DOSEN PENGAMPU :
ZULKARNAINI, S.Pd, M.Pd, Kons
DI SUSUN OLEH :
AISHA ADINDA DINANTI (22202058)
WADI ABDANIL (22201994)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kesimpulan ............................................................................................. 12
Saran ....................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ciri-Ciri Masa Puber ?
2. Kapan Usia Pada Masa Puber ?
3. Apa Akibat Kematangan Yang Menyimpang ?
4. Apa Bahaya Pada Masa Puber ?
5. Bagaimana Ketidakbahagiaan Pada Masa Puber ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun ciri-ciri fisik anak yang memasuki masa pubertas adalah sebagai
berikut (Sujanto, 1996:172-173):
2
a. Kelenjar bagi anak laki-laki mulai menghasilkan cairan yang terdiri
atas sel-sel sperma dan bagi anak perempuan kelenjar kelaminnya
mulai menghasilkan sel telur.
b. Anak laki-laki mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan
mengalami menstruasi.
c. Tubuh mulai berkembang, sehingga tampak pada anak laki-laki
dadanya bertambah dengan otot-otot yang kuat dan anak perempuan,
pinggulnya mulai melebar.
d. Mulai tumbuhnya rambut-rambut di bagian-bagian tertentu baik anak
laki-laki maupun anak perempuan.
e. Anak laki-laki lebih banyak bernafas dengan perut sedangkan anak
perempuan lebih banyak bernafas dengan dada.
f. Suara mulai berubah menjadi lebih besar atau parau.
g. Wajah anak laki-laki lebih tampak persegi sedangkan wajah anak
perempuan lebih tampak membulat.
h. Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalan
anak laki-laki dan anak perempuan mengalami perubahan. Anak laki-
laki tampak lebih kaku dan kasar, sedang anak perempuan tampak
lebih canggung.
i. Mulai menghias diri, baik anak laki-laki maupun anak perempuan
berusaha menarik perhatian dengan memamerkan segala
perkembangannya, tetapi dengan malu-malu.
j. Sikap batinnya kembali mengarah ke dalam, sehingga timbul rasa
percaya diri.
k. Perkembangan tubuhnya mencapai kesempurnaan dan kembali
harmonis
3
pubertas, remaja perempuan maupun laki-laki akan merasakan adanya perubahan
dalam tubuh mereka.
Berikut adalah tahap-tahap masa pubertas pada manusia :
a. Tahap pra puber (12-13 tahun)
Tahap ini terjadi pada masa akhir anak hampir mengalami tumpang
tindih dengan terakhir masa anak-anak. Masa ini mereka bukan lagi
sepenuhnya menjadi anak tetapi juga belum sepenuhnya sebagai
remaja. Pada tahap ini, ciri-ciri seks sekunder sudah mulai kelihatan
dan organ-organ seksual menuju kematangan dan belum berfungsi
secara sempurna.
b. Tahap puber terjadi sekitar (14-16 tahun)
Tahap pubertas terjadi pada awal masa remaja. Pubertas digunakan
sebagai tanda bahwa organ-organ seksual mulai matang, bagi anak
laki-laki sudah bisa menghasilkan sperma yang ditandai dengan mimpi
basah. Bagi anak perempuan sudah menghasilka sel telur yang ditandai
dengan datangnya masa haid. Organ seksual primer sudah berfungsi
lebih sempurna jika dibandingkan dengan masa pra pubertas.
c. Tahap pasca puber (17-18 tahun)
Pada masa ini jumlah hormone yang diproduksi semakin
meningkat dan menyebabkan datangnya struktur dan berfungsinya
organ-organ seks.
4
Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia
mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Beberapa
hal yang dapat menyebabkan antara lain dari lingkungan dari dari anak itu sendiri.
Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan
sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak
ada peningkatan perkembangan. Dan dapat dikatakan bahwa anak sedang
mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan.
Adapun penyimpagan dalam pematangan dibagi menjadi matang lebih awal
dan matang terlambat. Anak matang lebih awal mengalami kesulitan, karena
nampak lebih tua dari usianya. Sehingga diharapkan dapat bertindak sesuai
dengan penampilannya dan bukan sesuai usianya. Jika anak tidak berperilaku
sesuai yang diharapkan, anak akan mendapatkan kritik dari lingkungan sekitar.
