i
Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Pneumonia
Di Ruang Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi
Abstrak
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Pneumonia Di Ruang
Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi”.
Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu program
pengembangan profesi serta menumbuhkan minat menulis bagi perawat di
pelayanan. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak sulit bagi
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ivv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................. 4
A. Konsep Penyakit ....................................................................................... 4
B. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia ............................... 8
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................ 17
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 311
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 35
A. Kesimpulan ............................................................................................. 35
B. Saran ....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran. 1 : Hasil Penilaian Pengembangan Profesi ........................................ 38
Lampiran. 2 : Form 2. Pernyataan Bebas Plagiarisme ........................................ 40
Lampiran. 3 : Form 3a Self Assesment Karya Tulis Ilmiah oleh Penulis ............ 41
Lampiran. 4 : Form 4a: Telaah Karya Tulis Ilmiah Oleh Pengembangan
Profesi ......................................................................................... 42
Lampiran. 5 : Hasil Penilaian Pengembangan Profesi ....................................... 43.
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran umum mengenai Asuhan Keperawatan pada
An. A Dengan Pneumonia.
2. Tujuan Khusus
3
D. Manfaat Penulisan
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai
saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak
napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat
(cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah,
2017). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan
(paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme
lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan gas
setempat. Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru.
Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan
sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain).
Penyebab penumonia adalah infeksi bakteri, virus, maupun jamur.
Pneumonia mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan. Pada
kasus pneumonia, alveoli terisi nanah dan cairan menyebabkan kesulitan
penyerapan oksigen sehingga terjadi kesulitan bernapas (M. P. Sari &
Cahyati, 2019)
2. Tanda dan Gejala
Pneumonia Menurut (Biggers, 2019) Gejala pneumonia bisa ringan
hingga mengancam jiwa. Mereka dapat mencakup:
a. Batuk yang mengeluarkan dahak (lendir)
b. Demam
c. Berkeringat atau kedinginan
4
5
d. Sesak nafas yang terjadi saat melakukan aktivitas normal atau bahkan
saat istirahat
e. Nyeri dada yang semakin parah saat bernapas atau batuk
f. Perasaan lelah atau lelah
g. Kehilangan selera makan
h. Mual atau muntah
i. Sakit kepala
Gejala lain dapat bervariasi sesuai dengan usia dan kesehatan umum
Anda. Anak-anak di bawah usia 5 tahun mungkin mengalami napas cepat
atau mengi. Bayi mungkin tampak tidak menunjukkan gejala apa pun, tetapi
terkadang mereka mungkin muntah, kurang energi, atau kesulitan minum
atau makan. Orang tua mungkin memiliki gejala yang lebih ringan. Mereka
juga dapat menunjukkan kebingungan atau suhu tubuh yang lebih rendah
dari normal.
3. Patofisiologi
Pneumonia disebabkan karena bakteri yang masuk ke alveoli yang
mampu melewati mekanisme pertahanan tubuh anak, sehingga
menimbulkan peradangan. Proses peradangan menyebabkan parenkim paru
dipenuhi eksudat, sehingga saluran pernafasan akan terganggu dan
menyebabkan penurunan fungsi paru. Penumpukan sekret pada paru – paru
menyebabkan anak kesulitan melakukan proses pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida. Dampaknya anak dapat mengalami hipoksia (kekurangan
oksigen), terganggunya pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
menimbulkan oksigen yang ada di alveolus menjadi menurun dan terjadi
kekurangan oksigen pada tubuh, sehingga dapat menyebabkan anak menjadi
sianosis, dan jika dibiarkan terus – menerus akan berpotensi menimbulkan
kematian (Estyorini, H. 2021).
4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015), pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien dengan pneumonia yaitu :
a. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor,
bronchial), dapat juga meyatakan abses.
6
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) (RSDM,2017), diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan pneumonia adalah:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan ditandai dengan batuk tidak efektif.
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang
3. Kurang volume cairan b.d. Kegagalan mekanisme pengaturan tubuh(
buffer system).
