BAB I
PENDAHULUAN
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketifa pada pasien
yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis
menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun
akibat penyakit ini.Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan
metabolisme kolesterol, dan peneralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. Sehingga dapat
kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel menyebabkan
banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan berbagai ukuran yang di
bentuk oleh sel paremkim hati yang masih sehat. Akibatnya bentuk hati yang normal akan
berubahdisertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena
pota yang akhirnya menyebakan hipertensi portal. Penyebab sirosis hati beragam. selain
disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa juga di akibatkan oleh konsumsi alkohol yang
berlebihan, bergai macam penyakit metabolik, adanya ganguan imunologis, dan sebagainya.
Di indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki – laki dari pada perempuan. dengan
perbandingan 2 – 4 : 1.
Peran dan fungsi perawat adalah memberi penyuluhan kesehatan agar mayakakat dapat
mewaspadai bahaya penyakit sirosis hepatis . Sedangkan peran perawat dalam merawat pasien
dengan penyakit sirosis hepatis adalah mencakup perbaikan masukan nutrisi klien, membantu
klien mendapatkan citra diri yang positif dan pemahaman dengan penyakit dan pengobatanya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit sirosis hepatis untuk memudahkan kita sebagai calon perawat dalam
merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis .
2
Anatomi Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh manusia. Hati terletak di belakang tulang-
tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500
gram, dan dibagi menjadi empat lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan
ikat yang membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-unit
yang lebih kecil, yang disebut lobulus. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma,
permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat
oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior
yang berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma.
Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari
dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligament.
Fisiologi Hati
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh
sebanyak 20% serta menggunakan 20-25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hati yaitu:
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan satu sama lain.
Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme
ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan
glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen menjadi glukosa disebut glikoneogenesis.
Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati
mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan
pentosa mempunyai beberapa tujuan, yaitu: menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida,
nucleic acid dan ATP, dan membentuk/biosintesis senyawa 3 karbon (3C), yaitu piruvic acid
(asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).
3
Hati tidak hanya membentuk/mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam
lemak. Asam lemak dapat dipecah menjadi beberapa komponen:
Senyawa 2 karbon → active acetate (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol).
Pembentukan cholesterol.
Hati merupakan pembentukan utama sintesis, esterifikasi, dan ekskresi kolesterol di mana
serum cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid.
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. Dengan proses deaminasi, hati juga
mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Dengan proses transaminasi, hati
memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg
membentuk plasma albumin dan ∂-globulin dan organ utama bagi produksi urea. Urea
merupakanend product metabolisme protein. ∂-globulin selain dibentuk di dalam hati, juga
dibentuk di limpa dan sumsum tulang. β-globulin hanya dibentuk di dalam hati. Albumin
mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000.
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi
darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Faktor ekstrinsiakan
beraksi jika benda asing mengenai pembuluh darah dan factor instrinsik akan beraksi jika
berhubungan dengan katup jantungvitamin K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan
beberapa faktor koagulasi.
Sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh. Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi,
metilasi, esterifikasi, dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun danobat
over dosis.
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen, dan berbagai bahan melalui proses
fagositosis. Selain itu, sel kupfer juga ikut memproduksi ∂-globulin sebagai imun livers
mechanism.
Sebagai hemodinamik
Hati merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah. Hati menerima ± 25% dari
cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500 cc/menit atau 1000-1800 cc/menit. Darah
yang mengalir di dalam arteri hepatica ± 25% dan di dalam vena porta 75% dari seluruh aliran
darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persyarafan, dan
hormonal. Aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, dan shock.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan sirosis hepatis.
2. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan sirosis
hepatis.
3. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada klien dengan sirosis hepatis.
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan sirosis hepatis.
5. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.
6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan sirosis hepatis.
5
BAB II
ISI
2.1. Pengertian
Sirosis hepatis adalah stadium akhir penyakit hati menahun dimana secara anatomis
didapatkan proses fibrosis dengan pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis.Sirosis hepatis
adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai
nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat, dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan
menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan
jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001:1154).
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi sususnan hati normal
oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati yang mengalami regenerasi
yang tidak berhubungan dengan susunan normal (Sylvia Anderson,2001:445).Ada tiga tipe
sirosis atau pembentukan parut dalam hati, yaitu:
Sirosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi
daerah portal. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis dan merupakan tipe
sirosis yang paling sering ditemukan di negara Barat.
Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari
hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu.
Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis), insidensnya
lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec dan sirosis poscanekrotik.
2.2 Etiologi
Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas.
