Hipertensi
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Stase Keluarga
Disusun oleh :
Neng Sani Savitri Dewi
214119110
1 TUJUAN PENYULUHAN
1. Tujuan Umum
Setelah di berikan penyuluhan selama ± 30 menit, tentang
Hipertensi pada masyarakat di rumah warga, diharapkan masyarakat
(sasaran) mengerti tentang bahaya hipertensi dan dapat melakukan
pencegahan segera terhadap hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, klien dapat:
a. Mengetahui pengertian hipertensi
b. Mengetahui penyebab menularnya hipertensi
c. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
d. Mengetahui komplikasi hipertensi
e. Mengetahui pemeriksaan hipertensi
f. Mengetahui penatalaksanaan hipertensi
g. Mengetahui pencegahan hipertensi
III. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. EVALUASI
a. Persiapan :
1. Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penkes
2. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
3. Tempat sudah siap 1 jam sebelum penkes
4. SAP sudah siap 1 hari sebelum penkes
b. Proses :
1. Peserta datang tepat waktu
2. Peserta memperhatikan penjelasan pembawa materi
3. Peserta aktif bertanya atau memberikan pendapat
c. Hasil :
1. Peserta mengetahui apa itu hipertensi
2. Peserta menjelaskan apa yang diketahui mengenai hipertensi
3. Peserta mengetahui tanda dan gejala hipertensi
4. Peserta menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
5. Peserta mengetahui komplikasi hipertensi
6. Peserta menjelaskan komplikasi hipertensi
7. Peserta mengetahui pemeriksaan hipertensi
8. Peserta menjelaskan pemeriksaan hipertensi
9. Peserta mengetahui penatalaksanaan hipertensi
10. Peserta menjelaskan penatalaksanaan hipertensi
11. Peserta mengetahui pencegahan hipertensi
12. Peserta menjelaskan pencegahan hipertensi
dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.
Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang
lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum
alkohol.
4. Komplikasi hipertensi
1) Penyakit glumerolus akut
Hipertensi terjadi karena adanya retensi natrium yang menyebabkan
hipervolemik. Retensi natrium terjadi karena adanya peningkatan
reabsorbsi natrium di duktus koligentes. Peningkatan ini dimungkankan
abibat adanya retensi relatif terhadap Hormon Natriuretik Peptida dan
peningkatan aktivitas pompa Na – K – ATPase di duktus koligentes.
2) Penyakit vaskuler
Pada keadaan ini terjadi iskemi yang kemudian merangsang sistem renin
angiotensin aldosteron.
3) Gagal ginjal kronik
Hipertensi yang terjadi karena adanya retensi natrium, peningkatan sistem
Renin Angiotensinogen Aldosteron akibat iskemi relatif karena kerusakan
regional, aktifitas saraf simpatik yang meningkat akibat kerusakan ginjal,
hiperparatiroidis sekunder, dan pemberian eritropoetin.
4) Penyakit glumerolus kronik
SistemRenin- Angiotensinogen- Aldoteron (RAA) merupakan satu sistem
hormonal enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperan dalam
naiknya tekanan darah, pangaturan keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit.
5. Pemeriksaan penunjang
1) Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau
disebabkan oleh hipertensi.
2) Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3) Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4) EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5) Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6) BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7) Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
Dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
8) Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretic.
9) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10) Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13) Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
15) Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan
atau takik aorta, pembesaran jantung.
16) CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges,
2000; John, 2003; Sodoyo, 2006).
6. Penalaksanaan hipertensi
Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas
normal.
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena
asap rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari
yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini
bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan
tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada
gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg
(inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin),
atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya:
nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem
30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa
jantung. Contoh : valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh:
Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009; Muttaqin,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.