Anda di halaman 1dari 22

Sindroma Klinefelter

Ngakan Made Ari Mahardika


102013311/E6
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
ngakanmahardika@yahoo.com

Pendahuluan

Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik yang biasanya banyak terjadi pria. Pria
dengan kelainan ini, tidak mengalami perkembangan seks sekunder yang normal seperti penis
dan testis yang tidak berkembang, perubahan suara (suara lebih berat tidak terjadi), bulu-bulu
di tubuh tidak tumbuh; biasanya tidak dapat membuahkan (tidak subur) tanpa menggunakan
metoda-metoda penyuburan khusus. Mereka mungkin mempunyai masalah-masalah lain,
seperti sedikit dibawah kemampuan inteligensia, perkembangan bicara yang terhambat,
kemampuan verbal yang kurang dan masalah-masalah emosional dan tingkah laku. Meskipun
demikian ada juga yang memiliki intelegensia diatas rata-rata dan tidak ada perkembangan
emosional atau masalah-masalah tingkah laku. Sekitar 1 pada 500 sampai 1 pada 1000 bayi-
bayi laki-laki yang dilahirkan mengidap sindrom Klinefelter.

Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan autoanamnesis pada pasien dewasa jika keadaan
memungkinkan. Bila keadaan tidak memungkinkan, anamnesis dilakukan secara allo
anamnesis. Anamnesis yang perlu dilakukan meliputi:

Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa.

Keluhan utama
Pasien klinefelter paling sering datang dengan keluhan infertilitas atau belum
mempunyai anak setelah lama menikah.

1
Keluhan tambahan

 Sindroma klinefelter sering menimbulkan keluhan berikut:


 Testis dan penis yang kecil
 Rambut tubuh dan wajah yang sedikit
 Pembesaran payudara (ginekomastia)
 Postur tubuh melebihi normal (harus ditanyakan ketinggian orang tua
dan saudara kandung yang lain)

Riwayat penyakit sekarang


 Sudah pernah melakukan pemeriksaan ke dokter lain sebelumnya
 Sudah pernah mendapat terapi atau pengobatan lain sebelumnya

Riwayat penyakit dahulu


 Pernah menderita penyakit lain sebelum ini ataupun mengalami trauma
(misalnya trauma pada testis), kalau pernah ditanyakan ada atau tidak
komplikasi yang timbul.

Riwayat pernikahan
 Sudah berapa lama menikah
 Sebelum menikah apakah ada melakukan pemeriksaan
 Ada tidak masalah dalam hubungan suami istri

Riwayat keluarga dan riwayat kehamilan ibu


 Adakah keluarga yang menderita keluhan yang sama ataupun penyakit
genetik yang lain.
 Perlu ditanyakan riwayat kehamilan ibunya:
 Umur berapa saat mengandung pasien
 Adakah obat-obatan atau hormon dari luar yang dikonsumsi oleh
ibunya

2
Pemeriksaan fisik
Pengukuran tinggi badan

Penting untuk melakukan pengukuran tinggi badan pada pasien klinefelter yang
umumnya mempunyai tinggi badan yang lebih daripada laki-laki normal. Namun faktor
genetik yaitu ketinggian dari ibu dan ayah juga harus dipertimbangkan. Pengukuran tinggi
badan dewasa dan anak yang sudah bisa berdiri dilakukan dengan menggunakan
microtoise pada posisi tubuh yang benar. Setelah pembacaan diambil dan dicatat, tinggi
badan relative dengan ketinggian ayah dan ibu dihitung untuk kemudian dilakukan
perbandingan dengan bacaan yang didapatkan.

Target height / mid parental height :

 Laki – laki = {TB ayah + (TB Ibu + 13 )} x ½


 Perempuan = {TB Ibu + (TB ayah – 13 )} x ½

Prakiraan tinggi dewasa (potensi tinggi genetik : Rentang nilai tinggi badan akhir
seseorang dampak dari kedua orang tua biologis) dapat dihitung dari midparental height
dengan rumus :

Potensi tinggi genetik = mid parental height ± 8,5 cm

Pemeriksaan genitalia eksterna

Pada inspeksi genitalia eksterna diperhatikan kemungkinan adanya kelainan pada


penis/uretra antara lain : mikropenis, hipospodia, kordae, stenosis pada meatus uretra
eksternus, fimosis, fistel uretro-kutan, dan ulkus tumor penis. Perhatikan pertumbuhan
rambut genital disekitarnya. Pada pasien sindroma klinefelter, yang sering ditemukan
adalah mikropenis dan rambut kelamin yang sedikit.

Pemeriksaan genitalia eksterna

3
Pemeriksaan skrotum dan isinya
Perhatikan apakah ada kelainan pada ukuran misalnya testis yang kecil ataupun
pembesaran pada skrotum atau perasaan nyeri pada saat diraba. Untuk membedakan
antara massa padat dan massa kistus yang terdapat pada isi skrotum, dilakukan
pemeriksaan transiluminasi (penerawangan) pada isi skrotum.