Hepatitis virus
Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari Sirosis Hepatis. Dan secara
klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih
menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukkan perjalanan yang kronis bila dibandingkan
dengan hepatitis virus A. penderita dengan hepatitis aktif kronik banyak yang menjadi sirosis
karena banyak terjadi kerusakan hati yang kronis.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sekitar 10 % penderita hepatitis virus B akut akan menjadi
kronis. Apalagi bila pada pemeriksaan laboratories ditemukan HBs Ag positif dan menetapnya e-
Antigen lebih dari 10 minggu disertai tetap meningginya kadar asam empedu puasa lebih dari 6
bulan, maka mempunyai prognosis kurang baik (Sujono Hadi).
2. Zat hepatotoksik
Beberapa obat-obatan dan zat kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi sel hati
secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi
lemak. Sedangkan kerusakan kronik akan berupa Sirosis Hepatis. Pemberian bermacam obat-
obatan hepatotoksik secara berulang kali dan terus menerus. Mula-mula akan terjadi kerusakan
setempat, kemudian terjadi kerusakan hati yang merata, dan akhirnya dapat terjadi Sirosis
Hepatis. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut adalah alcohol. Efek yang nyata dari etil-
alkohol adalah penimbunan lemak dalam hati (Sujono Hadi).
3. Penyakit Wilson
Suatu penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada orang-orang muda dengan
ditandai Sirosis Hepatis, degenerasi ganglia basalis dari otak, dan terdapatnya cincin pada kornea
yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser Fleiscer Ring. Penyakit ini diduga disebabkan
defisiensi bawaan dan sitoplasmin.
4. Hemokromatosis
8
Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada 2 kemungkinan timbulnya hemokromatosis,
yaitu :a. sejak dilahirkan, penderita mengalami kenaikan absorpsi dari Fe.b. kemungkinan
didapat setelah lahir (aquisita), misalnya dijumpai pada penderita dengan penyakit hati alkoholik.
Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya Sirosis Hepatis.
5. Sebab-sebab lain
a. kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis
kardiak. Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap anoksi dan nekrosis
sentrilibuler.
b. sebagai akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat menimbulkan
sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada kaum wanita.
c. penyebab Sirosis Hepatis yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis
kriptogenik. Penyakit ini banyak ditemukan di Inggris (menurut Reer 40%, Sherlock
melaporkan 49%). Penderita ini sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda hepatitis
atau alkoholisme, sedangkan dalam makanannya cukup mengandung protein.
2.3 Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, mengonsumsi minuman
beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Selain pada peminum alkohol,
penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Namun demikian,
sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum dan pada
individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lainnya termasuk pajanan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi,
arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis
adalah dua kali lebih banyak dari pada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 hingga 60
tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis yang melibatkan sel-sel
hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang
dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut, akhirnya jumlah
jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Jaringan-jaringan normal
yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu
berkelapa besar dalam (hobnail appearance) yang khas. Sirosis Hepatis biasanya memiliki awitan
9
yang insidius dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati
rentang waktu 30 tahun atau lebih.
secara berlebihan, menurunnya keluaran trigliserida dari hati dan menurunnya oksidasi lemak
↓
disebut fibrosis, regenerasi noduler,
↓
dan kematian sel
fungsi kekebalan tubuh,pencernaan, mencegah pembekuandarah, dan memproses alkohol serta racun lain (
detoksifikasi racun)
││
↓↓
Perbesaran hati terjadi pada awal perjalanan penyakit (hepar berlemak); akhir perjalanann
penyakit ukuran hepar menurun karena terbentuk jaringan parut.Manifestasi klinik dari Sirosis
hati disebabkan oleh satu atau lebih hal-hal yang tersebut di bawah ini :
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada hati terjadi gangguan arsitektur hati yang
mengakibatkan kegagalan sirkulasi dan kegagalan perenkym hati yang masing-masing
memperlihatkan gejala klinis berupa :
h. asites
i. rambut pubis rontok
j. Seritema palmaris
k. atropi testis
l. kelainan darah (anemia,hematon/mudah terjadi perdarahan)
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang ada. Sebagai contoh, antasid
diberikan untuk mengurangi distress lambung dan meminimalkan kemungkinan perdarahan
gastrointestinal. Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel-
sel hati yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien. Pemberian preparat diuretik yang
mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin diperlukan untuk mengurangi asites dan
meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang umum terjadi pada penggunaan jenis
diuretik lainnya.
- Istirahat yang cukup sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.
- Makanan tinggi kalori dan protein.
- Mengatasi infeksi dengan antibiotik.
- Memperbaiki keadaan gizi.
