Anda di halaman 1dari 15

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MUCOCELE
2.1.1. DEFINISI
Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan
oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di
sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Paling
sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi juga di
mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele jarang terjadi pada bibir
atas, palatum (langit-langit) lunak.
2.1.2 ANATOMI KELENJAR SALIVA
Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan penting
dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva merupakan
organ yang terbentuk dari sel-sel khusus yang mensekresi saliva ke dalam rongga
mulut. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental
yang mengandung mukus. Menurut struktur anatomis dan letaknya,kelenjar
saliva dapat dibagi dalam dua kelompok besar yairu kelenjar saliva mayor
dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan saliva
yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya. Rangsangan ini dapat
berupa rangsangan mekanis (mastikasi), kimiawi (manis,asam, asin dan pahit),
neural, psikis (emosi dan stress), dan rangsangan sakit. Macam-macam kelenjar
ludah:

1.

Kelenjar saliva utama/mayor

Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya
disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva mayor
sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah makanan. Kelenjar
saliva mayor terdiri dari :

Kelenjar parotis
Terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula (antara prossesus
mastoideus dan ramus mandibula)

sekresi encer. Pada anak-anak masih mengandung kelenjar mucous. Saliva


terdiri dari 25% sekresi kelenjar parotisMengandung sejumlah besar enzim
antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.
Merupakan kelenjar serous pada manusia dewasa, kaya akan air

Merupakan kelenjar terbesar dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya


dengan berat 20-30 gram, panjang duktus 35-40 mm, dengan diameter 3 mm

Terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula meluas ke


lengkung zygomaticum di depan telinga dan mencapai dasar dari musculus
masseter

Duktus parotis yakni duktus Stensen yang berjalan menyilang permukaan otot
masseter. Duktus kelenjar ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada
vestibulum oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2
atas

Kelenjar Submandibularis Terletak di bawah ramus mandibula

Merupakan kelenjar saliva terbesar ke dua berat 8-10 gram

Bentuk oval seperti kacang, terletak di trigonum submandibular

Duktus submandibular disebut duktus Wharton

Duktus muncul dari permukaan bagian dalam kelenjar dan berjalan sampai
mencapai dasar mulut, kemudian bermuara pada caruncula sublingualis
di dekat frenulum lidah

Panjang duktus 40-50 mm, diameter lebih kecil dari kelenjar parotis

Kelenjar submandibula 75% bersifat serous dan 25% mucous

Kelenjar Sublingualis
Terletak dibawah lidah dan dibawah membran mukosa mulut

Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar saliva mayor

Kelenjar ini bentuknya memanjang dengan berat 2-3 gram

Duktus kelenjar ini yaitu duktus Bartholin

Kelenjar sublingual hampir seluruhnya mucous dengan sedikit serous

Gambar 1. Glandula salivarius mayor; (1) glandula parotis; (2) glandula submandibula; (3)
glandula sublingual

Gambar 2. Duktus glandula salivarius mayor

2. Kelenjar ludah tambahan/ minor

Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam


mukosa atau submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah
dalam 24 jam) yang diberi nama lokasinya atau nama pakar yang menemukannya.
Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya kedalam rongga mulut. Kelenjar
saliva minor tediri dari:

Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah
dengan asinus-asinus seromukus

Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinusasinus seromukus

Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah


ujung lidah disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus
seromukus

Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada


pangkal lidah, dnegan asinus-asinus murni serus. Kelenjar Weber yang juga
terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mucus. Kelenjar Von Ebner
dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior

Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mucus

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mukokel ekstravasasi mukus yang sering
disebut sebagai mukokel superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau mekanik,
dan mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus dimana
etiologinya plug mukus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut yang
menyebabkan duktus glandula saliva tertekan dan tersumbat secara tidak langsung.
Literatur lain mengklasifikasikan mukokel menjadi tiga, yaitu superficial mucocele
yang letaknya tepat di bawah lapisan mukosa dengan diameter 0,1-0,4 cm, classic
mucocele yang letaknya tepat di atas lapisan submukosa dengan diameter lebih
kecil dari 1 cm, dan deep mucocele yang letaknya lebih dalam dari kedua mukokel

sebelumnya.16 Dikenal pula tipe mukokel kongenital yang etiologinya trauma pada
proses kelahiran bayi (Flaitz, 2006).

Gambar 3.1 Mukokel ekstravasasi mukus (Zieve, 2010).

Gambar 3.2 Mukokel retensi mukus (Zieve, 2010).


2.1.4 Gambaran Klinis dan Histopatologi
Mukokel

memiliki

gambaran

klinis

yang

khas,

yaitu

massa

atau

pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila


massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti
warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi
pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter,
beberapa literatur menuliskan diameter mukokel umumnya kurang dari 1 cm
(Neville, 2002).

Gambar 3.3 Mukokel pada anterior median line permukaan ventral lidah yang
melibatkan blandin-nuhn (A), Mukokel pada bibir bawah (B) (Flaitz, 2006).
Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan
tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya memperlihatkan
glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (Gambar 3.4-A). Sedangkan tipe
retensi menunjukkan adanya epithelial lining (Gambar 3.4-B) (Menta, 2008).

Gambar 3.4 Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstravasasi mukus yang


terletak di bibir bawah (A), Gambaran histopatologi mukokel yang bagian
duktusnya mengalami dilatasi (B) (Jahanshahi, 2007).
2.1.4. Etiologi
Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak
begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik
trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini
disebut mukus ekstravasasi (Neville, 2002). Trauma lokal atau mekanik dapat
disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula
saliva minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa
bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-

10

gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada
anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain (Krol,
2007). Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma
akibat proses kelahiran bayi yang menggunakan alat bantu forceps, trauma pada
saat dilakukan suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi
dilahirkan, ataupun trauma yang disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan
masih berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan
lahir. Ketiga contoh trauma pada proses kelahiran bayi akan mengakibatkan
mukokel kongenital. Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktus
ekskresi yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi (Regezi,
1989).
2.1.5. Patogenesis
Setelah terjadi trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas,
duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan
submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu
terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista)
mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan
lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut mukokel
(Flaitz, 2006).
Akibat adanya genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan
melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Genangan mukus dalam duktus ekskresi
yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolith
atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu
mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva minor
tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang dan menumpuk
pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel
digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut
yang disebut mukokel (Regezi, 1989).
Mucocele terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air liur ke
dalam mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa
terjadi ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering tergigit

11

secara tidak sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar
dan menyebabkan pembengkakan (mucocele).
Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar ludah terluka. Manusia memiliki
banyak kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah tesebut
mengandung air, lendir, dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah melalui
saluran kecil yang disebut duct (pembuluh). Terkadang salah satu saluran ini
terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik yang terpotong itu dan
menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada umumnya mucocele didapati di
bagian dalam bibir bawah. Namun dapat juga ditemukan di bagian lain dalam
mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan tetapi jarang didapati di atas
lidah. Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluran ludah (duct) tersumbat dan
ludah mengumpul di dalam saluran. Jika pembengkakan terjadi karena
submandibular duct, mucocele tersebut dinamakan ranula. Sebuah ranula
mempunyai

ukuran

yang

cukup

besar

dan

muncul

di

klinis

yang

khas,

yaitu

bawah

lidah.

2.1.6. Gambaran Klinis dan Histopatologi


Mukokel

memiliki

gambaran

massa

atau

pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila


massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti
warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi
pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter,
beberapa literatur menuliskan diameter mukokel umumnya kurang dari 1 cm
(Neville, 2002).

12

Gambar 3.3 Mukokel pada anterior median line permukaan ventral lidah yang
melibatkan blandin-nuhn (A), Mukokel pada bibir bawah (B) (Flaitz, 2006).
Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan
tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya memperlihatkan
glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (Gambar 3.4-A). Sedangkan tipe
retensi menunjukkan adanya epithelial lining (Gambar 3.4-B) (Menta, 2008).

Gambar 3.4 Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstravasasi mukus yang


terletak di bibir bawah (A), Gambaran histopatologi mukokel yang bagian
duktusnya mengalami dilatasi (B) (Jahanshahi, 2007).

13

2.1.7. Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang
meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat
pasien. Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh
dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang
diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien
dan pemeriksaan pendukung. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan
fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu
pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe,
pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan
jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual
melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan
palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat
dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit
pada saat dilakukan palpasi (Hasibuan, 2006).
Pembengkakan biasanya berbentuk kubah, dengan diameter 1-2 mm hingga
lebih. Mucocele paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda,
namun dapat terjadi di segala usia termasuk bayi yang baru lahir dan orang lansia.
Permukaan mukosa dapat terlihat kebiruan dan translusen. Ciri khas lesi ini adalah
fluctuant, namun pada beberapa kasus mucocele dapat terasa keras saat dipalpasi.
Mucocele dapat hilang timbul, yang kadang-kadang pecah sehingga cairannya
keluar. Biasanya mucocele tidak disertai rasa sakit. Sebagian besar mucocele tidak
terasa sakit, namun cukup mengganggu, terutama pada saat makan dan berbicara.
Mucocele yang dangkal bisa pecah sendiri dan mengeluarkan cairan berwarna
kekuning-kuningan. Sedangkan yang lebih dalam bisa bertahan lama (Hasibuan,
2006).
Selanjutnya

dilakukan

pemeriksaan

pendukung

meliputi

pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat


membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara
aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis

14

untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat


dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic
Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi,
sialografi, dan juga radiografi konfensional (Hasibuan, 2006).
2.1.8. Diagnosa Banding
Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan
mukokel, diantaranya hemangioma, lymphangioma, pyogenic granuloma (apabila
letaknya pada bagian anterior lidah), salivary gland neoplasm, dan lain-lain. Untuk
dapat membedakan mukokel dengan penyakit-penyakit tersebut maka dibutuhkan
riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas yang menggambarkan ciri
khas mukokel yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan hasil
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi (Hasibuan, 2006).
2.1.9. Perawatan
Pada umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta
perawatan, memiliki ukuran mukokel yang relatif besar. Perawatan mukokel
dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut yang
dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan massa. Sejumlah literatur
menuliskan beberapa kasus mukokel dapat hilang dengan sendirinya tanpa
dilakukan perawatan terutama pada pasien anak-anak (Neville, 2002).
Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan
pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk
menghindarkan terjadinya rekurensi. Umumnya mukokel yang etiologinya trauma
akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi terus menerus
dapat menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika kebiasaan buruk
atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera disingkirkan atau
dihilangkan, maka mukokel akan dengan mudah muncul kembali walaupun
sebelumnya sudah dilakukan perawatan bedah.

15

Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan
dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi
massa.
2.1.10 Komplikasi
Mucocele biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika besar
akan menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul
fenomena bola pingpong (pingpong phenomenon). Bila terus membesar akan
menembus tulang, sehingga akan ditutupi jaringan lunak. Pada perabaan akan juga
akan teraba fluktuasi. Bila kista ini terinfeksi akan terasa sakit dan timbul pus
(nanah).

BAB III
PENUTUP

16

3.1. KESIMPULAN
1. Penyebab mucocele dapat disebabkan dari trauma lokal atau mekanik pada duktus
glandula saliva minor.
2. Mucocele adalah lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus glandula
saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak.
3. Mucocele harus segera di tatalaksana apabila telah dilakukan penegakkan
diagnosis, agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih buruk.

17

DAFTAR PUSTAKA
Asgari A, Kourtsounis P, Jacobson BL, Zhivago P. 2009. Mucocele Resection : A
Comparison of Two Techniques. Dentistry Today Journal.
Flaitz

CM,

Hicks

J.

Mucocele

and

Ranula.

2006.

<http://www.emedicine.com/derm/topics648.htm> diakses tanggal 25 April 2014.


Hasibuan S. 2006. Penuntun Prosedur Diagnosa Penyakit Mulut : Prosedur-prosedur
untuk Menegakkan Diagnosa Penyakit Jaringan Lunak Mulut. Bina Teknik Press.
Edisi II;:30-1.
Jahanshahi G, Mansour AS, Khozeimeh F. 2007. Multiple Mucous Retention Cyst
(Mucocele) of The Oral Mucosa : A Case Report. Dent res J;4(2):111-3.
Krol DM, Keels MA. 2007. Pediatric in Riview : Oral Condition. American Academy
of Pediatrics Journal.
Menta MSN, Hee JP, Vanessa SL. 2008. Mucocele in Pediatric Patients : Analysis of
36 Children. Pediatric Dermatology. Vol 25. Blackwell Publishing Inc,:308-11.
Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. 2002. Oral & Maxillofacial
Pathology : Salivary Gland Pathology. 2nd ed. W.B. Saunders Co.
Regezi JA, Sciubba JJ. 1989. Oral Pathology : Salivary Gland Diseases. WB Saunders
Co,:225-311.
Zieve D. The A.D.A.M. Medical Encyclopedia. A.D.A.M., Inc. 1997-2010
<http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/encyclopedia.html> diakses tanggal 25 april
2014.

Anda mungkin juga menyukai