Pemeriksaan bagian tubuh lain

Antara yang sering ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah:

 Rambut tubuh dan wajah yang sedikit


 Pembesaran payudara (genikomastia)
 Proporsi tubuh yang abnormal (kaki panjang, batang badan pendek)
 Bahu yang sempit

Genikomastia pada pasien sindroma klinefelter

Karakteristik pasien sindroma klinefelter

4
Pemeriksaan penunjang
Karyotyping (analisis kromosom)1,2

Karyotyping adalah satu tes untuk memeriksa kromosom dalam satu sel sampel yang
mana kita dapat mengetahui kelainan kromosom yang menyebabkan suatu penyakit. Dengan
pemeriksaan ini kita bisa menghitung jumlah kromosom dan juga melihat struktur kromosom
dan menilai ada atau tidak perubahan pada strukturnya.

Sampel untuk tes ini bisa dari berbagai jaringan termasuklah:

 Cairan amnion
 Darah
 Sumsum tulang
 Plasenta
Sampel ditempatkan ke dalam piring khusus dan dibiarkan tumbuh di dalam
laboratorium. Kemudian sel yang telah tumbuh diambil sampelnya dan dibuat sediaan
dengan pewarnaan. Dengan menggunakan mikroskop, spesialis laboratorium akan
memeriksa ukuran, bentuk, dan jumlah kromosom dalam sel sampel. Seterusnya sediaan
tadi akan difoto untuk menghasilkan karyotype yang menunjukkan susunan kromosom-
kromosom. Beberapa kelainan termasuk sindroma klinefelter dapat diidentifikasi melalui
jumlah atau susunan kromosom.

Nilai normal adalah:

 Wanita : 44 autosome dan 2 sex kromosom (XX) ditulis sebagai 46,XX


 Laki-laki : 44 autosome dan 2 sex kromosom (XY) ditulis sebagai 46,XY
Pada sindroma klinefelter, akan didapatkan ekstra kromosm X pada laki-laki (47,XXY)

Contoh karyotype pasien sindroma klinefelter

5
Analisa semen1,2,4

Analisa semen adalah tes untuk mengukur jumlah dan kualitas semen dan sperma
seorang laki-laki. Semen adalah cairan putih, tebal dan mengandung sperma yang
dilepaskan saat ejakulasi. Tes ini kadang-kadang disebut juga tes menghitung jumlah
sperma (sperm count). Analisa semen merupakan salah satu pemeriksaan pertama untuk
menilai tahap kesuburan seorang laki-laki. Tes ini berguna untuk menentukan apakah
ada masalah dalam produksi sperma ataupun kualitas sperma yang menyebabkan
infertilitas. Tes ini juga dapat digunakan setelah vasektomi untuk memastikan tidak ada
sperma dalam cairan semen. Hal ini dapat mengkonfirmasi keberhasilan vasektomi. Tes
ini juga dilakukan untuk kondisi tertentu misalnya sindroma klinefelter.

Pengumpulan sampel mungkin melibatkan masturbasi untuk mengumpulkan sperma


ke wadah steril. Sampel juga dapat dikumpulkan saat sexual intercourse dengan
menggunakan kondom khusus. Petugas laboratorium akan memeriksa sampel dalam 2
jam setelah pengumbilan dan semakin cepat dianalisa hasilnya semakin baik dan akurat.

Nilai rujukan adalah:

 Volume normal bervariasi dari 1,5-5,0 mililiter per ejakulasi


 Jumlah sperma antara 20-150 juta sperma per mililiter
 Setidaknya 60% dari sperma memiliki bentuk normal dan motilitas (gerak maju)
yang normal.

Kriteria WHO untuk tes Semen yang normal


 Jumlah sperma > 20 juta/ML
 >40% motilitas progresif
 >30% bentuk normal.

Istilah Keterangan
Oligozoospermia (poor count) Konsentrasi sperma <20x106/ml
Asthenozoospermia (poor motility) Kurang sperma dengan gerak progresif
Teratozoospermia (abnormal Banyak sperma dengan bentuk abnormal
morphology)
Azoospermia Tidak ada sel sperma dalam cairan
ejakulasi
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelainan analisa semen

6
Tes darah untuk memeriksa hormon1-4

FSH (follicle stimulating hormone)

FSH merupakan singkatan follicle stimulating hormone. Hormon ini disekresi oleh
kelenjar hipofisi anterior. Pada wanita, FSH merangsang produksi telur dan hormon
estradiol pada paruh pertama dari siklus menstruasi, sedangkan pada laki-laki hormon ini
berfungsi untuk merangsang produksi sperma. Dokter biasanya menyarankan
pemeriksaan ini jika pasien memiliki tanda gangguan reproduksi atau kelenjar hipofisis.
Dalam beberapa situasi, tes ini juga dilakukan untuk mengkonfirmasi menopause. Tes
FSH biasanya dilakukan untuk membantu mendiagnosa masalah dengan perkembangan
seksual, menstruasi, dan kesuburan dan diindikasikan juga untuk pasien dengan
sindroma klinefelter yaitu laki-laki dengan testis yang tidak berkembang dan infertilitas.

Nilai rujukan untuk FSH normal adalah berbeda tergantung pada usia seseorang dan
jenis kelamin. Berikut adalah nilai rujukan untuk laki-laki mengikut umur:

 Sebelum pubertas : 0-5 mIU/ml


 Selama pubertas : 0,3-10,0 mIU/ml
 Dewasa : 1,5-12.4 mIU/ml

Pada pasien klinefelter, akan didapatkan nilai FSH yang abnormal.

Luteinizing hormone (LH blood test)

Tes LH adalah tes yang mengukur kadar hormon luteinizing yaitu hormon yang
dilepaskan oleh kelenjar pitutari. Pada wanita terjadi peningkatan kadar LH pada
pertengahan siklus yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Pada pria, LH berfungsi untuk
merangsang sel leydig untuk memproduksi testosterone. Dokter biasanya menyarankan
tes ini dilakukan terutama untuk wanita yang mengalami kesulitan untuk hamil, siklus
menstruasi yang tidak teratur, dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan kadar LH
yang abormal.

Nilai rujukan untuk LH normal adalah

 Wanita dewasa : 5-25 IU/L

Kadar LH yang abnormal (meningkat) biasanya ditemukan pada

7
 Anorchia (tidak memiliki testis atau testis ada tapi tidak berfungsi)
 Hypogonadism
 Sindroma klinefelter

Testosterone (serum testosterone)

Tes ini adalah tes yang mengukur jumlah testosteron,hormon pria dari dalam darah.
Tes ini dilakukan jika pasien memiliki gejala-gejala produksi hormon laki-laki
(androgen) yang abnormal. Pada laki-laki, testis memproduksi sebagian besar testosteron
yang beredar dalam sirkulasi. Hormon LH dari kelenjar hipofisis meranagsang sel leydig
pada testis untuk memproduksi testosteron.

Kadar testosteron biasanya digunakan untuk menilai:

 Pubertas pada anak laki-laki yang terlalu awal atau terlambat


 Impotensi dan infertilitas pada pria
 Pertumbuhan rambut berlebihan (hirsutism), dan siklus mentruasi yang tidak
teratur pada wanita.

Nilai rujukan untuk testosterone normal adalah

 Laki-laki : 300-1200 ng/dl


 Wanita : 30-90 ng/dl

Nilai rujukan untuk kadar testosteron normal

8
Estrogen

Hormon estrogen yang dapat diperiksa yaitu estrone (El), estradiol (E2), dan estriol
(E3). Pemeriksaan estadiol dipakai, untuk mengetahui aksis hipotalamus-hipofise-gonad
(ovarium dan testis), penentuan waktu ovulasi, menopause dan monitoring pengobatan
fertilitas. Waktu pengambilan sampel untuk pemeriksaan estradiol adalah pada fase
folikular (preovulasi) dan fase luteal. Kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi,
kehamilan, pubertas prekoks, ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium., dan tumor
adrenal. Kadarnya akan menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium,
infertilitas, sindroma turner, amenorea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa, keadaan
stres, dan sindroma testikular ferninisasi pada wanita. Faktor interfeernsi yang
meningkatkan estrogen adalah preparat estrogen, kontrasepsi oral, dan kehamilan. Serta
yang menurunkan kadarnya yaitu obat clomiphene.

Diagnosis
Diagnosis kerja1-3

Sindroma Klinefelter, juga dikenal sebagai kondisi XXY, adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan laki-laki yang memiliki kromosom X tambahan di
sebagian besar sel mereka. Daripada kromosom XY pola biasa yang dimiliki sebagian
besar laki-laki, orang-orang ini memiliki pola XXY. Sindroma Klinefelter dikenal
setelah Dr Henry Klinefelter pertama kali menggambarkan sekelompok gejala yang
ditemukan pada beberapa pria dengan kromosom X tambahan. Meskipun semua laki-laki
dengan sindrom Klinefelter memiliki kromosom X tambahan, tidak setiap laki-laki XXY
memiliki semua gejala-gejala.
Karena tidak setiap laki-laki dengan pola XXY memiliki semua gejala sindroma
Klinefelter, adalah umum untuk menggunakan istilah laki-laki XXY untuk
menggambarkan orang-orang ini, atau kondisi XXY untuk menjelaskan gejala. Para
ilmuwan percaya kondisi XXY adalah salah satu kelainan kromosom yang paling umum
pada manusia. Sekitar satu dari setiap 500 laki-laki memiliki kromosom X tambahan,
tetapi banyak yang tidak memiliki gejala

Gejala sindroma klinefelter 1-5


Tidak semua laki-laki dengan sindroma klinefelter memiliki gejala yang sama atau
derajat yang sama. Gejala yang timbul adalah tergantung pada berapa banyak sel XXY

9
yang dimiliki dan usia ketika kondisi ini terdiagnosis. Kondisi XXY bisa mempengaruhi
tiga bidang pertumbuhan dan perkembangan utama:

Perkembangan fisik:
Bayi laku-laki XXY kebanyakannya memiliki otot yang lemah dan kekuatan otot
yang berkurang. Mereka mungkin mulai duduk, merangkak, dan berjalan agak terlambat
dari bayi laki-laki normal. Setelah mencapai usia sekitar 4 tahun, laki-laki XXY
cenderung menjadi lebih tinggi dan memiliki kontrol dan koordinasi otot yang kurang
dibandingkan anak lain seusia mereka.

Setelah laki-laki XXY memasuki pubertas, mereka sering tidak memproduksi


testosteron sebanyak anak-anak lain. Hal ini dapat menyebabkan tubuh menjadi lebih
tinggi dengan sedikit massa otot, rambut wajah dan tubuh yang kurang, dan pinggul yang
lebih luas. Sebagai remaja, laki-laki XXY mungkin memiliki payu dara yang lebih besar,
tulang lemah, dan tingkat energi yang lebih rendah daripada laki-laki normal lainnya.

