Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT PREOPERASI TERHADAP

KEMAMPUAN AMBULASI DINI PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR


EKSTREMITAS BAWAH DI RSUP FAMAWATI

Debby Aprilinan1, Ns. Susi Wahyuning Asih, S.Kep., M.Kep.2,


Ns. M. Shodikin, M.Kep.,Sp,Kep,MB,CWCS.3
debbyaprilinand@gmail.com

ABSTRAK

Introduksi: Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi integritas tulang.


Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat meningkatkan kekuatan otot adalah
dengan latihan otot isometrik, yaitu menekankan pada kekuatan dan stabilisasi
sendi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas latihan
otot isometrik terhadap peningkatkan kekuatan otot isometrik pada pasien fracture
lower extermity.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain Quasy Experiment dengan Non-
Equivalent Control Group Design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
pasien yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok yakni 15 pasien sebagai
kelompok intervensi dan lainnya sebagai kelompok kontrol, tekhnik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling. Latihan
otot isometrik diberikan sebanyak 3 kali dalam sehari. Hasil uji wilcoxon ( p <
0,05 ) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol.
Result: Hasil penelitian ini pada kelompok perlakuan sebelum diberi latihan otot
isometrik pada otot iliopsoas memiliki nilai mean sebesar 3,53, otot quadrisep
nilai mean sebesar 3,20, otot tibial anterior nilai mean sebesar 3,00, otot Ekstensor
halluces longus nilai mean sebesar 4,00, otot gastrocnemius nilai mean sebesar
3,93, sedangkan setelah diberi latihan otot isometrik, otot iliopsoas memiliki nilai
mean sebesar 4,20, otot quadrisep nilai mean sebesar 4,07, pada otot tibial anterior
nilai mean sebesar 4,13, pada otot Ekstensor halluces longus nilai mean sebesar
4,60, pada otot gastrocnemius nilai mean sebesar 4,60.
Diskusi: Kesimpulan dari penelitian ini adalah latihan otot isometrik efektif
terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien fraktur lower extermity . latihan
otot isometrik direkomendasikan sebagai latihan komplementer keperawatan
terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien fraktur lower extermity.

Kata Kunci : Latihan Otot Isometrik; Kekuatan Otot , Fracture Lower Extermity

ABSTRACT

Introduce: A fracture is a condition in which a bone integrity. One non-


pharmacological therapy to improve muscle strength is the isometric muscle

1
exercises, which emphasizes the strength and stabilization of joints. The purpose
of this study is to identify the effectiveness of isometric muscle workout at
enhancing isometric muscle strength in patients with lower fracture extermity.
Method: The design of this study quasy Experiment with Non-Equivalent Control
Group Design. The sample in this study were 30 patients were then divided into
two groups: 15 patients as the intervention group and the other as a control
group, sampling techniques in this study using purposive sampling. Isometric
muscle exercises given 3 times a day. Results of Wilcoxon test (p <0.05), which
means there is a significant difference between the treatment group and control
group.
Result: In the treatment group before being given isometric exercises on iliopsoas
muscles have a mean value of 3.53, quadriceps muscles mean value of 3.20, the
anterior tibial muscle mean value of 3.00, halluces longus extensor muscles mean
value of 4.00, muscles gastrocnemius mean value is 3.93, whereas after being
given isometric muscle exercises, iliopsoas muscle has a mean value of 4.20,
quadriceps muscles mean value of 4.07, the anterior tibial muscle mean value of
4.13, the extensor muscles halluces longus the mean value of 4.60, the
gastrocnemius muscle mean value of 4.60.
Discuss: The conclusion of this study is effective isometric exercises to increase
muscle strength in patients with lower fracture extermity. isometric muscle
training is recommended as a complementary practice of nursing to increase
muscle strength in patients with lower fracture extermity.

Keywords : Isometric muscle exercises ; Muscle Strength , Fracture Lower


Extermity

PENDAHULUAN
Aktivitas hidup sehari-hari tidak Menurut Helmi (2012) fraktur
lepas dengan fungsi normal merupakan istilah dari hilangya
musculoskeletal terutama tulang yang kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
menjadi alat gerak utama bagi manusia, yang bersifat total maupun sebagian.
tulang membentuk rangka penujang Secara ringkas dn umum, fraktur
dan pelindung bagian tubuh dan tempat adalah patah tulang yang disebabkan
untuk melekatnya otot-otot yang oleh trauma atau tenaga fisik.
menggerakan kerangka tubuh. Namun
dari ulah manusia itu sendiri, fungsi Data demografi menunjukkan
tulang dapat terganggu karena bahwa fraktur merupakan populasi
mengalami fraktur. yang besar dari penduduk dunia.
Menurut Mansjoer (2010) fraktur (WHO) mencatat pada tahun 2011-
atau patah tulang adalah terputusnya 2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal
perbandingan sosial (Kusmiran, 2011). dunia dan 1,3 juta orang menderita

2
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas.. kontraksi maksimal dalam menerima
Saat ini angka kejadian fraktur beban. Dimana dalam meningkatkan
menurut data dari rekam medik Rumah kekuatan otot dan stabilisasi sendi
Sakit Daerah dr. Soebandi Jember Jawa sebagai penunjang dalam vertical jump,
Timur jumlah kejadian fraktur pada dilakukan secara bertahap karena
dalam periode 2016 pada bulan januari peningkatan secara besar-besaran tidak
sampai maret pasien Peneliti akan meningkatkan vertical jump tapi
menggunakan desain exp erimen semu justru akan menurunkan vertical jump
(Quasy Experiment) dengan Pre post (Stapleton, 2000 dalam Widiantara, et
Test With Control Group Desain yaitu al, 2014).
suatu penelitian yang dilakukan dengan Tujuan dari penelitian ini adalah
dua kelompok tanpa randiomisasi, satu Mengetahui efektifitas latihan otot
kelompok diberi perlakuan dan isometrik terhadap peningkatan
kelompok lain sebagai kontrol, kekuatan otot pada pasien fracture
kemudian diobservasi sebelum dan lower extermity di poli Orthopedi dan
sesudahnya (Sudibyo Supardi, Traumatologi RSUP Fatmawati
2013)fraktur lower extermity di RSD.
dr. Soebandi sebanyak 110 kasus. MATERIAL DAN METODE
Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian ini dilakukan di Poli
Trisno Surtanto (2012) menjelaskan Orthopedi dan Traumatologi RSUP
tentang Pengaruh Pemberian Latihan Fatmawati. Populasi penelitian pada
Isometrik Otot Hamstring Terhadap periode 2016 bulan januari maret 110
Keseimbangan Dinamis Pada Lanjut responden. Sampel dalam penelitian ini
Usia. Dari hasil uji tersebut 30 responden. Pengambilan sampel
menunjukkan adanya hubungan antara menggunakan teknik nonprobability
latihan isometrik dengan keseimbangan sampling dengan jenis purposive
dinamis. sampling.
Terapi latihan yang diberikan Analisis data yang dilakukan
pada pasien fraktur lower extermity teknik statistik non parametrik yaitu uji
adalah latihan Isometrik yaitu Wilcoxon yaitu membandingkan hasil
menekankan pada kekuatan dan pretest dengan posttest. Metode
stabilisasi sendi. Dalam melakukan pengolahan data dalam penelitian ini

3
adalah dengan cara membandingkan Presentase
No Kategori Jumlah %
(nilai gain) sebelum dilakukan latihan 19-30
1 tahun 14 46,6 %
otot isometrik (tes awal) dengan 31-40
sesudah dilakukan latihan otot 2 tahun 7 23,2 %
41-50
isometrik (tes akhir). Dengan batas 3 tahun 9 29,8 %
Jumlah 30 100 %
kemaknaan nilai = 5% jika p value <
0,05 berarti H1 diterima yang artinya Usia merupakan salah satu

ada efektifitas latihan otot isometrik faktor yang mempengaruhi kekuatan

terhadap peningkatan kekuatan otot otot sebagai dampak proses penuaan

pada pasien dengan fracture lower dapat mengakibatkan penurunan massa

extermity di Poli Orthopedi dan otot dan kekuatan maksimal otot.

Traumatologi RSUP Fatmawati. Massa otot dan kekuatan maksimal otot


dapat mengalami penurunan samai

HASIL DAN PEMBAHASAN 50% diantara usia 20-50 tahun.

Pada data demografi responden Perubahan tersebut dapat terjadi karena

didapatkan data usia dan jenis kelamin. adanya perubahan aktivitas, penurunan

Dari hasil penelitian didapatkan usia sirkulasi, penyakit kardiovaskuler dan

responden berusia 19-30 tahun masalah nutrisi (Black & Hawk, 2009).

sebanyak 14 responden (46,6%) dan Pada penelitian ini responden

yang paling sedikit berusia 31-40 tahun laki laki lebih banyak mengalami

yaitu sebanyak 7 responden (23,2%). kecelakaan yang menyebabkan fraktur


daripada perempuan. Pada umumnya
Laki laki lebih aktif dan lebih banyak
melakukan aktivitas daripada
perempuan. Misalnya aktivitas di luar
Tabel 1.1 Distribusi Responden berdasarkan
Usia.
rumah untuk bekerja sehingga

Frekuens Persentase
No. Kategori
Tabel 1.2 Distribusi Responden i %
berdasarkan Jenis Kelamin 1. Perempuan 13 43,3 %
2. Laki-laki 17 56,7 %
Total 30 100 %
mempunyai risiko lebih tinggi
mengalami cedera pada laki-laki
dibanding perempuan.

4
Jenis kelamin pada kelompok
Kelomp N Otot Mea Standar Kekuatan
intervensi tidak signifikan karena ok n t eviasi Otot
Perlakua
antara laki laki dan perempuan n Min Maks

diberikan intervensi yang sama, Iliopsoas 3,53 1,642 0 5

sehingga tidak terlihat perbedaan Quadrisep 3,20 1,656 0 5


peningkatan kekuatan ototnya. Dengan Tibial 3,00 1,852 0 5
Sebelum anterior
kata lain, perempuan pada kelompok intervens 15 Ekstensor 4,00 1,254 1 5
i hallucislo
intervensi, dilatih kekuatan ototnya
ngus
sama dengan laki laki, sehingga
Gastrocne 3,93 1,163 1 5
tidak terlihat perbedaan yang mius
Iliopsoas 4,20 1,265 1 5
bermakna pada kekuatan ototnya
Quadrisep 4,07 1,335 1 5
dengan laki laki. Hal ini karena
Tibial 4,13 1,246 1 5
kekuatan otot dapat dipengaruhi oleh Sesudah anterior
intervens 15 Ekstensor 4,60 0,737 3 5
usia, jenis kelamin, tipe kontraksi, i hallucislo
jenis serabut otot, kecepatan kontraksi, ngus

faktor metabolisme dan faktor Gastrocne 4,60 0,910 2 5


mius
psikologis (motivasi).
otot iliopsoas dengan rentang 0 sampai
5, pada otot quadrisep dengan rentang
0 sampai 5, pada otot tibial anterior
dengan rentang 0 sampai 5, pada otot
Ekstensor halluces longus dengan
rentang 1 sampai 5, pada otot
gastrocnemius dengan rentang 1
sampai 5. Sedangkan setelah dilakukan
latihan otot isometrik kekuatan otot
responden pada otot iliopsoas dengan
rentang 1 sampai 5, pada otot quadrisep
dengan rentang 1 sampai 5, pada otot
Tabel 1.3 Kemampuan Peningkatan
Kekuatan Otot Pada Pasien Fraktur Lower tibial anterior dengan rentang 1 sampai
Extermity Pada Kelompok Perlakuan
5, pada otot Ekstensor halluces longus
dengan rentang 3 sampai 5, pada otot
Sebelum dilakukan latihan otot
gastrocnemius dengan rentang 2
isometrik kekuatan otot responden pada

5
sampai 5. Jadi pada kelompok Tibial 2,47 1,767 0 5
anterior
intervensi terdapat peningkatan Ekstensor 3,67 1,589 0 5
hallucislo
kekuatan otot. ngus
Latihan otot isometrik dapat
Gastrocne 3,27 1,438 0 5
meningkatkan fungsi dan mius
Iliopsoas 2,67 1,496 0 5
memperpendek lama hari rawat di
Quadrisep 2,60 1,454 0 5
rumah sakit tanpa komplikasi lanjut
Tibial 2,40 1,595 0 5
atau ketidakpuasan, maka sebagai Sesudah anterior
interven 15 Ekstensor 3,93 1,624 0 5
peneliti atau pelatih latihan otot si hallucislo
isometrik, harus memikirkan, kondisi ngus

yang mempercepat kemampuan pasien Gastrocne 3,60 1,454 0 5


mius
untuk melakukan latihan kekuatan otot
sesudah operasi, agar otot semakin Kekuatan Otot Pada Pasien
pulih dan dapat bergerak seperti semula Fracture Lower Extermity Pada
dan tidak tergantung pada bantuan Kelompok Kontrol yang tidak
orang lain. dilakukan latihan otot isometrik, pada
Pada penelitian ini kekuatan otot otot iliopsoas memiliki nilai mean
pada pasien kelompok perlakuan atau sebesar 2,93, nilai minimal 0 dan nilai
intervensi meningkat, bukan dilihat maksimal 5, pada otot quadrisep nilai
dari usia dan jenis kelamin, tetapi mean sebesar 2,67, nilai minimal 0 dan
benar-benar dari latihan otot isometrik. nilai maksimal 5, pada otot tibial
Karena pada pasien kelompok anterior nilai mean sebesar 2,47, nilai
perlakuan atau kontrol memiliki minimal 0 dan nilai maksimal 5, pada
kriteria inklusi yang sama otot Ekstensor halluces longus nilai
Tabel 1.4 Kemampuan Peningkatan mean sebesar 3,67, nilai minimal 0 dan
Kekuatan Otot Pada Pasien Fraktur Lower
Extermity Pada Kelompok Kontrol nilai maksimal 5, pada otot
Kelomp N Otot Mea Standar gastrocnemius
Kekuatan nilai mean sebesar 3,27,
ok n t eviasi Otot
Perlakua
nilai minimal 0 dan nilai maksimal 5.
n Mins Maks
Sedangkan
imal imal
setelah diukur dengan
MMT, pada otot iliopsoas memiliki
Sebelum Iliopsoas 2,93 1,751 0 5
interven 15 nilai mean sebesar 2,67, nilai minimal
Quadrisep 2,67 1,759 0 5
si
0 dan nilai maksimal 5, pada otot

6
quadrisep nilai mean sebesar 2,60, nilai peningkatan yang berarti. Hal ini
minimal 0 dan nilai maksimal 5, pada dihitung dengan pengukuran dengan
otot tibial anterior nilai mean sebesar MMT (Manual Muscle Testing).
2,40, nilai minimal 0 dan nilai Responden tanpa perlakuan latihan otot
maksimal 5, pada otot Ekstensor isometrik kekuatan otot tetap bahkan
halluces longus nilai mean sebesar semakin menurun dibandingkan
3,93, nilai minimal 0 dan nilai dengan kelompok perlakuan, hal ini
maksimal 5, pada otot gastrocnemius disebabkan karena tidak ada kontraksi
nilai mean sebesar 3,60, nilai minimal atau gerakan pada otot sehingga
0 dan nilai maksimal 5. kekuatan otot menurun atau tetap dan
Sedangkan menurut Sudjarwo mengalami atropi otot. Hal ini
(2009) kekuatan seseorang dipengaruhi juga dikarenakan pada kelompok
oleh, besar kecilnya fibril otot (proses kontrol tidak mendapat perlakuan
hypertropy) dan juga banyaknya fibril berupa latihan otot isometrik, sehingga
otot yang ikut serta dalam melawan pasien tidak melatih ototnya untuk
beban (makin banyak main kuat), terus berkontraksi. Jika otot dibiarkan
bentuk rangka tubuh, makin besar tanpa ada latihan fisik maka otot akan
rangka tubuh makin baik, umur juga mengalami penurunan kekuatan.
ikut menentukan yang terlalu muda Tabel 1.5 Kemampuan Peningkatan
Kekuatan Otot Pada Pasien Fraktur Lower
atau tua akan berkurang, dan pengaruh Extermity Pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol dengan Uji Mann
psikis dari dalam maupun dari luar. Whitney
Besarnya potongan melintang fibril Otot P
otot dan banyaknya fibril otot
Iliopsoas 0,007
merupakan faktor utama yang
Quadrisep 0,008
mempengaruhi kekuatan otot. Semakin
Tibial anterior 0,004
besar ukuran fibrilnya dan semakin
banyak fibrilnya, otot tersebut semakin Ekstensorhallucislongus 0,325
Gastrocnemius 0,016
besar sehingga kemampuannya pun
semakin bertambah.
Dalam penjelasan yang telah dijelaskan Setelah dilakukan uji Mann

sebelumnya, kekuatan otot pada Whitney diperoleh angka Significancy

kelompok kontrol tidak mengalami pada otot iliopsoas pada didapatkan


p=0,007 atau <0,05 yang artinya H1

7
diterima, pada otot quadrisep di anatomis, yaitu peningkatan jumlah
dapatkan p=0,008 atau <0,05 yang miofibril, peningkatan ukuran
artinya H1 diterima, pada otot tibial miofibril, peningkatan jumlah total
anterior didapatkan p=0,004 atau <0,05 protein kontraktil khususnya kontraktil
yang artinya H1 diterima, pada otot miosin, peningkatan kepadatan
Ekstensor hallucis longus didapatkan pembuluh kapiler dan peningkatan
p=0,325 H1 ditolak, pada otot kualitas jaringan penghubung, tendon
gastrocnemius didapatkan p=0,016 dan ligamen. Selain itu, peningkatan
yang artinya H1 diterima. Artinya H1 kekuatan otot juga disebabkan
diterima terdapat pengaruh pada hasil perubahan biokimia otot yaitu
post test pada kelompok kontrol dan peningkatan konsentrasi kreatin,
intervensi. peningkatan konsentrasi kreatin fosfat
Menurut Amrizal (2007) salah satu dan ATP dan peningkatan glikogen;
penyebab fraktur adalah akibat trauma, serta perubahan sistem saraf sulit
sedang anggota tubuh yang sering diidentifikasi secara akurat. Namun,
mengalami fraktur adalah tulang penelitian lain mengungkapkan adanya
vertebra dan tulang ekstremitas antara adaptasi sistim saraf yang menyangkut
lain fraktur pada lengan, tungkai, dan sinkronisasi dan rekurtmen unit
femur. Fraktur ekstremitas bawah motorik.
memiliki insiden yang cukup tinggi Pada hasil penelitian didapatkan
terutama pada batang femur 1/3 tengah. H1 diterima dan ada H1 ditolak,
Melihat permasalahan tingginya angka kemungkinan karena adanya faktor
kejadian trauma dan patah tulang pada kurang seringnya berlatih latihan otot
ekstrimitas bagian bawah dan buruknya dan malasnya pasien untuk
komplikasi yang akan dialami oleh bermobilisasi, hal ini menyebabkan
pasien apabila kejadian ini tidak otot pada pasien mengalami penurunan
ditangani dengan baik, diperlukan atau atropi otot, dan sebagian banyak
pemahaman mengenai penyakit ini oleh bagian otot yang H1 diterima karena
tenaga medis agar dapat memberikan pasien aktif dan rajin untuk melakukan
penanganan yang lebih komprehensif. latihan otot isometrik dan berlatih
Peningkatan kekuatan otot yang mobilisasi.
cukup besar ini disebabkan perubahan

8
Terdapat beberapa penelitian sebagai berikut: 1) Kekuatan otot pada
mengenai latihan otot isometrik pasien fraktur lower extermity di Poli
terhadap peningkatan kekuatan, Orthopedi dan Traumatologi RSD dr.
diantaranya penelitian oleh Trisno Soebandi pada kelompok perlakuan
Surtanto (2012) menjelaskan tentang sebelum dilakukan latihan otot
Pengaruh Pemberian Latihan Isometrik isometrik pada otot iliopsoas memiliki
Otot Hamstring Terhadap nilai mean sebesar3,53, pada otot
Keseimbangan Dinamis Pada Lanjut quadrisep nilai mean sebesar 3,20, pada
Usia. Penelitian yang dilakukan oleh otot tibial anterior nilai mean sebesar
Eldawati pada tahun 2011menjelaskan 3,00, pada otot Ekstensor halluces
tentang Pengaruh Latihan kekuatan longus nilai mean sebesar 4,00, pada
Otot Pre Operasi Terhadap otot gastrocnemius nilai mean sebesar
Kemampuan Ambulasi Dini Pasien 3,93. 2). Kekuatan otot pada pasien
Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas fraktur lower extermity di Poli
Bawah Di Rsup Fatmawati Jakarta. Orthopedi RSD dan Traumatologi dr.
Penelitian yang dilakukan Widiantara, Soebandi pada kelompok perlakuan
Lesmana, Muliarta pada tahun 2013 sesudah dilakukan latihan otot
menjelaskan tentang Peningkatan isometrik, pada otot iliopsoas memiliki
Vertical Jump Pada Latihan Isometrik nilai mean sebesar4,20, pada otot
Otot Ekstensor Knee Dan Plantar quadrisep nilai mean sebesar 4,07, pada
Fleksor Ankle Sama Dengan Latihan otot tibial anterior nilai mean sebesar
Konvensional Mahasiswa Fisioterapi 4,13, pada otot Ekstensor halluces
S1 Reguler Di Universitas Udayana. longus nilai mean sebesar 4,60, pada
otot gastrocnemius nilai mean sebesar
SIMPULAN DAN SARAN 4,60. 3). Latihan otot isometrik efektif
Berdasarkan penelitian dan terhadap peningkatan kekuatan otot
pembahasan yang telah diuraikan dari pada pasien dengan fraktur lower
penelitian tentang efektifitas latihan extermity di Poli Orthopedi dan
otot isometrik terhadap peningkatan Traumatologi RSUP Fatmawati.
kekuatan otot pada pasien dengan Berdasarkan hasil penelitian
fraktur lower extermity di RSUP yang telah dilakukan, maka selanjutnya
Fatmawati, maka dapat disimpulkan peneliti mengemukakan saran kepada:

9
1). Bagi pasien dan kelurga Fisioterapi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Menyarankan kepada penderita fraktur
lower extermity dan kelurga agar Helmi, Z. N. (2012). Buku Ajar
Gangguan Muskuloskeletal.
memanfaatkan latihan otot isometrik
Jakarta: Salemba Medika.
sebagai treatment untuk meningkatkan
Hidayat, A. A. (2009). Riset
kekuatan otot pada penderita fraktur
Keperawatan dan Teknik
lower extermity. Perlakuan latihan otot Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
isometrik secara rutin akan membantu
pasien dalam meningkatkan kekuatan Masjoer, A. (2010). Kapita Selekta
Kedokteran, edisi 4. Jakarta:
otot. 2).Bagi profesi keperawatan
Media Aesculapius FKUI.
Peneliti menyarankan agar profesi
Nursalam. (2013). Metodologi
keperawatan mampu menjadikan
penelitian Ilmu Keperawatan.
latihan otot isometrik sebagai terobosan Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika.
terbaru, khhusunya dalam penanganan
Shodikin, M. (2009). Analisis
pasien dengan fraktur lower extermity. Kualitatif Validasi Klinik
Rumusan Diagnosa Keperawatan
Pada Pasien Fraktur Ekstremitas
DAFTAR PUSTAKA Bawah Di RSUP Fatmawati
Jawa Timur. Tesis. Program
Eldawati. (2011). Pengaruh Latihan
Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
Kekuatan Otot Pre Operasi
Keperawatan Universitas
Terhadap Kemampuan Ambulasi
Indonesia.
Dini Pasien Pasca Operasi
Surtanto, T. (2012). Pengaruh
Fraktur Ekstremitas Bawah Di
Pemberian Latihan Isometrik
Rsup Fatmawati Jakarta. Tesis.
Otot Hamstring Terhadap
Program Pascasarjana Fakultas
Keseimbangan Dinamis Pada
Ilmu Keperawatan Kekhususan
Lanjut Usia. Skripsi. Program
Keperawatan Medikal Bedah
Studi Diploma IV Fakultas
Universitas Indonesia.
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Elfindri. et al. (2011). Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik
Baduose Media Jakarta.
Penulisan Riset Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Harpayani, S. (2012). Pengaruh
Latihan Stabilisasi Terhadap
Perubahan Kekuatan Otot Regio
Knee Pada Penderita
Osteoarthritis Knee Joint Di
RSAD. TK. II Pelamonia Tahun
201. Skripsi. Progran Studi S1

10

Anda mungkin juga menyukai