Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM

TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS)

Kasus “Kronik Spondylosus Lumbal”

Oleh :

Nama : Khairunizah
NIM : PO714241221021
Prodi : D4 Fisioterapi Tk.2

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
DIPLOMA IV
2023
LAPORAN PRAKTIKUM TRANSCUTANEUS ELECTRICAL
NERVE STIMULATION (TENS)

A. Patologi Kasus
1. Definisi
Spon Dilo Berasal Dari bahasa Yunani Yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis
bisa diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan Ciri khas bertambahnya degenerasi
diskus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak , atau bisa berarti
pertumbuhan berlebihan dari tulang yang terutamater membiarkan sebuah di aspek semut eri atau
lateral dan kaudal ang dan posterior dari tepi unggul dan tidak maju vertebra centralis ( corpus ).
Spondylosis Lumbalis biasanya terjadi pada usia 30-45 tahun namun pagar banya terjadi pada usia
45 tahun dan lebih banyak terjadi pada wanita dari laki-laki .Perubahan degeneratif pada lumbalis
bisa bersifat sebagai imptomatik ( tanpa gejala) dan simptomat (muncul gejala / keluhan).

2. Etiologi
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degeneratif pada corpus vertebra atau diskus
intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita. Faktor utama yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang
lama dan kebiasaan postur yang jelek. Pada faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak
dialami oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga berperan dalam menyebabkan
perkembangan spondylosis lumbar

3. Patogenesis
Bila usia bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang belakang, yang
terdiri dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan ke semua arah dari anulus
fibrosus. Anulus mengalami klasifikasi dan perubahan hipertrofik terjadi pada pinggir tulang korpus
vertebra, membentuk osteofit atau spur atau taji. Dengan penyempitan rongga intervertebra, sendi
intervertebra dapat mengalami subluksasi dan menyempitkan foramina intervertebra, yang dapat
juga ditimbulkan oleh osteofit (Mansjoer dkk, 2005). Perubahan patologi yang terjadi pada diskus
intervertebralis antara lain: (a) annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar
dan muncul retak pada berbagai sisi, (b) nucleus pulposus kehilangan cairan, (c) tinggi diskus
berkurang, (d) perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat
hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala (Yulianza, 2013). Sedangkan pada corpus
vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan
mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi
dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya brush fracture.Pada
ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama padadaerah yang sangat
mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, durameter dari spinalcord membentuk suatu
selongsong mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi
canalis intervertebralis. Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan
perubahan pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama
sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan mengurangi
lumen pada foramen intervertebralis.

4. Tanda dan Gejala


 Rasa sakit muncul dan hilang
 Rasa sakit lebih sering muncul saat melakukan aktivitas
 Sensasivitas punggung pada bagian bawah
 Keseimbangan tubuh berkurang
 Kesulitan berjalan dengan normal
 Mati rasa
 Terkadang muncul gejala sulit buang air kecil dan air besar

B. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Alat : https://shorturl.at/bBRX7
2. Persiapan Pasien : https://shorturl.at/bowy9
3. Teknik Pelaksanaan : https://shorturl.at/hlvO5

Kasus Kronik Spondylosus Lumbal


Nilai VAS : 6,4 1. Posisi pad elektrode :Bipolar Series

2. Metode pemasangan pad elektrode : Pad diletakkan


dengan posisi bipolar series dan di letakkan di sekitar area
spondylosus lumbal

3. Pemilihan dosis :
a. Bentuk arus TENS : Burst

b. Bentuk gelombang : Asymetric

c. Frekuensi : 110 Hz

d. Pulse Width : 300

e. Frekuensi Burst : 5 bps

f. Intensitas arus : 47.0 mA

g. Waktu : 25 menit

C. Evaluasi

Evaluasi
Alat Ukur
Sebelum Terapi Sesudah Terapi
KASUS-KASUS FISIOTERAPI :

1. Akut Sprain Ankle (VAS 8,6)


2. Kronik Sprain Ankle (VAS 5,2)
3. Akut Sprain Ligamen Collateral Medial Knee (VAS 9,3)
4. Akut Strain Tendon Achilles (VAS 7,6)
5. Akut Strain Gastrocnemius (VAS 7,2)
6. Akut Strain Hamstring (VAS 7,4)
7. Akut Contusio Quadriceps Femoris (VAS 7,8)
8. Akut Sprain Ligamen Cruciatum Knee (VAS 8,6)
9. Kronik Osteoarthritis Knee Joint (VAS 6,7)
10. Kronik Piriformis Syndrome (VAS 6,3)
11. Kronik Muscle soreness gastrocnemius (VAS 5,6)
12. Kronik Syndrome Tractus Iliotibial band (VAS 5,4)
13. Kronik Syndrome Pes Anserine Knee (VAS 6,2)
14. Kronik Tennis Elbow (VAS 6,3)
15. Kronik Shoulder Pain (VAS 6,4)
16. Kronik Tendinitis Bicipitalis (VAS 5,7)
17. Kronik Cervical Syndrome (VAS 6,7)
18. Kronik Spondylosis Lumbal (VAS 6,4)
19. Kronik Spondylosis Cervical (VAS 6,2)
20. Akut Non-spesific Low Back Pain (VAS 8,2)
21. Akut sprain wrist (VAS 8,5)
22. Kronik lesi meniskus knee (VAS 5,4)
23. Kronik Frozen Shoulder (VAS 5,8)
24. Kronik Ischialgia akibat HNP L4-L5 (VAS 7,8)
25. Kronik Brachialgia akibat Spondylosis/HNP C5-C6 (VAS 6,6)
26. Kronik myofascial pain upper trapezius (VAS 5,8)
27. Kronik myofascial pain rhomboid major et minor (VAS 5,4)
28. Akut tendinitis rotator cuff (VAS 7,2)
29. Kronik tendinitis rotator cuff (VAS 6,4)
30. Kronik myofascial pain gluteus medius et minimus (VAS 6,2)

Anda mungkin juga menyukai