4. Hipetermia b.d. proses penyakit.
5. Cemas b.d. Perubahan status kesehatan.
6. Intoleransi aktifitas b.d.kelemahan fisik.
7. Nyeri akut/ kronis b.d. proses inflamasi.
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
kriteria hasil
1. Bersihan Jalan Setelah Manajemen Jalan Nafas
Napas Tidak Efektif dilakukan Observasi
b.d Intervensi Monitor pola napas
Spasme jalan nafas keperawatan (frekuensi, kedalaman,
Hipersekresi jalan selama......... usaha nafas)
nafas bersihan jalan Monitor bunyi napas
Disfungsi nafas (L. 0002) tambahan (mis. Gurgling,
neuromuskuler meningkat mengi, wheezing, ronkhi
Benda asing dalam dengan kering)
jalan nafas Kriteria Monitor sputum (jumlah,
Adanya jalan nafas Hasil: warna, aroma)
buatan Batuk Efektif Terapeutik
Sekresi yang meningkat Pertahankan kepatenan
tertahan Produksi jalan napas dengan head-
Hiperplasia dinding sputum tilt dan chin-lift (jaw-thrust
jalan nafas menurun jika curiga trauma
Proses infeksi Dispnea servikal)
Respon alergi menurun Posisikan semi-fowler atau
Proses infeksi Sianosis fowler
Efek agen menurun Berikan minum hangat
farmakologis (mis. Tidak ada Lakukan fisioterapi dada,
Anestesi) kesulitan jika perlu
Merokok aktif bicara Lakukan penghisapan
Merokok pasif Gelisah lendir kurang dari 15 detik
Terpajan polutan berkurang Lakukan hiperoksigenasi
d.d gejala dan Frekuensi sebelum penghisapan
tanda Mayor: nafas endotrakeal
Batuk tidak efektif membaik Keluarkan benda padat
Tidak mampu batuk dengan forsep McGill
11
BB : kg Monitor kekeringan,
IMT: rambut kusam, dan mudah
LLA: patah
Tanda vital : Monitor mual dan muntah
TD Monitor kadar albumin,
Nadi total protein, Hb, dan
RR kadar Hct
Hasil laborat Monitor pucat, kemerahan,
Lain-lain dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Kolaborasi
Pemberian obat-obatan
Pemeriksaan Laboratorium
Konsultasi
Lain-lain
Kurang volume Volume cairan Manajemen cairan
cairan b.d. adekuat setelah Monitor perubahan BB tiap
Kehilangan cairan dilakukan asuhan hari
berlebih keperawatan Ajak pasien/ keluarga
Intake kurang selama……x 24 mengidentifikasi penyebab
Kegagalan jam, Kriteria hasil kekurangan cairan
mekanisme : Pertahankan intake dan
pengaturan tubuh ( Balance cairan out put yang adekuat
buffer system) adekuat Pasang kateter urine jika
Turgor kulit perlu
Data Subyektif baik Monitor status hidrasi
Lemah Kulit dan (membrane mukosa,nadi
intake cairan membrane dan perubahan TD)
kurang dari mukosa lembab Monitor hasil laboratorium
kebutuhan Tidak mual dan yang terkait dengan cairan
Mual tidak muntah (peningkatan BUN,
Muntah Hasil laborat peningkatan Hematokrit,
normal peningkatan osmolaritas
Data Obyektif : (elektrolit) urin)
Turgor kulit kurang TD 100/70 - Monitor status
baik 120/80mmHg hemodinamik (CVP, MAP,
Urine > 0,5 -1 ml MAP 70 -100 PAP, PCWP)
/Kg BB/ jam mmHg Monitor tanda vital sesuai
Kulit dan membran HR 60 -100 kebutuhan
mukosa kering x/mnt Monitor tanda retensi/
Hasil pemeriksaan RR 16-20 overload cairan (cracles,
laborat x/mnt edema, JVP,ascites)
Tanda vital Suhu 36,5 – Pasang IV line dan berikan
Lain-lain 37,50C cairan sesuai kebutuhan
Berikan produk darah/
transfuse sesuai
kebutuhan
Monitor kadar elektrolit
13
Edukasi tentang
pentingnya kecukupan
cairan
Kolaborasi
Pemberian obat-obatan.
