Anda di halaman 1dari 15

ILMU KEDOKTERAN GIGI MASYARAKAT

KELOMPOK 3A

1. Dimas Ananta .K. (091611101091)


2. Arwinda Hening .P. (141611101010)
3. Zulfah Al-Fa’izah (141611101017)
4. Anindhita Virliana .J. (141611101029)
5. An-Nisaa Dejand .F. (141611101034)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2020
1. Akreditasi Puskesmas
Dokumen yang dimaksud dalam Akreditasi Puskesmas secara garis besar dibagi atas
dua bagian yaitu dokumen internal dan eksternal. Dokumen tersebut digunakan untuk
membangun dan membakukan sistem manajemen mutu dan sistem manajemen pelayanan.
Regulasi internal tersebut berupa Kebijakan, Pedoman, Standart Operasional Prosedur
(SOP) dan dokumen lain disusun berdasarkan peraturan perundangan dan pedoma-
pedoman (regulasi) eksternal yang berlaku.
Agar para pemangku kebijakan Akreditasi Puskesmas memiliki acuan dan
memudahkan alam melakukan proses pembuatan dokumen maka perlu disusun Pedoman
Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas di wilayah Provinsi Jawa Timur.
A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 78 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata
Naskah Dinas;
8. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Standart Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
pada Jaminan Kesehatan asional (perubahan PMK 99 Tahun 2015);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2015 tentang Komisi Akreditasi
FKTP;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi.

DOKUMEN AKREDITASI PUSKESMAS

A. Dokumen Berdasarkan Sumber


1. Dokumen Internal
Sistem manajemen mutu, sistem penyelenggara pelayanan upaya kesehatan perorngan,
dan sistem penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat perlu dibakukan berdasarkan
regulasi internal yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Regulasi internal tersebut
disusun dan ditetpkan dalam bentuk dokumen yang harus disediakan oleh Puskesmas
untuk memenuhi standart akreditasi.
2. Dokumen Eksternal
Regulasi eksternal yang berupa peraturan perundangan dan pedoman- pedoman yang
diberlakukan oleh Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehataan, serta
Kementerian lain yang bisa digunakan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan
organisasi profesi, yang merupakan acuan bagi Puskesmas dalam menyelenggarakan
administrasi manajemen dan upaya kesehatan perorangan serta khusus bagi Puskesmas
untuk penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat.
Dokumen-dokumen eksternal sebaiknya ada di Puskesmas, sebagai dokumen
yang dikendalikan, meskipun dokumen eksternal tersebut tidak merupakan persyaratan
dalam penilaian akreditasi.

B. Jenis Dokumen Akreditasi Puskesmas


1. Dokumen Induk
Dokumen asli dan telah disahkan oleh Kepala Puskesmas.
2. Dokumen Terkendali
Dokumen yang didistribusikan kepada sekretariat/ tiap unit/ pelaksana, terdaftar dalam
Daftar Distribusi Dokumen Terkendali, dan menjadi acuan dalam melaksanakan
pekerjaan dan dapat ditarik bila ada perubahan (revisi). Dokumen ini harus ada tanda/
stempel “TERKENDALI”.
3. Dokumen Tidak Terkendali
Dokumen yang tidak didistribusikan untuk kebutuhan eksternal atau atas permintaan
pihak di luar Puskesmas digunakan untuk keperluan isidentil, tidak dapat digunakan
sebagai acuan dalam melaksanakan pekerjaan dan memiliki tanda/ stempel “TIDAK
TERKENDALI”. Yang berhak mengeluarkan dokumen ini adalah Penanggungjawab
Manajemen Mutu dan tercatat pada Daftar Distribusi Dokumen Tidak Terkendali.
4. Dokumen Kedaluwarsa
Dokumen yang dinyatakan sudah tidak berlaku oleh karena telah mengalami
perubahan/revisi sehingga tidak dapat lagi menjadi acuan dalam melaksanakan
pekerjaan. Dokumen ini harus ada tanda/ stempel “KEDALUWARSA”. Dokumen induk
diidentifikasi dan dokumen sisanya dimusnahkan.

C. Jenis Dokumen Yang Perlu Disediakan


Dokumen-dokumen yang perlu disediakan di Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas:
a. Kebijakan Kepala Puskesmas
b. Rencana Lima Tahunan Puskesmas
c. Pedoman/ Manual mutu.
d. Pedoman/ panduan teknis yang terkait dengan manajemen.
e. Standart Operasional Prosedur(SOP).
f. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP):
- Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dan
- Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
g. Kerangka Acuan Kegiatan
2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM):
a. Kebijakan Kepala Puskesmas.
b. Pedoman untuk masing-masing UKM (esensial maupun pengembangan)
c. Standart Operasional Prosedur (SOP).
d. Rencana Tahunan untuk masing-masing UKM,
e. Kerangka Acuan Kegiatan pada tiap UKM.
3. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP):
a. Kebijakan tentang Pelayanan Teknis.
b. Pedoman Pelayanan Teknis.
c. Standart Operasional Prosedur (SOP) klinis,
d. Kerangka Acuan terkait dengan Program/ Kegiatan Pelayanan Klinis dan
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan dan pelayanan, Puskesmas perlu menyiapkan rekam
implementasi (bukti tertulis kegiatan yang dilaksanakan) dan dokumen-dokumen pendukung
lain, seperti fotocopy ijazah, sertifikat pelatihan, sertifikat kalibrasi, dan sebagainya.

PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI

A. Kebijakan Kepala Puskesmas


Kebijakan adalah Peraturan/ Surat Keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas
yang merupakan garis besar yang bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh
penanggungjawab maupun pelaksana.Berdasarkan kebijakan tersebut, disusun
pedoman/panduan dan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang memberikan kejelasan
langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas.
Penyusunan Peraturan Keputusan tersebut harus didasarkan pada peraturan perundangan,
baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri,
Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Peraturan Menteri dan pedoman-pedoman
teknis yang berlaku seperti yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian
Dalam Negeri, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Peraturan/ Surat Keputusan Kepala Puskesmas dapatdituangkan dalam pasal- pasal dalam
keputusan tersebut atau merupakan lampiran dari peraturan/ keputusan.
Format Peraturan/ Surat Keputusan disesuaikan dengan Peraturan Daerah setempat
tentang Tata Naskah Daerah atau mengacu pada Buku Pedoman Penyusunan Dokumen
Akreditasi FKTP dari Kementerian Kesehatan RI sebagai berikut :
1. Pembukaan ditulis dengan huruf capital
a. Kebijakan : Peraturan/ Keputusan Kepala Puskesmas,
b. Nomor : ditulis sesuai sistem penomoran di Puskesmas,
c. Judul : ditulis judul Peraturan/ Keputusan tentang,
d. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
e. Jabatan pembuatan keputusan ditulis simetris, diletakkan di tengah margin
diakhiri dengan tanda koma ( , ).
2. Konsideran, meliputi :
a. Menimbangn kepu
1) Membat urairan singkat tentang pokok-pokok pikiran yang menjadi latar
belakang dan alasan pembuatan keputusan,
2) Huruf awal kata “menimbang” ditulis dengan huruf capital diakhiri dengan
tanda baca titik dua ( : ), dan diletakkan dibagian kiri,
3) Konsideran menimbang diawali dengan penomoran menggunakan huruf kecil
dan dimulai dengan kat “bahwa” dengan “b” huruf kecil, dan diakhiri dengan
tanda baca ( ; ).
b. Mengingat
1) Memuat dasar kewenangan dan peraturan perundangan yang memerintahkan
pembuat Peraturan/ Surat Keputusan tersebut,
2) Peraturan perundangan yang menjadi dasar hukum adalah peraturan yang
tingkatannya sederajat atau lebih tinggi,
3) Kata “mengingat” diletakkan di bagian kiri sejajar kata menimbang,
4) Konsideran yang berupa peraturan perundangan diurutkan sesuai dengan
hirarki tata perundangan dengan tahun yang lebih awal disebut lebih dulu,
diawali dengan nomor 1, 2, dst, dan diakhiri dengan tanda baca ( ; ).
3. Diktum
a. Diktum “MEMUTUSKAN” ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan huruf
kapital;
b. Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata memutuskan sejajar dengan kata
menimbang dan mengingat, huruf awal kata menetapkan ditulis dengan huruf
kapital, diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : );
c. Nama keputusan sesuai dengan judul keputusan (kepala), seluruhnya ditulis
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik ( . ).
4. Batang Tubuh
a. Batang tubuh memuat semua subtansi Peraturan/ Surat Keputusan yang
dirumuskan dalam diktum-diktum, misalnya:
Kesatu :
Kedua :
Dst
b. Dicantumkan saat berlakunya Peraturan/Surat Keputusan, perubahan, pembatalan,
pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya, dan
c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran Peraturan/Surat Keputusan, dan
pada halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan
Peraturan/Surat Keputusan.
5. Kaki
Kaki Peraturan/Surat Keputusan merupakan bagian akhir subtansi yang memuat
penanda tangan penerapan Peraturan/ Surat Keputusan, pengundangan
peraturan/keputusan yang terdiri dari:
a. Tempat dan tanggal penetapan,
b. Nama jabatan diakhiri dengan tanda koma ( , ),
c. Tanda tangan pejabat, dan
d. Nama lengkap pejabat yang menanda tangani.
6. Penandatanganan
Peraturan/Surat Keputusan Kepala Puskesmas ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas, dituliskan nama, gelar/ non gelar, dan NIP (Nomor Induk Pegawai)
tergantung dengan Peraturan Bupati di wilayah masing-masing Kabupaten/ Kota.
7. Lampiran Peraturan/ Surat Keputusan.
a. Halaman pertama harus dicantumkan nomor dan judul Peraturan/Surat
Keputusan,
b. Halaman terakhir harus ditandatngani oleh Kepala Puskesmas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen Peraturan/Surat Keputusan
yaitu:
1. Kebijakan yang telah ditetapkan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi
penggantian Kepala Puskesmas hingga adanya kebutuhan revisi atau pembatalan.
2. Untuk Kebijakan berupa Peraturan, pada Batang Tubuh tidak ditulis sebagai diktum
dalam bentuk Bab-bab dan Pasal-pasal.
B. Manual Mutu
Manual mutu adalah dokumen yang memberi informasi yang konsisten ke dalam
maupun ke luar tentang sistem manajemen mutu. Manual mutu disusun, dietapkan, dan
dipelihara oleh organisasi. Manual mutu tersebut dengan sistematika sebagai berikut:
1. Kata Pengantar
2. Pendahuluan
a. Latar Belakang
1) Profil Organisasi
2) Kebijakan Mutu
3) Proses Pelayanan (Proses Bisnis)
b. Ruang Lingkup
c. Tujuan
d. Landasan hukum dan acuan
e. Istilah dan definisi
3. Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Penyelenggaraan Pelayanan
a. Persyaratan umum
b. Pengendalian dokumen
c. Pengendalian rekaman
4. Tanggungjawab Manajemen
a. Komitmen Manajemen
b. Fokus pada sasaran/pasien
c. Kebijakan mutu
d. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu dan Pencapaian Sasaran Kinerja/ Mutu.
e. Tanggungjawab, wewenang dan komunikasi
f. Wakil Manajemen/Penanggungjawab Manajemen Mutu
g. Komunikasi Internal
5. Tinjauan Manajemen
a. Umum
b. Masukan Tinjauan Manajemen
c. Luaran tinjauan
6. Manajemen Sumber Daya
a. Penyediaan sumber daya
b. Manajemen sumber daya manusia
c. Infrastruktur
d. Lingkungan kerja
7. Penyelengaraan Pelayanan
a. Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas:
1) Perencanaan Upaya Kesehatan Masyarakat, akses dan pengukuran kinerja
2) Proses yang berhubungan dengan sasaran:
a. Penetapan persyaratan sasaran
b. Tinjauan terhadap persyaratan sasaran
c. Komunikasi dengan sasaran
3) Pembelian (Jika ada)
4) Penyelenggaraan UKM:
a. Pengendalian proses penyelenggaraan upaya
b. Validasi proses penyelenggaraan upaya
c. Identifikasi dan mampu telusur
d. Hak dan Kewajiban sasaran
e. Pemeliharaan barang milik pelanggan (jika ada)
f. Manajemen resiko dan keselamatan
5) Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan sasaran kinerja UKM
a. Umum
b. Pemantauan dan pengukuran:
1. Kepuasan pelanggan
2. Audit internal
3. Pemantauan dan pengukuran proses
4. Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
c. Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
d. Analisis data
e. Peningkatan berkelanjutan
f. Tindakan korektif
g. Tindakan preventif
b. Pelayanan klinis (Upaya Kesehatan Perorangan)
1) Perencanaan Pelayanan Klinis
2) Proses yang berhubungan dengan pelanggan
3) Pembelian/pengadaan barang terkait dengan pelayanan klinis :
a. Proses pembelian
b. Verifikas barang yang dibeli
c. Kontrak dengan pihak ketiga
4) Penyelenggaraan pelayanan klinis:
a. Pengendalian proses pelayanan klinis
b. Validasi proses pelayanan
c. Identifikasi dan ketelusuran
d. Hak dan kewajiban pasien
e. Pemeliharaan barang milik pelanggan (spesiemen, rekam
medis,dsb)
f. Manajemen risiko dan keselamatan pasien
5) Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan Keselamatan Pasien:
a. Penilaian indikator kinerja klinis
b. Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien
c. Pelaporan insiden keselamatan pasien
d. Analisis dan tindak lanjut
e. Penerapan manajemen resiko
6) Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan:
1) Umum
2) Pemantauan dan pengukuran:
a. Kepuasan planggan
b. Audit internal
c. Pemantauan dan pengukuran proses, kinerja
d. Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
3) Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
4) Analis data
5) Peningkatan berkelanjutan
6) Tindakan korektif
7) Tindakan preventif
8. Penutup
Lampiran (Jika ada)

