Anda di halaman 1dari 63

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN

1. Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan adalah mas mulai dari terjadinya konsepsi hingga lahirnya janin.

Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung

dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan terbagi menjadi tiga, yakni trimester

pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai bulan ke 3, trimester kedua dimulai dari

bulan keempat sampai bulan ke 6, trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai bulan

ke 9 (Saifuddin, 2008).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku Ilmu Kebidanan

(2009), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

ovum yang kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam 12

minggu, yang terbagi menjadi trimester pertama, trimester kedua 15 minggu (minggu

ke-13 hingga ke-28), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-29 hingga ke-40).

2. Diagnosis Kehamilan

Menurut Manuaba (2010) lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm

adalah sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Usia kehamilan 28 minggu dengan berat janin 1000 gram yang apabila kehamilan

tersebutberakhir disebut keguguran.

b. Usia kehamilan 29-36 minggu yang apabila terjadi persalinan disebut

prematuritas.
c. Usia kehamilan 37-42 minggu disebut aterm.

d. Usia kehamilan >42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau serotinus.

Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester I (0-12 minggu), trimester II

(13-28 minggu), dan trimester III (29-42 minggu). Untuk dapat menegakan kehamilan

ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap tanda dan gejala kehamilan.

3. Proses kehamilan

Menurut Manuaba (2010), proses kehamilan merupakan mata rantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari:

a. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh hormon yang

kompleks.

b. Migrasi spermatozoa dan ovum

Ovum yang telah dilepaskan kemudian ditangkap oleh fimbrae, setelah itu ovum

yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus. Sebagian

spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai

tuba. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genitalia wanita hidup selama tiga

hari.

c. Konsepsi dan pertumbuhan zigot

Pertemuan inti ovum dan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan

membentuk zigot.

d. Nidasi pada uterus

Proses penanaman blastula yang disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari

ke-6 sampai ke-7 setelah konsepsi.

e. Pembentukan plasenta
Pada Blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian

dari blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium. Sel

trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang

berasal dari vili korealis.

f. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.

4. Tanda-tanda Kehamilan

Menurut Manuaba (2010), untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan

melakukan penilaian terhadap beberapa tanda-tanda kehamilan, yaitu:

a) Tanda tidak pasti kehamilan

Perubahan-perubahan yang dirasakan oleh ibu (subyektif) yang timbul selama

kehamilan.

1. Amenenorhea (tidak dapat haid)

Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorhoe menandakan

kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak

dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat

ditentukan tuanya kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan dengan memakai rumus dari

Naegele. Kadang- kadang amenorhea disebabkan oleh hal-hal lain diantaranya penyakit

berat seperti TBC, Thypus, Anemia atau karena pengaruh fisikis misalnya karena

perubahan lingkungan (dari desa ke asrama) juga dalam masa perang sering timbul

amenorhea pada wanita.

2. Nausea (Mual) atau Emesis (Muntah)

Mual terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai akhir

triwulan pertama disertai kadang-kadang oleh muntah. Sering terjadi pada pagi hari,
tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness. Dalam batas tertentu

keadaan ini masih fisiologis, namun bila terlampau sering dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan dan disebut dengan hiperemesis gravidarum.

3. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang seiring dengan makin

tuanya kehamilan.

4. Mammae menjadi tegang dan membesar

Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang

merangsang duktus dan alveoli pada mamae, sehingga glandula Montglomery tampak

lebih jelas.

5. Anoreksia (tidak nafsu makan)

Terjadi pada bulan-bulan pertama, tetapi setelah itu nafsu makan akan timbul

lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk “dua orang’’,

sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

6. Sering kencing

Terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan

oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang

oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan

gejala bisa timbul kembali karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan

kembali kandung kencing.

7. Obstipasi

Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
8. Pigmentasi kulit

Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas. Pada pipi, hidung dan dahi, kadang-

kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai kloasma gravidarum

(topeng kehamilan). Areola mamae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit

pigmen yang berlebihan. Daerah leher menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi

karena pengaruh hormon kortiko steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

9. Varises (penekanan vena-vena)

Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah genetalia eksterna,

fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada

kehamilan yang terdahulu, kemudian timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang-

kadang timbulnya carises merupakan gejala pertama kehamilan muda.

b) Tanda-tanda kemungkinan hamil

Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan yang di observasi oleh

pemeriksa (bersifat obyektif), namun berupa dugaan kehamilan saja. Makin banyak

tanda-tanda yang mungkin kita dapati, makin besar kemungkiann kehamilan.

1. Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim

Terjadi perubahan bentuk, besar, dan konsistensi rahim. Pemeriksaan dalam

diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin bundar bentuknya.

2. Tanda hegar

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah

ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus

uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan
lebih lunak. Sehingga kalau kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan

satunya pada dinding perut di atas simfisis maka ismus ini tidak teraba seolah-olah

korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus.

3. Tanda chadwick

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah,

agak kebiru-biruan (livide). Warna porposium tampak livide. Hal ini disebabkan oleh

pengaruh hormon estrogen.

4. Tanda piscaseck

Uterus mengalami pembesaran. Kadang-kadang pembesaran tidak rata tetapi di

daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke

salah satu jurusan pembesaran tersebut.

5. Tanda braxton hicks

Bila uterus dirangsang akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi atau pemeriksaan

dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi keras karena berkontraksi. Tanda ini khas

untuk uterus dalam masa kehamilan.

6. Goodell sign

Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita merasa ujung

hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada perabaan selunak vivir atau ujung

bawah daun telinga.


7. Reaksi kehamilan positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic

gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan

tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.

c) Tanda pasti kehamilan

Tanda pasti adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan oleh pemeriksaan yang

dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan. Yang termasuk tanda

pasti kehamilan yaitu:

1) Terasa gerakan janin

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18

minggu. Sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu karena telah

berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan IV dan V janin itu kecil jika

dibandingkan dengan banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau

digoyangkan, maka anak melenting di dalam rahim. Ballotement ini dapat ditentukan

dengan pemeriksaan luar maupun dengan jari yang melakukan pemeriksaan dalam.

2) Teraba bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan cara

palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua.

3) Denyut jantung janin

Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan

menggunakan:

 Fetal elektrocardiograph pada kehamilan 12 minggu.


 Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu.

 Stetoskop laenec pada kehamilan 18-20 minggu.

 Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen.

 Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran kantong

janin, panjang janin, dan diameter biparetalis hingga dapat diperkirakan tuanya

kehamilan.

5. Konsep Paritas

a. Pengertian paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita

(BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi

tiga, yakni: primipara, multipara dan grandemultipara. Sedangkan menurut

Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.

b. Klasifikasi Paritas

1. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup

besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).

2. Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu

kali (Prawirohardjo, 2009). Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan

bayi viabel (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008). Multigravida adalah

wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006).

3. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih

dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba,


2008). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak

atau lebih (Varney, 2006).

6. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan

a. Uterus

Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol  atau beratnya 30 gram akan

mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat

akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi

lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan

janin (Manuaba, 2010).

b. Ovarium

Dengan adanya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum

gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang

sempurna pada usia 16 minggu (Manuaba, 2010).

c. Vagina dan Perineum

Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara lain terjadinya

peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah meningkat) pada kulit dan

otot perineum, vulva, pelunakan pasa jaringan ikat, munculnya tanda chadwick

yaitu warna kebiruan pada daerah vulva dan vagina yang disebabkan hiperemia,

serta adanya keputihan karena sekresi serviks yang meningkat akibat stimulasi

estrogen (Aprillia, 2010).

d. Payudara

Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009), pada awal kehamilan

perempuan akan merasakan payudara menjadi semakin lunak. Setelah bulan kedua

payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih

terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Areola akan
lebih besar dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan

cenderung menonjol keluar.

e. Sirlukasi Darah

Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari

pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodelusi). Sel

darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi

pertumbuhan janin dalalm rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang

dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodelusi yang disertai

anemia fisiologis (Manuaba, 2010).

f. Sistem Respirasi

Kapasitas paru secara total menurun 4-5 % dengan adanya elevasi diafragma.

Fungsi respirasi juga mengalami perubahan. Respirasi rate 50% mengalami

peningkatan, 40 % pada tidal volume dan peningkatan konsumsi oksigen 15–20 %

diatas kebutuhan perempuan tidak hamil (Aprillia, 2010).

g. Sistem pencernaan

Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009), seiring dengan makin

membesarnya uterus, lambung, dan usus akan tergeser. Perubahan yang nyata

terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus. Mual terjadi

akibat penurunan asam hidrokloroid dan penurunan motilitas, serta konstipasi

akibat penurunan motilitas usus besar. Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan

lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis

selama kehamilan akan muncul. Hemoroid juga merupakan suatu hal yang sering

terjadi akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena

pembesaran uterus.

h. Sistem perkemihan
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua,

terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut

menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Hemodelusi menyebabkan

metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan urine akan bertambah

(Manuaba, 2010).

i. Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh

melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar

suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba,

areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (khloasma gravidarum). Setelah

persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang (Manuaba, 2010).

j. Metabolisme

Menurut Manuaba (2010) perubahan metabolisme pada kehamilan:

 Metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula, terutama pada trimester

ketiga.

 Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter

menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodelusi darah dan kebutuhan

mineral yang diperlukan janin.

 Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi.

Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat badan atau

sebutir telur ayam sehari.

 Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.

 Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil:


1. Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30-40 gram untuk pemben-tukan tulang

janin.

2. Fosfor, rata – rata 2 gram dalam sehari.

3. Zat besi, 800 mg atau 30-50 mg per hari.

4. Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.

 Berat badan ibu hamil bertambah. Berat badan ibu hamil akan bertambah

antara 6,5-16,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan 0,5 kg/

minggu.

7. Perubahan Psikologis Pada Wanita Hamil

Menurut Pantikawati (2010) perubahan psikologis pada wanita hamil menurut

trimester kehamilan adalah:

a) Trimester I

Trimester pertama ini sering dijadikan sebagai masa penentuan hamil atau

tidaknya seorang wanita. Kebanyakan wanita bingung tentang kehamilannya.

Kebingungan itu secara normal akan berakhir spontan ketika ibu hamil tersebut

menerima kehamilannya. Wanita hamil juga memiliki perubahan keinginan

seksual. Dalam trimester I ini, adalah biasanya terjadi penurunan libido. Libido

ini dipengaruhi oleh kelelahan, mual, depresi, sakit, pembesaran payudara,

kehawatiran, kekecewaan, dan keprihatinan, hal-hal tersebut merupakan hal yang

normal pada TM I.

b) Trimester II

Selama TM II ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari

ketidaknyamanan kehamilan. TM II dibagi menjadi dua fase, yakni:

prequickening dan postquickening. Quickening (pergerakan janin) adalah sebagai

fakta adanya kehidupan, menambah daya dorong psikologi wanita. Kebanyakan


wanita merasa lebih erotis selama TM II, hampir 80% wanita hamil mengalami

peningkatan dalam hubungan seks.

c) Trimester III

Trimester III sering disebut sebagai periode penantian. Menanti kehadiran

bayinya sebagai bagian dari dirinya, wanita hamil tidak sabar untuk segera

melihat bayinya. TM III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan

kedudukan sebagai orang tua seperti terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi.

8. Antenatal Care

1) Kunjungan ANC

Menurut Saifuddin (2010), setiap wanita menghadapi resiko komplikasi yang

bisa mengancam jiwa. Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan

setidaknya empat kali kunjungan selama periode antenatal:

a) Satu kali kunjungan selama trimester I (sebelum 14 minggu).

b) Satu kali kunjungan selama trimester II (antara minggu 14–28).

c) Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu 28–36 dan sesudah

minggu ke 36).

2) Tujuan ANC

Menurut Saifuddin (2008), tujuan asuhan antenatal adalah:

 Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

 Meningkatkan secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan, dan pembedahan.

 Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.


 Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi

ekslusif.

 Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal.

3) Kebijakan program

Menurut Pantikawati (2010), pelayanan ANC minimal 5T, meningkat jadi 7T dan

sekarang 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan malaria menjadi 14T, yaitu:

1) Ukur TB dan BB

Tinggi badan diukur sekali pada saat ibu datang pertama untuk mendeteksi

resiko bila hasil pengukuran <145 cm. Kenaikan berat badan normal ibu

hamil rata – rata 6,5-16 kg.

2) Ukur tekanan darah

Pemerikasaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar

normal, tinggi, atau rendah. Deteksi tekanan darah yang cenderung naik

diwaspadai gejala hipertensi. Apabila turun, difikirkan ke arah anemia.

3) Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran TFU dengan menggukan pita sentimeter diukur dari tepi atas

simfisis hingga fundus uteri.

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Tinggi Fundus


Dalam cm Menggunakan Penunjuk Badan
(minggu)
12 - Teraba diatas simfisis pubis
16 - Pertengahan simfisis pubis dan

umbilikus
20 20 cm (+2 cm) Pada umbilikus
22 – 27 UK(minggu)=cm (+2 cm) -
28 28 cm (+2 cm) Pertengahan umbilikus dan prosesus
sifoideus
29-35 UK(minggu)=cm (+2 cm) -
36 36 cm (+2 cm) Pada prosesus sifoideus
(Saifuddin, 2008)

4) Pemberian imunisasi TT

Tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus

neonatorum. Efek sampingnya adalah kemerahan dan bengkak 1-2 hari.

Tabel 2.2  Imunisasi TT

TT Interval % Perlindungan Masa Perlindungan


TT 1 - 0% -

TT 2 4 minggu setelah 80% 3 tahun

TT 3 TT 1 95% 5 tahun

TT 4 6 bulan setelah TT 99% 10 tahun

TT 5 2 99% Seumur hidup

1 tahun setelah TT

1 tahun setelah TT

5) Pemberian tablet Fe

Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk ibu hamil dan nifas, karena pada

masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin.

Pemberian tablet sesegera mungkin setelah mual hilang, satu tablet per hari

selama 90 hari.

6) Tes PMS
Pemeriksaan kepada ibu hamil, diambil spesimen darah vena, apabila tes

dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan.

7) Temu Wicara/konseling

Tujuan konseling adalah untuk membantu ibu hamil memahami

kehamilannya dan sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak

diinginkan. Selain itu untuk membantu ibu hamil menemukan kebutuhan

asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau tindakan

klinik yang mungkin diperlukan.

8) Tes Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu yang pertama kali, lalu

diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya

untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.

9) Tes Protein Urine

Pemeriksaan protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah

preeklamsia.

10) Tes Reduksi Urine

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi

penyakit DM atau riwayat penyakit DM pada keluarga ibu/suami.

11) Tekan pijat payudara (Perawatan Payudara)

Manfaat perawatan payudara adalah menjaga kebersihan payudara,

memperbaiki bentuk puting susu, merangsang kelenjar agar produksi ASI

lancar, dan mempersiapkan laktasi.

12) Pemeliharaan Tingkat Kebugaran (Senam Hamil)

Senam hamil dapat bermanfaat untuk membantu ibu mempersiapkan

persalinan serta mempercepat pemulihan setelah melahirkan.


13) Terapi Yodium

Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin yang

ditandai dengan gangguan fungsi mental, pendengaran, pertumbuhan, dan

kadar hormon yang rendah.

14) Terapi obat malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil di daerah endemik

malaria ataupun pendatang baru berasal dari daerah malaria. Dampak dari

malaria terhadap ibu hamil adalah dapat terjadi abortus, partus prematurus,

dan anemia.

4) Pemeriksaan kehamilan

a) Anamnesa

Menurut Yeyeh (2009) maksud dari anamnesa adalah mendeteksi komplikasi

dan menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan kehamilan dan

kelahiran terdahulu, kesehatan umum dan kondisi sosial ekonomi.

Pelaksanaannya dengan mengajukan pertanyaan tentang identitas, lama

terlambat menstruasi, tanggal menstruasi terakhir, dan keluhan yang berkaitan

dengan kehamilan (Manuaba, 2009).

b) Pemeriksaan fisik umum

Pemeriksaan fisik umum menilai keadaan umum, pengukuran tekanan darah,

nadi, pernafasan, suhu, kulit. (Manuaba, 2009).

c) Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus meliputi  pemeriksaan payudara (pembuluh darah makin

banyak, pigmentasi, areola mamae, puting makin hitam dan menonjol,

payudara makin padat), pemeriksaan Leopold, mendengarkan detak jantung

janin, bila perlu pemeriksaan dalam (Manuaba, 2009).


Menurut Manuaba (2010), pemeriksaan palpasi yang biasa digunakan untuk

menetapkan kekudukan janin dalam rahim dan usia kehamilan terdiri

pemeriksaan menurut Leopold I-IV. Tahap persiapan pemeriksaan Leopold:

 Ibu tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi

 Kedudukan tangan pada saat pemeriksaan dapat diatas kepala atau

membujur disamping badan.

 Kaki ditekuk sedikit sehingga dinding perut lemas.

 Bagian perut klien dibuka seperlunya

 Pemeriksa menghadap ke muka penderita saat melakukan pemeriksaan

Leopold I-III, sedangkan pada saat melakukan pemeriksaan Leopold IV

pemeriksa menghadap kearah kaki.

Sedangkan untuk tahap pemeriksaan Leopold adalah:

1) Leopold I

Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi tundus

uteri, sehingga perkiraan usia kehamilan dapat disesuaikan dengan

tanggal haid terakhir.

Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur sungsang,

kepala bulat, keras dan melenting pada goyangan; pada letak kepala akan

teraba bokong pada fundus: tidak keras, tak melenting, dan tidak bulat;

pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian bagian janin.

2) Leopold II

Kemudian kedua telapak tangan diturunkan menelusuri tepi uterus untuk

menetapkan bagian apa yang terletak di bagian samping. Letak membujur

dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata dengan tulang iga
seperti papan cuci. Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala

janin.

3) Leopold III

Menetapkan bagian apa yang terdapat di atas simfisis pubis. Kepala akan

teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba tidak keras dan tidak

bulat. Pada letak lintang pubis akan kosong.

4) Leopold IV

Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu

untuk menetapkan bagian terendah janin sudah masuk ke PAP. Bagian

terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran besarnya, maka tangan

yang melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan bila lingkaran

terbesarnya belum masuk PAP maka tangan pemeriksa konvergen.

d) Pemeriksaan tambahan

Pemeriksaan tambahan meliputi pemeriksaan dengan USG, foto abdomen,

dan pemeriksaan labolatorium (Manuaba, 2009).

9. Anjuran Untuk Ibu Hamil

a) Makanan bagi ibu hamil

Menurut Pantikawati (2010), kebutuhan gizi ibu hamil:

1. Pada kehamilan TM I (minggu 1-12) kebutuhan gizi masih seperti biasa.

2. Pada kehamilan TM II (minggu 13-28) dimana pertumbuhan janin cepat, ibu

memerlukan kalori + 285 dan protein lebih tinggi dari biasanya menjadi 1,5

g/kg BB.

3. Pada kehamilan TM III (minggu 27-lahir) kalori sama dengan TM II tetapi

protein naik menjadi 2 g/kg BB.

b) Higiene selama kehamilan


Ibu hamil dan menyusui juga penting memperhatikan kebersihan badan.

Kebersihan jasmani sangat penting karena saat hamil biasanya akan banyak keringat

yang keluar, terutama di daerah lipatan kulit. Mandi dua-tiga kali sehari

membersihkan badan dan mengurangi infeksi. Puting susu perlu mendapat perhatian

khusus, membersihkan puting susu sambil menarik keluar sebagai persiapan laktasi.

Pakaian sebaiknya dari bahan yang dapat menyerap keringat, sehingga badan selalu

kering terutama di daerah lipatan kulit (Manuaba, 2009).

c) Eliminasi

Dengan adanya kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah

kelamin menjadi lembab. Situasi lembab ini dapat menyebabkan timbul jamur

sehingga wanita hamil mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Rasa gatal

biasanya akan terasa mengganggu, sehingga ibu hamil menggaruk daerah tersebut, hal

inilah yang menyebabkan saat berkemih terdapat residu (sisa) yang memudahkan

infeksi kandung kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi infeksi kandung kemih

yaitu dengan minum dan menjaga kebersihan sekitar alat kelamin.

Perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas usus halus dan besar sehingga

terjadi sembelit. Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena

menurunnya gerakan ibu hamil. Untuk mengatasi sembelit dianjurkan untuk

meningkatkan gerak, banyak makan makanan berserat, bila dirasa perlu dapat dibantu

laksatif dosis ringan (Manuaba, 2009).

d) Perawatan payudara

Payudara dipersiapkan untuk dapat memberikan laktasi. Dengan pakaian

dalam (bra) yang longgar, maka perkembangan payudara tidak terhalang. Puting susu
penting diperhatikan agar tetap bersih. Puting susu perlu ditarik-tarik sehingga

menonjol dan memudahkan untuk memberikan ASI. Perinatal breast care bertujuan

memelihara higiene payudara, melenturkan puting susu, dan mengeluarkan puting

susu yang datar atau masuk ke dalam (Manuaba, 2010).

e) Hubungan seksual

Menurut Manuaba (2010), hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan

hubungan seksual. Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan bila:

 Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri.

 Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.

 Terdapat pengeluaran cairan yang mendadak.

 Hentikan hubungan seksual pada mereka yang sering mengalami keguguran,

persalinan sebelum waktunya, mengalami kematian dalam kandungan, sekitar

dua minggu menjelang persalinan.

f) Obat – obatan

Pengobatan penyakit pada saat hamil harus selalu memperhatikan apakah obat

tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin (Manuaba, 2010).

g) Merokok, alkohol, dan narkotika

Ketiga kebiasaan ini secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin dan dapat menimbulkan kelahiran dengan berat badan rendah

bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan

perkembangan mental (Manuaba, 2010).

h) Keadaan darurat pada kehamilan

Menurut Manuaba (2010), keadaan darurat saat hamil yang mengharuskan ibu

untuk memeriksakan diri adalah:


1. Berkaitan dengan janin

 Badan panas disertai tanda infeksi lainnya.

 Gerak janin terasa berkurang atau menghilang.

 Perut terasa semakin mengecil.

2. Berkaitan dengan keadaan ibu

 Mual muntah berlebihan.

 Terjadi pengeluaran abnormal: cairan mendadak, lendir bercampur darah,

perdarahan.

 Tanda subjektif gestosis: sakit kepala, pandangan kabur, nyeri pada

epigastrum, pembengkakan tangan, muka, kelopak mata, dan kaki, air seni

berkurang.

 Sakit perut mendadak.

 Terjadi tanda inpartu: perut sakit disertai pengeluaran.

i) Persiapan persalinan

Untuk mencapai keadaan optimal menjelang persalinan perlu dilakukan dua

langkah penting yaitu melakukan senam hamil dan mempersiapkan keadaan payudara

untuk laktasi (Manuaba, 2010).

10. Faktor Resiko Pada Ibu Hamil

Menurut Direktorat Bina Kesehatan Ibu (2009), faktor resiko pada ibu hamil

adalah:

a) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

b) Anak lebih dari 4.

c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang  < 2 tahun.

d) Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,

atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.


e) Anemia dengan haemoglobin <11 g/dl.

f) Tinggi badan < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang

belakang.

g) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.

h) Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: TB, kelainan jantung-

ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (DM, SLE, dll), tumor dan keganasan.

i) Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, KET, mola hidatidosa, KPD, bayi

cacat kongenital.

j) Riwayat persalinan dengan komplikasi: persalinan dengan SC, ekstraksi

vacum/forcep.

k) Riwayat nifas dengan komplikasi: perdarahan post partum, infeksi masa nifas,

post partum blues.

l) Riwayat keluarga menderita penyakit DM, hipertensi, dan riwayat cacat

kongenital.

m) Kelainan jumlah janin: kehamilan ganda, janin dampit, monster.

n) Kelainan besar janin: pertumbuhan janin terhambat, janin besar.

o) Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada UK >32 minggu.

B. OLIGOHIDRAMNION

1. Pengertian Oligohidramnion

Kebutuhan air ibu hamil dipengaruhi banyak faktor seperti misalnya aktifitas ibu

hamil, suhu lingkungan, tempat tinggal, dan sebagainya, menyebabkan tidak ada suatu

rumusan khusus yang berlaku bagi semua ibu hamil. Kebutuhan cairan sangat tergantung

terhadap asupun energi dari makanan, yaitu 1-1.5 ml cairan untuk setiap kilogram kalori

asupan energi. Kebutuhan energi saat kehamilan rata-rata meningkat 300 kkal/hari, oleh
karena itu ibu hamil memerlukan setidaknya 300 ml asupan air tambahan. Pada umumnya ibu

hamil dianjurkan untuk minum minimal 8-10 gelas air setiap harinya (Montgomery, 2002;

EFSA, 201; Konsensus nasional POGI, 2013).

Cairan Amnion adalah komponen dinamik yang sangat berhubungan dengan ibu dan

janin, merupakan elemen dasar yang sangat penting untuk janin. Volume cairan amnion yang

adekuat adalah syarat untuk perkembangan janin intra uteri dan keluaran neonatus yang baik

(Patrelli dkk, 2012). Oleh karena itu janin yang memiliki asupan cairan amnion yang kurang

akan berdampak kehamilan patologis bagi ibu dan janin, yakni yang disebut oligohidramnion.

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu

kurang dari 500 cc (Manuaba, 2007), atau juga didefinisikan dengan indeks cairan amnion 5

cm atau kurang dari 12% dari 511 kehamilan dengan usia kehamilan 41 minggu atau lebih.

(Dexa Media no.3 tahun 2007).

Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan

mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk lingkaran

atau siklus yang berulang. Cairan amnion biasanya diproduksi oleh janin maupun ibu, dan

keduanya memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan

amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya

usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi

membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal

janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion. Pada kehamilan

aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal

dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran

sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion pada kondisi terdapat gangguan

pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion.


Normal volume cairan amnion bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12

minggu sampai 400 ml pada pertengahan gestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada

kehamilan post term jumlah cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.

Menurut Lehn, jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1 liter,

pada multigravida sebanyak 1,5 liter, dan sebanyak – banyaknya yang masih dalam batas

normal adalah 2 liter.

2. Etiologi

Etiologi yang pasti belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis

janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya

dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini ( premature rupture of the

membrane = PROM ). Penyebab sekunder biasanya dikaitkan dengan :

a. Pecahnya membran ketuban.

b. Penurunan fungsi ginjal atau terjadinya kelinan ginjal bawaan pada janin sehingga

produksi urin janin berkurang, padahal urin janin termasuk salah satu sumber

terbentuknya air ketuban.

c. Kehamilan post-term sehingga terjadinya penurunan fungsi plasenta.

d. Gangguan pertumbuhan janin.

e. Penyakit yang diderita ibu seperti Hipertensi, Dibetes mellitus, gangguan pembekuan

darah, serta adanya penyakit autoimmune seperti Lupus.

Penyebab oligohidramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita hamil

yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab oligohidramnion yang telah

terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung / membran cairan ketuban yang

mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami
oligohidramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena

jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.

Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion adalah

tekanan darah tinggi, diabetes, dan masalah pada plasenta. Serangkaian pengobatan yang

dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan nama

angiotensin- converting enxyme inhibitor (miscaptopril), dapat merusak ginjal janin

dan menyebabkan oligohidramnion parah dan kematian janin. Wanita yang memiliki

penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu

dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa

tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan pengobatan yang mereka lalui adalah aman

selama kehamilan mereka.

3. Patofisiologi

Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion . Namun,

karena cairan ketuban terutama adalah urine janin di paruh kedua kehamilan , tidak adanya

produksi urin janin atau penyumbatan pada  saluran kemih janin dapat juga menyebabkan

oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion , yang terjadi secara fisiologis , juga

mengurangi jumlah cairan.

Masalah pada klinik ialah pecahnya ketuban berkaitan dengan kekuatan selaput. Pada

perokok dan saat terjadi infeksi terjadi perlemahan pada ketahanan selaput hingga pecah.

Pada kehamilan normal hanya ada sedikit makrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan masuk

ke dalam cairan amnion sebagai reaksi terhadap peradangan. Hal ini berkaitan dengan

terjadinya infeksi.

Pada insufisiensi plasenta dapat terjadi hipoksia janin. Hipoksia janin yang

berlangsung kronis akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah
terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang, dan terjadilah

oligohidramnion.

4. Tanda dan Gejala Oligohidramnion

Tanda dan gejala klinis oligohidramnion adalah, pada saat inspeksi uterus terlihat

lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya. Ibu yang sebelumnya

pernah hamil dan normal, akan mengeluhkan adanya penurunan gerakan janin. Saat

dilakukan palpasi abdomen, uterus akan teraba lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-

bagian janin mudah diraba. Presentasi bokong dapat terjadi. Pemeriksaan auskultasi normal,

denyut jantung janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada

setiap gerakan anak, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules akan terasa sakit

sekali, bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

5. Penyebab Oligohidraminon

a) Membran bocor atau pecah

Adanya sobekan kecil pada membran kantung cairan ketuban sehingga

mengalami kebocoran dan dapat meningkatkan infeksi pada ibu dan janin. Meskipun

dapat sembuh dengan sendirinya akan tetapi kebocoran akan berhenti dan akan kembali

normal. Sedangkan untuk pemeriksaan lebih lanjut dapat melakukan amniosentesis.

b) Kelainan janin

Cairan ketuban yang berkurang dapat pula dipengaruhi oleh janin yang tidak

berkembang sehingga ginjalnya tidak berkembang dengan baik hingga saluran kemih

tertutup dan janin tidak menghasilkan cukup urin.

c) Kelainan plasenta
Masalah plasenta seperti absupsi parsial akan membuat kulit terkelupas pada

dinding rahim sehingga dapat menyebabkan rendahnya tingat cairan ketuban.

Sehingga darah dan nutrisi akan berhenti menyalurkan pada bayi.

d) Sedang mengandung bayi kembar

Berisiko memiliki tingkat cairan ketuban rendah bagi ibu yang sedang hamil

bayi kembar. Oligohidramnios akan mengakibatkan sindrom tranfusi cairan ketuban

antara janin sehingga kemungkinan cairan semakin berkurang.

e) Kondisi medis tertentu

Adapun penyebab lainnya yaitu disebabkan karena kondisi medis tertentu

yang menyebabkan cairan ketuban berjumlah sedikit dan mencakup tekanan darah

yang kronis bahkan hingga mengalami gangguan kesehatan lainnya seperti diabetes,

preeklamsia dan lupus.

6. Akibat Oligohidramnion

a) Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan,

keguguran, janin meninggal dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa

terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami

tekanan dinding rahim.

b) Jika terjadi pada trimester kedua kehamilan, akan amat mengganggu tumbuh

kembang janin.

c) Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti

club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery

appereance).
d) Jika terjadi menjelang persalinan, meningkatkan risiko terjadinya komplikasi

selama kelahiran. Seperti tidak efektifnya kontraksi rahim akibat tekanan di dalam

rahim yang tidak seragam ke segala arah. Buntutnya, persalinan jadi lama atau

malah “berhenti”.

7. Pemeriksan Penunjang

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

a) USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal

yang sangat abnormal.

b) Rontgen perut bayi.

c) Rontgen paru-paru bayi.

d) Analisa gas darah.

8. Tindakan Konversatif

a) Tirah baring atau Istirahat yang cukup.

b) Hidrasi.

c) Perbaikan nutrisi.

d) Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).

e) Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.

f) Amnion infusion.

g) Induksi dan kelahiran.

Hal  yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dengan oligohidramnion adalah :

1.      Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan

2.      Banyak istirahat

3.      Stop merokok dan/atau jadi perokok pasif


4.      Amati frekuensi gerakan atau aktivitas janin

5.      Laporkan segera ke dokter jika terjadi tanda-tanda kelahiran prematur seperti

pendarahan atau keluar cairan dari vagina.

Tindakan Dokter

Jika tidak terjadi peningkatan jumlah air ketuban yang disertai dengan tanda-tanda tidak

sesuainya pertumbuhan berat janin dan terganggunya aliran darah,tali pusat biasanya dokter

akan memutuskan segera melahirkan janin. Apalagi jika ditemukan pada kehamilan cukup

bulan.

9. Prognosis

Prognosis janin buruk pada oligohidramnion awitan dini dan hanya separuh janin

yang hidup.Sering terjadi persalinan premature dan kematian neonatus.Oligohidramnion

dilaporkan berkaitan dengan pelekatan antara amnion dan bagian-bagian janin serta dapat

menyebabkan cacat serius termasuk amputasi.Selain itu,dengan tidak adanya cairan

amnion,janin mengalami tekanan dari semua sisi dan menunjukkan penampilan yang aneh

disertai cacat musculoskeletal seperti jari tubuh.

10. Komplikasi Oligohidramnion

a) Hipoplasia paru

b) Deformitas pada wajah dan skelet

c) Kompresi tali pusat

d) Aspirasi mekonium pada masa intrapartum

e) Kematian janin

11. Diagnosis Oligohidramnion


Untuk mengetahui oligohidramnion dengan jelas dapat dilakukan tindakan

“amnioskopi” dengan alat khusus amnioskop.

Indikasi amnioskopi adalah :

1.      Usia kehamilan sudah di atas 37 minggu.

2.      Terdapat preeclampsia-berat atau eklampsia.

3.      Bad obstetrics history.

4.      Terdapat kemungkinan IUGR.

5.      Kelainan ginjal.

6.      Kehamilan post date.

Hasil yang diharapkan adalah :

1.         Kekeruhan air ketuban.

2.         Pewarnaan dengan mekonium.

Komplikasi tindakan amnioskopi adalah :

1.         Terjadi persalinan premature.

2.         Ketuban pecah-menimbulkan persalinan premature.

3.         Terjadi perdarahan-perlukaan kanalis servikalis.

4.         Terjadi infeksi asendens.

C. PERSALINAN

1. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam

jalan lahir (Sarwono, 2006). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi  belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.(Saifuddin, 2009 : 100). Persalinan

adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau

dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan

bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).

2. Bentuk Persalinan

Bentuk persalinan menurut Manuaba (2009) adalah:

a) Persalinan spontan. Bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri.

b) Persalinan buatan. Bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat kekuatan

untuk persalinan.

c) Persalinan anjuran. Yang paling ideal sudah tentu persalinan spontan karena tidak

memerlukan bantuan apapun yang mempunyai trauma persalinan yang paling

ringan sehingga kualitas sumber daya manusia dapat terjamin.

3. Etiologi Persalinan

Menurut Manuaba (2010), terjadinya persalinan belum diketahui secara pasti,

sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya

kekuatan his. Teori kemungkinan terjadinya proses  persalinan adalah:

a) Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah

melewati batas tertentu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat

dimulai. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan

tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

b) Teori penurunan progesterone

Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28 minggu, karena terjadi

penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif

terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah mencapai

penurunan progesteron tertentu.

c) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan keseimbangan

esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga

sering terjadi kontraksi braxton hicks. Dengan menurunnya konsentrasi

progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin meningkatkan aktivitas,

sehingga persalinan dapat mulai.

d) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu, yang

dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.

Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu persalinan.

e) Teori hipotalamus – hipofisis dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi

keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian

kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan.


Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus – hipofisis

dengan mulainya persalinan.

4. Tanda-tanda Persalinan

a) Tanda-tanda permulaan persalinan

Menurut Manuaba (2010), dengan penurunan hormon progesteron menjelang

persalinan dapat terjadi kontaksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan:

1) Terjadi lightening

Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uteri

karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada primigravida, tanda ini tidak begitu kelihatan.

Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang

persalinan. Bila bagian terbawah bayi telah turun, maka ibu akan merasa tidak nyaman;

selain napas pendek pada trimester 3, ketidaknyaman disebabkan karena adanya tekanan

bagian terbawah pada struktur daerah pelvis, secara spesifik akan mengalami hal berikut.

Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluang untuk melakukan

ekspansi berkurang, sehingga frekuensi berkemih meningkat. Meningkatnya tekanan oleh

sebagian besar bagian janin pada saraf yang melewati foramen obturator yang menuju

kaki, menyebabkan sering terjadi kram kaki. Meningkatkan tekanan pada pembuluh darah

vena menyebabkan terjadinya udema karena bagian terbesar dari janin menghambat

darah yang kembali dari bagian bawah tubuh.

2) Terjadi his permulaan

Sifat his permulaan (palsu) adalah sebagai berikut:

 Rasa nyeri ringan dibagian bawah.

 Datang tidak teratur.


 Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.

 Durasi pendek.

3) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

4) Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian

bawah janin.

5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, kadang

bercampur darah (bloody show). Dengan mendekatnya persalinan, maka serviks

menjadi matang dan lembut, serta terjadi obliterasi serviks dan kemungkinan sedikit

dilatasi.

6) Persalinan (inpartu) dimulai pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serviks (membuka dan menipis), berakhir dengan lahirnya plasenta

secara lengkap. Pada ibu yang belum inpartu, kontraksi uterus tidak mengakibatkan

perubahan pada serviks. Sifat His Persalinan, yaitu:

a. Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan.

b. Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar.

c. Mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks.Makin beraktivitas (jalan),

kekuatan makin bertambah.

b) Tanda dan Gejala Persalinan

Menurut Manuaba (2010) tanda persallinan adalah sebagai berikut:

c) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang

semakin pendek.

d) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur

darah).

e) Dapat disertai ketuban pecah.


f) Pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan, pendataran, dan

pembukaan serviks).

5. Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan

a) Power (His/Kontraksi)

Menurut Yeyeh (2009), his/kontraksi uterus adalah kontraksi otot – otot uterus

dalam persalinan. Kontraksi uterus tidak sama kuat, yang terkuat di fundus dan terlemah

di segmen bawah rahim. Lamanya his dalam persalinan berkisar antara 45 – 75 detik,

frekuensi minimal 3 kali dalam 10 menit. His persalinan menurut faal:

1. His pembukaan, adalah his yang menimbulkan pembukaan pada serviks. His ini

terjadi sampai pembukaan seviks lengkap 10 cm, his mulai kuat, teratur dan sakit.

2. His pengeluaran (his mengedan/his kala II), his sangat kuat teratur, simetris,

terkoordinasi dan lama. His pengeluaran ber-fungsi untuk mengeluarkan janin.

Terjadi koordinasi bersama antara his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma, dan

ligament.

3. His pelepasan uri (kala III), kontraksi mulai turun, berfungsi melepaskan dan

mengeluarkan plasenta.

4. His pengiring (kala IV), kontraksi bersifat lemah, masih sedikit nyeri, menyebabkan

pengecilan rahim.

Setelah seviks terbuka lengkap, kekuatan yang sangat penting pada ekspulsi janin

adalah yang dihasilkan oleh peningkatan tekanan intra-abdomen yang diciptakan oleh

kontraksi otot – otot abdomen. Dalam bahasa obstetric biasanya disebut mengejan.

Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila kala I pembukaan sudah lengkap dan

paling efektif sewaktu kontraksi uterus.

b) Passage (jalan lahir)


Disamping kontraksi dominan di daerah fundus, pada kala I persalinan

menyebabkan terjadinya pembukaan secara pasif mulut rahim, mendorong bagian janin

terendah menuju jalan lahir, sehingga ikut aktif membuka mulut rahim (Manuaba; 2009).

Menurut Yeyeh (2009), bentuk rongga panggul pada dasarnya menyerupai tabling, tetapi

sedikit melengkung ke depan pada ujung kaudalnya, membentuk sudut sekitar

90o sehingga digambarkan sebagai saluran berbentuk J atau L bila dipandang dari bidang

sagital. Bentuk dan dimensi tulang panggul ditentukan oleh sejumlah faktor lingkungan,

hormon, dan genetik. Ada empat tipe utama yang dikenali: ginekoid, android, antropoid,

dan platipelloid. Bentuk dan stuktur dasar panggul memiliki peran penting dalam

mengarahkan kepala janin yang sedang menuruni bagian bawah rongga  panggul yang

melengkung ke depan. Peran obstetrik utama dasar panggul yang berbentuk selokan ini

pada pelahiran adalah untuk menyegariskan sutura sagitalis kepala yang sedang turun

dengan diameter antero-posterior pintu bawah panggul. Bagian terendah kepala janin

menyentuh dasar panggul dan bergeser ke depan. Bagian ini adalah oksiput pada posisi

fleksi yang benar, atau sinsiput pada kepala dalam keadaan defleksi dengan posisi

oksipitoposterior.

c) Passenger (Janin dan Plasenta)

Sikap (habitus), menunjukan hubungan antara bagian – bagian janin dengan

sumbu janin, biasanya dengan tulang punggungnya. Sikap janin bervariasi tergantung

presentasinya. Letak janin adalah hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu

panjang ibu, kemungkinan pada letak janin yaitu letak memanjang, letak membujur, dan

oblique. Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah

rahim. Sedangkan untuk bagian terbawah janin, hampir sama dengan presentasi hanya

diperjelas istilahnya. Sikap fleksi menyeluruh pada janin dan terutama fleksi pada kepala,
bersama kontraksi uterus yang efisien akan menghasilkan hubungan mekanis yang lebih

baik dengan panggul. (Yeyeh, 2009)

5. Mekanisme Penurunan Kepala dalam Persalinan

Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus

ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat

pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus yaitu arah sumbu kepala janin miring

dengan bidang pintu atas panggul.

Akibat sumbu kepala janin yang tidak simetris dengan sumbu lebih mendekati

oksiput, menyebabkan kepala mengadakan fleksi. Dengan fleksi kepala janin memasuki

ruang panggul yang paling kecil. Sampai dasar panggul kepala janin berada dalam

keadaan fleksi maksimal. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan

intrauterine, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam.

Rotasi ubun – ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga pada dasar

panggul ubun – ubun kecil dibawah simfisis, maka sub oksiput sebagai hipomoklion,

kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Sesudah kepala lahir, kepala

segera mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi luar untuk menyesuaikan kepala

dengan punggung (Yeyeh, 2009).

6. Tahapan atau Kala dalam persalinan

a. Tahapan Persalinan

1. Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai

membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar

kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.


Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan

serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10cm). Persalinan kala I dibagi menjadi

dua fase, yaitu:

a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal

kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai

pembukaan 3 cm, berlangsung 7-8 jam.

b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam

3 sub fase.

 Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

 Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat

menjadi 9 cm.

 Periode deselerasi, berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau

lengkap.

Perubahan Fisiologis Pada Kala I

1) Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol rata-rata naik) 10-20

mmHg, diastol naik 5-10 mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat

sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.

2) Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsung-

angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot skeletal, peningkatan ini ditandai

dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, curah jantung, pernapasan, dan

kehilangan cairan.
3) Suhu tubuh

Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit

meningkat selama persalinan.

4) Detak jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung akan meningkat

secara dramatis selama kontraksi.

5) Pernapasan

Oleh karena terjadinya peningkatan metabolisme, maka terjadi sedikit

peningkatan laju pernapasan yang dianggap normal.

6) Ginjal

Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin diakibatkan karena

adanya peningkatan aliran plasma ginjal.

7) Gastrointestinal

Motalitas lambung dan absorpsi makanan padat secara subtansi berkurang sangat

banyak selama persalinan.

8) Hematologi

Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan dapat

kembali sebelum persalinan sehari pasca persalinan, kecuali terdapat perdarahan

postpartum.

Perubahan Psikologis Kala I


Asuhan yang bersifat mendukung selama persalinan merupakan suatu standar

pelayanan kebidanan. Ibu yang bersalin biasanya mengalami perubahan emosional yang tidak

stabil.

2. Kala II (Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primigravida berlangsung selama 2 jam.

Perubahan Psikologis Kala II :

Pada kala II hal terkoordinasi kuat, cepat dan lebih lama; kira-kira 2-3 menit

sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan

pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ingin meneran karena

tekanan rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada

waktu terjadinya his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum

meregang. Dengan his meneran yang terpimpin, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh

badan janin.

3. Kala III (Pelepasan Plasenta)

a) Manajemen Aktif Kala III

Manajemen Aktif Kala Tiga adalah mengupayakan kontraksi yang adekuat dari

uterus dan mempersingkat waktu kala tiga, mengurangi jumlah kehilangan darah,

menurunkan angka kejadian retensio plasenta (Susilawati, 2009).

b) Tujuan Manajemen Aktif Kala III

Manajemen Aktif Kala Tiga bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang

lebih efektif dan efisien sehingga dapat memperpendek waktu kala tiga persalinan dan
mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Hati –

hati :

1) Dugaan kehamilan ganda .

2) Riwayat retensi plasenta.

3) Inversi Uteri ( Yanti, 2010)

Tujuan manajemen aktif kala Tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus

yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu keluarnya plasenta, mencegah

perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan

dengan penatalaksanaan fisiologis (Sondakh, 2013).

c) Keuntungan Manajemen Aktif Kala III

1) Mengurangi kejadian perdarahan postpartum.

2) Mengurangi lamanya kala tiga.

3) Mengurangi penggunaan tranfusi darah.

4) Mengurangi penggunaan terapi oksitosin (Sulistyawati, 2010).

Selama dekade terakhir, penilitian klinis telah menunjukkan bahwa manajemen

aktif kala Tiga dapat menurunkan kejadian perdarahan postpartum, memperpendek

waktu yang dibutuhkan untuk kelahiran plasenta, mengurangi kemungkinan, terjadinya

retensio plasenta dan mengurangi penggunaan transfusi darah dan terapi oksitosin.

Berdasarkan penelitian ini, WHO telah merekomendasikan agar semua dokter dan bidan

melaksanakan manajemen aktif kala Tiga. Hal ini membedakan dari asuhan kebidanan

kala tiga hanya satu cara : pemberian oksitosin segera setelah bayi baru lahir untuk

merangsang kontraksi uterus dan mempercepat pelepasan plasenta. Dalam semua hal

lainnya, langkah-langkah manajemen aktif adalah sama dengan langkah – langkah yang

selam ini ditempuh oleh para bidan.


Keuntungan manajemen aktif kala tiga, antara lain :

1) Lama kala III lebih singkat.

2) Jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan

Postpartum.

3) Menurunkan kejadian retensio plasenta (Djami, 2013).

d) Langkah-langkah Manajemen Aktif Kala III

Manajemen Aktif Kala III Terdiri dari 3 Langkah Utama yaitu :

1) Pemberian suntikan Oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.

a. Letakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkan di perut

bawah ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang

bayi tersebut.

b. Melakukan pemeriksaan :

1. Uterus untuk memastikan tidak ada bayi lain (Undiagnosed twin) didalam

uterus. Alasan : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi kuat dan dapat

menyebabkan hipoksia berat yang akan sangat menurunkan pasokan oksigen

kepada bayi kedua.

2. Hati-hati jangan menekan kuat (ekspresi) dinding pada korpus uteri karena

dapat meyebabkan kontraksi tetanik atau spasme serviks.

3. Identifikasi dan antisipasi kelainan perlekatan plasenta. Beritahu ibu bahwa ia

akan disuntik. Alasan : Hali ini merupakan bagian dari asuhan sayang ibu,

yaitu dengan memberikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur kepada

pasien.

4. Segera ( dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir ) suntikan oksitosin 10 I.U

IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis). Alasan : Paha
akan lebih mudah untuk dilihat dibandigkan bokong ketika ibu pasien sedang

terlentang. Serta Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi

dengan kuat dan efektif sehingga akan mempercepat pelepasan plasenta dan

mengurangi kehilangan darah. Lakukan aspirasi sebelum penyuntikan unutk

mencegah oksitosin masuk langsung ke pembuluh darah.

5. Letakkan kembali alat suntik pada tempatnya, ganti kain alas dan penutup

tubuh bayi dengan kain bersih dan kering yang baru kemudian lakukan

penjepitan (2-3 menit setelah bayi lahir) dan pemotongan tali pusat sehingga

dari langkah 4 dan 5 ini akan tersedia cukup waktu bagi bayi untuk

memperoleh sejumlah darah kaya zat besi dari ibunya. Alasan : Penjepitan tali

pusat sedini mungkin akan mempercepat proses perubahan sirkulasi darah

pada bayi.

6. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) dan kontak kulit dengan ibu.

7. Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih Alasan : Kain akan

mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang sudah memakai

sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada perut ibu.

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali

Pada saat melakukan penegangan tali pusat terkendali terlebih dahulu melihat

tiga tanda lepasnya plasenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali

pusat memanjang dan semburan darah mendadak dan singkat (Depkes RI,

2007). Penegangan tali pusat terkendali adalah melakukan tarikan kearah sejajar

dengan sumbu rahim saat uterus berkontraksi, dan secara stimulant dan melakukan

tahanan pada daerah supra pubik. Tujuan melakukan ini adalah melepaskan plasenta

dan melahirkan plasenta.


Penanganan ini memberikan dampak lepas dan turunnya plasenta. Penegangan

tali pusat ini harus dihentikan segera bila dalam 30-40 detik tidak terdapat penurunan

plasenta, dan dapat diteruskan lagi pada kontraksi uterus selanjutnya. Potensi

komplikasi yang terjadi adalah inverse uterus, dan retensi sebagian dari plasenta,

Namun kunci utama untuk melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan aman

adalah prosedur pelaksanaan dan petugas kesehatan yang sudah terlatih dengan baik

( Hall, 2013 ).

3) Masase fundus uteri

Segera setelah plasenta lahir, lakukanlah masase fundus uterus.

a. Telapak tangan diletakkan pada fundus uteri.

b. Memberi penjelas tindakan kepada ibu, dengan mengatakan bahwa ibu

mungkin terasa agak tidak nyaman karena tindakkan yang diberikan.

Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam dan perlahan serta rileks.

c. Segera setelah plasenta dan membran lahir, dengan penahan yang kokoh

lakukanlah masase fundus uterus dengan lembut tetapi mantap, tangan

digerakkan dengan arah memutar pada fundus uteri agar uterus berkontraksi.

Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, maka dilakukan

penatalaksanaan atonia uteri. Alasan : Mencegah perdarahan yang

berlebihan, dan merupakan diagnosis cepat dari atonia uteri.

d. Melakukan pemeriksaan plasenta dan selaputnya untuk memastikan

keduanya lengkap dan utuh :

1. Memeriksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus)

untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh.

2. Memasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk

memastikan tidak ada bagian yang hilang.


3. Memeriksa plasenta sisi fetal (yang menghadap ke bayi)

4. Mengevaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

e. Memeriksa kembali uterus setelah 1-2 menit untuk memastikan uterus

berkontraksi.Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase

fundus uteri. Ibu dan keluarganya diajarkan bagaimana cara melakukan

masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak

berkontraksi baik.

f. Memeriksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama

pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan

(Sondakh, 2013).

e) Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhirnya dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah

bayi lahir.

Perubahan Fisiologis Kala III :

Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga

uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini

menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah.

Perubahan Psikologis :

a) Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.

b) Merasa gembira, lega, dan bahagia akan dirinya, juga merasa sangat lelah.

c) Memutuskan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit.

d) Menaruh perhatian terhadap plasenta.

4. Kala IV
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses

tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV, yaitu:

a) Tingkat kesadaran.

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernapasan.

c) Kontraksi uterus.

d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlah tidak melebihi

400 sampai 500cc.

D. BAYI BARU LAHIR

1) Pengertian

Bayi baru lahir fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan

berat badan lahir 2500-4000 gram (Depkes RI, 2007).

2) Ciri-ciri Bayi Normal

a) Lahir aterm antara 37-42 minggu.

b) Berat badan 2500-4000 gram.

c) Panjang berat badan 48-52 cm.

d) Lingkar dada 30-38 cm.

e) Lingkar kepala 33-35 cm.

f) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.

g) Pernafasan ± 40-60 x/menit.

h) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.

i) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.

j) Kuku agak panjang dan lemas.


k) Genetalia : pada laki-laki lematnagan ditandai dengan testis yang berbeda pada

skrotum dan penis yang berlubang. Pada perempuan kematangan ditandai dengan

vagina dan uetra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.

3) Tahapan Bayi Baru Lahir

Tahapan I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada

tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi

dan ibu.

Nilai APGAR

Kriteria Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Appearance seluruhnya biru warna kulit tubuh normal warna kulit tubuh ,
(warna kulit) atau pucat merah muda , tangan , dan kaki
tetapi kepala dan normal merah muda ,
ekstermitas kebiruan tidak ada sianosis
(akrosianosis)
Pulse tidak teraba <100 kali/menit >100 kali/menit
(denyut jantung)

Grimace Tidak ada respons meringis/menangis meringis/bersin/batuk


(respons refleks) terhadap stimulasi lemah ketika di stimulasi saat stimulasi saluran
napas

Activity lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif


(tonus otot)

Respiration tidak ada Lemah,  tidak teratur menangis kuat,


(pernapasan) pernapasan baik dan
teratur
(Sujiyatini , 2011)

Tahap II disebut transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24

jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku. Tahap III disebut tahap periodik,

pengkajian dilakukan setalah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh badan.

4) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal

a. Cara memotong tali pusat.


1) Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut tali

pusat ke arah ibu dan memasangkan klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari klem.

2) Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari

tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat di antara 2 klem.

3) Mengikat tali pusat dengan jarak kurang lebih 1 cm dari umbilikus dengan

simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Lepaskan

klem pada tali pusat, lalu memasukkannya dalam wadah yang berisi larutan

klorin 0,5%

4) Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya kepada ibu.

b. Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermia.

1) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir

Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara

melalui jendela/ pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan

yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu tubuh.

2) Untuk mencegah hipotermia bayi harus segera dikeringkan dan dibungkus

dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup diatas dada ibu untuk

mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.

3) Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil

Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2500 gram dan

menangis kuat bida dimandikan ±24 jam setelah kelahiran dengan tetap

menggunakan air hangat.

4) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir

Empat cara yang membuat bayi dapat kehilangan panas

(a) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar

udara sekitar yang lebih dingin.


(b) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

(c) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas

karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh

bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

(d) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di

dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh

bayi.

c. Pemantauan Tanda Bahaya

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering

tidak spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi

baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru

lahir dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk.

Tanda ini mencakup:

a) Tidak bisa menyusu

b) Kejang

c) Mengantuk atau tidak sadar

d) Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15

detik)

e) Frekuensi napas > 60 kali/menit

f) Merintih

g) Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat

h) Sianosis sentral.

2. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini


Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan

diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.

Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi

terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah).

Tabel 2.2 Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali

No Perilaku yang teramati Perkiraan waktu


1 Bayi beristirahat dan melihat 30-40 menit pertama
2 Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa 40-60 menit setelah lahir

40 60 menit setelah lahir jarinya ke mulut dengan kontak kulit


3 Bayi mengeluarkan air liur
4 Bayi menendang, menggerakkan kaki, bahu, dengan kulit terus

lengan dan badannya ke arah dada ibu dengan menerus tanpa terputus

mengandalkan indra penciumannya


5 Bayi meletakkan mulutnya ke puting ibu
(Sumber:  Kementerian Kesehatan, 2010)

3. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah

Inisiasi Menyusu Dini

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi I mg IM di paha kiri

segera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defesiensi

vitamin K yang dapat dialami oleh sebagaian bayi baru lahir. ½ jam setelah lahir di

injeksi vitamin K.

d. Beri salep mata antibiotika oksitetrasiklin 1 % pada kedua mata.

Beri salep mata antibiotika pada kedua mata untuk merawat mata bayi. Tetes mata

untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah ibu dan keluarga

memomong dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata

oksitetrasiklin 1 %. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu

jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan

lebih dari satu jam setelah kelahiran.


e. Beri imuniasasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan anterolateral,

diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap

bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Terdapat jadwal pemberian imunisasi

Hepatitis B, jadwal pertama imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada usia

0 (segera setelah lahir menggunakan uniject), jadwal kedua imunisasi Hepatitis B

sebanyak 4 kali yaitu pada usia 0 dan DPT + Hepatitis B pada 2,3 dan 4 bulan usia

bayi.

Tabel 2.3 jadwal imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Jumlah pemberian Jadwal


Regimen tunggal 3 kali 1.   Usia 0 bulan (segera setelah

lahir)

2.   Usia 1 bulan

3.   Usia 6 bulan
Regimen kombinasi 4 kali 1.      Usia 0 bulan (segera

setelah lahir)

2.      Usia 2 bulan

3.      Usia 3 bulan        DPT +

Hep B 

4.      Usia 4 bulan
(APN, 2007)

f. Identifikasi BBL

Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda

pengenal berupa gelang (alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi

yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas ) yang

dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya

dilakukan segera setelah IMD. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah,
tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga

dilakukan cap telapak kaki bayi dan jari ibu pada rekam medis kelahiran.

Alat pengenal yang efektif harus diberika kepada setiap bayi baru lahir dan harus

tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan Disetiap tempat tidur harus

diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identitas. Tenaga

kesehatan sebagai penolong persalinan menuliskan keterangan lahir untuk

digunakan orang tua dalam memperoleh akte kelahiran bayi, lembar keterangan

lahir terdapat di dalam Buku KIA

g. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada

bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar

rahim.

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat

kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama

kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk

tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Waktu pemeriksaan BBL:

a) Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)

b) Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)

c) Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)

d) Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)

(Kementerian kesehatan RI, 2010)

5) Macam-macam Refleks

a) Refleks Laktasi
Menurut JNPK-KR, (2008), dimasa laktasi, terdapat 2 mekanisme reflex pada ibu

yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin yang berperan dalam produksi ASI

dan involusi uterus (khususnya pada masa nifas). Pada bayi terdapat 3 jenis

refleks yaitu:

1. Refleks mencari putting susu (rooting reflex)

Bayi akan menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan

membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap

benda yang disentuhkan tersebut.

2. Refleks menghisap (suckling reflex)

Rangsangan putting susu pada langit-langit bayi menimbulkan refleks

menghisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan putting susu ibu tertekan

gusi, lidah dan langit-langit bayi sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan

ASI terpancar keluar.

3. Refleks menelan (swallowing reflex)

Kumpulan ASI didalam mulut bayi mendesak otot-otot didaerah mulut dan

faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI kedalam

lambung bayi

b) Grasp reflek (reflek menggenggam)

Bila jari kita menyentuh telapak tangan, maka jari-jarinya akan menggenggam

dengan kuat.

c) Babinski reflek (pada anggota bawah telapak kaki, bila jari-jari yang lain

membeber dan membengkok kedepan).

d) Moro reflek (Reflek emosional)/ Startle reflek (reflek terkejut)


Bila bayi diangkat akan seolah-olah mengangkatkan tubuh pada orang yang

mendekatnya. Hentakan dan gerakan seperti mengenjang pada lengan dan tangan

disertai tangis yang kuat.

e) Tonick neck reflek

Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila bayi ditengkurapkan ia akan

spontan memiringkan kepala.

E. NIFAS

1. Definisi Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira – kira 6 minggu (Saifuddin, 2010). Masa nifas adalah masa setelah keluarnya

plasenta sampai alat – alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal

masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).

2. Tahapan Masa Nifas

Menurut Ambarwati (2010), masa nifas dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1) Puerpurium dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam

agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerpurium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat – alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu.

3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil

atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa

berminggu – minggu, bulan, tahunan.

3. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjugan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi

baru lahir, dan untuk mencegah, men-deteksi, dan menangani masalah – masalah yang

terjadi (Saifuddin, 2008).

Tabel 2.4 Asuhan kunjugan masa nifas normal

Kunjungan Waktu Tujuan


I 6 – 8 jam setelah - Mencegah perdarahan masa

persalinan nifas karena atonia uteri.

- Pemantauan keadaan umum

ibu.

- Melakukan hubungan antara

bayi dan ibu (Bonding

Attachment).

- ASI eksklusif.
II 6 hari setelah - Memastikan involusi uterus

persalinan berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah

umbilicus dan tidak ada tanda

– tanda perdarahan abnormal.

- Memastikan ibu mendapat

istirahat yang cukup.

- Memastikan ibu mendapat

makanan yang bergizi.


- Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak

mamperlihatkan tanda–tanda

penyulit.
III 2 minggu setelah - Memastikan involusi uterus

persalinan berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah

umbilicus dan tidak ada tanda

– tanda perdarahan abnormal.

- Memastikan ibu mendapat

istirahat yang cukup.

- Memastikan ibu mendapat

makanan yang bergizi.

- Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak

mamperlihatkan tanda–tanda

penyulit.
IV 6 minggu setelah - Menanyakan pada ibu

persalinan tentang penyulit – penyulit

yang ia alami.

- Memberi konseling untuk KB

secara dini, imunisasi, senam

nifas, dan tanda – tanda

bahaya yang dialami oleh ibu

dan bayi.

4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


1) Perubahan sistem reproduksi

a) Uterus

Involusi uterus merupakan suatu porses kembalinya uterus ke keadaan

sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera

setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot polos uterus (Ambarwati,

2010).

Tabel 2.5 Perubahan uterus masa nifas

Involusi TFU Berat uterus Diameter uterus Palpasi cervik

uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/Lunak
7 hari Pertengahan 500 gr 7,5 cm 2 cm

pusat-simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm menyempit
(Ambarwati, 2010)

b) Lochea

Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina

selama puerperium (Varney, 2007).

1. Lochea Rubra

Lochea ini muncul pada hari ke 1-4 masa post partum. Cairan yang keluar

berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.

2. Lochea Sanguinolenta.

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung

dari hari ke 4 sampai ke 7 post partum.

3. Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit

dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 post

partum.

4. Lochea Alba

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan

serabut jaringan yang mati. Lochea ini berlangsung selama 2-6 minggu post

partum. (Ambarwati, 2010).

c) Vagina

Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali.

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti

ukuran sebelum hamil pada minggu ke 6-8 setelah melahirkan. Rugae akan

terlihat kembali pada minggu ke 3 atau ke 4. Esterogen setelah melahirkan

sangat berperan dalam penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae

kembali (Maryunani, 2009).

2) Perubahan sistem perkemihan

Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan,

kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum (Varney, 2007). Kandung

kemih dalam puerperium sangat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga

kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine residual

(Ambarwati, 2010)

3) Perubahan Gastrointestinal

Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya

makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. Wanita
mungkin menahan defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia

kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika melakukan

defekasi (Varney, 2007).

4) Perubahan musculoskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan

secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna

terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan (Ambarwati, 2010).

5) Perubahan endokrin

a) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG menurun

dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum

dan sebagai onset pemenuhan mamae pasca hari ke-3 post partum.

e) Hormon pituitary

Prolaktin darah akan mengikat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusi,

prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada

fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi

terjadi.

f) Hypotalamik pituitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor

menyusui. Seringkali menstruasi per-tama ini bersifat anovulasi karena rendahnya

kadar esterogen dan progesteron.

g) Kadar esterogen
Seleteh persalinan, terjadi penurunan kadar esterogen yang bermakna sehingga

aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar

mamae dalam menghasilkan ASI.

(Sulistyawati, 2009)

6) Perubahan tanda – tanda vital

a. Suhu

Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode

intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum (Varney, 2007).

b. Nadi

Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa

jam pertama pascapartum. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerpurium, hal

tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi/ hemoragi pascapartum

lambat (Varney, 2007)

c. Tekanan darah

Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Penurunan

takanan darah bisa mengindikasikan adanya hipovolemia yang berkaitan dengan

hemorhagi uterus. Peningkatan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg yang disertai

dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami

preeklamsia (Maryunani, 2009).

d. Pernafasan

Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam

setelah melahirkan (Maryunani, 2009).

7) Adaptasi Psikologis Masa Nifas


1)    Taking in

 Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu meng-harapkan

segala kebutuhan tubuhnya terpenuhi orang lain.

 Berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, dimana fokus perhatian

ibu terutama pada dirinya sendiri.

 Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan keter-libatannya

dalam tanggung jawabnya.

 Pada waktu ini, ibu yang baru melahirkan memerlukan perlin-dungan dan

perawatan.

 Pada waktu ini, ibu menunjukan kebahagiaan yang sangat dan sangat

sengang untuk menceritakan tentang pengalamanya melahirkan.

 Fase ini ibu lebih cenderung pasif terhadap lingkungannya dikarenakan

kelelahan.

 Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan agar ibu cepat

pulih.

2) Taking hold

 Pada fase taking hold, secara bergantian timbul kebutuhan ibu untuk

mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan

untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri.

 Pada fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

 Pada fase ini, ibu sudah mulai menunjukan kepuasan (terfokus pada

bayinya).

 Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan bagi dirinya dan juga

bayinya.

 Ibu mudah didorong untuk melakukan perawatan bayinya.


 Pada fase ini, ibu berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh

kesempatan belajar dan berlatih tetang cara pera-watan bayi dan ibu

memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung.

 Fase ini sangat tepat bagi bidan untuk memberikan pendidikan kesehatan

tentang hal yang diperlukan bagi ibu dan bayinya.

3) Leting go

 Fase ini merupakan fase penerima tanggung jawab akan peran barunya,

berlangsung setelah hari ke 10 pasca melahirkan.

 Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

 Keinginan ibu untuk merawat diri dan bayinya sangat meningkat pada

fase ini.

 Terjadi penyesuaikan dalam hubungan keluarga untuk mengob-servasi

bayi.

 Hubungan antar pasangan memerlukan penyesuaikan karena adanya

anggota keluarga baru.

(Maryunani, 2009)

Anda mungkin juga menyukai