Disusun Oleh :
Kelompok 1A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
SISTEM MEKANISME DASAR PENYAKIT (BMD)
Subsistem Mekanisme Dasar Penyakit Metabolisme dan
Obstruksi
KASUS
SKENARIO 1 : MATA KUNING
SEVEN JUMP
2. KALIMAT KUNCI
1. Pria 20 tahun
2. Mata dan kulit diseluruh tubuh berwarna kuning
3. Dialami selama 1 minggu
4. Badan terasa lemah, nafsu makan menurun, kencing berwarna teh tua
3. PERTANYAAN
1. Apa penyebab mata dan kulit berwarna kuning
2. Apa yang menyebabkan badan terasa lemah, nafsu makan menurun dan
kencing berwarna teh tua
3. Organ apa yang mengalami kerusakan sehingga menyebabkan mata dan
badan berwarna kuning dan sebutkan anatomi, histologi, biokimia dan
fisiologi organ yang terkait
4. Apa fungsi organ yang terkait, hepar dan vesica fellea
5. Bagaimana mekanisme pembentukan bilirubin normal
6. Bagaimana patomekanisme hiperbilirubinemia
7. Apa hubungan dari semua gejala yang dialami
8. Penyakit-penyakit apa saja yang bergejala mata dan badan berwarna
kuning
JAWABAN :
1. Mata dan kulit kuning bisa saja di sebabkan oleh ikterus yang bisa terjadi
karena berbagai kelainan mulai dari penyakit akut (misalnya hepatitis A)
sampai penyakit kronis tahap terminal, yang mungkin tetap subklinis
sampai titik tertentu (misalnya penyakit hati kronis dekompensta)
Penyebab ikterus bisa “pre-hepatik”, “hepatik” atau post-hepati”. Dan
bisa pula disebabkan oleh karotenemia yang terjadi akibat konsumsi
prekursor vitamin A secara berlebihan dalam makanan , khususnya
wortel. Karotenemia bermanifestasi dalam bentuk gejala kuning pada
kulit.
2. Hal yang menyebabkan badan terasa lemah dan nafsu makan menurun
yaitu Anemia, kinerja tubuh jadi menurun karena kurangnya suplai
Oksigen terutama hemoglobin dan kencing berwarna teh tua karena
adanya gangguan pada metabolisme bilirubin, dimana kadar bilirubin
dalam darah meningkat melebihi kadar normal
b. HISTOLOGI
Hati terdiri atas bermacam-macam sel. Hepatosit meliputi ±60%
sel hati, sedangkan sisanya terdiri atas sel-sl epithelial dan sel-sel non
parenkim yang termasuk di dalamnya endothelium, sel Kuffer dan sel
Stellata yang berbentuk seperti bintang.
c. FISIOLOGI
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam. Sirkulasi
vena porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memegang
peranan penting dalam fisiologi hati terutama dalam hal metabolism
karbohidrat , protein dan asam lemak. Fungsi utama hati adalah
pembentukan dan ekskresi empedu. Hati mengekresikan empedu
sebanyak satu liter per hari ke dalam usus halus. Walaupun bilirubin
merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak
mempunyai peran aktif, tapi penting sebagai indicator penyakit hati
dan saluran empedu, karena bilirubin dapat member warna pada
jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.
d. BIOKIMIA
Pengukuran kadar bilirubin serum, aminotransferase, alkali
fosfatase, dan albumin sering disebut sebagai tes fungsi hati. Pada
banyak kasus, tes-tes ini dapat mendeteksi penyakit hati dn empedu
asimtomatik sebelm munculnya manifestasi klinis.
Beberapa bentuk tertentu hepatitis dapat menimbulkan berbagai
derajat kolestasis dan sebagai konsekuennya terjadi peningkatan
alkali fosfatase dan ɣGT. Oleh karena itu, klinis harus bekerja
berdasarkan pada pola yang ada, dan memilih peningkatan enzim
mana yang nampaknya paling dominan
4. Fungsi hati
1. Sel hati (hepatosit) terdiri dari 60% massa hati, bertanggung jawab
untuk konjugasi bilirubin dan ekskresi kedalam saluran empedu
2. Hati merupakan tempat aktivitas metabolik bagi karbohidrat, protein
dan lipid
3. Hati mendetoksikasi banyaK produk metabolik, obat, toksin,
sebelum diekskresikan ke dkalam urin. Proses detoksikasi
melibatkan perubahan kimia, atau lonjugasi terutama dgn
glukoronat, glisin, taurin dan sulfat
4. Hati menyimpan berbagai senyawa termasuk besi, vitamin A,
vitamin B12
5. Sel kuffer mengambil bagian dalam semua aktivitas system retikulo
endhotelial (RES)
Fungsi utama fesica vellea adalah penyimpanan empedu, pemekatan
empedu dan melepAskan empedu dalam saluran cerna
5.
Meningkatnya kadar bilirubin dapat disebabkan produksi yang
berlebihan. Sebagian besar bilirubin berasal dari destruksi eritrosit yang
menua. Pada neonatus 75% bilirubin berasal dari mekanisme ini. Satu
gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek (free
bilirubin) dan bentuk inilah yang dapat masuk ke jaringan otak dan
menyebabkan kernicterus. Sumber lain kemungkinan besar dari sumsum
tulang dan hepar, yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen non-
eritrosit dan komponen eritrosit yang terbentuk dari eritropoiesis yang
tidak sempurna.
Pembentukan bilirubin diawali dengan proses oksidasi
yangmenghasilkan biliverdin. Setelah mengalamireduksi biliverdin
menjadi bilirubin bebas, yaitu zat yang larut dalam lemak dan sulit larut
dalam air. Bilirubin ini mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan
mudah melewati membran biologik seperti plasenta sawar otak. Di dalam
plasma bilirubin bebas tersebut terikat/bersenyawa dengan albumin dan
dibawa ke hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan sehingga
bilirubin terikan oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke dalam
hepatosit. Di dalam sel bilirubin akan terikat dan bersenyawa dengan
ligandin (protein Y), protein Z dan glutation S-transferase membawa
bilirubin ke retikulum endoplasma hati. Di dalam sel hepar berkat adanya
enzim glukorinil transferase, terjadi proses konjugasi bilirubin yang
menghasilkan bilirubin direk, yaitu bilirubin yang larut dalam air dan pada
kadar tertentu dapat diekskresi melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin
yang terkonjugasi diekskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran
pencernaan. Selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar bersama feses
sebagai sterkobilin. Di dalam usus terjadi proses absorpsi enterohepatik,
yaitu sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek
dan direabsorpsi kembali oleh mukosa usus
6. Patomekanisme Hiperbilirubinemia terbagi dua :
1. Hiperbilirubinemia terkonjugasi
Terjadi bila lebih dari 50 % bilirubin dalam serum dalam bentuk
terkonjugasi. Menunjukkan kelainan distal dari system konjugasi
enzim hati, diasosiasikan dengan adanya bilirubin dalam urine.
Obstruksi saluran empedu yang menyebabkan regurgitasi bilirubin
yang berkonyugasi ke dalam sirkulasi darah
2. Hiperbilitubinemia tak terkonjugasi
Terjadi bila 80% atau lebih bilirubin dalam serum tak terkonyugasi.
Hal ini disebabkan oleh tiga mekanisme yaitu :
a. Produksi bilirubin yang berlebihan
Meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah sehingga
produksi bilirubin berlebihan
b. Penurunan pengambilan bilirubin oleh jaringan hati
Pengambilan bilirubin yang tak terkonyugasi yang terikat
albumin oleh sel-sel hati
c. Gangguan pada konyugasi bilirubin
Bilirubin dikonyugasi dalam Retikulum Endoplasmatik Halus
dari hepatosit melalui aktivitas glukoronil transverase
7. Hubungan dari semua gejala yang diderita yaitu, urin berwarna kuning
karena Peningkatan kadar bilirubin tak terkonjugasi melebihi
kemampuan hati, hal ini mengakibatkan peningkatan kadar bilirubin tak
terkonjugasi dalam darah sehingga mata dan kulit berwarna kuning.
Warna kuning pada urin bisa juga terjadi akibat mengonsumsi zat
karoten berlebihan (zat ini paling banyak terkandung dalam buah tomat
dan wortel). Terjadinya peningkatan pembentukan urobilinogen
diakibatkan peningkatan beban bilirubin terhadap hati dan peningkatan
konjugasi serta ekskresi dalam fases dan urin.
Sedangkan penderita marasa lemas karena hemolisis yang berlebihan
sehingga sel darah merah yang seharusnya didistribusikan keseluruh
tubuh menjadi berkurang akibat dipecah menjadi bilirubin. Dan
kekurangan nafsu makan disebabkan karena sindrom gangguan passage
dalam hati dan gangguan pusat saraf.
A B C
1. Gejala
- Mata kuning
- Kulit kuning
- Badan lemah
- Mual
- Muntah
- Nafsu makan -
menurun
- Kencing
berwarna teh tua
- Demam
- Menggigil
- Berkeringat
basah
- Pembengkakan
pada perut atau
kaki
- Kelelahan
- Gatal-gatal
- Flu
- Perut kembung
- Nyeri dibagian
kanan atas perut
2. Penyebab
- Infeksi virus
- Infeksi bakteri
- Infeksi parasit
- Autoimun
- Alkohol/bahan
kimia
3. Predisposisi
- Umur 25 – 65 Semua 15-25 tahun 20an keatas Diatas usia 40th
- Jenis kelamin tahun umur Pria, wanita Pria, wanita Pria (8%),
Pria, Pria, wanita
wanita wanita (20%)
KESIMPULAN :
LEARNING OBJECTIVE
1. Mengetahui organ apa yang terkait
2. Mengetahui anatomi, histologi, biokimia dan fisiologi organ yang terkait
3. Mengetahui mekanisme pembentukan bilirubin normal
4. Mengetahui mekanisme hiperbilirubinemia
REFERENSI :
1. Manifestasi Klinis, At a glance medicine. Penerbit Erlangga. Halaman 44
2. Fisiologi dan Biokimia Hati. Rifi Amiruddin Halaman. 417-420
3. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Heni Nur Kusuma, EGC. Halaman 52
4. Patofisiologi. Sylvia A.Price Larraine M.Wilson Halaman 476, 483-485
5. Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Robbins dan Kumar. ECG. Halaman
78,82,119,307,309,319,338 dan 301-302