C. Rencana Lima Tahunan Puskesmas


Sejalan dengan rencana strategis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas perlu
menyusun rencana kinerja lima tahunan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
sesuai dengan target kinerja yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai dengan visi,misi, tugas pokok dan fungsi
Puskesmas berdasarkan pada analisis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
Dalam menyusun rencana kerja lima tahunan, Kepala Puskesmas bersama seluruh
jajaran karyawan yang bertugas di Puskesmas melakukan analisis situasi yang meliputi
analisis pencapaian kinerja, mencari faktor-faktor yang menjadi pendorong maupun
penghambat kinerja, sehingga dapat menyusun program kerja lima tahunan yang dijabatkan
dalam kegiatan dan rencana anggaran.

1. Sistematika Rencana Kerja Lima Tahunan Puskesmas dapat disusun dengan sistematika
sebagai berikut:
Kata Pengantar BAB
I. Pendahuluan
a. Keadaan umum Puskesmas
b. Tujuan penyusunan rencana lima tahunan.
BAB II. Kendala Masalah
a. Indentifikasi keadaan dan masalah
1) Tim mempelajari kebijakan, RPJMN, rencana strategis Kementerian Kesehatan,
Dinas Kesehatan Propinsi/ Kabupaten, target kinerja lima tahunan yang harus
dicapai oleh Puskesmas.
2) Tim Pengumpul Data:
a) Data umum
b) Data wilayah
c) Data penduduk sasaran
d) Data cakupan
e) Data Sumber daya
3) Tim melakukan analisis data
4) Alternatif pemecahan masalah
b. Penyusunan Rencana
1) Penetapan tujuan dan sasaran
2) Penyusunan rencana:
a) Penetapan strategi pelaksanaan
b) Penetapan kegiatan
c) Pengorganisasian
d) Perhitungan sumber daya yang diperlukan
c. Penyusunn Rencana Pelaksanaan
1) Penjadwalan
2) Pengalokasian sumber daya
3) Pelaksanaan kegiatan
4) Penggerak pelaksanaan
d. Penyusunan Pelengkapan Dokumen

