Nama : Tn.M
Umur : 59 tahun
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Anamnesis Terpimpin :
Pasien mengeluh sesak nafas terutama bila menaiki tangga ataupun pada saat
beraktifitas, kadang di sertai batuk dan mengalami nyeri pundak sampai ke leher
belakang sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit sebelumnya : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
(-) Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS
Congestive Heart Failure
DIAGNOSIS BANDING :
Pneumoniae, Non Cardiogenic Pulmonary Edema
PENATALAKSANAAN
Pengobatan farmakologi yang diberikan :
Omeprazol 20 mg 1x1
Acetosal 80 mg 1x1
DMP 20 mg 2x1
Pengobatan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara lain :
• Hindari Dingin
• Banyak Minum Air Hanga
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Congestive Heart Failure atau Gagal jantung adalah suatu sindroma
klinis yang disebabkan oleh gagalnya mekanisme kompensasi otot
miokard dalam mengantisipasi peningkatan beban volume berlebihan
ataupun beban tekanan yang berlebih pada jantung, sehingga tidak
mampu memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan tubuh.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena gangguan primer otot
jantung, atau beban jantung yang berlebihan, atau kombinasi keduanya.
Beban jantung yang berlebihan pada preload atau beban volume terjadi
pada defek dengan pirau kiri ke kanan, regurgitasi katup, atau fistula
arteriovena. Sedangkan beban yang berlebihan pada afterload atau
beban tekanan terjadi pada obstruksi jalan keluar jantung, misalnya
stenosis aorta, stenosis pulmonal, atau koarktasio aorta.
3. Etiologi
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu :
1. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi
secara tunggal atau bersamaan akibat penyakit jantung bawaan atau
didapat yaitu :
Beban volume (preload)
Beban tekanan (afterload)
2. Abnormalitas otot jantung
a. Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal
ginjal kronik, anemia), rheumatoid heart disease, toksin atau
sitostatika.
b. Sekunder : Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif
3. Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi.
4. Patofisologi
A. Mekanisme Dasar
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas
pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu
kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas
ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup, dan
meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV
(volume akhir diastolik) ventrikel, terjadi peningkatan tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan
bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya
LVDEP, terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena
atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastol.
Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh darah
paru - paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru - paru.
Apabila tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru - paru melebihi
tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan ke
dalam interstisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi
kecepatan drainase limfatik, akan terjadi edema interstisial.
Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan
merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru. Tekanan
arteri paru - paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan
vena paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tahanan terhadap
ejeksi ventrikel kanan. Serangkaian kejadian seperti yang terjadi
pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan yang
akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik.
Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat
diperberat oleh regurgitasi fungsional dari katup - katup trikuspidalis
atau mitralis secara bergantian. Regurgitasi fungsional dapat
disebabkan oleh dilatasi anulus katup atroventrikularis, atau
perubahan orientasi otot papilaris dan korda tendinae akibat dilatasi
ruang.
1. Stage A
Mempunyai risiko tinggi terhadap perkembangan gagal jantung
tetapi tidak menunjukkan struktur abnormal dari jantung .
2. Stage B
Adanya stuktur yang abnormal pada jantung pasien tetapi tidak
bergejala.
3. Stage C
Adanya struktural yang abnormal dari pasien dengan gejala awal
gagal jantung.
4. Stage D
Pasien dengan gejala tahap akhir gagal jantung sulit diterapi
dengan pengobatan standar.
6.Manifestasi Klinis
Diagnosa gagal jantung kongestif menurut Framingham dibagi
menjadi 2 yaitu kriteria mayor dan kriteria minor. Diagnosis ditegakkan
dari dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor
harus ada di saat bersamaan.
Kriteria mayor :
1. Dispnea nocturnal paroksismal atau ortopnea.
2. Peningkatan tekanan vena jugularis
3. Ronkhi basah tidak nyaring
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Irama derap S3
7. Peningkatan tekanan vena >16 cm H20
8. Refluks hepatojugular.
Kriteria minor :
1. Edema pergelangan kaki
2. Batuk malam hari
3. Dispneu d’effort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
7. Takikardi (120x/menit).
7. Pemeriksaan laboratorium
Tes darah mungkin akan diminta untuk menilai fungsi hati dan ginjal,
level/tingkat sodium dan potassium, jumlah sel darah, dan pengukuran-
pengukuran lainnya.
8. Gambaran EKG
9. Diagnosis Banding
1. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
pernapasan dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari
paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari
atmosfer) menjadi radang sehingga menyebabkan penimbunan
cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi
infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit.Pneumonia juga dapat
terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru - paru, atau
secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau
penggunaan alkohol.
Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi
batuk, nyeri dada, demam,dan sesak nafas.Alat diagnosanya meliputi
sinar-x dan pemeriksaan sputum.Pengobatan tergantung penyebab
dari pneumonia; pneumonia kerena bakteri diobati dengan
antibiotika.Pneumonia merupakan penyakit yang umumnya terjadi
pada semua kelompok umur, danmenunjukan penyebab kematian
pada orang tua dan orang dengan penyakitkronik.Tersedia vaksin
tertentu untuk pencegahan terhadap jenis pnuemonia.Prognosis
suntuk tiap orang berbeda tergantung dari jenis pneumonia,
pengobatan yang tepat,ada tidaknya komplikasi dan kesehatan orang
tersebut.
Foto Thorax yang menggambarkan adanya perselubungan pada air space perihilus
yang berprogress cepat ke seluruh bagian lapangan paru.
Menunjukan adanya infiltrasi oleh bacterial pneumonia pada lobus paru
kanan atas ( lobus superior kanan )
a. Non Farmakalogi :
- Anjuran umum :
Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan
pengobatan.
Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat
dilakukan seperti biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan
profesi yang masih bisa dilakukan.
Gagal jantung berat harus menghindari penerbangan panjang.
- Tindakan Umum :
Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal jantung
ringan dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter
pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung
ringan.
Hentikan rokok
Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari
pada yang lainnya.
Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama
20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit
dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal
jantung ringan dan sedang).
Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan
eksaserbasi akut.
b. Farmakologi
Terapi farmakologik terdiri atas ; panghambat ACE, Antagonis
Angiotensin II, diuretik, Antagonis aldosteron, β-blocker,
vasodilator lain, digoksin, obat inotropik lain, anti-trombotik, dan
anti-aritmia.
a. Diuretik. Kebanyakan pasien dengan gagal jantung
membutuhkan paling sedikit diuretik reguler dosis rendah.
Permulaan dapat digunakan loop diuretik atau tiazid. Bila
respon tidak cukup baik, dosis diuretik dapat dinaikkan, berikan
diuretik intravena, atau kombinasi loop diuretik dengan tiazid.
Diuretik hemat kalium, spironolakton, dengan dosis 25-50
mg/hari dapat mengurangi mortalitas pada pasien dengan gagal
jantung sedang sampai berat (klas fungsional IV) yang
disebabkan gagal jantung sistolik.
b. Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivitas
neurohormonal, dan pada gagal jantung yang disebabkan
disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemberian dimulai dengan
dosis rendah, dititrasi selama beberapa minggu sampai dosis
yang efektif.
c. Penyekat Beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE.
Pemberian dimulai dosis kecil, kemudian dititrasi selama
beberapa minggu dengan kontrol ketat sindrom gagal jantung.
Biasanya diberikan bila keadaan sudah stabil. Pada gagal
jantung klas fungsional II dan III. Penyekat Beta yang
digunakan carvedilol, bisoprolol atau metaprolol. Biasa
digunakan bersama-sama dengan penghambat ACE dan
diuretik.
d. Angiotensin II antagonis reseptor dapat digunakan bila ada
intoleransi terhadap ACE ihibitor.
e. Digoksin diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal
jantung disfungsi sistolik ventrikel kiri dan terutama yang
dengan fibrilasi atrial, digunakan bersama-sama diuretik, ACE
inhibitor, beta blocker.
f. Antikoagulan dan antiplatelet. Aspirin diindikasikan untuk
pencegahan emboli serebral pada penderita dengan fibrilasi
atrial dengan fungsi ventrikel yang buruk. Antikoagulan perlu
diberikan pada fibrilasi atrial kronis maupun dengan riwayat
emboli, trombosis dan Trancient Ischemic Attacks, trombus
intrakardiak dan aneurisma ventrikel.
g. Antiaritmia tidak direkomendasikan untuk pasien yang
asimptomatik atau aritmia ventrikel yang menetap. Antiaritmia
klas I harus dihindari kecuali pada aritmia yang mengancam
nyawa. Antiaritmia klas III terutama amiodaron dapat
digunakan untuk terapi aritmia atrial dan tidak digunakan untuk
terapi aritmia atrial dan tidak dapat digunakan untuk mencegah
kematian mendadak.
Antagonis kalsium dihindari. Jangan menggunakan kalsium
antagonis untuk mengobati angina atau hipertensi pada gagal
jantung.
11. Prognosis
10. Panggabean MM, Manurung D, Ghanie A. Buku ajar ilmu penyakit dalam.edisi 2. Jakarta:
Interna publishing; 2012. h. 1583-97.
LAPORAN KASUS I
PENYAKIT INFEKSI
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Nn. RC
Umur : 12 tahun
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Buang air besar encer
Anamnesis Terpimpin :4 hari yang lalu pasien mengeluh berak encer berwarna
kekuningan, berlendir, tidak berdarah, tidak berbau
busuk, dan tidak berampas . Berak terus menerus
sebanyak lebih dari 3 kali.
PEMERIKSAAN FISIS:
Kesadaran : compos mentis
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 42 kg
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 21x/menit
Suhu : 36,2˚C
Kepala : Normocephal, udem palpebra (-), konjungtiva anemis (-
/-), sklera ikterus (-/-), pupil bulat isokor, bibir kering (-),
sianosis pada bibir (-), lidah kotor (-).
Thoraks :
- Inspeksi : Normochest, pengembangan dada simetris kiri dan kanan, tidak tampak
retraksi. Tampak bulla berisi pus, berbatas tegas, hiperemis (-).
- Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), vokal fremitus kiri = kanan.
- Perkusi : Sonor, batas paru hepar depan ICS V dextra anterior, batas paru belakang
kanan vertebra thorakal XII dextra posterior, batas paru belakang kiri
vertebra thorakal XII sinistra posterior.
- Auskultasi : BP Vesikuler, BT Rh : Wh :
- - - -
- - - -
- - - -
- Cor :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung ICS II
- Batas kanan jantung : ICS III Linea Parasternalis dextra
- Batas kiri jantung : ICS V linea midclavicularis.
- Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 murni reguler
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
(-) Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS
Enteritis Akut
DIAGNOSIS BANDING :
Gastroenteritis akut et causa bakteri
Gastroenteritis akut et causa virus
PENATALAKSANAAN
Pengobatan farmakologi yang diberikan :
Oralit
Paracetamol 500 mg
Vit. B Complex
Pengobatan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara lain :
• Perbanyak intake cairan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
frekuensi tidak normal dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair, dengan
kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram
antara lain: Infeksi yang disebabkan oleh bakteri: shigella sp, E.coli pathogen,
makanan basi, makan makanan yang tidak biasa misalnya makanan siap saji,
3. Manifestasi Klinis
nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus, dapat terjadi setiap
defekasi.
darah turun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan didapatkan
tanda dan gejala dehidrasi, meliputi: Turgor kulit menurun <3 detik, pada anak-
anak ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan di sertai
4. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
5. Pemeriksaan Penunjang
dilakukan yaitu:
6. Penatalaksanaan Medis