nafas yang terjadi saat melakukan aktivitas normal atau bahkan
saat istirahat
e. Nyeri dada yang semakin parah saat bernapas atau batuk
f. Perasaan lelah atau lelah
g. Kehilangan selera makan
h. Mual atau muntah
i. Sakit kepala
Gejala lain dapat bervariasi sesuai dengan usia dan kesehatan umum
Anda. Anak-anak di bawah usia 5 tahun mungkin mengalami napas cepat
atau mengi. Bayi mungkin tampak tidak menunjukkan gejala apa pun, tetapi
terkadang mereka mungkin muntah, kurang energi, atau kesulitan minum
atau makan. Orang tua mungkin memiliki gejala yang lebih ringan. Mereka
juga dapat menunjukkan kebingungan atau suhu tubuh yang lebih rendah
dari normal.
3. Patofisiologi
Pneumonia disebabkan karena bakteri yang masuk ke alveoli yang
mampu melewati mekanisme pertahanan tubuh anak, sehingga
menimbulkan peradangan. Proses peradangan menyebabkan parenkim paru
dipenuhi eksudat, sehingga saluran pernafasan akan terganggu dan
menyebabkan penurunan fungsi paru. Penumpukan sekret pada paru – paru
menyebabkan anak kesulitan melakukan proses pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida. Dampaknya anak dapat mengalami hipoksia (kekurangan
oksigen), terganggunya pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
menimbulkan oksigen yang ada di alveolus menjadi menurun dan terjadi
kekurangan oksigen pada tubuh, sehingga dapat menyebabkan anak menjadi
sianosis, dan jika dibiarkan terus – menerus akan berpotensi menimbulkan
kematian (Estyorini, H. 2021).
4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015), pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien dengan pneumonia yaitu :
a. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor,
bronchial), dapat juga meyatakan abses.
6

b. Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis.


c. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
d. Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
e. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
f. Spirometrik static: Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
g. Bronkostopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing.
h. Radiologi (foto toraks), terindikasi adanya penyebaran (misal: lobus
dan bronkial), dapat juga menunjukkan multipel abses/infiltrat,
empiema (staphilokokus), penyebaran atau lokasi infiltrat (bakterial)
i. Periksa Darah Lengkap: leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai
pemeriksaan darah putih (white blood count – WBC) rendah pada
infeksi virus.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Titus & Kupang, 2019), penatalaksanaan medis pada
pasien pneumonia adalah :
1) Oksigen 1-2L/ menit
2) IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra vena)
dekstrose 10 % : NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq / 500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu,dan status
hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral
bertahap memulai selang nasogastrik dengan feding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpormukossiller.
5) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan
7

7) Untuk kasus pneumonia komuniti base : Ampicilin 100 mg/ kg BB/


hari dalam 4 hari pemberian, Kloramfenicol 75 mg /kg BB/hari dalam
4 hari pemberian.
8) Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100 mg/kg BB/hari
dalam 2 kali pemberian, Amikasim 10-15 mg/ kg BB/ hari dalam 2
kali pemberian
b. Penatalaksaan Keperawatan
Menurut (Nurarif dan Kusuma, 2015) penderita yang penyakitnya
tidak berat, bisa diberikan antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan
melalui infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik
dalam waktu 2 minggu. Peran perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan pneumonia meliputi usaha promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative.
Dalam usaha promotif berupa memotivasi klien untuk melakukan
olahraga atau bergerak secara teratur, menjaga pola makan, menghindari
asap rokok, dan menjaga diri agar tetap sehat. Selain itu, usaha preventif
dilakukan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan mengenai
pengertian pneumonia, penyebab pneumina, tanda dan gejala
pneumonia, serta komplikasi pneumonia. Dari segi usaha kuratif, dengan
cara melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-
obatan seperti halnya inhalasi combivent dan injeksi ceftriaxone.
Sedangkan dalam usaha rehabilitative, perawat menganjurkan untuk
melakukan rehabilitasi fisik atau pengistirahatan sejenak untuk
memaksimalkan proses penyembuhan dan membiasakan untuk
menjalani pola hidup yang baik dan sehat (Abdjul & Herlina, 2020).
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan untuk membersihkan paru-paru dari sekret. Penelitian ini
dilakukan pada pasien dengan PPOK. Hasil penelitian menunjukkan
8

bahwa rata-rata frekuensi pernapasan pada pasien sebelum dan sesudah


fisioterapi terjadi penurunan serta mampu meningkatkan pengeluaran
secret (Setijaningsih dkk, 2019). Selain fisioterapi dada, tindakan non
farmakologi untuk menaikkan RR pasien dengan pneumonia adalah
melakukan latihan Pursed Lips Breathing. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada efek dari latihan Pursed Lips Breathing dalam perubahan RR
di pasien dengan pneumonia (nilai 0.02 <0.05) (Azizah et al., 2018).

B. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia

Menurut (Brunner & Suddarth, 2016) proses keperawatan adalah


penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang digunakan
untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien. Merencanakan secara
sistematis dan melaksanakan serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan.
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal masuk, pekerjaan, status perkawinan. No. RM, diagnosa medis
dan keluhan utama.
b. Pengkajian primer
1) Airway
Pengkajian airway pada pasien pneumonia akan mengalami obstruksi
jalan napas yang disebabkan oleh adanya sekret dan terdapat suara
napas ronchi
2) Breathing
Pada pengkajian breathing, pasien pneumonia mengalami sesak
napas, terdapat pernapasan cuping hidung, terdengar suara ronchi
perkusi pekak, ada retraksi dinding dada dan peningkatan frekuensi
napas, kualitas napas lemah, pernapasan cepat dan dangkal.
3) Circulation
9

Pada pengkajian circulation, tingkat kesadaran pasien dengan


pneumonia tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Akral teraba
dingin dan adanya sianosis perifer.
4) Disability
Pengkajian disability pada pasien pneumonia dengan kondisi yang
berat dapat terjadi asidosis metabolis sehingga menyebabkan
kelemahan hingga penurunan kesadaran.
c. Pengkajian sekunder
1) Wawancara
a) Pasien Wawancara dengan pasien dilakukan dengan menanyakan
identitas klien, keluhan klien saat ini, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat kesehatan sekarang, dan riwayat penyakit keturunan.
b) Anamnesa Hasil dari anamnesa biasanya klien mengalami demam,
batuk, gelisah, dan sesak napas.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada semua kelompom umur penderita
pneumonia akan dijumpai adanya pernapasan cuping hidung. Pada
auskultasi dapat terdengar pernapasan menurun. Gejala lain adalah dull
(redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun, dan fine crackles (ronkhi
basah halus) di daerah yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan
nyeri dada. Pemeriksaan berfokus pada bagian thorak yang dilakukan
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan didapatkan hasil sebagai
berikut:
a) Inspeksi Perlu diperhatikan adanya thacipnea, dispnea, sianosis
sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk non
produktif atau produktif, serta nyeri dada saat menarik napas.
b) Palpasi Fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, nadi
mungkin mengalai peningkatan, dan hati mungkin membesar.
c) Perkusi Suara redup pada sisi yang sakit.
d) Auskultas Terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi
yang sakit, ronkhi basah pada masa resolusi.
10

2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) (RSDM,2017), diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan pneumonia adalah:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan ditandai dengan batuk tidak efektif.
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang
3. Kurang volume cairan b.d. Kegagalan mekanisme pengaturan tubuh(
buffer system).
4. Hipetermia b.d. proses penyakit.
5. Cemas b.d. Perubahan status kesehatan.
6. Intoleransi aktifitas b.d.kelemahan fisik.
7. Nyeri akut/ kronis b.d. proses inflamasi.

