E-mail: ciciliaputriks@gmail.com
Abstrak
Disorder of sexual development (DSD) atau kelainan perkembangan kelamin terdiri atas
beberapa kelainan kongenital yang disebabkan oleh kromosom, gonadal, dan
perkembangan anatomi alat kelamin yang tidak normal. Penegakan diagnosis sedini
mungkin setelah lahir penting untuk dilakukan, karena alasan psikologis dan sosial, serta
bahaya yang timbul jika gagal mengenali seperti, hyperplasia adrenal kongential (CAH) .
Dalam hal ini konseling genetic berperan penting untuk membantu mengambil keputusan.
Abstract
1
Pendahuluan
Kelahiran anak dengan jenis kelamin yang tidak jelas merupakan suatu
kasus kedaruratan pediatric dan keadaan social emergency, bukan saja karena
alasan medis namun karena implikasi social akibat kerancuan kelamin pada anak
tersebut. Kelainan ini dulu dikenal dengan istilah sex ambiguous yang merupakan
istilah lama yang dipakai untuk penderita dengan alat kelamin tidak jelas. 1
Anamnesis
2
suatu sindrom, juga leher pendek dan lebar, puting susu berjarak jauh, dll.4,5
Genitalia eksterna diperiksa secara teliti untuk menunjukkan derajat virilisasi.
Ukuran penis diukur panjang penis teregang dan diameternya, ada tidaknya korda
penis, lemak prepubis yang berlebihan seringkali menutupi ukuran penis yang
sesungguhnya.5
2. Indeterminate
Hipertrofi klitoris
Foreshortened vulva dengan satu lubang* hernia inguinal berisi gonad
Pemeriksaan Laboratorium
3
falopi, uters, dan sepertiga bagian atas vagina. USG juga dapat digunakan untuk
melihat Congenital Adrenal Hyperplasia.2,5
Selain itu, pemeriksaan dengan uji hCG bertujuan untuk menguji fungsi dari
jaringan testis, namun protokol pemeriksaan dosis, frekuensi dan kapan saat yang
tepat dimulai pemeriksan masih diperdebatkan. Protokol yang sering digunakan
yaitu, dengan menggunakan hCG 1500 unit selama 3 hari dan sampel pasca injeksi
diambil setelah 24 jam dari suntikan terakhir, serta saat yang tepat dilakukan adalah
setelah melewati masa neonatus (usia lebih dari 4 minggu karena terkait dengan
peningkatan aktivitas sel Leydig).6 Uji Simulasi adrenocorticotropic hormone
(ACTH) bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya defek di kelenjar gonad. Selain
itu untuk memastikan adanya kelainan pada kelenjar adrenal pemeriksaan analisis
steroid pada urin juga dapat dilakukan.6
Diagnosis Kerja
Tetragametic chimerism
4
menyebabkan perkembangan organisme dari campuran keempat sel induk. Dengan
kata lain, chimera terbentuk dari penggabungan dua kembar nonidentical
(meskipun hal serupa juga mungkin terjadi pada kembar identik, tetapi dengan
DNA mereka yang hampir identik, keberadaan chimerism tidak akan segera
terdeteksi pada tahap awal (tahap zigot atau blastokist). Dengan demikian, mereka
dapat menjadi laki-laki, perempuan, atau hermafrodit.5
Individu yang mengalami tetragametic chimerism dapat diidentifikasi
dengan menemukan dua populasi sel merah. Jika kedua zigot adalah lawan jenis,
genitalia ambigu dan hermaphroditism atau kombinasi keduanya; terkadang
individu-individu tersebut memiliki patchy skin, rambut dengan dua warna, atau
heterochromia. Jika blastokist adalah lawan jenis, alat kelamin dari kedua jenis
kelamin dapat terbentuk, baik ovarium dan testis, atau gabungan ovotestis.
Turner Syndrom
Sindrom turner adalah suatu kelainan genetic yang ditemukan pada wanita.
Hal ini disebabkan tidak adanya sebagian atau seluruh kromosom X (Xo). Sindrom
turner bukan merupakan penyakit keturunan. Gadis yang menderita gangguan ini
tidak mengembangkan karakter seksual sekunder pada masa pubertas dan
terbelakang ovarium.5
5
Sindrom turner dijumpai pada abortusis dan penyebab 20% kematian
trimester pertama akibat kelainan kromosom. Prevalensi pada bayi lahir hidup
adalah sekitar 1 dari 5000. Antara 30 dan 50% mengalami cacat jantung mayor yang
mungkin berupa koarktasio aorta dan katup aorta bicuspid. Mekanisme hilangnya
kromosom belum diketahui. Mungkin bahwa gen yang terkait terlibat pada fenotip
turner adalah gen terkait-X yang lolos inaktivasi.5
Perawakan yang sangat pendek yaitu tinggi badan kurang dari 140 cm yang
disertai dengan dua atau lebih anomaly yang karakteristik (toraks, bentuk perisai,
leher berselaput, kelainan wajah, tumbuh rambut letak rendah, limfedema). Untuk
mendeteksi adanya kelainan pada janin selama kehamilan berlangsung, dapat
dilakukan dengan USG. Analisis kromosom juga dapat dilakukan ketika bayi masih
di dalam kandungan ataupun saat telah dilahirkan. Penatalaksanaan sindrom turner
meliputi 3 masalah psikologik, masalah pertumbuhan, dan induksi pubertas dengan
etinil estradiol. Prognosis dari sindrom turner pertumbuhan badan tidak akan
normal, tanda kedewasaan jasmani bisa tercapai, dan kehidupan seksualnya bisa
normal, namun tetap mandul.5
Klinefelter Syndrom
Patofisiologi
6
Diketahui bahwa sel manusia normal terdiri dari 23 pasang kromosom
yang terdiri dari 22 pasang kromosom autosomal dan sepasang kromosom seks
yang merupakan penentu perbedaan jenis kelamin. Pada perempuan kromosom
seks adalah XX dan pada laki-Iaki XY. Diferensiasi seks perempuan dan laki-
laki merupakan satu kesatuan karakteristik dari gonad, traktus genitalia interna
dan genitalia eksterna. Perkembangan organ kelamin normal melalui beberapa
tahap dan secara genetik kromosom akan mempengaruhi perkembangan gonad
menjadi testis dan ovarium.2,4
Gangguan diferensiasi seks paling baik dipahami berkenaan dengan
embriologi, dan pengaturan hormonal diferensiasi seks. Genitalia interna dan
eksterna dibentuk antara minggu kehamilan ke-9 sampai ke-13. Tanpa memandang
kariotipe, janin bersifat bipotensial dan mempunyai kapasitas mengembangkan
fenotipe laki-laki atau perempuan normal. Fenotipe perempuan berkembang jika
tidak terdapat pengaruh “laki-laki” spesifik yang mengubah perkembangan.
Fenotipe laki-laki atau perempuan berkembang secara internal dari gonad dan
duktus bipotensial, dan secara eksternal dari bakal bipotensial. Bila terdapat gen
untuk faktor penentuan testis yang dikenali gen SRY (sex reversing Y), di dekat
perbatasan pseudoautosom pada kromosom Y, gonad janin primitif berdiferensiasi
menjadi testis. Testis menyekresi testosteron, yang mempunyai pengaruh langsung
(stimulasi perkembangan duktus Wolff) tetapi juga secara lokal diubah menjadi
dehidrotestosteron (DHT) oleh enzim 5α-reduktase untuk pengaruh-pengaruh lain.
DHT menyebabkan pembesaran, rogasi, dan fusi labium majus menjadi skrotum;
fusi permukaan ventral penis menutupi uretra penis; dan pembesaran penis dengan
perkembangan akhir genitalia eksterna laki-laki. Produksi dan sekresi substansi
inhibitori-duktus Muller dari testis menyebabkan regresi dan hilangnya duktus
Muller dari derivatnya, seperti tuba uterina dan uterus. Dengan adanya testosteron,
duktus Wolff berkembang menjadi vas deferens, tubulus seminiferus, dan prostat.4
Bila SRY tidak ada, ovarium secara spontan berkembang dari gonad primitif
bipotensial. Bila substansi inhibitori-Muller tidak disekresikan dari testis janin,
uterus, tuba fallopii, dan sepertiga posterior vagina yang berkembang dari dukttus
Muller karena duktus Wolff degenerasi. Genitalia eksterna akan tampak seperti
7
perempuan bila androgen benar-benar tidak ada. Virilisasi yang tidak adekuat
akibat perkembangan testis yang abnormal, defek biosintesis testosteron atau DHT,
atau defek reseptor androgens, dapat menimbulkan fenotipe antara perempuan dan
laki-laki normal; hasilnya adalah anak yang memiliki genitalia ambigu. Hal yang
sangat penting diperhatikan adalah ada tidaknya fusi bagian posterior vagina (yang
membuat lubang vagina menjadi kecil atau bahkan seperti celah). Ini dapat terjadi
hanya antara usia 9 dan 13 minggu kehamilan dan hanya dapat terjadi jika terdapat
produksi androgen endogen berlebihan (seperti pada hiperplasia adrenal
kongenital). Jika lubang vagina normal dan tidak terdapat fusi, tetapi klitoris
membesar tanpa fusi ventral uretra ventral, pasien tersebut telah mengalami
pemajanan lebih lambat dengan androgen. Lebih lanjut, pasien dengan skrotum
yang terbentuk penuh, walaupun kecil, dan penis yang terbentuk normal, tetapi
kecil dan mikrophallus, harus sudah mengalami pemajanan normal dan efek
androgen selama 9-13 minggu kehamilan.4
Manifestasi Klinik DSD
Manifestasi klinik DSD dapat terlihat pada masa neonates atau tidak terlihat
sampai menginjak usia pubertas. Pada masa neonates, umumnya petugas medis
mendapatkan masalah untuk menentukan jenis kelamin pada bayi yang baru saja
dilahirkan akibat klitoromegali, pembengkakan daerah inguinal pada neonates
“perempuan”, tidak terabanya testis pada neonates “laki-laki”, ataupun hipospadia.
Sedangkan pada masa pubertas, umumnya manifestasi dapat berupa terhambatnya
pertumbuhan seks sekunder, amenore primer, adanya virilisasi pada perempuan,
gynecomastia, dan infertilitas.6
8
Konseling Genetik
3. Wanita umur lanjut yang membutuhkan diagnosis prenatal atau indikasi lain;
9
5. Orang yang dihadapkan pada risiko pajanan terhadap teratogen, seperti bahan
kimia di tempat kerja, obat-oabatan, dan alcohol;
8. Pasangan yang sebelum menjalani uji genetic dan sesudah menerima hasilnya,
khususnya mengenai kemungkinan tertundanya manifestasi gangguan, seperti
kanker dan penyakit neurologic.
