Anda di halaman 1dari 76

KONSEP PEMBIAYAAN KESEHATAN

MODUL
Untuk memenuhi tugas matakuliah Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan

yang dibina oleh Ibu Nurnaningsih Herya Ulfah, S.KM., M.Kes

Oleh:
Kelompok 3
IKM A IKM B

Anugraini Pusparina 150612601983 Nuraini Ilma A. 150612601736

Fika Fatwa Anin N. 150612607825 Muhammad Angga N. 150612607336

Mila Maulida R. 150612604738 Rima Puspita Dewi 150612600953

Monica Dhea P. 150612607019 Rismadini Ayu L. 150612601869

Rahel Aprilia 150612602233 Sriwidi Astuti 150612604102

Yuswantien H. 150612602900 Yossy Tamara 150612604781

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FEBRUARI 2017
Pembagian Tugas Modul Skema dan Sumber Pembiayaan Kesehatan

1. Anugraini Pusparina (150612601983/IKM-A)


a. Menyusun pengertian pembiayaan kesehatan.
b. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).
2. Fika Fatwa Anin N. (150612607825/IKM-A)
a. Menyusun dan menerjemahkan Health Financing WHO dan IMF.
b. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).
3. Mila Maulida Rohma (150612604738/IKM-A)
a. Menyusun dan menerjemahkan Health Financing WHO dan IMF.
b. Membuat cover modul.
c. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).
4. Monica Dhea Puspita (150612607019/IKM-A)
a. Menyusun dan menerjemahkan National Health Account.
b. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).
5. Rahel Aprilia (150612602233/IKM-A)
a. Membuat pendahuluan dan rangkuman.
b. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).
6. Yuswantien Himmamie (150612602900/IKM-A)
a. Menyusun modul.
b. Membuat ice breaking, Print Modul.
c. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).
7. Muhammad Angga (150612607336/IKM-B)
a. Menyusun dan menerjemahkan Health Financing WHO dan IMF.
b. Menyusun masalah pokok pembiayaan kesehatan beserta upaya
penyelesaiannya.
c. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).
8. Nuraini Ilma Azizah (150612601736/IKM-B)
a. Menyusun dan menerjemahkan National Health Account.
b. Menyusun Pembiayaan Jasa Kesehatan
c. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).

ii
9. Rima Puspita Dewi (150612600953/IKM-B)
a. Menyusun District Health Account.
b. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).
10. Rismadini Ayu Lestari (150612601869/IKM-B)
a. Menyusun District Health Account.
b. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).
11. Sriwidi Astuti (150612604102/IKM-B)
a. Menyusun pihak-pihak yang terlibat dalam pembiayaan kesehatan.
b. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).
12. Yossy Tamara (150612604781/IKM-B)
a. Menyusun sumber pembiayaan kesehatan.
b. Menyusun PPT
c. Pembuatan soal 2 (tipe A), 2 (tipe B), dan 1 (tipe C).

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
1. JUDUL... ........................................................................................................... 1
2. KOMPETENSI DASAR ................................................................................... 1
3. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
4. URAIAN MATERI ........................................................................................... 3
A. Pengertian Pembiayaan Kesehatan ............................................................. 3
B. Fungsi Pembiayaan Kesehatan .................................................................... 4
C. Klasifikasi Sistem Pembiayaan Kesehatan .................................................. 7
D. Masalah Pokok Pembiayaan dan Upaya Penanggulangan ......................... 8
E. Pembiayaan Kesehatan (Health financing) ................................................ 15
F. NHA (National Health Account) ................................................................ 34
G. DHA (Distric Health Account) ................................................................... 38
H. Sumber Pembiayaan Kesehatan ................................................................... 45
5. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 48
6. RANGKUMAN ................................................................................................ 50
7. TES FORMATIF............................................................................................... 52
8. KUNCI JAWABAN .......................................................................................... 68
9. LAMPIRAN ...................................................................................................... 69

ii
1. JUDUL
Konsep Pembiayaan Kesehatan

2. KOMPETENSI DASAR
1. Mengetahui Pengertian Pembiayaan kesehatn
2. Mengetahui Fungsi Pembiayaan Kesehatan
3. Mengetahui Klasifikasi Sistem Pembiayaan Kesehatan
4. Mengetahui Pihak Pihak Terkait
5. Mengetahui Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan Dan Penanggulangan
6. Mengetahui Pembiayaan Kesehatan
7. Mengetahui NHA (National Health Account
8. Mengetahui DHA (Distric Health Account)
9. Mengetahui Sumber Pembiayan Kesehatan

3. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia untuk
dapat hidup layak, produktif, serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf
hidupnya. Perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan berjalan dengan pesat
dalam abad terakhir ini, yang manfaatnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Namun demikian jangkauan pelayanan kesehatan ini masih terbatas; artinya masih
banyak masyarakat yang belum mampu menikmati pelayanan kesehatan yang
bermutu. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun
seluruh potensi bangsa Indonesia. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan RI
telah menetapkan visi masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan dengan
salah satu strateginya meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan. Badan
kesehatan dunia (WHO) telah mengadakan analisis sistem kesehatan ke berbagai
negara dengan dihasilkan bahwa mutu sistem pelayanan kesehatan tidak semata-
mata ditentukan oleh besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan
kesehatan tersebut. (Ediani, 2015)
Salah satu sub sistem kesehatan nasional adalah subsistem pembiayaan
kesehatan. Ditinjau dari definisi sehat, sebagaimana yang dimaksud oleh WHO,

1
maka pembiayaan pembangunan perumahan dan atau pembiayaan pengadaan
pangan, yang karena dan juga memiliki dampak terhadap derajat kesehatan,
seharusnya turut pula diperhitungkan. Pada akhir- akhir ini, dengan makin
bertambahnya sumber dana yang tersedia, maka perhatian terhadap sub sistem
pembiyaan kesehatan makin meningkat (Ekalora, 2012)
Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi
kesehatan (health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah
besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Sumber biaya kesehatan dapat berasal dari
anggaran pemerintah, anggaran masyarakat, bantuan dari dalam dan luar negeri,
serta gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat (Ediani, 2015).
Pembiayaan kesehatan harus kuat, stabil, dan selalu berkesinambungan
untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity),
efisiensi (efficiency), dan efektifitas (effectiveness) pembiayaan kesehatan itu
sendiri. Hal yang penting dalam pembiayaan kesehatan adalah cara memanfaatkan
biaya tersebut secara efektif dan efisien dari aspek ekonomi dan sosial serta dapat
dinikmati oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan. Oleh karena itu, syarat
pokok dalam pembiayaan kesehatan haruslah saling berkesinambungan (Ediani,
2015).
Syarat pokok dari pembiayaan kesehatan adalah jumlah yang cukup yang
dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan yang dibutuhkan serta
tidak menyusahkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya, penyebaran dana
yang harus sesuai dengan kebutuhan dan pemanfatan yang optimal agar dapat
meningkatkan kualitas peyanan kesehatan yang baik. Sedangkan fungsi
pembiayaan kesehatan adalah penggalian dana untuk upaya kesehatan masyarakat,
pengalokasian dana yang bersumber dari pemerintah ataupun dari masyarakat dan
pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat (Ekalora, 2012).

2
4. URAIAN MATERI
A. Pengertian Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan dalam kesehariannya selalu berkaitan dengan bisnis
ekonomi. Melihat pembiayaan dari segi kemanfaatan fasilitas pembiayaan yakni
profitable dan non profitable (Supriyadi, 2003). Pembiayaan atau financing ialah
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan (Ibid dalam Ilyas, 2015).
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
baik dilakukan sendiri maupun dilakukan oleh orang lain. Lebih lanjut Ismail
(2016) mengemukakan bahwa pada dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling
berkaitan dalam pembiayaan yaitu:
a. Provitability, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diraih yang diperoleh oleh dari usaha yang dikelola
bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan
kepada usaha-usah nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembaikan
pembiayaan yang telah diterimanya
b. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar
tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini
dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang, jasa
yang terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan yang diharapkan dapat
menjadi kenyataan.

Istilah pembiayaan pada intinya berarti I belive, I trust, saya percaya, saya
menaruh kepercayaan. Perkataan pembiayaan yang berarti (trust) berarti lembaga
selaku sahib al-mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan
amanah yang diberikan (Ilyas, 2015).
Pembiayaan kesehatan adalah dasar kemampuan sistem kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Untuk memahami sifat dari
indikator yang dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi pembiayaan

3
sistem kesehatan membutuhkan penilaian eksplisit tentang harapan apa yang akan
dicapai (WHO, 2008). Pembiayaan kesehatan mengacu pada fungsi sistem
kesehatan yang bersangkutan dengan mobilisasi, akumulasi dan alokasi uang
untuk menutupi kebutuhan kesehatan masyarakat, secara individual dan kolektif,
di sistem kesehatan. Tujuan pembiayaan kesehatan adalah untuk membuat dana
yang tersedia, serta untuk mengatur hak insentif keuangan untuk penyedia, untuk
memastikan bahwa semua individu memiliki akses ke kesehatan masyarakat yang
efektif dan perawatan kesehatan pribadi (WHO, 2010).

B. Fungsi Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan kesehatan memiliki fungsi dasar pengumpulan pendapatan,
perhimpunan penghasilan dan pembelian barang-barang dan jasa (WHO, 2000
dalam The World Bank, 2006). Fungsi-fungsi ini sering melibatkan interaksi
kompleks antarsektor kesehatan. Oleh karena itu, fungsi-fungsi ini dapat
memberikan kesempatan bagi sektor kesehatan untuk melakukan reformasi (The
World Bank, 2006).
Pengumpulan pendapatan merupakan suatu cara sistem kesehatan untuk
mengumpulkan uang dari rumah tangga, bisnis, dan sumber-sumber eksternal.
Perhimpunan penghasilan dilakukan dengan mengakumulasikan dan
memanajemen pendapatan sehingga setiap individu ketika terkena risiko penyakit
dapat terlindungi dari besarnya pengeluaran biaya yang tak terduga. Prabayar
memungkinkan setiap individu membayar uang di muka untuk membebaskan
mereka dari ketidakpastian dan memastikan adanya kompensasi sebelum kerugian
terjadi. Pembayaran di muka adalah sebagai bentuk asuransi kesehatan dan
redistribusi antara tinggi rendahnya pengeluaran kesehatan (subsidi risiko) dan
tinggi rendahnya penghasilan individu (subsidi ekuitas). Dengan pemutusan
hubungan antara pengeluaran kesehatan yang diharapkan dengan kemampuan
membayar, pembayaran di muka adalah mekanisme penting untuk memperoleh
tujuan ekuitas (keseimbangan). Fungsi terakhir pembelian, mengarah pada
mekanisme yang digunakan untuk keamanan layanan dari penyedia publik dan
swasta (The World Bank, 2006).

4
Berbagai fungsi yang disusun dapat berimplikasi penting terhadap sistem
kesehatan, namun hal itu tergantung pada (The World Bank, 2006):
a. Jumlah dana yang tersedia (saat ini dan di masa mendatang) dan tingkat
layanan serta perlindungan keuangan (dalam dan luasnya cakupan) bagi
penduduk
b. Keadilan, (equity- yang menanggung pajak atau beban pendapatan) dengan
dana digunakan untuk membiayai sistem.
c. Efisiensi ekonomi dari usaha peningkatan pendapatan dalam hal menciptakan
distorsi atau kerugian ekonomi (kelebihan beban perpajakan)
d. Tingkat pengumpulan biaya (subsidi risiko, asuransi) dan pembayaran
(subsidi ekuitas)
e. Nomor dan jenis jasa yang dibeli dan dikonsumsi sehubungan dengan
pengaruhnya terhadap hasil kesehatan dan biaya (biaya efektivitas dan
efisiensi alokasi layanan)
f. Efisiensi teknis produksi layanan (tujuan menghasilkan setiap layanan dengan
biaya rata-rata minimum)
g. Akses keuangan dan fisik untuk layanan oleh penduduk (termasuk akses
ekuitas, manfaat insiden)

Gambar 1 Fungsi Pembiayaan Kesehatan (The World Bank, 2006)

5
Efisiensi dan ekuitas merupakan aspek penting dalam sistem pembiayaan
kesehatan dan relevan untuk semua fungsi pembiayaan. Ada beberapa aspek yang
perlu dipertimbangkan dalam ekuitas terhadap sumber pembiayaan meliputi
tingkat prabayar dan penggabungan, penyediaan layanan, penyedia pembayaran,
dan perawatan fisik. Sedangkan dalam efisiensi, terdapat tiga jenis, yaitu efisiensi
pengumpulan pendapatan (distorsi ekonomi yang dihasilkan dari perpajakan),
efisiensi alokatif (sumber daya dialokasikan untuk memaksimalkan kesejahteraan
komunitas dengan memproduksi hasil kesehatan yang diinginkan), dan efisiensi
teknis (pelayanan diberikan dengan biaya serendah mungkin) (The World Bank,
2006).
Berdasarkan perspektif kebijakan, fungsi dasar pembiayaan kesehatan
umumnya diwujudkan dalam tiga model sistem pembiayaan kesehatan, meliputi
(The World Bank, 2006):
1. Pelayanan kesehatan nasional, wajib menerapkan universal coverage,
pembiayaan pendapatan yang umum dan nasional, dan pemasukan sektor
kesehatan dengan dana pribadi.
2. Asuransi sosial; wajib menerapkan universal coverage (target kelompok
pekerja) di bawah jaminan sosial (kuasa publik), sistem dibiayai oleh
karyawan dan pemberi kerja berkontribusi untuk dana asuransi nirlaba,
dengan publik dan pemasukan sektor kesehatan dengan dana pribadi.
3. Asuransi swasta; anggota atau individu membayar asuransi kesehatan swasta
dan pemasukan sektor kesehatan dengan dana pribadi.
Dari model diatas, tidak semua sistem kesehatan mengikuti kebijakan
yang telah ditentukan karena sistem kesehatan mewujudkan fitur dari model yang
berbeda. Hal tersebut memunculkan isu yang penting yaitu apakah sistem di
sektor kesehatan menjamin akses, pemerataan, dan efisiensi. Namun demikian,
model kesehatan di atas dan klasifikasi fungsi pembiayaan kesehatan telah
memberikan informasi yang berguna tentang sistem kesehatan dan makro
ekonomi. Model kesehatan juga menyediakan kerangka kerja yang lebih baik dan
lebih insentif (The World Bank, 2006).

6
C. Klasifikasi Sistem Pembiayaan Kesehatan
Di dalam World Health Report (2000), WHO mengkategorikan sistem kesehatan
ke dalam 4 prinsip fungsi kesehatan (kepengurusan, penciptaan sumber daya,
pelayanan, dan pembiayaan) dan 3 prinsip objektif (kesehatan, kontribusi
keuangan yang adil, dan tanggap terhadap dugaan nonmedis seseorang).
Pembiayaan merupakan fungsi sistem utama yang terdiri dari
mengumpulkan, menghimpun, dan membeli. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembiayaan kesehatan adalah penggabungan yang kompleks dari institusi,
demografi, sosial ekonomi, lingkungan, tekanan eksternal, dan faktor politik.
Demografi, nilai-nilai sosial, faktor lingkungan, dan kegiatan ekonomi merupakan
penentu yang penting dari kedua pembiayaan kesehatan wajib dan sukarela, tetapi
struktur politik dan tekanan eksternal juga sangat penting dalam penentu sifat,
skala, dan efektivitas pembiayaan kesehatan. Struktur politik juga akan berperan
dalam menentukan sifat dan efektivitas asuransi kesehatan sukarela karena
asuransi tersebut tergantung pada peraturan pemerintah (The World Bank, 2006).

Gambar 2 Hubungan antara Fungsi Kesehatan dan Objektif terhadap Sistem


Kesehatan (The World Bank, 2006)

7
Gambar 3 Determinan Pembiayaan Kesehatan (The World Bank, 2006)

D. Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan dan Upaya Penyelesaian


1) Masalah Pokok Pembiayaan Keseahtan
Sebagai akibat makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan juga karena telah dipergunakannya sebagai peralatan canggih,
menyebabkan pelayanan kesehatan makin bertambah komplek. Kesemuanya ini di
satu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan yakni makin meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat, namun di pihak lain ternyata juga mendatangkan
banyak masalah. Menurut Azrul Azwar (2010) dalam bukunya yang berjudul
“Pengantar Administrasi Kesehatan”, adapun berbagai masalah tersebut jika
ditinjau dari sudut pembiayaan kesehatan secara sederhana dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara, terutama di negara yang sedang berkembang, dana
yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah
memadai. Rendahnya alokasi anggaran ini berkaitan dengan masih kurangnya

8
kesadaran mengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan
dari pengambilan keputusan menganggap pelayanan kesehatan tidak bersifat
produktif melainkan bersifat konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan.
Ambil contoh untuk Indonesia misalnya, jumlah dana yang disediakan hanya
berkisar antara 2-3% dari total anggaran belanja negara dalam setahun.
(Azwar, 2010)
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana tidak sesuai, karena
kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari
penyebaran penduduk, terutama di negara yang berkembang, kebanyakan
tempat tinggal di daerah pedesaan. (Azwar, 2010)
3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan satu masalah yang
dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Mengejutkan bahwa di banyak
negara ternyata biaya pelayanan kedokteran jauh lebih tinggi daripada biaya
pelayanan kesehatan masyarakat. Padahal semua pihak telah mengetahui
bahwa pelayanan kedokteran dipandang kurang efektif daripada pelayanan
kesehatan masyarakat. (Azwar, 2010)
4. Pengelolaan dana yang kurang sempurna
Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan
pemanfaatannya belum begitu sempurna, namun jika apa yang dimiliki
tersebut dapat dikelola dengan baik dalam batas-batas tertentu, tujuan dari
pelayanan kesehatan masih dapat dicapai. Sayangnya, kehendak yang seperti
ini sulit diwujudkan. Penyebab utamanya ialah karena pengelolaannya belum
sempurna, yang terkait tidak hanya dengan pengetahuan dan ketrampilan
yang masih terbatas, tetapi juga ada kaitannya dengan sikap mental para
pengelola. (Azwar, 2010)
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat
Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin
meningkatnya biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak penyebab yang
berperan di sini, beberapa yang terpenting adalah (Cambridge Research

9
Institute, 1976; Sorkin, 1975 dan Feldstein, 1988 dalam buku Azrul Azwar
(2010) yang berjudul Pengantar Administrasi Kesehatan)
a. Tingkat Inflasi
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang
terjadi di masyarakat. Demikianlah apabila terjadi kenaikan harga di
masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan juga biaya operasional
pelayanan kesahatan akan meningkat pula. (Azwar, 2010)
b. Tingkat Permintaan
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat
permintaan yang ditemukan di masyarakat. Untuk bidang kesehatan
peningkatan permintaan tersebut dipengaruhi setidak-tidaknya oleh dua
faktor. Pertama, karena meningkatnya kuantitas penduduk yang memerlukan
pelayanan kesehatan, yang karena jumlah orangnya lebih banyak
menyebabkan biaya yang harus disediakan dan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan akan lebih baik pula. Kedua, karena meningkatnya
kualitas penduduk, yang karena pendidikan dan penghasilannya lebih baik,
membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih baik pula. Kedua keadaan
yang seperti ini, tentu akan besar pengaruh pada peningkatan biaya kesehatan.
(Azwar, 2010)
c. Kemajuan Ilmu dan Teknologi
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan
berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk pelayanan kesehatan yang ditandai
dengan makin banyak dipergunakan berbagai peralatan modern dan canggih.
Ke semua kemajuan ini tentu akan berpengaruh terhadap pengeluaran yang
dilakukan, baik terhadap biaya investasi, ataupu biaya operasional. Tidak
mengherankan jika kemudian biaya kesehatan meningkat dengan tajam
diperkirakan bahwa kontribusi pemakaian berbagai peralatan canggih
terhadap kenaikan biaya kesehatan tidak kurang dari 31% dari total kenaikan
harga. Suatu jumlah yang memang tidak kecil. Lebih dari pada itu, dengan
kemajuan ilmu dan teknologi ini juga berpengaruh terhadap penyembuhan
penyakit. Jika dahulu banyak dari penderita yang meninggal dunia, tetapi
dengan telah dipergunakannya berbagai peralatan canggih, penderita dapat

10
diselamatkan. Sayangnya, penyelamat nyawa manusia tersebut sering diikuti
dengan keadaan cacat, yang untuk pemulihannya (rehabilitation) sering
dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, yang kesemuanya juga mendorong
makin meningkatnya biaya kesehatan. ((Azwar, 2010)
d. Perubahan Pola Penyakit
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh terjadinya pola
penyakit di masyarakat. Jika dahulu banyak ditemukan berbagai penyakit
yang bersifat akut, maka pada saat ini telah banyak ditemukan berbagai
penyakit yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan penyakit akut, perawatan
berbagai penyakit kronis ini ternyata lebih lama. Akibatnya biaya yang
dikeluarkan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit akan lebih banyak
pula. Apabila penyakit yang seperti ini banyak ditemukan, tidak
mengherankan jika kemudian biaya kesehatan akan meningkat dengan pesat.
(Azwar, 2010)
e. Perubahan Pola Pelayanan Kesehatan.
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh perubahan pola
pelayanan kesehataan. Pada saat ini sebagai akibat dari perkembangan
spesialisasi dan subspesialisasi menyebabakan pelayanan kesehatan tekotak-
kotak (fragmented health services) dan satu sama lain tidak berhubungan.
Akibatnya tidak mengherankan jika kemudian sering dilakukan pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang yang pada akhirnya akan membebani
pasien. Lebih dari pada itu sebagai akibat banyak dipergunakan para spesialis
dan subspesialis menyebabakan hari perawatan juga akan meningkat.
Penelitian yang dilakukan Feldstein (1971) menyebutkan jika Rumah Sakit
lebih banyak mempergunakan dokter umum, maka Rumah Sakit tersebut akan
berhasil menghemat tidak kurang dari US$ 39.000 per tahun per dokter
umum, dibandingkan jika Rumah Sakit tersebut mempergunakan dokter
spesialis atau subspesialis. (Azwar, 2010)
f. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh pola akibat
perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan berbagai
kemajuan ilmu dan teknologi, menyebabakan hubungan dokter-pasien tidak

11
begitu erat lagi. Tidak mengherankan jika kebetulan sampai terjadi
perselisihan paham, dapat mendorong munculnya sengketa dan bahkan
tuntutan hukum ke pengadilan. Untuk menghindari hal yang seperti ini, para
dokter melakukan dua hal. Pertama, mengasuransikan praktek kedokterannya,
yang ternyata sebagai akibat makin seringnya tuntutan hukum atas dokter
menyebabkan premi yang harus dibayar oleh dokter dari tahun ke tahun
tampaknya semakin meningkat. (Azwar, 2010)
g. Lemahnya Mekanisme Pengendalian Biaya
Untuk mencegah peningkatan biaya kesehatan, sebenarnya telah tersedia
berbagai mekanisme pengendalian biaya (cost containment). Mekanisme
pengendalian biaya yang dimaksud banyak macamnya. Mulai dari certificate
of need, feasibility study, development plan, professional standard, medical
audit, sampai dengan rate regulation yang semunaya dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan yang jelas. Sayangnya dalam banyak hal,
mekanisme pengendalian harga ini sering terlambat dikembangkan.
Akibatnya, tidaklah mengherankan jika kemudian biaya kesehatan menjadi
tidak terkendali, yang akhirnya akan membebani masyarakat secara
keseluruhan. (Azwar, 2010)
h. Penyalahgunaan Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan (health insurance) sebenarnya adalah salah satu
mekanisme pengendalian biaya kesehatan. Tetapi jika diterapkan secara tidak
tepat sebagaimana yang lazim ditemukan pada bentuk yang konvensional
(third party system) dengan sistem mengganti biaya (reimbursement) justru
akan mendorong naiknya biaya kesehatan. (Azwar, 2010)

12
2) Upaya Penyelesaian
Menurut Azrul Azwar (2010), berbagai upaya untuk mengatasi masalah
secara sederhana dibedakan atas beberapa macam, yakni :
1. Upaya peningkatan sumber dana, dilakukan dengan dua cara, yakni : (Azwar,
2010)
a. Terhadap Pemerintah, ialah meningkatkan alokasi biaya kesehatan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara.
b. Terhadap badan-badan lain di luar pemerintahan, ialah menghimpun dana
dari sumber masyarakat serta dari sumber bantuan luar negeri.
2. Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana, pada
dasarnya berkisar pada dua hal yakni : (Azwar, 2010)
a. Penyempurnaan sistem pelayanan.
Lebih mengutamakan pelayanan kesehatan masyarakat dan atau
melaksanakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
dapatlah diharapkan makin sempurnanya penyebaran dan pemanfaatan
dana yang tersedia. (Azwar, 2010)
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja.
Tujuan utamanya ialah memberikan bekal kepada pengelola sehingga
dapat dilakukan pengelolaan dana yang sebaik-baiknya. (Azwar, 2010)
3. Upaya mengendalikan biaya kesehatan (cost containment), secara sederhana
dapat diuraikan sebagai berikut: (Azwar, 2010)
a. Memperlakukan peraturan sertifikat kebutuhan (sertificate of need
laws).
Penambahan sarana dan atau fasilitas kesehatan yang baru saja
dibenarkan apabila dapat dibuktikan adanya kebutuhan masyarakat terhadap
sarana dan atau fasilitas kesehatan tersebut. Dengan diperlakukannya
peraturan ini, maka dapat dihindari berdiri dan atau dibelinya berbagai
sarana serta fasilitas pelayanan kesehatan yang berlebihan dan atau yang
tidak dibutuhkan. Dampak positif yang dihasilkannya ialah akan dapat
menekan biaya investasi serta biaya operasional, yang apabila dapat
diperlakukan secara konsisten maka pada gilirannya akan dapat menekan
biaya kesehatan. (Azwar, 2010)

13
b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan (feasibility study).
Artinya penambahan sarana dan atau fasilitas kesehatan yang baru hanya
dibenarkan apabila dapat dibuktikan bahwa sarana dan fasilitas kesehatan
tersebut tetap dapat menyelenggarakan kegiatannya dengan tarif pelayanan
yang bersifat sosial, maka upaya untuk menaikkan tarif dengan alasan untuk
menutupi kerugian akan dapat dicegah. (Azwar, 2010)
c. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana (developement plan
laws).
Artinya dalam pengembangan sarana, fasilitas dan pelayanan kesehatan hanya
dibenarkan apabila sesuai dengan rencana pengembangan yang sebelumnya
telah disetujui oleh Pemerintah. Maka dapat dihindari pengembangan sarana,
fasilitas dan pelayanan kesehatan yang berlebihan dan tidak sesuai dengan
kebutuhan. (Azwar, 2010)
d. Menetapkan standar baku pelayanan kesehatan (profesional medical
standard).
Pelayanan kesehatan hanya dibenarkan untuk diselenggarakan jika tidak
menyimpang dari standar baku yang telah ditetapkan, sehingga dapat
dihindari pelayanan yang dibawah standar dan atau yang berlebihan. (Azwar,
2010)
e. Menyelenggarakan program menjaga mutu (quality asurance program)
Program menjaga mutu ini dipandang penting, karena sesungguhnya standar
baku pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan tidak akan ada gunanya
tanapa ada mekanisme pengawasannya. Contoh kegiatan program menjaga
mutu adalah audit kedokteran (medical audit). (Azwar, 2010)
f. Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan (rate regulation).
Dengan diselenggarakannya pengaturan tarif pelayanan ini, maka
penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat menaikkan tarif semaunya.
Ketentuan tarif telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 52
Tahun 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Dampak positifnya jelas akan
membantu pengendalian biaya kesehatan. (Azwar, 2010)

14
g. Asuransi kesehatan (health insurance).
Untuk mengendalikan biaya kesehatan ialah menyelenggarakan program
asuransi kesehatan yang telah dimodifikasi yakni melibatkan peran serta
tanggung jawab penyedia pelayanan kesehatan serta pemakai jasa pelayanan
kesehatan. (Azwar, 2010)

E. Pembiayaan Kesehatan (Health financing)


1) Sumber informasi pada sistem pembiayaan kesehatan
Total anggaran pemerintah dan bagian yang dialokasikan untuk
kesehatan keduanya adalah informasi publik dan dapat digunakan untuk
mengevaluasi komitmen pemerintah untuk kesehatan dalam jumlah total serta
sebanding dengan prioritas lain. Sebuah anggaran yang direncanakan, sementara
indikator penting dari komitmen dapat berbeda secara signifikan dari dana yang
akhirnya dirilis ke departemen dan berikut pengeluarannya (WHO, 2008)
Di sebagian besar negara, informasi tentang pengeluaran anggaran di
bidang kesehatan oleh pemerintah disalurkan melalui Departemen Kesehatan,
biasanya tersedia melalui Departemen Keuangan (Depkeu), atau pemerintah
daerah dalam sistem desentralisasi. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan yang
disalurkan melalui kementerian non-kesehatan, seperti layanan kesehatan militer
atau polisi yang kadang-kadang lebih sulit untuk dicapai. Sementara informasi
anggaran tersedia dalam "real time", sering ada penundaan satu tahun atau lebih
dalam konsolidasi produksi rekening belanja. Ulasan belanja publik, jika tersedia,
hal ini bisa jadi merupakan sumber informasi yang sangat baik. Mereka menyusun
informasi dari berbagai sumber untuk mengajukan pertanyaan tentang apakah
pengeluaran pemerintah diikuti rencana anggaran dan menjelaskan tujuan
strategis. Kadang-kadang mereka berusaha untuk menguji efisiensi penggunaan
sumber daya, meskipun dalam istilah yang sangat luas, serta kemampuan
manajemen dan akuntansi sistem dan lembaga keuangan untuk melacak
pengeluaran yang dilakukan pemerintah (WHO, 2008).
Informasi tentang komitmen bantuan pembangunan untuk kesehatan yang
dibuat oleh negara-negara pemberi dana, organisasi internasional dan beberapa
yayasan telah dikumpulkan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation

15
Development) selama bertahun-tahun, dan mereka telah melaporkan apa yang
mereka yakini sebagai data distribusi terpercaya sejak tahun 2002. Informasi ini
tersedia oleh negara pemberi dana dan negara penerima, tapi harus berhati-hati
dalam menggunakannya. (WHO, 2008)
Pertama, bagian dari pelaporan dalam pengeluaran sebagian besar dalam
beberapa kasus dana tidak mencapai negara-negara penerima dan tidak boleh
dimasukkan dalam perkiraan pengeluaran kesehatan negara. Misalnya,
pembayaran untuk dukungan teknis untuk negara, pembayaran umumnya dibuat
untuk warga negara dari negara-negara selain negara penerima, termasuk dana
yang umumnya dihabiskan di luar negara penerima. Kedua, telah terjadi
pergerakan terhadap peningkatan dukungan anggaran umum untuk negara, yang
sulit untuk mengalokasikan dana ke sektor yang berbeda. Dukungan anggaran
umumnya dilaporkan dalam bagian terpisah dalam database OECD dan beberapa
cara mengalokasikan dana ke berbagai sektor perlu dirancang. Ketiga, beberapa
pemberi dana negara berkembang seperti China dan India, dan tidak termasuk
beberapa pemberian dana dari swasta (WHO, 2008).
Hal ini lebih baik untuk melacak pengeluaran dari sumber eksternal di
tingkat negara, tapi ini seringkali sulit terutama dana yang disalurkan melalui
organisasi non-pemerintah (LSM) atau sektor swasta. Banyak negara tidak
memerlukan pemberian dana eksternal atau LSM melaporkan pengeluaran dalam
negeri mereka, atau jika mereka diwajibkan untuk menyerahkan anggaran dengan
proposal pada saat mereka mendapatkan izin untuk bekerja di negara ini, tidak ada
database di mana informasi ini secara sistematis ditangkap atau di mana
pengeluaran aktual dicatat. Hal ini juga berlaku untuk LSM dalam negeri dan
organisasi amal lainnya yang mendukung sektor kesehatan, di mana seringkali
sulit untuk melacak pengeluaran (WHO, 2008).
Pengeluaran tingkat nasional sebagai akibat dari pembayaran pihak
ketiga (misalnya, dari asuransi atau jaminan sosial) mungkin tersedia dari
manajemen dana. Jika pembayar pihak ketiga terutama organisasi kecil berbasis
masyarakat, seperti dana asuransi kesehatan berbasis masyarakat, mengumpulkan
informasi pengeluaran jauh lebih sulit. Informasi tentang anggaran rumah tangga
(OOP/Out of Pocket), pengeluaran hanya tersedia dari survei rumah tangga. Bank

16
Dunia telah mensponsori Standar Hidup Pengukuran Survei (LSMS/The Living
Standards Measurenment Study) sejak tahun 1980 dari informasi yang
pengeluaran kesehatan rumah tangga dapat diekstraksi dan Survei Kesehatan
Dunia disponsori oleh WHO pada tahun 2000-2001 juga berisi modul pengeluaran
rumah tangga (WHO, 2008).
Banyak negara melakukan pencatatan pendapatan rumah tangga atau
survei pengeluaran dari berbagai jenis dari yang beberapa informasi tentang
pengeluaran kesehatan dapat diperoleh. Ada variabilitas yang cukup besar dalam
jenis pertanyaan yang digunakan untuk mendapatkan pengeluaran kesehatan dari
pendapatan rumah tangga, membuat perbandingan antar negara dari waktu ke
waktu di negara yang sama cukup sulit. Sebagai tujuan penting untuk
mendapatkan kesepakatan pada instrumen standar yang akan meningkatkan
komparabilitas, baik untuk survei independen atau survei rumah tangga lainnya
yang dilakukan karena berbagai alasan lain (WHO, 2008).
National Health Accounts (NHA): Meskipun kualifikasi ini, sumber
terbaik dari data pengeluaran kesehatan adalah dari rekening kesehatan nasional
yang menggabungkan data pengeluaran dari semua sumber dan melalui semua
jenis agen keuangan. Sistem Account Kesehatan (SHA) yang dikembangkan oleh
OECD untuk negara-negara yang telah menjadi, lebih atau kurang, standar
klasifikasi disepakati secara internasional meskipun beberapa analis negara
memilih untuk menggunakan variasi pada tema ini, termasuk teknik yang disebut
sub-akun rekening nasional. Secara umum kemungkinan untuk mengubah angka
yang muncul dari satu metode untuk membuat mereka konsisten dengan yang lain.
Baru-baru ini, WHO/Bank Dunia/USAID (U.S. Agency for International
Development) mengembangkan panduan untuk melakukan rekening kesehatan
nasional di negara-negara berpenghasilan rendah berdasarkan SHA, dan
beradaptasi dalam beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan negara-negara
berpenghasilan rendah (WHO, 2008).
Metode aplikasi dalam berbagai pengaturan telah menghasilkan
kolaborasi antara OECD, Eurostat dan WHO yang merevisi SHA dengan tujuan
membuatnya lebih tepat untuk negara di semua tingkat pendapatan. Beberapa
negara bisa melakukan studi NHA. Orang lain telah melakukan satu atau dua

17
penelitian, tetapi mereka tidak melakukan secara rutin, sementara yang lain belum
melakukan secara penuh pedoman NHA. Dalam kasus terakhir, data pengeluaran
kesehatan perlu disusun dari berbagai sumber. WHO bekerja dengan negara-
negara untuk menyusun informasi dari sumber-sumber yang dikombinasikan
dengan informasi yang diberikan oleh negara-negara yang telah melakukan studi
NHA, memungkinkan laporan pengeluaran kesehatan tahunan dengan agregat 192
dari 193 negara anggotanya. Angka-angka ini juga membentuk dasar dari data
pengeluaran kesehatan yang dilaporkan dalam Bank Dunia Indikator
Pembangunan dunia (WHO, 2008).
Dukungan untuk negara-negara yang ingin mengembangkan informasi yang lebih
baik tentang pengeluaran kesehatan saat ini disediakan dari berbagai sumber,
termasuk USAID didukung Sistem Kesehatan 20/20 proyek, WHO dan badan
bantuan Swedia SIDA, meskipun masih ada beberapa cara untuk menyelesaikan
analisis NHA untuk diterapkan di semua lembaga negara. (WHO, 2008)
2) Indikator Inti
Indikator utama untuk ketersediaan dana dan sejauh mana perlindungan
risiko keuangan telah disepakati di berbagai forum (WHO,2008).
1. Direkomendasikan indikator inti 1: Total Pengeluaran Kesehatan (THE/The
Health Expenditure) per kapita dalam internasional.
Indikator ini memberikan informasi tentang ketersediaan keseluruhan
dana. Kecukupan harus dinilai sebagai langkah kedua, dalam kaitannya
dengan perkiraan khusus negara dari dana yang dibutuhkan untuk menjamin
akses ke tingkat yang diinginkan dari layanan, atau dalam hal perbandingan
dengan negara-negara lain dengan tingkat yang sama dari GDP (Gross
Domestic Product) per kepala. Beberapa negara juga berusaha untuk
membandingkan total pengeluaran kesehatan mereka sebagai proporsi dari
PDB (Product Domestic Bruto) dengan orang-orang di negara lain, jadi ini
termasuk dalam Tabel 1 sebagai indikator tambahan mungkin. (WHO, 2008)

Definisi
• pembilang: Jumlah semua pengeluaran kesehatan (idealnya dari
National Health Accounts dan termasuk semua sumber dana – eksternal,

18
pemerintah, dan non-pemerintah termasuk rumah tangga OOP).
• Penyebut: Jumlah populasi.
Pengumpulan data metodologi spesifik negara pelaporan oleh Depkeu /
Depkes/departemen lain yang relevan (untuk pengeluaran pemerintah), donor
(untuk pendanaan tidak disalurkan melalui Depkeu/Depkes), manajemen dana
asuransi (untuk pihak ketiga pendanaan) dan survei rumah tangga (untuk
pengeluaran OOP) dengan menggunakan metodologi National Health
Accounts. Jumlah populasi penduduk idealnya harus de facto bukan de jure,
dengan sumber lintas negara yang paling lengkap menjadi Divisi
Kependudukan PBB. Kemudian periodisitas pengeluaran kesehatan idealnya
harus dihitung secara tahunan. Survei pengeluaran rumah tangga cukup mahal
dan mungkin perlu dilakukan lebih sering, dengan ekstrapolasi setiap tahun
antar-survei. (WHO,2008).
Biaya-biaya awalnya memproduksi NHA bervariasi tergantung pada
informasi dan struktur birokrasi yang sudah tersedia dan kebutuhan akan
bantuan teknis eksternal. Pengalaman di beberapa negara menunjukkan
bahwa biaya untuk menarik informasi bersama yang ada untuk NHA pertama
bisa serendah US $ 50.000 untuk US $ 75.000 dengan biaya tahun berikutnya
sebagian besar berhubungan dengan memproduksi statistik secara berulang.
Ini mengasumsikan bahwa survei pengeluaran rumah tangga sudah tersedia
dan konsultan internasional tidak melakukan sebagian besar pekerjaan. Biaya
awal mencakup: (WHO,2008).
a) Pelatihan personal
b) Memastikan komputer yang memadai dan infrastruktur kantor
c) Logistik terkait dengan pertemuan penjelasan dan pelatihan melengkapi
formulir pelaporan atau mengumpulkan informasi
d) Pengembangan laporan template yang relevan untuk perencanaan
nasional (WHO, 2003b)
2. Direkomendasikan inti indikator: pengeluaran kesehatan pemerintah umum
sebagai proporsi.
Ini terkait dengan pertanyaan tentang berapa banyak dana yang
dikumpulkan untuk kesehatan dan mencerminkan komitmen pemerintah.

19
Kepala negara Afrika berkomitmen untuk menjaga 15% dari pengeluaran
pemerintah secara keseluruhan yang dianggarkan untuk kesehatan di Abuja
Deklarasi 2001. Hal ini dapat diambil sebagai tujuan aspiratif, meskipun
bahkan beberapa negara-negara kaya di dunia sudah mencapainya. Meskipun
sulit untuk membenarkan mengapa 15% adalah yang ideal titik potong,
banyak negara masih mencurahkan kurang dari 4% dari yang disarankan
GGE (General Government Expenditure) untuk kesehatan sehingga
komitmen pemerintah dianggap masih rendah. (WHO, 2008)
3. Rekomendasi inti indikator: Rasio rumah tangga keluar dari anggaran
pembayaran untuk kesehatan.
Indikator ideal perlindungan risiko keuangan adalah proporsi populasi
menimbulkan bencana dalam pengeluaran anggaran kesehatan dari OOP.
Sebuah variasi adalah persentase yang miskin sebagai akibat pengeluaran dari
yang dianggarkan. WHO mendefinisikan bencana keuangan selama 8 tahun
terakhir sebagai OOP langsung melebihi 40 persen dari laba bersih rumah
tangga kebutuhan subsistem. Kebutuhan subsistem yang diambil menjadi
pengeluaran untuk makanan dari rumah tangga rata-rata di negara itu.
Pengeluaran melebihi titik potong 40% umumnya memerlukan realokasi
pengeluaran rumah tangga dari kebutuhan dasar, kadang-kadang bahkan dari
dana pendidikan anak. (WHO, 2008)
Baru-baru ini, Bank Dunia telah menemukan lebih mudah untuk
menentukan bencana keuangan terjadi ketika OOP melebihi 10% dari total
pendapatan rumah tangga ini. Meskipun hal ini tidak menggabungkan
progresivitas pengurangan kebutuhan dasar yang diizinkan, itu mungkin
sederhana untuk memperkirakan dan tampaknya memberikan lebih atau
kurang perkiraan yang sama sebagai metode WHO. (WHO, 2008)
Dalam kebanyakan kasus, itu akan mungkin untuk memperkirakan
kejadian bencana keuangan menurut nominal penghasilan, atau dengan
nominal kekayaan jika kekayaan atau aset indeks yang terpisah dapat
dibangun dari survei rumah tangga yang sama, untuk mengeksplorasi
pertanyaan dari ekuitas. Memang, di kebanyakan negara berkembang, mandiri
dilaporkan total pengeluaran dianggap sebagai indikator yang lebih handal

20
dari laporan laba, sehingga perbandingan ini biasanya dibuat dalam hal total
nominal pengeluaran. (WHO, 2008)
Dalam kasus apapun, perbandingan tersebut harus ditafsirkan dengan
hati-hati. Di banyak negara nominal dengan pendapatan terendah (atau tingkat
terendah dari total belanja) memiliki insiden bencana lebih rendah dari
pembayaran nominal yang lebih kaya. Ini mencerminkan sifat yang salah dari
biaya pengguna. Ketika orang-orang yang sangat miskin, mereka tidak
menggunakan layanan yang mereka harus membayar, sehingga tidak
menderita bencana keuangan. Ketika mereka tumbuh sedikit lebih kaya,
mereka mulai menggunakan layanan, tetapi kemudian menderita konsekuensi
keuangan yang merugikan terkait dengan membayar untuk perawatan. (WHO,
2008)
Tabel 2 Indikator Pelayanan Kesehatan
Definisi
Jumlah rumah tangga di masing-masing daerah di mana langsung keluar
dari anggaran pembayaran kepada penyedia kesehatan selama 12 bulan
terakhir lebih dari 40% dari laba bersih rumah tangga mereka dari
subsisten, atau 10% dari total pendapatan mereka.
• Pembilang: Rumah Tangga dari pengeluaran saku bagi kesehatan selama
12 bulan terakhir.
• Penyebut: Pendapatan rumah tangga. Seperti dikatakan di atas, di
kebanyakan negara berkembang diterima bahwa total belanja kesehatan
yang dilaporkan sendiri merupakan indikator yang lebih handal dari daya
beli rumah tangga dari pendapatan yang dilaporkan sendiri, jadi ini harus
digunakan sebagai denominator pengaturan tersebut.

Pengumpulan data survei wawancara metodologi Rumah Tangga.


Periodisitas rasio ini tidak mungkin berubah secara dramatis dari waktu ke
waktu kecuali ada reformasi pembiayaan kesehatan yang cukup besar. Di
sebagian besar negara, pengukuran setiap lima tahun akan cukup. (WHO,
2008)

21
3) Total Pengeluaran Kesehatan
Biaya untuk melakukan survei rumah tangga tingkat nasional dengan ukuran
sampel yang cukup untuk pemilahan tingkat regional khusus untuk tujuan
pengumpulan data pengeluaran kesehatan bervariasi tergantung pada kapasitas
dalam negeri yang ada. Kisaran mungkin dari $ 350.000 ke $ 1.000.000
tergantung pada tingkat dukungan teknis yang diperlukan. Namun, biasanya data
pengeluaran kesehatan akan dikumpulkan sebagai bagian dari survei pendapatan
dan pengeluaran yang lebih luas, atau sebagai modul tambahan dalam survei
kesehatan yang lebih luas. Dengan demikian, biaya tambahan cenderung relatif
kecil. Biaya utama baru akan dikeluarkan oleh personel yang menganalisis data
dan menghasilkan informasi bagi para pembuat kebijakan (WHO, 2008).
Meskipun logika menggunakan kejadian bencana keuangan sebagai indikator
inti, kadang-kadang berpendapat bahwa indikator sederhana perlindungan risiko
keuangan adalah rasio dari pengeluaran anggaran untuk pengeluaran kesehatan
total (OOP / THE) - atau kebalikannya, yang rasio pengeluaran prabayar (pajak
dan asuransi) ke THE. Tidak diragukan lagi ada korelasi yang tinggi antara
indikator ini dan kejadian bencana keuangan (dan pemiskinan), jadi kami
memasukkan ini sebagai indikator inti di sini. (WHO, 2008)
Sementara itu mungkin tampak sederhana, membutuhkan data yang sama
persis dari survei pengeluaran rumah tangga sebagai indikator pada bencana
keuangan yang dijelaskan di atas. Jadi, jika survei yang tersedia untuk
memperkirakan OOP / THE, maka tersedia untuk memperkirakan kejadian
bencana keuangan. Pengalaman menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan
dapat langsung melihat relevansi politik kejadian bencana keuangan atau
kemiskinan, sedangkan rasio OOP untuk THE mungkin tidak memiliki dampak
kebijakan langsung yang sama. Untuk keperluan diskusi, pada tahap ini kita
menggunakan OOP / THE sebagai indikator yang direkomendasikan dalam tabel
1, dengan kejadian bencana keuangan sebagai indikator opsional. Namun,
preferensi pemesanan bisa dengan mudah dibalik. (WHO, 2008)

22
Pada tahap ini, kita tidak merekomendasikan indikator inti untuk menangkap
efisiensi sistem pembiayaan kesehatan karena sulit untuk menentukan indikator
tunggal yang relatif sederhana untuk mengukur dan mudah untuk menafsirkan.
Kami telah mencantumkan proporsi total belanja kesehatan pemerintah dihabiskan
untuk gaji sebagai salah satu indikator opsional mungkin, tetapi kita perlu
menekankan bahwa ini perlu ditafsirkan dengan sangat hati-hati. Tentu saja jika
proporsi ini sangat tinggi, petugas kesehatan tidak akan memiliki obat yang cukup
atau masukan lainnya untuk dapat melakukan pekerjaan mereka dengan baik.
Namun, di beberapa negara proporsi ini rendah karena pemerintah memilih untuk
mengontrakkan penyediaan layanan kepada sektor swasta atau LSM daripada
mempekerjakan personel sendiri. Dalam hal ini, proporsi yang dihabiskan untuk
gaji tampaknya sangat rendah karena pembayaran kepada kontraktor eksternal
tidak muncul sebagai gaji. Kemudian bukan merupakan efisiensi indikator yang
sangat berguna. (WHO, 2008)
Selain itu, kami telah menyarankan beberapa indikator opsional yang dapat
diukur tergantung pada kapasitas negara. Beberapa mencerminkan proses atau
output, dan beberapa yang lebih terkait dengan hasil. Mereka diringkas dalam
Tabel 2 di bawah ini, dengan komentar yang sesuai dalam teks. (WHO, 2008)
1. Penilaian kebutuhan untuk melembagakan pengumpulan data untuk
memantau indikator keuangan
THE saat ini sedang dilaporkan untuk 192 dari 193 negara anggota WHO,
kebutuhan utama adalah untuk meningkatkan kualitas informasi yang sudah
dikumpulkan dan untuk memperkuat pelembagaan generasi dan pemanfaatan
informasi ini. Hal ini memerlukan pelaporan rutin dan akurat dari pengeluaran
pemerintah di semua tingkat pemerintahan, survei pengeluaran rumah tangga, dan
beberapa metode secara rutin melacak pengeluaran LSM, organisasi berbasis
agama, filantropi dan sektor swasta. (WHO, 2008)
WHO telah mengidentifikasi empat langkah penting untuk proses
pelembagaan (WHO 2003).
a) Menciptakan permintaan pada bagian dari pembuat kebijakan untuk
pelembagaan
b) Menentukan lokasi di mana NHA ditempatkan

23
c) Menetapkan standar untuk pengumpulan data dan analisis
d) Melembagakan persyaratan pelaporan data.
Proses pelembagaan NHA memerlukan penilaian infrastruktur dan sistem
yang ada. Informasi penting meliputi: (WHO, 2008)
1) Komitmen Pemerintah dan pemangku kepentingan untuk NHA seperti yang
ditunjukkan oleh langkah-langkah seperti delegasi dari tanggung jawab untuk
menghasilkan NHA ke inti tertentu dan alokasi anggaran untuk implementasi.
2) Penilaian nomor yang ada sumber daya manusia dan kapasitas, dan
infrastruktur untuk menghasilkan data NHA.
3) Kejelasan mekanisme pembiayaan kesehatan termasuk sumber pendanaan,
proses untuk penyaluran dana, dan informasi di mana informasi pada
pendanaan kesehatan eksternal dan dana pihak ketiga yang tersedia termasuk
jika disediakan untuk badan pusat atau koordinasi. Penilaian dari proses saat
ini digunakan oleh WHO adalah NHA untuk memperkirakan negara dan
identifikasi data yang lemah atau paling tidak dapat diandalkan dalam
menyediakan informasi ini.
4) Identifikasi masalah berkaitan dengan transparansi dalam pendanaan
kesehatan nasional atau sumbangan dana dan kebutuhan untuk perubahan
kebijakan atau advokasi untuk diperbaiki.
5) Pengembangan fungsi audit dalam NHA secara berkala menilai kelengkapan
dan akurat informasi yang disampaikan atau dikumpulkan adalah dengan
strategi yang sistematis untuk umpan balik kepada sumber data untuk
meningkatkan ketersediaan dan kualitas informasi yang dibutuhkan.
4) Menggunakan indikator keuangan untuk penguat sistem kesehatan
Secara umum, THE (The Health Expenditure) harus naik baik secara absolut
dan sebagai proporsi dari PDB di negara-negara berpenghasilan rendah,
sedangkan proporsi rumah tangga menghadapi bencana keuangan sebagai akibat
dari OOP harus jatuh. Jenis lain dari penggunaan yang disarankan di bawah ini.
Sebagai contoh (WHO, 2008):
1. Apakah THE per kapita dalam rentang yang ditetapkan secara internasional
untuk menjadi berpotensi wajar untuk memungkinkan cakupan universal
intervensi kesehatan utama (misalnya, setidaknya $ 40 per kapita)? (WHO,

24
2008)
a. Persentase anggaran nasional yang berjalan menuju kesehatan yang wajar
mengingat situasi nasional? Apakah itu mencerminkan komitmen
pemerintah yang kuat untuk kesehatan?
b. Berapa proporsi THE tergantung pada pendanaan eksternal yang
mungkin tidak akan berkelanjutan dalam jangka panjang? Langkah-
langkah apa yang bisa diambil dalam negeri untuk mengumpulkan dana
tambahan untuk kesehatan?
c. Dimana THE tinggi, hal ini tercermin dalam hasil kesehatan? Jika tidak,
dan kualitas efisiensi isu-isu pelayanan perlu ditinjau. Juga transparansi
dan korupsi merupakan masalah yang mungkin relevan.
2. Kebijakan atau praktik pelaksanaan apa yang diperlukan untuk mengurangi
pengeluaran bencana? (WHO, 2008)
a. Apa penilaian OOP pada bencana pengeluaran dalam mekanismenya
berkontribusi terhadap pembiayaan kesehatan, atau mengurangi, nominal
dalam pembiayaan kesehatan. Apa pilihan lain yang ada untuk
meningkatkan nominal tersebut?
b. Apakah kebijakan keuangan kesehatan yang ada dilaksanakan secara
transparan (misalnya, adalah rumah tangga yang menerima pembebasan
atau layanan bersubsidi dan obat-obatan jika mereka memenuhi syarat?).
c. Apakah ada kesenjangan antardaerah yang perlu ditangani secara
terpisah?

Tabel 2 Indikator Keuangan


HSS Indikator Indikator
Building Tujuan dan tindakan kemungkinan Sumber data pengeluaran
Block pengeluaran terkait
Sistem 1. Penggalangan 2. Data total 1. Rekening Inti:
Keuangan dana yang cukup pengeluaran Kesehatan C1. Total
Kesehatan untuk kesehatan. kesehatan Nasional pengeluaran
Di negara-negara secara rutin kesehatan (THE)
berpenghasilan dikumpulkan per kapita di

25
HSS Indikator Indikator
Building Tujuan dan tindakan kemungkinan Sumber data pengeluaran
Block pengeluaran terkait
rendah ini harus dan dilaporkan internasional dan
berasal dari US $
sumber eksternal C2. Belanja
dan internal. kesehatan
Lebih, dan lebih pemerintah
dapat diandalkan, (GGHE) sebagai
dana eksternal persentase
yang dibutuhkan belanja total
di banyak negara, pemerintah
tetapi lebih dapat (Opsionanal
dilakukan untuk belanja
mengumpulkan kesehatan)
dana, atau O1.Total sebagai
membesarkan presentase GDP
mereka lebih
efisien, di dalam
negeri.
2. Peningkatan 2a. Patient / 2a. C3. OOP sebagai
perlindungan household out of Pengeluaran presentase
risiko keuangan pocket rumah tangga opsional THE
dan cakupan bagi expenditures of dan O2. Persentase
kelompok rentan. accessing or pemanfaatan rumah tangga
Di kebanyakan obtaining survei miskin setiap
negara ini services collected 2b. Catatan tahun oleh OOP,
membutuhkan intermittently. pendaftaran menurut nominal
pergerakan jauh 2b. In countries asuransi pengeluaran
langsung dari with widespread kesehatan
pembayaran saku health insurance:
dan menuju bentuk Number (%) of

26
HSS Indikator Indikator
Building Tujuan dan tindakan kemungkinan Sumber data pengeluaran
Block pengeluaran terkait
prabayar dengan people/
risiko pooling - households
pajak atau covered by health
berbasis asuransi. insurance, by
population group
and specifically
for
poor/vulnerable
groups
3. Peningkatan 3a. Informasi 3. Rekening O3. pengeluaran
efisiensi tentang pengeluaran pemerintah pada
pemanfaatan pengeluaran pemerintah upah dan gaji
sumber daya pemerintah sebagai
pada upah dan persentase
gaji tersedia GGHE
3b. Ketersediaan
data pada
pengeluaran
pemerintah
pada masalah
prioritas,
dengan tingkat
o pemerintah.

27
HSS Indikator Indikator
Building Tujuan dan tindakan kemungkinan Sumber data pengeluaran
Block pengeluaran terkait
4. Peningkatan 4. Jumlah dan 4. Audit kantor
transparansi presentase dari
keuangan dan fasilitas
manajemen di pertemuan
tingkat operasional yang
mendirikan
kriteria
manajemen
keuangan
nasional
sumber : (WHO, 2008)

5) Pembiayaan Jasa Kesehatan


Laporan Bank Dunia 1993 (World Development Report, 1993) secara khusus
menyoroti pembiayaan kesehatan. Di samping menyampaikan data-data keuangan
pembiayaan kesehatan, laporan itu juga melaporkan berbagai permasalahan yang
dihadapi banyak negara dalam menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan bagi
rakyatnya, kemajuan-kemajuan yang telah dicapai, serta tantangan di masa depan
(Sulastomo, 2003).
Dari aspek pembiayaan, secara makro dijumpai beberapa hal yang menarik.
Semakin tinggi tingkat pendapatan suatu negara semakin besar negara itu
mengeluarkan biaya kesehatan, baik dilihat dari segi angka absolut maupun relatif
dari tingkat pendapatan negara tersebut. Juga semakin tinggi tingkat pendapatan
suatu negara, pemerintah negara tersebut juga mengeluarkan biaya yang semakin
tinggi, baik secara absolut maupun relatif tingkat pendapatan negara. Negara-
negara yang masuk negara tingkat menengah (middle income countries) dan
negara kaya/maju, pemerintah memikul beban sekitar 60% belanja kesehatan atau
sekitar 5% GNP-nya. Sedangkan di negara yang sedang berkembang, pemerintah
negara tersebut mengeluarkan sekitar 50% pengeluaraan di bidang kesehatan atau

28
sekitar 2% GNP-nya. Meskipun demikian, outcome dari setiap dolar yang
dikeluarkan oleh suatu negara tidak memberikan dampak yang sama. Berbagai
negara ternyata sangat buruk dalam penggunaan dana yang tersedia, misalnya AS,
Prancis, Ghana, dan lainnya. Sementara beberapa negara lain sangat efisien dalam
menggunakan setiap dolar yang dikeluarkan, misalnya Cina, Sri Lanka, Maroko,
dan lainnya. Tingginya belanja kesehatan, dengan demikian belum tentu memberi
dampak pada status kesehatan yang tinggi (Sulastomo, 2003).
Selain itu hampir semua negara menghadapi problem yang hampir sama yaitu
semakin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan baik secara absolut maupun
persentase GNP-nya. Kenaikan belanja kesehatan ini pada umumnya disebabkan
oleh beberapa faktor, misalnya sistem pembayaran jasa pelayanan kesehatan fee
for service, penggunaan teknologi dan prosedur yang berlebihan, serta
penyelenggaraan administrasi pelayanan kesehatan yang tinggi, dan lain-lain. Hal
ini, untuk sebagian besar disebabkan oleh sistem pelayanan kesehatan yang di
kembangkan di negara itu serta sistem asuransi kesehatan yang dianut. Masalah
pengendalian biaya (cost-containment) dengan demikian menjadi masalah yang
sangat penting (Sulastomo, 2003).
Laporan Bank Dunia juga menyampaikan kritik-kritik terhadap apa yang
dilakukan banyak negara yang sedang berkembang. Meskipun negara-negara yang
sedang berkembang menghadapi keterbatasan biaya kesehatan, tidak jarang terjadi
alokasi yang tidak cepat sehingga efisiensi biaya menjadi kurang. Misalnya
penggunaan teknologi serta sarana kesehatan “tertiary” yang berlebih (Sulastomo,
2003).
Laporan Bank Dunia juga menulis bahwa pembiayaan jasa kesehatan di
banyak negara memerlukan mobilisasi dana masyarakat dan peranan pemerintah
masih besar. Mobilisasi dana masyarakat ini perlu, terutama untuk membiayai
pelayanan di luar essential sevices yang merupakan hak masyarakat dan harus
dapat dipenuhi oleh pemerintah. Dengan demikian, harus ada kebijakan yang tepat
antara peranan dana pemerintah dan masyarakat agar mencapai sasaran yang tepat
pula (Sulastomo, 2003).

29
Untuk melihat kedudukan Indonesia di bidang kesehatan, kajian ini melakukan
perbandingan (benchmarking) terhadap negara-negara ASEAN yang secara
geografis dan demografi kondisinya hampir sama atau tidak jauh berbeda dengan
Indonesia.
Tabel 3 Perbandingan GDP per kapita negara-negara ASEAN

Berdasarkan data Tabel 3, kondisi income per kapita negara-nagara ASEAN


cukup bervariasi dengan disparitas yang cukup tinggi. Singapura dan Brunei
Darussalam memliki GDP per kapita yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya. Dalam menganalisa alokasi dan capaian di bidang
kesehatan, kajian ini membagi dalam 3 kelompok negara ASEAN berdasarkan
besaran GDP per kapita pada tahun 2013. Kelompok pertama dengan tingkat GDP
perkapita tinggi (antara US$10.000 s.d. US$60.000) terdiri dari Singapore, Brunei
Darussalam, dan Malaysia. Kelompok kedua dengan GDP perkapita sedang
(antara US$1.900 s.d. US$6.000) yaitu Thailand, Indonesia, Philipina, dan
Vietnam). Sedangkan kelompok ketiga dengan GDP perkapita rendah (antara
US$1.000 s.d. 1.900) terdiri dari Laos, Myanmar, dan Kamboja (Zunaidi, dkk,
2015).

30
Tabel 4 Perbandingan Total Pegeluaran Kesehatan Per Kapita Negara-Negara
ASEAN

Tabel 4 menggambarkan total jumlah belanja di bidang kesehatan setiap


individu di negara-negara ASEAN baik yang dibiayai oleh Pemerintah, maupun
swasta. Belanja kesehatan tersebut termasuk upaya pencegahan dan
penanggulangan masalah kesehatan, rencana kesehatan keluarga (asuransi
kesehatan), aktivitas peningkatan nutrisi, dan kebutuhan mendesak terkait masalah
kesehatan. Namun belanja total kesehatan tersebut tidak termasuk provinsi untuk
kebutuhan air bersih dan sanitasi. Singapura yang memiliki GDP perkapita
terbesar diantara negara-negara ASEAN juga memiliki alokasi total belanja
kesehatan yang terbesar. Begitu juga dengan Vietnam yang memiliki GDP per
kapita terendah pada kelompok kedua juga memiliki total belanja kesehatan
terendah pada kelompok kedua (Zunaidi, dkk, 2015).

31
Tabel 5 Perbandingan Prosentase Belanja Kesehatan Pemerintah dari Total
Pengeluaran Kesehatan

Pada Tabel 5, GDP perkapita tidak memiliki hubungan positif ataupun


negatif dengan bagian pemerintah dari total belanja kesehatan. Pemerintah
Singapura memiliki pengeluaran belanja kesehatan yang lebih rendah dari
Malaysia walaupun GDP perkapita Singapura 5 kali lebih tinggi dibanding
Malaysia. Sebaliknya jika dibandingkan dengan Brunei Darussalam, Pemerintah
Malaysia hanya mengalokasikan belanja kesehatan lebih rendah 60% dari
pengeluaran Pemerintah Brunei Darussalam (Zunaidi, dkk, 2015).
Secara global, terdapat ketidakseimbangan yang sangat besar antara
kebutuhan pembiayaan kesehatan dengan pengeluaran kesehatan negara-negara
saat ini. Negara-negara berkembang yang penduduknya berjumlah 84 persen dari
penduduk dunia dan menanggung 90 persen dari beban penyakit dunia hanya
mengadakan 12 persen dari pengeluaran kesehatan dunia. Negara- negara
termiskin bahkan menanggung beban penyakit dan cedera yang jauh lebih berat
namun dengan sumber daya yang paling sedikit untuk membiayai pelayanan
kesehatan (Gottret, P & George, S, 2006).

32
a. Burden of disease in disability adjusted life years

b. Distribution of total global expenditures on health

Gambar 4. Ketidakseimbangan antara kebutuhan akan kesehatan dan pengeluaran


kesehatan
Dinamika kependudukan dan epidemiogis yang mendasar ini akan sangat
mempengaruhi perekonomian dan kebutuhan kesehatan masa depan semua
negara. Jumlah penduduk dunia diramalkan akan bertambah menjadi 7,5 milyar
pada tahun 2020 dan menjadi 9 milyar pada tahun 2050. Sebagian besar
pertumbuhan ini diperkirakan akan terjadi di negara-negara berkembang. Negara-
negara berpenghasilan rendah mengalami angka pertumbuhan tertinggi; jumlah
penduduk 50 negara termiskin akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2050
(Gottret, P & George, S, 2006).

33
Perubahan data demografi (angka pertumbuhan penduduk yang tinggi tetapi
menurun dan harapan hidup yang meningkat) maupun kecenderungan penyakit
tidak menular dan cedera akan mempengaruhi kebutuhan dan sistem pemberian
pelayanan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Dalam 20
tahun mendatang, perubahan ukuran dan struktur penduduk akan meningkatkan
kebutuhan pengeluaran perawatan kesehatan secara keseluruhan sebesar 14 persen
di Eropa dan Asia Tengah; 37 persen di Asia Timur dan Pasifik; 45 persen di Asia
Selatan; 47 persen di Amerika Latin dan Karibia; 52 persen di Sub-Sahara Afrika;
dan 62 persen di Timur Tengah dan Afrika Utara. Kecuali Eropa dan Asia Tengah,
negara-negara berkembang akan mengalami peningkatan kebutuhan pengeluaran
perawatan kesehatan (atau tekanan) sebesar 2-3 persen per tahun hanya dari
demografi (Gottret, P & George, S, 2006).

Gambar 5. Demografik dan Pengeluaran untuk Perawatan Kesehatan, 2005-2025

F. NHA (National Health Account)


Persentase Pembelanjaan Kesehatan di Indonesia baru mencapai 3% dari
Produk Domestik Bruto (PDB), nampak masih jauh dari rekomendasi World
Health Organisation (WHO) yakni 5% dari PDB. Gambaran lengkap kondisi
pembiayaan kesehatan di Indonesia berbasis pada data & analisis dikenal dengan
nama National Health Account (NHA), NHA berisikan data terkini kebijakan
nasional yang selain digunakan sebagai informasi juga dimanfaatkan sebagai

34
acuan perencanan dan pengambilan kebijakan kesehatan berbasis bukti (evidence
based health policymaking) (WHO,2002).
Setiap pengambil kebijakan kesehatan (health policymaker) diwajibkan
untuk memahami konsep dan konten NHA dengan baik sekaligus secara berkala
mendapatkan pembaharuan data informasi terkait estimasi NHA yang akan
disusun. Pengambil kebijakan kesehatan disini termasuk di dalamnya Kementerian
Kesehatan, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, BAPPENAS
serta lembaga terkait dalam institualisasi dan penyusunan NHA (WHO,2002)
National Health Account pada tingkat nasional yang disusun oleh
Kementerian Kesehatan merupakan referensi kebijakan Dinas Kesehatan di
masing-masing provinsi dan kabupaten di tanah air untuk selanjutnya menyusun
Provinsial Health Account (PHA) dan District Health Account (DHA). Nusa
Tenggara Timur adalah provinsi pertama yang telah menyusun dan menetapkan
landasan hukum bagi penyusunan PHA lewat Surat Keputusan (SK) Gubernur.
(Australia Indonesia Partnership for Health System Strengthening). (WHO,2002)
National Health Account (NHA) adalah suatu cara sistematis, komprehensif
dan pemantauan yang konsisten dari aliran dana atau pembiayaan pada sistem
kesehatan suatu negara. NHA dirancang untuk memfasilitasi keberhasilan
pelaksaan tujuan sistem kesehatan oleh pengurusnya. Pengurus dari sistem
kesehatan dipercayakan untuk menyediakan barang dan jasa untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan suatu individu dan populasi,
mengerti apa yang mereka butuhkan, dan melindungi mereka dari beban keuangan
yang tidak adil. NHA mendeteksi semua pembisyaan sepanjang tahun di sistem
kesehatan setiap saat di seluruh Negara.(WHO, 2002)
National Health Account (NHA) biasanya hanya berisi informasi pengeluaran
bidang kesehatan di tingkat nasional, baik dari segi mutlak maupun relatif.
Rentetan waktu menginformasikan izin penggunaan NHA sebagai alat manajemen
standar untuk analisis situasi, perencanaan, monitoring dan mengevaluasi tujuan.
Termasuk juga didalamnya untuk penilaian efektivitas sistem kesehatan,
pemantauan dampak dari pembaharuan kesehatan dan pelaporan perubahan
struktural serta perkembangan yang dihasilkan oleh kebijakan baru. (WHO,2002)

35
NHA dirancang untuk mendapatkan berbagai informasi pembiayaan dan
untuk mencerminkan fungsi utama dari pembiayaan layanan kesehatan, yaitu:
mobilisasi dan alokasi dana, penyatuan dan asuransi, perawatan yang digunakan ,
dan distribusi keuntungan. NHA adalah alat yang dirancang untuk membantu para
pembuat kebijakan untuk memahami review sistem kesehatan dan untuk
meningkatkan kinerja sistem kesehatan. NHA membahas kumpulan pertanyaan
dasar yaitu (WHO,2002):
a. Where do the resources come from? (Darimana sumber pembiayaaan
didapat?)
b. What kinds of services and goods do they purchase? (Apa jenis barang dan
Jasa yang disediakan?
c. Who provides what services? (Siapa yang menyediasakan layanan tersebut?
d. What inputs are used for providing services? (Apa input yang digunakan
untuk menyediakan layanan?
e. Whom do they benefit?(Manfaat ini ditujukan kepada siapa?)
Kebijakan pembiayaan kesehatan membutuhkan keputusan tentang
bagaimana untuk mengumpulkan dana, bagaimana untuk menyatukan dana, dan
bagaimana menggunakannya secara adil dan efisien. Informasi yang dibutuhkan
oleh para pemangku kebijakan adalah informasi yang dapat dipercaya kuantitas
sumber daya keuangannya dalam lingkup kesehatan, sumbernya dan
penggunaanya. National Health Accounts (NHA) menyajikan informasi tentang
berbagai kegiatan perawatan kesehatan, penyedia pelayanan kesehatan, penyakit,
kelompok populasi dan wilayah yang berbeda di sebuah negara untuk memantau
trend belanja kesehatan untuk semua sektor publik dan swasta. NHA membantu
mengembangkan strategi nasional agar pembiayaan kesehatan efektif dan
meningkatkan dana tambahan untuk kesehatan. Informasi NHA dapat digunakan
untuk membuat proyeksi kebutuhan pembiayaaan kesehatan suatu negara dan
sebagai pembanding dari sebelumnya atau dengan negara-negara lain. Sedangakan
dimensi analisis dari NHA mencakup (WHO,2002) :

36
a. Sumber pembiayaan (Financing sources)
Didefinisikan sebagai sumber daya awal yang masuk ke dalam sistem barang
dan jasa kesehatan, baik dari pajak, jaminan sosial, badan swasta lainnya
seperti perusahaan, LSM, rumah tangga, atau badan lainnya (terutama dana
dari sumber eksternal). (WHO, 2002)
b. Badan/ agen pembiayaan (Financing agents)
Didefinisikan sebagai lembaga yang menerima dan mengelola dana dari
sumber pembiayaan untuk membayar atau membeli barang dan jasa
kesehatan, termasuk skema jaminan sosial, departemen kesehatan, asuransi
medis swasta, LSM dan perusahaan. Rumah tangga menanggung bagian
besar dari total tagihan kesehatan. (WHO, 2002)
c. Pemberi pelayanan (Providers)
Didefinisikan sebagai entitas yang menerima sumber daya keuangan dan
menggunakan sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa kesehatan,
termasuk pelayanan publik dan swasta, seperti rumah sakit, klinik, rumah
jompo, pusat kesehatan masyarakat, praktek swasta, dan lain-lain. (WHO,
2002)
d. Fungsi pembiayaan (Functions)
Didefinisikan sebagai kategori barang dan jasa yang dikonsumsi, termasuk
pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan, intervensi kesehatan
masyarakat, dan lain lain. (WHO, 2002)
e. Biaya sumber daya (Resource costs)
Didefinisikan sebagai jenis sumber daya yang dialokasikan untuk perawatan
kesehatan. Ini termasuk variabel seperti tenaga kerja, obat-obatan, peralatan
medis, dan lain-lain. (WHO, 2002)
f. Penerima
Didefinisikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan diklasifikasikan
menurut: batas-batas geografis, karakteristik demografi, strata ekonomi dan
kategori penyakit / intervensi. (WHO, 2002)

37
Skema pengklasifikasian dirancang agar dapat dipraktekkan secara
internasional; yang paling penting, the System of national accounts (SNA), untuk
membuat perbandingan lintas-nasional mungkin. Klasifikasi Internasional untuk
Account Kesehatan (The International Classification for Health Accounts/ ICHA)
adalah sistem yang komprehensif yang mengklasifikasikan NHA menjadi empat
dimensi, bedasarkan:
a. Sumber-sumber pembiayaan (Financing sources/ FS) – kontribusinya
beberapa subjek yang berbeda;
b. Agen pembiayaan (Financing agents/ HF) – kumpulan pengelola pengeluaran
kesehatan;
c. Penyedia (Providers/ HP) – kumpulan penyedia layanan perawatan kesehatan
dan barang; dan
d. Fungsi (Functions/ HC) – Jenis kegiatan perawatan kesehatan (World Health
Organization).

G. DHA (District Health Account)


1) Pengertian (DHA)
District Health Account (DHA) adalah proses pencatatan dan klasifikasi
data biaya kesehatan yang menggambarkan aliran dana dan belanja kesehatan
dalam sebuah sistem kesehatan mulai dari sumber sampai pemanfaatannya,
alokasinya menurut kelompok penduduk, sosial ekonomi dan epidemiologi.
Indonesia dengan sistem pemerintahan yang terdesentralisasi sangat
membutuhkan kegiatan DHA ini guna menyusun kebijakan pembiayaan kesehatan
daerah dan menyusun anggaran tahunan kesehatan (Dinkes Bantul, 2014)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah;
Undang-Undang No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah; serta Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai daerah Otonom,
memberikan dampak yang cukup luas pada desentralisasi di bidang kesehatan.
Kewenangan yang semula pada pemerintah pusat sebagian besar akan
dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga daerah mempunyai kesempatan
untuk merumuskan dan mengembangkan sistem kesehatan yang sesuai dengan

38
aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat serta kondisi dan kemampuan daerah.
Dengan demikian daerah mempunyai peluang untuk menyusun rencana yang lebih
spesifik dalam mengembangkan sistem pelayanan termasuk sistem pelayanan
kesehatan yang mandiri (Kebijakan Kesehatan FKMUI AIPHSS/DFAT Australia,
2015).
Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dan usaha
mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah adanya informasi yang
akurat. Untuk itu perlu dikembangkan sistem informasi yang dapat mendukung
pelaksanaan manajemen kesehatan dan pengembangan upaya-upaya kesehatan
demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu bentuk pengembangan
sistem informasi ini adalah penghitungan pembiayaan kesehatan (DHA). (Dinkes
Bantul, 2014)
2) Tugas dan Fungsi Lembaga (Unit Pelaksana) DHA
1. Tugas pokok dan fungsi : (Dinkes Bantul, 2014)
a) pengumpulan dan manajemen data, termasuk pengelolaan bank data,
b) produksi tabel-tabel DHA
c) analisis dan interpretasi data sesuai format DHA,
d) produksi dan diseminasi hasil DHA
2. Tugas dan fungsi tambahan : (Dinkes Bantul, 2014)
a) menyelenggarakan bank data/informasi DHA,
b) inventarisasi referensi tentang DHA,
c) membantu fihak pengguna hasil DHA (“users”).
d) Tugas dan fungsi pengelolaan (manajemen) termasuk
e) membina jaringan kerja sama dengan sumber data dan
f) membina kerja sama dengan para analist DHA.
3. Struktur Organisasi DHA (Dinkes Bantul, 2014)
1) Penanggung Jawab (Kepala)
2) Sekretasis/Tata Usaha,
3) Unit Manajemen Data dan Analisis Data,
4) Anggota:
a. Wakil Dinkes
b. Wakil RSUD

39
c. Wakil Bappeda
d. Wakil Kantor BPS Daerah
3) Pembiayaan District Health Account (DHA)
Pelembagaan dan pelaksanaan DHA memerlukan pembiayaan. Untuk
pelaksanaan DHA secara rutin, angarannya dapat dimasukkan dalam DPA
Bappeda atau Dinas Kesehatan. Biaya yang diperlukan dalam pelembagaan dan
pelaksanaan kegiatan DHA terdiri dari elemen biaya sebagai berikut: (Dinkes
Bantul, 2014)
1) Biaya ”start up” (investasi awal dan pengembangan ) pelembagaan (Dinkes
Bantul, 2014)
a. Pembentukan Tim Teknis pelaksana DHA
b. Persiapan ruang kerja berikut meubeler kantor dan komputer
c. Biaya pelatihan anggota Tim (bisa dilakukan oleh propinsi atau proyek
tertentu)
2) Biaya operasional (rutin) lembaga DHA (Dinkes Bantul, 2014)
a. Biaya personil sekretariat
b. Biaya ATK
c. Biaya dokumentasi
d. Biaya diseminasi hasil
3) Biaya pelaksanaan DHA (Dinkes Bantul, 2014)
a. Biaya pengumpulan data di Kabupaten/Kota ybs (transport, penggandaan
dokumen keuangan)
b. Biaya pengumpulan data di Provinsi (memerlukan sekitar 3 hari di
Kantor Dinas Kesehatan provinsi, dan instansi terkait lainnya):
penggandaan dokumen keuangan, perjalanan, perdiem, akomodasi
c. Biaya melakukan analisis data serta interpretasi dan presentasi hasil DHA
dihadapan stakeholders Kabupaten/Kota
d. Biaya pencetakan hasil dan publikasi
Dalam pelaksanaan DHA di lapangan, perlu diperjelas mengenai batasan
biaya yang termasuk sebagai belanja/anggaran kesehatan. Batasan (demarkasi)
mana yang tergolong belanja kesehatan dan mana yang bukan sangat penting
dalam health account, terutama ketika mencari belanja kesehatan yang ada dalam

40
kegiatan sektor lain, misalnya pendidikan, ketenagakerjaan, dll. (Dinkes Bantul,
2014)
4) Kegunaan District Health Account (DHA)
Walaupun banyak pernyataan yang menyiratkan komitmen yang kuat untuk
meningkatkan kesehatan penduduk – seperti yang sering diucapkan atau dituliskan
dalam berbagai dokumen resmi – pembiayaan kesehatan pada tingkat nasional dan
daerah dalam kenyataannya masih menghadapi berbagai kekurangan yang
menghambat kinerja program kesehatan. Kekurangan dan kelemahan tersebut
termasuk ketidakcukupan dana, anggaran ter-fragmentasi, bergantung sebagian
besar pada pembayaran tunai oleh pasien (OOP atau out of pocket payment),
ketidakcukupan biaya operasional, kecenderungan membelanjakan dana untuk
konstruksi sarana fisik penunjang, dana terserap banyak untuk upaya kuratif.
Dengan DHA, kabupaten/kota bisa melakukan “diagnosis” kemungkinan adanya
masalah dalam sistem pembiayaan kesehatan di kabupaten/kota bersangkutan.
Dengan hasil DHA kabupaten/kota dapat melakukan perbaikan dan perubahan
(reform) terhadap sistem pembiayaan tersebut. (Dinkes Bantul, 2014)
DHA menghasilkan data yang dapat dipergunakan untuk bahan advokasi
kepada pengambil keputusan dengan tujuan memperbaiki kekurangan sistem
pembiayaan, misalnya (a) meningkatkan alokasi anggaran kesehatan, (b)
mengarahkan alokasi dana pada masalah prioritas, (c) mengarahkan dana pada
intervensi dan kegiatan yang lebih “cost effective”, (d) mengembangkan sistem
asuransi, dll. DHA juga akan menghasilkan gambaran besar belanja kesehatan
rumah tangga, apakah untuk pembayaran langsung (out of pocket payment) atau
melalui asuransi kesehatan. Data ini penting untuk melihat sejauh mana prospek
pengembangan sistem jaminan kesehatan di kabupaten/kota bersangkutan.
(Dinkes Bantul, 2014)
Hasil DHA sangat diperlukan dalam pelaksanaan PHA dan NHA. Untuk
Indonesia yang telah menerapkan sistem desentralisasi fiskal, NHA hanya dapat
dilaksanakan dengan baik kalau ada data tentang belanja kesehatan di tingkat
Kabupaten/Kota. DHA sangat dibutuhkan pada tingkat kabupaten/kota, DHA
berguna untuk kebijakan pembiayaan kesehatan daerah, serta untuk menyusun
lebih-lebih di Indonesia yang sudah menerapkan desentralisasi ke tingkat

41
kabupaten/kota. Di Indonesia, DHA sangat diperlukan untuk NHA, karena sangat
sulit melakukan health account secara sentralistis mencapai lebih dari 525
kabupaten/kota (2010) anggaran tahunan kesehatan pemerintah. (Dinkes Bantul,
2014)
Dalam DHA, ada 9 (delapan) dimensi yang menggambarkan ciri suatu belanja
kesehatan. Setiap data belanja/biaya kesehatan yang ditemukan, harus ditelaah dan
diberikan identitas menurut 8 dimensi tersebut. Masing-masing dimensi tersebut
dijelaskan berikut ini. (Dinkes Bantul, 2014)
1. Sumber Biaya (FS = Financing Sources)
Adalah unit/institusi yang menyediakan biaya kesehatan. Sumber biaya
tersebut bisa instansi pemerintah yang mengelola dana berasal dari pajak, dan
jaminan sosial. Sumber tersebut bisa juga organisasi swasta seperti misalnya
LSM, Rumah Tangga, atau suatu kesatuan organisasi lainnya (misalnya biaya
dari sumber eksternal). (Dinkes Bantul, 2014)
2. Pengelola Anggaran (FA = Financing Agents)
Adalah institusi atau unit yang menerima dan mengelola dana dari sumber
dana untuk membayar atau membeli barang dan jasa kesehatan. Ini misalnya
termasuk departemen kesehatan, dinas kesehatan propinsi, dinas kesehatan
kabupaten/kota, badan pengelola jaminan sosial, perusahaan asuransi
kesehatan swasta, LSM, perusahaan dan rumah tangga. (Dinkes Bantul, 2014)
3. Penyelenggara Pelayanan/Program (HP = Health Providers)
Institusi atau unit yang menerima dan menggunakan dana untuk memproduksi
barang dan jasa pelayanan atau melaksanakan program kesehatan, termasuk
misalnya Dinas Kesehatan, RS milik pemerintah, RS swasta, klinik,
puskesmas, praktek dokter (swasta), dll. (Dinkes Bantul, 2014)
4. Fungsi Kesehatan (HC = Health Care Function)
Dimensi fungsi dalam DHA mengadopsi dimensi fungsi dalam SHA 2011
yang merupakan semua aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan,
memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan. (Dinkes Bantul, 2014)
5. Program Kesehatan (PR = Program)
Dimensi program bertujuan untuk menggambarkan jenis program kesehatan
yang dibiayai dengan belanja dari pengelola anggaran. Secara umum dimensi

42
program dalam DHA yang disesuaikan dengan program kesehatan yang ada
adalah sebagai berikut: (Dinkes Bantul, 2014)
1) Program Kesehatan Masyarakat
2) Program Kesehatan Individu
3) Program Penguatan Sistem Kesehatan
6. Jenis Kegiatan (HA = Health Activity)
Dimensi jenis kegiatan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
provider yang secara umum dapat dibagi dua, yaitu (a) kegiatan langsung dan
(b) kegiatan tidak langsung atau disebut juga kegiatan penunjang. Kegiatan
temuan kasus dan pengobatan adalah kegiatan langsung, sedangkan pelatihan
staf administrasi dan administrasi umum di kantor Dinas Kesehatan adalah
kegiatan tidak langsung. Penyemprotan fogging adalah kegiatan langsung.
Rapat kordinasi di Dinas Kesehatan adalah kegiatan tidak langsung. (Dinkes
Bantul, 2014)
Dalam sektor kesehatan, kegiatan langsung dapat dibagi dua, yaitu (a)
kegiatan pelayanan perorangan seperti pengobatan dan perawatan individu
yang sakit dan (b) kegiatan kesehatan masyarakat (public health) seperti
misalnya pemberantasan vektor, sanitasi, promosi kesehatan, immunisasi, dan
lain sebagainya. Kegiatan tidak langsung adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menunjang dua kelompok kegiatan langsung diatas. Ini termasuk
misalnya kegiatan administrasi dan manajemen, monitoring, evaluasi, dan lain
sebagainya. (Dinkes Bantul, 2014)
Dari perspektif anggaran berbasis kinerja, anggaran untuk kegiatan
langsung sangat menentukan kinerja suatu program. Artinya, kalau anggaran
sebagian besar terpakai untuk kegiatan-kegiatan tidak langsung, maka
program tidak menghasilkan output (kinerja). (Dinkes Bantul, 2014)
7. Mata Anggaran (HI = Health Input)
Mata anggaran adalah jenis input yang ”dibeli” oleh provider (pelaksana
program/pelayanan) untuk melaksanakan jenis-jenis kesehatan di atas. Mata
Anggaran mencakup hal-hal berikut: (Dinkes Bantul, 2014)
1) Barang modal (seperti gedung, alat kesehatan, alat non kesehatan,
fellowship untuk staff, dan lain sebagainya),

43
2) Biaya operasional atau biaya variabel (seperti tenaga, obat, bahan medis,
bahan non-medis, makanan, listrik, telepon, air, perjalanan, dan lain
sebagainya) dan
3) Biaya pemeliharaan (pemeliharaan gedung, alat, pelatihan, dan lain
sebagainya).
Dari perspektif anggaran berbasis kinerja, anggaran operasional sangat
menentukan kinerja suatu program. Artinya, kalau anggaran sebagian besar
terpakai untuk belanja barang modal, maka program tidak menghasilkan
output (kinerja). (Dinkes Bantul, 2014)
8. Jenjang kegiatan (HL = Level of Activity)
Jenjang kegiatan adalah jenjang administratif dimana kegiatan tersebut
dilaksanakan. Untuk DHA, jenjang kegiatan tersebut bisa di (a) propinsi, (b)
kabupaten, (c) kecamatan dan (d) desa atau masyarakat. Berikut contoh-
contoh jenis kegiatan menurut jenjangnya. (Dinkes Bantul, 2014)
1) Jenjang propinsi: pelatihan staf Dinas kesehatan di ibu kota propinsi, dan
lain sebagainya
2) Jenjang Kabupaten/kota: rawat inap di RSUD, pelatihan bidan desa di ibu
kota Kabupaten/Kota, dan lain sebagainya
3) Jenjang kecamatan: pengobatan di Puskesmas (rawat jalan dan rawat
inap), dan lain sebagainya
4) Jenjang desa/masyarakat: penyuluhan masyarakat, penimbangan di
Posyandu, fogging, dan lain sebagainya
9. Penerima manfaat (HB = Health Beneficiaries)
Penerima manfaat adalah kelompok penduduk yang mendapat manfaat
dari barang dan jasa kesehatan yang dibiayai. Penerima manfaat ini dapat
dibagi berdasarkan kategori berikut ini: (Dinkes Bantul, 2014)
1) Ciri demografi (pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk bayi, balita,
anak sekolah, remaja, usia produktif, usila)
2) Tingkat ekonomi (masyarakat miskin dan masyarakat non miskin)
3) Geografi (kota, desa, daerah terpencil, dan lain sebagainya).

44
Dalam pedoman yang dipergunakan adalah kelompok penerima manfaat
(beneficiary). Berdasarkan struktur umur penduduk, yaitu: (Dinkes Bantul,
2014)
1) 0 – <1 tahun: bayi
2) 1 – 5 tahun : balita
3) 6 - 12 tahun : anak sekolah
4) 13 – 18 tahun : anak sekolah/remaja
5) 19 – 64 tahun : usia produktif
6) 65 + tahun : lanjut usia
7) Semua umur : semua kelompok umur

H. Sumber Pembiayaan Kesehatan


Ada empat sumber utama untuk membiayai pelayanan kesehatan
(Muninjaya, 2010):
1. Pemerintah (APBN, APBD Prov, Kab/Kota)
2. Swasta (investasi langsung oleh pihak swasta)
3. Masyarakat melalui pembayaran langsung (fee for services) atau yang
terhimpun oleh perusahaan asuransi
4. Hibah atau pinjaman luar negeri
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari asuransi kesehatan
merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mengatasi mahalnya biaya
pelayanan kesehatan. Alasannya antara lain karena (Muninjaya, 2010):
1. Pemerintah dapat mendiversikasikan sumber-sumber pendapatan dari sektor
kesehatan.
2. Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan peran kepada masyarakat
untuk ikut membiayai pelayanan kesehatan.
3. Memeratakan beban biaya kesehatan sesuai dengan waktu dan jumlah
populasi yang perlu dicakup dalam pelayanan sehingga akan mengurangi
risiko yang bersifat individu.

45
Gambar 6 Alur Pembiayaan Kesehatan (Malik, 2002)

Mahalnya biaya kesehatan di Indonesia karena berbagai faktor seperti


(Muninjaya, 2010):
1. Pertumbuhan ekonomi nasional mengakibatkan meningkatnya tuntutan
(demand) masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu.
2. Perkembangan teknologi kedokteran dan pertumbuhan industri kedokteran.
Hampir semua teknologi kedokteran diimpor sehingga harganya relatif mahal
karena nilai rupiah kita yang jauh lebih rendah dibandingkan dollar Amerika
(tingkat inflasi tinggi). (Muninjaya, 2010)
3. Jumlah subsidi pemerintah untuk pelayanan kesehatan diperkirakan relatif
menurun, terutama setelah krisis ekonomi tahun 1998. Biaya pelayanan
kesehatan di Indonesia sebelum krisis tercatat 2,5% dari Gross Domestic

46
Product (GDP) atau sekitar US $ 18 per kapita per tahun. Kondisi ini
menurun lagi setelah krisis, yaitu 1,7% dari GDP atau US $ 12 per kapita per
tahun. Seiring dengan menurunnya kemampuan pemerintah membiayai
pelayanan kesehatan, kemampuan masyarakat untuk mengakses pelayanan
kesehatan juga menurun karena masalah biaya. Di sisi lain, biaya pelayanan
kesehatan terus meningkat melebihi tingkat inflasi. Angka inflasi pelayanan
kesehatan mecapai 300$-500% karena sebagian besar peralatan kedokteran
dan bahan baku obat-obatan masih harus diimpor. (Muninjaya, 2010)
Sejak krisis melanda Indonesia, pemerintah mengalokasikan sejumlah
dana untuk membantu penyelenggara pelayanan kesehatan dasar, terutama untuk
pelayanan penduduk miskin. Krisis ekonomi juga menambah jumlah penduduk
miskin di Indonesia, mulai dari 22,4 juta jiwa di tahun 1996 meningkat menjadi
37,5 juta jiwa pada tahun 2002. Tahun 2010 menurut laporan BPS jumlahnya
menurun menjadi 32,5 juta atau 14,1% dari total penduduk Indonesia. Pada
pertengahan tahun 1997, pemerintah menggelar program Jaring Pengaman Sosial
Bidang Kesehatan (JPS-BK) untuk membantu meringankan beban penduduk
miskin. Mereka mendapat pelayanan kesehatan dasar secara cuma-cuma di sarana
pelayanan kesehatan dasar pemerintah terdekat. Untuk mengakses pelayanan
kesehatan, disediakan kartu sehat bagi penduduk miskin. Kebijakan ini kemudian,
pada tahun 2002, melahirkan Askeskin (asuransi kesehatan masyarakat miskin).
Tahun 2008, Askeskin berubah menjadi Jamkesmas (jaminan kesehatan
masyarakat). Untuk mengatasi mahalnya biaya pelayanan kesehatan pemerintah
sebaiknya mendorong (Muninjaya.2010):
1. Kelompok-kelompok masyarakat bergotong-royong mengatasi mahalnya
pembiayaan kesehatan. Masyarakat dapat mewujudkan dengan mengikuti
program asuransi kesehatan. Sistem pembiayaan kesehatan melalui asuransi
sudah terbukti di banyak negara mampu mengatasi mahalnya biaya pelayanan
kesehatan. Ini adalah strategi untuk melindungi masyarakat luas dari moral
hazard praktik kedokteran. UU BPJS disahkan tahun 2011 dan mulai
beroperasi awal tahun 2014 secara bertahap.

47
2. Peran serta swasta dalam bentuk PMDN (Perusahaan Modal Dalam Negeri)
maupun PMA (Perusahaan Modal Asing) dikembangkan dengan membentuk
perusahaan asuransi kesehatan.

5. DAFTAR PUSTAKA

Australia Indonesia Partnership for Health System Strengthening. National Health


Account (NHA) Referensi Bagi Pembelanjaan Kesehatan. (Online)
http://aiphss.org/id/national-health-accounts-nha-reference-for-health-
financing/ (online) diakses pada 12 Januari 2017.
Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Binarupa
Aksara.
Dinas Kesehatan Bantul. 2014. District Health Account. (Online)
http://dinkes.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2015/10/DHA%20201
4.pdf diaskes pada tanggal 12 Februari 2017.
Ediani, D. 2015. Masalah Kesehatan. (online).
http://repository.unika.ac.id/161/2/10.93.0022%20Dine%20Ediani,%20dr
%20%20BAB%20I.pdf, diakses pada tanggal 13 Februari 2017.
Ekalora, N. 2012 Pembiayaan Kesehatan. (online).
http://www.academia.edu/12159387/MAKALAH_PEMBIAYAAN_KES
EHATAN, diakses pada tanggal 13 Februari 2017.

Gottret, P & George, S, 2006. Health Financing Revisited. The International Bank
for Reconstruction and Development/The World Bank. (Online)
https://siteresources.worldbank.org/INTHSD/Resources/topics/Health-
Financing/HFRFull.pdf pada tanggal 10 Februari 2017.
Ilyas, Ahmad. 2015. Konsep Pembiayaan dalam Perbankan Syari’ah..
(Online) http://download.portalgaruda.org/article.php?article=400934&v
al=8784&title=KONSEP%20PEMBIAYAAN%20DALAM%20PERBA
NKAN%20%20SYARI%C3%A2%E2%82%AC%E2%84%A2AH
Diakses pada 09 Januari 2017

48
Ismail, T. 2016. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Pembiayaan
bagi Hasil Perbankan Syariah di Indonesia. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. (Online)
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32906/1/TAUF
IK%20ISMAIL-FSH.pdf Diakses pada 27 Januari 2017
Kebijakan Kesehatan FKMUI AIPHSS/DFAT Australia. 2015. Modul Dan
Pedoman Pelatihan District Health Account (DHA). (Online)
https://www.academia.edu/28277942/INDONESIAN_DISTRICT_HEAL
TH_ACCOUNT_DHA_MODULE. Diakses pada tanggal 12 Februari
2017.
Malik, Ridwan. 2002. Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Tahun 1990-2000.
(Online)
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/1556/2799
diakses pada tanggal 03 Maret 2017
Muninjaya, GDE. 2010. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran ECG
Sulastomo. 2003. Manajemen Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Supriyadi, A. 2003. Sistem Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah. Suatu
Tinjauan Yudiris terhadap Praktek Pembiayaan di Perbankan Syariah di
Indonesia. (Online)
http://journal.uii.ac.id/index.php/JHI/article/download/2616/2382.
Diakses pada 09 Januari 2017.
The World Bank. 2006. Health Financing Revisited A Practioner’s Guide,
(Online)https://siteresources.worldbank.org/INTHSD/Resources/topics/H
ealth-Financing/HFRFull.pdf diakses pada tanggal 12 Februari 2017
WHO. 2008. Health System Financing. (Online)
http://www.who.int/healthinfo/statistics/toolkit_hss/EN_PDF_Toolkit_H
SS_Financing.pdf (diakses 10 Februari 2017)
World Health Organization. 2011. National Health Account. (online)
http://apps.who.int/nha/what/en/index.html diakses pada 11 sJanuari
2017
Zunaidi, dkk. 2015. IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN

49
DAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA DI BIDANG KESEHATAN
TAHUN 2005-2013. Departemen Keuangan. (Online)
http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/Publikasi/Kajian%20dan%20
artikel/Implikasi%20UU%2036%202009.pdf pada tanggal 10 Februari
2017.

6. RANGKUMAN
1. Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan (Ibid dalam Ilyas, 2015) . Pembiayaan kesehatan adalah dasar
kemampuan sistem kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesejahteraan manusia. Untuk memahami sifat dari indikator yang dapat
digunakan untuk memantau dan mengevaluasi pembiayaan sistem kesehatan
membutuhkan penilaian eksplisit tentang harapan apa yang akan dicapai
(WHO, 2008).
2. Pembiayaan kesehatan memiliki fungsi dasar pengumpulan pendapatan,
perhimpunan penghasilan dan pembelian barang-barang dan jasa
(WHO,2000 dalam World Bank, 2006). Fungsi-fungsi ini sering melibatkan
interaksi kompleks antarsektor kesehatan. Oleh karena itu, fungsi-fungsi ini
dapat memberikan kesempatan bagisektor kesehatan untuk melakukan
reformasi. (World Bank, 2006).
3. Di dalam World Health Report 2000, WHO mengkategorikan sistem
kesehatan ke dalam 4 prinsip fungsi kesehatan (kepengurusan, penciptaan
sumber daya, pelayanan, dan pembiayaan) dan 3 prinsip objektif (kesehatan,
kontribusi keuangan yang adil, dan tanggap terhadap dugaan nonmedis
seseorang).
4. Adapun berbagai masalah tersebut jika ditinjau dari sudut pembiayaan
kesehatan secara sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut: a). Kurangnya
dana yang tersedia, b). Penyebaran dana yang tidak sesuai, c). Kemajuan
ilmu dan teknologi, d). Perubahan pola penyakit, e). Perubahan pola

50
pelayanan kesehatan, f). Perubahan pola hubungan dokter-pasien, g).
Lemahnya mekanisme pengendalian biaya, h). Penyalahgunaan asuransi
kesehatan. Dan upaya yang penyelesaiannya menurut Azrul Azwar(2010)
antara lain : a). Upaya peningkatan sumber dana, b). Upaya memperbaiki
penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana, c).Upaya mengendalikan
biaya kesehatan.
5. Total anggaran pemerintah dan bagian yang dialokasikan untuk kesehatan
keduanya adalah informasi publik dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
komitmen pemerintah untuk kesehatan dalam jumlah total serta sebanding
dengan prioritas lain. Sebuah anggaran yang direncanakan, sementara
indikator penting dari komitmen dapat berbeda secara signifikan dari dana
yang akhirnya dirilis ke departemen dan berikut pengeluarannya.
6. Gambaran lengkap kondisi pembiayaan kesehatan di Indonesia berbasis pada
data & analisis dikenal dengan nama National Health Account (NHA),
NHA berisikan data terkini kebijakan nasional yang selain digunakan
sebagai informasi juga dimanfaatkan sebagai acuan perencanan dan
pengambilan kebijakan kesehatan berbasis bukti (evidence based health
policymaking).
7. District Health Account (DHA) adalah proses pencatatan dan klasifikasi data
biaya kesehatan yang menggambarkan aliran dana dan belanja kesehatan
dalam sebuah sistem kesehatan mulai dari sumber sampai pemanfaatannya,
alokasinya menurut kelompok penduduk, sosial ekonomi dan epidemiologi.
8. Ada empat sumber utama untuk membiayai pelayanan kesehatan
(Muninjaya.2010):Pemerintah (APBN, APBD Prov, Kab/Kota), Swasta
(investasi langsung oleh pihak swasta), masyarakay melalui pembayaran
langsung (fee for service) atau yang terhimpun oleh perusahaan asuransi,
Hibah atau pinjaman luar negeri.

51
7. TES FORMATIF
TIPE A
1. Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Pengertian tersubut dikemukakan oleh ?
a. WHO
b. H. VeithzalRivaidan AndriaPermataVeithzal
c. Ibid
d. UU Nomor 10 Tahun1998
e. Ismail
2. Pengertian pembiayaan kesehatan menurut who adalah ?
a. Pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dilakukan oleh orang lain
b. Dasar kemampuan system kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesejahteraan manusia
c. Pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga
d. Pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan
e. Penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak lain dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
3. Dibawah ini yang termasuk dimensi analisis dari National Health Accounts
adalah... kecuali
a. Sumber pembiayaan
b. Badan/agen pembiayaan
c. Pemberi pelayanan
d. Fungsi pembiayaan
e. Pembelanjaan Kesehatan

52
4. Masalah umum dalam pembiayaan kesehatan adalah... kecuali
a. Pengalokasian dana yang sudah tepat
b. Kurangnya dana yang tersedia
c. Penyebaran dana yang tidak sesuai
d. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
e. Pengelolaan dana yang kurang sempurna
5. Informasi pengeluaran anggaran di bidang kesehatan dapat diketahui melalui
a. Departemen Keuangan
b. Departemen Kesehatan
c. KPK
d. MPR
e. DPR
6. Informasi tentang komitmen bantuan pembangunan untuk kesehatan yang
dibuat oleh negara-negara pemberi dana, organisasi internasional dan
beberapa yayasan yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun, dan akan
dilaporkan setelah data distribusi telah dievaluasi hal ini ditangani oleh...
a. WHO
b. UNICEF
c. IMF
d. OECD
e. USAID
7. Manakah yang termasuk fungsi-fungsi sistem pembiayaan kesehatan......
a. Fungsi penyetoran publik
b. Fungsi asuransi kesehatan
c. Fungsi pengumpulan pendapatan
d. Fungsi manajemen pembiayaan kesehatan
e. Fungsi layanan kesehatan
8. Fungsi adanya prabayar di muka adalah untuk
a. Membebaskan pengguna layanan dari ketidakpastian pembayaran
b. Memperoleh biaya serendah-rendahnya
c. Memanajemen penghasilan
d. Memaksimalkan penghasilan sektor kesehatan

53
e. Mengefektifkan pelayanan kesehatan
9. Keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar
tercapai tanpa hambatan yang berarti, merupakan fungsi dalam pembiayaan
yaitu..
a. Safety
b. Provitability
c. Universal
d. Equity
e. Eficiency
10. Berapa persentase pembelanjaan kesehatan di Indonesia yang dianjurkan oleh
WHO?
a. 3%
b. 4%
c. 5%
d. 6%
e. 7%
11. Penambahan sarana dan atau fasilitas kesehatan yang baru hanya dibenarkan
apabila dapat dibuktikan bahwa sarana dan fasilitas kesehatan tersebut tetap
dapat menyelenggarakan kegiatannya dengan tarif pelayanan yang bersifat
sosial disebut dengan
a. Memperlakukan peraturan studi kelayakan (feasibility study).
b. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana (developement
plan laws).
c. Menetapkan standar baku pelayanan kesehatan (profesional medical
standard).
d. Menyelenggarakan program menjaga mutu (quality asurance program)
e. Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan (rate regulation).
12. Pembiayaan kesehatan adalah dasar kemampuan sistem kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Untuk memahami sifat
dari indikator yang dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi
pembiayaan sistem kesehatan membutuhkan penilaian eksplisit tentang
harapan apa yang akan dicapai, hal ini menurut

54
a. WHO, 2008
b. Ismail, 2016
c. Ilyas, 2015
d. Supriyadi, 2003
e. Ibid, 2015
13. Yang bukan merupakan biaya operasional (rutin) lembaga DHA adalah…
a. Biaya personil secretariat
b. Biaya pembangunan
c. Biaya ATK
d. Biaya dokumentasi
e. Biaya diseminasihasil
14. Tugas pokok dan fungsi dari Lembaga (Unit Pelaksana) DHA dibawah ini,
kecuali…
a Pengumpulan dan manajemen data, termasuk pengelolaan bank data
b Produksi tabel-tabel DHA
c Pembuatan rundown
d Analisis dan interpretasi data sesuai formatdha
e Produksi dan diseminasi hasil DHA
15. kelompok penduduk yang mendapat manfaat dari barang dan jasa kesehatan
yang dibiayai adalah pengertian dari ...
a HA = Health Activity
b HB = Health Beneficiaries
c HL = Level ofActivity
d HI = Health Input
e HC = Health Care Function
16. Untuk membuat dana yang tersedia, serta untuk mengatur hak insentif
keuangan untuk penyedia, untuk memastikan bahwa semua individu memiliki
akses ke kesehatan masyarakat yang efektif dan perawatan kesehatan pribadi
merupakan ...
a Tujuan Pembiayaan Kesehatan
b Tujuan Pembiayaan
c Pembiayaan Kesehatan

55
d Pembiayaan
e Pembayaran Kesehatan
17. Proses pencatatan dan klasifikasi data biaya kesehatan yang menggambarkan
aliran dana dan belanja kesehatan dalam sebuah sistem kesehatan mulai dari
sumber sampai pemanfaatannya, alokasinya menurut kelompok penduduk,
sosial ekonomi dan epidemiologi adalah pengertian dari..
a. Medical Audit
b. Health Insurance
c. District Health Account
d. National Health Account
e. Provincial Health Account
18. Masalah pada pembiayaan kesehatan, diantaranya adalah
a. Dokter-pasien hubungannya tidak baik
b. Perubahan pola penyakit
c. Rumah sakit mengalami kebangkrutan
d. Terjadi inflasi
e. Kenaikan harga pelayanan kesehatan
19. Upaya untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan adalah
a. Upaya peningkatan sumber dana
b. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan
c. Upaya mencegah peningkatan kesehatan
d. Upaya perubahan pola hubungan dokter-pasien
e. Upaya perubahan pola pelayanan kesehatan

20. Dalam penambahan sarana dan atau fasilitas kesehatan yang baru hanya
dibenarkan apabila dapat dibuktikan adanya kebutuhan masyarakat terhadap
sarana dan atau fasilitas kesehatan tersebut, sehingga dapat dihindari berdiri
dan atau dibelinya berbagai sarana serta fasilitas pelayanan kesehatan yang
berlebihan atau yang tidak dibutuhkan. Hal ini merupakan upaya
mengendalikan biaya kesehatan yaitu..
a. Sertificate of need laws
b. Feasibility study

56
c. Rate regulation
d. Medical Audit
e. Health Insurance

TIPE B

1. 1) Profitable
2) Provitability
3) Non Profitable
4) Safety
Dari pernyataan diatas yang temasuk dalam fungsi pembiayaan adalah ..
a. 1 dan 3 benar
b. 2 dan 4 benar
c. 1,2, dan 3 benar
d. 4 saja
e. Semua benar
2. Ekonomi melihat pembiayaan dari segi kemanfaatan fasilitas pembiayaan
1) Profitable
2) Provitability
3) Non Profitable
4) Safety
Yang benar adalah …
a. 1 dan 3 benar
b. 2 dan 4 benar
c. 1, 2, dan 3 benar
d. 4 saja
e. Semua benar
3. Fungsi dasar pembiayaan kesehatan :
1. Pelayanan kesehatan nasional
2. Asuransi sosial
3. Asuransi swasta
4. Pelayanan jasa kesehatan

57
Yang termasuk fungsi dasar pembiayaan kesehatan yang diwujudkan dalam
tiga model sistem pembiayaan kesehatan adalah..
a) 1 dan 2 benar
b) 1, 2, dan 3 benar
c) 3 dan 4 benar
d) 4 Salah
e) Semua benar
4. Indikator utama untuk ketersediaan dana dan sejauh mana perlindungan risiko
keuangan telah disepakati di berbagai forum.
1) Total Pengeluaran Kesehatan (THE) per kapita dalam internasional
2) Pengeluaran kesehatan pemerintah Umum sebagai proporsi
3) pengeluaran saku Rumah Tangga bagi kesehatan selama 12 bulan terakhir.
4) Rasio rumah tangga keluar dari anggaran pembayaran untuk kesehatan
Yang termasuk dalam indikator inti adalah...
a 1 dan 2 benar
b 1, 2, dan 3 benar
c 3 dan 4 benar
d 4 Salah
e Semua benar
5. WHO telah mengidentifikasi 4 langkah penting untuk proses kelembagaan
1) Menciptakan permintaan pada bagian dari pembuat kebijakan untuk
pelembagaan
2) Menentukan lokasi di mana NHA ditempatkan
3) Menetapkan standar untuk pengumpulan data dan analisis
4) Melembagakan persyaratan pelaporan data.

Manakah yang termasuk langkah penting untuk proses pelembagaan tersebut


a 1
b 1 dan 3
c 2 dan 4
d 1,2, dan 3
e Semua benar

58
6. Proses pelembagaan NHA memerlukan penilaian infrastruktur dan sistem
yang ada
1) Komitmen Pemerintah dan pemangku kepentingan untuk NHA seperti
yang ditunjukkan oleh langkah-langkah seperti delegasi daritanggung
jawab untuk menghasilkan NHA ke inti tertentu dan alokasi anggaran
untuk implementasi.
2) Penilaian nomor yang ada sumber daya alam dan kekayaan negara, serta
sistem untuk menghasilkan data NHA.
3) Kejelasan mekanisme pembiayaan kesehatan termasuk sumber pendanaan,
proses untuk penyalurandana, dan informasi di mana informasi pada
pendanaan kesehatan eksternal dan dana pihak ketiga yang tersedia
termasuk jika disediakan untuk badan pusat atau koordinasi. Penilaian dari
proses saat ini digunakan oleh WHO adalah NHA untuk memperkirakan
negara dan identifikasi data yang lemah atau paling tidak dapat diandalkan
dalam menyediakan informasi ini.
4) Analisi data dilakukan dengan mekanisme yang ditetapkan oleh WHO,
sehingga proses dari pengolahan data seharusnya sudah sesuai prosedur
yang ditentukan

Manakah yang termasuk langkah penting untuk proses pelembagaan tersebut


a 1
b 1 dan 3
c 2 dan 4
d 1,2, dan 3
e Semua benar
7. Berikut model sistem pembiayaan kesehatan
1. Pelayanan kesehatan nasional
2. Asuransi sosial
3. Asuransi swasta
4. Biaya Pribadi
Manakah bentuk model sistem pembiayaan kesehatan menurut World Bank
(2006)
a. 1 dan 3 benar

59
b. 2 dan 4 benar
c. 1, 2, dan 3 benar
d. Semua benar
e. Hanya 4 benar
8. Prinsip-prinsip sistem kesehatan:
1. Kepengurusan
2. Kesehatan
3. Penciptaan sumber daya
4. Tanggap terhadap dugaan nonmedis seseorang
Berdasarkan prinsip diatas, manakah yang tergolong prinsip objektif
a. 1 dan 3 benar
b. 2 dan 4 benar
c. 1, 2, dan 3 benar
d. Semua benar
e. Hanya 4 benar
9. Penyebab makin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yaitu..
1) Tingkat inflasi
2) Tingkat permintaan
3) Kemajuan ilmu dan teknologi
4) Perubahan pola penyakit
Manakah yang tergolong penyebab meningkatnya biaya pelayanan kesehatan
a. 1) dan 3) benar
b. 2) dan 4) benar
c. 1), 2), 3) benar
d. 4) benar
e. Semua benar
10. Dimensi analisis National Health Account mencakup..
1) Sumber pembiayaan
2) Agen pembiayaan
3) Pemberi pelayanan
4) Fungsi pembiayaan
Manakah yang tergolong Dimensi analisis National Health Account

60
a. 1) dan 3) benar
b. 2) dan 4) benar
c. 1), 2), 3) benar
d. 4) benar
e. Semua benar
11. NHA adalah alat yang dirancang untuk membantu para pembuat kebijakan
untuk memahami review system kesehatan dan untuk meningkatkan kinerja
system kesehatan, NHA membahas kumpulan pertanyaan dasar yaitu.
1) Dari mana sumber pembiayaaan
2) Apa jenis barang dan Jasa yang disediakan?
3) Siapa yang menyediakan layanan tersebut
4) Apa output yang dihasilkan dari layanan?
Siapa yang menerima layanan?
a. 1 dan 3 benar
b. 2 dan 4 benar
c. 1, 2, dan 3 benar
d. Semua benar
e. Hanya 4 benar
12. DHA mempunyai 9 dimensi yang menggambarkan ciri suatu belanja
kesehatan,yang termasuk dimensi DHA yaitu
1) Sumber Biaya (FS = Financing Sources)
2) Program Kesehatan (PR = Program)
3) Penyelenggara Pelayanan/Program (HP = Health Providers)
4) Penerima manfaat (HB = Health Beneficiaries)
5) Mata Anggaran (HI = Health Input)
Manakah yang tergolong ciri belanja kesehatan dari dimensi DHA
a. 1 dan 3 benar
b. 2 dan 4 benar
c. 1, 2, dan 3 benar
d. Semua benar
e. Hanya 4 benar

61
13. Anggota Struktur Organisasi DHA
1. Wakil Dinkes
2. Wakil RSUD
3. Wakil Bappeda
4. Wakil Kantor BPS Daerah
Yang termasuk dalam anggota Struktur Organisasi DHA ialah…
a 1 dan 3 benar
b 2 dan 4 benar
c 1, 2, dan 3 benar
d Semuabenar
e Hanya 4 benar
14. Biaya ”start up” (investasi awal dan pengembangan)
1) Pembentukan Tim Teknis pelaksana DHA
2) Persiapan ruang kerja berikut meubeler kantor dan komputer
3) Biaya pelatihan anggota Tim (bias dilakukan oleh propinsi atau proyek
tertentu)
4) Biaya pajak
Yang merupakan Biaya ”start up” (investasi awal dan pengembangan)
pelembagaan adalah…
a 1 dan 3 benar
b 2 dan 4 benar
c 1, 2, dan 3 benar
d Semuabenar
e Hanya 4 benar

15. sumber utama untuk membiayai pelayanan kesehatan


1) Pemerintah
2) Swasta
3) Masyarakat
4) Hibbah atau pinjaman luar negeri
Yang termasuk sumber utama untuk membiayai pelayanan kesehatan....
a 1) dan 3) benar

62
b 2) dan 4) benar
c 1), 2), 3) benar
d 4) benar
16. 1) Jumlah dana yang tersedia
2) Keadilan,
3) Tingkat pengumpulan biaya
4) Nomor dan jenis jasa yang dibeli dan dikonsumsi
Berbagai fungsi yang disusun dapat berimplikasi penting terhadap sistem
kesehatan, namun hal itu tergantung pada
a 1) dan 3) benar
b 2) dan 4) benar
c 1),2),3) benar
d 4) benar
e Semua benar
17. Penyebab makin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yaitu..
1) Penyalahgunaan asuransi kesehatan
2) Lemahnya mekanisme pengendalian biaya
3) Perubahan pola pelayanan kesehatan
4) Perubahan pola penyakit
a. 1) dan 3) benar
b. 2) dan 4) benar
c. 1), 2), 3) benar
d. 4) benar
e. Semua benar
18. Struktur organisasi DHA
1) Penanggung jawab (kepala)
2) Sekretaris/ Tata Usaha
3) Unit Manajemen Data dan Analisis data
4) Anggota
Manakah yang termasuk menjadi struktur organisasi DHA....
a. 1 dan 3 benar
b. 2 dan 4 benar

63
c. 1, 2, dan 3 benar
d. Semua benar
e. Hanya 4 benar
19. Pernyataan dibawah ini:
1) peningkatan keterkaitan desa-kota adalah terwujudnya 39 pusat
pertumbuhan baru
2) Peningkatan tatakelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan
kota-desa dengan
3) Pembinaan kemitraan antara PMA dengan UKM dengan mengedepankan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan
4) Pengurangan Ketimpangan Antar Kelompok Ekonomi Masyarakat
Yang merupakan peran dari pemerintah daerah adalah …
a. 1 dan 3
b. 1,2,dan 3
c. 2 dan 4
d. 1,2,dan 4
20. Yang merupakan tujuan pokok dan fungsi dari DHA adalah..
1) Pengumpulan dan manajemen data, termasuk pengelolaan bank data
2) produksi tabel-tabel DHA
3) analisis dan interpretasi data sesuai format DHA,
4) produksi dan diseminasi hasil DHA
a. 1) dan 3) benar
b. 2) dan 4) benar
c. 1), 2), 3) benar
d. 4) benar
e. Semua benar

64
TIPE C
1. Pembiayaan kesehatan mengacu pada "fungsi sistem kesehatan yang
bersangkutan dengan mobilisasi, akumulasi dan alokasi uang
SEBAB
Untuk menutupi kebutuhan kesehatan masyarakat, secara individual dan
kolektif, di sistem kesehatan
a) Pernyataan benar, alasan benar, keduanya berhubungan
b) Pernyataan benar, alasan benar, tidak berhubungan
c) Pernyataan benar, alasan salah
d) Pernyataan salah, alasan benar
e) Jika pernyataan dan alasan salah
2. Proses pelembagaan NHA memerlukan penilaian infrastruktur dan sistem
yang ada. SEBAB

Komitmen Pemerintah dan pemangku kepentingan untuk NHA seperti yang


ditunjukkan oleh langkah-langkah seperti delegasi daritanggung jawab untuk
menghasilkan NHA ke inti tertentu dan alokasi anggaran untuk implementasi.
a. Jika kedua pernyataan benar dan keduanya merupakan hubungan sebab
akibat
b. Jika kedua pernyataan benar tetapi keduanya bukan merupakan hubungan
sebab akibat
c. Jika pernyataan benar alasan salah
d. Jika pernyataan salah alasan besar
e. Jika pernyataan dan alasan salah
3. Metode aplikasi dalam berbagai pengaturan telah menghasilkan kolaborasi
antara OECD, Eurostat dan WHO yang merevisi SHA dengan tujuan
membuatnya lebih tepat untuk negara di semua tingkat pendapatan.
SEBAB
Periodisitas pengeluaran Kesehatan idealnya harus dihitung secara tahunan.
Survei pengeluaran rumah tangga cukup mahal dan mungkin perlu dilakukan
lebih sering, dengan ekstrapolasi setiap tahun antar-survei.
a. Pernyataan benar, alasan benar, keduanya berhubungan.
b. Pernyataan benar, alasan benar, tidak berhubungan.

65
c. Pernyataan benar, alasan salah.
d. Pernyataan salah, alasan benar.
e. Pernyataan dan alasan salah.
4. Kegiatan ekonomi merupakan salah satu faktor determinan pembiayaan
kesehatan SEBAB
Seluruh manusia adalah pelaku kegiatan ekonomi
Manakah jawaban di bawah ini yang benar
a. Pernyataan benar, alasan benar dan berhubungan
b. Pernyataan benar, alasan benar dan tidak berhubungan
c. Pernyataan benar dan alasan salah
d. Pernyataan salah dan alasan benar
e. Pernyataan dan alasan salah
5. Perlu dikembangkan sistem informasi yang dapat mendukung pelaksanaan
manajemen kesehatan dan pengembangan upaya-upaya kesehatan demi
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
SEBAB
Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dan usaha
mencapai tujuan pembangunan kesehatan adalah adanya informasi yang
akurat.
a. Pernyataan benar, alasan benar, keduanya berhubungan.
b. Pernyataan benar, alasan benar, tidak berhubungan.
c. Pernyataan benar, alasan salah.
d. Pernyataan salah, alasan benar.
e. Pernyataan dan alasan salah.
6. NHA berisikan data terkini kebijakan nasional yang selain digunakan sebagai
informasi juga dimanfaatkan sebagai acuan perencanan dan pengambilan
kebijakan kesehatan berbasis bukti (evidence based health policy making)
SEBAB
Setiap pengambil kebijakan kesehatan (health policy maker) diwajibkan untuk
memahami konsep dan konten NHA dengan baik sekaligus secara berkala
mendapatkan pembaharuan data informasi terkait estimasi NHA yang akan
disusun.
a) Pernyataan benar, alasan benar dan berhubungan

66
b) Pernyataan benar, alasan benar dan tidak berhubungan
c) Pernyataan benar dan alasan salah
d) Pernyataan salah dan alasan benar
e) Pernyataan dan alasan salah
7. (a) meningkatkan alokasi anggaran kesehatan, (b) mengarahkan alokasi dan
apada masalah prioritas, (c) mengarahkan dan apada intervensi dan kegiatan
yang lebih “cost effective”, (d) mengembangkan system asuransi,dll.
SEBAB
DHA menghasilkan data yang dapat dipergunakan untuk bahan advokasi
kepada pengambil keputusan dengan tujuan memperbaiki kekurangan system
pembiayaan
a) Pernyataan benar, alasan benar dan berhubungan
b) Pernyataan benar, alasan benar dan tidak berhubungan
c) Pernyataan benar dan alasan salah
d) Pernyataan salah dan alasan benar
e) Pernyataan dan alasan salah
8. Efisiensi dan ekuitas merupakan aspek penting dalam sistem pembiayaan
kesehatan SEBAB
relevan untuk semua fungsi pembiayaan
a. Pernyataan benar, alasan benar, keduanya berhubungan.
b. Pernyataan benar, alasan benar, tidak berhubungan.
c. Pernyataan benar, alasan salah.
d. Pernyataan salah, alasan benar.
e. Pernyataan dan alasan salah.
9. Tidak semua sistem kesehatan mengikuti kebijakan yang telah ditentukan.
SEBAB
Sistem kesehatan mewujudkan fitur dari model yang berbeda
a. Pernyataan benar, alasan benar, keduanya berhubungan.
b. Pernyataan benar, alasan benar, tidak berhubungan.
c. Pernyataan benar, alasan salah.
d. Pernyataan salah, alasan benar.
e. Pernyataan dan alasan salah.

67
10. DHA menghasilkan data yang dapat dipergunakan untuk bahan advokasi
kepada pengambil keputusan dengan tujuan memperbaiki kekurangan sistem
pembiayaan SEBAB
Hasil data DHA menjadi bahan pertimbangan peningkatan pelayanan
kesehatan
Manakah jawaban di bawah ini yang benar
a. Pernyataan benar, alasan benar dan berhubungan
b. Pernyataan benar, alasan benar dan tidak berhubungan
c. Pernyataan benar dan alasan salah
d. Pernyataan salah dan alasan benar
e. Pernyataan dan alasan salah

8. KUNCI JAWABAN FORMATIF

TIPE A TIPE B TIPE C


1 D 11 A 1 B 11 C 1 A
2 B 12 A 2 A 12 C 2 A

3 E 13 B 3 B 13 D 3 B

4 A 14 C 4 A 14 C 4 B

5 A 15 B 5 E 15 E 5 A

6 D 16 A 6 B 16 E 6 B

7 C 17 C 7 C 17 E 7 A

8 A 18 B 8 B 18 D 8 C

9 A 19 E 9 E 19 D 9 A

10 C 20 A 10 E 20 E 10 C

68
LAMPIRAN

Foto Buku Referensi

69
PROSEDUR
(Ice Breaker Game)

Pada Ice break kali ini di sampaikan beberapa jenis ice break dimana ice break ini
di lakukan menyesuaikan dengan kondisi tempat, tetapi pada dasarnya ice break
ini sangat fleksibel, dan mudah untuk dilakukan. Pemandu ice break dapat melihat
kondisi situasi yang ada di dalam kelas kemudian dapat memilih jenis ice break
mana yang tepat digunakan.

1. Ice Break Pertama: “Dengarkan Instruksiku”


a. Tujuan :
• Untuk melatih kecepatan dan ketepatan peserta permainan dalam
mendengarkan instruksi serta melakukan instruksi tersebut .
• Untuk melatih fokus, serta mampu melatih audiotori, visual, dan kinetik
dengan tepat.
b. Peserta :
• Seluruh peserta diskusi
c. Alat – bahan :
• Ruangan kelas besar dengan kapasitas 50 orang (8m x 5m)
• Dilakukan dalam waktu 5-10 menit
d. Prosedur permainan :
• Pemandu permainan menjelaskan cara melakukan ice break kepada
peserta.
• Pemandu memberikan kata kunci seperti walk, stop, jump, dance, clap
untuk di lakukan oleh peserta.
• Peserta permainan mendengarkan instruksi yang diberikan oleh pemandu
untuk dilaksanakan instruksinya.
• Sebagai contoh : pemandu mengeluarkan kata kunci “walk” maka peserta
melakukan instruksi dengan melakukan berjalan di area kelas yang sudah
dikondisikan. Peserta harus berjalan secara teratur dan harus berhati hati
agar tidak bertabrakan dengan peserta yang lainnya. Jika pemandu
mengeluarkan kata kunci “stop”maka peserta yang tadinya dalam posisi

70
berjalan mendengarkan instruksi stop maka peserta harus berhanti.
Begitu juga seterusnya dengan kata kunci clap, dance dan jump sama
untuk dilakukan.
• Permainan “dengarkan instruksiku” dapat dilaksanakan

2. Ice Break Kedua: “Body Percussion warm”


a. Tujuan :
• Untuk melatih rangsangan motorik dan daya ingat peserta melalui suatu
gerakan
• Untuk melatih fokus, serta mampu melatih audiotori, visual, dan kinetik
dengan tepat.
b. Peserta :
• Seluruh peserta diskusi
c. Alat – bahan :
• Ruangan kelas Sedang dengan kapasitas 50 orang (8m x 3m)
• Dilakukan dalam waktu 5-10 menit
d. Prosedur permainan :
• Pemandu permainan menjelaskan cara melakukan ice break kepada
peserta.
• Peserta mencari posisi untuk dapat berdiri dengan nyaman.
• Pemandu memberikan suatu gerakan kemudian peserta permainan
mengikuti gerakan tersebut.
• Permainan yakni pemandu mencontohkan gerakan kaki dengan box step,
yaitu gerakan kaki membentuk kotak atau langkah kotak. Kemudian
pemandu mengeluarkan instruksi suara seperti “dem tek dem dem dem
tek” dikombinasikan dengan box step diikuti oleh peserta, kemudian
suara yang sudah dicontohkan diganti dengan gerakan tepuk sesuai
dengan irama suara tadi yang diikuti oleh peserta.
• Pemandu dapat mengimprove gerakan tepuk untuk di ikuti peserta
diskusi
• Permainan “body percussion warm” dapat dilaksanakan

71

Anda mungkin juga menyukai