- Roboransia. Vitamin B Kompleks yang cukup. Dilarang makan-makanan yang
mengandung alkohol.
-
- Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1kg/2 hari atau
keseimbangan cairan negative 600-800 ml/hari. Hati-hati bila cairan terlalu banyak
dikeluarkan dalam satu saat, dapat mencetus ensefalopati hepatik.
- Kehilangan
- Imobilitas
- Ketidak seimbangan cairan dan biokimia
Pertimbangan pulang
- Perawatan evaluasi
- Obat-obatan untuk digunakan dirumah
- Tanda-tanda dan gejala-gejala yang memerlukan perhatian medis
2.6 Pengobatan
Secara umum, kerusakan sel-sel hati tidak dapat direhabilitasi. Tujuan pengobatan adalah
mencegah pembentukan jaringan parut hati lebih lanjut, atau memperlambat kerusakan sel-sel
hati. Sirosis cenderung semakin memburuk jika penyebab yang mendasari tetap ada. Oleh
karena itu perlu upaya untuk memperlambat atau menghentikan penyebab sirosis, misalnya:
Bila pasien mengalami perdarahan usus sehingga muntah darah, atau mengeluarkan darah
melalui tinja, atau tinja menjadi hitam, dokter mungkin akan segera melakukan tindakan untuk
mengatasinya. Berbagai teknik bedah dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan dan
mengurangi risikonya lebih lanjut.
Dalam kasus yang parah di mana jaringan parut meluas dan hati nyaris tidak bisa berfungsi,
maka transplantasi hati mungkin adalah satu-satunya pilihan.
2.7 Pencegahan
1. Tempatkan tempat tidur untuk mendapatkan efisiensi pernapasan yang maksimal; berikan
oksigen jika diperlukan.
2. Lakukan upaya untuk mencegah gangguan pernapasan, vascular dan sirkulasi.
3. Sirosis hati dapat dicegah dengan tidak mengkonsumsi alkohol dan menghindari risiko
infeksi hepatitis C dan hepatitis B.
14
BAB III
Aktivitas/Istirahat
Sirkulasi
Gejala : Riwayat GJK kronis, perikarditis, penyakit jantung
reumatik, kanker.Disritmia, bunyi jantung ekstra (S3,S4).
Eliminasi
Gejala : Flatus.
Tanda :
- Distensi abdomen
- Penurunan atau tak adanya bising usus.
- Feses warna tanah liat, melena.
- Urine gelap, pekat.
Makanan/Cairan
Gejala :
Tanda :
Neurosensori
Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,
penurunan mental.
Tanda :
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas.
Pruritus
Tanda :
Pernapasan
Gejala : Dispnea.
Tanda :
Keamanan
Gejala : Pruritus.
Tanda :
Seksualitas
Gejala : Gangguan menstruasi, impoten.
Tanda :
< 23 (P)
ALT (SGPT) U/L < 30 (L)
< 21 (P)
AST (SGOT) U/L < 25 (L)
15 – 69
Alkalin fosfatase U/L
40 – 129 (IFCC)
5 – 38
GGT (Gamma GT) U/L
8 – 61 (Persyn&Szaz)
Albumin g/L 37 – 52
Diagnosa,Intervensi,dan Evaluasi
a. Diagnosa I
Tindakan/Intervensi Rasional
b. Diagnosa II
19
- Gangguan mekanisme regulasi ( contoh SIADH, penurunan Protein plasma, mal nutrisi )
- Kelebihan natrium atau masukan cairan
Intervensi Rasional
1. ukur masukan dan haluaran, catat 1. menunjukkan status volume sirkulasi,
terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan
keseimbangan positif (pemasukan respons terhadap terapi. Catatan: penurunan
melebihi pengeluaran). Timbang berat volume sirkulasi (perpindahan cairan) dapat
badan tiap hari, dan catat peningkatan mempengaruhi secara langsung fungsi/haluan
urine, mengakibatkan sindrom hepatorenal.
lebih dari 0,5 kg/hari. 2. peningkatan TD biasanya berhubungan dengan
2. awasi TD dan CVP. Catat kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak
terjadi karena perpindahan cairan keluar area
JVD/distensi vena.
vaskuler. Distensi jugular eksternal dan vena
3. auskultasi paru, catat penurunan/tak abdominal sehubungan dengan kongesti
adanya bunyi napas dan terjadinya vaskuler.
3. peningkatan kongesti pulmonal dapat
bunyi tambahan (contoh, krekels). mengakibatkan konsolidasi, gangguan
4. awasi disritmia jantung. Auskultasi pertukaran gas, dan komplikasi contoh edema
bunyi jantung, catat terjadinya irama paru.
