MODUL II
IMMUNODEFISIENSI
NAMA TUTOR:
DISUSUN OLEH:
Kelompok X
0
I. KASUS
SKENARIO
Seorang anak laki-laki umur 12 bulan dengan pneumonia bakteri gram-positif, dirujuk ke
poliklinik anak oleh dokter keluarganya. Gejala ini sudah 4 kali dialami dalam 6 bulan
terakhir. Disamping itu ia juga menderita diare (Giardia Lamblia) dan tonsil/adenoidnya
hampir tidak terdeteksi. Anak ini juga mempunyai tinggi dan berat badan di bawah normal. Ia
telah mendapatkan imunisasi DPT. Anak ini mempunyai tiga saudara perempuan yang sehat
berumur 3,5, dan 7 tahun. Saudara laki-lakinya meninggal pada umur 10 bulan karena
pneumonia bakteri 8 tahun yang lalu. Hasil tes darah menunjukkan kadar immunoglobulin
serum total yang rendah, kadar sel B yang rendah namun jumlah da fungsi sel T-nya normal.
Semua tes untuk jumlah dan fungsi makrofag dan netrofil normal.
1. Pneumonia
Adalah inflamasi yang terjadi pada paru oleh karena adanya infeksi
bakteri,virus,jamur,dan bahan kimia lainnya.
2. Tonsil/Adenoid
Suatu jaringan getah bening di oropharing yang merupakan organ limfoid sekunder dan
mengandung sel B limfosit.
3. Diare
Adalah buang air besar dengan konsistensi cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari.
4. Imunisasi DPT
Vaksin yang diberikan untuk penyakit Diphteri,Perkusis,dan Tetanus bagi anak usia
dibawah 7 tahun diberikan sebanyak tiga kali.
1
IV. PERMASALAHAN ATAU PROBLEM KUNCI DALAM BENTUK
PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
V. JAWABAN PERTANYAAN
a. Anatomi
Tonsil adalah massa jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsil pada kedua
sudut orofaring. Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk
2
suatu cincin yang terdiri atas, tonsila palatina (dibagian lateral), tonsila Lingual
(dibagian posterior dari lingual), dan tonsila faringeal (dibagian dorsal pada dinding
dorsal faring). 1
1. Tonsila Palatina
2. Tonsila lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Digaris tengah,disebelah anterior massa ini. Terdapat foramen sekum
pada apeks,yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata. 1
3. Tonsila faringea
4. Vaskularisasi
3
Aliran darah vena mengalir dalam satu atau beberapa buah vena
tonsilaris,termasuk vena palatina externa (v.paratonsilaris). pembuluh-pembuluh vena
ini terletak pada permukaan lateral dan menembus m.constrictor faring superior dan
bermuara kedalam vena facialis. 1
5. Innervasi
b. Histologi
c. Fisiologi
4
Tonsil akan menghasilkan limfosit dan aktif mensintesis immunoglobulin saat
terjadinya infeksi ditubuh. Tonsil akan membengkak saat berespon terhadap infeksi. .3
Secara garis besar sistem imun terbagi menjadi dua yaitu : sistem imun non spesifik
dan sistem imun spesifik
5
kita. Ketika kondisi kulit kita utuh mikroorganisme tidak bisa masuk tetapi jika ada
sesuatu yang intak atau rusak maka organisme bisa masuk,kedua adalah selaput lendir
yang dimana seluruh saluran pernapasan kita dan juga saluran pencernaa kita dilapisi
oleh selaput lendir yang berfungsi untuk mengeliminasi dari organisme yang masuk.
Kemudian silia juga berfungsi jika ada organisme yang masuk silia akan melakukan
gerakan untuk melakukan eliminasi dengan cara mengeluarkan respon berupa batuk
atau bersin.4
Selanjutnya sistem pertahanan terlarut dimana berupa biokimia, seperti asam
lambung ketika ada mikroorganisme yang masuk bersama makanan didalam lambung
akan ada asam lambung yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme dan
lisozim adalah enzim yang akan merusak sel-sel dari bakteri atau menghancurkan
ketika ada bakteri atau jamur yang masuk maka enzim lisozim ini akan bekerja untuk
menghancurkan mikroorganisme tersebut.Kemudian yang terlarut secara humoral
yaitu komplemen, interferon, dan CRP. Komponen ini berfungsi untuk mengeliminasi
mikrooranisme yang masuk.4
Secara seluler yang pertama adalah NK sel. Nk sel merupakan natural killer
sel, yaitu sel pembunuh terhadap mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh yang
melalui pertahanan non spesifik. Fagosit diperankan oleh makrofag ketika
mikroorganisme masuk dalam tubuh maka makrofag akan mengeliminasi dengan cara
memfagositosis.4
Sistem imun yang spesifik di bagi dua yaitu humoral dan seluler.
6
Gambar 5. Mekanisme Sistem Imun
7
Perbedaan utama antara sistem imun non spesifik dan spesifik
8
e. Sel B lalu membelah secara berulang-ulang dan berdiferensiasi menjadi sel B
memori dan sel plasma,yang merupakan sel efektor yang mensekresi antibodi
pada kekebalan humoral.4
- Bone marrow atau sum-sum tulang adalah bagian penting yang memproduksi
darah merah dan darah putih, dan selalu memperbaharui persedian sel-sel imun. B
cell yang belum matang meninggalkan sumsum tulang untuk menghuni jaringan
limfoid. T cell yang belum matang, meninggalkan sumsum tulang lebih cepat
sebelum berkembang dan bermigrasi ke thymus ( karena itu di namai T cell ). Di
tempat itu T cell dilatih untuk membedakan sel-sel tubuh sendiri dengan sel-sel
asing dan benda-benda/zat-zat asing, sebelum berpindah kejaringan limfoid. Posisi
thymus adalah di bagian atas dada. Sangat penting dalam pembentukan T cell,
karena itu juga sangat penting bagi kelancaran system imun.5
- Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum didepan pemubuluh-
pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk dalam organ
limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada
mamalia yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio
sesudah mendapat sel induk dari saccus vetillinus. Limfosit yang terbentuk
mengalami proliferasi tetapi sebagaian akan mengalami kematian, yang hidup akan
masuk kedalam peredaran darah sampai ke organ limfoid sekunder dan mengalami
diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu mengadakan reaksi
imunologis humoral. Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan
perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit menurun sedangkan parenkim
mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat
interlobuler.5
Organ Sekunder
- Lymph nodes, adalah berbagai sel limfoid yang ditemukan di seluruh tubuh
termasuk leher belakang (kuduk), ketiak, dan lipat paha. Simpul simpul kelenjar ini
saling dihubungkan oleh jalinan (network) pembuluh lymphatic dan merupakan sisi
utama dari tempat penyimpanan, aktifitas, dan produksi dari limfosit. Kelenjar
getah bening juga merupakan tempat macrophages menelan dan memproses
partikel-partikel antigen-antigen asing. Getah bening adalah cairan pucat berwarna
jerami, mirip plasma darah tempatnya diproduksi, namun lebih berair dan hanya
berisi limfosit plus beberapa protein, lemak, dan garam. Cairan getah bening
mengalir ke seluruh bagian tubuh via lymphatics, dan bertindak sebagai alat
transportasi dan medium untuk berkomunikasi antar sel-sel imun.5
- MALT adalah berbagai potongan-potongan yang tersebar dari jaringan limfoid,
dapat ditemukan di banyak bagian tubuh termasuk lapisan saluran pencernaan
9
(gastro-intestinal tract), usus buntu ( appendix), tonsil, payudara, dan paru. Isinya
kelompok B cell, T cell, dan mast cell.5
- Spleen atau Lien, seperti juga jaringan limfoid, berisi B cell, T cell, mast cell, dan
macrophages. Di dalam tubuh janin yang sedang tumbuh, limpa juga memproduksi
sel-sel darah merah.5
10
b. Imunoodefisiensi sekunder (Didapat)
Imunodefisiensi sekunder terhadap penyakit lain atau terapi jauh lebih sering
dari pada imunodefisensi primer (herediter). Imunodefisiensi sekunder dapat dijumpai
pada penderita dengan malnutrisi, infeksi, kanker, penyakit ginjal atau sarcoidosis.
Namun, penyebab imunodefisiensi sekunder yang paling sering adalah oleh terapi
yang menginduksi supresi sum-sum tulang atau fungsi limfosit. Penyakit
imunodefisiensi sekunder yang paling penting, AIDS, yang telah menjadi sumber
utama bencana kemanusiaan. 6
a. Imunodefisiensi Primer
o Sel B tidak ditemukan atau jumlahnya sangat sedikit didalam sirkulasi, disertai
kadar semua kelas imunoglobulin serum yang sangat rendah. Jumlah sel pre-B
didalam sumsum tulang mungkin normal atau berkurang. 6
o Pusat germinal kurang berkembang atau bersifat rudimenter pada jaringan .6
limfoid tepi,termasuk kelenjar getah bening,bercak peyeri,apendiks dan
tonsil.6
o Tidak ditemukan sel plasma di seluruh tubuh.6
o Reaksi yang diperantarai sel T normal.6
XLA tidak muncul sampai bayi yang terkena mencapai usia sekitar 6
bulan,ketika pasokan transplasental dari antibodi maternal telah terhenti. Karena
antibodi penting untuk netralisasi virus,penderita XLA juga peka terhadap infeksi
11
virus tertentu,terutama yang disebabkan oleh enterovirus. Penderita XLA mampu
menyingkirkan sebagian infeksi virus,fungus dan protozoa,karena imunitas yang
diperantarai sel T utuh.6
4. Sindrom Hiper-IgM
12
Abnormalitas genetik yang paling sering adalah mutasi gen yang menyandi CD40L.
Gen ini terletak pada kromosom X. Oleh karena itu sekitar 70% penderita sindrom
hiper-IgM terkait dengan kromosom X (X-linked).6
b. Imunodefisiensi Sekunder
DS = X-Linked Hypogammaglobunemia
a. X-linked hypogamaglobulinemia
1. Definisi
Bruton pada tahun 1952 memggambarkan penyakit yang disebutnya
agamaglobulinemi Bruton yang X-linked dan terjadi pada bayi laki-laki. Penyakit
jarang terjadi (1/100.000), biasanya nampak pada usia 5-6 bulan sewaktu IgG asal
ibu mulai menghilang. Pada usia tersebut bayi mulai menderita infeksi berulang.
13
X-linked agamaglobulinemia merupakan penyakit immunodeficiency kongenital
yang disebabkan oleh mutasi gen yang berisi kode Tirosin Kinase Bruton (BTK),
sudah timbul sejak lahir yang disebabkan kadar immunoglobulin yang rendah atau
tidak ada sama sekali dalam aliran darah seseorang, begitu juga dengan kadar sel B
yang rendah.4
2. Gambaran Klinis
Pemeriksaan imunologi menunjukan tidak adanya Ig dari semua kelas Ig. Darah,
sumsum tulang, limpa dan KGB tidak mengandung sel B. Kerusakan utama adalah
oleh karena pre-sel B yang ada dalam kadar normal tidak dapat berkembang
menjadi sel B yang matang.4
3. Etiologi
Kuman penyebab pada umumnya adalah H.influenza dan S.pneumoni. Sering
pula ditemukan sindrom malabsorbsi pleh karena Giardia lamblia yabg
bermanifestasi dalam saluran cerna.4
4. Penatalaksanaan
Pemberian Antibiotik biasanya tidak menolong. Pemberian IgG yang periodik
memberikan hasil yang efektif untuk 20-30 tahun.4
b. Hipogamaglobulinemia sementara
1. Definisi
Hippogammaglobulinemia sementara merupakan penyakit imunodeficiency
yang menyerang bayi berusia 3-6 bulan karena memiliki kadar antibodi yang
rendah. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang lahir prematur
karena selama dalam kandungan mereka menerima antibodi ibunya dalam jumlah
yang lebih sedikit.4
2. Gejala Klinis
Pada masa hipogamaglobulinemia, banyak bayi yang menderita infeksi
saluran napas rekuren. Beberapa bayi mengalami perkembangan yang lambat
dalam sintesis IgG. Bayi sering menderita infeksi kuman piogenik positif-Gram
(kulit, selaput otak atau saluran napas).4
3. Diagnosa
Diagnosa dibuat dengan memeriksa kadar immunoglobulin yang rendah dan
juga pemeriksaan untuk melihat adanya respon pembentukan antibodi dengan
pemberian antigen pada vaksinasi. Pemeriksaan ini dapat membedakan gangguan
14
ini dari hipogammaglobulinemia yang permanen, dimana tidak terbentuk antiodi
spesifik pada pemberian antigen dengan vaksinasi.4
4. Penatalaksanaan
Terapinya yaitu dengan cara :
Pemberian antibiotic.4
Pemberian gamaglobulin.4
Pemberian antibiotik dan gamaglobulin.4
1. Definisi
CVH atau Common Variable Hypogamaglobulinemia menyerupai
hipogamaglobulinemia Bruton. Penyakit berhubungan dengan insidens autoimun
yang tinggi. Meskipun jumlah sel B dan Ig normal, kemmapuan memproduksi dan
atau melepas Ig mengalami gangguan. Kadar Ig serum menurun seiring dengan
memberatnya penyakit.4
2. Gambaran Klinis
CVH dapat mengenai pria maupun wanita. Penyakit dapat timbul setiap
saat, biasanya antara usia 15-35 tahun. Penderita menunjukan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi kuman piogenik. Beberapa penderita menunjukan
kelebihan sel Ts yang menganggu respons sel B.4
3. Penatalaksanaan
Pengobatan CVH adalah dengan memberikan Ig bila disertai infeksi yang
terus menerus atau berulang kali.4
1. Definisi
Defisiensi imunoglobulin yang selektif (dishamaglobulinemia) merupakan
penyakit immunodeficiency atau jenis gangguan kekebalan tubuh yang ditandai
dengan penurunan kadar satu atau lebih Ig, sedang kadar Ig yang lain adalah
normal atau meningkat.4
15
2. Gambaran Klinis
Klinis menunjukan gambaran infeksi sino-pulmoner dan gastrointestinal
rekuren yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Hal tersebut menunjukan tidak
adanya proteksi dari sIgA pada permukaan membran mukosa. Penderita juga
menunjukan autoimun, keganasan dan alergi.4
3. Penatalaksanaan
Pengobatannya yaitu dengan antibiotik spektrum luas. HGG sebaiknya tidak
diberikan oleh karena penderita dengan kadar IgA yang sangat rendah dapat
membentuk antibodi (IgG atau IgA) terhada[ IgA dan menimbulkan sensitasi
anafilaksis pada respiren tanpa IgA. Terapi agresif dengan antibiotik harus
diberikan untuk mengontrol infeksi.4
Diare yang disebabkan oleh Giardia Lamblia merupakan jenis diare kronik yang
merupakan hasil dari defisiensi imun penderita. Antibodi spesifik yang seharusnya
dihasilkan oleh sel B untuk mematikan parasit tersebut tidak terbentuk sehinnga bakteri
atau parasit dapat dengan mudah menginfeksi penderita dan melawan sistem imunnya
sehingga menyebabkan diare kronik yang lama diderita.6
Adenoid atau Tonsilla Pharyngeal memiliki gambaran histologis yang sama dengan
gambaran Tonsilla Palatina, tetapi berbeda untuk epitelnya. Untuk epitel yang melapisi
Tonsilla Pharyngeal adalah Epitel Kolumnar Bertingkat Bersilia, sedangkan Tonsilla
Palatina dilapisi Epitel Skuamous Berlapis. Perlu diketahui bahwa Tonsil mengandung
sekumpulan sel dendritic, limfosit, sel plasma penyekresi-IgA, APC dan nodul limfoid.
Sebagian besar limfosit merupakan Sel B.9
16
akan sangat berpengaruh pada struktur tonsil dan dapat mengakibatkan tonsil hampir tak
dapat terdeteksi saat pemeriksaan.6
Terjadi gangguan pada proses pematangan sel B hal ini disebabkan oleh mutasi
enzim bruta tyrosin kinaseyang bertanggung jawab untuk pematangan sel B. Sel pre-B
dalam sumsum tulang gagal berkembang,mengakibatkan penurunan nyata limfosit sel B
matur dan imunoglobulin serum bahkan sampai tidak dapat terdeteksi.Penyakit ini
dosebabkan oleh mutasi gen yang menyandi suatu kinase yang disebut Bruton tyrosin
kinase (BTK), mengakibatkan gangguan produksi atau fungsi enzim tersebut. Enzim ini di
aktifasi oleh reseptor pre-B yang di ekspresikan disel pre-B,dan mengirimkan sinyal
biokimiawi yang merangsang kelangsungan hidup,proliferasi,dan maturasi sel tersebut.8
10. Penyebab tinggi badan dan berat badan anak tersebut di bawah normal
Usia terbanyak pada kelompok balita stunting yaitu usia 25–36 bulan, sedangkan pada
kelompok balita normal terbanyak pada usia 12–24 bulan. Terbagi dalam beberapa
tahapan usia pada balita, dikatakan masa rawan di mana balita sering mengalami infeksi
dan atau gangguan status gizi adalah usia antara 12–24 bulan, karena pada usia ini balita
mengalami masa peralihan dari bayi menjadi anak. Pada usia ini banyak perubahan pola
hidup yang terjadi, diantaranya perubahan pola makan dari yang semula ASI bergeser ke
arah makanan padat, beberapa balita mulai mengalami kesulitan makan, sedangkan balita
sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan yang tidak sehat. Apabila pola pengasuhan
tidak betul diperhatikan, maka balita akan lebih sering beberapa penyakit terutama
penyakit infeksi. Kejadian penyakit infeksi yang berulang tidak hanya berakibat pada
menurunnya berat badan atau akan tampak pada rendahnya nilai indikator berat badan
menurut umur, akan tetapi juga indikator tinggi badan menurut umur. Sedangkan pada
kelompok umur 6–23 bulan merupakan kelompok umur yang sedang mengalami
pertumbuhan kritis. Oleh karenanya penanganan gizi kurang pada kelompok umur ini (6–
23 bulan) menjadi lebih diperhatikan karena apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mengalami kegagalan tumbuh.9
Diare menjadi penyebab penting bagi kekurangan gizi. Hal ini disebabkan oleh
adanya anoreksia pada penderita diare, sehingga anak makan lebih sedikit daripada
biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan
tubuh akan makanan meningkat akibat dari adanya infeksi. Setiap episode diare dapat
menyebabkan kekurangan gizi, sehingga bila episodenya berkepanjangan maka
dampaknya terhadap pertumbuhan anak akan meningkat.9
17
11. Penyebab pneumonia terjadi bersamaan dengan diare pada skenario
Karena defek sel B dimana sel B berperan dalam imunitas humoral. Imunitas humoral
dimediasi oleh antibodi, yang merupakan efektor dari respons imun adaptif, dengan
fungsi menetralkan dan mengeliminasi mikroba ekstraseluler dan toksin-toksin mikroba.
Imunitas humoral memiliki peran sangat penting dalam melawan mikroba yang memiliki
kapsul kaya polisakarida dan lipid, dan terhadap toksin polisakarida dan toksin lipid,
karena sel T tidak dapat memberikan respon terhadap antigen non protein.8
Defisiensi sel B akan mengakibatkan infeksi bakteri piogenik, infeksi bakteri dan virus
enterik. Sedangkan defisiensi sel T menyebabkan infeksi virus dan mikroba intraseluler
lainnya serta keganasan yang berkaitan dengan infeksi virus.8
Sedangkan mikroba yang berperan pada skenario yaitu giardia lamblia dan bakteri
gram positif merupakan mikroba yang bekerja di bagian ekstraseluler. Yang harusnya
respon imun yang bekerja adalah sel B, tapi karena sel B mengalami defisiensi sehingga
perlawanan tubuh pada mikroba tersebut akan lemah dan mengakibatkan pneumonia dan
diare.8
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis
dan tetanus. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Coryneba
cterium.10
Berdasarkan jadwal imunisasi rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali pada bayi usia 0-12 bulan yaitu pada usia 2, 4
dan 6 bulan. Pemberian imunisasi lengkap sebelum anak mencapai usia 1 tahun, memiliki
tujuan untuk melindungi anak dari beberapa penyebab yang paling utama dari infeksi
pernafasan termasuk batuk rejan, difteri, tuberkulosa dan campak. Penderita difteri,
pertusis apabila tidak mendapat pertolongan yang memadai akan berakibat fatal. Dengan
pemberian imunisasi berarti mencegah kematian pneumonia yang diakibatkan oleh
komplikasi penyakit campak dan pertusis.10
Pemberian imunisasi DPT harus memprhatikan kondisi dari anak dimana anak yang
akan mendapat imunisasi harus dalam keadaan sehat sebab pada prinsipnya imuniasi
merupakan pemberian virus dengan memasukan bagian virus atau bakteri yang telah
dilemahkan dan kemudian akan menimbulkan antibodi. Imunisasi tidak boleh diberikan
hanya pada kondisi tertentu misalnya anak mengalami penurunan daya tahan tubuh.10
18
DAFTAR PUSTAKA
19