Anda di halaman 1dari 17

Tugas Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen : Amriati Mutmainnah, S.Kep.Ns,.MSN

ASUHAN
KEPERAWATAN
FRAKTUR
Kelompok 1
M. Afdal Hasan (NH0117070) Roisatul Ulfah (NH0117073)

Abdul Zakir Arsyad (NH0118002) Sanawiah (NH0118074)

Audina Ismul Suliasni (NH0118012) Sapta Noven Tonapa (NH0118075)

Muhammad Iqbaalul (NH0118049) Sariani (NH0118076)

Muhsania Anwar (NH0118050) Sofiyani W Salim (NH0118079)

Mutmainna (NH0118051) Sonia Titin Rahakratat (NH0118080)

Nadia Nur Faizah (NH0118052) Sukma Wulandari (NH0118084)

Natalia Delsi (NH0118053) Susanti Marilalan (NH0118085)

Nia Elvira Makase (NH0118054) Tasya Putri Tamara (NH0118088)

Nirmala (NH0118055) Wulan Sanna (NH0118093)

Norlisa Sudirman (NH0118056) Yohanis Agustinus (NH0118095)

Nur Faujiah (NH0118057) Asrianto (NH0118097)

Reylita Widi A. (NH0118065)

Anggota Kelompok
Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma

FRAKTUR langsung dan trauma tidak langsung.


Pada keadaan fraktur, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh
dimana akan terjadi edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan
sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan
kerusakan pembuluh darah.
ETIOLOGI
Menurut Pratiwi (2020) etiologi/penyebab terjadinya fraktur adalah :

1
Trauma
2
Trauma Tidak
3
Kondisi
Langsung Langsung Patologis
Terjadi benturan Tidak terjadi pada tempat Terjadi karena
pada tulang yang benturan tetapi ditempat penyakit pada tulang
menyebabkan lain,oleh karena itu kekuatan (degeneratif dan
fraktur trauma diteruskan oleh kanker tulang)
sumbu tulang ke tempat lain
PATOFISIOLOGI

Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur.


Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja bukan patah.
Saat terjadi fraktur otot mengalami spasme dan menarik fragmen tulang keluar posisi, bahkan mampu menggeser tulang besar
sperti femur.
Fragmen fraktur dapat bergeser kesamping atau menimpa segmen lain, dapat berotasi atau berpindah, setelah periosteum dan
pembuluh darah di korteks marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak, terjadilah perdarahan dan terbentuk
hematoma dirongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan kebagian tulang yang patah, jaringan yang mengalami
nekrosis ini menstimulasi terjadinya inflamsasi yang ditandi dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih.
KLASIFIKASI

1


Fraktur komplit
Fraktur inkomplit
2
• Fraktur tertutup • Fraktur Greenstica
• Fraktur terbuka • Fraktur transverse
• Fraktur tanpa perubahan posisi • Fraktur obligue
• Fraktur dengan perubahan posisi • Fraktur spiral
• Comminuted fraktur
• Impacted fraktur
Berdasarkan Garis Patah Bulang
Berdasarkan Bentuk Patah Tulang
MANIFESTASI
KLINIK Perubahan
Deformitas
neurovaskuler

Memar Ketegangan

Spasme Otot Kehilangan fungsi

Gerakan abnormal
Nyeri
dan krepitasi

Pembengkakan Syok
TES
DIAGNOSTIK
1 Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan kedudukan
fragmen fraktur.

Pemeriksaan khusus seperti CT-scan atau MRI kadang diperlukan,


2 misalnya pada kasus fraktur vetebra yang disertai gejala neurologis.

3 Pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap


(Hemoglobin, hematokrit, leokosit, LED).
PENATALAKSANAAN
MEDIK

Fraktur Terbuka Seluruh Fraktur

Merupakan kasus emergensi karena • Rekognisis/Pengenalan


dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri Riwayat kejadian harus jelas untuk
dan disertai perdarahan yang hebat menentukan diagnosa dan tindakan
dalam waktu 6 – 8 jam (golden period). selanjutnya.
Kuman belum terlalu jauh meresap
dilakukan: • Reduksi/Manipulasi/Reposisi
• Pembersihan luka Upaya untuk memanipulasi fragmen
• Exici tulang sehingga kembali seperti semula
• Hecting situasi secara optimun.
• Antibiotik
FARMAKOLOGI

Secara Farmakologi yaitu memakai obat – obatan anti nyeri baik analgesik narkotik/non
narkotik. Namun bila keluhan nyeri dapat dihilangkan secara sederhana maka hal itu
jauh lebih baik daripada penggunaan obat-obatan.

Secara Non farmakologi, seperti teknik distraksi, dan teknik relaksasi Manajemen nyeri non-
farmakologi adalah merupakan teknik perawatan mandiri perawat dengan teknik relaksasi,
massage, distraksi, guided imagery, TENS, terapi panas atau dingin, terapi musik,
akupressur.
PERAPI DIET
Berdasarkan discharge planning aturan diet pasien fraktur adalah diet TKTP
(Tinggi Kalori Tinggi Protein),(Wat 2018).

Bahan makanan yang dianjurkan untuk pasien Makanan yang harus dihindari pasien
fraktur yaitu : fraktur yaitu :

• Karbohidrat (Nasi, mie, roti, dan hasil • Penggunaan minyak yang berlebihan
olahan tepung-tepungan serta gula pasir). dan santan kental.
• Protein Nabati (Kacang-kacangan dan • Makanan dan minuman yang
hasil olahan tahu tempe, oncom dll). berenergi rendah.
• Protein Hewani (Daging sapi, ayam, ikan, • Bumbu-bumbu yang merangsang
telur, susu, dan hasil olahan susu). tajam seperti cabe dan merica.
• Sayuran (Semua jenis sayuran).
• Buah-buahan (Semua jenis buah).
• Lemak dan Minyak (Minyak goreng,
margarin, mentega, dan santan encer).
KOMPLIKASI

• Kerusakan arteri
• Kompartement syndrome
Komplikasi Delayed Union • Komplikasi
• Fat Embolism Syndrome (FSE)
Awal Nonunion • Dalam waktu
• Infeksi Lama
Fraktur Malunion •
• Avaskuler Nekrosis
• Shock
KONSEP
KEPERAWATAN

KELUHAN
PENGKAJIAN UTAMA
Pada umumnya keluhan utama pada kasus
Pengkajian merupakan tahap awal dan fraktur adalah rasa nyeri pada daerah luka
landasan dalam proses keperawatan, post op apabila digerakkan.
untuk itu diperlukan kecermatan dan Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
ketelitian tentang masalah-masalah klien tentang rasa nyeri klien digunakan yaitu :
sehingga dapat memberikan arah terhadap P = Provoking incident
tindakan keperawatan. Yang meliputi Q = Quality of pain
Identitas klien, riwayat penyakit/kesehatan, R = Region
Status Cairan dan Nutrisi, dan S = Severyty (scale) of pain
pemeriksaan fisik. T = Time
PENYIMPANGAN
KDM
Trauma langsung Tuma tidak langsung Kondisi patofisiologi

FRAKTUR

Pergeseran fragmen tulang

Diskontinuitas tulang Timbul respon stimulus nye mm Tindakan ORIF / ORIF

Fratur terbuka Fratur tertutup Pengeluaran istamin pemasangan plasenta

Leseri kulit Perubahan frakmen Reaksi nosis pektor ganguan fungsi Tulang
tulang
Putus vena/akteri Respon reflek potekti
Spasme otot suptur pada tulang Hambatan
Kehilangan volume vena/akteri mobeletas
cairan fisik
Edema Nyeri akut
Resiko syo
Penekanan pembuluh darah
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian dapat di tentukan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan fraktur seperti sebagai berikut :

Dx. 1 Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak.

Dx. 2 Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, pembengkakan, prosedur bedah, imobilisasi.

Dx. 3 Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d edema.

Dx. 4 Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan


INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
 
Dx.2 Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, NOC: NIC :
pembengkakan, prosedur bedah, a. Join movent : active 1. Bantu klien untuk menggunakan tongkat
b. Mobility level saat berjalan dan cegah terhadap
imobilisasi.
c. Self care : ADLs cedera
d. Transfer performance 2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilitasi
  3. Damping dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
Kriteria hasil
ADLs ps.
1. Klien meningkat dalam aktivitas
4. Monitoring vital sign sebelum/ sesudah
fisik
latihan dan lihat repon pasien saat
2. Mengerti tujuan dari mobiltas
latihan
3. Memverbalisasikan perasaan
5. Ajarkan pasien bagaimana merubah
dalam meningkatkan kekuatan dan
posisi dan berikan bantuan jika
kemampuan berpindah
diperlukan
4. Memperagakan penggunaan alat
bantu untuk mobilisasi (walker)
 
SEKIAN &
TERIMA KASIH
—A2 / 2018

Anda mungkin juga menyukai