Laki-laki XXY dewasa tampak mirip dengan laki-laki biasa meskipun mereka sering
lebih tinggi. Mereka juga lebih berisiko untuk terkena masalah kesehatan tertentu
misalanya gangguan autoimun, kanker payudara, penyakit pembuluh darah vena,
osteoporosis, dan kerusakan gigi. Laki-laki XXY juga cenderung memiliki testis yang
lebih kecil. Laki-laki XXY dapat memiliki kehidupan seksual yang normal, tetapi mereka
biasanya memproduksi sperma yang sedikit bahkan tidak ada. Sekitar 95-99 persen laki-
laki XXY tidak subur (infertile) karena tubuh mereka tidak memperoduksi jumlah sperma
yang cukup.

Perkembangan bahasa:
Antara 25-85 persen anak laki-laki XXY memiliki beberapa jenis masalah bahasa
seperti terlambat belajar berbicara, kesulitan menggunakan bahasa untuk
mengekspresikan kebutuhan, masalah membaca, dan kesulitan memproses apa yang
mereka dengar. Setelah beranjak dewasa, laki-laki XXY akan mengalami kesulitan untuk
melakukan pekerjaan yang melibatkan membaca dan menulis, tapi tidak kurang dari
mereka yang sukses dalam kerjayanya.

Perkembangan sosial:
10
Bayi laki-laki XXY cenderung tenang dan tidak cerewet. Setelah usia meningkat,
mereka biasanya menjadi pendiam, kurang percaya diri, kurang aktif, dan lebih patuh
serta suka menolong. Remaja laki-laki XXY pula biasanya pendiam dan pemalu. Mereka
biasanya berjuang dengan usaha maksimal di sekolah dan juga bidang olahraga yang
berarti mereka mungkin lebih memiliki masalah untuk bergaul “fitting in” dengan anak-
anak yang lain. Namun sebagai seorang dewasa, laki-laki XXY hidup seperti laki-laki
normal yang lain. Mereka memiliki teman-teman, keluarga, dan hubungan sosial yang
normal.

Diagnosis banding
Hipogonadism 10,13
Hipogonadisme pada pria adalah suatu kondisi yang timbul dari ketidakmampuan
testis untuk menghasilkan hormon seks testosteron, sperma atau keduanya. Sebagai
bagian dari sistem reproduksi mereka, laki-laki memiliki organ genital eksternal yang
disebut testis. Jika testis menghasilkan testosteron terlalu sedikit, maka baik pertumbuhan
organ seksual atau fungsi mereka terganggu. Hormon ini juga memainkan peran penting
dalam pengembangan dan pemeliharaan khas karakteristik fisik maskulin.
Hipogonadisme pada laki-laki terbagi atas dua, yaitu hipogonadisme primer dan
sekunder. Hipogonadisme primer yang juga dikenal sebagai kegagalan testis primer,
berasal dari kelainan di testis. Penyebab umum dari hipogonadisme primer termasuk
sindrom Klinefelter, kelainan bawaan dari seks kromosom X dan Y, kriptokismus
(undescended testis), hemokromatosis, akibat dari terlalu banyak zat besi dalam darah,
cedera pada testis, operasi hernia sebelumnya, pengobatan kanker dan proses penuaan.
Hipogonadisme sekunder disebabkan oleh gangguan pada kelenjar pituitari yang
terhubung ke otak dan berperan dalam mengontrol produksi hormon. Jika pesan kimiawi
dari kelenjar pituitari ke testis tidak dikirim, akan terjadi gangguan fungsi testis. Kondisi
ini bisa terjadi akibat dari cacat pada perkembangan kelenjar pituitari, penyakit radang
tertentu, dan penggunaan obat-obatan tertentu yang digunakan dalam pengobatan
gangguan kejiwaan dan penyakit gastroesophageal reflux (GERD).
Efek dari hipogonadisme terutama ditentukan oleh tahap kehidupan di mana ia terjadi.
Jika gonad menghasilkan terlalu sedikit hormon selama perkembangan awal janin,
pertumbuhan atau fungsi organ seks eksternal dan internal mungkin terganggu. Hal ini
dapat menyebabkan kondisi di mana jenis kelamin anak tidak jelas dengan pemeriksaan

