Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DIET PENYAKIT HATI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi dan Diet

Dosen Mata Ajar : Florentinus Nurtitus, S.Si. T., RD

Disusun Oleh:

Nama : Enggar Dwi Prasetiyo

Nim : 16.029

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG
2017
BAB I PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan
protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan
racun/obat yang masuk dalm tubuh . Hati yang sehat bisa menyaring racun dan
melakukan proses detoksifikasi secara optimal. Bila hati sakit, otomatis racun bakal
tertumpuk dan tubuh rentan terkena penyakit serius.
Hati atau lever merupakan organ paling besar dan paling berat yang ada di dalam
tubuh. Beratnya se r 3 pound atau 1,3 kg. Letaknya berada di bagian atas sebelah
kanan abdomen dan di bawah tulang rusuk. Organ hati yang cukup besar ini setara
dengan fungsinya yang cukup berat. Setidaknya lebih dari 500 pekerjaan dilakukan
oleh lever. Hati menjadi tempat menyaring segala sesuatu yang dikonsumsi maupun
dihirup manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit.
Dalam situs Hepatitis Foundation International disebutkan, lever bertindak sebagai
mesin tubuh, dapur, penyaring, pengolah makanan, pembuangan sampah, dan
malaikat pelindung. Masalahnya, hati merupakan teman yang pendiam. Manakala ada
sesuatu yang salah, ia tidak mengeluh hingga terjadi kerusakan lebih jauh.

B . Tujuan

1. Sebagai referensi pembelajaran mata kuliah gizi


2. Mengetahui diet yang harus diterapkan untuk penyakit hati
3. Mengetahui betapa pentingnya organ hati bagi tubuh kita sehingga kita harus
mampu menjaga kesehatannya.
BAB II PEMBAHASAN

A . Gambaran Hati Secara Umum

A 1. Pengertian Tentang Hati

Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan
protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan
racun/obat yang masuk dalm tubuh . Hati yang sehat bisa menyaring racun dan
melakukan proses detoksifikasi secara optimal. Bila hati sakit, otomatis racun bakal
tertumpuk dan tubuh rentan terkena penyakit serius.
Hati atau lever merupakan organ paling besar dan paling berat yang ada di dalam
tubuh. Beratnya sekitar 3 pound atau 1,3 kg. Letaknya berada di bagian atas sebelah
kanan abdomen dan di bawah tulang rusuk. Organ hati yang cukup besar ini setara
dengan fungsinya yang cukup berat. Setidaknya lebih dari 500 pekerjaan dilakukan
oleh lever. Hati menjadi tempat menyaring segala sesuatu yang dikonsumsi maupun
dihirup manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit.
Dalam situs Hepatitis Foundation International disebutkan, lever bertindak sebagai
mesin tubuh, dapur, penyaring, pengolah makanan, pembuangan sampah, dan
malaikat pelindung. Masalahnya, hati merupakan teman yang pendiam. Manakala ada
sesuatu yang salah, ia tidak mengeluh hingga terjadi kerusakan lebih jauh.
Hati juga menyimpan beberapa vitamin, mineral (termasuk zat besi), dan gula,
mengatur penyimpanan lemak dan mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan menyerap
zat gizi penting. Juga menetralkan dan menghancurkan substansi beracun serta
memetabolisme alkohol, membantu menghambat infeksi, dan mengeluarkan bakteri
dari aliran darah. Sehinga dapat dibayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi
kerusakan pada hati.
A. 2 Fungsi Hati dalam Peredaran makanan

a. Membersihkan unsur unsur gizi dari unsur unsur yang membahayakan tubuh
b. Mengatur pembagian unsur unsur gizi ke bagian bagian tubuh yang
memerlukannya
c. Menyimpan kelebihan unsur-unsur gizi untuk cadangan
d. Mengatur pembuangan beberapa zat sisa

B. Diet Penyakit Hati

B. 1. Tujuan diet pada penyakit hati

a. Memberikan makanan secukupnya guna mempercepat perbaikan hati tanpa


memberatkan pekerjaan hati.
b. Mempertahankan status gizi optimal
c. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut
d. Mencegah katabolisme protein
e. Mencegah penurunan berat badan
f. Mencegah / mengurangi asites, varises esofagus, dan hipertensi portal mencegah
koma hepatik.

B. 2. Syarat Diet Penyakit Hati

1. Energi Tinggi, untuk mencegah oemecahan protein, yang diberikan bertahap


sesuai dengan kemampuan pasien, ayitu 40 45 kkal.kgbb.
2. Lemak Cukup, yaitu 20 25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang
mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea,
gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (medium chain triglyceride /
MCT). Jenis lemak ini tidak membutuhkan aktifitas lipase dan asam empedu
dalam proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat
mempertehankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
3. Protein Agak Tinggi, yaitu 1,25 1,5 g/kg BB agar terjadi anabolisme protein.
Pada kasusu hipatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang
disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian priteian harus dibatasi
untuk mencagah koma, yaitu sebanyak 30 40 g/hari. Pada sirosis hati
terkompensasi, proteian diberikan sebanyak 1,25 g/kg BB. Proteian nabati
memberikan keuntungan karena kandungan serat yang dapat mempercepat
pengeluaran amoniak mellaui fesis. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa
kembung dan penuh. Diet ini dapat mengurangi status ensefalopi, tetapi tidak
dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen.
4. Vitamin dan Mineral, diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu,
diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi
bila ada anemia.
5. Natrium, diberikan rendah tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien
mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan labih luas.
6. Cairan, diberikan labih dari baisa kecuali bila ada kontraindikasi.

B.3. Jenis Diet Hati dan Indikasi

Menurut Atmarita (2005), terdapat 3 jenis diet khusus penyakit hati. Hal ini
didasarkan pada gejala dan keadaan penyakit pasien. Jenis diet penyakit hati tersebut
adalah Diet Hati I (DH I), Diet Hati II (DH II), dan Diet Hati III (DH III). Selain itu
pada diet penyakit hati ini juga menyertakan Diet Garam Rendah I.
Diet Garam Rendah I (DGR I)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau atau
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak menambahkan garam dapur.
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. Kadar Natrium pada Diet
garam rendah I ini adalah 200-400 mg Na.
a. Diet Hati I (DH I)
Diet Hati I diberikan bila pasien dala keadaan akut atau bila prekoma sudah dapat
diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30
g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan
asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin,
isoleusin, dan valin dapat digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna,
pemberian cairan maksimal 1 L/hari.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin; karena itu
sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau
air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I Garam rendah. Bila ada asites hebat dan
tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam Rendah I. Untuk
menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan
parenteral berupa cairan gluko.

b. Diet Hati II (DH II)


Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II kepada pasien
dengan nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam
bentuk lunak / biasa. Protein diberikan 1 g/Kg berat badan dan lemak sedang (20-
25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini
cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A & C, tetapi kurang kalsium dan
tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai diet hati
II rendah garam. Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet
Rendah garam I.

c. Diet Hati III (DH III)


Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada
pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati
yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, lemak, mineral dan
vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya tetensi garam atau air, makanan
diberikan sebagai Diet Hati III Garam Rendah I.

B. 4 . Bahan Makanan yang Dianjurkan

1. Sumber Karbohidrat : Nasi, mie, kentang, bihun, havermout, gula, sirup, madu
2. Protein Hewani : Telur, susu, daging sapi tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan,
yogurt
3. Protein Nabati : Tahu, tempe, kacang hijau, tofu
4. Sayur : Semua sayuran kecuali yang terdapat pada daftar makanan yang tidak
dianjurkan
5. Buah : Semua buah kecuali yang terdapat pada daftar bahan makanan yang tidak
dianjurkan
6. Bumbu : Bawang merah, putih, lada, kunyit, jahe, salam, sereh, kayu manis,
ketumbar

B. 5. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan

1. Sumber karbohidrat : Beras ketan, ubi, singkong


2. Protein Hewani : Daging berlemak, daging kambing, daging babi, daging yang
diawetkan seperti ham, sosis, kornet,sarden, dll
3. Protein Nabati : Kacang merah, kacang tanah
4. Sayuran : Sayuran bergas seperti kol, sawi, lobak
5. Sayuran berserat tinggi seperti daun singkong, daun katuk, lembayung, nangka
muda
6. Sayuran yang diawetkan seperti asinan sayuran, sayur kalengan
7. Buah : Durian, salak, nangka, alpukat, nanas
8. Bumbu Cabe, terasi, petis, tauco, vetsin, kecap asin, saus.
BAB III PENUTUPAN

A . Kesimpulan

Untuk mengatasi penyakit hati, pasien perlu mengatur pola dietnya. Adapun tujuan
dalam diet penyakit hati yaitu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Dalam diet penyakit hati ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi, sedangkan untuk jenis diet itu sendiri dibagi menjadi 3 yaitu
Diet Hati I, Diet Hati II, Diet Hati III. Dimana masing-masing jenis memiliki indikasi
pola diet tersendiri.

B . Saran

Hati merupakan organ yang penting dalam sistem pencernaan,untuk itu pentingnya
kita menjaga pola makan maupun diet yang sehat bagi penderita penyakit hati.

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2005, Penuntun Diet, Jakarta: Gramedia.


www.info-sehat.com
dewansfamily.multiply.com
Sumber : Tuti Sunardi, Susirah Soetardjo. Terapi Makanan dengan Gangguan
Autisme. PT Penerbit Sarana Bobo. 2007
Sjahmien Moehji B.Sc.,1979,Ilmu Gizi Jilid I,Jakarta:Bhratara Karya Aksara.

Anda mungkin juga menyukai