3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
kriteria hasil
1. Bersihan Jalan Setelah Manajemen Jalan Nafas
Napas Tidak Efektif dilakukan Observasi
b.d Intervensi  Monitor pola napas
 Spasme jalan nafas keperawatan (frekuensi, kedalaman,
 Hipersekresi jalan selama......... usaha nafas)
nafas bersihan jalan  Monitor bunyi napas
 Disfungsi nafas (L. 0002) tambahan (mis. Gurgling,
neuromuskuler meningkat mengi, wheezing, ronkhi
 Benda asing dalam dengan kering)
jalan nafas Kriteria  Monitor sputum (jumlah,
 Adanya jalan nafas Hasil: warna, aroma)
buatan  Batuk Efektif Terapeutik
 Sekresi yang meningkat  Pertahankan kepatenan
tertahan  Produksi jalan napas dengan head-
 Hiperplasia dinding sputum tilt dan chin-lift (jaw-thrust
jalan nafas menurun jika curiga trauma
 Proses infeksi  Dispnea servikal)
 Respon alergi menurun  Posisikan semi-fowler atau
 Proses infeksi  Sianosis fowler
 Efek agen menurun  Berikan minum hangat
farmakologis (mis.  Tidak ada  Lakukan fisioterapi dada,
Anestesi) kesulitan jika perlu
 Merokok aktif bicara  Lakukan penghisapan
 Merokok pasif  Gelisah lendir kurang dari 15 detik
 Terpajan polutan berkurang  Lakukan hiperoksigenasi
d.d gejala dan  Frekuensi sebelum penghisapan
tanda Mayor: nafas endotrakeal
 Batuk tidak efektif membaik  Keluarkan benda padat
 Tidak mampu batuk dengan forsep McGill
11

 Sputum berlebih  Pola nafas  Anjurkan asupan cairan


 Mengi, wheezing membaik 2000 ml / hari sesuai
dan atau ronkhi toleransi jantung
kering  Berikan oksigen, jika perlu
 Mekonium di jalan Edukasi
nafas (pada  Ajarkan teknik batuk
neonatus) efektif
Minor: Kolaborasi
 Dispnea  Kolaborasi pemberian
 Sulit bicara bronkodilator,
 Ortopnea ekspektoran, mukolitik,
 gelisah jika perlu
 sianosis
 bunyi nafas Pemantauan Respirasi
menurun Observasi
 frekuensi nafas  Monitor frekuensi, irama,
berubah kedalaman dan upaya
 pola nafas berubah nafas
 Monitor adanya sumbatan
jalan nafas
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
 Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien

Perubahan Nutrisi Nutrisi Manajemen nutrisi


kurang dari terpenuhi  Hindari makanan yang
kebutuhan b.d setelah dilakukan merangsang
 Intake kurang tindakan .....X24  Pasang NGT
 Peningkatan jam  Monitor jumlah nutrisi dan
metabolisme Dengan Kriteria kandungan kalori
 Malabsorbsi hasil :  Kaji kemampuan pasien
 Defisiensi insulin  Tidak mual, untuk mendapatkan nutrisi
 Pengeluaran muntah dan yang dibutuhkan
berlebih anoreksi  Kolaborasi dengan ahli gizi
 Tidak ada nyeri untuk menentukan jumlah
Data Subyektif telan kalori dan nutrisi yang
 Mual  Makan satu dibutuhkan pasien.
 Muntah porsi habis  Berikan makanan yang
 Badan lemas  Diare tidak ada terpilih ( sudah
 Anoreksia  Laborat dikonsultasikan dengan
 Nyeri/ sulit menelan albumin, Hb ahli gizi)
 Diare normal  Edukaki pasien tentang
 Nyeri perut  Tidak ada nyeri diet pasien
 Porsi makan perut dan Monitor nutrisi
Data Obyektif : kembung  Monitor adanya penurunan
 Kembung  Konjunctiva berat badan
 Conjunctiva anemis tidak anemis  Monitor kulit kering dan
 Stomatitis  Stomatitis tidak perubahan pigmentasi
 Ascites ada  Monitor turgor kulit
 Hemiplegi/  BB meningkat
hemiparaese
12

 BB : kg  Monitor kekeringan,
 IMT: rambut kusam, dan mudah
 LLA: patah
 Tanda vital :  Monitor mual dan muntah
 TD  Monitor kadar albumin,
 Nadi total protein, Hb, dan
 RR kadar Hct
 Hasil laborat  Monitor pucat, kemerahan,
 Lain-lain dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Kolaborasi
 Pemberian obat-obatan
Pemeriksaan Laboratorium
 Konsultasi
 Lain-lain
Kurang volume Volume cairan Manajemen cairan
cairan b.d. adekuat setelah  Monitor perubahan BB tiap
 Kehilangan cairan dilakukan asuhan hari
berlebih keperawatan  Ajak pasien/ keluarga
 Intake kurang selama……x 24 mengidentifikasi penyebab
 Kegagalan jam, Kriteria hasil kekurangan cairan
mekanisme :  Pertahankan intake dan
pengaturan tubuh (  Balance cairan out put yang adekuat
buffer system) adekuat  Pasang kateter urine jika
 Turgor kulit perlu
Data Subyektif baik  Monitor status hidrasi
 Lemah  Kulit dan (membrane mukosa,nadi
 intake cairan membrane dan perubahan TD)
kurang dari mukosa lembab  Monitor hasil laboratorium
kebutuhan  Tidak mual dan yang terkait dengan cairan
 Mual tidak muntah (peningkatan BUN,
 Muntah  Hasil laborat peningkatan Hematokrit,
normal peningkatan osmolaritas
Data Obyektif : (elektrolit) urin)
 Turgor kulit kurang  TD 100/70 -  Monitor status
baik 120/80mmHg hemodinamik (CVP, MAP,
 Urine > 0,5 -1 ml  MAP 70 -100 PAP, PCWP)
/Kg BB/ jam mmHg  Monitor tanda vital sesuai
 Kulit dan membran  HR 60 -100 kebutuhan
mukosa kering x/mnt  Monitor tanda retensi/
 Hasil pemeriksaan  RR 16-20 overload cairan (cracles,
laborat x/mnt edema, JVP,ascites)
 Tanda vital  Suhu 36,5 –  Pasang IV line dan berikan
 Lain-lain 37,50C cairan sesuai kebutuhan
 Berikan produk darah/
transfuse sesuai
kebutuhan
 Monitor kadar elektrolit
13

 Edukasi tentang
pentingnya kecukupan
cairan

Kolaborasi
 Pemberian obat-obatan.
 Pemeriksaan Laboratorium
 Konsultasi
 Lain-lain

Hipertermia b.d. Mempertahanka Regulasi temperature


 Penyakit/ trauma n normotermia  Monitor suhu
 Pengaruh setelah dilakukan  Selimuti pasien untuk
medikasi/anastesi asuhan mencegah hilangnya
 Paparan lingkungan keperawatan kehangatan tubuh
selama ......X24  Hangatkan tubuh pasien
Data Subyektif jam
 Merasakan dingin Dengan Kriteria Monitor tanda vital
hasil :  Monitor TD, nadi, suhu,
Data Obyektif :  Suhu tubuh dan RR
 Penurunan suhu dalam rentang  Monitor kualitas dari nadi
tubuh dibawah normal (36-37º  Monitor frekuensi dan
rentang normal C) irama pernapasan
(≤36º C)  Nadi 60 – 100  Monitor pola pernapasan
 Menggigil x/mnt  Monitor suhu, warna, dan
 Saat disentuh  RR 16 – 20 x/ kelembaban kulit
tangan terasa mnt  Monitor sianosis perifer
dingin  Tidak ada  Monitor adanya cushing
 Suhu perubahan triad (tekanan nadi yang
 Lain-lain warna kulit melebar, bradikardi,
 Merasa nyaman peningkatan sistolik)

Kolaborasi
 Pemberian obat-obatan
 Pemeriksaan Laboratorium
 Konsultasi
 Lain-lain
Cemas b.d. Cemas teratasi Penurunan kecemasan
 Perubahan status setelah dilakukan  Gunakan pendekatan yang
kesehatan asuhan menenangkan
 Stres keperawatan  Jelaskan semua prosedur
 Situasional selama ......X24 tindakan yang akan
 Perubahan peran jam dilakukan dan evaluasi
 Kurang Dengan Kriteria sesudah tindakan
pengetahuan hasil :  Temani pasien untuk
 Tanda vital memberikan keamanan
Data Subyektif dalam batas dan mengurangi takut
 Merasakan khawatir normal  Berikan informasi faktual
 TD 100/70 - mengenai diagnosis,
Data Obyektif : 120/80 tindakan
Ditandai dengan mmHg  Dorong keluarga untuk
 Gelisah  MAP 70 - menemani anak
 Insomnia 100 mmHg  Lakukan back / neck rub
 Resah  HR 60 -100  Dengarkan dengan penuh
 Ketakutan x/mnt perhatian
14

 Sedih signFokus  RR 16-20  Identifikasi tingkat


pada diri x/mnt kecemasan
 Kekhawatiran  Postur tubuh,  Bantu pasien mengenal
 Cemas ekspresi wajah, situasi yang menimbulkan
 Vital bahasa tubuh kecemasan
 Lain-lain dan tingkat  Dorong pasien untuk
aktivitas mengungkapkan perasaan,
menunjukkan ketakutan, persepsi
berkurangnya  Instruksikan pasien
kecemasan menggunakan teknik
relaksasi
 Monitoring efek samping
pemberikan obat anti
kecemasan
 Lakukan edukasi cara
mengurangi cemas

Kolaborasi
 Pemberian obat-obatan
 Konsultasi Lain-lain
Intoleransi aktifitas Pasien toleransi Terapi Aktifitas
b.d. terhadap  Kaji ulang tanda dan
 Kelemahan fisik aktifitas setelah gejala yang tidak toleran
 Bedrest dilakukan asuhan terhadap aktifitas
 Penurunan perfusi keperawatan  Kaji adanya sesak nafas
jaringan selama……x 24 dan nyeri dada setelah
jam, Kriteria hasil beraktifitas
Data Subyektif :  Batasi aktifitas saat nyeri
 Sesak napas saat  Tak ada dan sesak nafas
mobilitas keluhan saat  Bantu menentukan level
 Palpitasi aktifitas aktifitas sesuai dengan
 Pusing/ sinkope  Tak ada kondisi klien
 Nyeri dada saat cianosis, akral  Tingkatkan level aktifitas
mobilitas dingin saat secara bertahap
mobilitas  Monitor kardiorespirasi
Data Obyektif :  Tak ada terhadap aktifitas
 Akral dingin saat perubahan  Ajarkan tehnik
mobilitas tanda vital saat mengontrol, nyeri,
 Cianosis mobilitas pernafasan ketika
 Perubahan tanda  Mampu beraktifitas
vital saat mobilitas aktifitas secara  Ciptakan lingkungan
 Lemah bertahap tenang dan aman selama
 Tanda vital aktifitas
 Lain-lain  Berikan reinforcement
positif terhadap aktifitas
yang dilakukan pasien
 Monitor respon emosi,
fisik, social dan spiritual
terhadap aktifitas yang
dilakukan
 Edukasi tentang level
aktifitas yang boleh
dilakukan

Manajemen energi
15

 Monitor adanya kelelahan


dan kelemahan klien
 Kaji pengetahuan pasien
atau keluarga terhadap
penyebab kelemahan
 Monitor intake nutrisi
sebagai sumber energy
 Batasi stimuli lingkungan
 Batasi jumlah pengunjung
 Rencanakan periode
aktifitas ketika pasien
cukup energy

Kolaborasi
 Pemberian obat-obatan
 Konsultasi
 Lain-lain

Nyeri akut/ kronis Nyeri teratasi/ Manajemen nyeri


b.d. berkurang  Kaji nyeri (PQRST)
 Iskemi jaringan setelah dilakukan  Monitor tanda vital dan
 Proses inflamasi asuhan skala nyeri secara teratur
 Peningkatan TIK keperawatan  Observasi reaksi non
 Diskontinuitas selama……x 24 verbal
jaringan jam, Kriteria hasil  Jelaskan penyebab nyeri
:  Ajarkan tehnik relaksasi
Data Subyektif  Tak ada dan atau distraksi
 Karakteristik nyeri : keluhan nyeri  Jelaskan jenis aktifitas
P :..............  Ekspresi wajah yang dapat dilakukan
Q :.............. rileks selama periode nyeri
R :..............  Bebas nyeri  Batasi pengunjung
S : Skala nyeri.......... saat aktifitas terutama saat nyeri akut
T :................  TD 100/70 -  Tingkatkan istirahat
120/80 mmHg  Jelaskan pada keluarga
Data Obyektif :  MAP 70 -100 peran yang dapat
 Pasien membatasi mmHg dilakukan utk mengurangi
aktifitas karena  HR 60 -100 nyeri ( massage, kompres
nyeri x/mnt hangat/ dingin dll)
 Tampak membebat/  Skala nyeri 0  Batasi aktifitas selama
memegang daerah atau berkurang periode nyeri
nyeri  Minimalkan stimuli yang
 Ekspresi wajah menyebabkan peningkatan
 Tanda vital nyeri
 Hasil pemeriksaan  Lakukan perekaman EKG
laborat…  Berikan oksigen sesuai
 Lain-lain.. … indikasi
Administrasi analgesik
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian analgesic
 Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
16

 Cek instruksi dokter


tentang jenis obat, dosis,
frekuensi
 Cek riwayat alergi
analgesic
 Evaluasi aktifitas analgesic
tanda dan gejala (efek
samping )
 Edukasi sebelum
pemberian analgesil
Kolaborasi
 Pemberian obat-obatan
 Konsultasi
 Lain-lain……
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

I. Identitas
a. Identitas Klien
Nama Klien : An. A
TTL : 1 Oktober 2021
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Belum sekolah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bahasa sehari-hari : Indonesia, jawa
Gol. Darah :O
TB/BB : 63 cm/ 9 kg
Alamat : Pacitan
Tanggal masuk : 25 April 2022
Tanggal pengkajian : 26 April 2022

b. Identitas penanggung jawab


Nama Klien : Tn. K
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pendidikan : smk
Agama : islam
Suku : jawa
Hub dengan klien : Ayah klien
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pacitan
c. Diagnosa medis : Pneumonia
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama:

17
18

Keluarga mengatakan batuk, sesak nafas, dahak susah keluar


2. Riwayat kesehatan saat ini:
Alasan masuk rumah sakit: keluarga mengatakan An.A masuk UGD
tanggal 25 April 2022 dengan keluhan panas sejak 3 hari yang lalu disertai
sesak nafas, batuk, dahak susah keluar, suhu 38,6 ◦C. Hasil laborat
didapatkan hasil gambaran pneumonia, SPO2 96%, N: 110x/menit,
kesadaran komposmentis, tangan kiri terpasang infus DS ¼ 20 tpm
Keluarga mengatakan sudah membawa an. A kepelayanan kesehatan,
namun tidak ada perkembangan, keluarga mengatakan an. A sebelumnya
dirawat di ruang melati 2 dengan keluhan sesak, demam. Ibu kelihatan
gelisah, sering menanyakan kondisi anak. Ibu mengatakan anak sering
rewel, menangis.
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Prenatal care
1) ibu selalu memeriksakan kehamilan dan tidak ada keluhan selama
kehamilan
2) tidak memiliki riwayat radiasi
3) riwayat berat badan selama hamil 65kg
b. Natal care
1) tempat melahirkan: klinik
2) jenis persalinan: normal
3) penolong persalinan: bidan
4) komplikasi saat melahirkan dan setelah melahirkan tidak ada
c. Post natal
Riwayat imunisasi: Keluarga mengatakan an. A sudah
mendapatkan imunisasi yaitu hepatitis B, Polio dan DPT
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Kebiasaan hidup tidak sehat: keluarga mengatakan ayah An.A perokok
aktif, ayah suka merokok didekat anaknya.
b. Penyakit menular: keluarga mengatakan tidak memiliki penyakit
menular seperti HIV, TBC, Hepatitis dll
c. Penyakit menurun: keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit
19

menurun seperti hipertensi, DM dll

5. Genogram

Keterangan:

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien

6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


a. Pertumbuhan: BB 9kg
b. Perkembangan
Pasien mampu menumpu dengan kedua lengan dan berusaha
mengangkat kepala, mampu mendengar suara, bermain dengan kedua
tangan, dan mampu tersenyum kepada ibu.
III. Riwayat Pola Fungsional
1. Pola managemen dan persepsi kesehatan
Keluarga mengatakan apabila ada keluarga yang sakit maka keluarga
langsung membawa kepelayanan kesehatan
Keluarga mengatakan sehat itu sangat penting, apabila mengalami sakit,
maka aktivitas akan sangat terganggu
2. Pola nutrisi/metabolik
Sebelum sakit : keluarga mengatakan anak mau minum susu dengan baik,
idak ada gangguan pada pola nutrisi metabolik
20

Selama sakit: keluarga mengatakan anak minum susu kurang, terpasang


infus DS ¼ 20 tpm, BB:9 kg, Suhu : 38,6 o C
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : keluarga mengatakan tidak ada gangguan pada pola
eliminasi pada anak.
Selama sakit : keluarga mengatakan tidak ada gangguan pada pola
eliminasi pada anak
4. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : keluarga mengatakan anak tidur 13 jam sehari dan tidak
ada mengalami gangguan
Selama sakit : anak kadang-kadang terbangun pada malam hari karena
sesak akibat penumpukan sekret di jalan nafas.
5. Pola aktivitas latihan
Sebelum sakit : keluarga mengatakan anak selalu bermain dengan orang
tua
Selama sakit: keluarga mengantakan anak rewel, selalu minta digendong
6. Pola persepsi kognitif
Kemampuan melihat, mendengar, merasakan baik
7. Pola hubunga peran
Anak tampak gelisah, tidak rileks, menangis, rewel
Keluarga selalu menjaga klien diruangan
8. Pola seksual-reproduksi
Klien masih balita, sehingga pola seksual belum berjalan sebagaimana
mestinya. Reproduksi juga belum berjalan sebagaimana mestinya.
9. Pola koping-toleransi stres
Anak tampak cemas, tidak rileks, eksperesi wajah gelisah
10. Pola nilai kepercayaan
Keluarga selalu mengajarkan anak nilai-nilai agama isalam pada anak,
ibu selalu menganjurkan anak untuk selau berdoa.
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran: komposmentis
2. TTV:
21

Nadi : 110 x/menit


Suhu: 38o C
RR: 30 x/menit
3. Sistem neurobehavior Pada anak :
a. Kesadaran : lemah karena pengaruh sedasi
b. GCS E4, Vx, M10 = 10
c. Pengkajian perkembangan anak
Anak saat ini memenuhi perkembangan anak pre sekolah
d. Fungsi motorik
a) Sikap : kooperatif, anak cemas, gelisah
b) Ukuran tubuh : bulat BB: 9 kg
4. Sistem penginderaan
a. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan visus/ketajaman penglihatan : Tidak terkaji
Lapang pandang : Tidak terkaji
Gerakan mata : gerakan mata baik
Pemeriksaan fisik mata: tidak ada edema, tidak ada hematom, lesi,
luka, masaa pada daerah mata
Kelenjar lakrimal : konjungtiva tidak anemis
Sklera ikterik
Pupil: reaksi terhadap cahaya(miosis), simetris kanan dan kiri
b. Pemeriksaan hidung
Infeksi hidung : simetris, bentuk bulat, tidak ada luka, tidak ada
masa, tidak ada pembesaran polip, lubang hidung kurang bersih,
tidak ada cairan yang keluar dari hidung
Palpasi: tidak ada perubahan anatomis dari bentuk hidung, tidak ada
nyeri tekan
c. Pemeriksaan telinga
Bentuk simetris kanan dan kiri
Palpasi daun telinga : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Pemeriksaan rine: Tidak terkaji
d. Sistem pernafasan
22

Pernafasan : frekuensi 30x/menit, reguler, pengembangan dada sama


kanan dan kiri
Taktil premitus: paru kanan sama dengan paru kiri
Perkusi sonor
Auskultasi ronchi
e. Sistem kardiovaskuler
I: Ictus cordis tidak tampak
P: Ictis cordis teraba
P: pekak
A: regular
f. Sistem pencernaan
Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada luka
Auskultasi : bising usus 12x/ menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Sistem Reproduksi
Tidak ada kelainan pada penis, bersih
Tidak ada kemerahan atau ruam popok
Anak berumur 4 tahun dan belum masa menstruasi
h. Sistem ekstremitas
Tidak ada lesi atau luka, pergerakan ektremitas atas bawah normal,
terpasang infus sebelah kiri, akral hangat, CRT< 2 detik
i. Sistem persyarafan
Tidak dikaji
V. Data Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 25 April 2022
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN KET
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.0 g/Dl 11.5-13.5
Hematokrit 39 % 34-40
Leukosit 18,0 Ribu/ul 5.5-17.0
Trombosit 206 Ribu/ul 150-450
Eritrosit 4.93 Juta/ul 3.90-5.30
MCV 78.3 /um 80.0-96.0
MCH 26.4 Pg 28.0-33.0
23

MCHC 31.6 g/Dl 33.0-36.0


RDW 15.0 % 11.6-14.6
Eosinofil 0.80 % 1.00-2.00
Basophil 0.40 % 0.00-1.00
Netrofil 75.70 % 29.00-
72.00
Limfosit 12.30 % 60.00-
66.00
Monosit 7.00 % 0.00-6.00
PT 12.7 Detik 10.0-15.0
APTT 32.2 Detik 20.0-40.0
INH 0.930
Golongan darah O
Gol. Darah Rh Positif
KIMIA KLINIK
GDS 75 Mg/dL 60-100
SGOT 89 U/L 0-35

2. Hasil rontgen thorax:


Tampak infiltrate kedua lapang paru sinus costoptisenicus kanan dan kiri
lobus anterior tajam
VI. Terapi Obat
No Obat Dosis Kegunaan

1. Inj. Ampicilin 250 mg/ 12 Abtibiotik yang digunakan


jam untuk mencegah dan mengobati
infeksi bakteri

2. Inf. DS ¼ NS 141 ml/ jam Sumber kalori pengganti cairan


dan kalori yang dibutuhkan

3. Inf. 200 mg/ Sebagai penurun demam, dan


Paracetamol 8jam mengurangi nyeri
24

B. Analisa Data

NO HARI/ DATA FOKUS PENYEBAB MASALAH


TGL
1. Selasa, DS: Secret yang Bersihan
26 Keluarga pasien tertahan jalan nafas
April mengatakan anak batuk, tidak efektif
2022 sesak nafas, dahak susah
keluar, anak rewel
DO:
- Batuk
- Dahak susah keluar
- Ronchi
- Rr:30 x/ menit
- Hasil rontgen:
Pneumoniaa
- sputum berlebih
- gelisah

2. Selasa, DS: Proses Hipertermia


26 Keluarga pasien penyakit
April mengatakan anak demam,
2022 minum ASI kurang, suhu
naik turun
DO:
- suhu: 38,6
- badan teraba hangat
3. Selasa, DS: Perubahan Cemas
26 Ibu pasien mengatakan status
April anak rewel, menangis kesehatan
2022 DO:
- Anak terpasang o2 nasal
- RR 30x/mnt
- Anak kelihatan gelisah
- Anak rewel
- Anak pernah dirawat di
Melati 2 RSUD Dr
Moewardi
- Ibu tampak gelisah
25

C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum
meningkat
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
D. Rencana Keperawatan
Tgl, Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan
jam Keperawatan Keperawatan
Selasa, Bersihan Jalan Setelah Manajemen Jalan
26 Napas Tidak dilakukan Nafas
April Efektif b.d Intervensi Observasi
2022  Sekresi yang keperawatan  Monitor pola napas
tertahan selama 3x 24 (frekuensi,
d.d gejala dan jam bersihan kedalaman, usaha
tanda Mayor: jalan nafas (L. nafas)
 Batuk tidak 0002)  Monitor bunyi
efektif meningkat napas tambahan
 Sputum berlebih dengan (mis. Gurgling,
 Mengi, wheezing Kriteria Hasil: mengi, wheezing,
dan atau ronkhi  Batuk Efektif ronkhi kering)
kering meningkat  Monitor sputum
Minor:  Produksi (jumlah, warna,
 Dispnea sputum aroma)
 gelisah menurun Terapeutik
 sianosis  Dispnea  Posisikan semi-
 bunyi nafas menurun fowler atau fowler
menurun  Sianosis  Berikan minum
 frekuensi nafas menurun hangat
berubah  Gelisah  Lakukan fisioterapi
 pola nafas berkurang dada, jika perlu
berubah  Frekuensi  Berikan oksigen,
nafas jika perlu
membaik Edukasi
 Pola nafas  Ajarkan teknik
membaik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pemantauan
Respirasi
Observasi
26

 Monitor frekuensi,
irama, kedalaman
dan upaya nafas
 Monitor adanya
sumbatan jalan
nafas
 Auskultasi bunyi
nafas
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor hasil x-ray
thoraks
Terapeutik
 Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
Selasa, Hipertermi b.d Setelah dilakukan Manajemen
26  Proses penyakit intervensi Hipertermia
April (infeksi. kanker) keperawatan
Observasi
2022 dd. gejala & selama 3 x 24 jam
tanda maka  Identifikasi penyebab
Mayor : termoregulasi hipertermi (mis
 Suhu tubuh (L.0072) membaik, dehidrasi, terpapar
diatas suhu dengan lingkungan panas,
normal Kriteria Hasil : penggunaan
Minor :  Suhu tubuh inkubator)
 Kulit merah membaik  Monitor suhu tubuh
 Takikardi  Takikardi Terapeutik
 Takipnea membaik  Sediakan lingkungan
 Kulit terasa  Takipnea yang dingin
hangat membaik  Longgarkan atau
 Suhu kulit lepaskan pakaian
membaik  Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Lakukan pendinginan
eksternal (mis.
selimut hipertermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
 Anjurkan tirah baring
 Berikan oksigen bila
perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intra vena, jika perlu
27

Selasa, Cemas b.d. Cemas teratasi Penurunan


26  Perubahan setelah dilakukan kecemasan
April status asuhan  Jelaskan semua
kesehatan keperawatan prosedur tindakan
2022
selama 3X24 jam yang akan
Data Subyektif Dengan Kriteria dilakukan dan
 Merasakan hasil : evaluasi sesudah
khawatir  Postur tubuh, tindakan
ekspresi  Berikan informasi
Data Obyektif : wajah, bahasa faktual mengenai
Ditandai dengan tubuh dan diagnosis, tindakan
 Gelisah tingkat  Identifikasi tingkat
 Ketakutan aktivitas kecemasan
 Sedih menunjukkan  Instruksikan pasien
 Cemas berkurangnya menggunakan
kecemasan teknik relaksasi
 Lakukan edukasi
cara mengurangi
cemas

E. Implementasi

No Hari/ Tgl Dx Tindakan Respon Dan Hasil


/Jam Keperawatan
1 Selasa, 1 Monitor pola nafas DS:
26 April (frekuensi, Keluarga pasien mengatakan
2022 kedalaman, usaha An.A batuk, sesek, dahak susah
nafas) keluar
Memonitor bunyi DO:
nafas tambahan - Terdapat ronchi
Memonitor sputum- Tampak dahak susah keluar
- Pasien gelisah
- Hasil rontgen: pneumonia
- RR: 30x/menit
2 Selasa, 1 Memberikan posisi DS:
26 April semi fowler dan DO: Pasien duduk semi fowler,
2022 oksigen 2 Lpm terpasang oksigen 2 Lpm
3 Selasa, 2 Memberika injeksi DS:
26 April obat ampicillin 250 keluarga pasien mengatakan
2022 mg dan anaknya rewel, panas naik turun,
paracetamol 200mg susah tidur sering terbangun
DO:
Suhu 38,6
Nai: 110x/menit

4 Selasa, 2 Membasahi dan DS:


26 April kompres
2022 permukaan tubuh
28

keluarga mengatakan sudah


melakukan kompres agar demam
cepat turun
DO:
keluarga paham cara melakukan
kompres dengan baik
5 Selasa, 3 Identifikasi tingkat DS: Ibu menjelaskan bahwa
26 April kecemasan anak masih rewel, gelisah, minta
2022 gendong
DO: Ibu tampak gelisah, anak
rewel, anak digendongan ibu.
6 Selasa, 3 Menjelaskan DS: Ibu pasien menyetujui
26 April kepada ibu semua DO: Ibu pasien mendengarkan
2022 prosedur yang akan penjelasan perawat
dilakukan:
melakukan
pengkajian pada
anak, memberi
injeksi, memberi
nebulizer, memberi
nasal canule
7 Rabu, 27 1 Memonitor pola DS:
April nafas (frekuensi, Keluarga mengatakan anak
2022 kedalaman, usaha masih sesak nafas, dahak susah
nafas) keluar
DO:
- Bunyi nafas gurgling
- Tampak sesak nafas
- Terpasang oksigen 2 Lpm
- RR: 30 x/ menit
- Nadi: 140 x/menit
8 Rabu, 27 2 Memberikan terapi DS:
April obat ampicillin Keluarga mengatakan anak
2022 250mg/8 jam masih rewel, semalam masih
belum bisa tidur
DO:
- Mendapat terapi obat ampicillin
- An.A menangis
9 Rabu, 27 2 Memonitor suhu DS:
April tubuh Keluarga pasien mengatakan
2022 anak sudah tidak demam
DO:
- Suhu: 37,3
- Tubuh teraba hangat normal
10 Rabu, 27 1 Menganjurkan DS:
April posisi semi fowler / Keluarga mengatakan akan
2022 anggota gerak atas memberikan posisi semi fowler
pada An.A
29

lebih tinggi dari DO:


jantung, Pasien masih sesak nafas
11 Rabu, 27 3 Mengajari ibu DS: Ibu mengatakan bersedia
April untuk relaksasi DO: Ibu melakukan relaksasi
2022 nafas dalam jika nafas dalam.
timbul kecemasan
12 Kamis, 1 Memonitor pola DS:
28 April nafas Keluarga pasien mengatakan
2022 Memonitor bunyi sesak nafas sudah mulai
nafas tambahan berkurang tetapi masih batuk
Memonitor sputum dan dahak belum keluar
DO:
- Pasien tampak membaik
- RR:23 x/menit
- Terdapat suara tambahan
- Ronchi