Pemeriksaan Laboratorium
Konsultasi
Lain-lain
Kolaborasi
Pemberian obat-obatan
Pemeriksaan Laboratorium
Konsultasi
Lain-lain
Cemas b.d. Cemas teratasi Penurunan kecemasan
Perubahan status setelah dilakukan Gunakan pendekatan yang
kesehatan asuhan menenangkan
Stres keperawatan Jelaskan semua prosedur
Situasional selama ......X24 tindakan yang akan
Perubahan peran jam dilakukan dan evaluasi
Kurang Dengan Kriteria sesudah tindakan
pengetahuan hasil : Temani pasien untuk
Tanda vital memberikan keamanan
Data Subyektif dalam batas dan mengurangi takut
Merasakan khawatir normal Berikan informasi faktual
TD 100/70 - mengenai diagnosis,
Data Obyektif : 120/80 tindakan
Ditandai dengan mmHg Dorong keluarga untuk
Gelisah MAP 70 - menemani anak
Insomnia 100 mmHg Lakukan back / neck rub
Resah HR 60 -100 Dengarkan dengan penuh
Ketakutan x/mnt perhatian
14
Kolaborasi
Pemberian obat-obatan
Konsultasi Lain-lain
Intoleransi aktifitas Pasien toleransi Terapi Aktifitas
b.d. terhadap Kaji ulang tanda dan
Kelemahan fisik aktifitas setelah gejala yang tidak toleran
Bedrest dilakukan asuhan terhadap aktifitas
Penurunan perfusi keperawatan Kaji adanya sesak nafas
jaringan selama……x 24 dan nyeri dada setelah
jam, Kriteria hasil beraktifitas
Data Subyektif : Batasi aktifitas saat nyeri
Sesak napas saat Tak ada dan sesak nafas
mobilitas keluhan saat Bantu menentukan level
Palpitasi aktifitas aktifitas sesuai dengan
Pusing/ sinkope Tak ada kondisi klien
Nyeri dada saat cianosis, akral Tingkatkan level aktifitas
mobilitas dingin saat secara bertahap
mobilitas Monitor kardiorespirasi
Data Obyektif : Tak ada terhadap aktifitas
Akral dingin saat perubahan Ajarkan tehnik
mobilitas tanda vital saat mengontrol, nyeri,
Cianosis mobilitas pernafasan ketika
Perubahan tanda Mampu beraktifitas
vital saat mobilitas aktifitas secara Ciptakan lingkungan
Lemah bertahap tenang dan aman selama
Tanda vital aktifitas
Lain-lain Berikan reinforcement
positif terhadap aktifitas
yang dilakukan pasien
Monitor respon emosi,
fisik, social dan spiritual
terhadap aktifitas yang
dilakukan
Edukasi tentang level
aktifitas yang boleh
dilakukan
Manajemen energi
15
Kolaborasi
Pemberian obat-obatan
Konsultasi
Lain-lain
A. Pengkajian
I. Identitas
a. Identitas Klien
Nama Klien : An. A
TTL : 1 Oktober 2021
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Belum sekolah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bahasa sehari-hari : Indonesia, jawa
Gol. Darah :O
TB/BB : 63 cm/ 9 kg
Alamat : Pacitan
Tanggal masuk : 25 April 2022
Tanggal pengkajian : 26 April 2022
17
18
5. Genogram
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum
meningkat
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
D. Rencana Keperawatan
Tgl, Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan
jam Keperawatan Keperawatan
Selasa, Bersihan Jalan Setelah Manajemen Jalan
26 Napas Tidak dilakukan Nafas
April Efektif b.d Intervensi Observasi
2022 Sekresi yang keperawatan Monitor pola napas
tertahan selama 3x 24 (frekuensi,
d.d gejala dan jam bersihan kedalaman, usaha
tanda Mayor: jalan nafas (L. nafas)
Batuk tidak 0002) Monitor bunyi
efektif meningkat napas tambahan
Sputum berlebih dengan (mis. Gurgling,
Mengi, wheezing Kriteria Hasil: mengi, wheezing,
dan atau ronkhi Batuk Efektif ronkhi kering)
kering meningkat Monitor sputum
Minor: Produksi (jumlah, warna,
