Anda di halaman 1dari 15

PENYULUHAN KEPADA MASYARAKAT

TENTANG LABIO/BIBIR SUMBING

KELOMPOK 3:
AGITA SALMA PUTRI
KHOIROTUN NISA
NADIA NURFADILLA
NADRIYASIN FAROCHI GUSNADIS
NOVA RISKANA
SARTIKA APRIANI
SITI NURAISYAH
TUTI ALAWIYAH
Apa itu Bibir Sumbing ?

Labio/plato skisis merupakan kongenital anomali yang berupa


adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Palatoskisis
adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan
oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa
kehamilan 7-12 minggu.
Labio/Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat
terjadi pada daerah mulut, berupa palato skisis (subbing
palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu
selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)
Apa penyebab dari bibir sumbing ?
1. Herediter
Secara Heriditer bibir sumbing terjadi karena material genetic dalam kromosom,
isalnya terjadi mutasi gen ataupun kelainan kromosom (agen atau faktor yang
menimbulkan cacat pada masa embrio
2. Faktor Eksretnal/ Lingkungan.
Konsumsi obat- obatan, misalnya Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985)
Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam
Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin, Antineoplastik, Kortikosteroid.
Nutrisi, misalnya kekurangan zat seperti vitamin B6, B kompleks, dan asam folat.
Infeksi Penyakit Sifilis dan Virus Rubella
Terpapar Radiasi
Terjadinya Stres emosional selama kehamilan
Terjadinya Trauma selama kehamilan terutama pada trimester pertama (Wong,
Donna L. 2003).
Klasifikasi Bibir Sumbing

Berdasarkan organ yang terlibat, bibir sumbing


dibedakan menjadi beberapa jenis, yakni:
Labioskizis atau Celah di bibir
Gnatoskizis atau Celah di gusi
Palatoskizis atau Celah di langit- langit
Celah yang dapat terjadi pada lebih dari satu organ,
misalnya Labiopalatoskizis atau celah pada bibir dan
langit- langit 
 
Klasifikasi bibir sumbing
Klasifikasi bibir sumbing
Berdasarkan Veau, bibir sumbing diklasifikasikan menjadi
4 golongan, yakni:
Golongan I, terjadi celah pada langit lunak
Golongan II, terjadi celah pada langit – langit lunak dan
keras di belakang foramen insisivum.
Golongan III, terjadi celah pada langit – langit lunak dan
keras mengenai tulang alveolar dan bibir pada satu sisi.
Golongan IV, terjadi celah pada langit – langit lunak dan
keras mengenai tulang alveolar dan bibir pada kedua sisi.
Klasifikasi bibir sumbing
Klasifikasi bibir sumbing
Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah terbentuk bibir sumbing
dibedakan menjadi:
1. Unilateral Incomplete/ incomplete unilateral cleft, celah sumbing
terjadi pada salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
2. Unilateral complete/ unilateral cleft, celah sumbing terjadi pada salah
satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3. Bilateral complete/ bilateral cleft, celah sumbing terjadi pada kedua sisi
bibir dan memanjang hingga ke hidung. Bilateral cleft dibagi menjadi:
Celah dua sisi lengkap/ complete bilateral cleft lip/ labioschizis
bilateral complete
Celah dua sisi tidak lengkap/ incompete bilateral cleft lip/ labioschizis
bilateral incomplete
Celah dua sisi dengan satu sisi lengkap dan sisi yang lain tidak lengkap.
Klasifikasi bibir sumbing
Tanda dan Gejala Bibir Sumbing

Tanda dan gejala bibir sumbing dapat dilihat berdasarkan jenis bibir sumbing
yang terjadi yakni:
Pada labioschizis (sumbing bibir):
Distorsi pada hidung.
Tampak sebagian atau keduanya.
Adanya celah pada bibir.
Pada palatoschizis (sumbing langit langit mulut):
Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau
foramen incisive.
Adanya rongga pada hidung.
Distorsi hidung.
Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.
Kesukaran dalam menghisap atau makan
Penatalaksanaan bibir sumbing
Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan labio palatoschizis adalah dengan tindakan pembedahan.


Tindakan operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum
berdasarkan kriteria “rule of ten”, yaitu:
 Umur lebih dari 10 minggu (3 bulan)
 Berat lebih dari 10 pond (5 kg)
 Hemoglobin lebih dari 10 g/dl
 Leukosit lebih dari 10.000 /ul
Penatalaksanaan keperawatan
Perawatan pra operasi
Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.  Bantu orangtua
dalam mengatasi reaksi berduka, dengan mendorong orangtua untuk
mengekspresikan perasaannya. Lakukan diskusi tentang pembedahan, dan berikan
informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.
Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan
bayi, misalkan tahap-tahap intervensi bedah, teknik pemberian makan, dan
penyebab devitasi.
Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adekuat.  Fasilitasi menyusui
dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok. Monitor atau
mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.  Tempatkan bayi pada posisi
yang tegak dan arahkan aliran susu kedinding mulut.  Arahkan cairan ke sebalah
dalam gusi di dekat lidah. Sendawakan bayi dengan sering selama pemberian makan,
kaji respon bayi terhadap pemberian susu, dan akhiri pemberian susu dengan air.
Perawatan post operasi
Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate. Berikan makan
cair selama 3 minggu dengan menggunakan alat penetes atau sendok. 
Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi. Lanjutkan
dengan diet lunak. Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi
anak.  Bersihkan garis sutura dengan hati-hati, oleskan salep antibiotik
pada garis sutura (Keiloskisis). Bilas mulut dengan air sebelum dan
sesudah pemberian makan.  Hindari memasukkan obyek ke dalam
mulut anak sesudah pemberian makan untuk mencegah terjadinya
aspirasi. Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara
sistemik.  Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda
nyeri. Perhatikan pendarahan, odema, dan drainage. Monitor
keutuhan jaringan kulit dan perhatikan posisi jahitan.
Komplikasi Bibir Sumbing

Gangguan bicara dan pendengaran.


Kesulitan makan
Gangguan dental
Aspirasi
Gangguan bicara
Distress pernafasan
Infeksi telinga dan gangguan pendengaran
Risiko infeksi saluran nafas.
Pertumbuhan dan perkembangan terhambat.
Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat
kecacatan dan jaringan parut.

Anda mungkin juga menyukai