Konsultasi Medikolegal
10
Penatalaksanaan DSD
11
ataupun terhadap anak penderita DSD sendiri. Manajemen informasi kepada anak
penderita DSD oleh konselor yang terlatih, adalah termasuk dalam hal yang penting
untuk dipahami. Seorang konselor harus mampu menceritakan secara jujur tentang
kondisi atau riwayat perjalanan penyakit DSD kepada penyandang DSD bila ia
sudah mampu memahami kondisi kesehatan dirinya (umumnya dilakukan pada usia
tamat sekolah menengah pertama). Dengan melakukan manajemen informasi yang
baik, diharapkan penyandang DSD dapat menerima kondisinya saat ini, mampu
menjalankan terapi yang berkesinambungan, serta mendapat edukasi mengenai
perkembangan pubertas, seksualitas, dan kemungkinan potensi fertilitas dimasa
mendatang. Manajemen informasi juga diberikan kepada pihak orangtua terkait
dengan kondisi, prognosis, dan pengetahuan orangtua tentang DSD.4
Metode lain dalam lingkup psikososial yang dapat dilakukan adalah dengan
membentuk support groups. Terbukti dalam beberapa waktu belakangan ini, seiring
dengan perkembangan teknologi informasi, perkembangan support groups DSD
sangat membantu dalam penatalaksanaan DSD. Adanya support groups membantu
menimbulkan rasa kepercayaan diri, saling membantu antar sesama dan
meningkatkan kualitas hidup, serta mampu menimbulkan rasa dukungan dari pihak
keluarga.4
12
Berdasarkan guidelines American Academy of Pediatricks, lingkup
pembedahan sudah termasuk dalam pemilihan terapi DSD. Terapi pembedahan
berupa genitoplasty dapat dilakukan jika diagnosis sudah ditegakkan dengan pasti
dan hasil keluaran pasca operasi bermanfaat dalam penentuan jenis kelamin di usia
dewasa. Genitoplasty adalah merupakan jenis terapi yang bersifat irreversible
seperti dilakukannya kastrasi dan reduksi phallus pada DSD yang akan menjadi
wanita dan reseksi utero-vagina pada DSD yang akan menjadi pria. Terkadang DSD
yang tidak terdiagnosis pada masa infan dan baru diketahui saat memasuki masa
pubertas, seperti pada kasus anak perempuan dengan CAH dan dibesarkan sebagai
anak lelaki atau pada kasus anak lelaki dengan defisiensi 17β-hydroxystreoid
dehydrogenase dan 5α-reduktase dibesarkan sebagai anak perempuan. Kondisi
tersebut menimbulkan tekanan mental pada orangtua dan penyandang DSD, namun
pemilihan terapi pembedahan tidak boleh langsung dilakukan sebelum dilakukan
pemeriksaan endokrin dan pendekatan terapi psikososial. Seluruh jenis tindakan
pembedahan yang akan dilakukan harus dipertimbangkan secara hati-hati, dengan
selalu mengutamakan kepentingan pasien diatas segala-galanya.5
Hingga saat ini penentuan usia yang tepat untuk menentukan kapan
sebaiknya operasi dilakukan masih diperdebatkan. Berdasarkan aspek psikososial,
tindakan operasi yang dilakukan pada masa infan lebih disukai, karena lebih mudah
dilakukan dan riwayat trauma operasi dapat dihilangkan jika dibandingkan dengan
melakukan pembedahan pada anak saat memasuki usia dewasa. Namun, pendapat
lain menyatakan bahwa tindakan operasi DSD sebaiknya menunggu sampai usia
yang cukup untuk menerima informasi dan selanjutnya dilakukan informed consent
langsung kepada penyandang DSD, mengingat yang dilakukan berhubungan
dengan fungsi seksualitas. Sebelum tindakan pembedahan penting diketahui bagi
pihak orangtua dan penyanda ng DSD mengenai untung dan ruginya tindakan
pembedahan serta hasil akhir yang akan di dapat.5
13
kelaminnya, menghindari stigma social, dan terakhir berkaitan dengan fungsi
seksualitas dalam berhubungan seksual. Jika tindakan pembedahan sudah
ditetapkan, setelah menjalankan operasi penatalaksanaan lainnya yaitu aspek
psikososial dan medis harus tetap dijalankan secara teratur. Karena rangkaian
penatalaksanaan antara ketiganya saling mendukung satu sama lain. Terapi
pembedahan gonad saat ini juga dinilai penting, terutama pada kasus 46XY DSD,
dimana umumnya testis masih tetap berada di dalam rongga abdomen.
Kemungkinan adanya diferensiasi gonad kearah keganasan membuat terapi
pengangkatan gonad dibutuhkan. Pemeriksaan biopsy gonad kadang juga
diperlukan untuk membuktikan adanya kelainan disgenesis gonad atau adanya
kondisi ovotestis.
Kesimpulan
14
Daftar Pustaka
15