13 Kamis, 2 Memonitor suhu DS:


28 April tubuh Keluarga pasien mengatakan
2022 An.A tidak demam
DO:
Suhu: 37,1
14 Kamis, 1 Memberikan DS:
28 April informasi tentang Keluarga pasien mengatakan
2022 bersihan jalan nafas sedikit tenang setelah diberikan
pada keluarga informasi
DO:
Keluarga kooperatif
15 Kamis, 2 Memberikan terapi DS:-
28 April antibiotic DO:
2022 ampicillin An.A menangis
16 Kamis, 1 Mengajarkan dan DS:
28 April melakukan Keluarga pasien mengatakan
2022 fisioterapi dada bisa melakukan fisioterapi dada
selama 10 menit DO:
Keluarga kooperatif
Sputum belum keluar
17 Kamis, 1 Memberikan DS:
28 April nebulizer DO:
2022 - Pemberian uap menggunakan
fulmicort
- Bersihan jalan nafas membaik
30

F. Evaluasi

D Hari/ tgl/ Perkembangan pasien TTD


X jam
No
1 Kamis, 28 S:
April 2022 Keluarga mengatakan An.A sesek mulai
berkurang
O:
- Sesek berkurang
- Sudah tidak rewel
- Sputum keluar
- Ronchi berkurang
- RR: 23x/menit
A:
Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

2 Kamis, 28 Keluarga pasien mengatakan demam sudah


April 2022 turun
O:
- Suhu: 36,9
- Nadi: 110x/menit
- Badan teraba sudah tidak panas
- Leukosit 18.0 Ribu/ul
A:
masalah hipertermi teratasi
P:
Pertahankan intervensi
3 Kamis, 28
April 2022 S: Ibu pasien menyatakan anak sudah
berkurang rewelnya
O:Anak tampak tenang
Anak kooperatif dengan mainannya
Ibu kelihatan tenang
A:
masalah cemas teratasi
P:
Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan
praktek yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus asuhan
keperawatan pada An. A. Penulis juga akan membahas kesulitan yang di
temukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap An..A, dalam
penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan yang
meliputi pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian
sebagai berikut:
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 April 2022, pukul 08.00 Wib.
Pada diagnose bersihan jalan nafas tidak efektif didapatkan Nadi : 110 x/menit
,Suhu: 38o C ,RR: 30 x/menit , sputum berlebih , SPO2 96%, N: 110x/menit
, Pernafasan : frekuensi 30x/menit, reguler, pengembangan dada sama kanan
dan kiri, Taktil premitus: paru kanan sama dengan paru kiri, Perkusi
sonor,Auskultasi ronchi, Pada tinjauan teori, pengkajian didapatkan tanda-
tanda adanya ronci, sputum yang banyak.
Untuk diagnose hipertermia, didapatkan tanda-tanda pasien
mengalami demam, Suhu: 38o C kulit terasa hangat, memerah, batuk, dahak
susah keluar, sedangkan pada teori tanda-tanda pasien mengalami hipertermia
juga sama.
Pada diagnose cemas, untuk pengkajian didapatkan ibu kelihatan
gelisah, sering menanyakan kondisi anak. ibu mengatakan anak sering rewel,
menangis. Anak kelihatan gelisah dan rewel. Sedangkan pada tinjaun teori
didapatkan tanda secara verbal menunjukkan kecemasan, dan secara obyektif
didapatkan kenaikan tanda vital, HR, tekanan darah atau RR. Dalam tinjuan
kasus anak mengalami Hr meningkat 101x/menit, RR 30x/menit. Anak
kelihatan gelisah. Hal tersebut rancu, apakah tanda vital naik karena proses
infeksi atau karena kegelisahan. Tetapi ada tanda subyek yang menyatakan
ibu mengalami kecemasan, sehingga penulis mengangkat diagnose cemas.

31
32

B. Diagnosa
Ada 7 diagnosa keperawatan pada teori, yaitu: Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai dengan batuk
tidak efektif.Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang.
Kurang volume cairan b.d. Kegagalan mekanisme pengaturan tubuh( buffer
system). Hipetermia b.d. proses penyakit. Cemas b.d. Perubahan status
kesehatan.Intoleransi aktifitas b.d.kelemahan fisik. Nyeri akut/ kronis b.d.
proses inflamasi, sedangkan dari tinjauan kasus terdapat 3 diagnosa yaitu
antara lain Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sputum meningkat. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya nafas. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Berikut pembahasan diagnosa yang muncul sesuai teori pada kasus
pasien An. A:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum
meningkat
Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor yang mendukung
yaitu pengungkapan tentang batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing dan atau ronkhi kering . Alasan diagnose tersebut
diangkat karena saat pengkajian didapatkan data subjektif yaitu keluarga
pasien mengatakan anak batuk, sesak nafas, dahak susah keluar, anak rewel.
Data objektif: keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, batuk,
dahak susah keluar, ronchi, rr:30 x/ menit, hasil rontgen: pneumonia,
sputum berlebih, gelisah. Diagnosa tersebut penulis prioritaskan karena
keluhan tersebut utama yang harus ditangani dulu, karena merupakan
penyebab masalah yang lainnya.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Diagnosa ketiga ditegakkan adalah hipertemi berhubungan dengan
proses penyakit. Adapun tanda pasien hipertermi adalah Keluarga pasien
mengatakan anak demam, minum ASI kurang, suhu naik turun, suhu: 38,6,
badan teraba hangat, memerah.
3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
33

Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor yang mendukung yaitu
Keluarga pasien mengatakan anak rewel selalu minta digendong, anak
tampak sesak, terpasang 02 2L/menit, pola nafas cepat. Anak terpasang o2
nasal, RR 30x/mnt, Anak kelihatan gelisah, Anak kelihatan rewel, Anak
pernah dirawat di Melati 2 RSUD Dr Moewardi, Ibu tampak gelisah.
Diagnosa ini merupakan prioritas ketiga setelah hipertermia. Diharapkan
setelah diagnose pertama dan kedua diatasi, maka diagnose ketiga juga ikut
teratasi.
C. Intervensi
Rencana keperawatan dalam asuhan keperawatan pada An A pada
diagnose pertama adalah manajemen jalan nafas, dengan memonitor pola
nafas, frekuensi, bunyi tambahan, monitor sputum, berikan posisi semi fowler,
lakukan fisioterapi dada dan berikan oksigenasi yang adekuat. Selanjutnya
perawat melakukan edukasi untuk mengajari batuk efektif, berikan terapi
bronkodilator dan anti biotik. intervensi antara teori dengan kasus sudah sesuai,
hanya saja ada perbedaan tentang pertahankan kepatenan jalan nafas, dalam hal
ini pasien sadar sehingga kepatenan jalan nafas tidak dilakukan.
Untuk intervensi pada diagnose kedua Intervensi yang dilakukan dalam
teori meliputi management hipertermia antara lain observasi hipertermi,
Identifkasi penyebab hipertermi, monitor suhu tubuh, monitor haluaran urine,.
untuk tindakan keperawatan adalah lakukan pendinginan suhu tubuh dengan
cara ciptakan lingkungan yang dingin, longgarkan pakaian, kompres, untuk
tindakan edukasi anjurkan tirah baring. lakukan management hipertermi,
observasi hipertermi, pemberian terapi cairan intra memonitor suhu tubuh.
Untuk intervensi antara teori dengan kasus tidak ada perbedaan.
Sedangkan intervensi untuk diagnose ke tiga yaitu jelaskan kepada
keluarga pasien setiap prosedur tinakan yang akan dilakukan, dan libatkan
pasien untuk berkomunikasi. Ajarkan relaksasi nafas dalam kepada keluarga
pasien jika mengalami kecemsan secara tiba-tiba, untuk intervensi antara teori
dengan kasus tidak ada perbedaan.
34

D. Implementasi.
Implementasi yang dilakukan perawat selama memberikan asuhan
keperawatan pada An.A dengan pneumonia adalah untuk mengatasi
bersihan jalan nafas, penulis menganjurkan untuk minum air hangat cukup,
mengajari batuk efektif, melakukan fisioterapi dada, memberi nebulizer,
dan memberi terapi antibiotic dan mukolitik sesuai program dokter.
Untuk implementasi diagnose yang kedua, perawat melakukan
management hipertermi, melonggarkan baju pasien, melakukan kompres,
dan menganjurkan minum yang banyak.
Sedangkan implementasi pada diagnose ketiga, perawat
menganjurkan keluarga pasien untuk melakukan relaksasi nafas dalam. Dan
perawat menjelaskan semua tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
E. Evaluasi
Dalam evaluasi dan rencana tindakan yang dilakukan selama 3 x 24
jam hasilnya adalah untuk diagnose bersihan jalan nafas ditandai dengan
data subyektif : keluarga mengatakan An.A sesek dan batuk mulai
berkurang, data obyektive, Sesek berkurang, Sudah tidak rewel, Sputum
keluar, Ronchi berkurang, RR: 23x/menit, masalah teratasi sebagian,
sehingga perlu tindak lanjut intervensi yaitu monitoring jalan nafas,
pemberian intake cairan yang adekuat, pemberian mukolitik.dan
bronkodilator.
Untuk evaluasi diagnose hipertermia didapatkan data subyektive,
keluarga psien menyatakan demam sudah menurun, suhu: 36,9, Nadi
110x/menit, badan sudah tidak panas, Untuk planning intervensi
dihentikan karena anak sudah tidak panas, tetapi perlu dipertahankan input
cairan yang adekuat dan terapi antibiotic.
Sedangkan untuk evaluasi diagnose yang ketiga, yaitu cemas
didapatkan data subyektive: Ibu pasien menyatakan anak sudah berkurang
rewelnya, data oyektiveAnak tampak tenang, Anak kooperatif dengan
mainannya,Ibu kelihatan tenang, unatuk rencana lebih lanjut intervensi
dihentikan karena cemas sudah teratasi.
35

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan Pada An. A


Dengan pneumonia, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1 Hasil pengkajian pada pasien An.A, penulis telah melakukan pengkajian
dan tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan teori dengan kasus pada
data-datanya.
2 Diagnosa keperawatan pada tinjauan teori ada 7 diagnosa yang muncul,
tetapi dalam tinjuan kasus muncul 3 diagnosa: meliputi bersihan jalan nafas
tidak efektif, hipertermi dan cemas.
3 Intervensi yang dilakukan sesuai dengan panduan (SAK RS Moewardi,
2017) yang meliputi observasi, tindakan keperawatan mandiri, edukasi dan
kolaborasi.
4 Implementasi yang dilakukan pada pasien tersebut sesuai dengan rencana
intervensi.
5 Evaluasi keperawatan mencakup hal-hal yang telah dicapai oleh pasien.
Pada evaluasi keperawatan telah dilakukan sesuai dengan hasil
implementasi didapatkan diagnose bersihan jalan nafas belum teratasi,
untuk itu perlu dilakukan intervensi lebih lanjut.
Sedangkan untuk diagnose hipertermi masalah telah teratasi, sehingga
intervensi dihentikan. Sedangkan untuk diagnosa cemas telah teratasi,
sehingga intervensi juga dihentikan.

B. Saran
1. Untuk keperawatan
Diharapkan perawat mampu memahami konsep dan melakukan Asuhan
Perawatan pada pasien pneumonia diantaranya memahami pengertian,
indikasi, kontra indikasi, komplikasi, dan patofisiologipneumonia ,
2. Untuk pasien

35
36

Sebaiknya pasien dan keluarga berpartisipasi aktif mendukung


kesembuhan pasien pneumonia. Berpartisipasi dalam perawatan lanjutan
dirumah maupun mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. Segera ke
Rumah sakit jika mengalami komplikasi-komplikasi pneumonia.
37

DAFTAR PUSTAKA

A. Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing.
Ariana S. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pedan Klaten [skripsi]. Universitas
Muhammadiya Surakarta. 2015;1–12.

Artawan, Purniti PS, Sidiartha IGL. Hubungan antara Status Nutrisi dengan
Derajat Keparahan Pneumonia pada Pasien Anak di RSUP Sanglah. Sari
Pediatri. 2016;17(6).

Biggers, A. (2019).Medically Reviewed : Everything You Need To Know About


Pneumonia. Retrieved From
Https://Www.Healthline.Com/Health/Pneumonia

Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.


Estyorini, H. (2021). Asuhan Keperawatan pada Anak Pneumonia dengan Fokus
Studi Pengelolaan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Wijaya
Kusuma RSUD Dr. R Soetijono Blora. Jurnal Studi Keperawatan, 2(2).
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Laporan Riskesdas 2018. Laporan Nasional
Riskesdas 2018, 53(9), 154–165. Retrieved From
Http://Www.Yankes.Kemkes.Go.Id/Assets/Downloads/PMK No. 57 Tahun
2013 Tentang PTRM.Pdf

Khasanah, Fitri Nur (2017). Asuhan Keperawatan Pada An. V Dengan


Pneumonia Di Ruang Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah
Banyumas. Diploma Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
RISKESDAS. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia, 1,
170–172. Retrieved from http://www.kemkes.go.id
Sari, M. P., & Cahyati, W. H. (2019). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC
HEALTH Tren Pneumonia Balita di Kota Semarang Tahun 2012-2018.
3(3), 407–416.

Titus, D., & Kupang, U. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. A.D Dengan
Pneumonia Di Ruang Cendana Rumah Sakit Bhayangkara Drs. Titus Ully
Kupang.
UNICEF (2016). Undernutrition contributes to nearly half of all deaths in children
under 5 and is widespread in Asia and Africa. UNICEF.
https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/# - diakses September
2017.
WHO. Pneumonia. Diakses tanggal 13 Desember 2018 dalam
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia . 2016
38
Lampiran. 1

Form 1. PENGAJUAN ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN PROFESI


Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tutik Hartiwiningsih, S.Kep.,Ns


NIP : 19730611 199803 2 001
Pangkat/ Golongan : Pembina/IVa
Jabatan : Perawat Ahli Madya
Unit Kerja : RSUD Dr Moewardi
Mengajukan angka kredit pengembangan profesi dengan jenis pengembangan
profesi :
1. Pembuatan karya tulis/ karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan
a. Membuat karya tulis/ karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan
evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang dipublikasikan
1) Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional
2) Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
b. Membuat karya tulis/ karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan
evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang tidak dipublikasikan
1) Dalam bentuk buku
2) Dalam bentuk makalah
c. Membuat karya tulis/ karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dengan
gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan yang dipublikasikan
1) Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional
2) Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
d. Membuat karya tulis/ karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dengan
gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan yang tidak dipublikasikan
1) Dalam bentuk buku
2) Dalam bentuk makalah
e. Membuat tulisan ilmiah populer di bidang pelayanan keperawatan yang
disebarluaskan melalui media massa
f. Menyampaikan prasaran berupa tinjuan, gagasan dan atau ulasan ilmiah di
bidang pelayanan keperawatan pada pertemuan ilmiah
2. Penelitian di bidang pelayanan keperawatan
a. Sebagai ketua peneliti
b. Sebagai anggota peneliti
3. Penerjemahan/ penyaduran buku dan bahan–bahan lainnya di bidang
pelayanan keperawatan
a. Menerjemahkan/ menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di bidang
pelayanan keperawatan yang dipublikasikan dalam bentuk :
1) Buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional
39

2) Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang


b. Menerjemahkan/ menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di bidang
pelayanan keperawatan yang tidak dipublikasikan dalam bentuk :
1) Buku
2) Makalah
c. Membuat abstrak tulisan ilmiah di bidang pelayanan keperawatan yang dimuat
dalam penerbitan
4. Pembuatan buku pedoman/ ketentuan pelaksanaan/ ketentuan teknis di bidang
pelayanan keperawatan
a. Membuat buku pedoman di bidang pelayanan keperawatan
b. Membuat ketentuan pelaksanaan di bidang pelayanan keperawatan
c. Membuat ketentuan teknis di bidang pelayanan keperawatan
5. Pengembangan teknologi tepat guna di bidang pelayanan keperawatan
(lingkari salah satu)

Demikian pengajuan angka kredit pengembangan profesi, untuk menjadikan


periksa.

Surakarta, Mei 2022


Pemohon,

Tutik Hartiwiningsih, S.Kep.,Ns


NIP. 19730611 199803 2 001
Lampiran. 2

Form 2. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Tutik Hartiwiningsih, S.Kep.,Ns
Tempat / tanggal lahir : Sragen, 11 Juni 1973
Unit Kerja : RSUD Dr Moewardi
Alamat Kantor : Jln Kol.Sutarto 132 Surakarta
Alamat Rumah : Bener rt 26/VII, Bener, Ngrampal, Kab. Sragen.
No. Hp : 082136064245
Alamat Email : tutikhartiwiningsih@gmail.com
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah saya yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Pneumonia Di Ruang
Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi” bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya
orang lain. Apabila di kemudian hari diketemukan seluruh atau sebagian dari karya
ilmiah akhir tersebut terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima
sanksi sesuai peraturan perundang–undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dalam keaadaan sadar dan tanpa unsur paksaan dari
siapapun.

Surakarta, Mei 2022.


Yang membuat pernyataan

Tutik Hartiwiningsih, S.Kep.,Ns


NIP. 19730611 199803 2 001

40
Lampiran. 3

Form 3a. SELF ASSESMENT KARYA TULISI LMIAH OLEH PENULIS


JUDUL : Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Pneumonia Di Ruang
Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi
NO HAL HALAMAN
1. Apakah tata cara penulisan sesuai Pada semua halaman
2. Apakah sistematika penulisan sesuai Pada semua halaman
3. Apakah informasi pada latar belakang relevan dengan Halaman 1
topik yang ditulis dan didukung oleh data di RSDM
terkini
4. Apakah tujuan pada KTI spesifik untuk peningkatan Halaman 3
mutu pelayanan keperawatan di RSDM
5. Tinjauan pustaka sesuai dengan hasil identifikasi Halaman 1-22
masalah
6. Diskripsi KTI sesuai dengan fakta Halaman 1-22
7. Analisis permasalahan mencakup interpretasi dan Halaman 23
implikasi ilmiah dari hasil pengamatan
8. Apakah simpulan mampu merangkum seluruh isi Halaman 41
makalah
9. Apakah saran spesifik, aplikatif, feasible untuk bisa Halaman 41
diterapkan di RSUD Dr. Moewardi
10. Adakah referensi yang dilampirkan 10 tahun terakhir Daftar pustaka
11. Tidak ada unsure plagiat Pada semua halaman
12. Kulaifikasi (tupoksi) pengamat sesuai Pada semua halaman

Penulis

Tutik Hartiwiningsih, S.Kep.,Ns


NIP. 19730611 199803 2 001

41
Lampiran. 4

Form 4a: TELAAH KARYA TULIS ILMIAH OLEH


PENGEMBANGAN PROFESI
JUDUL : Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Pneumonia Di Ruang
Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi
NO HAL YA TIDAK
1. Apakah tata cara penulisan sesuai
2. Apakah sistematika penulisan sesuai
3 Apakah informasi pada latar belakang relevan
dengan topic yang ditulis dan didukung oleh
data di RSDM terkini
4 Apakah tujuan pada KTI spesifik untuk
peningkatan mutu pelayanan keperawatan di
RSDM
5 Tinjauan pustaka sesuai dengan hasil
identifikasi masalah
6 Diskripsi isi KTI sesuai dengan fakta
7 Analisis permasalahan mencakup interpretasi
dan implikasi ilmiah dari hasil pengamatan.
8 Apakah simpulan mampu merangkum
seluruh isi makalah
9 Apakah saran spesifik, aplikatif, feasible
untuk bisa diterapkan di RSUD Dr.
Moewardi
10 Adakah referensi yang dilampirkan 10 tahun
terakhir
11 Tidak ada unsure plagiat
12 Kualifikasi ( tupoksi) pengamat sesuai

DITERIMA
REKOMENDASI DIREVISI
DITOLAK

MATERI REVISI :

TIM PENILAI PENGEMBANGAN PROFESI

42
Lampiran. 5

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH


RSUD DR MOEWARDI
Jl. KolSoetarto 132 Telp. (0271) 634634 Fax. (0271) 637412
Surakarta 57126

HASIL PENILAIAN PENGEMBANGAN PROFESI


Nomor :
1 Identitas Pemohon
Nama Tutik Hartiwiningsih, S.Kep.,Ns
NIP 19730611 199803 2 001
Pangkat/golongan ruang/TMT Pembina/IVa
Jabatan Perawat Ahli Madya
Unit kerja RSUD Dr Moewardi
2 Jenis pengembangan profesi Karya Tulis Ilmiah

3 Judul Asuhan Keperawatan Pada An. A


Dengan Pneumonia Di Ruang
Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi
4 Pelaksanaan Penilaian
5 Hasil
6 Jumlah angka kredit

Demikian hasil penilaian dari tim penilaian pengembangan profesi untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya

Surakarta, Mei 2022


Tim Teknis Pengembangan Profesi
Koordinator

Ari Setiyajati,S.Kep,Ns.,M.Kes
NIP. 19660121 199603 1002

43

Anda mungkin juga menyukai