Saat anak dikritik akan memunculkan rasa benci, perasaan tidak mampu, dan
rendah diri. Akibat yang muncul dari masa puber, seperti meningginya emosi,
merasa canggung, dan lainnya, lebih menonjol dialami pada anak yang matang
lebih awal. Oleh karena itu perasaan rendah diri pada anak semakin meningkat.
Kebalikan dari anak yang matang lebih awal, anak yang matang terlambat
justru dianggap lebih muda dari usianya, mereka cenderung diperlakukan sesuai
dengan penampilannya baik oleh teman sebayanya maupun orang dewasa.
Perlakuan tersebut membuat anak meragukan kemampuan dirinya untuk
melakukan hal-hal yang biasa dilakukan teman seusianya. Anak matang terlambat
mungkin memiliki lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan fisik saat masa puber, namun mereka juga memiliki kegelisahan
apakah mereka dapat menjadi besar seperti teman seusianya atau tidak. Ketika
anak matang terlambat berkumpul dengan teman seusianya, anak tersebut akan
merasa lebih lemah dan kurang berembang, sehingga hal tersebut memicu
munculnya perasaan rendah diri.
5
akan proses pada masa ini. Jika hal ini dibiarkan anak akan susah untuk
beradaptasi dan ditakutkan menyebabkan bahaya secara psikologis. Bahaya
psikologis yang dapat terjadi pada masa ini memiliki akibat yang berlaku dalam
jangka panjang selama masa pertumbuhan anak.
Bahaya psikologis yang mungkin muncul pada masa puber anak adalah sebagai
berikut :
1. Konsep Diri yang Kurang Baik
Adapun beberapa hal yang menyebabkan perkembangan konsep
diri kurang baik selama masa puber, diantaranya yaitu alasan pribadi
dan alasan lingkungan. Pada masa anak-anak, anak cenderung
mengharapkan konsep ideal mengenai penampilan mereka kelak saat
dewasa. Kemudian saat melalui masa puber, anak mulai mengawasi
perubahan pada tubuhnya dan ketika apa yang terlihat tidak sesuai
dengan harapanya, anak akan merasa kecewa dan hal ini akan
memberikan pengaruh buruk terhadap konsep diri.
Anak puber juga cenderung berperilaku antisosial, sehingga
mempengaruhi bagaimana perilaku orang lain terhadap dirinya.
Perlakuan dari orang lain yang berupa dukungan sosial juga sangat
mempengaruhi konsep diri. Saat anak menarik diri dari sosial, maka
anak juga tidak cukup mendapatkan dukungan sosial dari orang lain.
Sehingga hal ini akan menimbulkan sikap negatif terhadap diri anak
sendiri.
2. Prestasi rendah
Seiring cepatnya pertumbuhan fisik, maka tenaga juga akan
menjadi semakin melemah. Hal ini mengakibatkan timbulnya rasa
malas dan cepat bosan saat melakukan kegiatan. Prestasi rendah
biasanya dimulai sekitar kelas empat atau lima, saat semangat sekolah
mulai redup. Karena timbulnya rasa malas dan redupnya semangat
saat melakukan kegiatan, anak akan cenderung bekerja di bawah
kemampuannya yang sebenarnya dengan kata lain, motivasi yang
dimiliki anak untuk terus berusaha melakukan apa yang dapat mereka
6
lakukan cenderung kecil. Jika hal ini terus berkembang akibatnya
banyak anak puber menjadi dewasa dengan berprestasi rendah, tidak
hanya di bidang akademik namun juga dalam pekerjaan.
3. Kurangnya Persiapan untuk Menghadapi Perubahan di Masa Puber
Jika anak puber tidak diberi arahan atau secara psikologis tidak
dipersiapkan mengenai adanya perubahan fisik dan psikologis yang
terjadi pada masa puber, pengalaman yang akan terjadi selama masa
puber dapat menjadi pengalaman yang traumatis bagi anak. Terdapat
banyak alasan mengapa anak sering tidak dipersiapkan untuk
menghadapi masa puber. Misalnya, kurangnya pengetahuan yang
dimiliki orang tua atau kurang akrabnya hubungan antara orang tua
dan anak, sehingga menghalangi anak untuk bertanya mengenai
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Selain itu juga tekadang anak
pura-pura sudah memahami apa itu masa puber untuk menghindari
pertanyaan-pertanyaan dari orang tua. Tidak hanya lingkugan
keluarga, namun lingkungan sekolah dan pertemanan juga dapat
menjadi alasan kurangnya persiapan untuk masa puber anak. Seperti,
tidak cukupnya pelajaran mengenai perubahan biologis yang mungkin
terjadi pada masa puber, dan anak cenderung malu untuk bertanya
pada teman-temannya.
Apapun alasannya, hal ini merupakan bahaya psikologis yang
serius , terutama pada anak yang memiliki masa puber lebih cepat atau
justru lebih lambat. Kurangnya pengetahuan akan mendorong anak
untuk berpikir bahwa ada sesuatu yang salah atau tidak normal pada
dirinya. Ketika anak merasa berbeda dan menyimpang dari teman-
temannya, anak akan merasa gelisah, prihatin, dan sendirinya akan
merasa rendah diri.
4. Menerima Tubuh yang Berubah
Salah satu tugas perkembangan pada masa puber yang penting
yaitu menerima kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan.
Hanya sedikit anak yang memahami hal ini, sehingga mereka menjadi
7
tidak puas dengan penampilannya. Apalagi mereka mengerti bahwa
penampilan memiliki pengaruh besar dalam memperoleh dukungan
sosial. Ada beberapa alasan mengapa anak puber kesulitan menerima
perubahan tubuhnya.
Pertama, hampir semua anak mengembangkan konsep diri fisik
yang ideal berdasarkan konsep dari berbagai sumber yang sesuai
dengan kelompok jenis kelaminnya. Sehingga ketika kenyataan tidak
sesuai dengan konsep diri fisik ideal yang telah tertanam, maka anak
akan cenderung merasa tidak puas dan menjadi sulit untuk menerima
diri sendiri.
Kedua, adanya kepercayaan mengenai tipe-tipe penampilan yang
pantas untuk lawan jenis kelaminnya. Misalnya, adanya kepercayaan
jika dada yang rata pada perempuan umumnya dianggap tidak
menarik dan tidak feminin. Hal tersebut yang akhirnya dapat
membuat perempuan menjadi gelisah dan cenderung menolak diri.
5. Menerima Peran seks yang didiukung secara sosial
Selain menerima perubahan pada tubuh, anak puber juga
diharapkan menerima peran seks orang dewasa yang merupakan tugas
perkembangan utama pada tingkat usia ini. Sepanjang masa anak-
anak, anak lai-laki mendapat tekanan kuat untuk memerankan sosok
yang maskulin yang merupakann keunggulan seorang pria. Peran seks
pada laki-laki cenderung lebih jelas karena pria seringkali
dihubungkan dengan keunggulan dan martabat, dan perilakunya
mendekati stereotip yang ideal. Oleh karena itu, pada masa puber anak
laki-laki cenderung tidak mengalami kesulitan dan bukan merupakan
bahaya psikologis bagi dirinya.
8
Bagi banyak anak puber, bahaya psikologis dari sikap menerima peran
seks pada perempuan semakin diperkuat dengan adanya masa haid
yang menimbulkan banyak ketidaknyamanan. Kesadaran bahwa anak
laki-laki tidak mengalami masa puber, membuat anak perempuan
memperbesar penolakannya untuk menerima peran seks wanita.
1. Penerimaan
Hakikat kebahagiaan yang pertama adalah penerimaan , baik
penerimaan diri sendiri maupun penerimaan sosial. Agar bisa merasa
puas dengan kehidupannya hingga bisa menganggap dirinya bahagia,
remaja tidak hanya harus menyukai dan menerima dirinya sendiri, tetapi
juga harus merasa diterima oleh orang lain. Semakin mereka bisa
menyukai dan menerima diri mereka sendiri, mereka akan semakin
bahagia. Demikian pula, semakin banyak orang yang ingin mereka sukai
dan terima, semakin puas mereka dengan statusnya dalam kelompok
sosial.
Sulit bagi anak puber untuk menerima diri sendiri bila ia merasa cemas
dan khawatir terhadap perubahan tubuhnya serta tidak puas dengan
penampilannya. Selain itu, kesadaran akan semakin pentingnya peran
penampilan dalam penerimaan sosial menambah kekhawatiran mereka.
Penelitian terhadap anak-anak puber yang tidak puas dengan penampilan
mereka menunjukkan hal-hal yang paling memprihatinkan.
Kekhawatiran terhadap peran penampilan dalam penerimaan sosial
bukanlah satu-satunya penyebab ketidakbahagiaan selama masa pubertas.
Perilaku sebagian besar remaja sangat tidak biasa sehingga orang tua,
guru, saudara kandung, dan teman sebaya – orang-orang paling penting
9
dalam hidup mereka – mungkin bersikap menolak terhadap anak-anak
tersebut. Yang lebih buruk lagi, kemarahan dan kegelisahan mereka
menciptakan kesan bahwa mereka tidak bertindak sebagaimana mestinya
– sebuah kesan yang semakin membahayakan penerimaan sosial mereka
dan, akibatnya, penerimaan diri mereka.
2. Kasih Sayang
Hakikat kebahagiaan yang kedua adalah kasih sayang dari orang
lain. Karena kasih sayang dan penerimaan orang lain berjalan
beriringan, anak-anak puber yang sikapnya terhadap anggota keluarga
dan teman-temannya kritis dan menghina, dan yang perilakunya
dalam situasi sosial bersifat egosentris dan tidak sosial, tidak
menerima kasih sayang seperti sebelumnya. Meskipun mereka
mungkin berusaha menciptakan kesan bahwa mereka tidak peduli,
atau bahwa kasih sayang orang lain tidak berarti apa-apa bagi mereka,
namun kenyataannya tidak demikian. Masa puber mendambakan
kasih sayang, seperti halnya anak-anak, dan sering kali mereka
menginginkan lebih banyak kasih sayang daripada sebelumnya karena
mereka tidak bahagia dan tidak puas dengan diri mereka sendiri dan
kehidupan secara umum.
3. Prestasi
Hal penting ketiga dari kebahagiaan, yaitu prestasi , juga berada
pada tingkat yang rendah pada usia ini sehingga hanya memberikan
sedikit atau tidak ada kontribusi terhadap kebahagiaan anak puber.
Seperti yang telah ditekankan sebelumnya dalam pembahasan bahaya
selama masa pubertas, rendahnya prestasi adalah hal biasa. Hal ini
sebagian disebabkan oleh keengganan untuk bekerja yang disebabkan
oleh rendahnya ketahanan fisik dan kekuatan, dan sebagian lagi
karena penerimaan anak perempuan terhadap stereotip peran seks
tradisional yang menyatakan bahwa prestasi perempuan lebih rendah
daripada laki-laki.
10
Ketika pencapaian mereka tidak mencapai potensi mereka,
sebagian besar remaja menyadarinya dan merasa bersalah dan malu.
Ketika, misalnya, nilai-nilai sekolah mereka menurun drastis, seperti
yang sering terjadi pada masa pubertas, anak-anak remaja menyadari
fakta bahwa mereka dapat melakukan dan telah melakukan pekerjaan
lebih baik daripada yang mereka lakukan sekarang. Jika orang tua dan
guru mengkritik dan menegur mereka karena kurangnya prestasi, hal
ini menambah perasaan bersalah yang mereka alami dan berdampak
buruk pada kebahagiaan mereka.
11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pubertas adalah waktu ketika semua organ utama dan sistem tubuh
menjadi matang. Atau akhir pubertas, seorang remaja sudah matang secara
seksual dan reproduktif. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi selama masa
pubertas disebabkan oleh perbuhan kadar hormon dalam tubuh. Masa puber
merupakan masa transisi dan tumpang tindih, meliputi tahun-tahun akhir
masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Ciri-ciri anak yang mengalami
masa pubertas adalah sebagai berikut, yaitu mencari pergaulan di luar
keluarga, minat subjektif dan sosial, timbul ke dalam batin sendiri,
kepribadian tumbuh dan si puber menemukan diri sendiri, ia mulai meneliti
hidupnya, penemuan nilai-nilai, daya pikir melepaskan sifat-sifat konkret dan
menuju sifat-sifat abstrak.
Masa puber terjadi pada rentang usia 10-14 tahun, sementara pada laki-
laki, pada kisaran usia 12-16 tahun. Pubertas terjadi pada akhir anak hampir
mengalami tumpang tindih dengan terakhir masa anak-anak. Masa pubertas
digunakan sebagai tanda bahwa organ-organ seksual mulai matang, bagi anak
laki-laki sudah bisa menghasilkan sperma yang ditandai dengan mimpi basah,
bagi anak perempuan sudah menghasilka sel telur yang ditandai dengan
datangnya masa haid.
2. Saran
Penulis berharap kepada seluruh yang memiliki komitmen terhadap
pengembanagn ilmu kiranya dapat memberikan sumbang saran dan kritikan
yang bersifat ilmiah guna melengkapi makalah yang penulis yakin masih
sangat jauh dari kesempurnaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13