Andre Oktavian Missa 102016003/ Edward Anderson N 102016160/ Margie Soflyta 102012388/
Raudah 102016006/ Naftalia Rilla 102016124/ Cicilia Sinaga 102016170/ Gloria Vriscila
102016234
Email: raudah.2016fk006@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang dihasilkan oleh bakteri penyakit.
Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan
orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan
yang kurang baik. Bakteri yang kerap menjadi penyebab keracunan makanan yaitu, salmonella,
campylobacter, listeria, dan escherchia coli (E.coli). Bakteri yang tumbuh subur dan berkembang
biak pada beberapa jenis makanan yang cenderung dihinggapi bakteri, antara lain: daging,
ungags, produk olahan susu, telur, produk laut, nasi matang, buah potong.
Kata kunci: Keracunan makanan, bakteri
Abstrac
food poisoning if someone has a health problem after consuming food contaminated with
bacteria or poisons produced by bacterial diseases. These microorganisms can enter our bodies
through food by means of people who process food or indeed come from food itself due to poor
processing. Bacteria that often cause food poisoning are salmonella, campylobacter, listeria,
and escherchia coli (E. coli). Bacteria that thrive and breed in several types of food that tend to
be infested with bacteria, including: meat, ungags, dairy products, eggs, marine products,
cooked rice, cut fruit.
Keyword: Food poisoning, bacterial
1
Pendahuluan
Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan makanan adalah
makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene makanan dan
minuman antara lain dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan yang dipergunakan
dalam proses penyediaan makanan dan minuman.1 Kondisi ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang cukup tinggi. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun
2010, telah terjadi dua milyar kasus dan lebih dari satu juta kematian akibat keracunan makanan
dari 22 etiologi yang berbeda.
Keracunan Makanan
Ada beberapa faktor yang juga dapat meningkatkan insiden keracunan makana yakni
industrialisasi, urbanisasi, perubaha gaya hidup, populasi yang padat, perdagangan bebas, higene
lingkungan yang buruk, kemiskinan dan ketiadaan fasilitas menyaipkan makanan. Faktor paling
berkontribusi pada kasus keracunan pangan adalah pengolahan makanan yang terkait dengan
ketahanan hidup patogen, persiapan terlalu lama sebelum dihidangkan dan penyimpanan
makanan yang tidak sesuai. Studi lain terkait keamanan pangan menyebutkan bahwa praktik
2
yang bertanggung jawab pada keracunan pangan akibat mikroba memiliki tipikal kontaminasi
silang makanan mentah dan makanan jadi, pengolahan makanan yang tidak adekuat, dan
penyimpanan yang tidak sesuai.5
Etiologi
Salmonella merupakan penyebab keracunan makanan yang paling umum, sedangkan daging,
telur, dan ikan-ikanan merupakan bahan pangan yang sering kali terkontaminasi.6
3
Faktor Risiko dan Gejala Keracunan Makanan
a. Ibu hamil
Perubahan metabolism selama hamil akan meningkatkan risiko terhdapat keracunan makanan.
Reaksi tubuh terhadap organisme kontaminan juga dapat lebih parah dari biasanya seperti dapat
mengancam kondisi janin.
b. Anak-anak
Pada masa anak-anak, sistem imun belum sepenuhnya berkembang layaknya orang dewasa,
sehingga respon terhadap pajanan organisme kontaminan dalam makan juga semakin rendah.
c. Lanjut usia
Dengan bertambahnya usia, sistem imun akan semakin menurun dalam fungsi dan jumlahnya,
sehingga orang yang semakin tua akan memiliki respon imunitas yang lebih rendah terhadap
makan yang terkontaminasi sehingga lebih mudah untuk terjadi keracunan makanan.
Memiliki penyakit kronis seperti diabetes, AIDS dan penyakit liver dapat menurunkan respon
kekebalan tubuh kita terhadap pajanan organisme kontaminan, begitu juga dengan orang kondisi
khusus seperti orang yang sedang menjalani kemoterapi.
a. Demam
b. Sering membuang air besar,
c. Tinja cair dan mungkin disertai darah, nanah atau mukus
d. Badan terasa sejuk,
e. Lesu dan muntah
4
f. Mulas dan sakit perut,
g. Dehidrasi,
h. Hilang selera makan.
1. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu
yang telah dicampur dengan telur mentah
2. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-
turut dalam setiap jamnya
3. Orang yang rentan mengalami dehidrasi sebaiknya diberikan cairan rehidrasi oral (oralit).
4. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukkan
jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan
kontraksi
5. Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat
untuk mendapatkan perawatan intensif.6
Promotif
Beberapa hal sederhana dapat dilakukan untuk meminimalkan potensi terjadinya keracunan
makanan. Ikutilah petunjuk WHO mengenai 5 langkah menuju keamanan pangan dengan
seksama, seperti berikut ini:7
1. Jagalah kebersihan
5
Preventif
Tindakan Preventif melalui komunikasi yaitu sesuaikan dengan metode komunikasi sesuai
dengan target grup dan situasi:6
1. Proses makanan secara higienis, baik dalam hal penyimpanan, penanganan, maupun
penyiapan.
2. Jangan konsumsi makanan yang sudah kadaluwarsa dan ikuti petunjuk pada kemasan.
3. Hindari membeli makanan dan minuman dari tempat yang kebersihannya tidak terjamin.
4. Cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan.
5. Hindari makanan yang sudah berbubah warna, aroma, dan rasa.
Status kejadian luar biasa (KLB) diatur oleh peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian luar biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu. Yang menjadi perhatian khusus pada KLB adalah penyakit
yang memiliki potensi menular relatif cepat, selain itu keracunan juga memiliki potensi masuk
dalam kategori kejadian luar biasa.8
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai
berikut:9
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
6
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka
kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Upaya pencegahan dilakukan sesuai dengan hasil penyelidikan terhadap populasi berisiko dan
faktor risikonya. Secara umum, pada KLB kolera pemberian antibiotika pada penderita dapat
sekaligus memutus mata rantai penularan dan diikuti dengan distribusi air bersih, memasak air
sebelum diminum, pemberian kaporit dan pengamanan makanan. Upaya penanggulangan
didukung oleh sistem surveilans selama periode KLB yang dapat menuntun arah dan evaluasi
upaya penanggulangan.
o Merawat dan memberikan pengobatan diare sesuai bagan tatalaksana diare sesuai derajat
dehidrasinya (sesuai standar)
o Melakukan registrasi pencatatan nama, umur, alamat lengkap, tanggal berobat dan waktu mulai
sakit, gejala, diagnosa (sebagaimana terlampir)
7
o Mengatur logistik dan obat-obatan
Tim penanggulangan KLB menyelenggarakan penyuluhan untuk melakukan perawatan dini dan
mencermati tanda-tanda dehidrasi, penyuluhan segera berobat bagi setiap penderita dan bahkan
secara aktif mencari kasus sedini mungkin. Upaya ini bekerjasama dengan para guru, petugas
desa atau kelurahan, petugas Puskesmas lainnya. Pada KLB kolera dapat dilakukan kaporisasi
sumber air minum yang digunakan oleh penduduk daerah terjangkit KLB diare. Penduduk juga
mendapat penyuluhan memasak air minum, pengamanan makanan dari pencemaran, lisolisasi
bahan atau pakaian dan lantai.9
Kesimpulan
Dari kasus skenario 10 terdapat 50% undangan mengalami keracunan makanan yang mana ini
termasuk dalam kriteria KLB. Perlunya menyelenggarakan pelayanan kedokteran dimasyarakat
secara lanjut dan menyeluruh dari promotif, preventif, kuratif juga rehabilitative agar dapat
menjadikan masyarakat lebih mengerti tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan,
makanan dan perorangan.
8
Daftar Pustaka
1. Cahyaningsih, C. T., Kushadiwijaya, H., & Tholib, A. (2009). Hubungan higiene sanitasi
dan perilaku penjamah makanan dengan kualitas bakteriologis peralatan makan di
warung makan. Berita Kedokteran Masyarakat, 25(4), 180.
2. [Kirk MD, Pires S, Black RE, et al. World Health Organization estimates of the Global
and Regional Disease Burden of 22 Foodborne Bacterial, Protozoal, and Viral Diseases,
2010: A Data Synthesis. PLOS Medicine. 2015.12(12):e1001921]
3. Wulandari, Ratna; KH, Oktia Woro. Efek Smartcards Dalam Meningkatkan Pengetahuan,
Sikap, Dan Praktik Dalam Memilih Pangan Jajanan. Journal Of Health Education. Unnes
Journal Of Public Health. JHE 1 (1), 2016.
4. Keracunan Makanan. Available at.
https://www.coursehero.com/file/31427127/MAKALAH-KERACUNAN-
MAKANANdocx/ last updated 15 Juli 2019.
5. Arisanti, R. R., Indriani, C., & Wilopo, S. A. (2018). Kontribusi agen dan faktor
penyebab kejadian luar biasa keracunan pangan di Indonesia: kajian sistematis. Berita
Kedokteran Masyarakat, 34(3), 99-106.
6. Arisman, Dr. buku ajar ilmu gizi Keracunan Makanan, cetakan I, Jakarta 2009.
7. Penyakit Akibat Keracunan Makanan. Available at.
http://www.searo.who.int/indonesia/publications/foodborne_illnesses-id_03272015.pdf
last updated 15 Juli 2019.
8. Pengertian Kejadian Luar Biasa. Available at. https://idtesis.com/upaya-penanggulangan-
kejadian-luar-biasa-klb-dan-indikator-keberhasilan/ last updated 15 Juli 2019.
9. Keracunan Makanan. Available at. http://mediakom.sehatnegeriku.com/keracunan-
makanan/ diunduh pada tanggal 11 Juli 2019