Dispnea sputum aroma)
gelisah menurun Terapeutik
sianosis Dispnea Posisikan semi-
bunyi nafas menurun fowler atau fowler
menurun Sianosis Berikan minum
frekuensi nafas menurun hangat
berubah Gelisah Lakukan fisioterapi
pola nafas berkurang dada, jika perlu
berubah Frekuensi Berikan oksigen,
nafas jika perlu
membaik Edukasi
Pola nafas Ajarkan teknik
membaik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pemantauan
Respirasi
Observasi
26
Monitor frekuensi,
irama, kedalaman
dan upaya nafas
Monitor adanya
sumbatan jalan
nafas
Auskultasi bunyi
nafas
Monitor saturasi
oksigen
Monitor hasil x-ray
thoraks
Terapeutik
Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
Selasa, Hipertermi b.d Setelah dilakukan Manajemen
26 Proses penyakit intervensi Hipertermia
April (infeksi. kanker) keperawatan
Observasi
2022 dd. gejala & selama 3 x 24 jam
tanda maka Identifikasi penyebab
Mayor : termoregulasi hipertermi (mis
Suhu tubuh (L.0072) membaik, dehidrasi, terpapar
diatas suhu dengan lingkungan panas,
normal Kriteria Hasil : penggunaan
Minor : Suhu tubuh inkubator)
Kulit merah membaik Monitor suhu tubuh
Takikardi Takikardi Terapeutik
Takipnea membaik Sediakan lingkungan
Kulit terasa Takipnea yang dingin
hangat membaik Longgarkan atau
Suhu kulit lepaskan pakaian
membaik Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
Lakukan pendinginan
eksternal (mis.
selimut hipertermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
Anjurkan tirah baring
Berikan oksigen bila
perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intra vena, jika perlu
27
E. Implementasi
F. Evaluasi
Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan
praktek yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus asuhan
keperawatan pada An. A. Penulis juga akan membahas kesulitan yang di
temukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap An..A, dalam
penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan yang
meliputi pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian
sebagai berikut:
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 April 2022, pukul 08.00 Wib.
Pada diagnose bersihan jalan nafas tidak efektif didapatkan Nadi : 110 x/menit
,Suhu: 38o C ,RR: 30 x/menit , sputum berlebih , SPO2 96%, N: 110x/menit
, Pernafasan : frekuensi 30x/menit, reguler, pengembangan dada sama kanan
dan kiri, Taktil premitus: paru kanan sama dengan paru kiri, Perkusi
sonor,Auskultasi ronchi, Pada tinjauan teori, pengkajian didapatkan tanda-
tanda adanya ronci, sputum yang banyak.
Untuk diagnose hipertermia, didapatkan tanda-tanda pasien
mengalami demam, Suhu: 38o C kulit terasa hangat, memerah, batuk, dahak
susah keluar, sedangkan pada teori tanda-tanda pasien mengalami hipertermia
juga sama.
Pada diagnose cemas, untuk pengkajian didapatkan ibu kelihatan
gelisah, sering menanyakan kondisi anak. ibu mengatakan anak sering rewel,
menangis. Anak kelihatan gelisah dan rewel. Sedangkan pada tinjaun teori
didapatkan tanda secara verbal menunjukkan kecemasan, dan secara obyektif
didapatkan kenaikan tanda vital, HR, tekanan darah atau RR. Dalam tinjuan
kasus anak mengalami Hr meningkat 101x/menit, RR 30x/menit. Anak
kelihatan gelisah. Hal tersebut rancu, apakah tanda vital naik karena proses
infeksi atau karena kegelisahan. Tetapi ada tanda subyek yang menyatakan
ibu mengalami kecemasan, sehingga penulis mengangkat diagnose cemas.
31
32
B. Diagnosa
Ada 7 diagnosa keperawatan pada teori, yaitu: Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai dengan batuk
tidak efektif.Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang.
Kurang volume cairan b.d. Kegagalan mekanisme pengaturan tubuh( buffer
system). Hipetermia b.d. proses penyakit. Cemas b.d. Perubahan status
kesehatan.Intoleransi aktifitas b.d.kelemahan fisik. Nyeri akut/ kronis b.d.
proses inflamasi, sedangkan dari tinjauan kasus terdapat 3 diagnosa yaitu
antara lain Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sputum meningkat. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya nafas. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Berikut pembahasan diagnosa yang muncul sesuai teori pada kasus
pasien An. A:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum
meningkat
Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor yang mendukung
yaitu pengungkapan tentang batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing dan atau ronkhi kering . Alasan diagnose tersebut
diangkat karena saat pengkajian didapatkan data subjektif yaitu keluarga
pasien mengatakan anak batuk, sesak nafas, dahak susah keluar, anak rewel.
Data objektif: keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, batuk,
dahak susah keluar, ronchi, rr:30 x/ menit, hasil rontgen: pneumonia,
sputum berlebih, gelisah. Diagnosa tersebut penulis prioritaskan karena
keluhan tersebut utama yang harus ditangani dulu, karena merupakan
penyebab masalah yang lainnya.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Diagnosa ketiga ditegakkan adalah hipertemi berhubungan dengan
proses penyakit. Adapun tanda pasien hipertermi adalah Keluarga pasien
mengatakan anak demam, minum ASI kurang, suhu naik turun, suhu: 38,6,
badan teraba hangat, memerah.
3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
33
Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor yang mendukung yaitu
Keluarga pasien mengatakan anak rewel selalu minta digendong, anak
tampak sesak, terpasang 02 2L/menit, pola nafas cepat. Anak terpasang o2
nasal, RR 30x/mnt, Anak kelihatan gelisah, Anak kelihatan rewel, Anak
pernah dirawat di Melati 2 RSUD Dr Moewardi, Ibu tampak gelisah.
Diagnosa ini merupakan prioritas ketiga setelah hipertermia. Diharapkan
setelah diagnose pertama dan kedua diatasi, maka diagnose ketiga juga ikut
teratasi.
C. Intervensi
Rencana keperawatan dalam asuhan keperawatan pada An A pada
diagnose pertama adalah manajemen jalan nafas, dengan memonitor pola
nafas, frekuensi, bunyi tambahan, monitor sputum, berikan posisi semi fowler,
lakukan fisioterapi dada dan berikan oksigenasi yang adekuat. Selanjutnya
perawat melakukan edukasi untuk mengajari batuk efektif, berikan terapi
bronkodilator dan anti biotik. intervensi antara teori dengan kasus sudah sesuai,
hanya saja ada perbedaan tentang pertahankan kepatenan jalan nafas, dalam hal
ini pasien sadar sehingga kepatenan jalan nafas tidak dilakukan.
Untuk intervensi pada diagnose kedua Intervensi yang dilakukan dalam
teori meliputi management hipertermia antara lain observasi hipertermi,
Identifkasi penyebab hipertermi, monitor suhu tubuh, monitor haluaran urine,.
untuk tindakan keperawatan adalah lakukan pendinginan suhu tubuh dengan
cara ciptakan lingkungan yang dingin, longgarkan pakaian, kompres, untuk
tindakan edukasi anjurkan tirah baring. lakukan management hipertermi,
observasi hipertermi, pemberian terapi cairan intra memonitor suhu tubuh.
Untuk intervensi antara teori dengan kasus tidak ada perbedaan.
Sedangkan intervensi untuk diagnose ke tiga yaitu jelaskan kepada
keluarga pasien setiap prosedur tinakan yang akan dilakukan, dan libatkan
pasien untuk berkomunikasi. Ajarkan relaksasi nafas dalam kepada keluarga
pasien jika mengalami kecemsan secara tiba-tiba, untuk intervensi antara teori
dengan kasus tidak ada perbedaan.
34
D. Implementasi.
Implementasi yang dilakukan perawat selama memberikan asuhan
keperawatan pada An.A dengan pneumonia adalah untuk mengatasi
bersihan jalan nafas, penulis menganjurkan untuk minum air hangat cukup,
mengajari batuk efektif, melakukan fisioterapi dada, memberi nebulizer,
dan memberi terapi antibiotic dan mukolitik sesuai program dokter.
Untuk implementasi diagnose yang kedua, perawat melakukan
management hipertermi, melonggarkan baju pasien, melakukan kompres,
dan menganjurkan minum yang banyak.
Sedangkan implementasi pada diagnose ketiga, perawat
menganjurkan keluarga pasien untuk melakukan relaksasi nafas dalam. Dan
perawat menjelaskan semua tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
E. Evaluasi
Dalam evaluasi dan rencana tindakan yang dilakukan selama 3 x 24
jam hasilnya adalah untuk diagnose bersihan jalan nafas ditandai dengan
data subyektif : keluarga mengatakan An.A sesek dan batuk mulai
berkurang, data obyektive, Sesek berkurang, Sudah tidak rewel, Sputum
keluar, Ronchi berkurang, RR: 23x/menit, masalah teratasi sebagian,
sehingga perlu tindak lanjut intervensi yaitu monitoring jalan nafas,
pemberian intake cairan yang adekuat, pemberian mukolitik.dan
bronkodilator.
Untuk evaluasi diagnose hipertermia didapatkan data subyektive,
keluarga psien menyatakan demam sudah menurun, suhu: 36,9, Nadi
110x/menit, badan sudah tidak panas, Untuk planning intervensi
dihentikan karena anak sudah tidak panas, tetapi perlu dipertahankan input
cairan yang adekuat dan terapi antibiotic.
Sedangkan untuk evaluasi diagnose yang ketiga, yaitu cemas
didapatkan data subyektive: Ibu pasien menyatakan anak sudah berkurang
rewelnya, data oyektiveAnak tampak tenang, Anak kooperatif dengan
mainannya,Ibu kelihatan tenang, unatuk rencana lebih lanjut intervensi
dihentikan karena cemas sudah teratasi.
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Untuk keperawatan
Diharapkan perawat mampu memahami konsep dan melakukan Asuhan
Perawatan pada pasien pneumonia diantaranya memahami pengertian,
indikasi, kontra indikasi, komplikasi, dan patofisiologipneumonia ,
2. Untuk pasien
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Artawan, Purniti PS, Sidiartha IGL. Hubungan antara Status Nutrisi dengan
Derajat Keparahan Pneumonia pada Pasien Anak di RSUP Sanglah. Sari
Pediatri. 2016;17(6).
Titus, D., & Kupang, U. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. A.D Dengan
Pneumonia Di Ruang Cendana Rumah Sakit Bhayangkara Drs. Titus Ully
Kupang.
UNICEF (2016). Undernutrition contributes to nearly half of all deaths in children
under 5 and is widespread in Asia and Africa. UNICEF.
https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/# - diakses September
2017.
WHO. Pneumonia. Diakses tanggal 13 Desember 2018 dalam
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia . 2016
38
Lampiran. 1
40
Lampiran. 3
Penulis
41
Lampiran. 4
DITERIMA
REKOMENDASI DIREVISI
DITOLAK
MATERI REVISI :
42
Lampiran. 5
Demikian hasil penilaian dari tim penilaian pengembangan profesi untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya
Ari Setiyajati,S.Kep,Ns.,M.Kes
NIP. 19660121 199603 1002
43