1. Konsep Penyakit
A. Definisi
Stroke infrak emboli adalah stroke yang terjadi oleh karena adanya
gumpalan darah atau bekuan darah yang berasal dari jantung, dan
kemudian terbawa arus darah sampai ke otak, kemudian menyumbat
pembuluh darah di otak. (Japardi,2002).
B. Anatomi
Gambar 1. Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak), terdiri atas
Sistem Saraf Pusat (SSP) diatas korda spinalis. Secara anatomis terdiri
dari cerebrum (otak besar), cerebellum (otak kecil), brainstem (batang
otak) dan sistem limbik (Smeltzer & Bare, 2010).
a. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks.
Korteks ditandai dengan sulkus (celah dangkal), fisura (celah
dalam) dan girus (permukaan hemisfer serebral yang memiliki
konvulsi) (Sloane, 2003). Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus,
yaitu:
1). Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang
lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar,
ekspresi bicara (area broca di hemisfer kiri), dan emosi. Bagian
ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus
presentralis (area motorik primer) yang mengendalikan
kontraksi otot volunter rangka dan terdapat area asosiasi
motorik (area premotor korteks) yang mengendalikan aktivitas
motorik yang terlatih dan berulang, seperti mengetik. (Sloane,
2003). Selain itu terdapat pula area sensori primer dalam girus
postsentral yang ertugas menerima informasi umum berkaitan
dengan nyeri, tekanan, suhu, dan propriosepsi dari tubuh.
Lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial,
berbicara, motivasi dan inisiatif (Smeltzer & Bare, 2010).
2). Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks
serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura lateral dan sebelah
posterior dari fisura parieto-oksipitalis (Sloane, 2003). Lobus
ini terdapat area auditori primer berfungsi untuk
mengitrepretasi auditori serta terdapar area wicara wernicle
yang terletah dalam bagain superior lobus temporal yang
berkaiatan dengan pengertian bahasa serta formulasi wicaea,
area wernicle tersebut berhubungan dengan area wicara broca.
Selain itu terdapat pula area olfaktori primer berkaitan dengan
indra penciuman. Secara umum lobus temporalis berperan
dalam mengatur daya ingat verbal, visual, pendengaran dan
berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi
(Smeltzer & Bare, 2010).
3). Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di
gyrus postsentralis (area sensorik primer). Terdaapat area
pengecap primer (gustatori) dimana berfungsi sebafgai persepsi
rasa, Area asosiasi somatik, yang berakitan dengan intrepretasi
bentuk dan tekstur suatu objek (fungsi peraba) (Sloane,2003).
Gambar 3. Brainstem
Otak terbagi menjadi Hemisfer kanan dan kiri. Hemisfer kanan bertugas
mengendalikan tubuh bagian kiri dan sebaliknya. Hemisfer otak
mengandung banyak nervus yang memiliki fungsi masing-masing dalam
kehidupan. Adapun letak nervus-nervus tersebut dalam hemisfer otak
dapat dilihat pada gambar berikut.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksan fisik neurologis
a. Saraf Cranial, Pemeriksan saraf cranial meliputi:
1). Nervus Olfaktorius/N I (sensorik)
Klien disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah
klien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk
hasil yang valid, lakukan dengan beberapa zat/bau-bauan yang
berbeda. Klien yang dapat mengenal semua zat dengan baik
disebut daya cium baik (normosmi). Bila daya cium kurang
disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali
disebut anosmi.
2). Pemeriksaan N. II : Optikus
Fungsi : Sensorik khusus melihat
Tujuan pemeriksaan :
a). Mengukur ketajaman penglihatan / visus menggunakaan
snellen
b). Pemeriksan lapangan pandangan menggunakan metode
konfrontasi dari donder 1.
c). Memeriksa keadaan papil optic.
3). Saraf okulomotoris (N. III)
Pemeriksaan meliputi ; Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil
a). Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan
maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada
titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah
satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada
mata yang lain, atau bila Klien mendongakkan kepal ke
belakang/ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau
mengangkat alis mata secara kronik pula.
b). Gerakan bola mata.
Klien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari
atau ballpoint ke arah medial, atas, dan bawah, sekaligus
ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia) dan dilihat
ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan
bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya
strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.
4). Pemeriksaan N. IV Trokhlearis Fungsi : Somatomotorik
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter
kecil. Yang diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran
pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil
bila ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran >5
mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil
(isikor/sama, aanisokor/tidak sama), dan reak pupil terhadap
cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak
ada kontraksi pupil). Dilihat juga apakah terdapat perdarahan
pupil (diperiksa dengan funduskopi).
5). Pemeriksaan N. V Trigeminus
Fungsi : Somatomotorik, somatosensory.
1. Bagian motorik mengurus otot-otot untuk mengunyah, yitu
menutup mulut, menggerakkan rahang ke bahwa dan
samping dan membuka mulut.
2. Bagian sensorik cabang Oftalmik mengurus sensibilitas
dahi, mata, hidung, kening, selaput otak, sinus paranasal
dan sebagian mukosa hidung.
3. Bagian sensorik cabang maksilaris mengurus sensibilitas
rahang atas, gigi atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus
maksilaris dan mukosa hidung.
4. Bagian sensorik cabang mandibularis mengurus sensibilitas
rahang bawah, bibir bawah, mukosa pipi, 2/3 bagian depan
lidah dan sebagian telinga, meatus dan selaput otak.
5. Cara pemeriksaan fungsi motorik :
a. Klien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan
kita raba m. Masseter dan m. Temporalis, perhatikan
besarnya, tonus serta bentuknya.
b. Kemudian Klien disuruh membuka mulut dan
perhatikan apakah ada deviasi rahang bawah.
c. Bila ada parise, maka rahang bawah akan berdeviasi
ke arah yang lumpuh
d. Cara pemeriksaan fungsi sensorik :
1. Diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri
dan suhu daerah yang dipersyarafi.
2. Periksa reflek kornea
6). Pemeriksaan N. VI Abdusen
Fungsi : Somatomotorik
Meninervasi m. Rektus eksternus (lateralis). Kerja mata ini
menyebabkan lirik mata ke arah temporal. Untuk N. III, IV dan
VI fungsinya saling berkaitan. Fungsinya ialah menggerakkan
otot mata ekstra okuler dan mengangkat kelopak mata. Cara
pemeriksaannya bersamaan, yaitu :
1. Memperhatikan celah matanya, apakah ada ptosis,
eksoftalmus dan strabismus/juling dan apakah ia cendrung
memejamkan matanya karena diplopia.
2. Untuk menilai m. Levator palpebra, Klien disuruh
memejamkan matanya, kemudia disuruh ia membuka
matanya.
3. Waktu Klien membuka matanya, kita tahan gerakan ini
dengan jalan memegang / menekan ringan pada kelopak
mata.
4. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan kelopak mata.
5. Untuk menilai pupil, perhatikan besarnya pupil pada kiri dan
kanan, apakah sama ukurannya, apakah bentuknya bundar
atau tidak rata tepinya.
7). Pemeriksaan N. VII FasialisFungsi : Somatomotorik,
viseromotorik, viserosensorik, pengecapan,
somatosensorik.Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat
Klien diam dan atas perintah (tes kekuatan otot) saat Klien
diam diperhatikan :
1. Asimetri wajah
2. Kelumpuhan nervus VII dapat menyebabkan penurunan
sudut mulut unilateral dan kerutan dahi menghilang serta
lipatan nasolabial, tetapi pada kelumpuhan nervus fasialis
bilateral wajah masih tampak simetrik
3. Gerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang
tetanus/rhisus sardonicus tremor dan seterusnya
4. Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)
5. Tes kekuatan otot
a). Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.
b). Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri)
kemudian pemeriksa mencoba membuka kedua mata
tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri.
c). Memperlihatkan gigi (asimetri)
d). Bersiul dan mencucu (asimetri / deviasi ujung bibir)
e). Meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan udara dari pipi
masing-masing.
f). Menarik sudut mulut ke bawah.
6. Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah)
Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang
disentuhkan pada salah satu sisi lidah.
8). Pemeriksaan N. VIII Akustikus/vestibulokoklealis
Fungsi : Sensorik khusus pendengaran dan keseimbangan
Cara Pemeriksaan syaraf kokhlerais :
a. Ketajaman pendengaran
b. Tes swabach
c. Tes Rinne
d. Tes weber
Cara untuk menilai keseimbangan :
Tes romberg yang dipertajam :
1. Klien berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain,
tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lain
2. Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup
3. Orang normal mampu berdiri dalam sikap romberg yang
dipertajam selama 30 detik atau lebih
Tes melangkah di tempat
1. Klien disuruh berjalan di tempat dengan mata ditutup,
sebanyak 50 langkah dengan kecepatan berjalan seperti
biasa
2. Suruh Klien untuk tetap di tempat
3. Tes abnormal jika kedudukan Klien beranjak lebih dari
1 m dari tempat semula atau badan berputar lebih 30
9). Pemeriksaan N. IX Glossofaringeus
Fungsi: Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik,
pengecapan, somatosensorik Cara pemeriksaan dengan
menyentuhkan tongs patel keposterior faring Klien. Timbulnya
reflek muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada
reflek muntah.
5. Refleks Patologis
a. Babinsky : penggoresan telapak longlegs bagian
lateral dari posterior ke anterior. Respon : ekstensi
ibu jari longlegs dan pengembangan jari longlegs
lainnya.
5. Angiografi otak
Merupakan penyuntikan suatu bahan yang tampak dalam citra sinar-X
ke dalam arteri-arteri otak. Pemotretan dengan sinar-X kemudian
dapat memperlihatkan pembuluh-pembuluh darah di leher dan kepala.
6. EEG
Bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark.
Infark miokard Penyakit Prolas katup mitral Myxoma Fibrasi anterium Selain jantung
katup jantung
Kerusakan Tumor primer jantung
endotel otot Endokadium rusak 1. Aterosklerosis aorta atau
jantung artei lainnya
2. Disseksi karotis atau
Deposit platelet dan fibrin Melekat di dinding vertebro basiler
Penggumpalan
atrium Seperimpase trombus 3. Trombus vena pulmonalis
platelet dan fibrin
4. Lemak, tumor,udara
Pecah 5. Komplikasi pembedahan
Trombus Respon inotropik pada rongga thoraks atau lehe
6. Trombosis vena pelvis
miokard
atau ekstermitas inferior
Pecah
Kontraksi tidak seragam
pada dinding jantung