BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Sebagian besar hasil
pencernaan setelah diabsorbsi, langsung dibawa ke hati untuk disimpan atau
diubah menjadi bentuk lain dan diangkut ke bagian tubuh yang memerlukan.
Hati merupakan tempat penyimpanan mineral berupa zat besi dan tembaga
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah serta vitamin-vitamin
larut lemak, A, D, E, dan K. Hati mengatur volume dan sirkulasi darah serta
berperan dalam detoksifikasi obat-obatan dan racun-racun. Dengan demikian,
kelainan atau kerusakan pada hati berpengaruh terhadap fungsi saluran cerna
dan penggunaaan makanan dalam tubuh sehingga sering menyebabkan
gangguan gizi. Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan adalah
hepatitis dan sirosis hati. Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan
oleh keracunan toksin tertentu atau karena infeksi virus. Penyakit ini disertai
anoreksia, demam, rasa mual dan muntah serta jaundice (kuning). Hepatitis
dapat bersifat akut dan kronis. Sirosis hati adalah kerusakan hati yang
menetap, disebabkan oleh hepatitis kronis, alkohol, penyumbatan saluran
empedu, dan berbagai kelainan metabolisme. Jaringan hati secara merata
rusak akibat pengerutan dan pengerasan sehingga fungsinya terganggu.
Gejalanya yaitu, kelelahan, kehilangan berat badan, penurunan daya tahan
tubuh, gangguan pencernaan, dan jaundice. Dalam keadaan berat disertai
asites, hipertensi portal, dan hematemesis-melena yang dapat berakhir dengan
koma hepatik. ( DR. Sunita Almatsier, M.Sc., 2007 )
1
2
B. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Untuk mempelajari penerapan diit dengan gangguan fungsi hati dan
empedu.
b. Tujuan Khusus :
c. Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui tentang diit dengan gangguan fungsi
hati, empedu
dan dapat menerapkannya kepada diri sendiri, klien, maupun masyarakat.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita,
warnanya cokelat, dan beratnya ± 1½ kg. Letaknya, bagian atas dalam rongga
abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas 2 lapisan
utama: permukaan atas berbentuk cembung, terletak di bawah diafragma, dan
permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transversus. (
Drs.H.Syaifuddin, AMK, 2006 )
B. Fungsi Hati
a. Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan di
suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannya
dalam jaringan.
b. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresikan dalam
empedu dan urin.
c. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
d. Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati, dibentuk dalam sistem
retikuloendotelium, dialirkan ke empedu.
e. Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum,
dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urine.
3
3
4
3).Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5 g/kg BB agar terjadi anabolisme protein.
Pada kasus
4
5
4). Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila
perlu,
diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng
dan zat besi bila ada anemia.
5). Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila
pasien
mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.
6). Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
7). Bentuk Makanan Lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau
Makanan Biasa
sesuai kemampuan saluran cerna.
Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma
sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat
keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak.
Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk
mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang (Branched
Chain Amino Acid/BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin dapat digunakan.
5
6
Bila ada asites dan dieresis belum sempurna, pemberian cairan maksimal 1
liter/hari.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin; karena
itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi
garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I Garam Rendah. Bila
ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Hati
I Garam Rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per
oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.
1. Makanan Padat
Bahan Makanan berat (g) urt
Beras 120 4 gls bubur
Telur ayam 50 1 btr
Maizena 20 4 sdm
Daging 50 1 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 3 ptg sdg papaya
Margarine 20 2 sdm
Gula pasir 100 10 sdm
Nilai Gizi
Energi 1394 kkal
Protein 28 g
Lemak 37 g
Karbohidrat 244 g
Kalsium 271 g
Besi 11,3 mg
Vitamin A 12018 RE
6
7
Tiamin 0,5 mg
Vitamin C 271 mg
Contoh Menu
Pagi Siang Malam
bubur ayam bubur nasi/tim bubur nasi/tim
telur ½ masak gadon daging perkedel daging
jus tomat setup bayam sup wortel + labu
siam
pepaya pisang
Nilai Gizi
Energi 1264 kkal
Protein 54 g
7
8
Lemak 40 g
Karbohidrat 202 g
Kalsium 395 mg
Besi 12,3 mg
Vitamin A 11468 RE
Tiamin 0,4 mg
Vitamin C 320 mg
8
9
Diet Hati II
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I
kepada pasien yang nafsu makananya cukup. Menurut keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/kg
BB dan lemak sedang (20-25% dari keperluan tubuh total) dalam bentuk yang
mudah dicerna.
Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A dan C, tetapi
kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan
diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah. Bila asites hebat dan diuresis
belum baik, diet mengikuti pola Diet Garam Rendah I.
9
10
Nilai Gizi
Energi 1973 kkal Besi 18,8 mg
Protein 53 g Vitamin A 26671 RE
Lemak 55 g Tiamin 0,7 mg
Karbohidrat 318 g Vitamin C 271 mg
Kalsium 295 mg Natrium 194 mg
10
11
Nilai Gizi
Energi 2367 kkal Besi
28,9 mg
Protein 78 g Vitamin A
27002 RE
Lemak 65 g Tiamin
1,1 mg
Karbohidrat 371 g Vitamin C
274 mg
Kalsium 676 mg Natrium
298 mg
(DR. Sunita Almatsier, M.Sc., 2010)
11
12
3. Kelompok merah
Terdiri atas makanan banyak protein misalnya daging, telur, ikan
dan lain-lain. Konsumsi makanan kelompok ini harus berhati-hati
karena bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih akan mengakibatkan
peningkatan kadar ammonia dalam darah. (Lk Mahan & Marian,2004)
12
13
13
14
H. Kolelitiasis
Kolelitiasis adalah terbentuknya batu empedu yang bila masuk ke dalam
saluran empedu menimbulkan penyumbatan dank ram. Penyaluran empedu ke
duodenum terganggu sehingga mengganggu absorbsi lemak. Ada dua jenis
batu empedu, yaitu batu kolesterol dan batu pigmen yang terdiri dari polimer
biliribin dan garam kalsium.
Faktor risiko terjadinya batu kolesterol antara lain adalah gender
perempuan, kegemukan, faktor etnik, obat-obatan, dan penyakit saluran cerna,
sedangkan faktor risiko batu pigmen antara lain adalah berat badan kurang,
asupan lemak dan protein kuran, serta sirosis hati.
Untuk mengetahui apakah tubuh kita terdapat batu empedu digunakan
suatu alat pendeteksi batu empedu yang disebut ultrasound, yaitu dengan
menggunakan gelombang suara yang tidak dapat didengar telinga. Gelombang
suara ini diarahkan ke tubuh dan pantulan gelombangnya kemudian diolah
komputer yang akan menunjukkan ada atau tidaknya batu empedu. Selain itu,
14
15
batu empedu dapat diketahui melalui foto sinar X dan pemeriksaan darah di
laboratorium, (Sunita Almatsier, 2010).
15
16
16
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1). Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh.
2). Mengubah, menghasilkan, ekskresi, pembentukan ureum, dan
menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir.
3). Mengetahui syarat diet penyakit hati dan kandung empedu.
B. Saran
Mahasiswa keperawatan harus mengerti bahwa hati merupakan organ
terbesar dalam tubuh, berguna untuk mengubah, menghasilkan, ekskresi,
pembentukan ureum, dan menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir.
Selain itu mahasiswa harus mengetahui syarat diet penyakit hati dan
kandung empedu.
17
17
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/wokwok/diet-penyakit-kantung-empedu
http://tipsehat.blogspot.com/2005/12/mencegah-dan-mengatasi-batu-empedu.
18