Anda di halaman 1dari 28

PERTUSSIS

Pembimbing:
dr. Desi Yulyanti, Sp.A

disusun oleh :
• Muhammad Hashfi Luthfillah Hanmi G4A020002

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK | RSUD BANYUMAS


FAKULTAS KEDOKTERAN | UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
Sejarah
• Infeksi akut yang disebabkan oleh Bordetella
pertussis
• Wabah pertussis pertama kali dijelaskan pada
abad ke 16 oleh Guillaume de Baillou
• 1906  pertusis diisolasi
• > 200.000 kasus setiap tahun di amerika pada
era sebelum vaksinasi
Pertussis / whooping cough / batuk rejan /
tussis quinta / violent cough / batuk 100 hari
• Suati penyakit infeksi traktus respiratorius yang secara klasik
disebabkan oleh Bordetella pertussis, namun walaupun jarang dapat
pula disebabkan oleh Bordetella parapertussis.
Epidemiologi
• Terjadi di seluruh dunia terutama negara dengan cakupan vaksinasi yang kurang optimal
• Di amerika serikat:
• 175.000 kasus per tahun, sebelum pemberian vaksin
• Bertahap menurun sejak 1940 an
• 1980 – 1990  2.900 kasus per tahun
• 1980  meningkat secara bertahap
• 2000 an  puncak epidemi
• Reservoir  manusia
• Penularan
• orang ke orang melalui droplet
• Sangat mudah tertular
• Tidak ada pola musiman yang berbeda, tetapi dapat meningkat di musim panas dan gugur
Bordetella Pertussis
• C. diphtheriae bakteri aeorbik gram negatif
• Menghasilkan beberapa produk antigenik dan aktif secara biologis
• Pertussis toxin (PT)
• Filamentous hemagglutinin (FHA)
• Agglutinogen
• Adenylate cyclase
• Pertactin
• Tracheal cytotoxin

• Klasifikasi B. Pertussis
• Kingdom: bacteria
• Phylum: proteobacteria
• Class: beta proteobacteria
• Ordo: burkholderiales
• Famly: alcagenaceae
• Genus: Bordetella
• Species: bordetella pertussis
Patogenesis
• Kuman  silia epitel saluran nafas
• Mengalami 4 fase
• Perlekatan
• Pertahanan penjamu
• Kerusakan lokal
• Penyakit sistemik
• Toksin  peradangan ringan /hiperplasia jaringan limfoid peribronkial
 fungsi silia menurun  infeksi sekunder
Spektrum gejala pertusis
• Masa inkubasi  7 – 10 hari, dengan range 4 – 21 hari dengan
sekurang kurangnya memiliki 1 gejala yang berhubungan dengan:
• Whoop
• Paroksisimal
• Muntah setelah batuk
• Tidak ada penyebab lain yang jelas
• Manifestasi klinis: tergantung etiologi spesifik, umur, dan status
imunisasi
• Perjalanan klinis terdiri 3 stadium: kataralis, paroksisimal konvalesen
kataralis
• Menyerupai infeksi saluran pernapasan atas
• Manifestasi klinis:
• Rinore
• Injeksi konjungtiva
• Lakrimasi
• Batuk ringan
• Panas tidak tinggi
Paroksisimal
• Frekuensi/derajat batuk bertambah  whoop
• Penderita tampak:
• Muka merah/sianosis
• Mata menonjol
• Lidah menjulur
• Lakrimasi
• Salivasi
• Distensi vena leher
• Ptekie
• Perderahan subkonjungtiva
• Episode batuk paroksisimal  muntah
• Apatis, berat badan turun
konvelesen
• Berhentinya whoop/muntah
• Serangan paroksisimal berangsung-angsur menurun
• Dapat timbul serangan paroksisimal kembali; berulang ulang sampai
beberapa bulan
Gejala Klinis
• Usia < 3 bulan  choking (tercekik) gasping (megap megap),
perubahan warna, apnea, batuk paroksisimal
• Usia < 2 tahun  batuk paroksisimal, whoops, emesis, dispnea,
kejang
• Usia > 2 tahun  lebih ringan
Penegakkan diagnosis
• Anamnesis
• Kontak
• Batuk paroksisimal
• Whoop
• imunisasi
• Pemeriksaan fisik
• Tergantuk stadium
• Laboratorium
• Lekositosis 20.000 – 50.000/mm3 dgn limfositosis absolut  khas pada stad kataral akhir
dan paroksisimal
• Isolat B. Pertussis
• Tes serologis: ELISA IgM IgG, IgA terhadap FHA dan PT
Penatalaksanaan
• Tujuan
• Membatasi jumlah paroksisimal
• Observasi beratnya batuk
• Menyediakan pertolongan jika diperlukan
• Memaksimalkan nutrisi, istirahat, dan penyembuhan tanpa sekuele
Pengobatan
• Terapi suportif  mengurangi serangan batuk, mengatur hidrasi dan
nutrisi
• Antibiotik
• Eritromisin (50mg/kgbb/hari) atau ampisilin (100 mg/kgbb/hari), max dose 2
gram/hari diberikan 14 hari untuk mencegah relaps
• Pemberian ab tidak memperpendek stadium paroksisimal
Pencegahan
• Imunisasi aktif
• Imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) diberikan pada bayi mulai umur
6 minggu berupa DTwP atau Dtap
• Imunisasi Dtap diberikan saat anak usia 2,3,4 bulan / 2,4,6 bulan
Jadwal
Imunisasi
Komplikasi
• Bakterial pneumonia
• Bayi kecil dengan resiko tinggi
• Komplikasi neurologis: kejang, ensefalopati
• Otitis media, anoreksia, dehidrasi
Vaksin Pertusis
• Toksoid difteri dikombinasi dengan toksoid tetanus (DTaP / DT)  harus diberikan <7 tahun
• Toksoid difteri dikombinasi dengan toksoid tetanus dan aseluler vaksin pertussis (Td / Tdap) 
harus diberikan >= 7 tahun
• DTaP-HepB-IPV (Pediarix)  dilisensikan untuk 3 dosis pertama diantara usia 6 minggu – 6
tahun
• DTaP-IPV/Hib (Pentacel)  dilisensikan untuk 4 dosis pertama diantara usia 6 minggu - 4 tahun.
• DTaP-IPV (Kinrix)  hanya dilisensikan untuk dosis kelima DTaP dan dosis keempat IPV di antara
usia 4 sampai 6 tahun.
• DTaP-IPV (Quadracel) hanya dilisensikan untuk dosis keempat DTaP dan dosis keempat/kelima
IPV di antara usia 4 sampai 6 tahun.
• DTaP-IPV-Hib-HepB (Vaxelis) dilisensikan untuk digunakan pada anak usia 6 minggu hingga 4
tahun.
karakteristik
• Vaksin mengandung toksoid (terdapat alumuniun) diberikan lewat IM
• DTaP-HepB-IPV (Pediarix), DTaP-IPV/Hib (Pentacel), DTaP-IPV-Hib-HepB
(Vaxelis), DTaP-IPV (Kinrix), dan DTaP-IPV (Quadracel) mengandung
neomisin dan polimiksin B sebagai antibiotic
• DTaP-IPV-Hib-HepB (Vaxelis) mengandung streptomisin sebagai
antibiotik.
• Vaksin DTaP-HepB-IPV (Pediarix) dan DTaP-IPV-Hib-HepB (Vaxelis)
mengandung protein ragi.
• Presentasi beberapa vaksin yang mengandung toksoid difteri
mengandung karet lateks.
Jadwal Vaksinasi Dan Penggunaannya
• DTaP
• 6 minggu – 6 tahun  3 dosis usia 2,4,6 bulan, dosis booster antara 4-6 tahun
(total 5 dose)
• 3 dosis pertama diberikan dgn interval 4 – 8 minggu
• Dosis ke 4 diberikan pada usia 6 – 12 bulan
• Booster diberikan saat usia 15 – 18 bulan dan usia 4 – 6 tahun
• DT digunakan sebagai pengganti DTaP jika anak memiliki kontraindikasi yang
valid terhadap vaksin pertusis
Pemberian Tdap
• 1 dosis TDaP selama kehamilan
• 1 dosis TDaP yang tidak diketahui riwayat pemberian Tdap: orang
dewasa atau remaja yang kontak dekat dengan bayi < 12 bulan DAN
petugas kesehatan
• 3 dosis vaksin yang mengandung tetanus dan difteri untuk remaja
dan dewasa dengan riwayat belum diberikan vaksin primer
Kontraindikasi & peringatan pemberian
vaksin pertussis
• Kontraindikasi:
• Reaksi alergi yang parah
• Ensefalopati  dapat diidentifikasikan dalam 7 hari pasca vaksinasi
• Peringatan:
• Memiliki penyakit yang bersifat moderate & severe acute
• Progressive/ unstable Gangguan saraf (DTaP dan Tdap)
• Kejang tidak terkontrol (DTaP dan Tdap)
• Ensefalopati progresif (DTaP dan Tdap)
• GBS  dalam waktu 6 minggu setelah dosis vaksin yang mengandung toksoid tetanus
sebelumnya (DTaP, DT, Tdap, Td)
• Riwayat reaksi hipersensitivitas tipe Arthus setelah dosis vaksin yang mengandung
toksoid difteri atau tetanus sebelumnya (DTaP, DT, Tdap, Td)
Prognosis
• Tergantung usia, lebih tua lebih baik
• Risiko kematian bayi disebabkan ensefalopati (0,5 – 1%)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai