PATOFISIOLOGI KEBIDANAN
NIM : 1910104097
KELAS : D2
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Gangguan Menstruasi”.
Saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas dukungan
dan bantuannya, saya hanya dapat membalas dengan do’a semoga Allah SWT.
Senantiasa memberikan segala berkat dan karunia-Nya yang melimpah.
Waalaikumsalam Wr.Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
A. KESIMPULAN…………………………………………………….
B. SARAN…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat beragam gejala gangguan haid PMS yang bisa diamati, antara lain:
Perut melilit.
Nyeri punggung.
Payudara mengencang.
Sakit kepala
Mudah lelah.
Mudah lapar.
Konstipasi.
Gelisah.
Kram perut.
Diare.
Absen Menstruasi.
Selain PMS, ada pula gejala gangguan haid lainnya, yaitu absen menstruasi ketika seorang
wanita tidak mengalami menstruasi di periode waktu tertentu. Kondisi tersebut terjadi
akibat gangguan hormon atau permasalahan pada sistem reproduksi wanita.
Umumnya, faktor hormonal juga bisa memengaruhi siklus haid, sehingga menjadi
tidak teratur. Kemungkinan seorang wanita mengalami haid dalam waktu yang lebih cepat
meningkat bila wanita tersebut memiliki hormon estrogen dan progesterone yang
berlebihan. Sementara itu, jika faktor hormonal menjadi penyebab gangguan haid,
dipastikan bahwa wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan. Hal itu dapat diatasi
dengan suntikan untuk mempercepat pematangan sel telur.Gangguan menstruasi juga bisa
terjadi karena penyebab kelainan non-organ, di antaranya koagulopati, yaitu adanya
gangguan fungsi pembekuan darah yang menyebabkan darah sulit membeku. Hal yang
paling sering terjadi adalah penyakit Von Willebrand. Selain itu, disfungsi ovulasi juga
sering terjadi. Disfungsi ovulasi adalah terjadinya gangguan kesuburan yang dapat
menyebabkan gangguan hormon. Akibat gangguan hormon tersebut, perdarahan terjadi
dalam jumlah yang bervariasi dan dapat terjadi setiap saat. Manifestasi kelainan ini dapat
berupa perdarahan ringan (kemunculan flek), perdarahan banyak, maupun haid yang
jarang terjadi.
A. Amenoroe
B. Menoragie
Radang panggul, misalnya karena infeksi pada organ reproduksi, baik pada
rahim, indung telur, atau saluran telur.
Fibroid rahim, merupakan tumor jinak pada rahim.
Sindrom ovarium polikistik.
Endometriosis, yaitu kondisi ketika jaringan dari lapisan dinding rahim atau
endometrium tumbuh di luar rahim.
Adenomiosis, yaitu pertumbuhan jaringan endometrium ke dalam dinding
otot rahim.
Hipotiroidisme, kondisi di mana kelenjar tiroid tidak mampu memproduksi
hormon tiroid dalam jumlah yang cukup.
Polip serviks atau polip rahim, yaitu pertumbuhan jaringan tambahan pada
dinding serviks atau dinidng rahim.
Gangguan pada ovarium, yang dapat menyebabkan siklus hormon dan
proses ovulasi tidak terjadi sebagaimana mestinya.
Gangguan pembekuan darah, misalnya penyakit Von Willebrand.
Efek samping obat, seperti obat antiradang, obat hormon, antikoagulan,
dan penggunaan pil KB atau IUD (intrauterine contraceptive devices).
Kanker, seperti kanker rahim atau serviks.
C. Metrorargie
Metroragia paling sering terjadi ketika Ibu mengalami stres, memiliki kadar
tiroid yang rendah, ataupun hormon yang naik-turun yang bisa terjadi ketika Ibu mulai,
berhenti, atau lupa tidak mengonsumsi pil KB, koyo KB, atau suplemen lain yang
mengandung estrogen yang diresepkan dokter Ibu.
Karena gejala utama metroragia adalah waktu dan frekuensi menstruasi yang
tidak teratur, catatan siklus menstruasi (dengan menandai hari pertama dan hari terakhir
menstruasi Ibu di kalender selama beberapa bulan) akan membantu Ibu mempelajari apakah
siklus menstruasi Ibu tidak teratur atau hanya sedikit lebih pendek (atau lebih panjang)
rentangnya daripada 28 hari yang umumnya dimiliki para wanita. Hal ini juga bisa membantu
dokter Ibu untuk memberikan perawatan yang lebih tepat jika dibutuhkan. Jika menstruasi
yang tidak teratur mengganggu Ibu atau membuat Ibu sulit hamil, karena Ibu jadi tidak bisa
melacak siklus ovulasi Ibu, dokter mungkin akan menyarankan Ibu untuk mengikuti
pengobatan metroragia, misalnya dengan terapi hormon.
D. Disminoroe
Disminoroe merupakan istilah medis untuk menggambarkan rasa nyeri atau kram
di perut bagian bawah pada saat haid atau menstruasi. Pada beberapa wanita, disminoroe
hanya menyebabkan ketidaknyamanan. Tapi, beberapa kasus menunjukkan bahwa
kondisi ini dapat menghambat total aktivitas keseharian karena kuatnya rasa sakit yang
ditimbulkan. Gejala disminoroe biasanya diawali dengan rasa nyeri yang muncul pada
perut bagian bawah, kemudian menjalar ke punggung bagian bawah dan
tungkai. Munculnya rasa nyeri tadi biasanya disertai dengan rasa tertekan pada perut,
kram yang timbul-hilang, sakit kepala, mual yang terkadang disertai muntah, sering
buang air kecil, dan sembelit.
E. Menometrorargie
Menometroragia adalah suatu kondisi yang ditandai oleh perdarahan uterus yang
berat, abnormal, dan tidak teratur. Wanita dengan kondisi ini biasannya
memiliki pendarahan lebih dari 80 ml, atau 3 ons, selama siklus menstruasi. Pendarahan
juga tidak terduga dan sering terjadi di luar siklus menstruasi. Menometrorrhagia
sebenarnya merupakan kombinasi dari dua gangguan menstruasi, yaitu: Menorrhagia,
yang merupakan perdarahan uterus berat yang terjadi secara berkala dan Metrorrhagia,
F. Oligomenstruasi
jika berhentinya siklus haid berlangsung lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut dikenal
hormon tersebut menyebabkan lamanya siklus haid normal menjadi memanjang, sehingga
haid menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah
G. Polimenstruasi (Polimenorea)
Ketika seorang wanita mengalami siklus haid yang lebih sering (siklus haid yang
lebih singkat dari 21 hari), hal ini dikenal dengan istilah polimenorea. Wanita dengan
polimenorea akan mengalami haid hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola
yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.
Polimenorea harus dapat dibedakan dari metroragia. Metroragia merupakan suatu perdarahan
iregular yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu
yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit. Penyebab timbulnya haid
yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan kekhawatiran pada wanita yang
mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal
pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi
(pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu
siklus haid normal sehingga didapatkan haid yang lebih sering.
Berat badan. Berat badan yang tidak normal, baik kelebihan atau kekurangan, sama-sama
meningkatkan resiko amenorrhea atau dysmenorrhea.
Stres. Baik emosional maupun fisik, stres dapat menghalangi hormon LH (luteinizing
Hormone) untuk lepas dari tubuh. Hal tersebut dapat
menyebabkan amenorrhea sementara.
Siklus dan aliran menstruasi. Siklus menstruasi yang lebih panjang atau lebih berat
umumnya, berkaitan dengan rasa nyeri dan kram.
Untuk menentukan diagnosis gangguan menstruasi, dokter akan menanyakan apakah ada
gejala yang sesuai dengan klasifikasi tadi. Selain itu, dokter mungkin juga akan melakukan
pemeriksaan panggul untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya peradangan di vagina
maupun serviks. Dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan pap smear untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya kanker. Pemeriksaan lain yang mungkin saja dilakukan
adalah USG, biopsi endometrium, ataupun histeroskopi.
Keganasan Endometrium
Sekitar 1-2 persen wanita dengan menstruasi anovulasi yang tidak ditatalaksana
dengan baik dapat mengalami kanker endometrium.
Infertilitas
Infertilitas sering berhubungan dengan kejadian anovulasi kronis, dan dengan atau
tanpa adanya produksi androgen berlebih. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik
(SOPK), obesitas, hipertensi kronis, dan diabetes melitus tipe 2 sering kali memiliki
resiko terjadinya infertilitas.
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu mengatasi
gangguan menstruasi:
Pengaturan pola makan dimulai sekitar 14 hari sebelum haid dapat membantu
sebagian orang dengan gangguan ringan menstruasi, seperti kram. Petunjuk umum diet
sehat untuk semua orang, termasuk mengonsumsi makanan gandum utuh, buah dan
sayuran segar, menghindari lemak jenuh, serta makanan cepat saji. Selain itu, membatasi
konsumsi garam (sodium) dapat membantu mengurangi kembung maupun membatasi
asupan kafein, gula, dan alkohol juga dapat bermanfaat.
Rasa hangat. Nyeri dan kram akibat haid bisa dikurangi dengan berendam pada air
hangat atau menempelkan kompres hangat pada bagian abdomen.
9. Contoh Kasus
1. Kesimpulan