PERSALINAN NORMAL
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun padajanin (Prawirohardjo, 2002).
Periode intranatal atau sering disebut sebagai persalinan, adalah
suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar dari uterus, ditandai dengan
peningkatan aktivitas otot rahim (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir
darah (bloody show) dari vagina (Manurung, 2011 dalam Karjatin, 2016)
2. Komplikasi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
dimulainya tanda – tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan
serviks 3 cm pada primipara atau 5 cm pada multipara (Maryunani, 2013).
Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm yaitu, pada usia kehamilan
lebih dari 37 minggu maupun pada kehamilan preterm yaitu sebelum usia
kehamilan 37 minggu (Sujiyantini, 2009). Ketuban pecah dini merupakan
salah satu kelainan dalam kehamilan. Ketuban pecah dini merupakan
masalah penting dalam ilmu obstetri, karena berkaitan dengan penyulit
yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan maternal
maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin,
sehingga hal ini dapat meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia
(Soewarto, 2010).
Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah
atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah
usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi
organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi,
edema nondependen, dan dijumpai proteinuria 300mg per 24 jam atau
30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan
urin sewaktu (Brooks MD, 2011).
3. Etiologi
a. Teori keregangan : Keregangan otot rahim mempunyai batas tertentu
oleh karena itu setelah melewati batas tertentu akan terjadi kontraksi.
b. Teori penurunan progesteron : Proses penuaan plasenta, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, penyempitan pembuluh darah,
sehingga terjadi kebuntuan menyebabkan produksi progesteron
mengalami penurunan.
c. Teori oxcytoksin internal : Keseimbangan progesteron dan estrogen,
meningkatkan pengeluaran oxcytoksin dan mengakibatkan
peningkatan aktivitas kontraksi rahim.
d. Teori prostaglandin : Peningkatan prostaglandin sejak usia kehamilan
15 minggu dan prostaglandin sebagai pemicu terjadinya persalinan.
e. Tekanan kepala bayi pada ganglion cervikalis dan fleksus franken
house dapat menimbulkan kontraksi rahim dan reflek mengejan.
4. Faktor yang mempengaruhi
a. Power (kontraksi/HIS ibu)
Otot rahim atau myometrium berkontraksi dan memendek (relaksasi)
selama kala Ipersalinan. Kontraksi atau HIS yang perlu Anda kaji pada
ibu bersalin kala I adalah:
1) Frekuensi: dengan cara menghitung banyaknya kontraksi selama 1
menit (misalnya, terjadi setiap 3–4 menit).
2) Durasi: dengan cara menghitung lama terjadinya kontraksi,
tercatat dalam hitungan detik (misalnya, setiap kontraksi
berlangsung 45–50 detik).
b. Intensitas: Kekuatan kontraksi. Hal ini dievaluasi dengan palpasi
menggunakan ujung jari pada bagian fundus perut ibu dan
digambarkan sebagai:
1) Ringan: dinding rahim mudah menjorok selama kontraksi.
2) Sedang: dinding rahim tahan terhadap lekukan selama kontraksi.
3) Kuat: dinding rahim tidak dapat identifikasi selama kontraksi.
c. Passageway (Jalan lahir)
Bagian ini meliputi tulang panggul dan jaringan lunak leher
rahim/serviks, panggul, vagina, dan introitus (liang vagina).
d. Passenger (janin, plasenta dan ketuban)
Passenger/janin dan hubungannya dengan jalan lahir, merupakan
faktor utama dalam proses melahirkan. Hubungan antara janin dan
jalan lahir termasuk tengkorak janin, sikap janin, sumbu janin,
presentasi janin, posisi janin dan ukuran janin
e. Psikologis ibu
Jika cemas ibu berlebihan maka dilatasi/ pelebaran serviks akan
terhambat sehingga persalinan menjadi lama serta meningkatkan
persepsi nyeri. Jika ibu mengalami kecemasan maka akan
meningkatkan hormone yang berhubungan dengan stress seperti beta–
endorphin, hormone adrenocorticotropic, kortisol dan epineprin.
Hormon–hormon tersebut mempengaruhi otot polos uterus.Jika
hormon tersebut meningkat maka menurunkan kontraktilitas
(kontraksi) uterus.
f. Posisi Ibu
Posisi ibu melahirkan dapat membantu adaptasi secara anatomis dan
fisiologis untukbersalin.
5. Tanda Gejala
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifatsebagai berikut :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan.Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
2) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
3) Mempunyai pengaruh pada pembukaan cervix.
4) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan
kontraksi.Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada
servix (frekuensi minimal2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang
terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan
serviks.
b. Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dandarah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertaidengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaputjanin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darahterputus.
d. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dari jalan lahir. Hal initerjadi akibat
ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah
kalaupembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini
keluarnya cairanmerupakan tanda yang lambat sekali.
6. Fase Persalinan Normal
a. Kala I
Kala I dimulai dengan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur &meningkat (frekuensi & kekuatannya) hingga servix
membuka lengkap (10 cm). Kala I sendiri dibagi dalam 2 fase yaitu:
1) Fase Laten
Dimulai sejak awal berkontraksi hingga serviks membuka < 4
cm.Umumnya berlangsung hampir/ hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi meningkat (3x dalam 10 menit,
selama 40 detik).
b) Dimulai sejak pembukaan 4-10 dengan kecepatan 1 cm/ jam
pada primipara dan >1-2 cm/ jam pada multipara.
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
b. Kala II
Kala II dimulai ketika servik membuka 10 cm sampai lahirnya bayi.
Kala II juga dapat diketahui ketika kepala bayi terlihat melalui introtus
vagina.
Karakteristik:
1) Terjadi selama 50 menit pada primigravida dan 20 menit pada
multigravida.
2) Adanya peningkatan tekanan pada rektum/ vagina
3) Kontraksi terjadi semakin sering setiap 2 menit selama 60 menit.
4) Peningkatan pengeluaran bloody show.
5) Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.
c. Kala III
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai lepasnya plasenta dari
dinding rahim. Umumnya terjadi selama 5- 20 menit setelah bayi lahir.
Tanda lepasnya plasenta:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus.
2) Tali pusat memanjang.
3) Adanya semburan darah yang cepat dan singkat.
d. Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam
setelah plasenta lahir.
7. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan
prostaglandin, dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka
terjadi pemendekan segmen atas rahim dan penipisan segmen bawah
rahim. Penipisan segmen bawah rahim menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi,
ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi
menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat
menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian
akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim
bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas
secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain
mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi
bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi
infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan
progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif
dan produksi laktasi dimulai.
a. WOC
B. Penatalaksanaan Kasus
1. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Kala I
1) Bantu ibu jika tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan
2) Jika ibu merasa kesakitan, lakukan perubahan posisi dan sarankan
untuk berjalan- jalan.
3) Menjaga hak dan privasi klien.
4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi.
5) Gunakan kipas angin, berkan pakaian tipis jika ibu merasa panas.
6) Berikan cukup minum.
7) Ajurkan ibu berkemih sesering mungkin
b. Kala II
1) Beri dukungan mental kepada ibu
2) Menjaga kebersihan diri
3) Bila perlu beri massase untuk menambah kenyamanan pada ibu
4) Menjaga kandung kemih tetap kosong
5) Posisikan ibu
c. Kala III
1) Beri oksitosin sebanyak 10 iu
2) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting susu ibu atau susukan
bayi guna merangsang oksitosisn secara alamiah atau berikan
ergometrin 0,2 mg IM.
3) Lakukan penjepitan dan pemotongan pemotongan tali pusat
sesegera mungkin setelah lahir
4) Lakukan penegangan tali pusat
5) Setelah plasenta dan slaput ketuban lahir, lakukan massase fundus
uterus.
6) Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin
10 iu IM.
7) Periksa dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau
perbaiki episiotomi.
d. Kala IV
1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan 20-30 menit
selama jam kedua. Jika tidak ada kontraksi, massase uterus sampai
keras.
2) Periksa tekanan darah, nadi, kantong kemih dan perdarahan setiap
15 menit pada jam pertama dan 30 menit selama jam kedua.
3) Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi.
4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan ibu pakaian yang bersih dan
rapi
C. Fokus Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Kala I
1) Keluhan Utama
Keluarnya lendir disertai darah (bloody show), keluarnya air dari
kemaluan (air ketuban), nyeri pada darerah pinggang menjalar ke
perut, nyeri makin sering dan teratur.
2) Riwayat Obsentri
HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang. Kaji riwayat
kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong persalinan
lalu, kondisi bayisaat lahir. Kaji riwayat nifas lalu, masalah setelah
melahirkan, pemberian ASI dankontrasepsi.
b. Kala II
1) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan
kala II dimulai sejakpukul berapa, evaluasi terhadap tanda–tanda
persalinan kala II (dorongan meneran,tekanan ke anus, perineum
menonjol, dan vulva membuka).
2) Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan
serviks, status selaputamnion, warna air ketuban, penurunan
presentasi ke rongga panggul, kontraksimeliputi intensitas, durasi
frekuensi, relaksasi).
3) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
4) Respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan,
keinginan mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas
nyeri).
5) Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan
diulang pada menit kelima
c. Kala III
1) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
2) Kaji waktu pengeluaran plasenta,
3) Kondisi selaput amnion,
4) Kotiledon lengkap atau tidak.
5) Kaji HIS,
6) Kaji perilaku terhadap nyeri,
7) Skala nyeri,
8) Tingkat kelelahan,
9) Keinginan untuk bonding attachment,
10) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
d. Kala IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada
satu jam pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam
kedua ibu dimonitoring setiap 30 menit. Adapun yang dimonitoring
adalah, tekanan darah, nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria, jumlah
perdarahan per vagina, intake cairan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital meliputi tekanan
darah,nadi, suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat badan.
b. Tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir, sejak
kapandirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang
meningkat, waktukeluarnya cairan dari kemaluan, jernih atau keruh,
warna, dan jumlahnya.
c. Tinggi fundus uteri, Leopold I, II, II, dan IV
d. Kontraksi uterus ibu. Lakukan VT untuk mengetahuiderajat dilatasi
(pembukaan) dan pendataran serviks, apakah selaput ketubanmasih
utuh atau tidak, posisi bagian terendah janin.
e. Auskultasi DJJ.
3. Tes Diagnostik
a. Urin protein: mengetahui adanya preeklamsi
b. Gula darah: mengetahui apakah ibu mengalami diabetes gestasional
c. Darah lengkap terutama Hb
d. USG: mengetahui gambaran janin
D. Diagnosa Keperawatan
1. Kala I
a. Nyeri persalinan ybd dilatasi serviks dd ekspresi wajah nyeri
b. Ansietas ybd krisis situasional dd gelisah, wajah tegang
c. Risiko defisien volume cairan ybd asupan cairan kurang
2. Kala II
a. Nyeri persalinan ybd dd ekspresi wajah nyeri
3. Kala III
a. Risiko perdarahan ybd komplikasi pascapartum
4. Kala IV
a. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua
E. Intervensi Keperawatan dan Rasional
1. Kala I
a. Nyeri persalinan ybd dilatasi serviks dd ekspresi wajah nyeri
Rencana Tindakan Rasional
1. Lakukan manajemen nyeri 1. Penatalaksanaan yang baik
persalinan menjamin keberhasilan
a. Beri posisi yang nyaman a. Posisi yang nyaman
pada klien mengakibatkan perasaan
rileks
b. Ajarkan teknik napas b. Teknik napas dalam adalah
panjang salah satu cara untuk
mengatasi nyeri
c. Beri massase bila perlu c. Massage dapat meningkatkan
perasaan rileks dan
melancarkan peredarah darah
2. Monitoring dan evaluasi 2. Perubahan skala nyeri dapat
terhadap: diketahui dengan monitoring dan
evaluasi
a. Skala nyeri a. Skala nyeri dapat
mengindikasikan adanya
peningkata n intensitas nyeri
b. Tekanan darah b. Peningkatan intensitas nyeri
diikuti oleh peningkatan
tekanan darah
c. Nadi c. Intensitas nyeri dapat diikuti
oleh peningkatan jumlah nadi
d. Dilatasi serviks d. Dilatasi serviks sebagai tanda
adanya kemajuan proses
persalinan
e. Ekspresi wajah e. Ekspresi wajah adalah
gambaran subyektif klien
tentang nyeri yang dirasakan
f. Kontraksi uterin f. Kontraksi uterus merupakan
indikator adanya nyeri
persalinan
3. Beri edukasi tentang nyeri 3. Pengetahuan yang adekuat
persalinan merupakan modal bagi perilkau
sehat yang lebih permanen
a. Edukasi tentang proses a. Pengetahuan tentang proses
persalinan persalinan dapat
meningkatakan pengetahuan
klien tentang penyebab nyeri
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi meningkatkan
profesionalitas
a. Oksitosi bila perlu a. oksitosisn bekerja dengan
meningkatkan dilatasi
serviksi
DAFTAR PUSTAKA
Kehamilan 37-42 minggu
Proses persalinan