BAB III. Indikator dan standart kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan upaya Puskesmas
BAB IV. Analisis Kinerja
a. Pencapaian Kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan upaya Puskesmas
b. Analisis Kinerja: menganalisis faktor pendukung dan penghambat
pencapaian kinerja.
BAB V. Rencana Pencapaian Kinerja Lima Tahun
a. Program Kerja dan Kegiatan: erisi program-program kerja yang akan dilakukan
yang meliputi antara lain:
1) Program Kerja Pengembangan SDM, yang dijabarkan dalam kegiata- kegiatan,
misalnya:pelayihan, pengusulan penambahan SDM, seminar, Workshop,dsb.
2) Program Kerja Pengembangan sarana, yang dijabarkan dalam kegiaran-
kegiatan, misalnya: pemeliharaan sarana, pengadaan alat-alat kesehatan,dsb.
3) Program Kerja Pengembangan Manajemen, dan seterusnya.
b. Rencana Anggaran : yang merupakan program kerja dan kegiatan-kegiatan yang
direncanakan secara garis besar.
BAB VI. Pemantauan dan Penilaian BAB
VII. Penutup
Lampiran : matriks rencana kerja lima tahunan Puskesmas.
2. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas. Adapun
tahapan penyusunan rencana kinerja lima tahunan Puskesmas adalah sebagai berikut :
Membentuk tim penyusunan rencana kinerja lima tahun yang terdiri dari Kepala
Puskesmas bersama dengan penanggungjawab upaya Puskesmas dan Pelayanan Klinis.
a. Tim mempelajari RJPMN, rencana strategis Kementerian Kesehatan, Dinas
Kesehatan Propinsi/ Kabupaten, target kinerja lima tahunan yang harus dicapai oleh
Pusekesmas.
b. Tim mengumpulkan data pencapaian kinerja.
c. Tim melakukan analisis kinerja.
d. Tim menyusun pentahapan pencapaian indikator kinerja untuk tiap upaya
Puskesmas dengan penjabaran pencapaian untuk tiap tahun.
e. Tim menyusun program kerja dan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai
target pada tiap-tiap indikator kinerja.
f. Tim menyusun dokumen rencana kinerja lima tahunan untuk disahkan oleh Kepala
Puskesmas.
g. Sosialisasi rncana pada seluruh jajaran Puskesmas.
Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan (lihat form excel) Panduan dalam mengisi
matriks rencana lkinerja lima tahunan.
a. Nomor diisi dengan nomor urut.
b. Pelayanan/ Upaya Puskesmas diisi dengan Pelayanan Klinis (Upaya Kesehatan
Perorangan), dan Upaya Kesehatan Masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas
tersebut, misalnya Upaya KIA, Upaya KB, Upaya PKM, dan seterusnya.
c. Indikator diisi dengan indikator-indikator yang menjadi tolok ukur kinerja Upaya/
Pelayanan.
d. Standart diisi dengan standart inerja untuk tiap indikator.
e. Pencapaian diisi dengan pencapaian kinerja tahun terakhir.
f. Target pencapaian diisi dengan target-target yang aan dicapai pada tiap tahap
tahunan.
g. Program Kerja diisi dengan program Kerja yang akan dilakukan untuk mencapai
target pada tiap tahun berdasarkan hasil analisis kinerja, misalnya
program kerja pengembangan SDM, program kerja pengembangan
sarana, dsb.
h. Kegiatan meruapakan rincian kegiatan unntuk tiap program yang
direncanakan. Misalnya, untuk program pengembangan SDM, kegiatan
Pelatihan Perawat, Pelatihan Tenaga PKM, dan sebagainya.
i. Volume diisi dengan volume kegiatan yang direncanakan untuk tiap
tahapan tahunan.
j. Harga Satuan: harga satuan untuk tiap kegiatan.
k. Pemeriksaan biaya diisi dengan perkalian antara volume dengan hrga
satuan.
3. Penutup.
Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu Kepala
Puskesmas dalam menyusun rencana kinerja lima tahunan, yang kemudian
diuraikan dalam rencana tahunan dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) dan Rencana Pencapaian Kegiatan(RPK).
Lampiran.
Lampiran 1. Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas.
(Dirjen Pelayanan Kesehatan, 2017)
2. Indikator Keberhasilan Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan disuatu wilayah kerja
Puskesmas,dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan,
maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat. Posyandu
merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas
sumber daya manusia bangsa Indonesia agar dapat membangun dan menolong
dirinya sendiri, sehingga perlu ditinggkatkan pembinaannya. Peningkatan
pembinaan posyandu sebagai pelayanan KB dan kesehatan yang dikelola untuk
dan oleh masyarakat dengan dukungan pelayanan teknis dari petugas perlu
tumbuh kembangkan perlu serta aktif (Sulistyorini, 2010).
Tingkat Perkembangan Posyandu
Tingkat
Perkembangan Kriteria
Posyandu yang masih belum mantap kegiatannya, masih belum
Posyandu Pratama bisa rutin setiap bulan, dan kader aktifnya terbatas kurang dari 5
Orang
Sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun,
dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, akan tetapi
cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50.
Intervensi untuk Posyandu madya antara lain :
Posyandu Madya a. Pelatihan tokoh masyarakat
b. Penggarapan dengan Pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) untuk menentukan masalah dan
mencari penyelesaian situasi dan kondisi setempat.

Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8x setahun, rata-rata


Posyandu jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program
Purnama utamanya lebih dari 50% sudah ada program tambahan bahkan
mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana.
Sudah dapat melaksanakan kegiatan secara teratur, dengan jumlah
kader rata-rata 5 orang atau lebih cakupan 5 program utama sudah
Posyandu Mandiri
bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau
lebih dari 50% KK.
Sumber : Depkes RI, 2006

IndikatorKeberhasilanPosyandu
Indikator Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu;
S : Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja Posyandu.
K : Jumlah balita yang terdaftar dan memiliki KMS.
D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang.
N : Jumlah balita yang naik berat badannya

Indikator cakupan program Posyandu merupakan indikator pokok untuk mengukur


keberhasilan kegiatan program posyandu, antara lain :
a. Liputan Program ( K/S )
Liputan program merupakan indikator mengenai kemampuan program untuk menjangkau
balita yang ada di masing – masing wilayah, diperoleh dengan cara menghitung perbandingan
antara jumlah balita yang terdaftar dan memiliki KMS dengan seluruh jumlah balita yang ada
di wilayah kerja Posyandu.
Rumus :
Liputan Program = K/S X 100%
Target Indonesia Sehat 2010 ( K/S ) = 80 %
b. Tingkat KelangsunganPenimbangan ( D/K )
Indikator ini merupakan kemantapan pengertian dan motivasi orang tua balita untuk
menimbangkan anak secara teratur setiap bulannya, yaitu dengan cara menghitung
perbandingan jumlah balita yang datang dan di timbang dengan jumlah balita yang terdaftar
dan memiliki KMS.
Rumus :
Tingkat Kelangsungan Penimbangan = D/K X 100%
Target Indonesia Sehat 2010 ( D/K ) = 60 %
c. Partisipasi masyarakat ( D/S )
Indikator ini menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam program kegiatan posyandu,
yaitu dengan menghitung perbandingan antara jumlah balita yang datang dan ditimbang
dengan jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja Posyandu.
Rumus :
Partisipasi masyarakat = D/S X 100%
Target Indonesia Sehat 2010 ( D/S ) = 80 %
d. Dampak Program ( N/D )
Indikator dampak program dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah balita yang naik
timbangannya dengan balita yang datang dan ditimbang.
Rumus :
Dampak Program = N/D X 100%
Target Indonesia Sehat 2010 ( N/D ) = 80 %
e. Tingkat Pencapaian Program ( N/S )
Indikator ini diartikan sebagai keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai program
posyandu. Tingkat pencapaian program dapat di klasifikasikan menjadi dua kategori
Posyandu berhasil bila N/S lebih dari atau sama dengan 40% dan Posyandu kurang berhasil
bila nilai N/S kurang dari 40%.
Rumus :
Tingkat pencapaian program = N/S X 100
Target Indonesia Sehat 2010 ( N/S ) = 40 %
Kemenkes (2012) menyatakan :
D/S merupakan indikator partisipasi masyarakat, dan
N/D merupakan indikator keberhasilan program
(Kemenkes RI, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

- Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta.


- Dirjen Pelayanan Kesehatan. 2017. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi 2017.
1-184.
- Kemenkes RI. 2012. Buku Saku Posyandu. Jakarta.
- Sulistyorini. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Nuha Medika. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai