Anda di halaman 1dari 18

KEGAWATDARURATAN DALAM KEBIDANAN

“HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN”

DISUSUN OLEH

YULIANDARY YUNUS
1810104330

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit hipertensi merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas maternal


dan janin atau neonatus.Penyakit ini sering dijumpai dan masih merupakan salah satu
kematian ibu.Kehamilan dengan hipertensi ialah keadaan hipertensi yang diimbas oleh
kehamilan.Istilah ini diadopsi oleh “The American College of Obstetrician and
Gynecologist” untuk mengganti istilah preeklampsia dan eklampsia. Sindrom ini terdiri
atas trias: yaitu hipertensi, proteinuria, dan edema. Hipertensi jenis ini lazim menjangkiti
primigravida (kehamilan minggu XX) berusia antara 20-35 tahun yang berasal dari lapisan
social ekonomi tingkat bawah, dan menderita malnutrisi.Badan Kesehatan dunia
memperkirakan ada 8% (eklamsia) dan 4% (hipertensi) dari 21 kasus penyebab kematian
(selain abortus) yang ada.

Seorang wanita hamil boleh dicurigai menderita hipertensi kehamilan, jika yang
bersangkutan sering mengeluh pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut
bagian atas (ulu hati), nafsu makan lenyap, rasa mual, dan muntah.Tanda yang mudah
diperiksa alah pertambahan berat badan secara progresif (3kg tiap minggu). Sehingga perlu
adanya penyusunan menu dan trik khusus untuk menanggulangi masalah tersebut seperti
Diet Rendah Garam karena nutrisi mempunyai peranan penting dalam upaya pencegahan
dan penyembuhan hipertensi maupun komplikasi lain saat kehamilan.

Ganguan hipertensi yang menjadi penyulit dalam kehamilan sering dijumpai dan
termasuk salah satu diantara 3 trias yang mematikan bersama dengan perdarahan dan
infeksi yang banyak menimbulkan mortalitas dan morbiditas ibu karena kehamilan. Semua
orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan
hanya 61% medikasi.dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai
target darah yang optimal.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hipertensi dalam kehamilan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi hipertensi dalam kehamilan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui klasifiksi penyakit hipertensi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui Diagnosis Hipertensi Dalam Kehamilan
5. Mahasiswa dapat mengetahui cara pencegahan penyakit hipertensi dalam
kehamilan.
6. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan pendidikan pasien
dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya tekanan yang
berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis
(dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian.
Seseorang dikatakan mendetita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan
darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg.

Hipertensi yaitu peningkatan tekanan sistolik sekurang- kurangnya 30 mmHg atau


peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik
sekurang-kurangnya 140 mmHg dan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mmHg.
Hipertensi juga dapat ditentukan dengan tekanan arteri rata-rata 105 mm Hg atau
lebihatau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih nilai-nilai yang disebutkan diatas harus
bermanifesti sekurang-kurangnya dua kesempatan dengan perbedaan waktu 6 jam atau
lebih dan harus didasarkan pada nilai tekanan darah sebelumnya yang diketahui.

Hipertensi karena kehamilan yaitu : hipertensi yang terjadi karena atau pada saat
kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri biasanya terjadi pada usia kehamilan
memasuki 20 minggu.

Hipertensi kehamilan berkembangnya hipertensi selama kehamilan atau 24 jam


pertama postpartum pada seseorang yang sebelumnya normotensi. Tak ada petunjuk-
petunjuk lain dari pre-eklamsia atau penyakit vaskuler hipertensi.Teknan darah kembali
dalam batas normal dalm sepuluh hari setelah persalinan. Beberapa pasien dengan
hipertensi kehamilan sebenarnya mungkin mengidap preeklamsia atau penyakit vaskuler
hipertensi, tetapi mereka tidak mempunyai criteria untuk diagnosis ini.

Proteinuria yaitu adanya protein dalam urine dalam jumlah lebih besar dari 0,3 g per
liter urine 24 jam atau dalam konsentrasi lebih besar dari 1 gram per liter (1+ sampai 2+
dengan metode turbidimetrik standard) pada kumpulan urine sacara acak pada dua atau
lebih kesempatan sekurang-kurangnya dengan beda waktu 6 jam. Contoh urin harus
bersih—sebaiknya urine midstream atau yang diambil melalui kateter.

Edema yaitu akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam jaringan
umumnya ditampakan dengan adanya pembengkakan ekstremitas dan bawah.

Pre-eklamsia yaitu berkembangnya hipertensi dengan pre-eklamsia atau edema atau


keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan yang
sekarang. Biasanya keadaan ini timbul setelah usia kehamilan 20 minggu tetapi dapat
pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakkit trofoblastik. Pre-eklamsia
merupakan gangguan yang terutama terjadi pada primigravida.

Eklamsia yaitu terjadinya satu atau beberapa kejang yang bukan diakibatkan oleh
keadaan serebral lain seperti epilepsi, atau perdarahan otak pada pasien dengan pre-
eklamsia.

Pre-eklamsia atau eklamsia penyerta: berkembangnya pre-eklamsia atau eklamsia


pada pasien dengan penyakit vascular hipertensi kronik atau penyakit ginjal. Bila
hipertensi mendahului kehamilan , seperti yang diperlibatkan oleh catatan tekanan darah
sebelumnya, suatu peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg atau peningkatan tekanan
diastolic 15 mmHg dan berkembangnya proteinuria, edema atau keduanya harus terjadi
selama kehamilan untuk menetapkan diagnostik. (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan
Obstetri dan Ginekologi. Hal : 236)

Gambaran klinis dapat dijabarkan sebagai berikut;

1. Hipertensi
 Kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 30 mmHg atau 15 mmHg.
 Tekanan darah 140 /90 atau 160 /110 yang diambil selang waktu 6 jam.
2. Odema
 Merupakan timbunan cairan tubuh yang tampak atau tidak tampak.
 Perhitungan kenaikan BB melebihi tiga per empat -1 kg/minggu dianggap
patologis.
 Odema dijumpai di tibia ,muka, atau tangan bahkan seluruh tubuh.
3. Proteinuria
 Proteinuria menunjukkan komplikasi lanjut, dengan kerusakan ginjal
sehingga beberapa protein lolos dalam urin.
 Normal terdapat sejumlah protein dalam urin, tetapi tidak melebihi 0,3 gr
dalam 24 jam. Proteinuria menunjukkan komplikasi hipertensi dalam
kehamilan lebih lanjut sehingga memerlukan perhatian yang serius.
4. Kejang (konvulsi)

Kejang menunjukkan kelanjutan komplikasi menjadi eklampsia yang


menyebabkan terjadi AKI tinggi dan dapat diikuti AKB yang tinggi.Kejang atau
konvulsi menunjukkan telah terjadi kemungkinan perdarahan nekrosis dan Odema.

5. Koma

Kelanjutan kejang dapat diikuti koma, sebagai manifestasi dari acut vascular
accident (AVA)yang menimbulkan perdarahan nekrosis hingga terjadi koma.

Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu satu sebab
dari kematian ibu. Di U.S.A, misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit
ini. Hipertensi dalam kehamilan menjadi juga penyebab yang penting dari
kelahiran mati dan kematian neonatal Kematian bayi ini terutama disebabkan
partus prematurus yang merupakan akibat dari penyakit hipertensi.

B. Etiologi

Keturunan/genetik, obesitas, stress, rokok, pola makan yang salah, emosioal, wanita
yang mengandung bayi kembar, ketidak sesuaian RH, sakit ginjal, hiper/hypothyroid,
koarktasi aorta, gangguan kelenjar adrenal, gangguan kelenjar parathyroid.

Teori yang dianggap dapat menjelaskan etiologi dan patofisiologi PE harus dapat
menjelaskan kenyataan bahwa HDK seringkali terjadi pada :

1) Mereka yang terpapar pada villi chorialis untuk pertama kalinya ( pada
nulipara )
2) Mereka yang terpapar dengan villi chorialis yang berlimpah ( pada kehamilan
kembar atau mola )
3) Mereka yang sudah menderita penyakit vaskular sebelum kehamilan.
4) Penderita dengan predisposisi genetik Hipertensi .
faktor-faktor yang berpotensi sebagai etiologi :
 Invasi trofoblastik abnormal kedalam vasa uterina.
 Intoleransi imonologi antara maternal dengan jaringan feto-maternal .
 Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamasi
selama kehamilan.
 Defisiensi bahan makanan tertentu ( nutrisi ).
 Pengaruh genetik.
C. Manifestasi Klinis

Gejala yang biasanya timbul pada ibu yang mengalami hipertensi pada kehamilan
harus diwaspadai jika ibu megeluh : nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai
mual, muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium, penglihatan kabur, ayunan
langkah yang tidak mantap, nokturia, oadema dependem dan pembengkakan.

D. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan


1. Klasifikasi menurut American Committee and Maternal Welfare

Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan
ialah preeklamsi dan eklamsi. Diagnosa dibuat atas dasar hypertensi dengan
proteinuria atau kedua-duanya pada wanita hamil setelah minggu 20.

a) Hypertensi yang kronis Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum


kehamilan, penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari
kehamilanhypertensi dan ini tetap setelah kehamilan berakhir.
b) Pre-eklamsia dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis.
Pasien dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dalam
kehamilan dengan gejala-gejala hipertensi naik proteinuria odema dan
kelainan retina.
c) Transient hypertensi. Diagnosa dibuat kalau timbul hypertensi dalam
kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita yang tadinya
non-motensip dan yang hilang dalam 10 hari postpartum.
2. Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang berhubungan langsung dengan
kehamilan :
a) Preeklampsia
b) Eklampsia
3. Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang tidak berhubungan langsung
dengan kehamilan Hipertensi kronik
a) Pre eklampsia / eklampsia pada hipertensi kronik (superimposed)
b) Transien hipertension.
c) Hipertensi dalam kehamilan yang tidak dapat diklasifikasikan

Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah hipertensi yang menetap oleh sebab apapun
, yang ditemukan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang
menetap setelah 6 minggu pasca persalinan. Diagnosis hipertensi kronik menjadi sulit bila
wanita tersebut datang pada pertengahan masa kehamilannya.Ini disebabkan karena
kenaikan tekanan darah terjadi pada trimester kedua dan awal dari trimester ketiga dari
kehamilan baik pada wanita yang tekanan darahnya normal maupun yang menderita
hipertensi.

Faktor – faktor lain yang dapat membantu diagnosis antara lain multiparitas , factor
keturunan dan obesitas. Secara klinis hipertensi kronik kemungkinan ditemukan pada
pasien : berusia > 40 tahun , sudah menderita hipertensi sebelum hamil ini, tekanan darah
> 160/110 mmHg, biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala lain selain hipertensi, gejala
– gejala seperti kelainan jantung, arteriosklerosis, perdarahan otak dan penyakit ginjal baru
timbul setelah waktu yang lama dan penyakit terus berlanjut.

Bahaya yang dapat terjadi pada kehamilan dengan hipertensi kronis adalah resiko
terjadinya superimposed preeklampsia/eklampsia , yang dapat terjadi pada lebih dari 25%
wanita. Superimposed pre eklampsia/eklampsia adalah timbulnya pre eklamsi pada
hipertensi kronis. Disebut superimposed preeklampsia bila disertai dengan odema dan
proteinuria, namun bila disertai dengan kejang yang bukan akibat dari kelainan neurologik,
disebut superimposed eclampsia. Selain itu hipertensi kronis meningkatkan resiko
terjadinya insuifisiensi plasenta dan solusio plasenta dan janin bertumbuh kurang
sempurna : prematuritas dan dismaturitas. Angka kematian pada janin: 20%.

Penanganan hipertensi kronis pada kehamilan adalah istirahat yang cukup,


pemeriksaan antenatal yang teratur, menjaga penambahan berat badan dengan diet tinggi
protein dan rendah karbohidrat dan lemak. Ketenangan jiwa penderita sangat diperlukan,
yang dapat dicapai dengan pendekatan psikologis atau pemberian fenobarbital 3x30 mg.
Obat antihipertensi hanya diberikan bila tekanan darah diastolik > 90mmHg.

Bila terjadi superimposed preeklamsi/eklamsi maka diterapi seperti preeklamsi dan


eklamsi. Pengakhiran kehamilan dilakukan bila ada tanda-tanda hipertensi ganas (tekanan
darah 200/120 mmHg) atau janin mati dalam kandungan.Pengakhiran kehamilan dapat
secara pervaginam dengan memperpendek kala II atau secara abdominal dengan seksio
sesarea.

Menurut Saifuddin (2001:208-209), terjadi hipertensi dalam kehamilan dapat


dipengaruhi oleh beberapa keadaan yaitu lebih sering pada primigravida, patologi terjadi
akibat implitasi sehingga timbul iskemia plasenta yag diikuti sindrom inflamasi, resiko
meningkat pada masa plasenta besar Diabetes Melitus faktor herediter dan masalah
vaskuler.

Hipertensi di negara berkembang biasanya disebabkan gaya hidup modern yang


berdampak tidak sehat, seperti merokok, obesitas, fisik yang kurang beraktivitas, dan
stress psikososial. Tekanan darah yang tinggi inilah yang merupakan kunci faktor
patogenetik yang mempengaruhi penurunan fungsi ginjal. Jika sudah seperti itu, maka
penderita hipertensi akan menderita Penyakit ginjal kronik (Armilawati, 2007).

E. Diagnosis Hipertensi Dalam Kehamilan

Hipetensi dalam kehamilan mencakup hipertensi karena kehamilan dan hipertensi


kronik, nyeri kepala, penglihatan kabur sering berhubungan dengan hipertensi dalam
kehamilan.
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi
pada wanita yang :

a) Terpapar vili korialis untuk pertama kalinya


b) Terpapar vili korialis yang terdapat jumlah yang banyak seperti pada kehamilan
kembar atau mola hidatidosa
c) Mempunyai riwayat penyakit vaskuler
d) Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam
kehamilan.

Kemungkinan bahwa mekanisme imunologis di samping endokrin dan genetic turut


terlibat dalam proses terjadinya pre-ekklamsia dan masih menjadi masalah yang
mengundang perhatian. Resiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan di
mana pembentukan antibody penghambat terhadap tempat-tempat yang bersifat antigen
pada plasenta terganggu.

Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis dalam penanganan hipertensi


dalam kehamilan karena tekanan diastolik mengukur tahanan ferifer dan tidak dipengaruhi
oleh keadaan emosional Jika tekanan diastolik > 90 mmhg pada dua pemeriksaan berjarak
4 jam diagnosisnya adalah hipertensi tetapi pada keadaan urgen tekanan diastolik 110
mmhg dapat dipakai sebagai dasar diagnosis dengan jarak waktu pengukuran < 4 jam
(Saifuddin 2002).

F. Pencegahan dan Penanganan Hipertensi Dalam Kehamilan


1. Pencegahan Hipertensi Dalam Kehamilan

Menurut Murbawi (2003) tidak ada cara lain untuk mencegah hipertensi dalam
kehamilan selain dengan menjaga kehamilan dengan baik. Salah satu cara yaitu
dengan mengkonsumsi sayuran, buah segar yang bergizi dan menjalani pola hidup
sehat. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung sedikit garam, rendah lemak,
karbohidrat, istirahat dan menjaga makanan.Pemeriksaan kehamilan secara teratur
sangat berguna untuk memonitor kondisi ibu dan janin.

2. Penanganan Hipertensi Dalam Kehamilan


Prinsip umum : preeklamsia menetap hingga kehamilan berakhir. Sebagai
konsekuensinya , kelahiran janin dan plasenta merupakan pengobatan satu-satunya
. tujuan penatalaksanaan adalah :

a) Mencegah kejang dan komplikasi lainnya.


b) Melahirkan bayi hidup.
c) Melahirkan dengan trauma minimal terhadap ibu dan bayi.
d) Mencegah keadaan patologik yang tersisa.

Pasien-pasien dengan tekanan darah yang meningkat diatas 140/90 mm Hg


harus dirawat inapkan untuk evaluasi. Perencanaan kelahiran tergantung pada :

a) Umur kehamilan.
b) Beratnya proses penyakit.
c) Keadaan serviks.
 Pre-Eklamsi : bila aterm, kelahiran dianjurkan untuk mencegah komplikasi ibu
dan janin. Sebelum aterm, tirah baring dirumah sakit biasanya dianjurkan
sebagai usaha untuk mempertahankan pasien dalam pengawasan yang cermat.
Tekanan darah diperiksa 4x/ hari. berat badan, protein urin dan keluaran urin
diperiksa setiap hari. sebagai tambahan, jumlah trombosit, pengeluaran estriol,
nonstress test dan sonografi membantu evaluasi kesehatan ibu dan janin.
 Eklamsi : pasien dirawat inapkan dengan posisi tidur miring (rateral combent
position) untuk meningkatkan filtrasi glomerulus. Ttekanan darah, berat badan,
protein urin, masukan dan keluaran dipantau dengan ketat. Tes-tes diagnostik
dasar mengevaluasi beratnya proses penyakit dan keadaan janin.
 Terapi anti kejang : biasanya magnesium sulfat dinjurkan untuk mencegah
kejang terutama selama persalinan. Dosis awal 4 grm dilarutkan dalam 100
ml dekstrosa 5% dan diberikan intravena dalam waktu 10 sampai 30 menit.
Kemudian diikuti dengan 1 sampai 2 g perjam dalam infuse intravena yang
diencerkan. Efek terapi magnesium sulfat dapat diperiksa secara klinis dengan
aktifitas reflex patella. Reflex dan klonus kaki yang hiperaktif memberi kesan
kebutuhan pengobatan yang meningkat . tidak adanya reflex menunjukan
bahwa kecepatan infuse harus dilambatkan atau dihentikan, karena hilangnya
reflek patella merupakan tanda pertama dari keracunan magnesium. Aliran
urin dan pernafasan harus dipantau secara ketat.

Komplikasi-komplikasi maternal meliputi eklamsia, solution plasenta, gagal ginjal,


nekrosis hepar, rupture hepar, DIK, anemia hemolitik mikroanglopatik, perdarahan otak,
edema paru dan pelepasan retina.

Komplikasi-komplikasi janin meliputi prematuritas,insufiensi utero-plasental, retardasi


pertumbuhan intrauterine dan kematian janin intrauterine.
BAB III

ANALISIS JURNAL

Jurnal yang di ambil penulis yaitu membahas tentang factor-faktor yang berhubungan
dengan hipertensi dalam kehamilan trimester III.Hipertensi pada kehamilan merupakan
salah satu kondisi medis yang sering kali muncul selama kehamilan dan dapat
menimbulkan komplikasi 2-3% pada kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan dapat
menyebabkan morbiditas pada ibu dan morbiditas pada janin.Preeklamsia adalah sindrom
yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang baru muncul di trimester kedua
kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal.Asupan kalsium yang rendah
menyebabkan peningkatan tekanan darah tinggi dengan merangsang pelepasan hormone
paratiroid dan atau renin yang mengarah terjadinya peningkatan konsentrasi kalsium intra
seluler dalam vaskuler sel otot polos dan mengakibatkan vasokonstriksi.Peranan suplemen
kalsium dalam menurunkan gangguan hipertensi dalam kehamilan adalah dengan
menurunkan pelepasan kalsium paratiroid dan konsentrasi kalsium intraseluler, akhirnya
terjadi penurunan kontraksi otot polos dan peningkatan vasodilatasi.

Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan awitan hipertensi yang baru terjadi di trimester kedua kehamilan
yang pulih di periode postnatal (sama dengan proteinuria gestasional). Gambaran klinis
mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau tangan, peningkatan tekanan
darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Pada preeklamsia ringan, gejala subjektif belum
dijumpai, tetapi pada preeklamsia berat diikuti keluhan subjektif berupa sakit kepala
terutama daerah frontalis, rasa nyeri di daerah epigastrum, gangguan mata, penglihatan
menjadi kabur, terdapat mual sampai muntah, gangguan pernapasan sampai sianosis, dan
terjadi gangguan kesadaran. Dengan pengeluaran proteinuria, keadaan penyakit semakin
berat, karena terjadi gangguan fungsi ginjal.

Kejadian preeklamsia dan eklamsia sulit dicegah, tetapi diagnosis dini sangat
menentukan prognosa janin.Pengawasan hamil sangat penting karena preeklamsia berat
dan dan eklamsia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi, terutama di Negara
berkembang.Diagnosis ditetapkan dengan dua dari trias preeklamsia yaitu kenaikan berat
badan-edema, kenaikan tekanan darah, dan terdapat proteinuria.Wanita yang menderita
preeklamsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada kenaikan dalam tekanan
darahnya.Jika proteinuria terjadi, sedangkan tekanan darahnya normal, ini berarti
kemungkinan terjadi infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, atau kontaminasi pada
spesimen.Edema biasa terjadi pada kehamilan normal, sehingga edema bukanlah tanda
preeklamsia yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga mulai terjadi pada tangan dan /
atau wajah. Kadang-kadang edema tidak terlihat jelas pada pemeriksaan, tetapi
termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan mendadak (ini disebut occult
oedema atau edema samar).

Sementara factor-faktor yang mepengaruhi preeklamsia yaitu usia, dimana Hipertensi


dalam kehamilan paling sering mengenai wanita yang lebih tua, yaitu bertambahnya usia
menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis menghadapi risiko yang lebih besar
untuk menderita hipertensi karena kehamilan. Wanita hamil dengan usia kurang dari 20
tahun insiden preeklamsia-eklamsia lebih dari 3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih
dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten oleh karena itu semakin lanjut usia maka
kualitas sel telur sudah berkurang hingga berakibat juga menurunkan keturunan yang
dihasilkan, kemudian ibu primigravida memiliki resiko lebih besar dari ibu multigravida
karena primigravida yang menderita Preeklamsia dan melahirkan bayi dengan BBLR
sebanyak 51,9 %, dan yang tidak melahirkan bayi dengan BBLR sebanyak 40,9%. Uji Chi
Square menunjukan adanya hubungan antara Preeklamsia pada primigravida dengan
kejadian BBLR (p< 0,05), paritas, penyakit keturunan, diabetes, juga merupakan factor
yang dapat mempengaruhi hipertensi dalam kehamilan.

Untuk pencegahan preeklamsi sendiri yaitu Preeklamsia dan eklamsia merupakan


komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu,
pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka
kesakitan dan kematian.Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan
hamil yang teratur dengan memerhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah,
dan pemeriksaan urine untuk menentukan proteinuria.Dapat diberikan KIE tentang diet
makanan, istirahat yang cukup, rajin control kehamilan. Sedangkan penanganannya yaitu
dengan Jika kehamilan <37 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalan: Lakukan
pemantauan tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap minggu.Jika tekanan darah
meningkat, kelola sebagai preeclampsia. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi
pertumbuhan janin yang terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan.
Berikan anti konsulvan Magnesium sulfat ,obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif Diazepam, risiko terjadinya depresi
neonatal. Dosis awal (Alternatif I ) : MgSO4 4 g IV sebagai larutan 20% selama 10 menit.
Dosis Pemeliharaan :MgSO4 1 g / jam melalui infus NaCl/ Ringer Asetat/ Ringer Laktat
yang diberikan sampai 24 jam postpartum.
BAB IV

REKOMENDASI

Dari pembahasan di atas , penulis menyarankan beberapa hal yang harus bidan lakukan
dalam pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan yaitu:

1) Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan, termasuk
pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar.
2) Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari.
3) Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau berbaring dengan
posisi yang sama pada tiap kali pengukuran ( Letakkan tensimeter di tempat yang datar
setinggi jantung ibu hamil dan gunakan ukuran manset yang sesuai)
4) Catat tekanan darah
5) Jika tekanan darah diatas 140/90 mmhg atau peningkatan diastole 15 mmhg atau lebih
(sebelum 20 minggu),ulangi pengukuran tekanan darah dalam 1 jam.Bila tetap maka
berarti ada kenaikan tekanan darah.Periksa adanya edema terutama pada wajah atau
pada tungkai baeah /tulang kering atau daerah sacral.
6) Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urin terhadap albumin
pada setiap kali kunjungan.
7) Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika : Tekanan darah sangat tinggi, kenaikan
tekanan darah naik secara tiba- tiba,berkurangnya air seni( sedikit dan berwarna
gelap),edema berat yang timbul mendadak,khususnya pada wajah/daerah sacral
8) Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema sedangkan doker tidak mudah dicapai
maka pantaulah tekanan darah, periksa protein urin terhadap protinuria dan denyut
jantung janin dengan seksama pada keesokan harinya atau sesudah 6 jam istirahat.
9) Jika tekanan darah tetep naik ,rujuk untuk pemeriksaan lanjutan walaupun tidak edema
atau proteinuria.
10) Jika tekanan darah kembali normal atau kenaikannya kurang dari 15 mmhg:
 Beri informasi atau penjelasan pada ibu hamil ,suami atau keluarga tentang tanda-tanda
eklamsia yang mengancam ,khususnya sakit kepala ,pandangan kabur, nyeri ulu hati
dan pembengkakan pada kaki/punggung/wajah.
 Jika tanda-tanda diatas ditemukan segera rujuk ke rumah sakit
11) Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.
12) Catat semua temuan pada KMS ibu hamil / buku KIA.
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah.2010.Asuhan kebidanan 4 Patologi. Jakarta: TimKapita Selekta.


Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Bothamley, Judy. 2011. Patofisologis Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika

Sibai, MD. Evaluation and management of severe preeclampsia before 34 weeks gestation,
SMFM in American Journal of Obstetrics and Gynecology.2014 5.

Magdalena Grundmann, Alexander Woywodt, Torsten Kirsch et al. Circulating endothelial


cells: a marker of vascular damage in patients with preeclampsia. AJOG. 2008. Volume 198,
Issue 3, Pages 317. e1-317. e5

Anda mungkin juga menyukai