Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif progresif pada sendi yang
dapat menyebabkan nyeri, kekakuan, dan berbagai gerakan menjadi terbatas. Osteoarthritis telah dilihat sebagai akibat dari cedera akut atau kronis atau terjadi berulang - ulang yang akhirnya menyebabkan keropos atau melemahnya sendi. Nyeri biasanya adalah gejala utama dari Osteoarthritis. Hal ini disebabkan oleh perubahan struktural dalam sendi, mikrofraktur tulang, dan intra artikular hipertensi akibat dari pembengkakan, hipertrofi synovial, dan menyertai sinovitis. Kekakuan sendi yang dihasilkan dari proses inflamasi ringan biasanya terjadi pada pagi hari dan berlangsung kurang dari 30 menit. Krepitasi biasa terjadi dalam berbagai gerakan terbatas, dan deformitas terjadi dari hasil pembentukan osteofit, remodeling tulang dan kehilangan tulang rawan. Fungsi dari osteofit sendiri adalah untuk mendukung dan menstabilkan gerak sendi, namun dapat juga menghasilkan rasa nyeri, krepitasi, dan penurunan lingkup gerak sendi. Seiring dengan krepitasi maka akan ada pula deformitas. Efusi dan peradangan tidak akan terlihat di Osteoarthritis. Terjadinya Osteoarthritis tergantung interaksi antara beberapa faktor, pada umumnya osteoarthritis dapat terjadi dari faktor usia lanjut, genetik, trauma, dan beban sendi karena obesitas. Banyak bukti bahwa obesitas merupakan sindrom kompleks dimana aktivitas abnormal neuroendokrin dan jalur pro-inflamasi berubah dari asupan makanan, Ekspansi lemak dan perubahan metabolik. Namun, leptin dapat juga diproduksi oleh osteoblas dan sel kondrosit. Tingkat signifikan, leptin yang diamati pada tulang rawan dan osteofit pada penderita Oseoarthritis sedangkan beberapa kondrosit diproduksi leptin dalam tulang rawan dari orang sehat. Leptin ditemukan dalam cairan synovial sendi Osteoarthritis yang berkolerasi. Sitokin, faktor biomekanika, dan enzim proteolitik menyebabkan derajat variable proses inflamasi synovial yang diatur oleh metalloproteinase dan kondrosit jalur sintesis kompensasi yang diperlukan untuk mengembalikan interitas matriks yang terdegradasi. (Pratama, 2019). Secara rinci patofisiologi dari osteoarthritis menurut Zaki 2013 dalam (Wijaya, 2018) bermula dari terjadinya kerusakan matriks ekstraselular pada tulang rawan sendi, sehingga tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Komposisi matriks ekstraseluler pada tulang rawan sendi yang berperan penting dalam menyokong fungsi sendi sebagai penahan beban mekanik. Degradasi komponen matriks merupakan mekanisme utama terjadinya osteoarthritis. Perubahan awal biokimia pada penyakit sendi degeneratif selalu diawali dari kartilago artikular, dimana hilangnya proteoglikan dari matrix sehingga kartilago melunak (chondromalacia) dan hilangnya elastisitas normal yaitu kemampuannya untuk shock absorbing. Ditambah kandungan kolagen berkurang sehingga mudah terjadi friksi dari fungsi sendi. Hal ini menyebabkan lapisan tangensial kartilago berakselerasi dan bagian vertikal dalamnya berpisah, dengan konsekuensinya terjadi fissuring dan fibrillation. Karakteristik fenomena pada penyakit ini banyak disebabkan aktivitas selular dan metabolik pada kartilago, tidak saja bertambah selularitas sel tetapi kondrosit tua sekali lagi mengalami pemisahan melewati proses mitosis sel. Hal ini mengaktifkan kondrosit mensintesa proteoglikan dan kolagen lebih cepat. Namun, kandungan proteglikan berkurang karena kerusakan progresif oleh protease lisosomal (cathepsin) dan metaloproteinase netral seperti kolagenase. Pada bagian tengah permukaan sendi lutut, dimana letak stress dan friksi paling besar, tulang subkondral mengalami eburnasi dan hipertrofi. Eburnasi adalah suatu proses dimana permukaan sendi yang harusnya dilapisi oleh kartilago artikuler, namun kartilago tersebut terkikis sampai tulang subkondral. Sehingga tulang subkondral menjadi permukaan sendi, yang kemudian menjadi halus dan mengkilat seperti gading. Proses hipertrofi tulang subkondral akan memberikan gambaran radiografik densitas tinggi (sklerotik). Sedangkan pada bagian pinggir atau perifer permukaan sendi lutut, stress yang diterima minimal. Hal ini menyebabkan tulang subkondral menjadi atrofi dan nampak gambaran radiografik densitas rendah (osteoporotik). Redistribusi stress biomekanik pada sendi akan menyebabkan remodeling tulang subkondral. Tulang akan terkikis pada bagian sentral tetapi terdeposit (oleh osifikasi endokondral lapisan dalam kartilago) di bagian perifer. Kejadian demikian akan memperparah inkongruenitas sendi dan siklus degenerasi. Oleh sebab tersebut di atas tulang subkondral merupakan patogenik mayor penting pada osteoarthritis. Pada ostearthtritis awal, dimana ditandai dengan stasis meduler aliran darah, pembengkakan vena dan hipertensi intraosseus. Tekanan yang berlebihan dan beban yang tinggi, terutama pada sendi yang menjadi tumpuan beban tubuh seperti panggul, akan menyebabkan fraktur mikro (fraktur mikro dalam kalsifikasi tulang rawan dan kerusakan pada tulang rawan artikular hialin dan tulang subkondral, dan terbentuknya lesi kistik pada sumsum tulang subkondral). Hal ini dikarenakan adanya degenerasi mukoid dan fibrinosa jaringan lokal akibat mikrofraktur trabekula. Vaskularitas yang meningkat karena reaksi tulang dalam ruang tertutup tersebut menjadi faktor penyebab timbulnya keluhan nyeri. Studi lainnya mengatakan bahwa pada fraktur tulang berkaitan dengan pengaktifan kembali pusat sekunder penulangan (osifikasi), dan osifikasi endokondal, dan keduanya menyebabkan penipisan tulang rawan artikular hialin dari bawah dan karena itu keduanya memainkan peran penting dalam etiopatogenesis kerusakan struktural Osteoarthritis. Fragmen kecil dari kartilago mati yang terlepas dapat mengambang di cairan sinovial sebagai benda asing (loose bodies). Namun biasanya fragmen tersebut cenderung menempel pada membran sinovial sehingga menyebabkan reaksi hipertrofi dan efusi sinovial. Cairan sinovial pada kondisi efusi demikian mengandung musin yang lebih tinggi dan memberikan gambaran viskositas yang meningkat. Kapsul fibrosa akan menebal dan fibrotik, yang akan menyebabkan keterbatasan gerak sendi.
DAFPUS :
Pratama, A., 2019. Intervensi Fisioterapi pada Kasus Osteoarthritis Genu di RSPAD Gatot Soebroto. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 1(2).