E-mail: ciciliaputriks@gmail.com
Abstrak
Abstract
Child abuse is one of the causes of morbidity and mortality in the field of
pediatrics, it can cause problems in the physical and psychological condition of
children even into adulthood. Family should be the safest shelter for children but
instead the perpetrators of violence are people who are close to the children
themselves, even the culprit is often their own parents. There are various forms of
violence against children that have been listed and expressly regulated in
Indonesian law as an effort to protect children.
Keywords: child abuse, violence, family
1
Pendahuluan
Pada makalah ini akan dibahas mengenai analisa kasus yang dicurigai
merupakan kekerasan terhadap anak, yaitu seorang perempuan 25 th datang ke
IGD dengan membawa anaknya 2 th yang tidak sadarkan diri. Dokter jaga segera
melakukan pemeriksaan terhadap anak tersebut dan anak tersebut sudah
meninggal dunia. Pada saat memeriksa tubuh anak terrsebut, dokter menemukan
banyak luka2 memar di dada, paha, bokong dengan warna merah, biru, dan hijau.
Dokter juga menemukan beberapa jaringan parut berbentuk bulat pada kepala,
paha, bokong, pipi dan lengan. Ibu korban mengaku bahwa korban terjatuh di
kamar mandi saat akan dimandikan dan kepalanya terbentur lantai. Dokter merasa
kematian anak tersebut tidak wajar dan melaporkan kasus tersebut ke pihak
kepolisian. Mayat anak tersebut dikirim ke Ins Forensik untuk dilakukan
pemeriksaan.
2
tindakan/perlakuan yang menyakitkan secara fisik, psikis, seksual atau
penelantaran yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan cedera/kerugian
nyata terhadap kesehatan, kelangsungan hidup, tumbuh kembang atau martabat
anak.1
Tidak dapat diprediksi. Tidak ada aturan dan batas yang jelas sehingga
anak-anak tidak pernah tau tindakan apa yang menyebabkan orangtuanya
melakukan kekerasan fisik
Melakukan kekerasan fisik (misalnya memukul) ketika sedang marah.
Semakin marah orangtuanya maka hukumannya akan semakin kasar/berat
Menggunakan rasa takut untuk mendidik anak. Pola pikir ini merupakan
pola pikir yang salah karena anak akan cenderung memikirkan cara
bagaimana dia bisa menghindari kekerasan dari orangtuanya, hal tersebut
menyebabkan anak tidak bisa tumbuh dan berkembang menjadi individu
yang lebih baik.
Tanda yang bisa didapatkan pada anak korban kekerasan fisik yaitu sering
mengalami cedera, selalu dalam keadaan waspada seperti menunggu hal buruk
terjadi, cederanya memiliki pola (misal bekas ikat pinggang, bekas tangan),
menghindar jika akan disentuh, terkejut karena gerakan yang tiba-tiba, enggan
pulang ke rumah, memakai pakaian yang dapat menutupi bekas luka. Anak pada
3
kasus ini diduga merupakan korban dari kekerasan fisik yang dilakukan
orangtuanya karena dari pemeriksaan yang dilakukan terdapat bekas jaringan
parut berbentuk bulat pada kepala, paha, bokong, pipi dan lengan.
4
yang berbunyi setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan atau
turut serta melakukan kekerasan terhadap anak. Dan dalam pasal 80 (1) dikatakan
bahwa orang yang melanggar pasal 76 C dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 tahun 6 bulan dan/atau denda paling banyak 72 juta rupiah. (2) jika anak
luka berat maka pidana penjara menjadi 5 tahun dengan denda paling banyak 100
juta rupiah. (3) Jika anak mati maka pidana penjara menjadi 15 tahun dengan
denda paling banyak 3 miliar rupiah. Apabila yang melakukan adalah orangtuanya
maka pidana ditambah sepertiga dari ketentuan (1), (2) dan (3).1,2
Pemeriksaan Thanatologi
5
Kematian adalah proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian.
Tanda kematian tebagi menjadi tanda kematian tidak pasti dan tanda pasti
kematian. Yang termasuk tanda kematian tidak pasti, yaitu:3
Selain itu tanda-tanda yang disebut sebagai tanda pasti kematian yaitu
lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh
(algor mortis), pembusukan, mumifikasi dan adipocere.
6
dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi, walaupun
setelah 24 jam sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk
lebam mayat di tempat terendah yang baru. Menetapnya lebam mayat
disebabkan oleh timbunan sel darah dalam jumlah yang cukup banyak
sehingga sulit berpindah lagi. Lebam mayat dapat digunakan untuk
tanda pasti ketmatian, memperkirakan sebab kematian, mengetahui
perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadi lebam mayat
menetap dan memperkirakan saat kematian. Pada lebam mayat darah
ada di dalam pembuluh darah sehingga bila pada daerah tersebut diiris
dan disiram dengan air maka warna merah darah akan hilang/pudar
sedangkan pada kasus dengan resapan darah akibat trauma tidak
menghilang.
2. Kaku mayat (rigor mortis)
Kelenturan otot setelah kematian masih dapat dipertahankan
karena metabolisme tingkat sel masih berjalan (pemecahan cadangan
glikogen otot yang menghasilkan energi). Energinya kemudian
digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih ada
ATP, serabut aktin dan miosin akan tetap lentur. Bila cadangan
glikogen habis maka aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi
kaku. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku
mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis dimulai dari
bagian luar tubuh (otot-otot kecil) kearah dalam. Setelah mati klinis 12
jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam
kemudian menghilang dengan urutan yang sama. Kaku mayat
umumnya tidak terjadi pemendekan serabut otot kecuali jika seseorang
meninggal dalam posisi teregang. Faktor yang mempercepat terjadinya
kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu yang tinggi dan
tubuh kurus dengan otot kecil. Kaku mayat dapat dipergunakan untuk
menunjukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat kematian.
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
7
Penurunan suhu terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu
benda ke benda yang dingin. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi
oleh suhu lingkungan, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh,
posisi tubuh dan pakaian. Suhu saat mati perlu diketahui untuk
perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan suhu akan lebih cepat
pada suhu lingkungan yang rendah, lingkungan berangin dengan
kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak
berpakaian/pakaian tipis dan pada umumnya orang tua serta anak kecil.
4. Pembusukan
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat
autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan
jaringan yang terjadi dalam keadaan steril. Autolisis timbul akibat
kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan hanya
dapat dicegah dengan pembekuan jaringan. Setelah seseorang
meninggal, bakteri flora normal segera masuk ke jaringan. Darah
merupakan media terbaik bagi pertumbuhan bakteri. Sebagian besar
bakteri berasal dari usus dan yang utama adalah Clostridium welchii.
Pada proses pembusukan ini terbentuk gas alkana, H 2S, HCN, asam
amino dan asam lemak. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam
pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah (daerah
sekum) karena penuh dengan bakteri dan terletak dekat dinding perut.
Warna kehijauan disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin.
Warna kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, bau
busuk mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti
melebar dan berwarna hijau kehitaman.
Selanjutnya kulit ari akan terkelupas/membentuk gelembung berisi
cairan kemerahan berbau busuk. Pembentukan gas di dalam tubuh
dimulai dalam lambung dan usus akan mengakibatkan perut tegang
dan keluar cairan kemerahan dari mulut dan hidung. Gas di dalam
jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan terabanya krepitasi. Gas
ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh dengan
8
keteganga terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longgar
(skrotum, payudara). Selanjutnya rambut menjadi mudah dicabut, kuku
mudah terlepas, wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan,
kelopak mata bengkak, pipi bengkak, bibir tebal, lidah bengkak dan
sering terjulur diantara gigi.
Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan
nyata (36-48 jam pasca mati). Kumpulan telur lalat telah dapat
ditemukan beberapa jam pasca mati di alis mata, sudut mata, lubang
hidung dan diantara bibir. Telur kemudian akan menetas jadi larva
dalam waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies lalat dan mengukur
panjang larva dapat diketahui usia larva tersebut yang kemudian bisa
digunakan untuk memperkirakan saat mati dengan asumsu bahwa lalat
secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal.
Perubahan warna menjadi ungu kecoklatan terjadi pada lambung
terutama di fundus dan usus. Mukosa saluran napas, endokardium dan
tunika intima pembuluh darah menjadi kemerahan. Difusi empedu
mengakibatkan warna coklat kehijauan di jaringan sekitarnya. Otak
melunak, hati menjadi berongga seperti spons, limpa melunak dan
mudah robek kemudian alat-alat dalam mengkerut. Prostat dan uterus
non-gravid merupakan organ padat yang paling lama bertahan dari
pembusukan.
Pembusukan akan timbul lebih cepat bila suhu lingkunga 26,5oC
hingga suhu normal tubuh, kelembaban dan udara yang cukup, banyak
bakteri pembusuk, tubuh gemuk/menderita infeksi. Perbandingan
kecepatan pembusukan mayat di tanah : air : udara adalah 1 : 2 : 8.
Bayi baru lahir umumnya lebih lambat membusuk
5. Adipocere (lilin mayat)
Adipocere adalah terbetuknya bahan yang berwarna keputihan,
lunak/berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak
tubuh pasca mati atau sering disebut saponifikasi. Adipocere terdiri
dari asam lemak tak jenuh yang terbentuk dari hidrolisis lemak dan
9
mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak jenuh pasca
mati yang tercampur dengan sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf
yang termumifikasi dan kristal sferis dengan gambaran radial.
Adipocere terapung di air, bila dipanaskan mencair dan terbakar
dengan nyala kuning, larut dalam alkohol panas dan eter. Lemak
superfisial merupakan lemak yang pertama kali terkena. Biasanya
perubahan berbentuk bercak dapat terlihat di pipi, payudara/bokong,
bagian tubuh/ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi
adipocere.
Adipocere membuat gambaran permukaan luar tubuh bisa bertahan
bertahun-tahun sehingga masih memungkinkan identifikasi mayat dan
perkiraan sebab kematian. Faktor yang mempermudah adipocere
terbentuk adalah kelembaban, lemak tubuh yang cukup dan suhu
hangat sedangkan yang menghambat adalah air mengalir yang
membuang elektrolit dan udara dingin. Pembusukan terhambat dengan
adanya adipocere karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan
bertambah. Lemak segar mengandung 0,5% asam lemak bebas, 4
minggu pasca mati menjadi 20% dan setelah 12 minggu menjadi ≥
70%. Pada saat ini adipocere jelas secara makroskopik sebagai bahan
berwarna putih kelabu yang mengganti bagian lunak tubuh. Pada awal
pembentukan adipocere paling baik dideteksi dengan analisis asam
palmitat
6. Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan
yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang
selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan berubah
menjadi keras dan kering, berwarna gelap, keriput dan tidak dapat
membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan
yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah,
aliran udara baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14
minggu).3
10
Pemeriksaan Toksikologi
Diagnosa keracunan didasarkan atas adanya tanda dan gejala yang sesuai
dengan racun penyebab. Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun
pada sisa barang bukti. Yang terpenting pada penegakan diagnosis keracunan
adalah dapat ditemukan racun/sisa racun dalam tubuh/cairan tubuh korban. Selain
itu perlu juga dipastikan bahwa korban benar-benar kontak dengan racun. Korban
mati akibat keracunan terbagi menjadi 2, yaitu yang sejak awal sudah dicurigai
kematian akibat keracunan dan kasus yang sampai saat sebelum autopsi belum
ada kecurigaan terhadap kemungkinan keracunan. Pikirkan kemungkinan
kematian akibat keracunan apabila pada pemeriksaan setempat terdapat
kecurigaan akan keracunan, bila pada autopsi ditemukan kelainan yang lazim
ditemukan pada keracunan dengan zat tertentu (lebam mayat yang tak biasa, luka
bekas suntikan sepanjang vena dan keluar buih dari mulut dan hidung, bau
amandel atau bau kutu busuk serta pada autopsi tidak ditemukan penyebab
kematian). Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan dilakukan
beberapa pemeriksaan penting yaitu pemeriksaan di tempat kejadian, autopsi dan
analisis toksikologik.3
Interpretasi Temuan
Dari temuan yang telah dijabarkan pada laporan hasil terdapat tanda
kekerasan berupa luka memar dan jaringan parut yang berbentuk bulat. Kerusakan
akibat memar terjadi karena adanya kapiler dan vena yang pecah akibat kekerasan
benda tumpul. Pada saat timbul, memar akan berwarna merah kemudian berubah
menjadi ungu atau hitam, setelah 4 – 5 hari akan berubah menjadi warna hijau
yang nantinya akan berubah menjadi kuning dalam 7-10 hari dan akhirnya
menghilang 14-15 hari. Luka memar yang ditemukan pada pasien memiliki warna
yang berbeda-beda, yang mengindikasikan bahwa luka memar tersebut tidak
didapatkan pada waktu yang bersamaan. Selain itu didapatkan juga jaringan parut
yang berbentuk bulat pada kepala, paha, bokong, pipi dan lengan. Jaringan parut
merupakan bentuk dari penyembuhan luka yang lama, sehingga ditemukannya
11
jaringan parut menunjukkan bahwa terdapat luka lama pada pasien. Dari hasil
pemeriksaan dalam/autopsi didapatkan perdarahan diatas selaput meningen dan
memar pada batang otak yang terjadi akibat trauma/benturan pada kepala.4
12
Bahan-bahan tersebut umumnya sudah cukup baik untuk memberi
informasi pada keracunan akut yang masuk melalui mulut. Pada beberapa keadaan
dapat juga diambil limpa, jantung, cairan serebrospinal, jaringan lemak
(insektisida, obat anastesi), otot (CO, Pb) dan rambut (arsen). Cara lainnya dengan
mengambil dari tempat masuk racun (lambung, tempat suntikan), darah (racun
sistemik) dan tempat keluar (urin, empedu). Contoh bahan pemeriksaan yang rutin
harus diambil adalah lambung dan isinya, darah, seluruh hati dan seluruh urin.5
Kesimpulan
13
jenazah, bagian ini berisi setidaknya jenis perlukaan/cedera, kelainan yang
ditemukan, penyebabnya serta sebab kematiannya. Apabila memungkinkan,
tuliskan juga saat kematian dan petunjuk penting tentang kekerasan/pelakunya.
Kesimpulan pada skenario ini adalah bahwa pada mayat anak ini ditemukan luka
memar pada dada, paha, bokong akibat kekerasan tumpul dan jaringan parut
berbentuk bulat pada kepala, paha, bokong, pipi dan lengan yang menandakan
adanya bekas luka lama. Sebab mati orang ini adalah benturan pada kepala yang
menyebabkan perdarahan diatas meningen dan lebam pada batang otak.
Daftar Pustaka
14