11
luar pada saat lahir. Selama pubertas, gejala hipogonadisme memperlambat pertumbuhan
dan mempengaruhi perkembangan normal. Perubahan fisik dapat mencakup menurunnya
perkembangan massa otot, kurangnya pendalaman suara, gangguan dari pertumbuhan
testis, penis dan rambut tubuh, serta terjadinya pembesaran dari payudara (ginekomastia).
Gejala umum lainnya termasuk fisikal yang tinggi dan proporsi tubuh yang abnormal.
Pada orang dewasa, hipogonadisme dapat mengakibatkan disfungsi ereksi,
ketidaksuburan, penurunan pertumbuhan rambut tubuh dan janggut, peningkatan lemak
tubuh, pengembangan jaringan payudara dan penurunan ukuran atau ketegasan dari testis,
otot dan massa tulang (osteoporosis). Perubahan mental dan emosional juga dapat terjadi
pada hipogonadisme. Apabila kadar testosteron menurun, sebagian pria mungkin
mengalami tanda-tanda dan gejala yang mirip dengan gejala menopause pada wanita. Ini
termasuk hot flashes, penurunan dorongan seksual, iritabilitas, depresi dan kelelahan.
Deteksi dini pada anak laki-laki dapat membantu mencegah pubertas tertunda, dan
pria dewasa akan lebih terlindungi terhadap osteoporosis dan kondisi terkait lainnya.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengujian hipogonadisme jika ada gejala yang
hadir. Untuk mengevaluasi hipogonadisme, pengujian dilakukan di pagi hari, karena
biasanya kadar testosteron paling tinggi di pagi hari. Jika tes konfirmasi kadar testosteron
rendah, pengujian laboratorium lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
adanya gangguan testis. Studi ini dapat mencakup pengujian hormon, analisis air mani,
pencitraan hipofisis, studi genetik dan biopsi testis
Terdapat beberapa metode pengobatan dengan menggunakan testosteron. Ini termasuk
suntikan, patch, dan salep topikal testosteron. Suntikan testosteron dianggap aman dan
efektif. Suntikan diberikan kira-kira setiap 2 minggu. Pasien sering mengalami fluktuasi
gejala antara pemberian dosis. Alternatif lain adalah dengan menggunakan patch
testosteron. Testosteron dapat dicampur dengan perekat dan patch baru tersebut dipakai
ke beberapa bagian tubuh tapi sedikit menyebabkan iritasi kulit. Sebuah patch yang
berbeda menggunakan testosteron dalam sistem reservoir diaplikasikan pada kulit. Sistem
ini lebih erat melekat pada kulit tetapi dapat menyebabkan iritasi kulit yang lebih hebat.
Juga tersedia adalah gel topical testosteron 1 %. Gel ini dipakai satu kali sehari pada
bahu, lengan atas atau abdomen yang bersih dan kering. Tangan harus dicuci dan tempat
aplikasi gel dibiarkan kering selama 3-5 menit sebelum berpakaian. Kemeja harus dipakai
selama kontak dengan wanita atau anak-anak untuk mencegah perpindahan testosteron
kepada mereka. Efek samping dari setiap terapi testosteron mungkin termasuk jerawat,
ginekomastia, memburuknya apnea tidur, dan berkurangnya kadar HDL.
12
Jika hipogonadisme terjadi selama dewasa, gaya hidup dan perubahan pola makan
harus dilakukan untuk mencegah osteoporosis. Olahraga teratur di samping intake
kalsium dan vitamin D yang adekuat diperlukan untuk mengurangi risiko osteoporosis.
Pria yang didiagnosis hipogonadisme mungkin mengalami gangguan psikologis dan
masalah dalam suatu perhubungan akibat disfungsi ereksi atau infertilitas. Keluarga
pasien haruslah mendukung pasien dalam keadaan seperti ini. Selain itu, pasien harus
berbicara dengan dokter tentang bagaimana mengurangi kecemasan dan stres yang sering
menyertai kondisi ini. Dukungan kelompok dapat membantu mereka dengan
hipogonadisme dan kondisi yang terkait menghadapi situasi dan tantangan yang sama.

Etiologi1-9

Sindroma klinefelter tidak diwariskan. Sindrom Klinefelter biasanya terjadi


sebagai akibat dari kesalahan acak selama pembentukan sel-sel reproduksi (telur dan
sperma). Sebuah kesalahan pembelahan sel yang disebut nondisjunction akan
menghasilkan sel reproduksi dengan jumlah kromosom yang abnormal yang akhirnya
menyebabkan laki-laki dilahirkan dengan kromosom seks ekstra. Sebagai contoh, sebuah
sel telur atau sperma dapat memperoleh satu atau lebih salinan tambahan dari kromosom
x sebagai hasil dari nondisjunction. Jika salah satu dari sel reproduksi atipikal ini
memberikan kontribusi untuk susunan genetik seorang anak, anak akan memiliki satu
atau lebih kromosom x tambahan.1,2,3,4

Non disjunction pada meiosis 1 dan meiosis 2

13
Paling sering sindroma klinefelter terjadi disebabkan oleh salinan tunggal ekstra
kromosom x dengan total 47 kromosom per sel. Laki-laki biasanya memiliki satu
kromosom x dan datu kromosom Y dalam setiap sel (46,XY), tapi laki-laki dengan
sindroma klinefelter memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y (747,XXY).
Beberapa laki-laki memiliki kromosom X tambahan hanya dalam beberapa sel mereka.
Kasus ini disebut mosaik (46,XY/47,XXY). Sekitar setengah dari kesalahan terjadi
sewaktu pembentukan sperma, dan sisanya akibat kesalahan dalam pembentukan sel
telur. Salinan tambahan kromosom X ini menggangu perkembangan seksual pria,
mencegah testis dari berfungsi normal, dan menurunkan testosteron.2,3,4
Nondisjunction adalah kesalahan dalam pembelahan sel. Sel-sel yang akan menjadi
sperma dan ovum akan mengalami proses yang dikenal sebagai meiosis. Dalam proses
ini, 46 kromosom dalam sel akan terpisah dan akhirnya akan menghasilkan 2 sel baru
yang masing-masing memiliki 23 kromosom. Sebelum meiosis selesai, kromosom akan
berpasangan dengan kromosom yang sesuai dan akan terjadi pertukaran materi genetik.
Pada wanita, kromosom X akan berpasangan dan pada laki-laki kromosom X dan Y
akan berpasangan. Setelah pertukaran materi genetik, kromosom akan terpisah dan
meiosis akan berlanjut.

Proses normal pembentukan sel telur dan sperma

Dalam beberapa kasus, Xs atau kromosom X dan kromosom Y gagal untuk


berpasangan dan bertukar materi genetik. Kadang-kadang hal seperti ini menyebabkan

14
kromosom bergerak secara indipenden ke sel yang sama, menghasilkan sel telur dengan
dua Xs, atau sperma yang memiliki kedua-dua kromosom X dan Y. Apabila sel sperma
yang memiliki kedua kromosom X dan Y melakukan fertilisasi dengan sel telur yang
mengandung kromosom X tunggal, ataupun sel sperma normal dengan kromosom Y
fertelisasi dengan sel telur dengan dua kromosom X, maka hasilnya adalah anak laki-
laki dengan kromosom 47,XXY.

Proses fertilisasi yang menghasilkan anak dengan 47,XXY

Epidemiologi dan faktor resiko 1,2,4

Sindroma klinefelter merupakan suatu kelainan genetik yang terjadi secara


acak/random. Sindroma ini terjadi sekitar 1 dari 500-1000 anak laki-laki yang lahir.
Wanita yang hamil setelah usia mencapai 35 tahun mempunyai resiko yang sedikit lebih

15
tinggi untuk melahirkan anak dengan sindroma klinefelter daripada wanita yang hamil
dibawah usia 35 tahun.2,3

Patofisiologi 5,6,9
Sindrom Klinefelter yang mempunyai karyotipe 47, XXY terjadi bila pasangan
kromosom gagal untuk terpisah, yaitu terjadi non-disjunction pada miosis I atau II,
sewaktu proses spermatogenesis atau oogenesis. Sekitar 10% pasien Klinefelter
merupakan tipe mosaicism, yaitu non-disjunction yang terjadi setelah fertilisasi terjadi
(post fertilization nondisjunction). Kromosom x membawa gen yang memainkan peran
penting dalam banyak sistem tubuh termasuk fungsi testis, perkembangan otak, dan
pertumbuhan tubuh badan normal. Penambahan lebih dari 1 kromosom X atau
kromosom Y pada kromosom pria yang seharusnya 46 XY menyebabkan kelainan fisik
dan kognitif. Secara umum, tingkat kelainan fenotip termasuk keterbelakangan mental
secara langsung berhubungan dengan jumlah kromosom X yang ditambah. Semakin
banyak jumlah kromosom X, semakin besar pengaruhnya terhadap perkembangan
somatik maupun kognitif.
Penderita Klinefelter bisa mengidap kelainan skeletal dan kardiovaskuler berat.
Perkembangan gonad sangat terpengaruh terhadap setiap kromosom X tambahan. Antara
kelainan yang dapat disebabkan oleh pertambahan kromosom X adalah infertilitas
karena disgenesis tubulus seminiferus dan kecacatan pada alat genitalia luar
(hipoplastik). Selain itu, perkembangan kognitif yang terganggu berpengaruh terhadap
kapasitas IQ skor kira-kira berkurang 15 poin untuk setiap tambahan kromosom X
namun hal ini bersifat subyektif. Efek yang menjadi masalah utama penderita Kinefelter
adalah hipogonadisme, ginekomastia serta masalah psikososial.
Sindrom Klinefelter adalah bentuk dari kegagalan testis primer dengan penyebab
utamanya adalah terjadi peningkatan kadar gonadotropin akibat berkurangnya inhibisi
umpan balik negatif. Defisiensi androgen menyebabkan proporsi tubuh yang eunuchoid;
bulu wajah/tubuh yang jarang atau kurang, distribusi lemak tubuh yang bersifat feminin,
ginekomastia, mikrotestis, mikropenis, libido yang berkurang, penurunan ketahanan
tubuh badan terhadap penyakit, dan osteoporosis. Pada saat pubertas pasien Klinefelter
akan mengalami perubahan pada sumbu hipotalamus-hipofisis-gonad yang
menyebabkan onset gejala klinis klasik pada sindrom Klinefelter. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya kadar testosteron serum yang mencetus keadaan hipogonadism,

16
peningkatan kadaar FSH, LH, serta estradiol yang menyebabkan feminisasi sifat seks
sekunder pria.

Penatalaksanaan1-5
Jika seseorang terdiagnosis dengan sindroma klinefelter, pengobatan dini dapat
membantu meminimalkan masalah. Untuk penatalaksanaan yang komplit, mungkin
diperlukan kerjasama dengan tim penyedia pelayanan kesehatan termasuk dokter yang
spesialisasi dalam mendiagnosis dan mengobati gangguan yang melibatkan kelenjar
tubuh dan hormon (endokrinologi), ahli terapi bicara, dokter anak, ahli terapi fisik,
konselor genetik, spesialis dalam bidang reproduksi dan infertilitas, serta seorang
penasihat atau psikolog.

Meskipun tidak ada cara untuk memperbaiki perubahan kromosom seks karena
sindroma klinefelter, perawatan dapat meminimalkan dampaknya. Semakin dini
diagnosis dibuat dan pengobatan dimulai, semakin besar manfaat. Tapi tidak akan ada
kata terlambat untuk mendapatkan bantuan. Pengobatan untuk klinefelter termasuk:

Medikamentosa
Terapi penggantian testosteron/testosterone replacement therapy

Laki-laki dengan sindroma klinefelter tidak menghasilkan hormon testosteron yang


cukup dan efeknya dapat berkepanjangan seumur hidup. Mulai saat onset pubertasa yang
biasa, penggantian testosteron dapat membantu mengobati dan mencegah sejumlah
masalah. Testosteron dapat diberikan sebagai suntikan, dengan gel, atau patch pada
kulit. Terapi penggantian testosteron memungkinkan seseorang anak untuk mengalami
perubahan tubuh yang biasanya terjadi pada pubertas misalnya perkembangan suara
lebih dalam, tumbuh rambut pada wajah dan tubuh, meningkatnya massa otot dan juga
ukuran penis. Terapi testosteron juga dapat membantu mengurangi pertumbuhan
jaringan payudara, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengurangi resiko patah tulang.
Namum ini tidak akan menghasilkan perubahan pembesaran testis atau meningkatkan
infertilitas.

17
Pengobatan infertilitas/fertility treatment

Kebanyakan laki-laki XXY tidak bisa mempunyai anak karena tidak ada sperma yang
diproduksi dalam testis. Beberapa dari mereka mungkin memiliki produksi sperma
namun sangat minimal. Salah satu pilihan yang bisa bermanfaat untuk laki-laki seperti
ini adalah injeksi sperma intrasitoplasmik (ICSI). Dalam prosedur ini, sperma dalam
testis diambil dengan menggunakan jarum biopsi dan disuntikkan langsung ke dalam sel
telur. Waktu yang optimal untuk biopsi testis adalah ketika spermatogenesis sedang
berlangsung menuju tahap penyelesaian dan sperma yang bergerak dapat diambil.
Biasanya dilakukan pada laki-laki yang tidak bisa ejakulasi atau tidak ada sperma dalam
ejakulatnya. Saat ini ada yang menggunakan USG skrotum dan spektroskopi MRI untuk
pasien dewasa untuk menentukan waktu yang optimal untuk biopsi testis. Alternatif lain
untuk memiliki anak termasuklah adopsi dan inseminasi buatan dengan sperma donor.

Non medika mentosa


Terapi bicara dan terapi fisik/speech and physical therapy

Perawatan ini dapat membantu anak laki-laki dengan sindroma klinefelter mengatasi
masalah dalam pidato dan bicara, kemampuan bahasa, dan juga kelemahan otot. Terapi
fisik harus direkomendasikan pada anak laki-laki yang mengalami hipotonia atau
keterlambatan kemampuan motorik yang mempengaruhi tonus otot, keseimbangan, dan
kordinasi

Dukungan pendidikan/educational support

Beberapa anak laki-laki dengan sindroma klinefelter memiliki kesulitan belajar dan
sekiranya diberikan dukungan dan bantuan terbukti sangat bermanfaat buat mereka. Jadi
harus adakan diskusi dengan guru sekolah, konselor sekolah, dan juga perawat sekolah
tentang jenis dukungan dan bantuan yang mungkin diperlukan. Laki-laki yang menderita
Sindrom Klinefelter harus dilakukan evaluasi psikoedukasi yang komprehensif untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan mereka. Informasi yang diperoleh dari evaluasi ini
bisa membantu dalam merencanakan jenis dan penempatan kelas dan sekolah.

Konseling psikologi/psychological counseling

18
Memiliki sindroma klinefelter bisa menjadi suatu tantangan, khususnya selama masa
pubertas dan dewasa muda. Untuk laki-laki dengan kondisi tersebut, menerima hakikat
dan mengatasi infertilitas itu sangat sulit. Seorang terapis keluarga, konselor, atau
psikolog dapat membantu untuk kerja seperti ini yang melibatkan masalah emosional.

Terapi bedah
Pengangkatan jaringan payudara/breast tissue removal

Pada laki-laki yang mengalami pembesaran payudara (genikomastia), jaringan


payudara yang berlebihan dapat dihilangkan oleh dokter ahli bedah plastik, untuk
menjadikan dada tampak normal. Hanya sekitar 10% pria XXY yang memerlukan
mastektomi. Mastektomi diindikasikan pada ginekomastia yang menimbulkan tekanan
psikologis pada pasien dan meningkatkan resiko kanker payudara.

Komplikasi1,4,5
Individu dengan sindroma klinefelter mempunyai resiko 20 kali lipat lebih besar
untuk menderita kanker payudara daripada laki-laki normal. Insiden kanker payudara
pada pasien klinefelter adalah sebanding dengan dengan insidensi pada wanita, yang
menunjukkan hubungan yang kuat antara ketidakseimbangan hormon dan kanker
payudara.
Penderita sindroma klinefelter juga bisa mengalami gangguan pemusatan perhatian
dan juga kesukaran dalam pembelajaran. Peningkatan jumlah kromosom X secara
abnormal pada penderita klinfelter misalnya 58,XXXY, 49,XXXXY, dan 50,XXXXXY
juga sangat mempengaruhi IQ. Penurunan IQ akan meningkat dengan meningkatnya
jumlah tambahan kromom X.
Resiko untuk terjadinya osteoporosis juga meningkat karena kukurangan hormon
androgen, dan terapi testosteron akan menurunkan resiko ini. Sama seperti wanita
dengan sindroma turner, laki-laki XXY juga berisiko tinggi untuk menderita penyakit
autoimun seperti diabetes, rheumatoid artritis, dan systemic lupus erythematosis.
Selain komplikasi diatas, komplikasi dari aspek emosi dan kejiwaan juga seringkali
terjadi. Kesukaran menerima hakikat menderita klinefelter apalagi infertilitas
menyebabkan rasa malu, stess, dan akhirnya depresi.

19
Pencegahan1
Mencegah klinefelter memang tidak bisa, namun deteksi dini sudah bisa dilakukan
walaupun belum rutin. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak laku-laki XXY telah
didiagnosis sebelum lahir (prenatal diagnosis) melalui pemeriksaan amniosintesis atau
chorionic villus sampling (CVS). Pada amniosentesis, sampel cairan yang mengelilingi
janin diambil dan sel-sel janin yang ada dalam cairan tersebut diperiksa untuk melihat
ada tidaknya kelianan kromosom. CVS mirip dengan amniosentesis, kecuali prosedur ini
dilakukan pada trimester pertama dan sel-sel janin yang ingin diperiksa diambil dari
plasenta. Namun demikian, prosedur ini tidak digunakan secara rutin kecuali bila ada
riwayat keluarga cacat genetik, wanita hamil lebih tua dari 35 tahun, atau ketika ada
indikasi medis yang lain.

Prognosis
Diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dapat membantu seorang lak-laki sindroma
klinefelter untuk hidup seperti laki-laki normal juga dengan tehnik-tehnik tertentu pasien
ini dapat mempunyai anak. Walaupun banyak penyakit dan komplikasi yang berisiko
untuk didapat, namun dengan pengobatan yang teratur resiko ini dapat dikurangkan dan
prognosis akan lebih baik.

Kesimpulan

Sindrom Kinefelter merupakan kelainan kromosom seks yang sering ditemukan.


Kelainan hipogonadisme, defisiensi androgen, dan kerusakan spermatogenesis.
Sebagian pasien menunjukkan semua gejala klasik kelainan ini yakni ginekomastia,
testis yang kecil, rambut tubuh yang jarang, postur tinggi, dan infertil. Sedangkan pasien
lainnya tidak menunjukkan semua gejala ini. Penanganannya terdiri atas terapi sulih
testosteron untuk mengoreksi defisiensi androgen agar pasien mengalami virilisasi yang
sesuai. Terapi ini juga memberi efek yang positif pada perbaikan mood, citra diri, dan
terbukti melindungi pasien dari osteoporosis, walaupun tidak bisa mengembalikan
kesuburan. Selain itu pananganan dari aspek dukungan moral, terapi bicara dan fisik,
serta konseling juga sangat penting untuk pasien seperti ini.

20
Daftar pustaka

1. Bock R. Understanding Klinefelter syndrome: A guide for XXY males and their
families. National Institute of Child Health & Human Development. 30 Aug 2010.
Diunduh dari http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/klinefelter.cfm. 25
september 2016.
2. Klinefelter syndrome. U.S national library of Medicine, National Center for
Biotechnology Information, 1 November 2010. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001420/ 25 september 2016
3. Klinefelter syndrome. Genetics Home Reference. 30 Aug 2010. Diunduh dari
http://www.ghr.nlm.nih.gov/condition/klinefelter-syndrome. 26 september 2016
4. Klinefelter syndrome. National institutes of health, office of rarae disease research.
Diunduh dari
http://rarediseases.info.nih.gov/GARD/QnASelected.aspx?diseaseID=8705 26
september 2016
5. Chen H. Klinefelter syndrome: Treatment and Medication. eMedicine. March 22,
2010 Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/945649-treatment. 26
september 2016.
6. Learning about klinefelter syndrome. National human genome research institute,
national institutes of health, 20 july 2010. Diunduh dari
http://www.genome.gov/19519068, 26 september 2016

7. Mayo clinic staff. Klinefelter syndrome. 28 oktpber 2010. Diunduh dari


http://www.mayoclinic.com/health/klinefelter-syndrome/DS01057 26 September
2016
8. Englert C.H. Klinefelter syndorme. Wake Forest University School of Medicine,
Department of Pediatrics, Section on Medical Genetics, Winston-Salem, NC.
11/1/2010 U.S. Department of Health and Human ServicesNational Institutes of
Health. Diunduh dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000382.htm
26 September 2016.
9. Adkinson R.L, Brown M.D. Disorders of gender differentiation and sexual
development in Elsevier’s Integrated Genetics 2007. Hal 190-195
10. Suryo. Abnormalitas akibat kelainan kromosom dalam Genetika manusia, Universitas
Gadjah Mada press, cetakan ke 6 tahun 2001. Hal 241-25.

21
11. Okada H, Fujioka H, Tatsumi N, Kanzaki M, Okuda Y, et al. Klinefelter's syndrome
in the male infertility clinic, Oxford Journals Medicine Human Reproduction Volume
14, Issue4 Pp. 946-952. 17 JULY 1998, diunduh dari
http://humrep.oxfordjournals.org/content/14/4/946.full 26 september 2016.
12. Anwar R. sintesis, fungsi dan interpretasi pemeriksaan hormon reproduksi
subbagian fertilitas dan endokrinologi reproduksi. Bagian obstetri dan ginekologi
fakultas kedokteran unpad bandung 2005. Diunduh dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/05/sistesis_fungsi_dan_interpretas
i_hormon_reproduksi.pdf 26 September 2016.

13. Dada R, Ahmad M. E., Talwar R , Kucheria K. Clinical And Genetic Study Of A XX
(SRY) negative male, Genetics Division, Dept. of Anatomy, All India Institute of
Medical Sciences, New Delhi September 2002. Diunduh dari
http://priory.com/med/xx.htm 26 September 2016.

22

Anda mungkin juga menyukai