Anda di halaman 1dari 15

Makalah Ergonomi

PRINSIP PENGETASAN MASALAH CUMULATIVE TRAUMA DISORDER

OLEH
KELOMPOK 12
ANGGUN P GOLDAMERTA

(C131 12 261)

TONNY N FIRMANSYAH

(C131 12 265)

NURUL MUCHLISA

(C131 12 251)

PUTRY ANTI

(C131 12 286)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
1

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL1
DAFTAR ISI2
BAB I Pendahuluan
A. CTD
a. Pengertian CTD.........3
b. Faktor Penyebab CTD..............4
c. Prinsip Pencegahan CTD ..............................................................6
BAB II Kasus-kasus CTD
A
B
C
D
E
F
G
H

Tendinitis / Tenosynovitis7
Epicondylitis...8
CTS..9
De Quervein Disease9
TOCS..11
Tension Neck Syndrome.12
Occupational Back Pain..12
Sick Building Syndrome..13

DAFTAR PUSTAKA 16

BAB I
PENDAHULUAN
2

A. CTD
a. Pengertian CTD
CTD atau Cumulative Trauma Disorders adalah kondisi di mana salah
satu bagian tubuh mengalami cedera akibat penggunaan berulang atau
akibat adanya trauma. Definisi CTD melibatkan 3 konsep; cedera itu
sendiri pada jaringan lunak tubuh biasanya oto,tendon, dan saraf.
Gejala dari cedera ini adalah nyeri, peradangan dan penurunan fungsi
bagian tubuh yang terkena.
b. Faktor Penyebab CTD
1) Faktor Pekerjaan
- Gerakan berulang
Gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulangulang terutama pada saat bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi
terhadap timbulnya CTDs. Tingkat risiko akan bertambah jika pekerjaan
dilakukan dengan tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan
waktu pemulihan kurang.
- Sikap paksa tubuh
Sikap tubuh yang buruk dalam bekerja baik dalam posisi duduk
maupun berdiri akan meningkatkan risiko terjadinya CTDs. Posisiposisi tubuh yang ekstrim akan meningkatkan tekanan pada otot,
tendon dan syaraf.
- Manual handling
Salah satu penyebab terjadinya cedera muskuloskeletal adalah
pekerjaan manual handling. Manual handling adalah pekerjaan yang
memerlukan penggunaan tenaga yang besar oleh manusia untuk
mengangkat,

mendorong,

menarik,

menyeret,

melempar,

dan

membawa.
- Peralatan kerja tidak sesuai
Penggunaan alat-alat yang menekan tajam ke telapak tangan
dan menimbulkan iritasi pada tendon bisa menyebabkan terjadinya
CTDs. Cara memegang alat atau benda dengan menekankan jari-jari
ke ibu jari atau membawa benda dengan posisi pegangan pada titik
yang jauh dari pusat gravitasinya juga bisa menimbulkan CTDs.
2) Faktor lingkungan
- Getaran mekanis
Getaran atau vibrasi adalah suatu gerakan osilatoris dalam area
frekuensi infrasonik dan sebagian dalam rentang frekuensi suara yang
bisa didengar manusia. Respon tubuh manusia terhadap getaran

sangat bergantung pada bagian atau anggota-anggota tubuh yang


terpapar. Semakin kecil bentuk anggota tubuh maka semakin cepat
gerakan atau getaran yang ditimbulkan dan semakin tinggi frekuensi
resonansinya.
- Mikroklimat
Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat
menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga
gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot
menurun.
3) Faktor manusia/pekerja
- Umur
Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada
umur 30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas.
Hal ini disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan
ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada
otot meningkat.
-

Jenis kelamin
Otot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan

kekuatannya hanya dua pertiga (60%) daripada otot-otot pria terutama


otot lengan, punggung dan kaki. Dengan kondisi alamiah yang
demikian maka wanita mempunyai tingkat risiko terkena CTDs lebih
tinggi. Perbandingan keluhan otot antara wanita dan pria adalah 3
dibanding 1.
-

Ukuran tubuh / antropometri


Meskipun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan

dan massa tubuh mempengaruhi terjadinya keluhan otot. Misalnya


wanita yang gemuk mempunyai risiko keluhan otot dua kali lipat
dibandingkan wanita kurus. Ukuran tubuh yang tinggi pada umumnya
juga sering menderita sakit punggung. Kemudian orang-orang yang
mempunyai ukuran lingkar pergelangan tangan kecil juga lebih rentan
terhadap timbulnya CTDs.
-

Kesehatan / kesegaran jasmani


4

Pada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada orang


yang mempunyai cukup waktu istirahat dalam aktivitas sehari-harinya.
Laporan dari NIOSH menyebutkan bahwa tingkat kesegaran tubuh
yang rendah mempunyai tingkat keluhan 7,1%, tingkat kesegaran
tubuh sedang 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi sebesar 0,8%.

c. Penanganan CTD
i. Posisikan tubuh Anda dengan benar ketika sedang duduk,
karena bila posisi tubuh kita salah akan mengakibatkan kita
ii.

cepat merasa lelah.


Usahakan agar beristirahat yang cukup ketika RSI terjadi
pertama kalinya, walaupun kadang-kadang RSI bisa hilang
secara spontan, karena tanpa adanya perawatan tersebut RSI
bisa berlanjut sampai bertahun-tahun bahkan sampai harus
dengan tindakan operasi. Lemaskanlah otot-otot dengan

iii.

meregangkan jari-jari tangan kurang lebih 5 menit.


Gunakanlah peralatan-peralatan kantor yang nyaman dan enak
dipakai yang tidak menyebabkan cepat lelah saat dipakai dan

iv.

tentunya tidak mengandung radiasi yang berlebihan.


Saat mengetik, jangan tempelkan pergelangan tangan pada
permukaan apa pun, seperti meja, keyboard atau bahkan wrist
rest. Biarkan mengambang agar saraf tengah tidak mengalami
tekanan sehingga menimbulkan sakit dan pegel. Posisi jari
idealnya tidak terlalu menekuk agar tidak cepat kaku. Jangan
memaksakan jari tangan untuk menekan tombol yang jauh dari
jangkauan. Kurangi menggunakan satu tangan untuk menekan
dua tombol secara bersamaan.

BAB II
6

KASUS-KASUS CUMULATIVE TRAUMA DISORDER


A. Tendinitis / Tenosynovitis
a. Pengertian
Peradangan atau iritasi pada tendon , yaitu salah satu dari urat berserat
tebal yang menempel otot ke tulang. Kondisi ini menyebabkan rasa sakit
dan nyeri di sekitar persendian. Tendinitis dapat terjadi di salah satu
tendon dari tubuh Anda dan yang paling umum di sekitar siku bahu,
pergelangan tangan dan tumit.
b. Etiologi
1. Trauma,
2. Overuse
3. Pembebanan yang berlebihan pada tendon
c. Pencegahan
1. Adanya jarak waktu dalam melakukan gerakan yang berulang-ulang.
2. Tidak mengangkat beban yang terlalu berat dalam jangka waktu yang
lama dan berulang.
d. Penangangan
Untuk meringankan gejalanya, biasanya daerah yang terkena
diistirahatkan, dipasang bidai atau gips serta dilakukan pemanasan atau
pendinginan. Pemberian obat anti peradangan non-steroid (misalnya
Aspirin atau ibuprofen) selama 7-10 hari bisa mengurangi nyeri dan
peradangan.
Pada jari pelatuk kadang kortikosteroid dan obat bius lokal disuntikkan
ke dalam selubung tendon. Penyuntikan bisa menyebabkan serangan
yang berlangsung kurang dari 24 jam; serangan ini bias diobati dengan
kompres dingin dan obat pereda nyeri. PENANGANAN mungkin harus
diulang setiap 2-3 minggu selama 1-2 bulan sebelum peradangan
sembuh total.
Tendinitis menahun dan menetap (seperti yang terjadi pada artrtis
rematoid), mungkin harus diatasi dengan tindakan pembedahan untuk
mengangkat daerah yang meradang dan setelah pembedahan dilakukan
terapi fisik. Pembedahan biasanya dilakukan untuk mengobati jari pelatuk
menahun atau untuk membuang endapan kalsium pada tendinitis
menahun.

B. Epicondylitis
a. Pengertian
Epicondilitis adalah peradangan yang terjadi pada epicondilus
yang menyebabkan nyeri.
b. Etiologi
1. Trauma
2. Overuse
3. Strain
4. Pembebanan yang berlebih
c. Pencegahan
1. Melakukan pemanasan atau peregangan sebelum melakukan
aktivitas berat atau berulang.
2. Juga batasi lamanya permainan atau aktivitas secara terus
menerus, dan gunakan teknik yang tepat.
d. Penanganan
1. Streching
2. Perawatan konservatif mencakup perubahan aktivitas, perbaikan
ergonomi yang lebih baik dalam kasus tennis elbow di tempat
kerja, analgesik, latihan peregangan, penguat dan injeksi topikal
steroid.
3. Apabila perawatan konservatif tidak berhasil, Ada berbagai pilihan
operasi yang tersedia, termasuk membedah tendon yang sakit
dengan eksisi pada jaringan yang rusak, penggunaan artroskopik,
dan teknik terbaru yang merangsang peningkatan pasokan darah
ke bagian yang sakit.

C. CTS
a. Pengertian
Sindrom

terowongan

karpal

(carpal

tunnel

syndrome)

merupakan salah satu jenis cumulative trauma disorders (CTD) yang


disebabkan karena terjebaknya saraf medianus dalam terowongan
karpal pada pergelangan tangan, yang ditandai oleh gejala rasa
kesemutan, nyeri, kebas pada jari-jari dan tangan di daerah persarafan
saraf medianus.
b. Etiologi
Penyebab dari CTS belum diketahui sepenuhnya, tetapi
kemungkinan besar karena aspek mekanikal injury di dalam carpal
tunnel. Seperti overuse di tempat kerja. Pekerjaan yang menggunakan
pergelangan tangan secara berulang, pekerjaan yang terfokus pada
kekuatan di tangan, tekanan yang lama pada dasar atau bagian yang
terkena CTS. Contohnya menjahit, pengepack (barang berat), penulis
skenario, sekretaris (mengetik),
c. Pencegahan
d. Penanganan
1. Bidai atau splint : Burk menemukan tekanan intratunnel terendah
dengan posisi wrist mendekati neutral, lebih spesifik dengan wrist
fleksi 2 dan ulnar deviasi 3. Burk merekomendasikan posisi ini
untuk mengontrol splinting wrist.
2. Istirahat : gunakan posisi nyaman dan intensitas kerja dikurangi
D. De Quervein Disease
a. Pengertian
De Quervain Syndrome adalah suatu bentuk peradangan yang
disertai rasa nyeri dari selaput tendon yang berada di sarung synovial,
yang menyelubungi extensor pollicis brevis dan abductor pollicis
longus (Appley & Solomon,1995).
Tendinosis de Quervain terjadi ketika tendon di
sekitar dasarjempol jengkel atau dibatasi. Kata "tendinosis" mengacu p
adapembengkakan tendon. Pembengkakan tendon, dan selubungtend
on, dapat menyebabkan rasa
pergelangan

tangan ibu

pembentukan kepalan

sakit dan nyeri di sepanjang sisi


jari. Hal ini terutama terlihat ketika

tangan, menggenggam atau mencengkeram

sesuatu, atau ketika memutar pergelangan tangan.


9

b. Etiologi
1. Penggunaan sendi yang berlebihan atau overuse (terutama pada
ibu jari). Gangguan ini biasanya terjadi setelah menggunakan
pergelangan tangan berulang-ulang. Gejala utama adalah rasa nyeri
pada samping ibu jari pada pergelangan tangan dan dasar ibu jari, saat
menggenggam atau melakukan apapun dengan pergelangan tangan.
2.

Luka langsung pada pergelangan tangan atau tendon. Bekas luka

menimbulkan bekas yang dapat membatasi pergerakan tendon.


3.

Penyakit reumatoid arthritis. Penyakit reumatoid arthritis juga

merupakan penyebab dari de quervain syndrome karena banyak


pekerjaan yag melibatkan banyak pergerakan tangan seperti misalnya
tukang kayu, pekerja kantoran, dan pemain alat musik.
4. Posisi pergelangan tangan dan tangan yang tidak biasa. Posisi
pergelangan tangan dan tangan yang tidak biasa seperti pada orang
tua baru yang menggendong anaknya juga dapat memicu kondisi ini.
c. Penanganan
Peran fisioterapi dalam kasus ini adalah memberikan splint atau
pembidaian, tujuan adalah mengistirahatkan sendi dan mengurangi
gerakan yang memunculkan nyeri terutama ketika melakukan aktivitas
yang melibatkan tangan terutama ibu jari.
Terapi Latihan
a.
Aktif
Pasien diminta untuk melakukan gerak aktif pada ibu jari kanan dan kiri
ke arah fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi.
b.
Pasif
Gerak pasif ini dilakukan oleh terapis, dimana terapis menggerakan ibu
jari pasien kanan dan kiri ke semua arah fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi
c.
Isometrik
Terapis memberikan tahanan yang berlawanan dengan arah gerakan
yang dilakukan pasien (fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi).
d.
Stretching
1) Posisi Pasien
: duduk senyaman mungkin dengan tangan kiri
disuport bantal.
2) Posisi Terapis

: terapis berada didepan pasien. Tangan kiri

terapis memfiksasi di sendi wrist dan tangan terapis yang kanan


menggenggam ibu jari kiri dari persendian carpometacarpal. Terlebih
10

dahulu pasien diberikan penjelasan mengenai manfaat latihan yang


diberikan.
3) Pelaksanaan

: ini dilakukan oleh batuan terapis dalam posisi ini

pasien dan terapis yang telah dibahas, maka pelaksanaan terapi di


mulai dengan terapis memberikan contoh terlebih dahulu, satu persatu
dari 2 gerakan yang akan diberikan. Selanjutnya pasien mengikuti dan
mulai melakukan gerakannya satu persatu. Terapis memberikan
dorongan ke

arah

fleksi

dan

adduksi

pada

persendian

carpometacarpal sebanyak sepuluh kali pengulangan dengan bertahan


pada posisi meregang selama 10 detik.
E. TOCS
a. Pengertian
Thoracic Outlet Compression Syndrome (TOCS) adalah suatu
gangguan yang disebabkan oleh penekanan dari pembuluh darah dan
saraf di area shoulder girdle, cervical, dan thoracal. Patologi ini
merupakan nama jenis untuk suatu keseluruhan keluhan yang disebabkan
oleh tekanan atau pengedangan pada plexus brachialis.
b. Etiologi
1. Trauma,
2. Aktivitas pekerjaan berulang,
3. Faktor predisposisi anatomi,
4. Dan beberapa penyakit sistemik (misalnya, diabetes, penyakit
tiroid)
c. Pencegahan
1. Berhati-hati dalam beraktivitas dan bekerja untuk mencegah
cedera.
2. Melatih kekuatan otot di sekitar bahu dan leher akan memperkecil
kemungkinan terkena cedera akibat gerakan atau aktivitas.
3. Kenali batasan kemampuan Anda. Jangan lakukan aktivitas yang
dapat mencederai Anda
d. Penanganan
1. Stretching exercise pada m.scalenus
2. AROM
Kepala, bahu, elbow&wrist pada semua gerakan
3. Latihan aktif resisted
Pada kelompok ototyang mengalami kelemahan
F. Tension Neck Syndrome
a. Pengertian
Tension neck syndrome merupakan nyeri yang terjadi pada leher yang
biasanya ditandai dengan leher yang kaku/tegang serta sakit kepala.
11

b. Etiologi
1. Stress
2. Kurang tidur
3. Lelah
4. Otot tegang
5. Cedera kepala/ leher
6. Pekerjaan Keras (lembur)
7. Postur yg buruk
8. Tekanan darah tinggi
9. Peminum alkohol
c. Pencegahan
d. Penanganan
1. Chin tuck, dekatkan dagu ke leher guna melatih otot-otot serta
upaya mengkoreksi postur.
2. Upper trapezius dan scalene strech
3. Neck isometric exercise
4. Neck Range Of Motion
G. Occupational Back Pain
a. Pengertian
Nyeri punggung yang diakibatkan karena adanya beban kerja yang
berlebih sehingga mengakibatkan nyeri punggung
b. Etiologi
1. Force. Exerting too much force on your back such as by lifting
or moving heavy objects can cause injury.
2. Repetition. Repeating certain movements can lead to muscle
fatigue or injury.
3. Posture. Membungkuk berlebihan exaggerates your back's natural
curves, which can lead to muscle fatigue and injury.
c. Pencegahan

Lakukan aktivitas fisik setiap


hari
Jaga postur tubuh
Angkat barang dengan posisi
yang benar
Modifikasi pekerjaan yang
berulang
Dengarkan tubuhmu
d. Penanganan
1. Hot pack
12

2. Elektroterapi
3. Manual Therapy
4. Exercise Therapy
H. Sick Building Syndrome
a. Pengertian
Sekumpulan gejala yang timbul saat seseorang bekerja dalam
suatu ruangan tetapi tidak bisa dijelaskan dengan pasti apa penyebabnya,
keluhan bisa timbul di satu area tertentu atau diseluruh gedung dan gejala
tsb hilang saat pekerja meninggalkan gedung tempat kerjanya.Sick
building sydrome umumnya terjadi diperkantoran yang berada di
gedung-gedung tinggi.
b. Etiologi
1. Ventilasi Tidak Cukup: Standar ventilasi pada sebuah gedung yaitu
kira-kira 15 kaki berbentuk kubus sehingga udara luar dapat masuk
dan menyegarkan penghuni di dalamnya tidak semata-mata untuk
melemahkan dan memindahkan bau. Dengan ventilasi yang tidak
cukup,

maka

proses

pengaturan

suhu

tidak

secara

efektif

mendistribusikan udara pada penghuni ruangan sehingga menjadi


faktor pemicu timbulnya SBS.
2. Zat Pencemar Kimia Bersumber Dari Dalam Ruangan: Polusi
udara dalam ruangan bersumber dari dalam ruangan itu sendiri,
seperti bahan pembersih karpet, mesin foto kopi, tembakau dan
termasuk formaldehid.
3. Zat Pencemar Kimia Bersumber Dari Luar Gedung: Udara luar
yang masuk pada suatu bangunan bisa merupakan suatu sumber
polusi udara dalam gedung, seperti pengotor dari kendaraan
bermotor, pipa ledeng lubang angin dan semua bentuk partikel baik
padat maupun cair yang dapat masuk melalui lubang angin atau
jendela dekat sumber polutan. Bahan-bahan polutan yang mungkin
ada dalam ruangan dapat berupa gas karbon monoksida, nitrogen
dioksida dan berbagai bahan organik lainnya bersumber dari luar
gedung. Karbon monoksida dapat timbal pada berbagai proses
pembakaran, seperti pemanas ruangan. Gas CO juga dapat masuk
ke dalam ruangan melalui asap mobil dan kendaraan lain yang lalu
lalang di luar suatu gedung. Kadar CO yang tinggi akan berakibat
buruk pada jantung dan otak. Nitrogen oksida juga dapat keluar

13

pada proses memasak dengan kompor gas. Gas ini dapat


menimbulkan kerusakan di saluran nafas di dalam paru.
4. Zat Pencemar Biologi: Bakteri, virus dan jamur adalah jenis
pencemar biologi yang berkumpul di dalam pipa saluran udara dan
alat pelembab udara serta berasal dari alat pembersih karpet.
Mikroorganisme yang berasal dari dalam ruangan misalnya bakteri
dan jamur.
c. Pencegahan
Menurut Health and Safety Executive (HSE) untuk mencegah SCS
perlu:
1. Melakukan survey pekerja untuk melihat apakah jumlah gejala
yang timbul lebih tinggi dari yang diharapkan.
2. Memeriksa kebersihan umum bangunan, mesin pembersih, dan
penggunaan serta penyimpanan alat-alat kebersihan.
3. Periksa suhu, ventilasi, dan alat pelembab udara.
4. Setelah langkah awal untuk mengatasi masalah telah dilakukan,
kembali lakukan survey pekerja untuk mendampatkan asesmen
lengkap dari lingkungan kerja.
d. Penanganan
1. Lakukan pengukuran Indoor Air Quality untuk memastikan kualitas
udara dalam ruangan.
2. Perbaiki sistem ventilasi
3. Hilangkan atau pindahkan sumber kontaminan, misalkan : dilarang
merokok

dalam

ruang

kerja,

menggunakan

bahan-bahan

pembersih ruangan di hari libur sehingga saat karyawan kembali


bekerja kadar bahan pembersih udara sudah turun, simpan bahanbahan mudah menguap dalam wadah tertutup rapat, dst.
4. Menambahkan tanaman hijau di ruang kerja

14

DAFTAR PUSTAKA

Tana, Lusianawaty. 2003. Sindrom Terowongan Carpal Pada Pekerja: Pencegahan


dan Pengobatannya. (online), (http://www.univmed.org, diakses 21 November
2014).
_____. ______. (online), (Sick Building Syndrome_Doctor_ Patient.co.uk.htm,
diakses 21 November 2014).
_____. ______. (online), (http://www.digilib.esaunggul.ac.id, diakses 21 November
2014).
_____. ______. (online), (http://www.calmclinic.com/anxiety/symptoms/neck-pain ,
diakses 20 November 2014).
_____. ______. (online), (http://www.scribd.com/mobile/doc/125105020 , diakses
20 November 2104).
_____. ______. (online), (http://indonesian.orthopaedicclinic.com.sg, diakses 20
November 2014).
_____. ______. Prevention and Management of Occupational Related LBP (online),
(http://physio-pedia.com, diakses 20 November 2014).
_____. ______. (online), (http://konsulhiperkes.wordpress.com/2008/.../cumulativetrauma-disorers-ctds/, diakses 20 November 2014).

15

Anda mungkin juga menyukai