Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK SISTEM TUBUH II


Kelelahan Otot (Ergonomik)
Pembimbing: Dr.drg.Zahreni Hamzah,M.S dan
drg.Suhartini,M.Biotech

oleh
Widy Jatmiko
NIM 151610101075

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2015

A. JUDUL PRAKTIKUM
Kelelahan Otot (Ergonomik)
B. TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Otot Rangka
Otot rangka tersusun dari serabut otot yang merupakan
balok penyusun sistem otot. Hampir seluruh otot rangka berakhir
dan berawal di tendon, dan serabut otot tersusun sejajar di
antara ujung tendon sehingga menguatkan. Setiap serabut otot
merupakan

sel

tunggal

yang

berinti

banyak,

memanjang,

silindrik, dan dibungkus oleh membrane sel yang disebut dengan


sarkolema.

Dianatar

sel-selnya

tidak

terdapat

ejmbatan

sinsitium. Serabut otot tersusun atas myofibril yang terbagi


menjadi filamen. Filamen-filamen ini tersusun dari protein-protein
kontraktil. Mekanisme kontraktil di otot rangka bergantung pada
protein myosin II, aktin, tropomiosin, dan troponin. Troponin
terdiri dari tiga subunit yaitu troponin I, troponin T, dan troponin
C (Ganong, 2008).

Gambar 1. Struktur Morfologi Otot (Sumber: Khayasar,2012)


Kelelahan Otot

Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbedabeda,


tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja
dan ketahanan tubuh (Sumamur, 1996). Kelelahan (fatigue)
adalah rasa capek yang tidak hilang waktu istirahat. Istilah
kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk
melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya
gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah
pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan
kelelahan mental atau mental fatigue (Budiono, 2003).
Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme
perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih
lanjut sehingga terjadi pemuliham setelah istirahat. Kelelahan
kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan
kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang
terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot
secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan
dalam

waktu

yang

cukup

lama

akan

mengakibatkan

RSI

(Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan


lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat
berulang (repetitive) (Nurmianto, 2003).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kelelahan
akibat kerja adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh yang
dirasakan secara subjektif yang terjadi akibat kerja fisik atau
mental

secara

berulang

sehingga

menyebabkan

ketidaknyamanan, hilangnya efisiensi dan penurunan kapasitas


kerja

serta

ketahanan

tubuh

yang

ditandai

oleh

adanya

pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan kelelahan fisik.


Menurut Siswanto (1991) faktor penyebab kelelahan kerja
berkaitan dengan:
a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan
rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang
tidak serasi dengan pekerjaan.

b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir


yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.
c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja
serta

tidak

menimbulkan

pengaruh

negatif

terhadap

kesehatan pekerja.
d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.
e. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan)

Sedangkan menurut Sumamur (1989), terdapat lima kelompok


sebab kelelahan yaitu:
a. Keadaan monoton
b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental
c. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan
kebisingan.
d. Keadaan kejiwaan seperti tanggungjawab, kekhawatiran atau
konflik.
e. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.
Prinsip-Prinsip Ergonomi
Beberapa prinsip ergonomi yang telah disepakati yang dapat
digunakan sebagai pegangan yaitu :
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran dan penenpatan mesin-mesin, penempatan
alat-alat petunjuk, cara-cara, harus menyelaraskan mesin
(macam gerak, arah dan kekuatan).
b. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus
diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan
suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan
dapat digunakan oleh tenaga kerja yang kecil, seperti tempat
duduk yang dapat distel naik turun dan lain-lain.

c. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuranukuran dan penempatan alat-alat industri harus sesuai
dengan ukuran tubuh si pemakai.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain:
Alat dan Bahan
Ergometer
Kimograf
Sphygmomanometer
Metronom
Stopwatch
Lap putih
Midline

Alat pengikat lengan atas


Matras
Manik-manik
Dumbbell 0,5 kg
Penggaris siku-siku besar
Benang dan jarum jahit
Penutup mata

D. HASIL
Percobaan Kerja dan Istirahat pada Kelelahan Jari Tangan
Orang
Coba
Laki-laki
Perempuan

Orang
Coba
Laki-laki
Perempuan

Waktu
sampai
lelah (s)
127
228
161
97

Tangan Kiri
Jumlah
Kontraksi
Otot
81
83
61
46

Tangan Kanan
Waktu
Jumlah
sampai
Kontraksi
lelah (s)
Otot
251
172
184
265

95
93
75
71

Tinggi Amplitudo
(cm)
Awal
Akhir
3,4
3,5
2,7
2,8

1,8
1,9
1,2
1,0

Tinggi Amplitudo
(cm)
Awal
Akhir
3,6
3,0
3,0
3,0

1,9
1,5
1,7
1,3

Pengaruh Perubahan Peredaran Darah dan Pemijatan


Pada Kelelahan

Orang
Coba
Laki-laki
Perempuan

Orang
Coba
Laki-laki
Perempuan

Waktu
sampai
lelah (s)
39
83
12
9

Tangan Kiri
Jumlah
Kontraksi
Otot
14
31
4
3

Tangan Kanan
Waktu
Jumlah
sampai
Kontraksi
lelah (s)
Otot
64
120
35
31

22
42
8
10

Tinggi Amplitudo
(cm)
Awal
Akhir
2,9
3,3
2,2
3,1

0,9
1,7
0,4
1,1

Tinggi Amplitudo
(cm)
Awal
Akhir
3,2
3,4
3,2
3,0

1,5
1,5
1,0
0,5

Pengaruh Suhu Dingin dan Panas Pada Kelelahan


Orang
Coba
Laki-laki
Perempuan

Orang
Coba
Laki-laki

Tangan Kiri
Waktu
Jumlah
sampai
Kontraksi
lelah (s)
Otot
132
74
39
51

48
27
13
19

Tangan Kanan
Waktu
Jumlah
sampai
Kontraksi
lelah (s)
Otot
119
89
72

31
30
24

Tinggi Amplitudo
(cm)
Awal
Akhir
3,0
3,5
2,0
3,2

1,0
1,5
1,0
1,3

Tinggi Amplitudo
(cm)
Awal
Akhir
3,5
3,0
2,8

1,5
1,5
0,8

Perempuan

83

33

2,7

0,7

Pengaruh Kelelahan Pada Kecepatan dan Ketrampilan


Halus
Waktu menguntai
manik (sekon)

Orang Coba
Laki-laki

112

Perempuan

Perubahan yang
terjadi
Capek,
bergetar
Capek,
bergetar

86

tangan
tangan

Pengaruh Kelelehan pada Ketelitian Kerja


Orang
Coba

Uruta Jumla
Setelah istirahat 5
n
h
menit
mani
Seri
kMani
Wakt Jumla Jumla
mani
k
u
h
h seri
k
ukura
lelah uruta mani
(10)
n
n
k
sama (deti
k)
mani uruta
k
n
sama

Setelah orang coba


lelah
Wakt
u
lelah
(deti
k)

Perubah
an yang
terjadi

Jumla Jumla
h
h seri
uruta mani
n
k
mani uruta
k
n
sama

LakiLaki

22

22

466

17

16

440

15

14

Permpu
an

22

22

499

19

18

470

18

17

Capek,
pusing,
mata
perih
Capek,
pusing,
mata
perih

E. PEMBAHASAN
Percobaan Kerja dan Istirahat pada Kelelahan Jari Tangan

Perubahan Amplitudo
Amplitudo
4,0

Perempuan

3,0

Laki-Laki
2,0

1,0
I

II

Percobaan Ke-..

II

Gambar 2. Grafik Perubahan Amplitudo


Berdasarkan grafik tersebut dapat terlihat bahwa kelelahan otot
terjadi

akibat

menyebabkan

kontraksi
otot

yang

terus

kekurangan

energi

menerus
untuk

sehingga

berkontraksi.

Berdasarkan data percobaan pada bagian D, terlihat adanya


perbedaan waktu, jumlah kontraksi, dan perubahan amplitude
(Gambar 2) antara orang coba pertama (laki-laki) dengan orang
coba kedua (perempuan). Pada laki-laki waktu yang diperlukan
untuk mencapai kelelahan otot lebih lama dari pada perempuan,
selain itu jumlah kontraksi yang dihasilkanpun lebih banyak lakilaki dari pada peremuan, serta jika dilihat dari perubahan
amplitude nya, laki-laki lebih besar dari pada perempuan. Hal ini
disebabkan oleh faktor hormonal antara laki-laki dan peremuan.
Laki-laki dapat menyimpan glikogen pada otot lebih banyak
sebagai

sumber

energi

sehingga

mengakibatkan

kelelahan

ototnya semakin lama. Kerja hormone laki-laki (testosterone)


memiliki

efek

protein yang

anabolik yg

sangat

besar

kuat
di

terhadap

setiap

terutama di dalam otot (Sarifin, 2010).

penyimpanan

tempat dalam

tubuh,

Pengaruh Perubahan Peredaran Darah dan Pemijatan


Pada Kelelahan
Pada percobaan

ini,

pada

lengan

orang

coba

dilakukan

pemompaan manset. Hal ini dilakukan untuk membendung aliran


darah

dari

lengan

atas

supaya

tidak

mengalior

menuju

ekstermitas atas. Hal ini menyebabkan kondisi otot-otot yang


berkontraksi pada ekstermitas atas kekurangan suplai oksigen
dan nutrisi sedangkan asam laktat yang terkumpul akibat
kontraksi tidak dapat diubah menjadi sumber energi kembali.
Sehingga menyebabkan kelelahan otot yang semakin cepat.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat terlihat sebelum dilakukan
pemompaan

manset

(pada

percobaan

pertama)

akan

menghasilkan waktu kelelahan otot dan jumlah kontraksi otot


yang berbeda jauh dengan setelah dilakukan pemompaan
terhadap lengan atas. Tindakan pemijatan pada percobaan ini
bertujuan untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran
darah semakin lancar, sehingga diharapkan suplai oksigen dan
nutrisi

akan

sampai

pada

otot-otot

ekstermitas

atas

dan

kelelahan otot dapat diatasi.


Pengaruh Suhu Dingin dan Panas Pada Kelelahan
Berdasarkan hasil percobaan terlihat pada orang coba laki-laki
maupun perempuan terlihat perbedaan waktu kelelahan otot dan
jumlah kontraksi otot pada perlakuan pencelupan dengan es
(kondisi dingin) dengan perlakukan pemberian radiasi inframerah
(kondisi panas). Pada perlakuan dengan pencelupan es terlihat
waktu yang dibutuhkan otot untuk mencapai lelah sangat cepat
dibandingkan dengan perlakuan pemberian radiasi inframerah.
Jumlah kontraksi yang dihasilkanpun juga berbeda jauh. Pada
perlakuan dengan pencelupan es jumlah kontraksinya semakin
sedikit dibandingkan dengan perlakuan radiasi sinar inframerah.

Hal

ini

disebabkan

pembuluh

darah

karena,

kondisi

mengalami

dingin

menyebabkan

vasokonstriksi

sehingga

menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi ke otot mengalami


gangguan. Kondisi ini menyebabkan otot cepat mengalami
kelelahan. Sebaliknya, jika diberikan perlakuan suhu panas
(radiasi

sinar

inframerah)

menyebabkan

pembuluh

darah

mengalami vasodilatsi sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke


otot berjalan dengan lancar dan mengakibatkan waktu yang
dibutuhkan otot untuk mengalami kelelahan otot semakin lama.
Pengaruh Kelelahan Pada Kecepatan dan Ketrampilan
Halus
Berdasarkan hasil percobaan terlihat pada orang coba laki-laki
dan perempuan sama-sama mengalami kelelahan otot dan
mengalami penurunan kecepatan dalam menguntai manikmanik. Kondisi ini juga ditandai dengan adanya rasa capek yang
dialami oleh orang coba dan kondisi tangan bergetar. Rasa capek
yang dialmi oleh orang coba diakibatkan oleh penumpukan asam
laktat. Pada kondisi otot kontraksi akn terjadi metabolism glukosa
dengan hasil sampingan berupa asam laktat. Ketika asam
laktatnya menumpuk maka otot akan mengalami kelelahan.
Kelelahan otot akan berakibat pada kecepatan dalam menguntai
manik-manik orang coba menurun.
Pengaruh Kelelehan pada Ketelitian Kerja
Kelelahan otot meningkat hampir sebanding langsung dengan
kecepatan penurunan glikogen

pada otot hal ini menyebabkan

penyebaran sinyal saraf menurun sehingga ketelitian kerja pada


saat kelelahan otot berkurang. Berdasarkan percobaan yang
telah

dilakukan,

menunjukkan

menyebabkan ketelitian kerja

bahwa

kelelahan

otot

berkurang setelah orang coba

mengalami kelelahan otot. Terbukti dari jumlah susunan manik-

manik yang dihasilkan lebih sedikit daripada yang dihasilkan


sebelum orang coba mengalami kelelahan otot
Jawaban Pertanyaan
1. Kelelahan otot menyebabkan

ketelitian

kerja

semakin

berkurang. Mekanismenya diawali dari suplai nutrisi dan


oksigen

dalam darah ke

mengakibatkan

kelelahan

hampir sebanding
glikogen otot)

otak

langsung

otot

sehingga

(kelelahan

meningkat

dengan kecepatan

menyebabkan

melalui hubungan

menurun

penyebaran

neuromukular

untuk

sehingga memerlukan

sinyal

menurun

menyebabkan berkurangnya ketelitian.


2. Setelah kelelahan, kecepatan orang
penurunan

penurunan

waktu

menyelesaikan penguntaian

coba

saraf

sehingga
mengalami

yang lebih

manik-manik.

lama
Saat

kelelahan mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga


terjadi

penurunan

penurunan

energi

kecepatan

yang

kerja.

akan

Kondisi

berakibat
ini

pada

memerlukan

waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan.


3. Istirahat pada kelelahan dapat memulihkan proses kontraksi
otot. Kerja fisik dapat menyebabkan akumulasi asam laktat
yang dapat dipecah kembali bila terdapat cukup oksigen
(istirahat) sehingga dapat dipakai kembali oleh tubuh menjadi
sumber energi baru.
4. Pengaruh sinar infra red akan menghasilkan panas yang
menyebabkan

pembuluh

meningkatkan temperatur

kulit,

kapiler membesar,
dan

dan

memperbaiki sirkulasi

darah. Kondisi itu menyebabkan pembuluh darah mengalami


vasodilatasi oleh suhu panas sehingga berakibat pada suplai
oksigen dalam darah mengalir lancar.
5. Dengan melakukan pemijatan akan terjadi proses pemulihan
otot untuk melakukan kerja berikutnya lebih cepat dan
optimal. Setelah dilakukan pemijatan aliran darah ke otot
pada jari akan lebih lancar sehingga pasokan oksigen akan

lebih banyak dari sebelumnya. Oksigen berguna dalam proses


pembakaran untuk menghasilkan energi, sehingga setelah
dipijit energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama.
6. Pengaruh suhu dingin terhadap kelelahan otot adalah dingin
menyebabkan

vasokntriksi

dan memperpanjang

lama

kerja dan cepat lelah. Vasokonstriksi pembuluh darah terjadi


akibat adanya perlakuan atau pemberian suhu dingin. Kondisi
ini mengakibatkan suplai oksigen tidak lancar atau berkurang
sehingga otot pun menjadi cepat lelah.
7. Pengaruh panas menyebabkan pembuluh kapiler membesar,
dan

meningkatkan temperatur

memperbaiki sirkulasi

darah.

kulit,

Sehingga

panas

dan
akan

menyebabkan kontaksi ototnya lebih besar daripada suhu


dingin. Kondisi tersebut mengakibatkan vasodilatasi pembuluh
darah oleh suhu panas sehingga berakibat pada suplai
oksigen dalam darah mengalir lancar.
8. Kondisi nyeri diakibatkan karena penumpukan asam laktat
saat

otot

berkontraksi.

Selain

itu

proses

vasokonstriksi

pembuluh darah juga memegang peranan penting dalam


memberikan respon nyeri pada kondisi kelelahan otot.

F. KESIMPULAN
Kelelahan otot

dapat

disebabkan

oleh

beberapa

faktor

diantaranya penumpukan asam lakatat yang terjadi selama


proses kontraksi otot, peredaran darah yang tidak lancar, dan
terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah. Kelelahan otot dapat
berakibat pada penurunan ketelitian kerja dan kecepatan kerja.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemulihan kondisi otot pada saat
terjadi kelelahan otot yaitu dengan cara pemberian pemijatan
atau dengan peradiasian sinar inframerah.

G. DAFTAR PUSTAKA
Budiono, S. Jusuf. Pusparini, A. 2003. Bunga Rampai HIPERKES &
KK Cetakan I. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Surabaya: Guna Widya
Sarfin, G. 2010. Kontraksi Otot dan Kelelahan. Jurnal ILARA Vol.1
No.2. [Serial Online] http://www.digilib.unm.ac.id (Diakses 15
November 2015 pukul 09.00 WIB)
Siswanto, A. 1991. Ergonomi. Surabaya: Balai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Jawa Timur
Sumamur. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV.
Haji Masagung.
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Produktivitas Cetakan I. Surakarta : UNIBA PRESS.

Anda mungkin juga menyukai