4. mungkin disebabkan oleh GJK, penurunan
gallop S3/S4. perfusi arteri koroner, dan ketidakseimbangan
5. kaji derajat perifer/edema dependen. elektrolit.
5. perpindahan cairan pada jaringan sebagai
6. ukur lingkar abdomen. akibat retensi natrium dan air, penurunan
7. dorong untuk tirah baring bila ada albumin, dan penurunan ADH.
asites.berikan perawatan mulut sering; 6. menunjukkan akumulasi cairan (asites)
diakibatkan oleh kehilangan protein
kadang-kadang beri es batu (bila plasma/cairan kedalam area peritoneal. Catatan:
puasa). akumulasi kelebihan cairan dapat menurunkan
volume sirkulasi menyebabkan deficit (tanda
20
kolaborasi: dehidrasi).
7. dapat meningkatkan posisi rekumben untuk
8. Awasi albumin serum dan elektrolit
dieresis.
(khususnya kalium dan natrium). 8. menurunkan rasa haus.
9. penurunan albumin serum mempengaruhi
tekanan osmotic koloid plasma, mengakibatkan
pembentukan edema. Penurunan aliran darah
ginjal menyertai peningkatan ADH dan kadar
aldosteron dan penggunaan diuretic (untuk
menurunkan air total tubuh) dapat
kolaborasi: menyebabkan berbagai
9. Batasi natrium dan cairan sesuai perpindahan/ketidakseimbangan elektroit.
10. natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan
indikasi. retensi cairan dalam area ekstravaskuler.
10. berikan albumin bebas garam/plasma Pembatasan cairan perlu untuk
ekpander sesuai indikasi. memperbaiki/mencegah pengenceran
hiponatremia.
11. berikan obat sesuai indikasi:Diuretik. 11. albumin mungkin diperlukan untuk
Contoh spironolakton (Aldakton): meningkatkan tekanan osmotic koloid dalam
kompartemen vaskuler (pengumpulan cairan
furosemid (Lasix). dalam area vaskuler), sehingga meningkatkan
Kalium: volume sirkulasi efektif dan penurunan
Obat inotropik positif dan vasodilatasi terjadinya asites.
12. Digunakan dengan perhatian untuk mengontrol
arterial. edema dan asites. Menghambat efek aldosteron,
meningkatkan ekskresi air sambil menghemat
kalium, bila terapi konservatif dengan tirah
baring dan pembatasan natrium tidak
mengatasi. Kalium serum dan seluler biasanya
menurun karena penyakit hati sesuai dengan
kehilangan urine.
13. Diberikan untuk meningkatkan curah
jantung/perbaikan aliran darah ginjal dan
fungsinya, sehingga menurunkan kelebihan
cairan.
c. Diagnosa III
Intervensi Rasional
Mandiri :
d. Diagnosa IV
- perubahan biofisika atau gangguan penampilan fisik. Perubahan peran fungsi perilaku
merusak diri (penyakit yang dicetuskan oleh alkohol)
- Menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang ada.
- Mengidentifikasi perasaan dan metode koping terhadap persepsi diri negatif.
Intervensi Rasional
4. Bantu klien/orang terdekat kepercayaan antara staf, klien dan orang terdekat.
untuk mengatasi perubahan pada
penampilan; anjurkan memakai 4. Klien dapat menunjukan penampilan kurang
baju yang tidak menonjolkan menarik sehubungan dengan ikterik, asites, area
gangguan penampilan contoh ekimoses. Memberikan dukungan dapat
menggunakan pakaian merah, meningkatkan harga diri dan meningkatkan rasa
biru, atau hitam. control.
5. Kolaborasi :
e. Diagnosa V :
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Intervensi Rasional
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sirosis Hepatis merupakan perubahan struktur sel hati (fibrosis). Pentingnya identifikasi dini
terhadap gejala yang timbul (pemeriksaan fisik dan penunjang). Merupakan penatalaksanan
preventif segera dan tepat akan menurunkan resiko komplikasi dan progresifitas penyakit.
Kemampuan perawat klinik yang memadai dalam memahami kondisi sirosis hepatis.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui tentang penyakit sitosis hepatis ini,hal ini
ditujukan apabila mahasiswa menemukan kasus penyakit sirosis di lingkungannya,mahasiswa
dapat melakukan tindakan lebih awal dengan meminta pasien memeriksakan dirinya ke
doktSelainn itu asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis sangat penting dipelajari siswa
agar siswa dapat membuat asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis dan merawat klien jika
berhadapan langsung dengan klien dengan sirosis hepatis.
27
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC.